Anda di halaman 1dari 13

AL MASHLAHAH, Vol.

06, JURNAL
AL MASHLAHAH No. 01 HUKUM ISLAM DAN PRANATA
ISSN : 2339-2800 (Media Cetak)
SOSIAL ISLAM
DOI : 10.30868/am.v6i01.241 ISSN : 2581-2556 (Media Online)

PARIWISATA DALAM TINJAUAN EKONOMI SYARIAH

Muhajirin
Staf Pengajar dan Dosen Tetap STAI Al-Hamidiyah Jakarta
ibnusyahrustany@gmail.com

Received: 31-03-2018, Accepted: 23-05 2018, Published: 01-06-18

Abstract

The purpose of this study is to know the legal view of Sharia Economics on the
existence of tourism activities from various perspectives, both Al-Qur'an, Tafsir,
Hadith, Philosophy of Islamic Law, Islamic Law, Review of Sharia Economics and
opinion of Muslim scholars. Approach method used is: First, Historical approach
(Historical approach), this approach is used to trace the context of the context behind
the revelation process emerged asbab an-Nuzul theory, asbab al-Wurud, Nasikh and
Mansukh Principles. Second, Analytical Approach which aims to know the meaning
contained by the terms in Al-Quran and Hadith, as well as to know its application in
practice. Third, Philosophical Approach (Phylosophycal Approach), the goal is to know
the hikamah and philosophy of the formation of the law. Fourthly, the Comparative
Approach is performed dialectically to measure the validation of arguments in the
direction of each different legal provisions. This study resulted in the conclusion that
travel is highly recommended by syara 'both physical tourism and spiritual tourism if
the goal is an effort to get closer to the khaliq through the creation of the universe.

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan hukum Ekonomi
Syariah terhadap keberadaan aktivitas pariwisata dari berbagai sudut pandang, baik Al-
Qur’an, Tafsir, Hadits, Filasafat Hukum Islam, Hukum Islam, Tinjauan Ekonomi
Syariah serta tinjaun pendapat para cendikiawan muslim. Metode pendekatan yang
dipakai adalah: Pertama, Pendekatan historis (Historical approach), pendekatan ini
digunakan untuk menelusuri konteks konteks yang melatar belakangi proses pewahyuan
muncul teori asbab an-Nuzul, asbab al-Wurud, Prinsip Nasikh dan Mansukh. Kedua,
Pendekatan Analisis (Analitical Approach) yang bertujuan untuk mengetahui makna
yang terkandung oleh istilah-istilah dalam Al-Quran dan Hadits, sekaligus mengetahui
penerapannya dalam praktik. Ketiga, Pendekatan Filsafat (Phylosophycal Approach),
tujuannya adalah untuk mengetahui hikamah dan filsafat pembentukan hukum.
Keempat, Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), dilakukan secara
dialektis untuk mengukur validasi argumen yang di ketengahkan masing-masing
ketentuan hukum yang berbeda. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa

Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah | 19


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

perjalanan wisata sangat dianjurkan oleh syara’ baik wisata jasmani maupun wisata
rohani jika tujuannya adalah upaya mendekatkan diri kepada sang khaliq melalui
ciptaannya yakni alam semesta.

Keywords: Tourism, Historical approach, Analitical Approach, Phylosophycal


Approach, dan Comparative Approach

Pendahuluan
Islam adalah agama yang realistis, mereka hanya tertuju pada akhirat dan
tidak tenggelam dalam dunia khayal dan nilai-nilai ukhrawi, jauh dari kehidupan
lamunan saja. Tetapi Islam berjalan dan kesenangan. Kemudian pertanyaan
bersama manusia dalam dunia kenyataan yang muncul pada kita, apakah memang
dan realistis. Islam tidak memperlakukan demikian gambaran dari keadaan para
manusia sebagaimana malaikat yang sahabat Nabi ketika itu ?.
mempunyai dua sayap, tiga, emapat dan Kehidupan Rasulullah S.A.W.
seterusnya. Akan tetapi Islam merupakan teladan yang sangat baik bagi
memperlakukan mereka sebagai manusia manusia. Dalam khalawat
yang butuh makan, minum, beraktifitas di (kesendiriannya), Nabi S.A.W. melakukan
pasar bahkan hiburan atau pariwisata. shalat dengan khusyu', menangis, berdiri
Oleh karena itu Islam tidak lama hingga bengkak kedua kakinya.
mewajibkan umatnya agar seluruh Dalam masalah kebenaran, Nabi S.A.W.
percakapannya berupa dzikir, diamnya tidak pernah memperdulikan seseorang
berarti berfikir, seluruh pendengarannya demi mencari keridhaan Allah S.W.T.
hanya kepada Al-Qur'an, dan seluruh Akan tetapi dalam kehidupan dan
waktu senggangnya ada di masjid. Tetapi hubungan dengan orang lain, Nabi S.A.W.
Islam mengakui fitrah dan naluri yang adalah seorang manusia biasa yang
diciptakan Allah pada diri mereka, yaitu mencintai kebaikan dan keindahan,
Allah menciptakan mereka sebagai wajahnya berseri-seri dan tersenyum,
makhluk yang suka bergembira, bermain-main dan bersenda gurau, akan
bersenang-senang, tertawa, bermain dan tetapi tidak pernah mengatakan kecuali
berwiasata atau bertamasya, sebagaimana yang benar.1
Allah S.W.T. menciptakan mereka suka Rasulullah S.A.W. suka terhadap
makan dan minum. kegembiraan dan apa saja yang membawa
Ketinggian sepiritual yang sudah pada kegembiraan. Nabi Muhammad
dicapai oleh sebagian para sahabat Rasul S.A.W. tidak menyukai kesusahan dan apa
S.A.W. membuat sebagian orang mengira yang membawa pada kesusahan, seperti
bahwa mereka selalu serius, tekun berhutang dan hal-hal yang membawa pada
beribadah dan senantiasa berpaling dari kepayahan, bahkan Nabi S.A.W. selalu
segala kesenangan hidup dan nuansa meminta perlindungan kepada Allah
keindahan dunia ini. Sehingga mereka
tidak mau bergembira dan tidak bermain-
1
main, bahkan pandangan dan pemikiran Yusuf Qardhawi. Al-Halal wa Al-Haram fi
Al-Islam. Kairo: Dar al-Ma'rifah, hlm. 335.

19 | Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

S.W.T. dari keburukan, sebagaimana apa Para sahabat Nabi S.A.W. yang
yang dipanjatkan beliau ketika berdoa: mulia juga bergurau, tertawa, bermain-
ْ ْ َ َ ُُْ َ ّ ُ َ
َ ‫ال َُح َْز ِ َن‬
َ ‫ن َال ََه ِ َّم ََو‬
َ ‫ك َِم‬
َ ‫َأللَ َهمَ َِإ َِوى َأ َع َى َذ َِب‬ main dan berkata jenaka, karena mereka
mengetahui kebutuhan jiwanya dan ingin
"Ya Allah, sesungguhnya aku
memenuhi panggilan fitrah, disamping
berlinduk kepada-Mu dari kesusahan hendak memenuhi hak hatinya untuk
dan kesedihan."2 beristirahat dan bergembira, supaya dapat
melanjutkan perjalanan di jalan yang
Diantara gurauan yang pernah
penuh keseriusan, perjalanan yang sangat
dilakukan oleh Rasulullah S.A.W. adalah panjang dan melahkan. Sahabat Ali Radhia
sebagaimana diriwayatkan bahwa seorang Allah Anhu Wa Karrama Allah wajhah
wanita lanjut usia datang kepadanya seraya berkata:
َْ َ َ َ َ ُُْْ
،‫ب َج ََملَ ك َما ج َمل ْلا ْب َد ُان‬
berkata, "Wahai Rasulullah, do'akanlah
kepada Allah agar Dia memasukkan aku ke َ ‫َِإنَ َال َل َل َى‬
ْ ْ َ َ َ ُ َ
dalam surga. "Kemudian Rasulullah َ ‫ف ْاب َخ َغ ْىا ل َها ط َسا ِئف ال ِحك َم َِت‬
S.A.W. berkata kepadanya, "Wahai Ibu
"Sesungguhnya hati bisa lesu
Fulanah, sesungguhnya surga tidak
sebagaimana badan. Oleh karena
dimasuki oleh orang tua renta. "Wanita
itu, carilah segi- segi kebijaksanaan
tersebut terperanjat dan menangis, karena
demi kepentingan hati".
mengira dirinya tidak akan masuk surga. َ َ َ َْ َ ًَ َ َ ُُْْ ْ ُ َ
‫اع ٍت ف ِئن‬‫ب شاعت بعد ش‬ َ ‫زوحىا الللى‬
Melihat keadaan tersebut Rasulullah ُْ َ َْْ
S.A.W. lantas menjelaskan maksudnya, َ ‫اللل َب ِإذا أك ِس َه َع ِم َى‬
bahwa orang yang sudah lanjut usia tidak "Hiburlah hatimu sesaat demi sesaat,
akan masuk surga dalam keadaan tua karena hati apabila dipaksa bisa
renta, melainkan Allah menjadikannya buta".
sebagai gadis muda beliau. Kemudian
beliau membacakan Ayat Al-Qur'an: Dari gambaran di atas, maka
َ َ َٰ ۡ َ َٓ َٰ ۡ َ َ ٓ
‫ ف َج َعل َن ُهن أ ۡبكا ًزا‬٥٧ ‫أوشأ َن ُهن ِإوشا ٗء‬
sangatlah penting pariwisata sebagai
‫ِإها‬ bentuk hiburan manusia yang fitrahnya
َ
َ ٥٩ ‫ُع ُسًبا أ ۡج َس ٗابا‬ ٥٨ selalu ingin memperoleh hiburan dan
kesenangan. Namun yang menjadi
"Sesungguhnya kami menciptakan permasalahan selanjutnya apakah setiap
mereka (Bidadari-bidadari) dengan wisata yang kita laksanakan sesuai dengan
langsung. Dan kami jadikan mereka ketentuan syariat ?
gadis-gadis perawan. Penuh cinta
lagi sebaya umurnya." (QS. Al- Pembahasan
Waqi'ah [56]: 35-37)3 Mengawali kajian pariwisata dan
keterkaitannya dengan ekonomi syariah,
diperlukan definisi operasional tentang
2
Riwayat Imam Abu Daud dari Ghassan bin pariwisata. Pariwisata adalah satu sistem
Auf (Shahih).
3
Riwayat Imam At-Tirmidzi dari Aisah ra yang mengikut sertakan berbagai pihak
(Hasan).

Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah | 19


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

dalam keterpaduan kaitan fungsional yang mempunyai aksentuasi nilai kepuasan


serasi dengan kaidah-kaidah syariah.4 tertentu yang bersifat psikologis, soc/sial,
Aktivitas pariwisata akan mendorong budaya atau ekonomi, sesuai dengan
berlangsungnya dinamika mobilitas kedudukan, fungsi, peran yang
seluruh lapisan manusia, sebagai penduduk bersangkutan, dalam konteks pergaulan
suatu tempat, untuk melakukan perjalanan antar manusia dan bangsa. Nilai kepuasan
sementara waktu secara sendiri-sendiri tersebut semakin meningkat sejalan dengan
maupun berkelompok, menuju tempat lain adanya implikasi dampak kemajuan ilmu
di dalam negeri maupun di luar negeri. dan teknologi terhadap perkembangan
Mobilitas berwisata dapat menggunakan industry, perdagangan, transportasi,
transportasi darat, laut, sungai maupun informasi dan komunikasi. Keadaan tersbut
udara. Setiap wisatawan memiliki menggugah kewaspadaan terhadap
aksentuasi minat serta apresiasi tujuan kemungkinan adanya dampak
yang berbeda. negative/negatif dari pariwisata.
Keragaman minat wisata tersebut
tiadalain karenu tujuan menikmati Secara garis besar, komponen
perubahan suasana, hiburan, keunikan, definisi oprasional pariwisata meliputi hal-
keindahan alam, seni budaya, atau terkait hal berikut ini:
dengan kepentingan kesehatan, pariwisata 1. Sistem keikutsertaan berbagai pihak
olah raga, peningkatan politik, acara dalam keterpaduan kaitan fungsional
soc/sial atau keagamaan, dapat juga yang serasi.
kegiatan wisata tersebut tergabung dengan 2. Mendorong berlangsungnya dinamika
dinas maupun rekan bisnis. Kegiatan dan mobilitas manusia.
pariwisata tersebut, baik sadar maupun 3. Memerlukan transportasi darat, laut,
tidak, telah menumbuhkan persepsi dan sungai maupun udara.
apresiasi silang subkultural atau silang 4. Bergantung pada minat serta apresiasi
budaya. Silang budaya sebagai tujuan dari tiap-tiap wisatawan.
konsekuensi logis kegiatan pariwisata 5. Menimbulkan persepsi dan apresiasi
dapat meliputi lingkungan alamiah- silang subkultur atau silang budaya.
tradisional atau pada lokasi eksekutif yang 6. Bertujuan untuk memperoleh nilai
tercipta karena referensi peminat kepuasan tertentu yang bersifat
pariwisata serta maksud dan tujuannya. psikologi.
Semua itu dapat terwujud apabila ada 7. Mengandung dampak negatif.
sarana dan prasarana, serta ada lembaga Jika disimpulkan esensi pariwisata
jasa yang didukung oleh iklim yang tertib terdiri atas tiga unsur utama, yaitu:
dan lancar, sejuk dan nyaman, bersih, 1. Manusia sebagai pelaku.
indah, aman dan penuh kenangan. Dengan 2. Ruang sebagai unsur fisik.
demikian seluruh sistem menciptakan 3. Waktu.5
kenikmatan dari kehidupan yang bermakna
dan multidimensional. Setiap pihak
5
Engkin Mudayana, Pariwisata Prajna Artha
4
Juhaya S. Praja. Ekonomi Syariah. Buana. Pariwisata Memacu Perdamaian dan
Bandung: Pustaka Setia. hlm. 133. Kesejahteraan Dunia. Orasi Dies Natalis UIN

19 | Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Konsep pariwisata dalam masyarakat arti rambu-rambu perjalanan menuju Allah


manckup empat unsur, yaitu:6 S.W.T., atau bukti-bukti kekuasaan dan
1. Unsur dinamis,yaitu fenomena keesaan Allah S.W.T. Tanda tersebut tidak
pariwisata yang mencakup: konsep dapat difungsikan dengan baik sebagai
dasar, prinsip, faktor yang tanda kecuali apabila didengar atau
mempengaruhi perjalanan. dipandang, baik dengan mata hati maupun
2. Unsur pelayanan, yaitu sistem dengan mata kepala sebagai salah satu
pariwisata yang mencakup komponen panca indra.
permintaan, persediaan dan komponen Karena itu, dalam Al-Qur'an
penghubung. ditemukan sekian banyak perintah-perintah
3. Unsur fungsional, yaitu manajemen Allah yang berkaitan dengan pemungsian
pariwisata dan latihan. tanda-tanda tersebut. Khusus yang
4. Unsur akibat, yaitu dampak pariwisata menyangkut pandangan, tidak kurang dari
terhadap ekonomi, sosial, budaya dan tujuh ayat yang mengaitkan secara
lingkungan. langsung perintah memandang itu dengan
Berdasarkan definisi oprasional dan perjalanan, seperti ayat; Berjalanlah di
pernyataan-pernyataan tersebut, dari sudut bumi dan lihatlah..... Bahkan al-saihun
pandang syariat Islam, aktivitas pariwisata (wisatawan) yang melakukan perjalanan
diarahkan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam rangka memperoleh ibrah (pelajaran
ta’arruf (saling mengenal), tabadul al- dan pengajaran), dipuji oleh Al-Qur'an
manafi’ (pertukaran manfaat) dan berbarengan dengan pujiannya kepada
ta’awwun dan takaful (saling menolong orang-orang yang bertaubat, mengabdi,
dan saling menanggung resiko). Oleh memuji Allah, rukuk dan sujud,
karena itu, salah satu misi ilmu memerintahkan kepada kebaikan dan
kepariwisataan dalam Islam adalah mencegah kemungkaran serta memelihara
menyusun secara ilmiah dan sistematis ketetapan-ketetapan Allah (QS. At-Taubah
upaya-upaya untuk memaksimalkan [9]: 112).
manfaat pariwisata dan meminimalkan
َٰٓ ۡ ۡ َٰٓ
dampak negatifnya.
‫ٱلخ ِئ ُبى َن ٱل ََٰع ِب ُدو َن ٱل ََٰح ِم ُدو َن ٱلص ِئ ُحى َن‬
ُ ۡ َ‫ون ب ۡٱۡل‬ ٓ ۡ َ ُ َٰ
َ ‫ٱۡلم ُس‬ َ ُ َٰ
Bedah Tafsir ‫وف‬ ِ ‫س‬ ‫ع‬ ِ ِ ‫ٱلس ِكعىن ٱلس ِجدون‬
َ ُ َٰ ۡ َ ُ ۡ َ
‫َوٱلى ُاهىن َع ِن ٱۡلىك ِس َوٱل َح ِفظىن ِل ُح ُد ِود‬
Alam raya dan segala isinya,
demikian juga teks-teks redaksi Al-Qur'an,
ُۡۡ ّ
dinamai oleh Allah S.W.T. sebagai "ayat- َ ١١١ ‫ٱلل ِ ِۗه َو َب ِش ِس ٱۡلؤ ِم ِى َين‬
ayat Allah". Sementara ulama dalam
rangka membedakannya, menamai ayat ”Mereka itu adalah orang-orang
yang pertama sebagai ayat Kawniyah dan yang bertaubat, yang beribadat,
yang kedua sebagai ayat Qur'aniyah. yang memuji, yang melawat, yang
Secara harfiyah, ayat berarti tanda dalam ruku', yang sujud, yang menyuruh
berbuat ma'ruf dan mencegah
Bandung ke-33 dan Wisuda ke-11, Senin, 17 April
berbuat Munkar dan yang
1995 di Hotel Horison Bandung. memelihara hukum-hukum Allah.
6
Hudman dan Hawkins. hlm. 89.

Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah | 19


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

dan gembirakanlah orang-orang mengandung pengorbanan lebih dianjurkan


mukmin itu.” (QS. At-Taubah [9]: lagi, dan bahwa tujuan wisata antara lain
112). adalah untuk memperluas wawasan, atau
apa yang diistilahkan Al-Qasimiy,” diketuk
Kata al-saihun terambil dari kata dengan keras otak-otak yang beku”.
siyahah yang secara populer diartikan Memang sah saja, jika kata saih di atas
wisata. Kata ini mengandung arti diterjemahkan dengan arti “wisatawan”,
penyebaran. Karena itu, dari kata ters karena kata itu juga berarti air yang terus
ebut dibentuk kata sahat yang berarti menerus mengalir di tempat yang luas dan
lapangan yang luas.7 Sementara ulama tidak pernah membeku.
ingin membatasi pengertian kata tersebut Muhammad Rasyid Ridha (1865–
bahkan mengartikannya dalam ayat di atas 1935) menulis: “Kelompok sufi
dengan pengertian metaphor seperti puasa.8 mengkhusukan arti al-saihun yang dipuji
Tetapi apa yang mereka lakukan itu, dinilai itu adalah mereka yang melakukan
tidak mempunyai dasar yang kuat. perjalanan di muka bumi dalam rangka
Muhammad Jamaluddin Al-Qasimiy mendidik kehendak dan memperluas jiwa
(1866 – 1914) menguraikan dalam mereka”.10
Tafsirnya bahwa siyahah adalah perjalanan Mufassir terkenal, Imam Fakhruddin
wisata, karena menurutnya, cukup banyak Ar-Raziy (1149 – 1209), menulis:
bukti dan indikator ayat Al-Qur’an sebagai “Perjalanan wisata mempunyai dampak
berikut: “Saya telah menemukan sekian yang sangat besar dalam rangka
banyak pakar yang berpendapat bahwa menyempurnakan jiwa manusia. Karena
kitab suci memerintahkan agar dengan perjalanan itu, ia mungkin
mengorbankan sebagian dari (masa) menemui atau mengalami kesulitan dan
hidupnya untuk melakukan wisata dan kesukaran, ketika itu ia mendidik jiwanya
perjalanan agar ia dapat menemukan untuk bersabar. Mungkin juga ia
peninggalan-peninggalan lama, menemukan orang yang terkemuka,
mengetahui kabar berita umat terdahulu, sehingga ia dapat memperoleh dari mereka
agar semua itu dapat menjadi pelajaran dan hal-hal yang tidak dimilikinya. Selain itu,
ibarat yang dengannya dapat diketuk ia juga dapat menyaksikan aneka ragam
dengan keras otak-otak yang beku”.9 perbedaan ciptaan Allah S.W.T. Walhasil,
Perlu digarisbawahi bahwa pendapat perjalanan wisata mempunyai dampak
di atas menekankan perlunya wisata yang kuat dalam kehidupan beragama
walaupun dalam bentuk pengorbanan. Ini seseorang.”11
berarti bahwa perjalanan yang tidak At-Thabthaba’iy, ulama Syiah
kontemporer, juga memahami kata saihun
7 pada surat Al-Taubah Ayat 112 itu dengan
Al-Raghib Al-Asfahany. Mu'jam Al-
Mufradat Fi Gharib Al-Qur'an. Bairut: Daar Al-
Fikr. t.t. hlm. 253.
8 10
Al-Qurthuby, Tafsir Ahkam Al-Qur’an. Muhammad Rasyid Ridha. Tafsir Al-
Daar Al-Katib Al-Aroby, Kairo, Juz VIII, hlm. 269. Manar. Kairo: Maktabah Al-Manar. Juz XI, hlm.
9
Muhammad Jamaluddin Al-Qasimiy. 53.
11
Mahasin At-Ta’wil. Kairo: Al-Halabiy. Jus VIII, h. Fakhruddin Ar-Raziy, Tafsir Al-Kabir.
3276 Bairut: Daar Al-Fikr. Juz XV, hlm. 55.

19 | Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

arti perjalanan wisata.12 Dengan demikian, mengurangi jumlah rakaat shalatnya


kita tidak mengemukakan suatu pendapat (qashar). Tetapi yang terpuji dari satu
baru jika menyatakan bahwa Al-Qur’an perjalanan, adalah sifatnya seperti apa
menganjurkan perjalanan wisata. yang ditegaskan dalam salah satu ayat
Jangan diduga bahwa perjalanan yang memerintahkan melakukan
yang dianjurkan tersebut hanya terbatas perjalanan, sebagaimana penjelasan ayat
pada kaum pria. Al-Qur’an menjadikan Al-Qur’an berikut ini:
َۡ
ٞ ‫ٱۡل ۡزض َف َخ ُكى َن َل ُه ۡم ُك ُل‬ ْ ُ َ ۡ ََ َ
pula salah satu ciri wanita yang baik, ‫ىب‬ ِ ‫ي‬ ‫ف‬ِ ‫أفلم ي ِصير‬
‫وا‬
bahkan yang wajar menjadi pendamping َ َ ۖ َ َ َ ٓ َ ُ
Nabi S.A.W. adalah mereka yang ‫ان َي ۡص َم ُعىن ِب َها ف ِئن َها َل‬ٞ ‫َي ۡع ِللىن ِب َها أ ۡو َءاذ‬
melakukan perjalanan wisata. Kalau dalam
‫ىب ٱل ِتي ِفي‬ ُ ‫ص ُس َو ََٰلكن َح ۡع َمى ۡٱل ُل ُل‬ َۡ َۡ َ
ََٰ ‫ٱۡل ۡب‬ ‫حعمى‬
surat Al-Taubah ayat 112 Al-Qur’an ِ
menyebutkan wisatawan pria (al-saihun), َ ٦٨ ‫ٱلص ُدو ِز‬
maka secara khusus dalam ayat 5 surah Al-
“Maka Apakah mereka tidak
Tahrim dipergunakan istilah saihat, yakni
berjalan di muka bumi, lalu mereka
wisatawan wanita.
mempunyai hati yang dengan itu
Dalam hal ini, menarik sekali apa
mereka dapat memahami atau
yang dikatakan Al-Qasimy bahwa mereka
mempunyai telinga yang dengan itu
yang membatasi wisata bagi pria,”seakan-
mereka dapat mendengar? karena
akan menganggap bahwa udara terbuka
Sesungguhnya bukanlah mata itu
dikhususkan bagi selain wanita, atau
yang buta, tetapi yang buta, ialah
seakan-akan mereka diciptakan kecuali
hati yang di dalam dada.” (QS. Al-
untuk dikurung didalam rumah”.13
Hajj [22]: 46)
Selanjutnya Al-Qasimy menulis pula
Di samping itu, dari wisata Al-
bahwa Rasul sendiri seringkali mengundi
Qur’an juga mengharapkan agar manusia
siapakah diantara isteri beliau yang akan
memperoleh manfaat dari sejarah pribadi
bepergian bersamanya. Hal ini
atau bangsa-bangsa, sebagaimana
menunjukkan bahwa wisata bagi kaum
penjelasan dalam surat Al-Mu’min Ayat
wanita adalah sesuatu yang dibenarkan
21:
َ َ ْ ُ َ َۡ ْ ُ َ ۡ َََ
‫ض ف َيىظ ُسوا ك ۡيف‬
agama.
‫ز‬ۡ ‫ٱۡل‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫وا‬ ‫۞أولم ي ِصير‬
Perjalanan mubah (yang tidak ِ ِ
ْ ُ َ ۡۚ َ ْ ُ َ َ ُ َٰ َ َ
mengakibatkan dosa) dibenarkan oleh ‫ين كاهىا ِمن ك ۡب ِل ِه ۡم كاهىا‬ ‫ان َع ِل َبت ٱل ِر‬ ‫ك‬
َۡ ۡ َ َ ۡ ُ
agama. Bahkan mereka yang
‫ض‬ ٗ َ َ َ ٗ ُ ۡ ُۡ
melakukannya memperoleh keringanan- ِ ‫هم أشد ِمنهم كىة وءاثازا ِفي ٱۡلز‬
َ َ َ َ َ ۡ ُُ ُ ُ ُ َ َ ََ
‫ان ل ُهم ِّم َن‬
keringanan dalam bidang kewajiban-
kewajiban agama, seperti kebolehan
‫فأخرهم ٱلله ِبره ِىب ِهم وما ك‬
menunda puasanya, menggabung waktu َ ١١ ‫ٱلل ِه ِمن َو ٖاق‬
pelaksanaan shalat (jama’) atau
“Dan Apakah mereka tidak
Mengadakan perjalanan di muka
12
Muhammad Husain At-Thabthaba’iy. bumi, lalu memperhatikan betapa
Tafsir Al-Mizan. Teheran: Daar Al-Kutub Al-
Islamiyah. Juz XII, hlm. 5865. kesudahan orang-orang yang
13
Al-Qasimiy. op cit. Juz XII, hlm. 5.856.

Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah | 19


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

sebelum mereka. mereka itu adalah dipertemukan oleh ragam keindahan yang
lebih hebat kekuatannya daripada diberikan Allah S.W.T. Pertemuan antar
mereka dan (lebih banyak) bekas- wisatawan akan memeberikan dampak
bekas mereka di muka bumi, Maka secara ekonomi bagi masyarakat lokal. Jika
Allah mengazab mereka disebabkan dikelola dengan baik, akan meningkatkan
dosa-dosa mereka. dan mereka tidak pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
mempunyai seorang pelindung dari Dalam Islam, prinsip ini dirumuskan dalam
azab Allah.” (QS. Al-Mu’min term ta’arruf sesuai dengan Al-Qur’an
[40]:21) Surat Al-Hujarat [49] ayat 13:
َ ُ ََ ُ َٰ َ َ
‫اس ِإها خل ۡل َىكم ِّمن ذك ٖس ََوأهث َٰى‬ ُ ‫ََٰٓي َأي َها ٱلى‬
Kemudian mengenal alam mini ْۡۚ ُ ٓ َ ُ ُ َٰ ۡ
dengan segala keindahan dan seni-seninya ‫َو َج َعل َىك ۡم ش ُع ٗىبا َوك َبا ِئ َل ِل َخ َعا َزف ٓىا ِإن‬
sebagaimana diisyaratkan dalam oleh
‫يم‬ ٌ ‫ىد ٱلل ِه َأ ۡج َل َٰى ُك ۡۚۡم إن ٱلل َه َع ِل‬َ ‫َأ ۡك َس َم ُك ۡم ع‬
ِ
firman Allah S.W.T. dalam surat Al- ِ
َ
Ankabut [29] Ayat 20: َ ١٥ ‫ير‬ٞ ‫خ ِب‬
Artinya: Katakanlah: "Berjalanlah di
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami
(muka) bumi, Maka perhatikanlah
menciptakan kamu dari seorang laki-
bagaimana Allah menciptakan (manusia)
laki dan seorang perempuan dan
dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikan kamu berbangsa-bangsa
menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya
dan bersuku-suku supaya kamu
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
saling kenal-mengenal.
(QS. Al-Ankabut [29]: 20)
Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah
Filsafat Pariwisata
ialah orang yang paling taqwa
Penataan dan pengembangan
diantara kamu. Sesungguhnya Allah
pariwisata sebagai disiplin ilmu yang
Maha mengetahui lagi Maha
mandiri memerlukan kontribusi para pakar
Mengenal.” (QS. Al-Hujarat [49]:
dari berbagai pihak agar membentuk citra
13)
kemandiriannya yang sesuai dengan
filsafat bangsa Indonesia. Penataan dan
Karena aktivitas pariwisata tidak bisa
pengembangan tersebut perlu dirancang
berjalan secara ekslusif, industri pariwisata
dan ditata aspek-aspek filsafat pariwisata
terkait dengan gejala internasional dan
yang meliputi ontologi, epistologi dan
berjalan secara inklusif. Hal ini karena
aksiologinya, aspek terminology, aspek
pariwisata adalah kegiatan yang
teori hukum kepariwisataan, dan
mengeratkan sikap saling pengertian dan
dimaklumi pendidikan tinggi
14 kerjasama antar bangsa. Meskipun
kepariwisataan.
mempunyai keterkaitan dengan gejala
Prinsip pembangunan pariwisata
internasional, aktivitas pariwisata harus
diarahkan penciptaan perdamaian dunia
tetap berjalan dan berpegang teguh nilai-
ketika para wisatawan dari lintas negara
nilai yang dianut masyarakat. Nilai-nilai

14
Hudwan & Hawkins. hlm. 89.

19 | Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

inilah yang menjadi penyangga dampak 6. Terjadinya perubahan pangsa pasar di


negatif yang dibawa oleh para wisatawan. bidang pariwisata.
Untuk merealisasikan filsafat Upaya untuk memecahkan berbegai
pariwisata, sebagaimana telah dijelaskan, permasalahan kepariwisataan di Indonesia
tidaklah mudah karena memerlukan merujuk pada filsafat dan peraturan
tenaga-tenaga profesional. Hal tersebut perundang-undangan yang berlaku. Oleh
karena pada satu pihak, pariwisata dituntut karena itu, pembangunan pariwisata di
untuk meningkatkan persahabatan antar Indonesia berlandaskan asas manfaat dan
bangsa, dan pada pihak lain, ia dituntut keseimbanagan dalam kehidupan sebagai
untuk menanamkan cinta tanah air dan mana diamanatkan dalam Undang-Undang
memperkukuh persatuan dan kestuan No. 9 Tahun 1990 pasal 2. Pasal ini
bangsa. Dengan demikian, upaya untuk menyatakan bahwa Pembangunan objek
merealisasikan amanat-amanat tersebut dan daya tarik wisata bukan hanya
memerlukan pendidikan dan pelatihan memperhatikan nilai kehidupan ekonomi-
yang memadai bagi seluruh pihak yang sosoal dan budaya, tetapi juga
terlibat dalam kegiatan pariwisata. memperhatikan kelestarian budaya dan
Sementara itu, pendidikan dan pelatihan di kualitas lingkungan hidup, serta
bidang pariwisata merupakan hal yang keberlangsungan usaha pariwisata itu
kompleks. Dengan demikian, jika sendiri.16 Oleh karena itu, pengembangan
konferensi PATO/WTO di Bali konsep pembangunan keperiwisataan
menganggap bahwa kegiatan pariwisata meliputi tiga konsep berikut ini:
sebagai tantangan yang bersifat global 1. Konsep Konservasi, ditujukan bagi
yang meliputi enam tantangan.15 kawasan potensial yang harus tetap
1. Kegiatan pariwisata yang multi natural. Bagi pariwisata, perhatian
disipliner. terhadap guncangan daya topang
2. Diperlukan biaya yang besar dan waktu lingkungan sangat besar. Secara klasik,
yang panjang bagi pendidikan dan para ahli mengunakan metode analisis
latihan di bidang pariwisata. daya topang lingkungan guna menyusun
3. Kesulitan untuk menyelarasakan antara kebijakan berdasarkan prinsip-prinsip
keterampilan yang dibutuhkan dan konservasi ini, yaitu perlindungan
realitas ekonomi. terhadap kondisi elemen geosfera yang
4. Kesulitan untuk menyediakan personel potensial karena berfungsi penting bagi
yang terdidik pada struktur industri pariwisata dan kehidupan luas. Aplikasi
pariwisata. ini bertolak dari pertimbangan
5. Banyaknya negara dan lembaga kategorikal terpadu, yaitu antara unsur-
pendidikan yang harus mengadopsi unsur rekreasi-wisata dan unsur
pendekatan yang lebih profesional ekologi-lingkungan.
terhadap pendidikan dan pelatihan di
16
bidang pariwisata. Misriyadi Triatmojo, Konsepsi Strategis
Pembangunan Kepariwisataan yang Terlanjutkan,
Serasi dengan Pelestarian Matra Lingkungan:
Orasi Ilmiah Pada Dies Natalis XXX dan Wisuda
SETIEPAR-AKTRIPA YAPARI- Bandung 19
15
Robert Bently. 1994. hlm. 3-5. Desember 1992.

Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah | 11


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

2. Konsep Restorasi merupakan Dalam kesejarahannya, pariwisata


penjabaran konsep konservasi. Apabila dalam tradisi Islam dimulai dari
kita telaah lebih jauh, semua aspek yang kemunculan Islam sebagai agama yang
terkandung dalam prosedur universal, yaitu ketika dikenal konsep
pengembangan kepariwisataan di ziyarah, yang secara harfiyah berarti
Indonesia saat ini, belum sepenuhnya berkunjung. Dari budaya ziyarah, lahir
mengarah pada kaidah-kaidah berbagai bentuk pranata social Islam yang
pembanganan yang terlanjutkan. Bagi dibimbing oleh etika dan hukumnya.
kawasan yang sudah terguncang daya Selanjutnya, lahir konsep dhiyafah, yaitu
topangnya, konsep detail yang baru, tata karma berkunjung yang mengatur etika
yang dapat memperkukuh dan tatakrama serta hokum hubungan
pengembangan kepariwisataan yang social antara tamu (dhaif) dengan tuan
berwawasan lingkungan dengan rumah (mudhif). Konsep Ziyarah
mengaplikasikan asas keseimbangan tersebutpun mengalami mengalami
lingkungan, yang bertolak dari strategi perkembangan dan melahirkan berbagai
restorasi daya topang, baik untuk bentuknya.
perlindungan maupun perluasan. Ziyarah yang kita artikan pariwisata
3. Konsep Providensi merupakan tindakan atau tour dalam Islam, baik yang
preventif dalam pemanfaatan sumber- terkandung dalam Al-qur’an maupun
sumber daya alam untuk perluasan masa hadits dan sejumlah pandangan ulama,
mendatang. Berbeda dengan prinsip mengenal pula berbagai terminology,
sebelumnya, upaya ini ditujukan untuk seperti al-safar, intisyar, arrihlah dan
memanfaatkan lahan di kawasan- istilah-istilah yang sekar dengan terma
kawasan non-potensial, melalui aplikasi tersebut. Istilah safar bias kita jumpai
teknologi tepat guna. Adapun kawasan- antara lain dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat
kawasan potensial diperuntukkan bagi 184:
َ ً ُ َ َ َ َ ۡۚ ََٰ ُ ۡ ٗ َ
tahap pembangunan berikutnya, dan ‫يضا أ ۡو‬ ‫ان ِمىكم م ِس‬ ‫أياما معدود ٖث فمن ك‬
sebagai cadangan apabila diverifikasi
‫ين‬ َ ‫ة ّم ۡن َأيام أ َخ َۚۡس َو َع َلى ٱلر‬ٞ ‫َع َل َٰى َش َفس َفعد‬
ُ
produk wisata semacam ini sudah bukan ِ ٍ ِ ِ ٖ
َ َ َ َ ٞ َ
merupakan metode yang tepat. Pada
‫ُي ِط ُيلىه ُ ۥه ِف ۡد َيت ط َع ُام ِم ۡص ِك ٖ ۖين ف َمن جطى َع‬
hakikatnya terkandung makna
ُ َ ْ ُ ُ َ ََ ُ َٞۡ َ َُ َٗۡ
penghematan dan tindakan bijaksana ‫ر لك ۡم‬ٞ ‫ىمىا خ ۡي‬ ‫خيرا َفهى خير ل ۚۡهۥ وأن جص‬
َ َ َ ُ
َ ١٪٦ ‫ِإن ك ُىخ ۡم ح ۡعل ُمىن‬
dalam proses pengambilan keputusan
untuk pembangunan yang
berkelanjutan. ”(Yaitu) dalam beberapa hari yang
Dengan demikian ketiga konsep di tertentu. Maka Barangsiapa diantara
atas menjadi pijakan dalam pembangunan kamu ada yang sakit atau dalam
dan pengembangan pariwisata di perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
Indonesia. (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu
Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-
Syariah Baqarah [2] ayat 184)

911 | Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

dengan Hongkong atau Singapura, negeri


Istilah rihlah bisa kita jumpai dalam yang miskin dengan sumber daya alam,
Al-Qur’an surat Quraisy [106] ayat 2: tetapi mempunyai kemampuan untuk
َ‫ف‬ ْ َ َ ّ ‫إ َيَل ف ه ْم ز ْح َل َت‬
ِ ‫الش خ ِاء والص ي‬
ِ ِ ِِ ِ
menggerakkan dan mengontrol alur ekspor
di regional Asia Tenggara dan Asia
“(yaitu) kebiasaan mereka bepergian Pasifik. Bagaimana dengan Indonesia yang
pada musim dingin dan musim luas salah satu pulaunya (Riau) lima puluh
panas.” kali Singapura, dengan potensi ekspor dan
sumber daya alam yang melimpah.? Ini
Rihlah dalam ayat ini mengandung adalah sebuah pelaajaran bagi kita untuk
pengertian perjalanan bisnis. Yaitu bercermin dari ayat di atas.
orang-orang Quraisy mempunyai Adapun Istilah yang seakar dengan
kebiasaan pada musim dingin dan kata intisyar dijumpai dalam QS. Al-
musim panas. Perjalanan yang Jumu’ah [62] Ayat 10:
َۡ ْ َ َ ُ َ ُ َ َ
mereka lakukan bukan sekedar untuk ‫ض‬ ِ ‫ز‬ۡ ‫ٱۡل‬ ‫ف ِئذا ك ِض َي ِذ ٱلصل َٰىة فٱهد ِش ُسوا ِفي‬
ْ ُۡ ۡ ‫َو ۡٱب َخ ُغ ْىا من َف‬
‫ض ِل ٱلل ِه َوٱذك ُسوا ٱلل َه‬
berpariwisata melahirkan perjalanan
untuk kegiatan bisnis. ِ
َ ُ ُ َ
Menurut Fazrulrahman, pangsa pasar
َ ١١ ‫ك ِث ٗيرا ل َعلك ۡم ج ۡف ِل ُحىن‬
Quraisy sampai wilayah Syiria, Turki,
Bulgaria, Yunani, Eropa Timur, Yaman, “Apabila telah ditunaikan shalat,
Oman, atau bekerjasama dengan pedagang Maka bertebaranlah kamu di muka
Cina, India, singgah di pelabuhan Aden.17 bumi; dan carilah karunia Allah dan
Jika dilihat dari peta bisnis yang ingatlah Allah banyak-banyak
dikembangkan oleh kaum Quraisy yang supaya kamu beruntung.” (QS. Al-
begitu luas, tampak bahwa mereka mampu Jumu’ah [62] ayat 10)
meletakkan prinsip-prinsip perdagangan
lintas Negara atau go to global market. Menurut Abdul Mun’im, teks ayat
Mereka pergi menjadi pemain global, tidak tersebut mengandung makna bahwa,
hanya jago kandang. apabila kamu telah menunaikan shalat,
Profesi yang dipilih orang-orang kamu diperintahkan untuk menyebar
Quraisy sebagai seorang pebisnis dilatar- (tafriq) keseluruh bumi, dan segera keluar
belakangi oleh kondisi Jazirah Arab yang dari masjid karena hal tersebut maslahat
kering, susah air, dan tidak kondusif jika bagi kamu. Pendapat ini juga di perkuat
menjadi petani atau peternak. Oleh karena oleh imam Al-Qurthuby yang
itu, mereka lebih memilih profesi sebagai menyebutkan, “Apabila kamu telah
seorang pebisnis daripada profesi sebagai melaksanakan shalat, menyebarlah kamu di
petani atau peternak. muka bumi untuk melakukan perniagaan
Kompetensi bisnis yang dimiliki oleh dan melakukan usaha-usaha yang
18
orang-orang Quraisy jika dikaitkan dengan menyangkut kebutuhan kamu.”
perdagangan modern saat ini, sama halnya
17 18
Fazlurrahman. Muhammad As Trader. Al-Qurthubi. Tafsir Al-Qurthuby. Bairut: Daar
London: The Muslim Trust. hlm. 3. Ihya al-Turats al-Aroby, Juz 18, hlm. 108.

Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah | 919


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Dalam sebuah riwayat disebutkan intens) dan placement (Penyerahan yang


bahwa pada suatu hari Rasulullah S.A.W. tepat). Hanya dengan produk yang inovatif
masuk ke dalam mesjid. Pada saat itu dan berkualitas, kita mampu merebut
beliau bertemu dengan seorang laki-laki market share di pasar global. Produk yang
yang sedang duduk santai dalam waktu inovatif dan berkualitas baru akan terjual
yang cukup lama. Kemudian Rasulullah jika harga yang ditawarkan menarik, dan
S.A.W. bertanya kepada laki-laki tersebut, melalui promosi yang intensif, sebuah
“Mengapa engkau duduk-duduk santai produk akan dikenal. Jika sudah dikenal,
dalam masjid, padahal ini bukan waktunya konsumen akan membelinya, terlebih jika
shalat ?. Laki-laki tersebut menjawab: ini produk tersebut didukung sistem pelayanan
adalah kebiasaanku, ya Rasulullah. yang prima (after sales service).
Kemudian Rasulullah memerintahkan laki-
laki tersebut untuk mencari karunia Allah Penutup
yang terhampar di muka bumi.”19 Pariwisata merupakan aktifitas yang
Jika melihat sepirit ayat di atas, pada dianjurkan oleh syara’ karena fitrah
hakikatnya aktifitas bepergian atau manusia dalam kehidupannya tidak
aktivitas pariwisata dalam Islam meluluh melakasanakan ibadah mahdhah
sebenarnya tidak hanya untuk memenuhi yang waktu, jumlah pelaksanaannya sudah
kepuasan secara jasmani, tetapi harus
ditentukan oleh syara’. Syara’ juga
memiliki nilai ekonomis. Jika prinsip ini mendorong umat Islam supaya mengenal
diterapkan dalam perekonomian modern, alam sekitarnya, sehingga jika aktifitas
akan mendorong terciptanya daya saing pariwisata tersebut mempu menjadikan
ekspor. pelakunya lebih mengenal penciptanya,
Ketika kita diperintahkan untuk lebih menjaga lingkungan sekitarnya hal
bertebaran di muka bumi, itu artinya kita ini tentunya sangat dianjurkan karena
diperintahkan untuk bertebaran di pasar makna ibadah bukan hanya ibadah
global, dan disinalah muncul daya saing mahdhah tetapi masuk di dalamnya ibadah
ekspornya. Produk yang bisa ditawarkan ghairu mahdhah. Kegiatan pariwisata
dalam pasar ekspor adalah produk yang bersinggungan dengan aktifitas ekonomi,
good and service. Di pasar ekspor, kita tentunya ini memerlukan penanganan yang
akan bertemu dengan pemain-pemain serius supaya yang kita peroleh bukan
global lainnya (Cina, Taiwan, Korea, India, hanya aktifitas wisata tetapi mampu
dan Thailand). Menurut kaidah marketing membangun perekonomian yang kuat
yang sederhana, kita tidak mungkin melalui aktifitas pariwisata tersebut.
bersaing dengan para competitor global
lainnya tanpa memiliki 4 P : Product
Daftar Pustaka
(Produk yang berkualitas), Price (harga Abdul Mun’im Ahmad. 1985.
yang menarik), Promotion (promosi yang Fathurrahman fi Tafsir Al-Qur’an,
Bairut: Daar Al-Fikr.
19
Riwayat ini merupakan asbabun Nuzul turunnya Al-Raghib Al-Asfahany. 2000. Mu'jam Al-
surat Al-Jumu’ah ayat 10 yang dikutip oleh Abdul
Mufradat Fi Gharib Al-Qur'an.
Mun’im Ahmad dalam kitabnya, Fathurrahman fi
Tafsir Al-Qur’an. Bairut: Daar Al-Fikr.

919 | Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Qurthubi Al-. 1987. Tafsir Al-Qurthuby, Terlanjutkan, Serasi dengan


Bairut: Daar Ihya al-Turats al-Aroby. Pelestarian Matra Lingkungan:
Engkin Mudayana, Pariwisata Prajna Artha Orasi Ilmiah Pada Dies Natalis XXX
Buana, Pariwisata Memacu dan Wisuda SETIEPAR-AKTRIPA
Perdamaian dan Kesejahteraan YAPARI- Bandung 19 Desember
Dunia, Orasi Dies Natalis UIN 1992.
Bandung ke-33 dan Wisuda ke-11, Muhammad Husain At-Thabthaba’iy.
Senin, 17 April 1995 di Hotel 2000. Tafsir Al-Mizan. Teheran:
Horison Bandung. Daar Al-Kutub Al-Islamiyah.
Fakhruddin Ar-Raziy. 1990. Tafsir Al- Muhammad Jamaluddin Al-Qasimiy. 1998.
Kabir. Bairut: Daar Al-Fikr. Mahasin At-Ta’wil, Kairo: Al-
Fazlurrahman. 2001. Muhammad As Halabiy.
Trader. London: The Muslim Trust. Muhammad Rasyid Ridha. 2000. Tafsir Al-
Juhaya S. Praja. 2015. Ekonomi Syariah. Manar. Kairo: Maktabah Al-Manar.
Bandung: Pustaka Setia. Yusuf Qardhawi. 2005. Al-Halal wa Al-
Misriyadi Triatmojo. Konsepsi Strategis Haram fi Al-Islam. Kairo: Darul
Pembangunan Kepariwisataan yang Ma'rifah.

Pariwisata dalam Tinjauan Ekonomi Syariah | 919

Anda mungkin juga menyukai