id
( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI
SMK N 2 Pacitan )
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Megister
Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh :
HOKI SETIYAWAN
A 120908013
i
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN
PLYOMETRICS DITINJAU DARI KECEPATAN LARI
TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI
( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI
SMK N 2 Pacitan )
Diajukan oleh :
HOKI SETIYAWAN
A. 120908013
Dewan Pembimbing :
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
ii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
( Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada Siswa Putra Kelas XI
SMK N 2 Pacitan )
Disusun oleh:
HOKI SETIYAWAN
A. 120908013
Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Keolahragaan : Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd ___________ ________
NIP. 193907151962031001
Direktur Program
Pasca sarjana : Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D ___________ ________
NIP. 195708201985031004
iii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : A.120908013
penulis bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar
Hoki Setiyawan
iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
memberikan rahmat dan hidayatNya dan bantuan berbagai pihak, maka penelitian
pihak telah memberikan dorongan, arahan, bimbingan, saran dan bantuan. Semua
ini telah mendukung kelancaran dalam upaya menyelesaikan tesis ini, mulai dari
1. Prof. Dr. dr. Syamsul Hadi, Sp. K.J. (K), selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktur Program Pasca sarjana (PPs)
3. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Dr. dr. Muchsin Doewes. AIFO selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Surakarta.
6. Drs. Sukarni selaku Kepala SMK Negeri 2 Pacitan yang telah memberikan izin
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan perhatian dan dukungan moril
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis paparkan satu per satu, yang juga telah
imbalan dari Allah SWT, dan diharapkan karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca
Hoki Setiyawan
viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
MOTTO ........................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Latihan ............................................................................................. 23
x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Kecepatan ......................................................................................... 60
a. Populasi ..................................................................................... 71
b. Sampel ....................................................................................... 71
xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan ................................................................................ 98
B. Implikasi .................................................................................... 99
C. Saran .......................................................................................... 99
xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
7. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan
perlakuan) .................................................................................................... 85
Varians ………………………………....................................................... 90
xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
5. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot
Kecepatan .................................................................................................... 86
Tungkai ........................................................................................................ 96
xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
3. Program Latihan Berbeban dengan Squat dan Leg Press ................... 108
4. Program plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump ............ 110
5. Data Tes Awal Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri
6. Data Tes Akhir Power Otot Tungkai Pada Siswa kelas XI SMK Negeri
9. Rekapitulasi data hasil tes awal dan tes akhir power otot tungkai,
10. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada
11. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir power otot tungkai pada
13. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal loncat tegak 122
14. Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir loncat tegak 125
xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16. Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas dan Analisis Varians 133
xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
HOKI SETIYAWAN. A.120908013. Perbedaan Pengaruh Latihan berbeban
dan Plyometrics Ditinjau dari Kecepatan Lari Terhadap Peningkatan Power
Otot Tungkai (Studi Eksperimen Latihan Berbeban dan Plyometrics Pada
Siswa Putra Kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun Pejaran 2009/2010 ). Tesis:
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan pengaruh
latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan power otot
tungkai, 2) Perbedaan peningkatan power otot tungkai siswa yang memiliki
kecepatan tinggi dan kecepatan rendah, 3) Pengaruh interaksi antara metode
latihan berbeban dan plyometrics ditinjau dari kecepatan lari terhadap
peningkatan power otot tungkai.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI SMK N 2 Pacitan Jawa Timur yang berjumlah 70 siswa. Sampel dalam
penelitian ini adalah 40 siswa yang diambil dengan teknik purposive Random
Sampling. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel : variabel
independent yakni latihan berbeban dan latihan plyometrics, variabel atributif
yakni kecepatan lari serta variabel dependent yakni power otot tungkai, Seluruh
data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran
terhadap kecepatan dengan menggunakan lari cepat 40 meter serta power otot
tungkai dengan vertical power jumps test. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Analisis Varian (ANAVA) dua jalur yang dilanjutkan
dengan uji Rentang Newman Keuls pada taraf signifikansi α = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Ada perbedaan pengaruh
yang signifikan latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap peningkatan
power otot tungkai. 2) Ada perbedaan yang signifikan peningkatan power otot
tungkai antara siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan siswa yang memiliki
kecepatan rendah. 3) Ada pengaruh interksi yang signifikan antara metode latihan
dan tingkat kecepatan terhadap peningkatan power otot tungkai. Kelompok siswa
yang memiliki kecepatan tinggi lebih tepat jika dilatih dengan latihan plyometrics,
sedangkan kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah lebih baik jika dilatih
dengan latihan beban
Kata kunci : latihan berbeban, plyometrics, kecepatan, power otot tungkai
xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
penting. Melalui olahraga pada umumnya dan prestasi yang tinggi di bidang
perhatian yang sungguh-sungguh. Salah satu unsur penting yang harus disertakan
dalam upaya pembinaan adalah pembinaan dalam kondisi fisik, mengingat bahwa
olahraga melibatkan komponen jasmani dan rohani. Faktor yang paling dominan
adalah jasmani atau yang lebih dikenal dengan istilah badan. Dalam hal ini M.
Sajoto (1995: 8) menyatakan bahwa, “kondisi fisik adalah satu prasyarat yang
sebagai penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan
(maximal strength), kekuatan daya ledak (explosive power), dan kekuatan daya
tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola
latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga
menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan
ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang
Power otot tungkai dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah latihan resistence. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin
seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik itu
badan atlet itu sendiri maupun bobot dari luar (external resistence)”.
dalam penerapan latihan resistence. Kedua metode latihan tersebut ditinjau dari
segi kecepatan lari, belum diketahui mana yang lebih efektif dalam meningkatkan
power otot tungkai. Hal ini dikarenakan setiap individu mempunyai karakteristik
untuk mengatasi tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu
gerakan yang utuh”. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa power otot tungkai
tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
latihan secara isometrik, secara isotonik maupun secara isokinetik. Latihan ini
dilakukan dengan menggunakan beban berupa alat maupun berat badan atlet.
Latihan berbeban adalah suatu cara penerapan prosedur tertentu secara sistematis
pada berbagai otot tubuh. Pada program latihan beban ini dalam pelaksanaannya
Latihan fisik atau olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk
memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Salah satu latihan fisik yang
meningkatkan kekuatan terutama kekuatan otot. Jenis dari latihan beban memiliki
manfaat yang berbeda pada jenis otot yang akan dilatih. Latihan berbeban
biasanya untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot perut, otot lengan dan otot
mengkaji dan meneliti cara untuk meningkatkan power otot tungkai dengan
latihan beban.
ditujukan pada otot-otot tungkai secara khusus. Bentuk gerakan latihan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah squat dan legg pres. Bentuk latihan tersebut
dipilih karena latihan tersebut melibatkan otot-otot yang terlibat dalam power otot
tungkai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan pola latihan yang tepat. Pola
latihan yang tepat, dalam artian tepat sasaran dan tepat ukuran sehingga
menjadikan power otot tungkai seseorang akan berkembang secara baik. Latihan
ini tentunya harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan komponen yang
power sebagai, “Kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi
tahanan sebagai beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”.
kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban
elastik yang tersimpan di otot selama konstraksi eksentrik (masa persiapan) dari
suatu kegiatan. Beberapa energi yang disimpan itu kemudian dilepaskan pada
Pelatihan plyometrics digunakan untuk melatih aspek yang eksentris dari kerja
sistem neuro muskuler untuk gerakan-gerakan power, tidak hanya jaringan yang
berkonstraksi.
kelompok otot untuk memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap
perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu
lebih cepat dan lebih kuat, misalnya dari gerakan turun naik pada lompatan dan
gerakan kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari. Dengan
mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan
peregangan otot secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat.
Sendiri diartikan sebagai kekuatan dan frekuensi atau kekuatan yang terbagi
dengan waktu, maka beban lebih dan temporal harus diberikan. Mengacu pada
dan spesial. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian
turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh. Beban lebih
cidera. Jadi dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan beban yang
tetapi tidak selalu meningkatkan power eksplosif. Beban lebih resestif pada
dengan menggunakan beban berat tubuh. Bicara masalah momentum hasil kali
masa dan kecepatan suatu benda yang jatuh semakin tinggi akan semakin cepat,
place, standing jums, multiple hop and jums, box drill, bounding dan dept jump”.
sebagai penopang berat badan dan menjadi tumpuan pada saat melakukan
aktifitas seperti melompat, berjalan berlari dan sebagainya. Otot tungkai dipakai
sebagai tumpuan dan tolakan didalam lompat jauh. Setiap individu mempunyai
kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda, adapun kekuatan itu sendiri menurut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
kekuatan daya ledak (explosive power) dan kekuatan daya tahan (power
endurance).
melompat-lompat, baik tanpa alat maupun dengan alat. Hal ini dikarenakan,
cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang terlibat. Bentuk latihan
plyometrics yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah knee tuck jump dan
squat jump
putra saat pelajaran olahraga khususnya Atletik, banyak siswa yang mengalami
maupun lempar. Banyak faktor yang menjadi penyebab ketidak berhasilan siswa
yang belum optimal, serta pendekatan latihan yang tidak sesuai dengan nomor-
nomor yang ada dalam cabang atletik. Salah satu kemampuan fisik yang
dominan dalam nomor-nomor tersebut adalah power otot tungkai, karena hampir
power anggota gerak bawah. Otot-otot tungkai yang baik (kuat) akan membantu
olahraga yang menuntut power, yaitu kombinasi atau perpaduan antara kekuatan
terhadap power otot, yang selanjutnya akan dikembangkan model dengan judul
berbeban dan plyometrics pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan Tahun
Pelajaran 2009/2010
B. Identifikasi Masalah
tungkai .
2. Sejauh mana peranan metode latihan yang diterapkan terhadap hasil latihan
3. Metode latihan berbeban dan plyometrics yang paling tepat yang dapat
tungkai
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
C. Pembatasan Masalah
2. Pengaruh kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra
peningkatan power otot tungkai pada siswa putra kelas XI SMK N 2 Pacitan
D. Perumusan Masalah
masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
memiliki kecepatan lari tinggi dan siswa yang memiliki kecepatan lari
rendah?
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
E. Tujuan Penelitian
2. Perbedaan pengaruh antara kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari rendah
F. Manfaat Penellitian
tahanan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan power otot tungkai.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
4. Dapat dijadikan bahan referensi khususnya bagi pembina dan pelatih cabang
olahraga dalam menerapkan metode latihan, sehingga akan lebih efektif dan
efisien.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
BAB II
A. Kajian Teori
Pada saat melakukan aktivitas olahraga, pengertian daya ledak atau power
sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan sebagai beban
dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Berkaitan dengan
power , M.Sajoto (1995 : 17) menyatakan bahwa, ”Daya ledak otot atau muscular
dengan usaha yang dikerjakan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal
ini dinyatakan bahwa daya ledak otot adalah hasil perkalian antara kekuatan dan
kecepatan”. Hal senada dikemukakan oleh Sugiyanto & Sudjarwo (1992 : 21)
bahwa, ”Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan
kerja otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif.
Eksplosif Power ditentukan oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsangan syaraf
dalam bereaksi, sebagai contoh: cabang olahraga atletik, hampir semua nomor
dalam cabang ini memerlukan power, mulai dari nomor lari, lompat maupun
lempar dan berbagai cabang olahraga permainan. Power otot tungkai memegang
peranan penting dan kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya suatu
gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara
singkatnya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa power otot tungkai
tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Power
otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan
secara eksplosif yang melibatkan otot otot tungkai sebagai penggerak utama.
a. Macam-macam Power
: 285) mengemukakan bahwa ”Power dibedakan dalam dua bentuk yakni power
acyclici dan power cyclic”. Pembedaan jenis power ini dilihat dari segi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power
asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang olahraga.
Istilah asiklik yang melekat pada power merupakan atribut gerak fisik
yang ditilik dari struktur dan fungsi ketrampilan gerak dalam olahraga. Asiklik
sendiri berarti satu ketrampilan yang berbentuk dari gerak yang terus menerus
berubah tanpa ada kemiripan gerak dengan yang lainnya. Sedangkan siklik adalah
kebalikannya yang berarti satu ketrampilan yang terdiri atas gerak yang diulang
menolak dan melompat seperti cabang atletik, unsur-unsur geraka pada senam,
loncat indah dan permainan. Peran power asiklik dalam permainan akan sangat
tampak pada gerakan smash dan block pada permainan bolavoli, slam-dunk dan
jump-shot pada bola basket, jump smash pada permainan bulutangkis dan lainya
sebagainya. Sedangkan power siklik lebih dominan untuk cabang olahraga yang
dalam aktivitasnya terdapat gerak maju seluruh badan seperti lari cepat, dayung,
Besarnya power seseorang dapat dinyatakan kerja per unit waktu dengan
rumus :
FxD Work
P = = P = (Fox,EL,Bower,R.W.,Fose M.L 1988 : 11)
t t
Keterangan :
yang kuat dan cepat. Jadi power merupakan performa fungsi kerja otot maksimal
dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang
untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang olahraga atletik
untuk cabang lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang
pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan dapat menentukan jenis dan
model latihan yang tepat untuk mengembangkan power otot tungkai yang
dimilikinya.
Power atau daya ledak merupakan gabungan antara dua kemampuan yaitu
kekuatan dan kecepatan. Power akan berpengaruh dalam suatu aktivitas olahraga
peningkatan prestasi dalam olahraga, power otot yang dimiliki oleh atlet dalam
Dalam upaya meningkatkan power otot yang dimiliki oleh para siswa
dengan tepat, pelatih atau guru olahraga perlu memahami hal-hal mengenai seluk
beluk power otot. Dalam menghasilkan power otot yang baik banyak faktor yang
bahwa :
Faktor utama yang menjadi dasar dari power otot adalah kekuatan dan
kecepatan. Oleh karena itu segala hal yang mempengaruhi kekuatan dan
kecepatan dan kekuatan, power juga dipengruhi oleh teknik dan koordinasi
gerakan. Dengan teknik dan koordinasi yang baik, maka akan memungkinkan
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa power otot dipengaruhi oleh
juga dipengaruhi oleh serabut otot yang dimiliki. Serabut otot tersebut merupakan
faktor bawaan. Jenis serabut otot yang dimiliki oleh atlet sejak lahir pada dasarnya
ada dua macam yaitu “serabut otot cepat dan serabut otot lambat” (Sadoso
Setiap atlet atau siswa memiliki kecenderungan jenis serabut otot yang
berbeda. Jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut otot putih,
kemampuan fisik dengan waktu kontraksi pendek seperti, kecepatan power dan
kekuatan. Sebaliknya jika jenis serabut otot yang dimiliki atlet cenderung serabut
otot merah, maka atlet tersebut berbakat untuk gerakan-gerakan yang memerlukan
hal yang harus diperhatikan salah satu diantaranya proses terbentuknya power.
a) Melawan beban relatif ringan yaitu dengan berat badan sendiri, atau dapat
pula dengan tambahan beban luar yang ringan.
b) Gerakan latihan aktif, dinamis dan cepat
c) Gerakannya merupakan satu gerakan yang singkat, serasi dan utuh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
aktif dinamis, cepat, singkat dan serasi serta utuh, gerakannya dapat berbentuk
Selain ciri-ciri tersebut, ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kelatihan inti harus cukup baik untuk menghindari cedera dan kesiapan kerja
otot, gerakan-gerakan dalam latihan angkat besi harus benar dan teliti, sesuai
Latihan yang benar terlebih dahulu harus diawali dengan peregangan otot
gerakanya aktif dinamis, cepat, serasi dan utuh gerakannya dapat berbentuk
latihan yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut diatas diantaranya adalah dengan
Farentinos, R.C. 1985 : 5). Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji lebih
adalah seperti yang telah diuraikan diatas. Demikian pula dengan bentuk
Untuk latihan berbeban, bentuk latihannya squat dan leg pres, sedangkan
untuk latihan plyometrics dengan knee tuck jump dan squat jump. Pemilihan
jenis latihan tersebut, sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan latihan dalam
penelitian.
maksimum dalam satu durasi waktu yang pendek. Harre (1982) menyatakan
latihan menurut M.Sajoto (1995 : 33-35) diantaranya adalah ”1) jumlah beban,
power atau daya ledak. Menurut Nossek (1982 : 80) sebagai berikut ”beban
latihan 50% - 75% dari maksimal, repetisi 6-10, set 4-6, dan istirahat antar set
3-5 menit dan irama angkatan cepat, sedangkan menurut Harre (1982 : 81)
”beban latihan 30% - 50% dari maksimal, repetisi 6 – 10, set 4 – 6, istirahat
antar set 2 – 5 menit dan irama angkatan cepat”. Dan dosis untuk latihan
submaksimal, dengan jumlah repetisis 3-25, jumlah setnya 5-15 dan dengan
istirahat antar set 3-5 menit”. Hal ini sesuai dengan pendapat Pyke (1991),
bahwa dalam melatih power atau daya ledak, besarnya beban latihan sangat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
penting, prinsipnya beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga dapat
15) menyatakan bahwa ”berat pelatihan dapat diberikan dengan berbagai cara,
pelatihan”. Dari pendapat tersebut diatas, jelas bahwa beban latihan dapat
kali, set 4-6, dan recovery 3-5 menit. Tujuan menyamakan beban yang
diterima sampel sehingga dosis yang digunakan untuk kedua metode tersebut
disemua cabang olahraga. Mulai dari atletik sampai dengan berbagai cabang
olahraga permainan baik olahraga individu maupun beregu, power otot tungkai
yakni power acyclic dan power cyclic”. Perbedaan jenis power ini dilihat dari
segi kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga
power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya pada suatu cabang
gerakan pada senam, loncat indah dan permainan. Sedangkan power siklik
lebih dominan untuk cabang olahraga yang aktivitasnya terdapat gerakan maju
seluruh badan seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda dan sejenisnya.
tungkai dalam sebuah permainan atau cabang olahraga tersebut. Power otot
tungkai yang diperlukan untuk cabang bolavoli, tentunya berbeda dengan yang
diperlukan untuk cabang sepakbola dan akan berbeda pula dengan cabang
olahraga atletik untuk nomor lempar dan sebagainya. Oleh karena itu sangat
penting bagi seorang pengajar, atlet maupun pelatih untuk mengetahui dan
dapat menentukan jenis dan model latihan yang paling tepat untuk
2. Latihan
a. Pengertian Latihan
kemampuan fisik, teknik, taktik, dan mental dalam upaya untuk meningkatkan
adalah : “Suatu proses yang sistematis daripada berlatih atau bekerja yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihan
menyatakan bahwa :
dimana beban latihan dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang
dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama-
sama.
Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara
berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta
intensitas latihannya”.
Ketiga teori tentang latihan tersebut diatas memiliki pengertian yang sama.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa latihan adalah suatu aktivitas olahraga
secara bertahap dan berkelanjutan yang dilakukan tertentu untuk mencapai tujuan
b. Tujuan Latihan
latihan. Proses latihan dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu dengan
program yang baik. Latihan memegang peranan penting dalam upaya pencapaian
tujuan utama latihan dalam olahraga menurut Harsono (1988:100) adalah untuk
mungkin”.
yang semaksimal mungkin dalam olah raga. Untuk dapat mencapai hal tersebut
mutlak diperlukan kemampuan fisik dengan tingkatan fitness yang tinggi. Sebab
hanya dengan kemampuan fisik seperti itulah, seorang atlet akan dapat tampil
Karena tidak bisa ditinggalkan, maka kondisi fisik tersebut harus ditingkatkan
Sasaran dan tujuan latihan fisik menurut Harsono (1988:153) yaitu “untuk
Secara umum tujuan dari latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan
komponen fisik dalam tubuh manusia tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi latihan fisik yang bersifat khusus, hanya akan menekan
tertentu, misalnya power otot, maka latihan fisik yang dilakukan harus bersifat
c. Prinsip-prinsip Latihan
latihan secara intensif. Penyusunan program dan pelaksanaan latihan yang baik
akan sangat diperlukan dalam pelaksanaan latihan, sebab hal itu akan turut
baik”.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
1. Prinsip overload
Adapun menurut Bompa yang dikutip Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin
7. Prinsip individualisasi
berikut :
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
kemampuan atlet. Hal ini senada dengan Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin
yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang
tubuh akan meningkat. Dengan pembebanan lebih ini tubuh akan memberi respon
terhadap rangsangan yang tepat dan akan beradaptasi dengan beban yang
diberikan tersebut.
penggunaan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi
sedikit. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan beban adalah penentuan
yang dilakukan tidak boleh terlalu berat karena dapat menyebabkan terjadinya
adaptasi organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi selesai dalam waktu
sedemikian rupa, sehingga latihan tersebut dapat efektif. Dalam hal ini M. Sajoto
dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar
4) Prinsip Kekhususan
Pengaruh yang ditimbulkan dalam latihan itu sangat bersifat khusus. Oleh
karena itu, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, maka latihan yang dilakukan harus bersifat khusus pula.
Dalam hal itu Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa, “latihan itu harus
bersifat khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan
latihan tersebut bersifat khusus sesuai dengan karakteristik gerakan dan sistem
5) Prinsip Individual
latihan dan metode latihan dapat serasi untuk mencapai suatu prestasi bagi tiap-
tiap individu.
Meskipun sejumlah atlet atau siswa dapat diberi program pemantapan kondisi
fisik yang sama, namun kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama.
Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai ciri yang berbeda. Faktor-faktor
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan direncanakan dan
Dengan hal tersebut maka pelatih akan dapat memperhitungkan beban latihan
d. Pengaruh Latihan
Telah diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan
terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologi
yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energy yang lebih besar dan
324) perubahan fisiologi yang terjadi akibat latihan fisik diklafikasikan menjadi 3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
macam perubahan, yaitu : (a) perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni
secara sistematis, yakni perubahan pada sistem sirkulasi dan respirasi termasuk
system pengangkutan oksigen, (c) perubahan lain yang terjadi pada komposisi
a. Perubahan-perubahan Biokimia :
konsentrasi mioglobin
PC
1) Hipertropi jantung
Cardiac output yang dibutuhkan pada saat istirahat adalah konstan, dengan
6) Sistem respiratori
difusi pulmonal.
c. Perubahan-Perubahan Lain
Perubahan fisiologis yang lain, selain dari 3 hal yang telah dikemukakan
saraf ini tidak dibahas secara rinci seperti pada perubahan-perubahan otot
atau struktur ini menunjukkan perubahan sebagai hasil dari latihan (Fox,
1984 : 231).
Kekuatan dan power tidak hanya ditentukan oleh jumlah dan kualitas
massa otot yang terlibat, tetapi juga oleh massa otot yang dapat diaktifkan
melalui usaha yang disadari (volunter). Lebih lanjut ekspresi dari kekuatan
dan power volunter disamakan dengan gerakan yang terampil, yang mana
demikian power menjadi lebih besar (Sale dalam Jones, NL., McCarteney,
kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai penerapan suatu gaya melalui suatu
jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan (Fox EL., 1984 :
11).
intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Energi yang diperlukan untuk
suatu kegiatan uatau kontraksi otot tak dapat diserap langsung dari makanan yang
dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP ( Adenosin
komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalam
otot rangka yang sangat terbatas jumlahnya. Agar supaya kontraksi otot tetap
berlangsung, maka ATP ini harus segera disintesis kembali. ATP bias diberikan
pada sel-sel otot melalui 3 cara metabolisme, yaitu 2 secara anaerobik dan 1
secara aerobik
Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal dari
ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih banyak, maka
persediaan ATP menjadi labih besar. Agar otot dapat berkontraksi berulang-ulang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
dengan cepat kuat maka ATP harus dibentuk dengan cepat. Pembentukan kembali
(Phosphocreatine) yang juga terdapat dalam otot. Apabila PC dipecah akan keluar
ATP. ATP-PC sudah tersimpan dalam otot, keduanya dapat memberikan energi
yang cukup dalam kerja fisik maksimal yang dilakukan dalam waktu 5 – 10 detik.
Substansi tersebut segera terbentuk kembali setelah 30 detik, sumber energi ini
sudah terbentuk sekitar 70%, untuk mencapai 100% diperlukan waktu 2 – 3 menit.
Sistem ini merupakan sumber energi yang dapat digunakan secara cepat yang
(anaerobik glikolisis). Dalam proses ini diperlukan reaksi yang lebih panjang dari
sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat. Aktivitas
akumulasi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dalam glikolisis anaerobik
menghambat kerja ensim-ensim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama
dalam sel otot, sehingga menyebabkan kontraksi menjadi lemah dan akhirnya otot
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Apabila glikolisis anaerobik ini terus berlangsung maka pH akan menjadi sangat
sistem phosphagen dan kemudian sistem asam laktat. Selanjutnya timbunan asam
laktat dapat diubah menjadi glukosa lagi dalam hati. Untuk olahraga yang
glikolisis ini.
1) Sistem aerobik
Untuk jenis olahraga ketahanan yang tidak memerlukan gerakan yang cepat,
maka 1 mole glukosa dipecah secara sempurna menjadi CO2 (karbon dioksida)
dan H2O (air), serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resistesis 3 mole
dibandingkan dengan kedua sistem terdahulu. Reaksi aerobik ini terjadi di dalam
mitikondria
dikemukakan dapat dirangkum seperti dikemukakan oleh Davis. D., Kimmet, T.,
Very limited ATP production Limited ATP production Unlimited ATP production
Muscular stores limited By-product, lactic acid, No fatlguing by- products
couse muscular fatigue
Used with sprint or any high- Used with activities of 1 to Used with endurance or
power,short-duration activity 3 min. duration
long duration activities
Aktivitas fisik dalam waktu singkat dan eksplosif sebagaian diperoleh dari sistem
anaerobik (ATP-PC dan LA), sedangkan aktivitas fisik dalam waktu yang lama
4. Latihan Berbeban
hanya dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
otot tubuh”.
sistematis dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Dalam hal ini Yusuf
luasnya yaitu sampai batas gerak sendi, sehingga otot agag terasa
tertarik.
8. Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam
10. Latihan beban harus diawasi oleh pelatih yang mengerti betul dengan
latihan beban.
ditimbulkan dari latihan berbeban dapat efektif, latihan berbeban harus dilakukan
dengan hati-hati. Selain itu pelatih juga harus memperhatikan kondisi fisik atlet.
Latihan berbeban perlu juga memperhatikan umur dari orang yang akan
aspek yang dilatih jika dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan
tepat dan memenuhi prinsip-prinsip latihan beban yang telah digariskan. Dalam
1. Jumlah beban.
a. Jumlah Beban
Jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan harus tepat. Berkaitan
dengan jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan kekuatan, Nosseck
(b) kekuatan kecepatan dan (c) ketahanan kekuatan”. Beban yang diberikan dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
latihan kekuatan berbeda-beda, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Unsur
kecepatan atau yang lebih dikenal dengan daya ledak menurut Nosseck bebannya
adalah ± 70% dari maksimal sedangkan menurut Berger dalam Suharno HP (1985
:33) intensitas bebannya adalah 40%-60% dari maksimal. Beban awal yang
adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisis. Misalnya latihan dilakukan
Penentuan jumlah repetisi dan set disesuiakan dengan tujuan latihan, apakah untuk
(1982 : 81) adalah ”dengan intensitas 30% - 50%, repetisi 6 – 12, antara 4-6 set,
dengan intirahat 2-5 menit, dengan irama cepat dan eksplosif”. Sedangkan
menurut Sajoto (1995 : 34) latihan dengan beban dapat dilakukan dengan ”10-12
repetisi untuk 3-4 set”. Sedangkan dalam menentukan masa istirahat antara dua
rangkaian latihan, menurut Ozolin yang dikutip Bompa (1994 : 44) yang
menyatakan bahwa ”interval antar rangkaian latihan 2-5 menit, dan apabila
dilakukan secara habis-habisan interval antara 5-10 menit”. Lebih spesifik lagi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Harsono (1988 : 198) menyatakan bahwa latihan power dengan weight training
dilakukan dengan ”waktu istirahat 3 – 5 menit”. Selanjutnya antar set satu dengan
set berikutmya dari latihan yang dilakukan harus terdapat waktu interval
yang dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah dengan repetisi 10
kali, set 4-6, dengan istirahat antar set 3-5 menit, dan beban latihan ditingkatkan
c. Frekuensi
Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan waktu untuk melatih hingga
terjadi perubahan yang nyata. Pendapat dikemukakan oleh Sajoto (1995 : 48)
menjalankan program latihan 3 kali seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang
kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih”.
lanjut M.Sajoto (1995 : 139) menambahkan bahwa ”yang dimaksud dengan lama
latihan atau disebut duration, adalah sampai seberapa mingu, atau berapa bulan
program dijalankan”. Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan untuk
Oleh karena itu untuk mendapatkan perubahan yang nyata dan akzn
penelitian ini dilakukan 3 kali seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat
mulai pukul 15.30 sampai selesai, secara teratur selama 8 minggu atau 24 kali
pertemuan.
1) Squat
berdiri jongkok dengan menekuk lutut kurang lebih 90 derajat dan berdiri
a) Sikap awal
b) Gerakan
harus dilaksanakan.
c) Beban Latihan
Latihan squat ini dilakukan dengan beban latihan 50% - 75% dari beban
Gerakan leg press adalah latihan yang dilakukan dengan mendorong beban
tertentu dengan kaki. Latihan ini dilakukan dengan gerakan menekuk dan
meluruskan kaki dari posisi duduk, secara lengkap latihan leg press
a. Sikap awal
mendorong beban.
b. Gerakan
posisi duduk
c. Beban latihan
Latihan leg press ini dilakukan dengan beban latihan 50%-75% dari
Baechle & Earle (1996 : 151) dapat dilihat pada gambar berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
otot yang dilatih. Misalnya untuk meningkatkan kemampuan vertical jump, maka
atlet mengikuti program latihan yang telah disusun yang melatih sekelompok otot
terhadap otot. Selama latihan, otot-otot tubuh khususnya otot tungkai terlibat
otot-otot yang terlibat dapat beradaptasi dengan beban, yang akhirnya dapat
meningkatkan kekuatan otot. Peningkatan kekuatan otot ini terjadi akibat adanya
pembesaran (hipertropy) otot. Jones, NL., McCarteney, N., and McCormas, AJ.,
(1986 : 10) mengemukakan bahwa ”otot yang terlatih pada umumnya menjadi
lebih besar dan kuat dari pada yang tidak terlatih. Ukuran penampang lintang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
maupun volumenya menjadi lebih besar”. Otot yang terlatih dapat menjadi lebih
kemampuan kerja otot pun akan meningkat. Latihan berbeban yang dilakukan
secara teratur dan kontinyu dapat merangsang kerja enzim didalam tubuh dan
merangsang pertumbuhan sel otot. Hal ini sesuai pendapat (Fox,EL, Bower,R.W.,
Fose M.L, 1988) bahwa dengan latihan akan ”terdapat peningkatan jumlah
metabolisme energi, baik secara aerobik maupun anaerobik”. Otot dilatih dengan
latihan beban akan menjadi lebih besar dan lebih kuat, karena ukuran penampang
dan kecepatan. Oleh karena itu untuk meningkatkan power maka antara kekuatan
Dengan adanya beban tambahan dari luar, lebih memberikan tantangan bagi
benar-benar terlihat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
Kecepatan gerak otot tungkai terabaikan karena beban terlalu berat sehingga
otot lebih besar, 3) peningkatan beban latihan, kadang-kadang tidak sesuai dengan
Timbulnya kejenuhan saat melakukan latihan. Namun demikian latihan ini pun
5. LATIHAN PLYOMETRICS
Harsono (1988:101) adalah ,” Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja
yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban
bahwa : “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja
yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian
menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Latihan adalah suatu
proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-
ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah beban latihan untuk
Latihan plyometrics merupakan salah satu jenis latihan dari latihan fisik.
Latihan fisik merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh.
Dalam hal ini Harsono (1988:153) menyatakan bahwa tujuan latihan fisik adalah
meningkatkan power otot. Tipe kerja dalam latihan plyometrics yaitu cepat dan
otot yang dilakukan dengan cepat dan kuat. Menurut Radcliffe & Farentinos
dan reaktif. Radcliffe & Farentinos (1985:9) menyakan bahwa , “Dasar – dasar
proses gerak sadar maupun tidak sadar yang terlibat dalam pliometrik adalah apa
yang disebut refleks peregangan (stretch reflex), juga di sebut refleks spindle atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
refleks miotatik”. Dalam hal ini Pyke (1991:144) menyatakan bahwa, “Latihan
(pra-peregangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk
penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan”.
latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam
latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-tipe seperti ini
merupakan tipe kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan plyometrics
merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power)
latihan fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga
yang harus diterapkan pada latihan plyometrics, menurut Sarwono & Ismaryati
(1999:39-42) antara lain, “(1) memberi regangan (stretch) pada otot, (2) beban
lebih yang meningkatkan (progresive overload), (3) kekhususan latihan, (4) pulih
1) Memberi Regangan
kontraksi otot untuk melawan berat yang berlangsung dengan cepat. Menurut
Sarwono & Ismaryati (1999:39) bahwa, “Tujuan dari pemberian regangan yang
fisiologis untuk, (1) memberi panjang awal yang optimum pada otot, (2)
serabut otot dengan pembebanan yang cepat yang didahului dengan otot secara
cepat pula. Dengan adanya regangan otot sebelum berkontraksi dapat memberikan
mendapatkan beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelummnya
secara teratur dan kontinyu. Dalam hal ini Pate R., Clenaghan M. B. & Rotella R.
menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa
yang diberikan dalam latihan harus merupakan beban yang lebih berat dari beban
yang telah terbiasa diterima sebelumnya. Dengan pembebanan yang lebih berat
beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Oleh karena itu,
prinsip beban lebih ini harus benar-benar diterapkan dalam pelaksanaan latihan.
tidak boleh terlalu tinggi atau berlebihan. Jika beban latihan yang diberikan
tersebut terlalu tinggi dan berlebihan, yang diperoleh bukan kemajuan kondisi
fisik, tetapi malah sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik. Karena
menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi
ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum. Dan jangan berlatih melebihi
kemampuan”. Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian
kemampuan fisik.
plyometrics harus diberikan beban lebih dalam hal tahanan atau beban (resistif),
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
dapat dilihat dari beban yang digunakan, kecepatan gerak dan jarak tempuh.
3) Kekhususan Latihan
dengan karakteristik kondisi fisik, pola gerakan dan sistem energi yang digunakan
selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya
hal tersebut, agar aktivitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan
yang dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan pola
gerak jenis olahraga yang akan dikembangkan. Dalam hal ini Soekarman
kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang
latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai. Kekhususan tersebut yaitu menyangkut kelompok otot utama yang
digunakan, sistem energi serta pola gerakan (ketrampilan) yang sesuai dengan
bersifat khas sesuai cabang olahraga tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot
maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang
dikembangkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
latihan yang disusun untuk meningkatkan lompat jauh, juga harus berpegang
teguh pada prinsip kekhususan latihan ini. Baik dalam pola gerak, jenis kontraksi
otot, kelompok otot yang dilatih dan sistem energi yang dikembangkan dalam
latihan tersebut harus sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik lompat jauh.
4) Pulih Asal
Prinsip pemulihan sering juga disebut dengan recovery atau sering pula
disebut prinsip interval. Dalam suatu latihan tubuh harus mendapat pulih asal
yang cukup. Penggunaan prinsip interval ini cukup besar manfaatnya dalam
interval ini antara lain untuk “(a) menghindari terjadinya overtraining, (b)
latihan, dan (c) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”.
Cidera dalam latihan sering terjadi karena adanya pembebanan yang berat
dan dilakukan secara terus menerus. Dengan interval istirahat yang cukup akan
Prinsip pulih asal ini harus diterapkan dalam latihan, termasuk dalam
latihan plyometrics. Lama waktu pulih asal untuk latihan plyometrics, menurut
Chu (1992:14) yaitu, “menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1 : 5 sampai 1
“Periode istirahat 1-2 menit di sela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem
kembali”. Dengan pulih asal (recovery) yang cukup, tubuh akan siap kembali
untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Jika tidak ada waktu pemulihan
yang cukup, atlet akan mengalami kelelahan yang berat dan akibatnya
merupakan perwujudan dari daya ledak otot. Oleh karena itu plyometrics
Tipe kerja dalam latihan plyometrics yaitu cepat dan eksplosif. Gerakan-
gerakan yang dilakukan bersifat reaktif. Menurut Pyke (1991:144) bahwa Latihan
peregangan) otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk
penyerapan kejutan dari tegangan awal yang dilakukan otot sewaktu pendaratan.
Ciri khas dari latihan plyometrics adalah adanya peregangan pendahuluan (pre-
gerakan dalam latihan plyometrics adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
tipe seperti ini merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Oleh karena itu
Pelaksanaan dari latihan ini adalah sikap berdiri tegak dan sewaktu akan
tingginya dengan ujung telapak kaki. Pada saat kaki sudah terangkat, kedua lutut
ditekuk hingga siku-siku dan kedua lengan disentuhkan dengan lutut. Selanjutnya
mendarat dengan ujung telapak kaki mengeper dan dilanjutkan meloncat kembali
hingga berulang-ulang.
Karena pelaksanaannya yang cepat dan tidak ada saat relaksasi, maka hal
ini dapat meningkatkan kekuatan sekaligus kecepatan gerak otot tungkai. Dengan
demikian latihan ini dapat memberi manfaat terhadap peningkatan daya ledak otot
tungkai.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
adalah : kaki menolak pada tanah untuk melompat dengan kaki ditekuk secara
terhadap peningkatan power otot tungkai dapat diketahui dari power yang
Dengan melihat power yang terdiri dari dua komponen yaitu kekuatan dan
berupa peningkatan kecepatan yang cukup besar dan disisi lain juga memiliki
pendapat tersebut, jelas bahwa Latihan Plyometrics Squat Jump menekankan pada
setinggi mungkin. Setelah mendarat, segera ulangi gerakan ini. Kerjakan latihan
ini setinggi mungkun, untuk lebih jelasnya pelaksanaan Latihan Plyometrics Squat
dapat meningkatkan kekuatan dan power otot tungkai. Gerakan Squat Jump
dilakukan dengan kuat dan cepat agar dapat melompat setinggi-tingginya, setelah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
dikembangkan secara optimal, sehingga akan terbentuk kekuatan dan power otot
tungkai. Menurut Pyke (1991:144) “Semua latihan ( lompat memantul ) itu sangat
baik untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan, karena latihan itu
kaki secara bersamaan sehingga hal ini akan menghasilkan power otot tungkai
yang berimbang. Kekuatan otot tungkai mempunyai peran penting untuk aktifitas
penting untuk menghasilkan daya tolak yang maksimal dengan tenaga yang
eksplosif.
diantaranya adalah 1) Resiko terjadinya cedera otot lebih rendah, sehingga aman
program latihan lebih mudah 3) Peningkatan beban latihan lebih tepat, sesuai
demikian latihan ini pun juga dapat digunakan untuk meningkatkan power
KEUNTUNGAN
LATIHAN BERBEBAN PLYOMETRICS
1. Peningkatan kekuatan otot tungkai 1. Resiko terjadinya cedera otot lebih
yang cukup besar rendah, sehingga aman pada saat
2. Dengan adanya beban tambahan dari latihan
luar, lebih memberikan tantangan 2. Kontrol kesungguhan dan kebenaran
bagi pelaku sehingga dapat dalam pelaksanaan program latihan
meningkatkan semangat dan lebih mudah
motivasi dalam latihan 3. Peningkatan beban latihan lebih
3. Kontrol kesungguhan dan kebenaran tepat, sesuai dengan ketentuan
dalam pelaksanaan program latihan 4. Memungkinkan sejumlah peserta
lebih mudah untuk berlatih bersama, sehingga
4. Dapat dirancang untuk berbagai menghemat waktu
keperluan dan
5. Prinsip overload benar-benar terlihat
KEKURANGAN
1. Kecepatan gerak otot tungkai 1. Beban latihan relatif ringan, sehingga
terabaikan karena beban terlalu berat peningkatan lebih rendah
sehingga peningkatan kecepatan 2. Unsur tantangan lebih rendah,
lebih rendah, sehinggan kurang menarik
2. Resiko terjadinya kelelahan dan 3. Timbulnya kejenuhan pada saat
cedera otot lebih besar, beban latihan semakin bertambah,
3. Peningkatan beban latihan, kadang- karena jenis latihan yang tidak
kadang tidak sesuai dengan berubah
perhitungan karena berat beban yang 4. Timbulnya kelelahan yang sangat
tersedia ukuranyya terbatas dan bagi pelaku
4. Timbulnya kejenuhan saat
melakukan latihan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
6. KECEPATAN
a. Pengertian Kecepatan
baik tidaknya kecepatan yang dimiliki oleh seorang atlet antara lain ditentukan
oleh
4. Kekutan otot
Kecepatan sendiri terbagi menjadi beberapa macam, dalam hal ini menurut
1. Kecepatan sprint
2. Kecepatan reaksi
3. Kecepatan bergerak
terhadap cabang olahraga yang dilakukan. Seperti dalam kaitannya dengan power
otot tungkai, kecepatan akan berpengaruh terhadap power otot tungkai. Hal ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
akan semakin baik. Hal ini dikarenakan kecepatan merupakan unsur pembangun
dari power. Pada dasarnya serat otot manusia terdiri dari dua macam yaitu serat
otot putih dan serat otot merah. Jenis serat otot yang dimiliki oleh seseorang
yang lebih dominan maka orang tersebut akan memiliki kecenderungan lebih
cepat dari pada yang mempunyai serat otot merah yang dominan.
walaupun peningkatan tersebut relatif kecil. Dalam hal ini Nosseck (1982:59)
penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :penelitian yang dilakukan
oleh :Indra Jati Kusuma yang berjudul Pengaruh Metode Latihan dan power
lengan terhadap kecepatan smas bulu tangkis, hasil kesimpulan yang diperoleh
memiliki power lengan tinggi dan power lengan rendah setelah pemberian
latihan.
3. Ada interaksi antara metode latihan dan power lengan terhadap kecepatan
Slamet Riyadi yang berjudul Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan terhadap
Power Otot Tungkai , hasil kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
2. Ada perbedaan yang signifikan power otot tungkai antara mahasiswa yang
3. Ada interaksi yang signifikan antara latihan beban dan tingkat kekuatan otot
memiliki kekuatan otot tungkai tinggi, lebih baik jika dilatih dengan latihan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
C. Kerangka Penelitian
sebagai berikut :
Salah satu faktor kondisi fisik untuk mencapai prestasi dalam olahraga
adalah power otot tungkai. Power otot tungkai merupakan kemampuan otot
sesuai dengan karakteristik power otot tungkai. Salah satu metode latihan untuk
beban sebagai alat pembebanannya. Latihan ini sistematis, dimana beban hanya
dipakai sebagai alat untuk menambah tahanan terhadap kontraksi otot. Latihan ini
peningkatan kekuatan otot tungkai yang cukup besar. Padahal kekuatan otot
latihan ini adalah belum maksimalnya unsur kecepatan, yaitu kecepatan gerak otot
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
lebih rendah
kekuatan. Oleh karena itu plyometrics merupakan metode latihan yang sangat
efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (eksplosif power). Latihan ini
dengan berat badan sendiri. Latihan plyometrics ini memiliki kelebihan berupa
peningkatan kecepatan yang cukup besar dan disisi lain juga memiliki kelemahan
yaitu tidak optimalnya unsur kekuatan. Namun demikian jika latihan dilakukan
dengan cermat, sesuai dengan program latihan yang telah direncanakan, maka
kekurangan yang ada pada masing-masing metode latihan, maka dapat diduga
diduga ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dan latihan plyometrics terhadap
power otot tungkai seseorang karena semakin bagus kecepatan seseorang maka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
kemampuan yang power dihasilkan akan cenderung lebih baik. Hal ini
terhadap peningkatan power otot tungkai. Dengan power otot tungkai yang sama,
maka akan jauh lebih optimal seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi
Sehingga diduga ada perbedaan pengaruh terhadap perbedaan power otot tungkai
antara siswa yang memiliki kecepatan tinggi dengan siswa yang memiliki
kecepatan rendah.
sedangkan plyometrics lebih unggul dalam hal kecepatan. Karena power otot
tungkai adalah suatu bentuk usaha dalam melakukan daya dalam waktu yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
tungkai.
D. Perumusan Hipotesis
2. Ada perbedaan antara siswa yang memiliki kecepatan lari tinggi dan rendah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
pada bulan November sampai dengan bulan Januari dengan frekuensi pertemuan
tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jumat. Penentuan waktu
Brooks,GA, Fahey D (1984 : 405) bahwa dengan rekuensi tiga kali perminggu
tiga kali perminggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi
Pertemuan dilaksanakan diluar jam sekolah yaitu sehabis pulang sekolah, dengan
B. Metode Penelitian
Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna
(1995:30-31) bahwa :
Metode
Latihan (B) Latihan berbeban Latihan Plyometrics
Kecepatan (b1) (b2)
Lari (A)
Keterangan :
a1 b1 : kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi yang dilatih dengan
latihan berbeban.
latihan plyometrics
latihan berbeban
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
latihan plyomertics.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent) dan satu
1. Latihan berbeban.
2. Latihan plyometrics.
yang melekat pada sampel dan menjadi sifat dari sampel tersebut yang
tungkai
yang ada. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
bantuan alat berupa besi yang merupakan beban sebagai saran untuk
Latihan knee tuck jump adalah loncatan dengan lutut ditekuk dengan
rendah,
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMK Negeri 2
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMK Negeri 2
Pacitan tahun ajaran 2009/2010, yang besarnya 40 orang. Besar sampel tersebut
diperoleh dengan teknik purposive random sampling, yaitu dari sejumlah populasi
d. Tidak melakukan akrivitas atau latihan fisik yang lain yang terprogram
kecepatan, dengan tujuan untuk mengetahui siswa yang memiliki kecepatan tinggi
dan kecepatan rendah kemudian dirangking. Dari hasil rangking tersebut diambil
kecepatan tinggi dan peringkat 1 sampai dengan 20 urutan rangking dari bawah
sebagai sampel dengan kecepatan rendah. Kemudian populasi yang berada pada
rangking antara 21 yang memiliki kecepatan tinggi sampai dengan urutan 21 yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
Dari dua kelompok yang sudah terbentuk pada setiap taraf, selanjutnya
dengan cara undian (random) ditetapkan sebagai kelompok latihan tahanan yang
10 orang
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan
(2006: 57-58) dan pengukuran power otot tungkai dilakukan dengan vertical
power jump test (Kirkendall DR, Gruber J.J,Johnson R.R 1986 :189-190).
Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari
MS B MSW
R=
MS B
Dengan :
MS B
MSB =
df B
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
SS A SS AB
MSB =
df A df AB
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
df = Derajat kebebasan
A = Perlakuan kolom
B = Perlakuan baris
Uji coba instrument penelitian untuk tes kecepatan lari dan tes power otot
tungkai akan dilakukan pada awal bulan mei dan tes power otot tungkai pertama
kali dilakukan setelah tes kakuatan otot tungkai. Tes kekuatan otot tungkai ini
oleh Bossey Derek (1980 : 26) mempunyai validitas face validity. Setelah
dilakukan uji tes, ternyata diperoleh reliabilita 0.872, selanjutnya hasil tes ini
penelitian ini yaitu sampel yang masuk kategori kekuatan tinggi dan kategori
kekuatan rendah. Sedangkan tes power otot tungkai oleh Johnson (1986 : 293)
validitas 0.989 untuk siswa laki-laki, dan selanjutnya setelah dilakukan uji tes
pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B
teknik analisis statistik, untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam
penelitian ini. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil tes power
otot tungkai pada masing-masing sel atau masing-masing kelompok pada desain
eksperimen
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Varian (ANAVA) dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05. Selanjutnya untuk
hasil Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari table Lilliefors dengan taraf
diterima bila Lhit < Ltab, yang berarti sampel berasal dari populasi normal
2) Uji homogenitas antara sampel kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari
rendah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
Untuk menaksir rata-rata dan menguji kesamaan atau perbedaan dua rata-
rata perlu ditekankan adanya asumsi bahwa kedua kelompok sampel mempunyai
besar ini dinamakan homogeny. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis Ho adalah :
diperlukan untuk uji Bartlett menurut Sudjana (2002 : 262) akan lebih mudah dan
2. Uji Hipotesis
Data hasil tes akhir power otot tungkai dianalisis dengan anava dua jalur
dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05 yang
sebelumnya telah dilakukan uji prasyarat yaitu normalitas sampel (uji Lilliefirs
dengan α = 0,05) dan uji homogenitas varians (Uji Bartlett dengan α = 0,05).
Source Of Variance SS Df MS F
Between group SS B df B MS B FB
A SS 1 df 1 MS 1 F1
B
SS 2 df 2 MS 2 F2
A*B
SS 1X 2 df 1x 2 MS 1x 2 F 1x 2
Within groups
Total SS w df w MS W
SS T df t
Langkah-Langkah Perhitungan :
X 2
SS r = X 2
-
N
X 1
2
X 2
2
X X
k
2 2
SS B = + + -
N1 N2 Nk N
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
SS W = SS r - SS B
Sumofeachc olumn 2 - X
2
SS 1 = Ninearchco lumn N
Sumofeachrow 2 - x
2
SS 2 = Nineachrow N
SS 1x 2 = SS b - SS 1 - SS 2
df r = N – 1
df w = N – K
df 1x 2 = df 1 xdf 2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
df B = k – 1
SS B
MS B =
df b
SSW
MS W =
df w
SS1
MS B =
df 1
SS 2
MS B =
df 1
SS 3
MS B =
df 3
SS1 X 2
MS 1X 2 =
df 1x 2
MS B
F=
MSW
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
2) Effect of factor 1 (F 1 )
MS1
F=
MSW
3) Effect of factor 2 (F 2 )
MS 2
F=
MSW
4) Effect of interaction (F 1X 2 )
MS1x 2
F=
MSW
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil
4) Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan Daftar Rentang Student. Untuk uji
Harga-harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P
supaya dicatat.
6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1), dan
rata-rata terkecil dengan RST untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua
dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan
1/2
seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada K(k-1) pasangan yang
4. Hipotesis Statistik
Hipotesis 1 H0 = A1 = A2
H1 = A1 ≠ A2
Hipotesis 2 H0 = B1 = B2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
H1 = B1 ≠ B2
Hipotesis 3 H0 = A1 B2 = A1 B2
H1 = A1 B2 A1 B2
Keterangan:
= Nilai rata-rata
A = Metode latihan
B = Tingkat kekuatan
kecepatan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
BAB IV
HASIL PENELITIAN
pada tes awal dan tes akhir hasil power otot tungkai. Berturut-turut berikut
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes hasil power otot tungkai yang
Tabel 7. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Tiap Kelompok
Berdasarkan Pengunaan Motode dan Tingkat Kecepatan
berbeda. Nilai rata-rata peningkatan power otot tungkai yang dicapai tiap
dari nilai rata-rata power otot tungkai maka dapat dibuat histogram perbandingan
104
102
Nilai Power Otot Tungkai
100
98
96
94 Tes Awal
92 Tes Akhir
90
88
86
84
82
LB (A1) LP (A2) K T (B1) K R (B2)
Kelompok
Gambar 5. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot
Tungkai Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Latihan dan Tingkat
Kecepatan
otot tungkai yang berbeda. Nilai peningkatan nilai power otot tungkai masing-
Keterangan :
9
8
Nilai Peningkatan Power
7
6
Tungkai
5
4
3
2
1
0
A1B1 (KP1) A1B2 (KP2) A2B1 (KP3) A2B2 (KP4)
Kelompok
peningkatan power otot tungkai yang berbeda. Jika antara kelompok siswa yang
tungkai sebesar 1.64 yang lebih tinggi dari pada kelompok latihan berbeban.
tungkai. Jika antara kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi dan rendah
kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai sebesar 1.23 yang
lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
1. Uji Normalitas
normalitas data penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas
Kelompok
N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan
Perlakuan
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo =
0.1611. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
pada KP1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan
pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0. 1389, yang ternyata lebih kecil dari angka batas
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal.
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo = 0.1212.
Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan
pada KP3 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang
dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1370, yang ternyata juga lebih kecil
0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 2.768. Sedangkan dengan K
- 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2o = 2.768 lebih
kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok
C. Pengujian Hipotesis
varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji.
Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab
II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 11. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Tungkai Berdasarkan Jenis
Latihan Berbeban dan Tingkat Kecepatan
Variabel
A1 A2
Rerata Power B1 B2 B1 B2
Otot Tungkai
Hasil tes awal
95.460 81.330 94.580 86.050
Hasil tes akhir
100.530 87.410 103.300 91.190
Peningkatan
5.070 6.080 8.720 5.140
Keterangan :
A1 = Latihan berbeban.
A2 = Latihan plyometrics.
B1 = Kelompok siswa yang memiliki kecepatan tinggi
B2 = Kelompok siswa yang memiliki kecepatan rendah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan
(A1 dan A2)
Sumber
dk JK RJK Fo Ft
Variasi
A 1 26.8960 26.896 8.3654 * 4.11
Kekeliruan 36 115.7460 3.215
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kecepatan (B1 dan
B2)
Sumber
dk JK RJK Fo Ft
Variasi
B 1 15.1290 15.129 4.7055 *
Kekeliruan 36 115.7460 3.215
Sumber
dk JK RJK Fo Ft
Variasi
Rata-rata
Perlakuan 1 1512.9000 1512.900
A 1 26.8960 26.896 8.3654 * 4.11
B 1 15.1290 15.129 4.7055 *
AB 1 42.8490 42.849 13.3271 *
Kekeliruan 36 115.7460 3.215
Total 40 1713.5200
Tabel 15. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
Keterangan ;
sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis I
peningkatan yang berbeda dengan latihan plyometrics. Hal ini dibuktikan dari
nilai Fhitung = 8.365 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak.
Yang berarti bahwa latihan berbeban memiliki peningkatan yang berbeda dengan
bahwa ternyata latihan plyometrics memiliki peningkatan yang lebih baik dari
dan 6.97.
2. Pengujian Hipotesis II
tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang berbeda dengan siswa
yang memiliki kecepatan rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 4.706 >
Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa
siswa yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot
tungkai yang berbeda dengan siswa yang memiliki kecepatan rendah dapat
diterima kebenarannya.
kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang lebih baik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
dari pada siswa yang memiliki kecepatan rendah, dengan rata-rata peningkatan
dan tingkat kecepatan sangat bermakna. Karena Fhitung = 13.327 > Ftabel = 4.11.
Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Terdapat interaksi yang signifikan antara
jenis latihan yang diterapkan untuk meningkatkan power otot tungkai dan tingkat
kecepatan.
(a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian
(b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi
dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai
berikut:
yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan berbeban dan
hasil power otot tungkai. Pada kelompok siswa yang mendapat latihan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
plyometrics mempunyai peningkatan hasil power otot tungkai yang lebih baik
cepat. Pada latihan ini otot-otot dituntut untuk bekerja melawan beban yang
plyometric yaitu berupa berat badan sendiri (beban internal). Latihan plyometrics
kekuatan secara terpadu. Kecepatan dan kekuatan gerak yang terpadu dalam satu
tungkai untuk mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu
gerakan yang utuh secara eksplosif. Faktor utama power otot adalah kekuatan dan
kecepatan. Power otot dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui latihan fisik
yaitu dengan meningkatkan unsur kekuatan dan unsur kecepatan secara bersama-
terpadu. Oleh karena itulah latihan plyometrics memiliki hasil yang lebih baik
dihasilkan oleh latihan plyometrics lebih tinggi 1.64 dari pada dengan power otot
tungkai.
yang nyata antara kelompok siswa dengan kecepatan tinggi dan kecepatan rendah
terhadap peningkatan power otot tungkai. Pada kelompok siswa dengan kecepatan
kelompok siswa dengan kecepatan rendah. Pada kelompok siswa kecepatan tinggi
memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kecepatan
yang baik menunjang kesiapan siswa untuk melakukan latihan khususnya yang
yang baik. Makin tinggi tingkai kecepatan yang dimiliki siswa maka makin besar
pula potensi power otot yang dimungkin dapat dicapai. Oleh karena itulah siswa
yang memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan power otot tungkai yang
perbandingan rata-rata peningkatan hasil power otot tungkai pada siswa yang
memiliki kecepatan tinggi 1.23 yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang
Kecepatan
Dari tabel 10 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa
12 dibawah ini.
Tabel 16. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan
B Terhadap Hasil Power otot tungkai.
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
A1 A2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
B1 B2
Keterangan :
: A1 = Latihan berbeban
: A2 = Latihan plyometrics.
: B1 = Kecepatan tinggi
: B2 = Kecepatan rendah
Atas dasar gambar 7 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai
hasil power otot tungkai adalah tidak sejajar dan bersilangan. Garis perubahan
peningkatan power otot tungkai antar kelompok memiliki suatu titik pertemuan
atau persilangan. Antara jenis latihan (metode latihan) untuk meningkatkan power
otot tungkai dan tingkat kecepatan memiliki titik persilangan. Berarti terdapat
Berdasarkan tabel 16, hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang
memiliki kecepatan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot tungkai yang
besar jika dilatih dengan latihan plyometrics yaitu sebesar 8.620. Siswa yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
otot tungkai yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kecepatan tinggi dan
latihan yang diterapkan untuk meningkatkan power otot tungkai dipengaruhi oleh
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
2. Ada perbedaan peningkatan power otot tungkai yang signifikan siswa yang
ditinjau dari kecepatan lari terhadap peningkatan power otot tungkai. Hasil
besar 0,05
hasil power otot tungkai yang besar jika dilatih dengan latihan
plyometrics.
power otot tungkai yang lebih baik jika mendapat latihan berbeban
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
B. Implikasi
dan pembina olahraga dapat menerapkan salah satunya untuk mendukung latihan
latihan plyometrics dapat dipergunakan bagi siswa yang memiliki kecepatan tinggi
dipergunakan bagi siswa yang memiliki kecepatan rendah agar power otot tungkai
meningkat
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan
1. Bagi siswa yang memiliki kecepatan tinggi agar power otot tungkai meningkat
2. Bagi siswa yang memiliki kecepatan rendah agar power otot tungkai dapat
DAFTAR PUSTAKA
Publishing Company
, 1994. Power Training for Sport : Plyometrics for Maximum for Power
Brooks, GA, Fahey D. 1984. Exercise physiology human Bionergenetics and its
Champaign. IIIians
Davis. D., Kimmet, T., and Auty, M., 1989 Physical Education :Theory and
Ltd
Foss, M.L., Keteyian, S.J. 1998. Fox’s Physiological Basis for Exercise and
Fox, EL, Bower, R.W., Fose M.L. 1988, The Physicological Basis of Physical
Fox, Merle L, Foss, Steven J. 1998, Physiological Basis For Exercise and Sport,
Ditjendikti
Johnson, B.L., Nelson, J.K. 1987. Practical Measurment for Evaluation Physical
Jones, NL., McCarteney, N., and McCormas, AJ., 1986. Human Muscle Power
Kirkendall DR, Gruber J.J,Johnson R.R. 1986. Measurement and Evalution for
Press.
Nossek. J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press. Ltd
Incorporated
Soekarman. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih Dan Atlet. Jakarta :
Press
Sugiyanto & Sudjarwo. 1992. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak.
Thomas, J.P. Nelson, J.K. 2001. Research Methods in Physical Activity. Second
Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta