DISUSUN OLEH:
DEVI ALICIA
NIM : 2019-71-173
PROYEK AKHIR
Disusun Oleh:
DEVI ALICIA
NIM : 2019-71-173
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada yang terhormat:
Retno Aita Diantari, ST., MT Selaku Kepala Prodi DIII Teknologi Listrik
Juara Mangapul Tambunan, S.T., M.Si Selaku Dosen Pembimbing
Wisam Prima Nugraha Selaku Pembimbing Lapangan
Yang telah mengijinkan melakukan percobaan di PT. PLN (Persero) UP3 Cianjur
Devi Alicia
NIM : 201971173
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI PROYEK
AKHIR/SKRIPSI/TESIS*) UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Devi Alicia
NIM : 201971173
Program Studi : DIII Teknologi Listrik
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Jenis karya : Proyek Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Institut
Teknologi - PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non- exclusive Royalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisa Pembacaan Pemakaian Listrik Pelanggan Menggunakan Automatic Meter
Reading
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif
ini Institut Teknologi PLN berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Proyek Akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yang menyatakan,
(Devi Alicia)
vii
ANALISA PEMBACAAN PEMAKAIAN LISTRIK
PELANGGAN MENGGUNAKAN AUTOMATIC METER
READING (AMR)
ABSTRAK
Automatic Meter Reading yang biasa disebut juga dengan (AMR) merupakan sebuah perangkat
elektronik dengan sistem otomatis yang fungsinya untuk membaca meter ataupun pemakaian
pelanggan. AMR dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan meter elektronik (meter
digital) yang menggantikan meter analog. Sistem AMR merupakan sistem pengambilan data
yang berupa data energi, max demand, dan load profile secara periodik dibaca dari setiap meter
dan dikumpulkan di master AMR untuk keperluan billing maupun untuk menganalisa data
profil pelanggannya. Pelanggan tegangan rendah (TR) yaitu pelanggan pemerintah (P1) yang
biasanya terdiri dari perkantoran yang berhubungan dengan pemerintahan menggunakan
Automatic Meter Reading (AMR) yang berfungsi untuk memantau kWh meter pelanggan setiap
saat dari kantor PLN dengan hasil yang lebih akurat dengan bantuan aplikasi komputer sehingga
kesalahan baca yang dilakukan petugas tidak akan terjadi. Metode ini diharapkan dapat
menganalisa apabila terjadi ketidak normalan meter pada sistem AMR. Sistem AMR ini juga
dapat mempermudah dalam pembacaan kWh meter yang ada di pelanggan. Selain itu, AMR
dapat mengetahui apabila terjadi gangguan pada kWh meter pelanggan. Hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa gangguan yang disebabkan oleh kWh meter pada kabel fasa R yang
hilang akibat kesalahan wirring CT menyebabkan kerugian bagi pihak PLN yang berdampak
munculnya tagihan susulan pada pelanggan P1 tersebut dengan daya 82,500 VA sebesar Rp
1.203.560,19 dan pada pelanggan I2 dengan daya 41,500 VA sebesar Rp 1.230.506,64. Maka
dari itu pihak PLN memeberlakukan tagihan susulan atau koreksi rekening kepada pelanggan
yang mengalami kasus seperti itu. Tagihan susulan (TS) dihitung berdasarkan data pemakaian
energi rata-rata beberapa bulan yang lalu pelanggan bersangkutan (historical pelanggan
Kata Kunci : AMR, kwh meter, energi listrik
viii
ANALISA PEMBACAAN PEMAKAIAN LISTRIK
PELANGGAN MENGGUNAKAN AUTOMATIC METER
READING (AMR)
DAFTAR ISI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR ...........................................................iii
ABSTRAK .....................................................................................................................viii
ABSTRACT ..................................................................................................................... ix
x
2.2.5 Ketentuan Peralatan ..................................................................................... 7
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 47
LAMPIRAN .................................................................................................................... 48
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3 Data Load Profile Pelanggan....................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Real time saat terjadi ketidaknormalan ....... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.9 Data Load Profile ........................................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.10 Real time saat terjadi ketidaknormalan ..... Error! Bookmark not defined.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam keadaan demikian akan terjadi kesalahan dalam pengukuran meter
elektronik sehingga terjadi kesalahan pada proses pengukuran energi. Untuk itu, PLN
akan melakukan tindakan terhadap masalah tersebut dengan membuat tagihan tindak
lanjut atau ganti rugi kepada pelanggan yang mengalami kasus tersebut. Namun untuk
situasi seperti itu, kedua belah pihak tersebut khususnya PLN dan pelanggan sama-sama
tidak diuntungkan karena dari satu sisi hal tersebut menyebabkan PLN merugi dengan
alasan tidak dapat mencapai target yang diinginkan dan sekali lagi, pelanggan biasanya
juga merugi, meskipun dalam beberapa kasus masalahnya bukan pada pelanggan, bisa
juga karena kerusakan pada perangkat yang sebenarnya atau karena human error yang
terjadi. Untuk dijauhkan dari kesalahpahaman tersebut dan untuk pelayanan yang lebih
baik, baik PLN sebagai pihak penyedia memasang meter elektronik yang terintegrasi
dengan AMR terhadap pelanggan sebagai alat transaksi energi.AMR atau biasa disebut
dengan Automatic Meter Reading adalah sistem pembacaan meter jarak jauh secara
otomatis dengan menggunakan software tertentu melalui saluran komunikasi yang
terpusat dari ruang kontrol dengan alat ini ketelitian dalam pengukuran energi listrik
akan lebih tepat dan akurat, alat ini juga dapat mendeteksi ketidaknormalan dalam
pengukuran energi listrik yang ada pada meter elektronik pelanggan.
2
2. Mengatasi besar kerugian PT.PLN karena adanya ketidaknormalan tersebut
3. Mengatasi besarnya tagihan susulan yang harus dibayar pelanggan ke pihak PT. PLN
(Persero)
3
meter analog dan kwh meter digital, error kwh, wirring, susut kwh. BAB V merupakan
bagian penutup yang menjelaskan kesimpulan kegiatan - kegiatan sistem kwh analog
dan digital 1 fasa dan 3 fasa yang sudah dilakukan dan saran-saran yang dilakukan pada
kegiatan tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
berkurang. Jika jumlah daya yang mengalir selama suatu periode waktu diketahui dan
konstan, jumlah listrik dapat dihitung dengan mengalikannya, tetapi tidak hanya dengan
beban konstan, tetapi mengintegrasikannya untuk mengetahui berapa banyak energi
yang mengalir. beban variabel.
2.2.2 Pengukuran Energi Listrik Konsumen
Secara umum dapat dikatakan bahwa meteran listrik yang banyak dikenal oleh
masyarakat adalah kWh meter. kWh meter dibagi menjadi kWh meter mekanik dan
kWh meter digital, atau sering disebut kWh meter elektronik. Perbedaan konfigurasi
satu fasa dan tiga fasa adalah terdapat tambahan kumparan tegangan dan kumparan
arus, namun selain kWh meter terdapat juga pengukur energi listrik seperti kVARh
meter dan kVAh meter tergantung jenisnya. Tergantung pada konsumen dan klasifikasi
tarif, perusahaan listrik memutuskan meter mana yang akan digunakan, yang hanya
digunakan untuk mengukur listrik ke konsumen tersebut.
2.2.3 Pengertian APP/KWH Meter
APP merupakan singkatan dari alat pengukur pembatas tau biasa juga disebut dengan
KWH meter merupakan singkatan dari Killo Watt Hour, yang dimana digunakan untuk
keperluan transakasi energy atau juga bisa dikatakan bahwa KWH meter merupakan
suatu alat yang digunakan untuk mengukur besar energi listrik setiap satu jam.
Pengukuran yang dimaksud adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan
juga energy listrik. Alat pengukur nya yaitu pertama meter kwh, meter kVArh, meter
kva maksimum, meter arus, meter tegangan. Lalu pada APP ataupun KWH ada juga
pembatas, dimana maksud dari pembatas ini adalah untuk menentukan bats pemakaian
daya sesuai daya yang tersambung. Yang termasuk sebagai kategori alat pembatas
adalah yang pertama yaitu, MCB (Miniature Circuit Breaker), MCCB (Moulded Case
Circuit Breaker).
2.2.4 Perlengkapan APP
Perlengkapan APP yang menjadi salah satu syarat untuk persiapan alat – alat yang
nantinya dipasang alat pengukur dan pembatas, agar alat tersebut sudah sesuai dengan
standart yang berlaku dan sudah ditetapkan.
Perlengkapan APP yang dibutuhkan yaitu berikut dibawah ini kotak / lemari app, trafo
arus (ct), trafo tegangan (pt) meter arus, meter tegangan dan saklar waktu.
a. Kotak / lemari APP :
6
merupakan sebuah benda yang berbentuk persegi ataupun kotak yang berbentuk sedang
ataupun besar yang isi dalamnya yaitu komponen APP serta perlengkapan yang lain.
Disini alat ini harus tahan banting dan tahan kondisi cuaca panas ataupun dingin.
Macam-macam kotak atau lemari app Tipe I untuk sambungan TR fasa-satu Tipe III
untuk sambungan TR fasa-tiga
Tipe I khusus sambungan TR mengukur TR dan sambungan TM pengukuran TR
menggunakan CT-TR pasangan luar atau dalam
Tipe II khusus untuk sambungan TT atau TM pengukuran TT dan TM menggunakan
CT / PT pada sambungan TT atau TM pasangan luar dan dalam
b. Segel :
memiliki kegunaan yaitu mengamankan dan merawat supaya bagian – bagian yang
didalamnya tetap terlindungi dari bahaya orang yang tidak berhak membukanya.
2.2.5 Ketentuan Peralatan
- Trafo tegangan ( PT )
Memiliki kelas yang besar nilainya adalah 0,5
- Trafo arus ( CT )
Trafo arus digunakan sebagai mengukur TR kelas 1
Dan juga trafo arus ini digunakan mengukur TM / tinggi kelas 0,5 ketika ini dipakai
untuk
mengukur dan dibatas nya daya dimana ketentuan nya yaitu memiliki dua kumparan
sekunder.
-Meter tegangan
Berfungsi untuk mengukur dan melihat tegangan fase-fase dan fase netral dipakai pada
kelas dua.
- Meter Arus Maksimum
Disini alat ini dapat memperlihatkan nilai arus yang terukur maksimal nanti nya akan
dipakai dalam waktu 15 menit.
- Meter kWh
Dalam sambungan TR meter KWH satu fase dua kawat atau tiga fase empat kawat Pada
kelas dua untuk ukur secara langsung untuk kelas satu yaitu diukur dengan trafo arus.
7
Sedangkan dalam TM meter KWH tiga fasa dengan tiga kawat untuk Jaringsn Tegangan
Menengah tiga fase juga dalam tiga kawat meter KWH tiga fase empat kawat Jaringan
Tegangan Menengah fase tiga dan empat kawat kelas satu. Jika sambungan meter KWH
fase tiga kawat untuk Jaringan Tegangan Menengah fase tiga kawat. Meter KWH fasa
dengan tiga dalam empat kawat untuk Jaringan Tegangan Menengah fase tiga dengan
empat kawat kelas satu.
- Pemutus Arus
Memiliki syarat yaitu :
Cara kerja grafik gabungan termal dengan tidak ditunda waktunya
Karakteristik teknis , lalu dengan Frekuensi empat puluh sampai dengan enam puluh hz,
kemudian kapasitas kerja sebesar 6 kA pada 220V dan cos ϕ sama dengan nol koma
delapan lima tegangan kerja bekerja sampai dengan 440 V ac . Macam – macam
pemutus arus untuk pembatas s.d. 100 A digunakan MCB (mini circuit breaker)
Untuk pembatas yang diatas 100 Ampere dipakai MCCB (Moulded Cast Circuit
Breaker), pelebur Tegangan Rendah, pemutus tanpa pelebur (NFB = No Fuse Breaker)
yang bisa di setel.
- Catu Daya Pemutus Tenaga
Pada pemutus memakai tenaga PMT rele sekunder untuk menjalankan kumparan
pembuka (tripping coil) catu daya diperoleh dari : Batere + charger dan Trafo arus
2.2.6 Kwh Meter Digital (Elektronik)
KWH Meter Digital/elektronik merupakan suatu alat ukur besaran listrik yang
bekerja berdasarkan prinsip elektronik (pulsa). Arus dan juga tegangan bolak-balik
difilter oleh tranducer r.m.s menjadi tegangan searah lalu dirubah menjadi bilangan
biner oleh analog ke digital converter. Energi rata-rata tersebut diukur dan diihitung
dalam proses multiplikasi bilangan biner antara arus dan tegangan, maka dapat dilihat
konsumsi energi listrik dalam proses akumulasi energi listrik dalam setiap selang waktu
(TS).
8
Gambar 2.2.6 Kwh Meter Digital
Sumber : http://www.keretalistrik.com/2019/05/dunia-listrik-cara-kerja-kwh-meter.html
9
1. Sistem pembayarannya dengan sistem Prabayar (token) dapat dilakukan metode
pemabayaran manual, dimana dengan memakai kartu Prabayar elektronik yang harus
dibeli terlebih dahulu pengganti besar tagihan bulanan walaupun ada KWH Meter
Digital dengan sistem Pasca bayar.
2. KWH Meter dalam tampilan yang sudah kelihatan langsung dan memiliki ukuran
yang cukup besar.
3. Perhitungan dan penjelasan KWH yang tepat dan pas, tidak terjadinya tunggakan
pembayaran tagihan listrik yang telah digunakan oleh pelanggan lalu juga di kwh ini
memiliki keunngulan yaitu ia lebih mudah memutus sambungan listrik pelanggan
(secara otomatis telah terbaca oleh alatnya) jika pelanggan mengalami tunggakan
tagihan dengan memakai alat yang bisa di setting up atau diatur dengan jarak maksimal
200 Meter
2.2.7 Prinsip Kerja Kwh Meter Digital (Elektronik)
Pengoperasian KWH meter digital meliputi:
KWH meter digital dikendalikan oleh mikrokontroler AVR90S8515 dan menggunakan
sensor digital ADE7757 yang berguna untuk mengukur tegangan dan arus serta
menentukan besarnya energi yang digunakan pada peralatan rumah tangga.
Seven segment sebagai data indikator kelistrikan rumah. Komponen tersebut
menghasilkan KWH meter modern dengan batas beban maksimal 500 watt dengan
tampilan digital yang dapat mengukur besarnya konsumsi energi.
Sistem pembayaran digital adalah sistem pembayaran modern, KWH Meter membeli
kupon elektronik yang jumlah digitalnya bertindak sebagai kredit dan juga digunakan
untuk membandingkan jumlah energi yang digunakan. Sistem ini secara otomatis
memutuskan tegangan rumah ketika mencapai 0.
10
d) Faktor kerja : cos ϕ
2.2.8.2 Automatic Meter Reading
Automatic Meter Reading (AMR) merupakan pembacaan tanpa melakukan dial up.
Pembacaannya dilakukan sesuai dengan waktu yang telah di set dan data yang dibaca
meliputi real time, load profile serta hasil rekaman pengukuran yang lalu (1). Sistem
kWh meter AMR merupakan salah satu pengembangan teknologi meter elektronik yang
dapat melakukan pengawasan dan pengambilan data pemakaian energi listrik pada
pelanggan secara akurat. Seiring dengan perkembangan teknologi dan dengan
meningkatnya jumlah konsumen. PT PLN (Persero) dituntut untuk memberikan
pelayanan yang terbaik, memberikan mutu dan jumlah yang memadahi dalam
menyediakan energi listrik. Metode ini diharapkan agar hasil pengukuran yang
digunakan oleh konsumen dapat terukur dengan akurat. Selain itu, metode ini
diharapkan dapat menurunkan angka susut / losses. Angka susut / losses tersebut
berpengaruh besar terhadap kinerja PLN (2).
PT. PLN (Persero) memiliki satu dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi yaitu
permasalahan terhadap peningkatan ketidaknormalan pada pelanggan AMR,
dikarenakan kelalaian dari pemasangan serta kerusakan peralatan (3). Solusi dari
permasalahan ini ialah ketidaknormalan atau susut (lossess) dapat dihindari dan tagihan
yang seharusnya tertagih dapat ditagihkan sesuai dengan pemakaian yang sebenarnya
(4). Fungsi maupun manfaat meter elektronik akan menjadi lebih efektif jika meter
tersebut terintegrasi dengan sistem Automatic Meter Reading (AMR) yaitu teknologi
yang mengumpulkan data dari jarak jauh secara otomatis (5). Pengukuran energi listrik
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan pendapatan perusahaan
listrik (6). KWh meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk menghitung energi
listrik (7). Kesalahan data pengukuran energi merupakan keluhan pelanggan terhadap
perusahaan listrik. Pemakaian kWH meter AMR selain untuk mengurangi resiko salah
pembacaan meter dipelanggan juga dapat mendeteksi pelanggaran yang mungkin
dilakukan oleh pelanggan,sehingga dapat menekan susut energi / losses (8). Distribusi
data listrik pelanggan melalui sistem informasi berbasis web yang merupakan proses
pembacaan meter elektronik yaitu sistem Automatic Meter Reading (AMR).
Keuntungan Pembacaan Dengan Sistem AMR
Manfaat pembacaan meter elektronik menggunakan AMR antara lain :
11
1. Pencatatan konsumsi energi listrik lebih akurat dan efisien.
2. Pemakaian waktu lebih efisien.
3. Pemantauan terhadap energi yang digunakan dapat dilakukan setiap saat dari ruang
kontrol.
4. Data historical energi dapat disimpan dalam database, dan dapat diintegrasikan
dengan data manajemen.
5. Load profile, stand meter dan data lain dapat ditampilkan berdasarkan selang waktu
sesuai dengan yang dikehendaki.
6. Memudahlan melakukan identifikasi waktu terjadi masalah dan besar energi yang
hilang, jika terjadi gangguan pada meter, baik disengaja maupun tidak sengaja.
1. Metode Penelitian
2. Gambaran Proses Penelitian
Penelitian tentang ketidakteraturan estimasi kWh meter pada meter elektronik dipimpin
di PT PLN (Persero) UP3 Cianjur. Pemeriksaan diarahkan dengan mengambil informasi
dari kWh meter klien. Untuk memiliki opsi untuk membicarakan masalah lebih tepat
sesuai kasus yang terjadi di klien, eksplorasi dilakukan dengan memeriksa laporan
seluk-beluk klien. Sangat baik dapat dilihat pada Gambar 3.1 rangkaian pemeriksaan
ketidakteraturan meter elektronik pada klien PLN Cianjur. Juga dapat dilihat bahwa
setelah mendapatkan informasi penggunaan kWh meter klien, kehalusan klien diperiksa.
Dari laporan kehalusan klien mendapat informasi untuk memeriksa kabel kWh meter.
Setelah memeriksa kabel kWh meter, kWh meter diganti untuk menunjukkan bahwa
pembacaan yang dilakukan benar.
12
Sumber:https://cecepmunawar.wordpress.com/2019/02/05/pengenalan-automatic-
meter-reading-amr/
Gambar 1 menjelaskan desain dari framework AMR ini, cenderung untuk menyatakan
bahwa AMR adalah prosedur untuk membaca power meter dari jarak jauh secara alami
menggunakan PDA yang sekarang terhubung dengan jaringan 4G atau LTE yang telah
dikoordinasikan ke dalam LTE 6 PC server di ruang kendali PLN. Penggunaan AMR
dapat ditingkatkan untuk mengurangi kemalangan di kWh dengan perkiraan yang tepat
tambahan dan bekerja pada sifat administrasi untuk klien.
Automatic Meter Reading (AMR) adalah prosedur untuk membaca atau memulihkan
informasi dari hasil estimasi meter elektronik atau ME setengah jalan dan secara alami
dari jarak jauh melalui media korespondensi tertentu yang melibatkan pemrograman
tertentu yang dilengkapi dengan kapasitas untuk penanganan informasi. Batas-batas
yang diteliti sebagian besar terdiri dari pencatatan, perkiraan paling penting, perkiraan
cepat dan Profil Beban. Batas-batas tersebut belakangan ini dicirikan pada meter
elektronik, dengan tujuan agar meter tersebut dapat menyimpan informasi sesuai
keinginan. Kerangka AMR dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya,
mengamati pasokan energi ke klien, penggunaan energi klien, memeriksa kegagalan
jaringan, tujuan pengaturan, pengisian daya, dll. Informasi penelusuran disimpan dalam
kumpulan data dan dapat digunakan untuk pengujian , pertukaran dan perbaikan.
Inovasi ini benar-benar dapat membantu mengendalikan organisasi administrasi
persediaan untuk mengurangi biaya operasional, serta sebagai nilai tambah bagi klien
mereka dalam hal pemberian, ketepatan, dan kejelasan informasi, dan tentu saja dapat
membantu klien layanan ini. Pada awalnya, pembacaan meter diselesaikan
menggunakan kabel. PC dihubungkan dengan meter menggunakan link korespondensi
RS 232, RS 485 atau RJ 45 dengan asumsi pembacaan diambil di lapangan..
13
BAB III
METODE PENELITIAN
14
mulai
Pengumpulan Data
1. Pelanggan AMR yang mengalami
ketidaknormalan
2. Hasil pengukuran pelanggan AMR
Melakukan monitoring
1. Energi yang tidak terukur
2. Tagihan susulan
3. Membaca data berdasarkan load profile pelanggan
Tidak
4. Meninjau penyebab ketidaknormalan
Memperbaiki
penyebab terjadinya
ketidaknormalan
Ya
Selesai
15
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sebagai alasan penelitian, pencipta
mengumpulkan informasi dari lapangan dengan menggunakan 4 strategi, yaitu:
1. Observasi adalah jalannya persepsi langsung terhadap apa yang terjadi di lapangan,
sehingga pencipta dapat memperkuat informasi tersebut
2. Kuisioner merupakan strategi pemilahan informasi dengan memberikan rundown
pertanyaan yang akan diajukan pencipta kepada responden, khususnya perwakilan dari
segmen PLN UP3 Cianjur Energy Exchange (TE)
3. Wawancara digunakan sebagai prosedur pengumpulan informasi jika spesialis
memiliki keinginan untuk memimpin laporan mendasar untuk menemukan masalah
yang harus dieksplorasi. Prosedur pemilahan informasi ini bergantung pada informasi
dan keyakinan pribadi. Rapat dapat diarahkan dengan cara yang terorganisir atau tidak
terstruktur, dan dapat dipimpin dari dekat dan pribadi atau melalui telepon atau melalui
kunjungan.
4. Dokumentasi adalah prosedur pemilahan informasi dengan mengumpulkan catatan
yang berbeda
16
Dimana :
LWBP = Luar Waktu Beban Puncak ( Mulai Pukul 22.00 – 17.00 )
Total kWh = Total pemakaian pada LWBP
3.4.3 Perhitungan Biaya Pemakaian
Biaya Pemakaian = Total WBP + Total LWBP
Dimana :
Total WBP = Harga pemakaian WBP
Total LWBP = Harga pemakaian LWB
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1 Teknik Analisis
Sebagai suatu perusahaan yang membeli, menjual, serta mendistribusikan listrik ke
lingkungan masyarakat, PT. PLN (Persero) ULP Cianjur Kota memerlukan adanya
AMR sebagai media pembaca dan analisa energi yang akan disalurkan ke pelanggan
utamanya yaitu pelanggan potensial 33 kVA keatas. Penggunaan AMR memudahkan
pembacaan meter karena bisa diakses jarak jauh selain itu semua datanya tersimpan
dengan baik di database sehingga apabila terjadi sesuatu pada kWh meter, data –
datanya masih bisa terselamatkan. Data yang berupa stand meter (WBP,LWBP,dan total
kWh) yang akan digunakan pada proses billing bulanan PT.PLN ULP Klaten Kota.
Selain data – data tersebut terdapat data tegangan perfasa,arus perfasa,cosphi dan sudut
phasor yang digunakan untuk evaluasi pemakaian energi pelanggan.
4.2 Data Tabel Billing
Prosesnya yaitu End Or Billing (EOB) merupakan proses dimana meter menandai akhir
dari pencatatan pada register stand-nya. Periode pencatatannya adalah satu bulan sesuai
dengan proses bisnis PLN untuk melakukan tagihan pemakaian energi listriknya ke
pelanggan. Sikluas billing dimulai tanggal 1 jam 10.00 sampai dengan tanggal 1 jam
10.00 bulan berikutnya.
4.3 Data Tabel Load Profile
Data load profile merupakan pembacaan data berupa hasil pengukuran yang direkam
dan disimpan dalam memori meter. Berfungsi untuk mengamati beban listrik pada
pelanggan selama waktu yang sudah ditentukan.
4.4 Data Real Time
Data real time merupakan pembacaan data hasil pengukuran secara
langsung,sebagaimana ditampilkan dalam display ataupun tampilan meter. Data yang
ada pada real time meliputi parameter fasa, diagram phasor, maupun stand meter.
18
4.5 kWh Meter
Pengecekan kWh meter ini sangat penting, karena untuk memastikan kesesuaian
pemakaian listrik pelanggan dengan hasil pengukuran kWh meter.
4.6 Mengamati Data
Mengamati data ini dilakukan dengan melihat data load profile dan data real time pada
sistem Automatic Meter Reading (AMR) untuk mencatat dan menganalisa apabila
terjadi gangguan.
4.7 Menghitung kerugian PLN
Daya Aktif
P = V x I cos φ
Daya Reaktif
Q = V x I sin φ
Daya Semu
S = Ifasa x Vfasa
Persamaan yang dipakai untuk mencari Rupiah Kurang Tagih
WBP = K x total kWh x RP 1.444,70
Dimana :
WBP = Waktu Beban Puncak (pada pukul 17.00 – 22.00)
K = Faktor Pertandingan antara WBP dan LWBP Total kWH = Total pemakaian pada
WBP
LWBP = Total Kwh x RP 1.444,70
Dimana :
LWBP = Luar Waktu Beban Puncak ( Mulai Pukul 22.00 – 17.00 )
Total kWh = Total pemakaian pada LWBP
Biaya Pemakaian = Total WBP + Total LWBP
Dimana :
Total WBP = Harga pemakaian WBP
Total LWBP = Harga pemakaian LWB
Penerapan Automatic Meter Reading bisa menemukan adanya indikasi
gangguan tegangan fasa R yang hilang dalam suatu instalasi pengukuran energi listrik
konsumen yang tercatat di daerah masing – masing. Maka dari itu gangguan ketika
melakukan pengukuran ini bisa mengakibatkan tidak ditemukannya hasil nilai dari
19
transaksi energi pemakaian pelanggan tersebut. Akibatnya bisa menyebabkan kerugian
di pihak PLN maupun dari sisi konsumen. Pada tabel dibawah ini merupakan identitas
pelanggan yang mendapati gangguan karena salah satu fasa yaitu fasa R yang hilang.
Hasil dan pembahasan memperlihatkan data data seperti grafik, angka - angka, gambar
dan lain – lain yakni hasil pengujian yang telah dilakukan dan disertakan dengan
analisis ilmiahnya.
Data Pelanggan 1
Tabel 4.1 Identitas Pelanggan
Nama Kantor*********
ID Pelanggan 5366******
Tarif P1
Daya 82500 VA
Rayon/ Unit ULP Cianjur Kota/UP3 Cianjur
Merk Meter MK10E
No Meter 218503734
Data Billing
Billing adalah suatu proses penerbitan rekeninh listrik dari awal pencatatan
stand kWh meter konsumen listrik setiap bulan secara keseluruhan, lengkap dan detail.
Siklus billing dimulai setiap tanggal 1 jam 10.00 sampai dengan tanggal 1 jam 10.00
bulan berikutnya. Data billing ditunjukkan pada tabel 2.
20
KDOUT RPTAG RPBK TGKOREKSI TGL BAYAR
22 4,767,510 0 20220713
22 4,767,510 0 20220614
22 4,767,510 0 20220513
22 4,767,510 0 20220412
22 4,767,510 0 20220322
22 4,767,510 0 20220215
22 4,767,510 0 20220113
22 4,767,510 0 20211221
Dari diagram tersebut pada gambar diatas ini adalah histori tagihan dimulai dari
bulan Juli tahun 2017 sampai dengan Juli tahun 2022, dapat dilihat dimana tarif listrik
perbulannya hampir rata rata dikisaran yang sama. Namun ada di beberapa bulan di
tahun 2017 yang mengalami peningkatan yang lumayan signifikan dibandingkan tahun
21
berikut berikutnya. Untuk tanggal jatuh tempo pembayaran listrik sendiri yaitu setiap
tanggal 20.
Data Load Profile
Data Load Profile pada proyek akhir ini adalah data profil beban dari pelanggan
yang mengalami gangguan. Data ini untuk memantau beban yang sudah ditentukan
pada saat terjadinya ketidaknormalan dan setelah perbaikan dengan data beban yang di
ambil setiap 30 menit sekali. Data yang telah terdeteksi pada load profile diantaranya
tegangan pada fasa R,S,T serta arus dari ketiga fasanya dan juga akan terbaca sudut
fasanya dapat dilihat dari tabel 3 dibawah ini.
22
0,16 0,15 0,04 0 0 0 0 -0,72
0,16 0,15 0,09 0 0 0 0 -0,76
23
S=224,691V, arus pada phasa S=0,146A,. Kemudian tegangan pada phasa T=224,575V,
arus pada phasa T=50,139A. Data ini dapat di lihat pada pengukuran phasa R dimana
tegangannya memiliki nilai 0 yang artinya terjadi gangguan pada bagian phasa R.
Data Real Time Setelah Dilakukan Penormalan
Setelah terjadi penormalan dapat dilihat pada data fasa S yang semula sebelum
perbaikan nilai pada parameter fasa 0 sekarang setelah diperbaiki sudah kembali normal
seperti tabel 5.
Ketidaknormalan ini menyebabkan kerugian pada sisi PLN selama kurun waktu
terjadinya polaritas CT terbalik. Dalam rentang waktu tersebut dapat diasumsikan posisi
terbalik fasa atau terbalik K-L, disengaja atau tidak disengaja. Setelah dilakukan
konfirmasi dengan pihak Jaringan, diketahui bahwa terbaliknya polaritas CT terjadi,
setelah adanya proses gangguan didalam gardu oleh petugas gangguan. Berarti
penyebab terjadi terbaliknya polaritas CT adalah human eror oleh petugas gangguan.
24
Dan oleh pihak gangguan dilakukan perbaikan pada sisi meter sehingga pengawatan
normal kembali (seperti dapat dilihat pada gambar 4.5), sedangkan nilai kWh yang tidak
tertagih oleh PLN, akan dikenakan koreksi rekening bulan berikutnya sebesar nilai kWh
terima.
25
Grafik Perhitungan Phasa R Yang Hilang
500000
450000
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
R S T
26
Gambar 4.7 kWh meter pada pelanggan
KWh meter yang digunakan pada pelanggan yaitu kWh meter tipe HXT320 3 fasa 4
kawat seperti pada gambar 9. Alat ini dapat membaca, menghitung serta mengirimkan
hasilnya kedalam memori internal yang sudah tersambung dengan modem LTE/4G dan
telah terkoneksi dengan port RJ45 yang sudah dipasang lalu akan mengirimkan datanya
ke server dikantor PT PLN (Persero). Data laporan gangguan pada gambar 4 dapat
diketahui bahwa terjadi masalah pada kWh meternya yaitu karena besarnya pemakaian
beban pelanggan ketika terjadinya ketidaknormalan pengukuran energi listrik karena
hilangnya arus pada fasa R, pada saat dilihat data real time nya yang mengalami
masalah yaitu pada phasa R dengan nilai tegangan yang masuk bernilai 0. Sedangkan
untuk fasa S dan fasa T tidak memiliki kendala.
VR VS VT IR IS IT Power
Faktor
0,000 224,891 224,575 1,75 1,75 1,72 0,01
27
a. Untuk fasa R
Perhitungan untuk mencari daya aktif pada fasa R dapat dihitung dengan rumus daya
aktif seperti pada persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
PR = VR × IR × Cos Ꮎ
= 0 × 1,75 × 0,1
=0W
= 0 Kw
b. Untuk fasa S
Perhitungan untuk mencari daya aktif pada fasa S dapat dihitung dengan rumus daya
aktif seperti pada persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
PS = VS × IS × Cos Ꮎ
= 224,891 × 1,75 × 0,1
= 39,355 W
= 0,039355 kW
c. Untuk fasa T
Perhitungan untuk mencari daya aktif pada fasa T dapat dihitung dengan rumus daya
aktif seperti pada persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
PT = VT × IT × COS Ꮎ
= 224,575 × 1,72 × 0.1
= 38,626 W
= 0,038626 kW
Setelah mengetahui pemakaian masing masing fasa selanjutnya dapat dihitung total
daya aktif nya dengan menggunakan menjumlahkan pemakaian daya nya pada tiap fasa
sebagai berikut
P total = PR+ PS + PT
= 0 kW+ 0,03 kW+ 0,03 kW
= 0.06 Kw
Energi (kWh) = 0.06 ×720 = 43,2 kWh
Untuk pemerintah dan industri dalam perhitungan total pemakaian nya adalah : P total ×
Faktor CT.
Berbeda dengan kWh meter yang biasa digunakan untuk instalasi listrik rumah
tangga,kWh meter 3 phase dengan daya yang cukup besar biasanya harus menggunakan
28
faktor perkalian dari CT yang terpasang.Untuk data ini digunakan Ratio CT sebesar
150/5 Jadi faktor perkaliannya adalah 150 : 5 = 30
Jadi total pemakaian nya adalah 43,2 × 30 = 1296 kWh
Perusahaan pemerintah ini beroperasi dari pukul 08.00 – 16.00 Jadi WBP nya 2 jam dan
LWBP nya 6 jam
Beban WBP = (1296 /8 jam) × 2 jam = 324 kWh/bln Beban LWBP = (1296 /8 jam) × 6
jam = 972 kWh/bln
Jadi untuk biaya pemakaian yang dicari dapat kita temukan menggunakan persamaan
3.6 yaitu
Total biaya = WBP + LWBP
Untuk biaya pada WBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.4 yaitu WBP
= K x kWh x RP. 1688,53
WBP = K x total kWh x RP. 1688,53
= 1,4 X 324 X 1688,53
= RP 765.917,20
Untuk biaya pada LWBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.5 yaitu
LWBP = total kWh x RP. 1688,53
LWBP = kWh x RP. 1688,53
= 972 X RP. 1688,53
= RP 1.641.251,16
Jadi Total Biaya pemakaiannya dapat kita cari dengan menggunakan persamaan (3.6)
yaitu
Biaya pemakaiannya = Total WBP + Total LWBP
= RP 765.917,20 + RP 1.641.251,16
= RP 2.407.192.36
Untuk fasa R jika bebannya di rata rata 1,72 Dapat kita tentukan dengan menggunakan
persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil
PR = Vr× Ir× COS Ꮎ
= 226 × 1,75 × 0,1
= 39,550 W
= 0,039550 kW
29
Setelah mengetahui pemakaian masing masing fasa selanjutnya dapat dihitung total
daya aktif nya dengan menggunakan menjumlahkan pemakaian daya nya pada tiap fasa
sebagai berikut
P total = PR+ PS + PT
= 0,03 kW+ 0,03kW+ 0,03kW
= 0,09 Kw
Energi (kWh) = 0,09 ×720 = 64,8 kWh
Untuk data ini digunakan Ratio CT sebesar 150/ 5 Jadi faktor perkaliannya adalah 150:
5 = 30
Jadi total pemakaian nya adalah 64,8 × 30 = 1.944 kWh
Perusahaan pemerintah ini beroperasi dari pukul 08.00 – 16.00 Jadi WBP nya ada 2 jam
dan LWBP nya 6 jam
Beban WBP = (1944/8 jam) × 2 jam = 486 kWh/bln Beban LWBP = (1944/8 jam) × 6
jam = 1458 kWh/bln
Untuk biaya pada WBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.4 yaitu WBP
= K x kWh x RP. 1688,53
WBP = K x kWh x RP. 1688,53
= 1,4 X 486 X 1688,53
= RP 1.148.875,81
Untuk biaya pada LWBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.5 yaitu
LWBP = total kWh x RP. 1688,53
LWBP = kWh x RP. 1688,53
= 1458 X RP 1688,53
= RP 2.461.876,74
Jadi Total Biaya pemakaiannya dapat kita cari dengan menggunakan persamaan (3.6)
yaitu
Biaya pemakaiannya = WBP + LWBP
= RP 1.148.875,81+ RP 2.461.876,74
= RP 3.610.752,55
Untuk biaya kurang tagih maka pelanggan harus membayar dari harga yang seharusnya
dikurang harga yang didapat Ketika ada gangguan hasil tersebut kita dapatkan
menggunakaan persamaan 3.7 yaitu
30
Biaya Kurang Tagih = Biaya Akhir – Biaya Awal
= RP 3.610.752,55 – RP 2.407.192,36
= RP 1.203.560,19
Jadi biaya yang harus dibayarkan pelanggan untuk rupiah kurang tagih nya adalah
sebesar RP 1.203.560,19
31
Data Pelanggan 2
Data Billing
Billing adalah suatu proses penerbitan rekeninh listrik dari awal pencatatan
stand kWh meter konsumen listrik setiap bulan secara keseluruhan, lengkap dan
detail. Siklus billing dimulai setiap tanggal 1 jam 10.00 sampai dengan tanggal 1
jam 10.00 bulan berikutnya. Data billing ditunjukkan pada tabel 2.
32
KDOUT RPTAG RPBK TGKOREKSI TGL BAYAR
22 2,393,832 0 20220714
22 2,393,832 0 20220614
22 2,393,832 0 20220514
22 2,393,832 0 20220414
22 2,393,832 0 20220314
22 2,393,832 0 20220214
22 2,393,832 0 20220114
22 2,393,832 0 20211214
22 2,393,832 0 20211114
22 2,393,832 0 20211014
33
pada saat terjadinya ketidaknormalan dan setelah perbaikan dengan data beban yang di
ambil setiap 30 menit sekali. Data yang telah terdeteksi pada load profile diantaranya
tegangan pada fasa R,S,T serta arus dari ketiga fasanya dan juga akan terbaca sudut
fasanya dapat dilihat dari tabel 3 dibawah ini.
34
IR IS IT IN PF1 PF2 PF3 PF
0,02 0,16 9,62 0 0 0 0 0,94
0,02 0,16 8,66 0 0 0 0 0,96
0,02 0,17 7,47 0 0 0 0 0,83
0,02 0,17 6,26 0 0 0 0 0,83
0,02 0,17 7,92 0 0 0 0 0,89
0,28 1,9 9,01 0 0 0 0 0,96
1,18 4,57 9,15 0 0 0 0 0,98
2,04 4,6 8,54 0 0 0 0 0,97
3,38 4,64 4,99 0 0 0 0 0,97
3,42 4,65 5,27 0 0 0 0 0,97
2,95 3,21 7,21 0 0 0 0 0,95
0,27 0,05 5,39 0 0 0 0 0,87
0,02 0,05 3,9 0 0 0 0 0,77
0,02 0,05 4,5 0 0 0 0 0,73
35
Gambar 4.11 Real time saat terjadi ketidaknormalan
36
Gambar 4.12. Real time setelah dilakukan penormalan
Setelah dilakukan penormalan pada salah satu wiring dapat di lihat seperti tabel 6
di bawah.
37
Grafik Perhitungan Phasa R Yang Hilang
500000
450000
400000
350000
Tegangan (V)
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
R S T
38
Gambar 4.14 kWh meter pada pelanggan
KWh meter yang digunakan pada pelanggan yaitu kWh meter tipe HXT320 3 fasa 4
kawat seperti pada gambar 9. Alat ini dapat membaca, menghitung serta mengirimkan
hasilnya kedalam memori internal yang sudah tersambung dengan modem LTE/4G dan
telah terkoneksi dengan port RJ45 yang sudah dipasang lalu akan mengirimkan datanya
ke server dikantor PT.PLN (Persero). Data laporan gangguan pada gambar 4 dapat
diketahui bahwa terjadi masalah pada kWh meternya yaitu karena besarnya pemakaian
beban pelanggan ketika terjadinya ketidaknormalan pengukuran energi listrik karena
hilangnya arus pada fasa R, pada saat dilihat data real time nya yang mengalami
masalah yaitu pada phasa R dengan nilai tegangan yang masuk bernilai 0. Sedangkan
untuk fasa S dan fasa T tidak memiliki kendala.
VR VS VT IR IS IT Power
Faktor
0,000 201,903 185,686 1,72 1,75 1,75 0,01
39
a. Untuk fasa R
Perhitungan untuk mencari daya aktif pada fasa R dapat dihitung dengan rumus daya
aktif seperti pada persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
PR = VR × IR × Cos Ꮎ
= 0 X 1,72 X 0,1
=0W
= 0 Kw
b. Untuk fasa S
Perhitungan untuk mencari daya aktif pada fasa S dapat dihitung dengan rumus daya
aktif seperti pada persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
PS = VS × IS × Cos Ꮎ
= 201,903 X 1,75 X 0,1
= 35,333 W
= 0,035333 kW
c. Untuk fasa T
Perhitungan untuk mencari daya aktif pada fasa T dapat dihitung dengan rumus daya
aktif seperti pada persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut
PT = VT × IT × COS Ꮎ
= 185,686 X 1,75 X 0,1
= 32,495 W
= 0,032495 kW
Setelah mengetahui pemakaian masing masing fasa selanjutnya dapat dihitung total
daya aktif nya dengan menggunakan menjumlahkan pemakaian daya nya pada tiap fasa
sebagai berikut
P total = PR+ PS + PT
= 0 kW+ 0,03 kW+ 0,03 kW
= 0,06 Kw
Energi (kWh) = 0,06 X 720= 43,2 kWh
Untuk Industri dalam perhitungan total pemakaian nya adalah : P total × Faktor CT.
Berbeda dengan kWh meter yang biasa digunakan untuk instalasi listrik rumah
tangga,kWh meter 3 phase dengan daya yang cukup besar biasanya harus menggunakan
40
faktor perkalian dari CT yang terpasang.Untuk data ini digunakan Ratio CT sebesar
250/ 5 Jadi faktor perkaliannya adalah 250 : 5 = 50
Jadi total pemakaian nya adalah 43,2× 50 = 2160 kWh
Perusahaan pemerintah ini beroperasi dari pukul 08.00 – 20.00 Jadi WBP nya 3 jam dan
LWBP nya 9 jam
Beban WBP = (2160 /12jam) × 3 jam = 540 kWh/bln Beban LWBP = (2160/12 jam) ×
9 jam = 1620 kWh/bln
Jadi untuk biaya pemakaian yang dicari dapat kita temukan menggunakan persamaan
3.6 yaitu
Total biaya = WBP + LWBP
Untuk biaya pada WBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.4 yaitu
WBP = K x kWh x RP. 1035,78
WBP = K x total kWh x RP. 1035,78
= 1,4 X 540 X 1035,78
= RP 783.049,68
Untuk biaya pada LWBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.5 yaitu
LWBP = total kWh x RP. 1035,78
LWBP = kWh x RP. 1035,78
= 1620 X RP. 1035,78
= RP 1.677.963,60
Jadi Total Biaya pemakaiannya dapat kita cari dengan menggunakan persamaan (3.6)
yaitu
Biaya pemakaiannya = Total WBP + Total LWBP
= RP 783.049,68+ RP 1.677.963,60
= RP 2.461.013,28
Untuk fasa R jika bebannya di rata rata 1,72 Dapat kita tentukan dengan menggunakan
persamaan 3.1 sehingga didapatkan hasil
PR = Vr× Ir× COS Ꮎ
= 224× 1,72× 0,1
= 38,528 W
= 0,038528 kW
41
Setelah mengetahui pemakaian masing masing fasa selanjutnya dapat dihitung total
daya aktif nya dengan menggunakan menjumlahkan pemakaian daya nya pada tiap fasa
sebagai berikut
P total = PR+ PS + PT
= 0,03 kW+ 0,03 kW+ 0,03 kW
= 0,09 Kw
Energi (kWh) = 0,09 ×720 = 64,8 kWh
Untuk data ini digunakan Ratio CT sebesar 250 / 5 Jadi faktor perkaliannya adalah
250:5 = 50
Jadi total pemakaian nya adalah 64,8 × 50 = 3240 kWh
Perusahaan pemerintah ini beroperasi dari pukul 08.00 – 20.00 Jadi WBP nya ada 3 jam
dan LWBP nya 9 jam
Beban WBP = (3240/12 jam) × 3 jam = 810 kWh/bln Beban LWBP = (3240/12 jam) ×
9 jam = 2430 kWh/bln
Untuk biaya pada WBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.4 yaitu WBP
= K x kWh x RP. 1035,78
WBP = K x kWh x RP. 1035,78
= 1,4 X 810 X 1035,78
= RP 1.174.574,52
Untuk biaya pada LWBP dapat kita cari dengan menggunakan persamaan 3.5 yaitu
LWBP = total kWh x RP. 1035,78
LWBP = kWh x RP. 1035,78
= 2430 X RP. 1035,78
= RP 2.516.945,40
Jadi Total Biaya pemakaiannya dapat kita cari dengan menggunakan persamaan (3.6)
yaitu
Biaya pemakaiannya = WBP + LWBP
= RP 1.174.574,52 + RP 2.516.945,40
= RP 3.691.519,92
Untuk biaya kurang tagih maka pelanggan harus membayar dari harga yang seharusnya
dikurang harga yang didapat Ketika ada gangguan hasil tersebut kita dapatkan
menggunakaan persamaan 3.7 yaitu
42
Biaya Kurang Tagih = Biaya Akhir – Biaya Awal
= RP 3.691.519,92 - RP 2.461.013,28
= RP 1.230.506.64
Jadi biaya yang harus dibayarkan pelanggan untuk rupiah kurang tagih nya adalah
sebesar RP 1.230.506,64
4.2 Pembahasan
Pada pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan menggunakan
sistem AMR dapat meningkatkan ketelitian dalam proses pencatatan data transaksi
energi nya. Sistem ini dapat mengetahui kelainan yang terjadi dalam proses pengukuran
Transaksi Energi nya sehingga dapat mempermudah kegiatan petugas dalam
pelakasanaan tugas tugas yang seharusnya dilakukan manual. Yang dimaksud dengan
fasa R yang hilang adalah dimana tegangan pada fasa R mengalami ketidaknormalan
sehingga fasa R tidak terukur tegangannya maka tidak terlihat berapa nilai tegangannya
dalam diagram phasor. Maka dilakukannya pernormalan dengan pengecekan langsung
ke lapangan agar ditindaklanjutin lebih lanjut.
Dalam percakapan di atas, kita dapat beralasan bahwa melibatkan kerangka
AMR dapat meningkatkan ketepatan selama waktu yang dihabiskan untuk merekam
informasi pertukaran energi. Kerangka kerja ini dapat mengidentifikasi anomali-
anomali yang terjadi dalam siklus estimasi Pertukaran Energi sehingga dapat bekerja
dengan latihan para pejabat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang seharusnya
dilakukan secara fisik. Berdasarkan hasil tinjauan dan informasi yang diperoleh dan
dibedah, penelitian ini dapat diselesaikan, bahwa perkiraan energi listrik yang
menggunakan kerangka AMR dapat dengan cepat membedakan anomali estimasi yang
dapat membuat klien penggunaan energi yang tidak terukur. Jadi kemajuan perbaikan
dapat diambil. Efek samping dari membaca informasi konstan terjadi pada tahap R di
mana nilai tegangan harus dicatat. Setelah dilakukan pengecekan, R secara bertahap
meringankan link Dalam sistem AMR klien dinyatakan mengalami kekurangan
tegangan satu tahap, khususnya VR sehingga nilai tegangan tahap R (VR) = 0 belum
penggunaan tetap. Hal ini terjadi karena Ongoing Transformer (CT) pada tahap R rusak.
Akibat perhitungan energi (kWh) pada rekening meter stop untuk klien P1
dengan retribusi daya sebesar 82.500 VA menyebabkan energi yang tidak terukur
sebesar 3.818.304 kWh. Akibat dari perhitungan yang telah selesai, karena adanya
43
meter stop pada klien kelas P1 dengan retribusi daya sebesar 82.500 VA, membuat klien
menanggung tagihan berikutnya sebesar Rp 1.203.560,19. Jadi ini menyebabkan
kemalangan di pihak PLN selama periode ketika ekstremitas CT diputar. Dalam periode
waktu ini, cenderung diharapkan bahwa posisi berpindah panggung atau berbalik K-L,
bertujuan atau tidak terduga. Ini menyiratkan bahwa alasan ekstremitas yang diubah dari
CT adalah kesalahan manusia oleh pejabat yang memperberat. Selanjutnya oleh pihak
yang memberatkan, dilakukan perbaikan pada sisi meteran sehingga perkabelan kembali
seperti semula (sebagaimana terlihat pada gambar, sedangkan harga kWh yang tidak
dibebankan oleh PLN, akan tergantung pada perbaikan pada rekor bulan depan untuk
nilai kWh yang didapat. Karena ketidakteraturan dalam kWh meter elektronik, hal itu
menyebabkan kemalangan sehubungan dengan PLN pada periode saat ujung CT
kesalahan wirring atau salah satu fasa ada yang terbakar.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pelanggan yang mengalami ketidaknormalan pada kwh meter elektronik nya akan
langsung terdeteksi oleh system AMR lalu dari pihak PLN akan melakukan perbaikan
ke lapangan. Perbaikan yang dilakukan yaitu dengan memperbaiki wirring CT ataupun
jika salah satu kabel fasa terbakar maka pihak PLN akan mengganti kabel fasa yang
terbakar tersebut dengan kabel yang baru.
2. Penyebab adanya ketidaknormalan yang dapat teridentifikasi melalui analisa data AMR
antara lain; kesalahan baca meter, ketidaknormalan pengukuran dan kesalahan pada saat
pengawatan. Ketidaknormalan tersebut ada dilihat diagram phasor yang menunjukkan
bahwa ada nya salah satu fasa yang tidak terlihat nilai tegangannya.
3. Besar tagihan susulan yang harus dibayar oleh pelanggan 1 yaitu sebesar Rp.
1.203.560,19 sedangkan pada pelanggan ke 2 sebesar Rp RP 1.230.506,64
5.2 Saran
1. Dalam melakukan pemasangan atau perbaikan kWh meter elektronik maka dilakukan
pemeriksaan kembali kabel wiring baik dari sisi kWh meter maupun di Current
Transformator (CT) sudah benar-benar tersambung dengan baik.
2. Untuk sistem AMR semoga kedepannya mempunyai fitur otomatis memberikan notifikasi
kepada user jika terjadi kelainan atau kerusakan pada pengukuran energi listrik, Sehingga
user bisa langsung menganalisa dan menindaklanjuti tanpa harus memilah pelanggan
mana yang bermasalah atau terjadi kelainan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E., & Amalia, A. F. (2017). Penurunan Susut Non Teknis Pada Jaringan
Distribusi Menggunakan Sistem Automatic Meter Reading Di Pt. Pln (Persero).
Jurnal Teknik Mesin, 5(4), 37. https://doi.org/10.22441/jtm.v5i4.1223
Akbar, & Ali, Y. (2016). Pemanfaatan Pemasangan Automatic Meter Reading (AMR)
Upaya Menekan Susut Energi Di PT. PLN (Persero) Area Cikupa. Universitas
Mercu Buana, 66.
Anonymous. (2017). Analisis Sistem AMR di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
& Banten APJ Bandung. 27–49.
Dwi, P. T., & Raya, M. (2015). Panduan transaksi listrik pln.
Hariyati, R. (2015). Analisis Pembacaan Meter Ootomatis Listrik Dengan
Menggunakan Jaringan Komunikasi. Jurnal Energi Dan Kelistrikan, 7(1), 92–102.
Heriyanto, A. (2016). Studi Kasus Kinerja AMR (Automatic Meter Reading) pada
Pelanggan Potensial Daya 41.5 KVA – 200 KVA di Situbondo. Jurnal Teknik
Elektro, Universitas Muhammadiyah Jember, 1–13.
Monica, W. D., Audita, D., Novello, M. R., & ... (2017). Aplikasi Pelayanan Target
Operasi Pelanggan Automatic Meter Reading (AMR) Pada PT. PLN (Persero)
WS2JB Area Palembang Berbasis Mobile. Annual Research …, 3(1), 4–9.
https://seminar.ilkom.unsri.ac.id/index.php/ars/article/view/1671
Panuntun, M. P. (2018). Pengujian Ketelitian Kwh Meter Analog Dan Kwh Meter.
http://eprints.ums.ac.id/60786/1/SKRIPSI PUBLIKASI FIX.pdf
Problem, U. (2017). Penerapan sistem,monitoring yang mendukung. 421–429.
Samirah. (2009). Pemantauan Pelanggan Besar Berbasis Meter Elektronik Dengan
Sistem Amr (Automatic Meter Reading). 57.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/files586891545414.pdf
Simangunsong, G. (2020). Penggunaan Sistem AMR dalam Pendeteksian Kelainan
pada Pengukuran Energi Listrik di PT PLN (Persero) UP3 Depok.
Sriwidjanarko, P. (2009). Review Automatic Meter Reading ( AMR ) dan Penerapannya
pada pelanggan di lingkungan PT . PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara
Rayon Binjai Timur.
Suhardi, S., & Wrahatnolo, T. (2008). Teknik distribusi tenaga listrik untuk sekolah
menengah kejuruan jilid 1. In Direktorat pembinaan sekolah menengah kejuruan.
https://mirror.unpad.ac.id/bse/Kurikulum_2006/10_SMK/Teknik Distribusi Tenaga
Listrik Jilid 1.pdf
Susanto, B., Jumnahdi, M., Sunanda, W., Seminar, P., Penelitian, N., & Masyarakat, P.
P. (2018). Konsumsi Energi Listrik Pelanggan Pada Pln Up3 Bangka. 2–5.
Wiharja, U. (2017). Analisa Deteksi Ketidaknormalan Meter Elektronik Dengan Sistem
Automatic Meter Reading. Jurnal Ilmiah Elektrokrisna, 6(1), 89–96.
46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
a. Data Personal
NIM : 2019-71-173
Nama : Devi Alicia
Tempat/Tgl. Lahir : Pkl. Berandan / 20 Desember 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : DIII Teknologi Listrik
Alamat Rumah : Jl. Arnan Lingk. IV PKT RT 004, RW 001 Kelurahan
Pelawi Utara Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara
Kode Pos : 20857
No. Telp/HP : 081269582934
Email : devi1971173@itpln.ac.id
b. Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD Swasta Dharma
SD - 2013
Patra
SMP SMP Negeri 1 Babalan - 2016
SMA SMA Negeri 1 Babalan IPA 2019
Devi Alicia
47
LAMPIRAN
48
49
50
51
52
53
Dokumen Lampiran
54
Foto Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Berita Acara
55
Foto Kegiatan Pemeriksaan Error Kwh
56