Pariwisata Dalam Tinjauan Ekonomi Syariah PDF
Pariwisata Dalam Tinjauan Ekonomi Syariah PDF
06, JURNAL
AL MASHLAHAH No. 01 HUKUM ISLAM DAN PRANATA
ISSN : 2339-2800 (Media Cetak)
SOSIAL ISLAM
DOI : 10.30868/am.v6i01.241 ISSN : 2581-2556 (Media Online)
Muhajirin
Staf Pengajar dan Dosen Tetap STAI Al-Hamidiyah Jakarta
ibnusyahrustany@gmail.com
Abstract
The purpose of this study is to know the legal view of Sharia Economics on the
existence of tourism activities from various perspectives, both Al-Qur'an, Tafsir,
Hadith, Philosophy of Islamic Law, Islamic Law, Review of Sharia Economics and
opinion of Muslim scholars. Approach method used is: First, Historical approach
(Historical approach), this approach is used to trace the context of the context behind
the revelation process emerged asbab an-Nuzul theory, asbab al-Wurud, Nasikh and
Mansukh Principles. Second, Analytical Approach which aims to know the meaning
contained by the terms in Al-Quran and Hadith, as well as to know its application in
practice. Third, Philosophical Approach (Phylosophycal Approach), the goal is to know
the hikamah and philosophy of the formation of the law. Fourthly, the Comparative
Approach is performed dialectically to measure the validation of arguments in the
direction of each different legal provisions. This study resulted in the conclusion that
travel is highly recommended by syara 'both physical tourism and spiritual tourism if
the goal is an effort to get closer to the khaliq through the creation of the universe.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan hukum Ekonomi
Syariah terhadap keberadaan aktivitas pariwisata dari berbagai sudut pandang, baik Al-
Qur’an, Tafsir, Hadits, Filasafat Hukum Islam, Hukum Islam, Tinjauan Ekonomi
Syariah serta tinjaun pendapat para cendikiawan muslim. Metode pendekatan yang
dipakai adalah: Pertama, Pendekatan historis (Historical approach), pendekatan ini
digunakan untuk menelusuri konteks konteks yang melatar belakangi proses pewahyuan
muncul teori asbab an-Nuzul, asbab al-Wurud, Prinsip Nasikh dan Mansukh. Kedua,
Pendekatan Analisis (Analitical Approach) yang bertujuan untuk mengetahui makna
yang terkandung oleh istilah-istilah dalam Al-Quran dan Hadits, sekaligus mengetahui
penerapannya dalam praktik. Ketiga, Pendekatan Filsafat (Phylosophycal Approach),
tujuannya adalah untuk mengetahui hikamah dan filsafat pembentukan hukum.
Keempat, Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), dilakukan secara
dialektis untuk mengukur validasi argumen yang di ketengahkan masing-masing
ketentuan hukum yang berbeda. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
perjalanan wisata sangat dianjurkan oleh syara’ baik wisata jasmani maupun wisata
rohani jika tujuannya adalah upaya mendekatkan diri kepada sang khaliq melalui
ciptaannya yakni alam semesta.
Pendahuluan
Islam adalah agama yang realistis, mereka hanya tertuju pada akhirat dan
tidak tenggelam dalam dunia khayal dan nilai-nilai ukhrawi, jauh dari kehidupan
lamunan saja. Tetapi Islam berjalan dan kesenangan. Kemudian pertanyaan
bersama manusia dalam dunia kenyataan yang muncul pada kita, apakah memang
dan realistis. Islam tidak memperlakukan demikian gambaran dari keadaan para
manusia sebagaimana malaikat yang sahabat Nabi ketika itu ?.
mempunyai dua sayap, tiga, emapat dan Kehidupan Rasulullah S.A.W.
seterusnya. Akan tetapi Islam merupakan teladan yang sangat baik bagi
memperlakukan mereka sebagai manusia manusia. Dalam khalawat
yang butuh makan, minum, beraktifitas di (kesendiriannya), Nabi S.A.W. melakukan
pasar bahkan hiburan atau pariwisata. shalat dengan khusyu', menangis, berdiri
Oleh karena itu Islam tidak lama hingga bengkak kedua kakinya.
mewajibkan umatnya agar seluruh Dalam masalah kebenaran, Nabi S.A.W.
percakapannya berupa dzikir, diamnya tidak pernah memperdulikan seseorang
berarti berfikir, seluruh pendengarannya demi mencari keridhaan Allah S.W.T.
hanya kepada Al-Qur'an, dan seluruh Akan tetapi dalam kehidupan dan
waktu senggangnya ada di masjid. Tetapi hubungan dengan orang lain, Nabi S.A.W.
Islam mengakui fitrah dan naluri yang adalah seorang manusia biasa yang
diciptakan Allah pada diri mereka, yaitu mencintai kebaikan dan keindahan,
Allah menciptakan mereka sebagai wajahnya berseri-seri dan tersenyum,
makhluk yang suka bergembira, bermain-main dan bersenda gurau, akan
bersenang-senang, tertawa, bermain dan tetapi tidak pernah mengatakan kecuali
berwiasata atau bertamasya, sebagaimana yang benar.1
Allah S.W.T. menciptakan mereka suka Rasulullah S.A.W. suka terhadap
makan dan minum. kegembiraan dan apa saja yang membawa
Ketinggian sepiritual yang sudah pada kegembiraan. Nabi Muhammad
dicapai oleh sebagian para sahabat Rasul S.A.W. tidak menyukai kesusahan dan apa
S.A.W. membuat sebagian orang mengira yang membawa pada kesusahan, seperti
bahwa mereka selalu serius, tekun berhutang dan hal-hal yang membawa pada
beribadah dan senantiasa berpaling dari kepayahan, bahkan Nabi S.A.W. selalu
segala kesenangan hidup dan nuansa meminta perlindungan kepada Allah
keindahan dunia ini. Sehingga mereka
tidak mau bergembira dan tidak bermain-
1
main, bahkan pandangan dan pemikiran Yusuf Qardhawi. Al-Halal wa Al-Haram fi
Al-Islam. Kairo: Dar al-Ma'rifah, hlm. 335.
S.W.T. dari keburukan, sebagaimana apa Para sahabat Nabi S.A.W. yang
yang dipanjatkan beliau ketika berdoa: mulia juga bergurau, tertawa, bermain-
ْ ْ َ َ ُُْ َ ّ ُ َ
َ ال َُح َْز ِ َن
َ ن َال ََه ِ َّم ََو
َ ك َِم
َ َأللَ َهمَ َِإ َِوى َأ َع َى َذ َِب main dan berkata jenaka, karena mereka
mengetahui kebutuhan jiwanya dan ingin
"Ya Allah, sesungguhnya aku
memenuhi panggilan fitrah, disamping
berlinduk kepada-Mu dari kesusahan hendak memenuhi hak hatinya untuk
dan kesedihan."2 beristirahat dan bergembira, supaya dapat
melanjutkan perjalanan di jalan yang
Diantara gurauan yang pernah
penuh keseriusan, perjalanan yang sangat
dilakukan oleh Rasulullah S.A.W. adalah panjang dan melahkan. Sahabat Ali Radhia
sebagaimana diriwayatkan bahwa seorang Allah Anhu Wa Karrama Allah wajhah
wanita lanjut usia datang kepadanya seraya berkata:
َْ َ َ َ َ ُُْْ
،ب َج ََملَ ك َما ج َمل ْلا ْب َد ُان
berkata, "Wahai Rasulullah, do'akanlah
kepada Allah agar Dia memasukkan aku ke َ َِإنَ َال َل َل َى
ْ ْ َ َ َ ُ َ
dalam surga. "Kemudian Rasulullah َ ف ْاب َخ َغ ْىا ل َها ط َسا ِئف ال ِحك َم َِت
S.A.W. berkata kepadanya, "Wahai Ibu
"Sesungguhnya hati bisa lesu
Fulanah, sesungguhnya surga tidak
sebagaimana badan. Oleh karena
dimasuki oleh orang tua renta. "Wanita
itu, carilah segi- segi kebijaksanaan
tersebut terperanjat dan menangis, karena
demi kepentingan hati".
mengira dirinya tidak akan masuk surga. َ َ َ َْ َ ًَ َ َ ُُْْ ْ ُ َ
اع ٍت ف ِئنب شاعت بعد ش َ زوحىا الللى
Melihat keadaan tersebut Rasulullah ُْ َ َْْ
S.A.W. lantas menjelaskan maksudnya, َ اللل َب ِإذا أك ِس َه َع ِم َى
bahwa orang yang sudah lanjut usia tidak "Hiburlah hatimu sesaat demi sesaat,
akan masuk surga dalam keadaan tua karena hati apabila dipaksa bisa
renta, melainkan Allah menjadikannya buta".
sebagai gadis muda beliau. Kemudian
beliau membacakan Ayat Al-Qur'an: Dari gambaran di atas, maka
َ َ َٰ ۡ َ َٓ َٰ ۡ َ َ ٓ
ف َج َعل َن ُهن أ ۡبكا ًزا٥٧ أوشأ َن ُهن ِإوشا ٗء
sangatlah penting pariwisata sebagai
ِإها bentuk hiburan manusia yang fitrahnya
َ
َ ٥٩ ُع ُسًبا أ ۡج َس ٗابا ٥٨ selalu ingin memperoleh hiburan dan
kesenangan. Namun yang menjadi
"Sesungguhnya kami menciptakan permasalahan selanjutnya apakah setiap
mereka (Bidadari-bidadari) dengan wisata yang kita laksanakan sesuai dengan
langsung. Dan kami jadikan mereka ketentuan syariat ?
gadis-gadis perawan. Penuh cinta
lagi sebaya umurnya." (QS. Al- Pembahasan
Waqi'ah [56]: 35-37)3 Mengawali kajian pariwisata dan
keterkaitannya dengan ekonomi syariah,
diperlukan definisi operasional tentang
2
Riwayat Imam Abu Daud dari Ghassan bin pariwisata. Pariwisata adalah satu sistem
Auf (Shahih).
3
Riwayat Imam At-Tirmidzi dari Aisah ra yang mengikut sertakan berbagai pihak
(Hasan).
sebelum mereka. mereka itu adalah dipertemukan oleh ragam keindahan yang
lebih hebat kekuatannya daripada diberikan Allah S.W.T. Pertemuan antar
mereka dan (lebih banyak) bekas- wisatawan akan memeberikan dampak
bekas mereka di muka bumi, Maka secara ekonomi bagi masyarakat lokal. Jika
Allah mengazab mereka disebabkan dikelola dengan baik, akan meningkatkan
dosa-dosa mereka. dan mereka tidak pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
mempunyai seorang pelindung dari Dalam Islam, prinsip ini dirumuskan dalam
azab Allah.” (QS. Al-Mu’min term ta’arruf sesuai dengan Al-Qur’an
[40]:21) Surat Al-Hujarat [49] ayat 13:
َ ُ ََ ُ َٰ َ َ
اس ِإها خل ۡل َىكم ِّمن ذك ٖس ََوأهث َٰى ُ ََٰٓي َأي َها ٱلى
Kemudian mengenal alam mini ْۡۚ ُ ٓ َ ُ ُ َٰ ۡ
dengan segala keindahan dan seni-seninya َو َج َعل َىك ۡم ش ُع ٗىبا َوك َبا ِئ َل ِل َخ َعا َزف ٓىا ِإن
sebagaimana diisyaratkan dalam oleh
يم ٌ ىد ٱلل ِه َأ ۡج َل َٰى ُك ۡۚۡم إن ٱلل َه َع ِلَ َأ ۡك َس َم ُك ۡم ع
ِ
firman Allah S.W.T. dalam surat Al- ِ
َ
Ankabut [29] Ayat 20: َ ١٥ يرٞ خ ِب
Artinya: Katakanlah: "Berjalanlah di
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami
(muka) bumi, Maka perhatikanlah
menciptakan kamu dari seorang laki-
bagaimana Allah menciptakan (manusia)
laki dan seorang perempuan dan
dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikan kamu berbangsa-bangsa
menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya
dan bersuku-suku supaya kamu
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
saling kenal-mengenal.
(QS. Al-Ankabut [29]: 20)
Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah
Filsafat Pariwisata
ialah orang yang paling taqwa
Penataan dan pengembangan
diantara kamu. Sesungguhnya Allah
pariwisata sebagai disiplin ilmu yang
Maha mengetahui lagi Maha
mandiri memerlukan kontribusi para pakar
Mengenal.” (QS. Al-Hujarat [49]:
dari berbagai pihak agar membentuk citra
13)
kemandiriannya yang sesuai dengan
filsafat bangsa Indonesia. Penataan dan
Karena aktivitas pariwisata tidak bisa
pengembangan tersebut perlu dirancang
berjalan secara ekslusif, industri pariwisata
dan ditata aspek-aspek filsafat pariwisata
terkait dengan gejala internasional dan
yang meliputi ontologi, epistologi dan
berjalan secara inklusif. Hal ini karena
aksiologinya, aspek terminology, aspek
pariwisata adalah kegiatan yang
teori hukum kepariwisataan, dan
mengeratkan sikap saling pengertian dan
dimaklumi pendidikan tinggi
14 kerjasama antar bangsa. Meskipun
kepariwisataan.
mempunyai keterkaitan dengan gejala
Prinsip pembangunan pariwisata
internasional, aktivitas pariwisata harus
diarahkan penciptaan perdamaian dunia
tetap berjalan dan berpegang teguh nilai-
ketika para wisatawan dari lintas negara
nilai yang dianut masyarakat. Nilai-nilai
14
Hudwan & Hawkins. hlm. 89.