Anda di halaman 1dari 19

Konseling di Pendidikan Tinggi

Pertemuan ke-9 Psikologi Sekolah


Fakultas Psikologi Universitas Pancasila

Farida Aini, M.Psi., Psikolog


Pokok Bahasan
1. Pengertian pendidikan tinggi
2. Tujuan pendidikan tinggi
3. Konsep dasar penyusunan program BK
4. Tujuan konseling
5. Pendidikan orang dewasa (andragogi)
PENGERTIAN PERGURUAN TINGGI DAN
PENDIDIKAN TINGGI
• UU NO 20 TAHUN 2003 PASAL 19 AYAT 1
• Yang dimaksud perguruan tinggi adalah merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi

• UU NO 2 TAHUN 1989 PASAL 16 AYAT 1


• Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknoogi
dan kesenian

• PP NO 30 TAHUN 1990 PASAL 1 AYAT 1


• Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur
pendidikan sekolah
TUJUAN PENDIDIKAN TINGGI
• Mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan,
tekologi dan kesenian
• Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian serta
mengoptimalkan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional (UU 2 tahun 1989,
pasal 16, ayat 1; PP 30 tahun 1990 pasal 2 ayat 1)
Konsep Dasar Penyusunan
Program BK
• Meskipun secara struktural posisi Konselor Perguran Tinggi belum
tercantum dalam sistem pendidikan di tanah air, namun bimbingan dan
konseling dalam rangka mendukung perkembangan personal, sosial
akademik dan karir mahasiswa dibutuhkan
• Sama dengan konselor pada jenjang pendidikan TK, SD dan Sekolah
Menengah konselor Perguran Tinggi juga harus mengembangkan
dan mengimplementasikan kurikulum pelayanan dasar
bimbingan dan konseling: individual student planning ,
responsive service serta system support
• Namun alokasi waktu konselor perguruan tinggi lebih banyak ada
pemberian bantuan individual student career planning dan
penyelenggaran responsive services
dan setiap perguruan tinggi menyelnggaran pelayanan bimbingan dan
koseling
melalui pembimbing akademik
Tujuan Konseling

• Membantu mahasiswa untuk mengambil keputusan


mengenai pilihan karir, pilihan program Pendidikan
dan hal lain menyangkut keputusan Pendidikan
• Membantu mhs untuk lebih efektif dalam berinteraksi
dengan orang lain
• Membantu mhs mendapatkan pemahaman diri dan
penerimaan diri
• Membantu mhs untuk meningkatkan keterampilan
dari segi akademik maupun sosial
• Memberi dukungan mahasiswa mengatasi krisis
emosional
ADMINISTRASI/ INSTRUKSIONAL/
MANAJEMEN KURIKULER

POSISI BIMBINGAN DALAM PENDIDIKAN

BIMBINGAN
DAN
KONSELING
Klien yang Dilayani

• Mahasiswa sebagai Klien


• Warga kampus lain sebagai klien
• Warga luar kampus sebagai klien
Macam Pelayanan

• Pelayanan Vokasional
• Konsultasi staf
• Pelayanan Asesmen
• Informasi karir dan
Pendidikan
• Penelitian
• Pelatihan
Pendidikan
Orang Dewasa
(Andragogi)
CIRi-CIRI ORANG DEWASA
mature personality(G.W.
Allport):

Extention of
the self

Unifiying
Sense of
philosophy
humor
of life
• Extention of the self

Pada anak-anak, self atau ego adalah pusat


dunianya.
Semua yang di luar diri adalah bagian dari
dirinya. Misal: mainan teman dianggap
miliknya sendiri, kalau main tidak mau
kalah, kalau punya keinginan harus dituruti.
Pada orang dewasa, self atau ego adalah
bagian dari dunianya. Cirinya: sudah bisa
berbagi makanan, perasaan, pengalaman,
dan cinta. Misalnya: empati: melihat orang
menderita, dapat ikut merasakan.
• Sense of Humor

Orang dewasa sudah bisa membedakan


antara mana yang humor dan mana yang
serius, dan ikut tertawa jika mendengar atau
membaca lelucon, maka ia sudah bisa
memisahkan dirinya dari situasi dan
memahami situasi dengan lebih baik.
Yang terbaik jika seseorang sudah mampu
menertawakan dirinya sendiri, karena berarti ia
sudah mampu menjadikan self/egonya
sebagai obyek (self objectification)
• Unifying philosophy of life

Orang dewasa sudah mempunyai suatu


pandangan atau falsafah hidup tertentu yang
menyangkut beberapa nilai, norma, dan sikap
tertentu yang akan selalu menjadi acuannya
dalam bertingkah laku.
Ciri inilah yang memerlukan perhatian khusus
Andragogi; karena mengubah suatu bangunan
yang sudah mapan.
• Andragogi diawali di Jerman oleh Alexander Knapp, tetapi
baru mulai populer sejak dikembangkan oleh Malcolm
Knowles di tahun 1960-an

• Konsep model Andragogi:


– kebutuhan untuk tahu
– konsep diri pembelajar
lebih banyak ditentukan
– peran pengalaman pembelajar dari dalam diri
– kesiapan belajar pembelajar itu sendiri
– orientasi belajar
– motivasi
Proses Andragogi

• Pusat dari kesadaran adalah kognisi (cognition)


yang mengolah segala informasi, menyimpannya
dalam memory dan/atau mengeluarkannya dalam
bentuk perilaku.

Contoh kasus untuk dikiritisi:


uPKN dan pelajaran agama banyak gagal karena
hanya disampaikan pada tahap K (knowledge) saja.

uProses pengajaran dalam andragogi dapat dibagi 2


jenis
Ada 2 proses
andragogi, yaitu:

1. Mulai dari memberi pengetahuan sehingga menimbulkan


sikap (menyukai/tidak menyukai) dan berakhir dengan
perilaku (skill, berlatih, menghindari dsb.). Jenis ini yang
biasa dilakukan dalam perkuliahan
2. Mulai dari praktek dulu, tumbuh sikap, dan akhirnya timbul
pengetahuan. Jenis ini biasa dilakukan dalam training,
pelatih memberi contoh, mengajak beraktivitas, peserta
mengikuti, tumbuh sikap tertentu, akhirnya mengajak
peserta mengembangkan pengetahuan tertentu.
Prinsip Andragogi

1. Kedudukan pengajar (guru, dosen, instruktur, fasilitator) sejajar


dengan peserta ajar (mahasiswa, trainees, dll.). Peserta disapa
dengan “Bapak/Ibu” atau “Saudara”, bukan “anak-anak”.
2. Pengajar maupun peserta menggali ilmu bersama-sama,
bukan yang satu mengajari yang lain.
3. Yang ada bukan “guru dan murid”, tapi “guru yang murid” dan
“murid yang guru”.
4. Selalu memanfaatkan atau melalui rasio, sehingga perlu
waktu untuk tanya jawab, diskusi dll untuk memperoleh hasil
yang berjangka panjang.
5. Teknik pemaksaan atau indoktrinasi hanya efektif jika pesertanya
sedang mengalami empty minds (karena trauma, frustrasi) atau
sengaja dikosongkan dengan brain washing.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai