Anda di halaman 1dari 133

KUALITAS PELAYANAN PEMANDU WISATA

DI SAUNG ANGKLUNG UDJO

PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam memenuhi studi pada
Program Diploma IV

Disusun oleh :

MUHAMMAD IRFAN HANAFI


201520544

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENGATURAN PERJALANAN
JURUSAN PERJALANAN

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG


2020
HALAMAN MOTTO

- “Lahu mu’aqqibaatum mim baini yadaihi wa min khalfihii yahfazunahu min


amrillaah, innallaaha laa yugayyiru maa biqaumin hattaa yugayyiru maa
bi’anfusihim, wa izaa araadallaahu biqaumin suu’an fa laa maradda lah, wa maa
lahum min dunihii miw waal.” (Q.S Ar-Ra’d: 11).
-
- “Bagi manusia ada malaikat – malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali – kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S Ar-Ra’d: 11).
HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan Proyek Akhir ini teruntuk :

Allah SWT

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
karunia cinta dan kasih serta kekuatan-Mu lah yang dapat memudahkan saya
menyelesaikan Proyek Akhir ini dengan kemampuan terbaik yang saya miliki.

Mamah, Ayah, Intan dan Nisa

Terimakasih atas segala dukungan yang kalian berikan selama ini, motivasi,
kasih sayang, serta doa yang selalu diharapkan kepada yang Maha Kuasa dengan
tiada hentinya untuk saya. Saya persembahkan penantian atas kelahiran buku pertama
yang merupakan karya kecil saya kepada mamah, ayah, intan dan nisa.

Teman – Teman

Teruntuk teman terdekat yang mendukung, memberikan motivasi, menemani,


menguatkan, dan menjadi penghibur dikala suka dan duka selama pengerjaan Proyek
Akhir ini, terimakasih ya Aulia, Anas, Diqi, Widi, dan Ate. Serta untuk teman-teman
di Program Studi MPP yang membantu saya dalam penyusunan Proyek Akhir ini baik
dalam memberikan dukungan nasihat hingga memberikan kemudahan dalam
memperoleh ide, saran serta masukan dan juga motivasi. Serta teman-teman saya
yang tidak bisa saya sebut satu persatu Hatori dan yang lain, terimakasih atas segala
bantuannya baik secara langsung dan tidak langsung. Semoga segala kebaikan yang
kalian berikan akan dibalas dengan kebaikan pula kepada kalian semua.
ABSTRAK

Saat ini salah satu sektor pembangunan yang sedang berkembang pesat di
Indonesia adalah Pariwisata. Salah satu tempat yang masih melestarikan wisata
budaya adalah Saung Angklung Udjo. Wisata budaya yang masih dilestarikan di
Saung Angklung Udjo adalah Angklung. Penelitian ini akan memberikan
masukan kepada pemandu wisata lokal di Saung Angklung Udjo terkait dengan
kualitas pelayanan yang diberikan. Masukan yang dapat dihasilkan dari kualitas
pelayanan ini berkaitan dengan lima penilaian, yaitu professional competence,
interpersonal skills, oragnizational skill, emphaty dan problem solving (Huang et
al., 2010: 5). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan penyebaran kuesioner sebagai
instrumen penelitian. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu; 1) terdapat
kekurangan dari segi professional competence yakni ketidaktegasannya dalam
penyampaian peraturan; 2) responden menyatakan setuju dari segi interpersonal
skills pemandu mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah
dimengerti; 3) Responden sangat setuju bahwa organizational skills yang dimiliki
oleh pemandu menjadi nilai terbaik di dalam penelitian ini; 4) Emphaty yang
dimiliki oleh pemandu harus ditingkatkan lagi terutama dalam hal berinisiatif
membantu wisatawan; 5) segi problem solving yang dinilai oleh wisatawan
merupakan salah satu nilai terbaik yang didapatkan oleh pemandu Saung
Angklung Udjo. Rekomendasi yang diberikan adalah meningkatkan kemampuan
profesional pemandu khususnya menambahkan teknik persuasif dalam
penyampaiannya; segi emphaty pemandu harus belajar untuk mendengarkan orang
lain dan bersikap membuka diri terhadap komunikasi; adapun masalah fasilitas –
fasilitas yang harus diperbaiki adalah tempat penitipan barang bawaan wisatawan
yang belum ada di Saung Angklung Udjo dan papan – papan informasi larangan.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan, Masukan, Professional Competence,


Interpersonal Skills, Organizational Skills, Emphaty, Problem Solving, persuasif,
fasilitas – fasilitas

i
ABSTRACT

Nowadays one of development sectors that currently rapidly developing is


tourism. One of the places that still preserve cultural tourism is Saung Angklung
Udjo. Cultural tourism that still preserved in Saung Angklung Udjo is Angklung.
This research will provide an evaluation and feedback to local guide of Saung
Angklung Udjo related to the quality of services provided. The evaluation and
feedback that can be generated through the service quality is related to five
scoring, which will have five results there are increased professional competence,
interpersonal skills, organizational skills, emphaty, and problem solving (Huang
et al., 2010: 5). The research method used in this research is descriptive
quantitative approach with the distribution of questionnaires as research
instruments. The research results obtained are; 1) there are shortage in term of
their professional competence is not firmly to the regulation ; 2) Respondents said
they agreed in terms of guide interpersonal skills is capable of conveying
information clearly and easily understandable; 3) Respondents found it agree that
organizational skills owned by guide are one of the best score in this research; 4)
Emphaty owned by guide to be raised in terms of an initiative to help tourist; 5) In
terms of problem solving assessed by tourist in one of the best score obtained by a
guide of Saung Angklung Udjo. The writer recommends several points to improve
the ability in terms of professional competence of guide especially added
persuasive techniques in communicating; in terms of emphaty the guide must
learn to listen to the others and be opening himself up more to communication; as
for the problems with facilities should be improved is storage place for the tourist
who has been none in Saung Angklung Udjo and information board ban.

Keywords: Service Quality, Input, Professional Competence, Interpersonal Skills,


Organizational Skills, Emphaty and Problem Solving, Persuasive, Facilities

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan diberikannya berakat serta limpahan rahmat-Nya maka Proyek
Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis melakukan penelitian yang
berjudul “Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata di Saung Angklung Udjo” disusun
sedemikian rupa guna memenuhi persyaratan akademik dalam penulisan Proyek
Akhir pada Progam Diploma IV pada Program Studi Manajemen Pengaturan
Perjalanan di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua


bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun yang tidak langsung
selama kurun waktu penyususan Proyek Akhir ini. Secara khusus penulis ingin
mengucapkan rasa terimakasih tersebut kepada:

1. Bapak Faisal Kasim, MM.Par., CHE. selaku Ketua Sekolah Tinggi


Pariwisata Bandung.
2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc. selaku Kabag. Adak
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
3. Ibu Endang Komesty Sinaga, SS., MM.Par., CHE. selaku Ketua Jurusan
Perjalanan sekaligus dosen pembimbing pertama atas bantuan dan
bimbingannya dalam penulisan Proyek Akhir ini dan terima kasih juga
untuk tidak menyerah kepada penulis.
4. Bapak Wisnu Prahadianto, SE., M.Sc. selaku Ketua Program Studi
Manajemen Pengaturan Perjalanan yang juga telah membantu penulis
dalam mencarikan dan memberikan pekerjaan sementara kepada penulis.
5. Ibu Nuraeni Handayaningrum, SS., M.Pd sebagai dosen pembimbing
kedua atas bantuan dan bimbingannya dalam penulisan Proyek Akhir
terima kasih atas segala motivasi dan semangatnya yang engkau berikan
kepada penulis.
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Manajemen Pengaturan Perjalanan
atas ilmu, bimbingan, dan bantuannya.
7. Bapak Yayan Mulyana selaku Direktur/Pimpinan Saung Angklung Udjo
atas ketersediaannya dalam membantu selama penelitian ini.

iii
8. Kedua orang tua yang penuh kasih Ayah H.Epih Hanafi, MM.Pd., M.Sc.,
M.Si. dan Ibu Hj.Mimah Fatimah, M.Pd. serta kedua adik menyebalkan
yang sekaligus penulis sayangi Mustika Intan Shaifah Hanafi dan
Mutiara Khairunnisa Hanafi, serta seluruh keluarga maupun kerabat,
terimakasih telah memberikan dukungan, doa serta kasih sayang demi
keberhasilan penulis.
9. Kepada Aulia Faiqah Sepvania yang selalu ada menemani selama ini,
memberikan motivasi, membantu serta selalu memberikan semangat dan
menghibur penulis selama penyusunan Proyek Akhir ini.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa/i Program Studi Manajemen
Pengaturan Perjalanan seperjuangan yang juga telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini.
11. Pihak terkait lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Terimakasih atas bantuan dan doa serta dukungan dengan segala bentuk
yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa Proyek Akhir ini belum sempurna, baik dari segi
materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan masukan sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan Proyek Akhir ini. Penulis berharap semoga
Proyek Akhir ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya dalam memperkaya
wawasan dan ilmu berhubungan dengan pengaturan perjalanan wisata.

Bandung, Januari 2020


Penulis

Muhammad Irfan Hanafi

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 9

D. Keterbatasan Penelitian 9

E. Manfaat Penelitian 11

1. Manfaat teoritis 11

2. Manfaat praktis 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 12

v
1. Pengertian Kualitas ................................................................. 12

2. Pengertian Pelayanan.............................................................. 12

3. Pengertian Kualitas Pelayanan ............................................... 13

4. Pelayanan Tur ......................................................................... 14

5. Pengertian Pramuwisata ......................................................... 15

6. Pengertian Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata 15

B. Kerangka Pemikiran 18

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian 19

B. Obyek Penelitian 20

C. Populasi dan Sampel 24

1. Populasi 24

2. Sampel 24

D. Metode Pengumpulan Data 25

1. Teknik Pengumpulan Data 24

2. Alat Pengumpulan Data 24

E. Definisi Operasional Variabel 29

F. Analisis Data 30

1. Teknik Analisis Data 30

2. Alat Analisis Data 31

vi
G. Jadwal Penelitian 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 38

1. Hasil Penelitian Data Responden 38

2. Hasil Penelitian Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata 46

B. Pembahasan 54

1. Professional Competence 54

2. Interpersonal Skills 61

3. Organizational Skills 65

4. Emphaty 69

5. Problem Solving 77

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan 80

B. Rekomendasi 84

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

LAMPIRAN 96

vii
DAFTAR TABEL

TABEL 1 DATA PENGUNJUNG SAUNG ANGKLUNG UDJO TAHUN 2016 –


2017 ……………………………………………………………………7
TABEL 2 PENENTUAN JUMLAH SAMPEL ISAAC & MICHAEL …………25
TABEL 3 MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL ………………………… 30
TABEL 4 HASIL UJI VALIDITAS ………………………………………….. 35
TABEL 5 JADWAL PENELITIAN …………………………………………... 37
TABEL 6 HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI
DIMENSI PROFESSIONAL COMPETENCE ……………………… 47
TABEL 7 HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI
DIMENSI INTERPERSONAL SKILLS……………………………… 49
TABEL 8 HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI
DIMENSI ORGANIZATIONAL SKILLS …………………………… 50
TABEL 9 HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI
DIMENSI EMPHATY…………………………………………………51
TABEL 10 HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI
DIMENSI PROBLEM SOLVING …………………………………… 53
TABEL 11 HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI
DIMENSI PROFESSIONAL COMPETENCE …………………… 55
TABEL 12 HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI
DIMENSI INTERPERSONAL SKILLS …………………………… 61
TABEL 13 HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI
DIMENSI ORGANIZATIONAL SKILLS…………………………… 65
TABEL 14 HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI
DIMENSI EMPHATY ………………………………………………70
TABEL 15 HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI
DIMENSI PROBLEM SOLVING ………………………………… 78

viii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 KERANGKA PEMIKIRAN ……………………………………... 18


GAMBAR 2 LOGO SAUNG ANGKLUNG UDJO …………………………... 22
GAMBAR 3 STRUKTUR ORGANISASI SAUNG ANGKLUNG UDJO …… 23
GAMBAR 4 GARIS RENTANG KONTINUM ………………………………. 33
GAMBAR 5 GARIS KONTINUM DIMENSI PROFESSIONAL
COMPETENCE….……………………………………………….. 56
GAMBAR 6 GARIS KONTINUM DIMENSI INTERPERSONAL SKILLS ……62
GAMBAR 7 GARIS KONTINUM DIMENSI ORGANIZATIONAL
SKILLS ….……………………………………………………….. 66
GAMBAR 8 GARIS KONTINUM DIMENSI EMPHATY……………………..71
GAMBAR 9 GARIS KONTINUM DIMENSI PROBLEM
SOLVING ……….……………………………………………….. 79

ix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN …………………………………………………………………... 96
LAMPIRAN 1 MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL…………………... .96
LAMPIRAN 2 KUESIONER ………………………………………………… 97
LAMPIRAN 3 PEDOMAN WAWANCARA………………………………... 99
LAMPIRAN 4 TRANSKRIP WAWANCARA…………………………...…..100
LAMPIRAN 5 MATRIKS DATA RESPONDEN…………………………… 105
LAMPIRAN 6 MATRIKS UJI VALIDITAS………………………………… 112
LAMPIRAN 7 MATRIKS UJI RELIABILITAS…………………….............. 113
LAMPIRAN 8 SURAT LOKUS TELAH MELAKUKAN PENELITIAN.......114
LAMPIRAN 9 TURNITIN ORIGINALITY REPORT………………………..... 115
LAMPIRAN 10 BIODATA PENELITI..............................................................116

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu dari bidang pembangunan yang maju dengan pesat di

Indonesia adalah Pariwisata. Selain itu, di dalam pembangunan Indonesia

terdapat peran penting dari sektor pariwisata dan migas hingga menjadi

penghasil terbesar devisa negara. Sebagai sumber devisa, pariwisata

memiliki potensi yang berlimpah untuk dikembangkan dan dimanfaatkan.

Di Indonesia, khususnya di Kota Bandung, pariwisata menjadi

sektor unggulan yang menjadi sektor andalan untuk mendatangkan

wisatawan. Selain wisata arsitektur serta sejarah, Kota Bandung termasuk

kota yang mengandalkan wisata budaya sebagai salah satu ikon wisata

unggulan. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki dan masih melestarikan

salah satu alat musik tradisional Jawa Barat yakni Angklung. Angklung

mempunyai daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Angklung adalah alat

musik yang tebuat dari batang atau potongan – potongan bambu yang

umumnya bambu terbaik untuk dijadikan angklung adalah jenis bambu

hitam. Adapun alat musik ini telah terdaftar sebagai Masterpiece of Oral

and Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO pada bulan November

2010 silam dan merupakan salah satu wujud kebudayaan Sunda yang

memiliki sejarah yang dalam di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

1
2

Salah satu tempat yang masih melestarikan Angklung adalah

Saung Angklung Udjo dan selanjutnya akan disingkat menjadi SAU. SAU

(Saung Angklung Udjo) berdiri tahun 1966 oleh bapak Udjo Ngalagena,

pada awalnya adalah pusat pengembangan alat musik dan menjadi pusat

pertunjukan angklung. Seiring dengan berjalannya waktu, lokasi ini

menjadi atraksi pariwisata yang sangat diminati oleh wisatawan dalam

negeri maupun luar negeri, karena SAU memiliki keunikan budaya dan

daya tarik tersendiri bagi wisatawan di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

Masyarakat lokal ternyata mampu mengembangkan objek

pariwisata ini menjadi pariwisata berbasis masyarakat. Peran serta

masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata di Bandung juga

harus memperhatikan pariwisata budayanya. Wisata budaya mempunyai

bagian penting di dalam kehidupan masyarakat. Bagi pembangunan

pariwisata, pemanfaatan lingkungan, area untuk infrastruktur, membuat

lapangan pekerjaan dan bagaimana proses arus wisatawan dilakukan oleh

masyarakat lokal.

Dengan luas 6.000 m2, SAU memiliki fasilitas untuk pelestarian

serta mempromosikan objek wisata tersebut. Adapun yang ditawarkan dari

wisata budaya di SAU adalah penjelasan atau interpretasi yang diberikan

oleh pemandu wisata lokal yang ada di SAU. Divisi atau bagian dari SAU

yang menjadi pemandu lokal adalah divisi PR (Public Relation) yang

memiliki tugas selain menjadi penghubung antara pihak eksternal dengan

SAU juga menjadi pemandu lokal bagi wisatawan yang berkunjung ke

SAU.
3

Selain itu pemandu wisata lokal di SAU juga merangkap menjadi

MC (Master of Ceremony) yang mampu berbicara dalam beberapa bahasa

seperti Inggris, Perancis, Belanda dan Jerman. Adapun latar belakang yang

dari personil – personil yang menjadi pemandu wisata lokal di SAU ini

adalah mereka yang dulunya merupakan talent atau anggota pentas dari

SAU yang kemudian mendapat pelatihan berbahasa . Sedangkan untuk

jumlah dari PR (public relation) yang juga merangkap menjadi pemandu

dan MC sendiri berjumlah 5 orang yang terbagi menjadi 4 orang

perempuan dan 1 orang laik – laki.

Proses pelayanan yang diberikan adalah pemanduan wisata kepada

para wisatawan dengan mengelilingi area saung diiringi dengan penjelasan

dari pemandu mengenai bagaimana proses pembuatan angklung mulai dari

bahan yang dipilih hingga menentukan dan merangkai angklung hingga

menjadi alat musik yang siap dimainkan, lalu dilanjutkan dengan

mengajak wisatawan melihat pentas dan bermain angklung bersama.

Selain itu akan ada pertunjukan wayang golek yang biasanya ditampilkan

saat acara dimulai, lalu disambung dengan pertunjukan helaran. Helaran

ini adalah atraksi yang biasanya dilakukan pada acara upacara khitanan

atau ketika panen padi, ada juga tari – tarian terutama tari topeng yang

dibawakan oleh muda – mudi talent SAU yang merupakan warga sekitar

juga. Nantinya, pemandu akan selalu mengajak wisatawan untuk terus

berpatisipasi pada setiap kegiatan yang dilakukan dan diperlihatkan ini,

seperti di ajak mencoba memotong bambu untuk membuat angklung

hingga diajak menari bersama – sama dengan talent penari di acara


4

puncak. Ini adalah sebuah bentuk pelayanan utama yang diberikan SAU

kepada wisatawan. Kualitas pelayanan sendiri adalah fokus pada usaha

melengkapi segala hal yang diperlukan dan diharapkan oleh pelanggan

begitu juga kesesuaian penyampaian untuk dapat setara atau seimbang

dengan harapan atau ekspektasi pelanggan.

Menurut Wyckof dalam Lovelock yang dikutip oleh Tjiptono

(2012:270), kualitas pelayanan merupakan nilai lebih yang diinginkan

sebagai pengendali terhadap tingkat yang lebih dominan untuk

menyesuaikan dan memenuhi harapan atau ekspektasi pelanggan.

Pendapat tersebut selaras dengan apa yang disampaikan oleh Parasuraman,

et al., (1994) yang menyatakan bahwa terdapat 2 (dua) faktor utama yang

berpengaruh terhadap suatu kualitas pelayanan, yakni expected service

atau pelayanan yang diharapkan dengan perceived service atau pelayanan

yang diterima. Jadi, kualitas dari suatu jasa akan dipersepsikan atau

dipandang baik dan memuaskan apabila jasa yang diterima sesuai dengan

yang diharapkan oleh pelanggan tersebut. Namun sebaliknya, kualitas

suatu jasa akan dipandang atau dipersepsikan buruk kualitasnya apabila

jasa yang didapatkan oleh pelanggan tidak sesuai atau mungkin lebih

rendah (lebih buruk) dari yang ia perkirakan.

Oleh karena itu, kualitas sebuah jasa harus berlandaskan pada apa

yang dibutuhkan oleh pelanggan dan sebisa mungkin berakhir juga atau

setidaknya mendekati pada persepsi pelanggan tersebut.

Sama halnya dengan yang terjadi di SAU, penjelasan yang

mengenai sejarah angklung serta cara pembuatan dan teknik memainkan


5

angklung apabila dapat disampaikan dengan baik dan juga benar maka

harapan wisatawan yang berkunjung akan terpenuhi. Sejalan dengan yang

disampaikan oleh Huang et al., (2010: 5) menyatakan bahwa “Seorang

tour leader/guide harus menguasai lima faktor yaitu professional

competence, interpersonal skills and organization, empathy dan problem

solving.”

Melalui penjelasan di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana

peran SAU dalam pelestarian budaya khususnya kepada pemandu dalam

memberikan dan melayani wisatawan yang ingin mengetahui dan belajar

lebih jauh tentang alat musik Angklung. Adapun penelitian terdahulu

terkait dengan kualitas pelayanan pemandu wisata lokal terdapat pada

Jurnal Nasional Pariwisata yang berjudul tentang kepuasan wisatawan

dapat terpengaruh melalui kemampuan berbahasa verbal sebagai bentuk

kualitas pelayanan dari seorang pemandu wisata lokal yang ada di Candi

Prambanan.

Penelitian tersebut ditulis oleh Ratih Melatisiwi Purwaningsih pada

tahun 2013, dimana penelitian yang dilakukan berfokus pada bagaimana

agar timbul keinginan dari wisatawan yang berkunjung agar menjadi

repeat visitor melalui eksplorasi kualitas pelayanan pemandu wisata

dengan kemampuan berbahasa verbal yang baik.

Selain hal tersebut, berdasarkan data yang didapat oleh peneliti

mengenai kunjungan wisatawan yang berkunjung ke SAU menunjukan

bahwa adanya penurunan jumlah wisatawan ini dapat dilihat dari tabel
6

kunjungan wisatawan tahun 2016 – 2017 yang menunjukan adanya

penurunan baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala HRD Saung Angklung

Mang Udjo, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh kepada penuruan

pengunjung ini di antaranya adalah faktor eksternal dan juga internal.

Faktor eksternal diataranya adalah beralihnya minat tujuan wisata

pengunjung yang sudah tidak lagi menjadikan Kota Bandung sebagai

pilihan utama. Berdasarkan kepada hasil wawanvara pra-survey yang

peneliti lakukan dengan ketua pemandu wisata lokal SAU memaparkan

jika yang umumnya menjadi indikator penurunan pengunjung yakni

adanya miscommunication antara pihak biro perjalanan, tamu dan pihak

Saung Angklung Mang Udjo.

Miscommunication yang terjadi umumnya mengenai fasilitas yang

diminta dengan fasilitas yang di dapat. Berikut merupakan tabel jumlah

pengunjung wisatawan domestik dan mancanegara pada tahun 2016 –

2017.
7

TABEL 1

DATA PENGUNJUNG SAU TAHUN 2016 - 2017

2016 2017
BULAN
Domestik Asing Domestik Asing

Januari 16.986 1.421 16.854 1.669

Februari 27.713 1.908 19.668 1.462

Maret 36.416 1.846 28.408 2.760

April 22.321 1.897 20.468 1.838

Mei 29.591 1.764 18.699 1.892

Juni 6.147 1.583 3.221 1.301

Juli 7.110 2.673 7.019 2.845

Agustus 7.951 3.003 7.123 3.110

September 10.794 2.936 9.175 2.764

Oktober 24.671 2.202 25.070 2.523

November 23.569 6.049 24.726 1.654

Desember 26.316 2.626 24.893 2.422

SubTotal 239.585 29.908 205.324 26.240

Total 269.493 231.564

Sumber: Saung Angklung Udjo, 2019

Berdasarkan data tersebut, peneliti merasa butuh melakukan

penelitian untuk dapat mengetahui dan meningkatkan kualitas pelayanan

pemandu wisata lokal di SAU serta untuk mengetahui atribut kualitas


8

pelayanan mana saja yang perlu diperbaiki, dipertahankan, atau bahkan

dikurangi prioritasnya, sehingga upaya yang dilakukan oleh perusahaan

dalam hal ini SAU untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemandu

wisata lokal dapat dilakukan secara maksimal.

Berdasakan latar belakang di atas, maka judul yang akan diangkat

dalam penelitian ini adalah “Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata di

Saung Angklung Udjo”.

B. Rumusan Masalah

Berlandas kepada latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana kualitas pelayanan

pemandu wisata lokal di SAU?”

Adapun identifikasi permasalahan yang merupakan penurunan dari

rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana aspek professional competence pada pemandu wisata lokal

di SAU?

2. Bagaimana aspek interpersonal skills pada pemandu wisata lokal di

SAU?

3. Bagaimana aspek organizational skills pada pemandu wisata lokal di

SAU?

4. Bagaimana aspek emphaty pada pemandu wisata lokal di SAU?

5. Bagaimana aspek problem solving pada pemandu wisata lokal di

SAU?
9

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dari penelitian ini terdiri dari tujuan formal serta

tujuan operasional, sebagai berikut:

1. Tujuan Formal

Tujuan formal penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi Program Diploma IV, Program Studi Manajemen

Pengaturan Perjalanan, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

2. Tujuan Operasional

Tujuan Operasional dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kualitas pelayanan dari pemandu wisata lokal di SAU.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan saat ini masih banyak kekurangan dan

keterbatasan, di antaranya akan dijabarkan di bawah ini:

1. Perizinan dari pihak SAU yang hanya memberikan waktu untuk

peneliti selama 2 hari/minggu atau hanya dipanggil jika ada

kunjungan wisatawan domestik dirasa kurang oleh peneliti untuk

dapat mengumpulkan target dari populasi dan sampling mengingat

kunjungan yang datang hanya 2 kali sehari.

2. Proses pembuatan angklung tidak dilakukan setiap hari sehingga

ini bisa menimbulkan kesan dan pengalaman yang berbeda dari

setiap wisatawan yang datang di hari tersebut yang akan

berdampak pada perbedaan jawaban di dalam kuesioner dengan

yang diberikan kepada wisatawan yang datang bersamaan dengan

proses pembuatan angklung.


10

3. Di dalam penelitian ini terdapat beberapa data yang sangat sulit

bahkan tidak dapat peneliti dapatkan, salah satu kesulitan yakni

saat peneliti melakukan wawancara dengan ketua pemandu yang

menjabat juga di bagian PR (Public Relations) menyinggung

mengenai SOP (Standar Operasional Prosedur). Ketika peneliti

meminta SOP tersebut, mereka tidak dapat menunjukannya dengan

alasan lupa menaruh dimana karena belum lama ini baru saja

pindahan ruang kerja.

4. Selain kesulitan prosedur pengambilan data SOP pemandu, peneliti

juga kesulitan mendapatkan data terbaru dari jumlah pengunjung

SAU yang terbaru. Hingga saat ini, peneliti hanya mendapatkan

jumlah pengunjung wisatawan domestik dan mancanegara periode

tahun 2016 sampai 2017 saja. Asalan yang diberikan dari pihak

SAU yakni belum melakukan rekapitulasi dari pengunjung tahun

2018 hingga tahun 2019 lalu.

5. Adapun kesulitan yang lain adalah terkait teori utama yang akan

digunakan oleh peneliti. Dimana peneliti kesulitan menemukan

teori mengenai pemandu wisata lokal yang spesifik, relevan dan

terbaru sehingga pemandu menggunakan teori pemandu wisata

oleh Huang et al., 2010 yang menurut peneliti cukup relevan

dengan penelitian ini.


11

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharap bermanfaat guna meningkatkan kemampuan

berfikir secara logis dan terstruktur sehingga dapat meningkatkan

wawasan dan kompetensi, serta bagi pengaplikasian ilmu pengetahuan

yang didapat selama peneliti menganyam pendidikan di Sekolah

Tinggi Pariwisata Bandung. Selain itu, peneliti berharap penelitian

yang dilakukan dapat memberi dampak dan juga kontribusi pada ilmu

pengetahuan, terutama di dalam bidang kualitas pelayanan pemandu

wisata lokal, sehingga dapat menambah wawasan mengenai

pentingnya sebuah kualitas pelayanan pemandu wisata lokal.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharap bisa memberikan manfaat sebagai masukan

terhadap SAU, sehingga perusahaan dapat menentukan strategi apa

yang bisa diambil guna meningkatkan kualitas pelayanan pemandu

wisatanya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Kualitas

Kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat dapat

terpengaruh secara keseluruhan oleh sebuah produk atau pelayanan,

karena yang membedakan dan menjadi ciri dan juga sifat dari sebuah

produk atau pelayanan adalah kualitas (Kotler, 2005). Hal ini terjadi

apabila ekspektasi konsumen terhadap nilai suatu barang atau jasa

terpenuhi, maka produk tersebut dinilai berkualitas.

2. Pengertian Pelayanan

Menurut Gronroos (2000) dalam Tjiptono & Chandra (2016)

Solusi yang disediakan atas permasalahan yang dihadapi oleh seorang

pelanggan dan umumnya terjadi di dalam interaksi antar konsumen dan

penyedia jasa di dalam serangkaian kegiatan yang tidak berwujud atau

bersifat intangible disebut dengan jasa.

Selanjutnya, pengertian jasa juga disampaikan oleh Zeithmal &

Bitner (1996) dalam Lupiyoadi (2013) bahwa semua kegiatan ekonomi

yang umumnya dapat memberikan dampak positif (seperti, kesehatan,

hiburan, kesenangan dan kenyamanan) pada waktu yang bersamaan

dengan waktu produksi dikonsumsi dimana hasilnya bukan berupa

produk dalam bentuk fiksi atau konstruksi adalah definisi dari jasa.

12
13

Menurut Kotler dalam Rizkiyadi (2016:21) menyampaikan bahwa

pelayanan adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang berguna atau

bermanfaat yang diberikan dari satu atau beberapa pihak untuk pihak

lainnya guna memuaskan keinginan dan kebutuhan serta tidak akan

menimbulkan kepemilikan apapun kepada penerimanya dan pada

dasarnya bersifat tidak berwujud.

Berdasarkan berbagai pengertian – pengertian di atas, dapat

dipahami jika pelayanan atau jasa adalah aktivitas atau proses yang

sifatnya tidak berwujud (intangible). Meskipun begitu, masih banyak

pihak – pihak yang tidak meyadarinya bahwa mereka terlibat. Di

sebuah kegiatan jual beli jasa akan selalu ada dan tidak dapat

dipisahkan antara interaksi penyedia jasa dengan konsumennya.

3. Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Lewis & Booms (1983) dalam Tjiptono & Chandra

(2016:125), defini dari kualitas pelayanan adalah bagaimana ekspektasi

pelanggan dapat terpenuhi dari sebaik apa pelayanan yang diberi oleh

penyedia jasa yang dapat diukur berdasar pada feedback yang diberikan

oleh pelanggan. Berdasarkan pada pengertian ini, pemenuhan

keinginan dan juga kebutuhan pelanggan oleh pihak penyedia jasa,

serta bagaimana kualitas penyampaiannya sesuai atau tidak untuk

mengimbangi dan memenuhi harapan dari pelanggan sehingga dapat

mewujudkan sebuah kualitas pelayanan.


14

Hal ini didukung oleh Wyckof dalam Lovelock (1988) dikutip

Tjiptono (1996:59) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan yaitu

pengendalian atas tingkat yang diunggulkan yang diharapkan oleh

pelanggan untuk dapat memenuhi keinginan dan harapannya. Apabila

pelayanan yang diterima oleh pelanggan sesuai dengan harapan

pelanggan, maka kualitas pelayanan dapat diperkirakan baik. Jika

pelayanan yang diterima oleh pelanggan melebihi harapan pelanggan,

maka kualitas pelayanan dapat diperkirakan ideal. Namun, apabila

pelayanan yang diterima oleh pelanggan tak sesuai dengan harapan

pelanggan, maka kualitas pelayanan dapat diperkirakan buruk.

4. Pelayanan Tur

Menurut Undang-undang Nomor 10 thn 2009, tentang

Kepariwisataan yakni beragam jenis kegiatan wisata serta mendapat

dukungan dari berbagai fasilitas dan juga layanan yang ada pada

setiap elemen masyarakat, pemerintah, pengusaha hingga pemerintah

daerah.

Adapun kepariwisataan juga merupakan keseluruhan kegiatan yang

berhubungan dengan pariwisata serta memiliki sifat multidimensi serta

multidisiplin yang timbul sebagai bentuk dari kebutuhan yang ada

pada setiap orang dan juga negara serta interaksi yang terjadi di antara

wisatawan dan masyarakat setempat, baik sesama wisatawan

pemerintah daerah, pemerintah dan bahkan pengusaha.


15

5. Pengertian Pramuwisata

Menurut Nuriata dalam Irawati (2013: 20) asal istilah pramuwisata

diambil dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata pramu, wis dan

ata. Arti dari kata pramu adalah pelayan atau dapat diartikan juga

orang yang melayani, sedangkan wis memiliki arti tempat dan ata yang

berarti banyak. Sedangkan pendapat umum mengartikan wisata adalah

keliling atau sebuah perjalanan dan di dalam hal pramuwisata dapat

diartikan juga sebagai petugas yang memberikan pelayanan kepada

orang yang sedang melakukan sebuah perjalanan wisata.

6. Pengertian Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata

Menurut Mak et al. (2010) faktor penting dalam mencapai

kepuasan wisatawan, mempengaruhi reputasi biro perjalanan dan

publisitas dari mulut ke mulut, serta mempengaruhi citra dan niat

mengunjungi kembali destinasi yang bersangkutan dengan melalui

kualitas pelayanan pemandu wisata tersebut.

Liao et al. (2011) juga menambahkan bahwa pemandu wisata

adalah seseorang yang menjadi penghubung antara pengunjung dengan

sebuah destinasi sebagai tuan rumah. Oleh karena itu, pemandu wisata

bertanggung jawab atas kepuasan dan kesan pengunjung terhadap

layanan tur yang ditawarkan oleh destinasi yang bersangkutan dan hal

tersebut menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan sebuah

tur.
16

Huang et al. (2010:5) menyatakan bahwa “Seorang tour

leader/guide harus menguasai lima faktor yaitu professional

competence, interpersonal skills and organization, empathy dan

problem solving.” Selain itu, menilai bahwa kualitas pelayanan

pemandu wisata yang dirasakan oleh wisatawan dapat menggunakan

tiga puluh lima atribut kualitas pelayanan yang dihasilkan dengan

meninjau berbagai literatur yang relevan, yaitu:

 Kode etik dalam profesi

 Komunikasi interpersonal

 Ketepatan waktu

 Rasa tanggung jawab

 Sound judgment in the most situation

 Kesopanan

 Commentary

 Semangat kerja pemandu wisata

 Mengikuti rencana perjalanan yang sudah ditetapkan

 Mengingatkan wisatawan akan isu keselamatan

 Pengetahuan sejarah destinasi

 Pengetahuan atraksi wisata

 Kejujuran dan kepercayaan

 Kesehatan yang baik

 Pengetahuan budaya destinasi

 Bekerjasama dengan staf pelayanan yang lain

 Mengatasi insiden mendesak yang tidak terduga


17

 Kepribadian yang baik

 Penampilan yang rapi dan sesuai

 Kemahiran berbahasa pemandu wisata

 Memecahkan masalah dan konflik yang muncul saat tur

 Keramahan

 Membangkitkan hubungan yang baik antar peserta tur

 Peduli terhadap kebutuhan kosumen

 Mudah dihubungi saat peserta membutuhkannya

 Manajemen waktu

 Melayani kebutuhan psikologis konsumen

 Melihat dari sudut pandang konsumen

 Memahami budaya konsumen

 Keinginan untuk membantu

 Pengetahuan gaya hidup masyarakat lokal

 Menangani keluhan konsumen dengan benar

 Mengelola aktivitas tur

 Selera humor

 Memperkenalkan toko yang terpercaya


18

B. Kerangka Pemikiran

GAMBAR 1

KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN

Professional Competence

Interpersonal Skill

Kualitas Pelayanan Pemandu


Wisata Organizational Skill

Emphaty

Problem Solving

Sumber: Huang et al. (2010:5)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti memakai metode deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Menurut Setyosari (2010) menyatakan deskriptif

sebagai metode penelitian yang outputnya dijabarkan dalam bentuk angka

maupun kalimat guna menjelaskan atau mendeskripsikan suatu kejadian,

situasi, objek manusia ataupun segala sesuatu yang terkait dengan berbagai

variabel.

Adapun menurut Sugiyono (2015) dalam buku Metode Penelitian dan

Pengembangan, metode kuantitatif merupakan nama lain dari metode

tradisional, karena metode ini telah sekian lama dipakai sehingga sudah

mendarah – daging sebagai metode penelitian. Metode positivistik adalah

nama lain atau sebutan lain dari metode ini, karena filsafat positivisme

merupakan landasan utamanya. Karena kaidah – kaidah ilmiah di dalam

metode ini telah terpenuhi seperti objektif, konkrit atau empiris, rasional

terukur, replicable/dapat diulang serta sistematis menjadi bukti bahwa

metode ini ilmiah atau scientific. Metode penelitian kuantitatif merupakan

penelitian berdasarkan realitas atau fenomena yang berguna agar meneliti

populasi atau sampel tertentu. Oleh karena itu, pengambilan secara acak

lazimnya dilakukan untuk teknik pengambilan sampelnya guna mengarah

pada sarana penelitian dengan memilik tujuan untuk menguji hipotetis

yang menyakinkan.

19
20

B. Objek Penelitian

Objek penelitian yang dipakai di penelitian ini ialah pemandu /

interpreter di SAU yang berjumlah 6 orang dengan spesifik 5 orang

pemandu wanita dan 1 orang pemandu pria.

Menurut Arikunto (2005: 29), “Objek penelitian adalah variable

penelitian yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika

penelitian”. Sedangkan subjek yang digunakan di penelitian ini merupakan

pengunjung yang berkunjung ke SAU. “Subjek penelitian ini adalah

benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian.” (Arikunto,

2005: 116).

1. Sejarah Perusahaan

Sejarah SAU dimulai tahun 1966, yaitu saat sepasang suami istri

Udjo Ngalagena dan Uum Sumiati yang dikaruniai 10 orang anak

mulai mendirikan sebuah sanggar kebudayaan dan kesenian Jawa

Barat dimana mereka memilih bambu sebagai elemen utama dari

pembuatan sanggar tersebut. Baik dari kursi pengunjung, panggung

pertunjukan, hingga alat musik yang juga terbuat dari bambu.

Saat itu, Udjo Ngalagena menggunakan filosofi 5M yang beliau

terima dari gurunya, yakni Daeng Soetigna, untuk diterapkan kedalam

konsep SAU. 5M yang dimaksud adalah murah, menarik, massal,

mudah dan mendidik. Seiring dengan berjalannya waktu, Udjo pun

menyempurnakan filosofi tersebut dengan ditambahkannya konsep

'Meriah' sebagai elemen tambahan. Tanpa diduga, setelah konsep


21

tersebut disempurnakan dan diterapkan oleh Udjo, lalu ditambah

dengan lokasi sanggar yang berada tepat di dataran tinggi sehingga

atmosfir sejuk tanah Parahyangan pun mendukung suasana yang

ditawarkan oleh sanggar ini, gabungan elemen pendukung tersebut

berhasil membuat sanggar ini digemari oleh para wisatawan. Terbukti

dari setiap tahunnya, pengunjung sanggar Udjo bertambah dan kian

bertambah.

Beranjak dari waktu ke waktu, SAU berubah menjadi pusat

perhatian para pelaku budaya. Sanggar kebudayaan yang amat

terkenal ini terletak di Bandung Timur. Berikut adalah sekilas

biografi dari pendiri SAU, yakni Udjo Ngalagena. Beliau lahir pada

tanggal 5 Maret 1929 dan beliau adalah anak ke-6 dari pasangan

Wiranta dan Imi yang merupakan salah satu dari seniman angklung

terbaik yang berasal dari provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 1966,

beliau sudah mulai mengajar bagaimana cara memainkan angklung

kepada berbagai golongan masyarakat atau komunitas dan banyak

orang. Ia juga berhasil mengembangkan teknik memainkan angklung

yang berdasarkan laras – laras medenda, pelog dan salendro. Lalu

kemudian,

pada tanggal 3 mei tahun 2001 bapak Udjo Ngalegna wafat dan

pengelolaan SAU dilanjutkan oleh putra-putrinya.

Hingga saat ini para pengunjung dan wisatawan masih ramai

mengunjungi sanggar budaya yang fenomenal itu. Saat ini cucu – cucu

dari Udjo lah yang tampil sebagai pusat penampilannya yang


22

mengajarkan wisatawan dan pengunjung bagaimana cara bermain

angklung dan memberikan sedikit penampilan orkestra angklung yang

mewah dengan lagu klasik dan modern.

2. Profil Perusahaan

GAMBAR 2

LOGO SAUNG ANGKLUNG UDJO

Sumber: Saung Angklung Udjo, 2019

Nama Perusahaan : Saung Angklung Udjo

Alamat Perusahaan :Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung,

Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa

Barat 40192, Indonesia

No. Telepon : +62 22 7271714

Website : https://www.angklungudjo.com/
23

3. Struktur Organisasi

GAMBAR 3

STRUKTUR ORGANISASI SAUNG ANGKLUNG UDJO

Sumber: Saung Angklung Udjo, 2019


24

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:117) menyatakan bahwa wilayah yang

terdiri atas objek atau subjek dan tergeneralisasi serta memiliki kualitas

juga karakteristik khusus yang ditentukan oleh peneliti guna dapat

dipahami dan dipelajari lalu dibuat kesimpulan adalah definisi dari

populasi. Sedangkan populasi di penelitian ini adalah wisatawan

domestik yang berkunjung ke SAU pada bulan April 2019 yang

berjumlah kurang lebih 15.000 orang wisatawan nusantara.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian orang yang dikaji mewakili sebuah

organisasi atau sekumpulan manusia berjumlah banyak (Suharsaputra,

2012)

Accidental sampling merupakan teknik yang digunakan oleh

peneliti untuk mengambil sampel. Sedangkan definisi dari accidental

sampling sendiri ialah sampel yang ditentukan berdasar pada kebetulan

atau spontan, yaitu ketika siapa saja yang ada pada saat itu bertemu

dengan peneliti secara kebetulan tanpa terencana, maka subjek tersebut

dianggap layak untuk digunakan sebagai sampel.

Sedangkan penentuan jumlah sampel di dalam penelitian ini,

peneliti akan menggunakan tabel Isaac & Michael, dan menentukan

jumlah populasi dengan perkiraan dari kunjungan per bulannya pada

Tahun 2017, dengan perhitungan sebagai berikut:


25

Jumlah kunjungan selama Tahun 2017 = 205.324 orang.

205.324
= 17.111 orang per bulan
12 Bulan

TABEL 2

PENENTUAN JUMLAH SAMPEL ISAAC & MICHAEL

S
N
1% 5% 10%

15.000 635 340 266

Berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan domestik SAU pada

Tahun 2017 seperti pada tabel 1, diperkirakan terdapat 17.111

pengunjung dalam satu bulan. Dengan tingkat error margin 5%

berdasarkan tabel 2 di atas, maka jumlah sampel yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah 400 pengunjung dari wisatawan domestik

yang mengikuti tur lengkap dari pengenalan angklung, cara

pembuatan angklung hingga bagaimana cara memainkan angklung.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi ialah suatu kegiatan dan proses yang tersusun dari

berbagai proses baik itu biologi maupun psikologis dan merupakan

suatu proses yang rumit.


26

Metode observasi dapat dipakai jika, penelitian berhubungan

akan tingkah laku seseorang, proses kerja, gejala alam dan bila

sumber data yang diteliti jumlahnya tidak terlalu banyak

(Sugiyono, 2013).

Di dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh peneliti saat

pelaksanaan program SAU tersebut berlangsung dengan observasi

terus terang atau tersamar. Saat melakukan penelitian, peneliti

harus berkata sejujurnya dan mengatakan keadaan yang sebenarnya

bahwa ia (peneliti) sedang melakukan pengumpulan (Sugiyono

2013).

Peneliti berencana untuk observasi pada saat pre, in dan post tur

pada program di SAU. Adapun kegiatan observasi yang dilakukan

saat pre adalah memperhatikan persiapan pemandu, apa yang

dilakukan pemandu hingga sampai kegiatan dimulai dan bagaimana

pemandu memanfaatkan waktu yang ada dengan tamu yang telah

tersedia. Sedangkan kegiatan observasi ketika in tur ialah

memperhatikan kinerja pemandu berdasar kepada 5 aspek variabel

yang telah disiapkan oleh peneliti dan kegiatan observasi ketika

post tur adalah mengamati respon yang diberikan oleh wisatawan

kepada pemandu di penghujung tur dan bagaimana respon

pemandu dalam menerima respon atau reaksi tersebut.

Penelitian ini akan memakai metode observasi non partisipan

maksudnya adalah peneliti tidak terlibat secara langsung karena


27

peneliti diposisikan sebagai pengamat independen (Sugiyono

2009).

b. Wawancara

Definisi dari wawancara yaitu saat bertemunya dua orang

dengan tujuan untuk saling bertukar pikiran melalui pertanyaan –

pertanyaan yang diajukan yang selanjutnya akan dijawab, sehingga

dapat di pahami maknanya dalam suatu topik pembahasan khusus

(Sugiyono, 2013).

Di dalam hal ini wawancara tidak terstruktur adalah teknik

wawancara yang digunakan oleh peneliti saat mewawancarai

narasumber untuk dapat mengetahui SAU mengalami masalah

yang seperti apa beserta data pendukung lainnya yang peneliti

lampirkan pada data dalam merumuskan latar belakang masalah

penelitian mengenai kualitas pelayanan pemandu wisata lokal dan

wawancara ini dilakukan kepada kepala pemandu yang juga

merangkap menjadi bagian public relation.

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:317-319)

“Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara terbuka yang

digunakan untuk dapat mengetahui data awal penelitian mengenai

subjek yang akan diteliti.”

c. Penyebaran Kuesioner

Pernyataan atau pertanyaan tertulis yang digabung hingga

menjadi sebuah perangkat lalu diberikan kepada responden untuk


28

dijawab guna mengumpulkan data disebut dengan kuesioner

(Sugiyono, 2013).

Adapun kuesioner yang dipersiapkan akan peneliti sebarkan

untuk para wisatawan domestik yang membeli paket wisata SAU.

Kuesioner akan disebarkan saat pelaksanaan program tur

berlangsung, adapun kuesioner disebarkan kepada wisatawan

domestik hingga mencapai 400 orang responden.

d. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan berhubungan dengan perkembangan norma –

norma yang ada daripada situasi sosial yang sedang diteliti baik itu

bersangkutan dengan kajian teoritis maupun yang bersangkutan

dengan referensi lain seperti nilai maupun budaya (Sugiyono,

2013).

2. Alat Pengumpul data

a. Pedoman Wawancara

Peneliti selalu membawa pedoman wawancara di setiap

melakukan wawancara sebagai instrumen. Di dalam instrumen atau

pedoman tersebut telah tersedia jawaban dan pilihan – pilihan

jawaban alternatif lainnya dan juga berisi pertanyaan – pertanyaan

yang akan diberikan (Sugiyono, 2013). Wawancara akan dilakukan

kepada divisi yang membawahi pemandu wisata lokal sekaligus

ketua pemandu wisata lokal di SAU yakni Operational Manager


29

dan nantinya hasil wawancara tersebut akan dicatat dan direkam

menggunakan alat perekam suara atau voice recorder oleh peneliti.

b. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2013: 142) seperangkat pernyataan atau

pertanyaan yang tertulis dan di berikan kepada responden,

diberikan guna mengumpulkan data adalah definisi dari kuesioner.

Kuesioner tersebut diberikan kepada para wisatawan yang

mengikuti kegiatan SAU.

E. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2010: 38), peneliti dapat menetapkan kesimpulan

setelah menarik dan mempelajari nilai yang berasal dari objek yang diteliti

atau suatu aktivitas yang memiliki ragam variasi yang khusus merupakan

makna dari definisi operasional variabel.

Huang et al. (2010:5) menyatakan bahwa “Seorang tour leader/guide

harus menguasai lima faktor yaitu professional competence, interpersonal

skills and organization, empathy dan problem solving.”


30

TABEL 3

MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL

Konsep Variabel Dimensi Indikator Instrumen


Pedoman
Attitude + Knowledge
Professional Wawancara
Huang et al.
competence Commentary +
(2010:5)
menyatakan Kemampuan berbahasa
bahwa Komunikasi
seorang tour
leader/guide Interpersonal Membangkitkan
harus skills hubungan yang baik
menguasai Kualitas antar peserta tur
empat faktor Pelayanan Mudah dihubungi saat
yaitu Pemandu peserta
wisata Organizational Kuesioner
professional membutuhkannya
competence, skills
Bekerjasama dengan staf
interpersonal
pelayanan yang lain
skills and
organization, Emphaty Inisiatif membantu
empathy dan
problem Memecahkan masalah
solving. Problem dan konflik yang muncul
Solving saat kegiatan
berlangsung
Sumber: Huang (2010: 5)
F. Analisis Data

1. Teknik Analisis Data

a. Menyusun data
31

Guna memeriksa kelengkapan data yang akan mendukung

proses dari penelitian ini dilakukan dalam kegiatan penyusunan

data.

b. Tabulasi data

Terdapat beberapa proses yang dilakukan peneliti seperti

memberikan nilai atau skor di setiap variabel, menentukan total

nilai atau skor dari setiap item yang diteliti dan berdasar dari skor

terendah hingga tertinggi dari setiap variabel tersebut disusun

menjadi rangking. Proses tersebut adalah kegiatan atau tahapan

dari tabulasi data.

Peneliti menggunakan teknik analisis kuantitatif secara

deskriptif dengan menggunakan alat analisis yaitu statistik

deskriptif. Analisis statistik deskriptif menurut Sugiyono

(2014:207) mengartikan bahwa analisis statistik deskriptif

merupakan proses mendeskripsikan data yang sudah terkumpul

tanpa menarik kesimpulan secara umum.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dari itu alat analisis

statistik deskriptif ini peneliti gunakan agar dapat mengetahui dan

menganalisis pertanyaan penelitian mengenai bagaimana kualitas

pelayanan pemandu wisata lokal di SAU tanpa memberikan

kesimpulan yang dapat digunakan secara keseluruhan.

2. Alat Analisis data


32

Menurut (Sugiyono 2014:93), adapun alat yang dapat digunakan

oleh peneliti adalah skala likert. Pengukuran pendapat, sikap serta

tanggapan dari seseorang maupun kelompok orang sesuai dengan

variabel – variabel di dalamnya adalah penggunaan yang benar dari

skala likert di dalam sebuah penelitian.

Berikut pembobotan skala likert yang digunakan:

1 Strongly Disagree Sangat Tidak Setuju

2 Disagree Tidak Setuju

3 Undecided Tidak Tahu

4 Agree Setuju

5 Strongly Agree Sangat Setuju

Sumber: Sugiyono (2013:136)

Menurut Panuju (1995) dalam Rifa’i (2015) di dalam menentukan

garis kontimun dapat melalui perhitungan dengan mengikuti langkah -

langkah sebagai berikut:

a. Mencari nilai indeks minimum

Nilai indeks minimum = skor minimum x jumlah

pernyataan x jumlah responden

b. Mencari nilai indeks maksimum

Nilai indeks maksimum = skor maksimum x jumlah

pernyataan x jumlah responden

c. Interval = (nilai indeks maksimum – nilai indeks minimum) : 5

d. Persentase skor = skor total : skor tertinggi x 100%


33

Hasil dari rumus tersebut akan digambarkan di dalam garis kontinum

seperti:

GAMBAR 4

RENTANG

Sumber: Olahan peneliti 2019

3. Uji Validitas

Untuk dapat menerjemahkan suatu variabel dapat menggunakan uji

validitas agar peneliti tahu layak atau tidaknya butir – butir di dalam

satu rangkaian pertanyaan (Sujarweni, 2015). Apabila instrumen yang

digunakan dalam penelitian tersebut dapat mengukur hasilnya, maka

instrumen tersebut dapat dinyatakan valid.

Menurut Arikunto (2006: 315), rumus yang dapat dipakai untuk

pengujian validitas suatu instrumen adalah rumus korelasi Product

Moment. Adapun suatu ukuran yang bisa menunjukan tingkat valid

atau ketepatan dari sebuah instrumen adalah uji validitas.


34

Dalam penelitian ini digunakan uji validitas dengan memakai

rumus korelasi dari Pearson, yakni :

n ∑ XY – (∑ X)( ∑ Y)
rxy = --------------------------------------------------
√ [n ∑X2 – (∑X)2] [n ∑ Y2 – (∑ XY )2]

Keterangan :

rxy = Koefisien antara variabel X dan Y


n = Jumlah sampel yang diteliti
X = Nilai Skor dari suatu Item Instrumen
Y = Total Skor dari seluruh Item Instrumen
Kriteria untuk menguji validitas dari setiap variabel pada butir –

butir pertanyaan adalah jika r hitung yang dihasilkan adalah > r tabel,

maka dinyatakan valid. Sedangkan, jika r hitung apabila < r tabel,

maka butir pertanyaan yang dimaksud dinyatakan tidak valid. SPSS

Statistic 23 digunakan di dalam uji validitas penelitian ini.

Adapun jumlah 400 orang adalah jumlah responden yang dipakai

di penelitian ini, sehingga dengan taraf siginifikan 5% diperoleh r

tabel sebesar 0,082. Apabila nilai r hitung lebih besar dari 0,082, maka

pertanyaan tersebut dinyatakan valid.


35

TABEL 4

HASIL UJI VALIDITAS

(n= 400)
Correlations
QTOTAL
Q1 Pearson Correlation ,484
Sig. (2-tailed) ,000
Q2 Pearson Correlation ,572
Sig. (2-tailed) ,000
Q3 Pearson Correlation ,557
Sig. (2-tailed) ,000
Q4 Pearson Correlation ,412
Sig. (2-tailed) ,000
Q5 Pearson Correlation ,516
Sig. (2-tailed) ,000
Q6 Pearson Correlation ,437
Sig. (2-tailed) ,000
Q7 Pearson Correlation ,498
Sig. (2-tailed) ,000
Q8 Pearson Correlation ,360
Sig. (2-tailed) ,000
Q9 Pearson Correlation ,403
Sig. (2-tailed) ,000
Q10 Pearson Correlation ,554
Sig. (2-tailed) ,000
Q11 Pearson Correlation ,445
Sig. (2-tailed) ,000
Q12 Pearson Correlation ,507
Sig. (2-tailed) ,000
Q13 Pearson Correlation ,460
Sig. (2-tailed) ,000
36

Q14 Pearson Correlation ,442


Sig. (2-tailed) ,000
QTOTAL Pearson Correlation 1
400
Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2019)

Berdasar kepada tabel 4, dapat dipahami bahwa hasil uji validitas

dari 14 butir pertanyaan pada kuesioner, seluruhnya dinyatakan valid

karena seluruh r hitung lebih besar dari pada r tabel dengan nilai

0,082.

4. Uji Reliabilitas

Setelah kita mendapatkan kevaliditasan melalui alat ukur yang kita

gunakan, langkah selanjutnya adalah melakukan uji relabilitias ini

dimaksudkan agar dapat memahami sebesar akurat tingkat keandalan

dari alat ukur yang dimaksud. Peneliti menggunakan teknik dari

Formula Alpha Cronbach untuk melakukan uji reliabilitas di dalam

penelitian ini.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:239), guna mencari reliabilitas

instrumen yang di dalamnya skornya bukan 1 ataupun 0 bisa

menggunakan rumus Alpha. Contohnya angket ataupun soal

berbentuk uraian.

Rumus Alpha Cronbach:

𝑘 ∑ 𝜎2𝑏
𝑟11 = [ ] [1 − ]
(𝑘 − 1) 𝜎 2𝑡

Keterangan:
r11 = koefisien realibitias alpha
37

k + jumlah item pertanyaan


∑ 𝜎 2 𝑏 = jumlah varian butir
𝜎 2𝑡 = varians total

Jika nilai Cronbach’s Alpha >60 maka angket ataupun kuesioner

dapat diartikan konsisten atau reliabel (Wiratna, 2014).

Untuk dapat digunakan dalam penelitian, rhitung harus diperoleh

terlebih dahulu yang selanjutnya akan dipastikan instrumen tersebut

reliabel atau tidak, setelah itu rtabel akan dikonsultasikan untuk

kesalahan 5% maupun 1% agar dapat ditarik kesimpulan.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,709 14

H. Jadwal Penelitian

TABEL 5

JADWAL PENELITIAN

Kegiatan Periode Pelaksanaan Penelitian


No.
Penelitian Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan
Persiapan &
Penyusunan
1
Usulan
Penelitian
Seminar Usulan
2
Penelitian

3 Survei Lapangan

Penyusunan
4
Proyek Akhir
38

Sidang Proyek
5
Akhir

Sumber: Peneliti (2019)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menjabarkan hasil kuesioner berdasarkan dari

profil responden dan penelitian ini dari setiap dimensi. Kuesioner

disebarkan kepada 400 responden merupakan wisatawan domestik SAU

yang menggunakan MC sebagai pemandu wisata selama berkunjung di

SAU.

1. Hasil Penelitian Data Profil Responden

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan, terdapat 8 pertanyaan

mengenai profil responden yaitu jenis kelamin, usia, tempat tinggal,

tingkat pendidikan saat ini, jenis pekerjaan saat ini, jumlah kunjungan,

bersama siapa dan tujuan berkunjung ke SAU.

a. Jenis Kelamin Responden

DIAGRAM 1
Jenis Kelamin

[CATEGOR
Y NAME]
[CATEGOR
[PERCENT
Y NAME]
AGE]
[PERCENT
AGE]

Laki - laki Wanita


39

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 1, terlihat bahwa jenis kelamin dari

pengunjung yang berkunjung ke SAU di dominasi oleh laki – laki yaitu

sebanyak 216 responden (54%) dan (46%) oleh responden wanita 184.

b. Usia responden

DIAGRAM 2
Usia

[VALUE]
60%

50%

40%
[VALUE]
30%

20%
[VALUE] [VALUE]
10%

0%

<17 17-30 31-45 >45

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 2, terlihat bahwa usia dari pengunjung atau

wisatawan SAU didominasi oleh usia dengan rentang 17-30 Tahun sebanyak 215

responden (53,57%), responden berusia antara 31-45 Tahun sebanyak 100

responden (25%), responden berusia >45 tahun sebanyak 21 responden (5,25%)

dan responden dengan usia <17 tahun sebanyak 63 responden (4%).


40

c. Tempat Tinggal Responden

DIAGRAM 3
Tempat Tinggal

40.00% 37.50%

35.00%

30.00% 28.25%

25.00%

20.00%

15.00% 13.75%
11.25%
9.25%
10.00%

5.00%

0.00%
Achsentitel

Kota Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Bandung Cimahi Lainnya

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 3, terlihat tempat tinggal pengunjung atau

wisatawan SAU didominasi oleh responden yang tinggal di Kota Bandung itu

sendiri dengan jumlah 150 responden (37,5%), responden yang bertempat tinggal

lainnya ini tergabung diantaranya Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang Selatan,

Bogor, Yogyakarta, Solo, Lampung, Madiun, Sidoarjo, berjumlah 113 responden

(28,75%), responden yang bertempat tinggal di Cimahi berjumlah 55 responden

(13,75%), responden yang bertempat tinggal di Kab. Bandung berjumlah 45

responden (11,25%) dan responden yang bertempat tinggal di Kab. Bandung

Barat berjumlah 37 responden (9,25%).


41

d. Tingkat Pendidikan

DIAGRAM 4
Tingkat Pendidikan

52.75%

40.25%
PENDIDIKAN
7%

0%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

UNIVERSITAS SMA/SMK SMP SD

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 4, terlihat bahwa tingkat pendidikan

pengunjung atau wisatawan ke SAU didominasi tingkat pendidikan Universitas

yang berjumlah 211 responden (52,75%), untuk responden dengan tingkat

pendidikan SMA/SMK yang berjumlah 161 responden (40,25%), dan responden

dengan tingkat pendidikan SMP yang berjumlah 28 responden (7%), sedangkan

yang memiliki tingkat pendidikan SD tidak ada.


42

e. Jenis Pekerjaan

DIAGRAM 5
Jenis Pekerjaan

LAINNYA; 10.50%
PENGUSAHA; 3.75%

PNS/TNI/POLRI; 4%

PEGAWAI SWASTA;
19.25% PELAJAR/MAHASIS
WA; 62.50%

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 5, terlihat bahwa jenis pekerjaan pengunjung

atau wisatawan SAU didominasi oleh Pelajar/Mahasiswa yang berjumlah 250

responden (62,50%), untuk responden dengan jenis pekerjaan Pegawai Swasta

berjumlah 77 responden (19,25%), lalu untuk responden dengan jenis pekerjaan

Lainnya yang mencakup Ibu Rumah Tangga, Dosen, dan Guru SD berjumlah 42

responden (10,25%), sedangkan responden dengan jenis pekerjaan

PNS/TNI/POLRI berjumlah 16 responden (4%) dan responden dengan jenis

pekerjaan Pengusaha berjumlah 15 responden (3,75%).


43

f. Jumlah Kunjungan

DIAGRAM 6
Jumlah Kunjungan

60.00% 53.50%

50.00%

40.00%
31.50%

30.00%

20.00%
9.50%
5.50%
10.00%

0.00%

1 kali 2 kali 3 kali >3 kali

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 6, terlihat bahwa jumlah kunjungan

pengunjung atau wisatawan SAU didominasi oleh pengunjung yang berkunjung

sebanyak 1 kali yang berjumlah 214 responden (53,50%), untuk pengunjung yang

berkunjung sebanyak 2 kali berjumlah 126 responden (31,5%), lalu pengunjung

yang berkunjung sebanyak 3 kali berjumlah 38 responden (9,50%), sedangkan

untuk pengunjung yang berkunjung sebanyak lebih dari >3 kali berjumlah 22

responden (5,50%).
44

g. Bersama Siapa Bekunjung

DIAGRAM 7
Bersama Siapa Berkunjung

50%
44.75%
45%

40%

35%
30.50%
30%

25%

20% 17.75%

15%

10% 7%
5%

0%

SENDIRI KOMUNITAS SEKOLAH LAINNYA

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 7, terlihat bahwa bersama siapa pengunjung

atau wisatawan yang datang ke SAU didominasi oleh pengunjung yang datang

bersama sekolah berjumlah 179 responden (44,75%), untuk pengunjung yang

datang bersama Lainnya mencakup tur, keluarga dan pacar berjumlah 122

responden (30,50%), lalu pengujung yang datang bersama komunitas berjumlah

71 responden (17,75%) dan pengunjung yang datang sendiri berjumlah 28

responden (7%).
45

h. Tujuan Berkunjung

DIAGRAM 8
Tujuan Berkunjung

0.50%

46%
TUJUAN
3.25%

50.25%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

Lainnya Liburan Perjalanan Dinas Belajar/Tugas

Sumber: Olahan Data Peneliti, 2019

Berdasarkan pada diagram 8, terlihat bahwa tujuan berkunjung

pengunjung atau wisatawan SAU didominasi oleh pengunjung yang berkunjung

dengan tujuan belajar/tugas berjumlah 201 responden (50,25%), untuk

pengunjung dengan tujuan liburan berjumlah 184 responden (46%), lalu

pengunjung dengan tujuan perjalanan dinas berjumlah 13 responden (3,25%),

sedangkan pengunjung dengan tujuan lainnya yakni untuk mengapresiasi warisan

budaya angklung berjumlah 2 responden (0,50%).


46

2. Hasil Penelitian Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata di Saung

Angklung Udjo

Pada penilaian kualitas pelayanan pemandu wisata lokal terdapat

beberapa dimensi yang menjadi tolak ukur dalam penilaian kualitas

seorang pemandu wisata yaitu Professional Competence, Interpersonal

Skill, Organization Skill, Emphaty dan Problem Solving. (Huang et al,

2010:5).

Pada dimensi Professional Competence terdapat 2 indikator, yaitu:

indikator attitude+knowledge dan indikator commentary +

kemampuan berbahasa. Pada dimensi Interpersonal Skill terdapat 2

indikator, yaitu: indikator komunikasi dan indikator membangkitkan

komunikasi yang baik antar peserta tur. Pada dimensi Organizational

Skill terdapat 2 indikator, yaitu: mudah dihubungi saat peserta

membutuhkannya dan bekerjasama dengan staf pelayanan yang lain.

Pada dimensi Emphaty terdapat 1 indikator, yaitu: inisiatif membantu.

Sedangkan, pada dimensi Problem Solving terdapat 1 indikator, yaitu

memecahkan masalah dan konflik yang muncul saat kegiatan

berlangsung.

Karena itulah peneliti memberikan kuesioner untuk menilai 5

dimensi tersebut dengan menggunakan skala likert kepada 400


47

responden yang merupakan pengunjung atau wisatawan domestik yang

menggunakan pemandu wisata lokal di SAU. Berikut adalah hasil

kuesionernya:

a. Professional Competence

TABEL 6

HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI DIMENSI


PROFESSIONAL COMPETENCE

n = 400

Sumber: Data Olahan Peneliti 2019

Dari pemaparan tabel 6 di atas peneliti memberikan 5 pernyataan

mengenai dimensi Professional Competence, pernyataan yang pertama yaitu

bahan interpretasi atau topik pemanduan menarik, sebagian besar responden

menjawab Setuju sebanyak 60.25% atau 241 responden, lalu pada jawaban

terbanyak kedua yakni terdapat di kolom Sangat Setuju sebanyak 22% atau 88

responden, pada peringkat ketiga terdapat di responden yang menjawab Tidak

Tahu 16,5% atau sebanyak 66 responden, selanjutnya pilihan responden yang


48

menjawab Tidak Setuju sebanyak 1% atau 4 responden, pada peringkat terakhir

adalah responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju sebanyak 0.25% atau 1

responden.

Pada pernyataan kedua, yakni pemandu menjelaskan peraturan yang ada di

lokasi, dari pernyataan tersebut sebanyak 29% atau 116 responden menjawab

Sangat Tidak Setuju terhadap pemandu menjelaskan peraturan yang ada di lokasi,

adapun pada peringkat kedua yakni responden yang menjawab Setuju sebanyak

23% atau 92 responden, lalu sebanyak 21% atau 84 responden menjawab Tidak

Setuju, responden yang menjawab 14,25% atau sebanyak 57 responden menjawab

Sangat Setuju, pada peringkat terakhir terdapat 12,75% atau 51 responden yang

menjawab Tidak Tahu terhadap Pemandu menjelaskan peraturan yang ada di

lokasi.

Pada pernyataan ketiga, mengenai kemampuan berbahasa pemandu baik

terdapat sebanyak 58,5% atau 234 responden yang Setuju, lalu di peringkat kedua

responden yang menjawab Sangat Setuju sebanyak 32% atau 128 responden, pada

peringkat ketiga sebanyak 9,5% atau 38 responden menyatakan Tidak Tahu

mengenai Kemampuan berbahasa pemandu baik, adapun responden yang

menjawab Sangat Tidak Setuju dan Tidak Setuju tidak ada.

Pada pernyataan keempat tentang pemandu berpenampilan dengan rapi,

dari pernyataan tersebut terdapat 59,5% atau 238 responden yang Setuju atas

pernyataan pemandu berpenampilan dengan rapi, lalu sebanyak 36,5% atau 146

responden menyatakan Sangat Setuju dan responden yang menyatakan Tidak


49

Tahu ada sebanyak 4% atau 16 responden, adapun responden yang memilih

Sangat Tidak Setuju dan Tidak Setuju.tidak ada.

Pada pernyataan kelima yaitu Pemandu bisa menciptakan suasana yang

menyenangkan kepada pengunjung, sebagian besar responden menjawab Setuju

sebanyak 55,75% atau 219 responden, lalu pada jawaban terbanyak kedua yakni

terdapat di kolom Sangat Setuju sebanyak 37,5% atau 150 responden, selanjutnya

pilihan responden yang menjawab Tidak Tahu sebanyak 7,25% atau 29 responden

dan responden yang menjawab Tidak Setuju terdapat sebanyak 0,5% atau 2

responden, adapun responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju tidak ada.

TABEL 7

HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI DIMENSI


INTERPERSONAL SKILLS

n = 400
b. Interpersonal Skills

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pada tabel 7, peneliti memberikan 2 pernyataan untuk

dimensi Interpersonal Skills. Pada pernyataan pertama yaitu suara pemandu

lantang dan terdengar jelas, sebanyak 55,25% atau 221 responden menjawab

Setuju atas pernyataan tersebut, pada jawaban Sangat Setuju terdapat sebanyak
50

35,75% atau 143 responden, lalu responden yang memberikan jawaban Tidak

Tahu ada sebanyak 8,5% atau 34 responden, selanjutnya adalah responden yang

menjawab Tidak Setuju ada sebanyak 0,5% atau 2 responden dan pada jawaban

Sangat Tidak Setuju tidak ada.

Pada pernyataan kedua yaitu, pemandu mampu menarik perhatian

pengunjung, sebagian besar responden sebanyak 53% atau 212 responden

menjawab Setuju atas pernyataan tersebut, lalu terdapat sebanyak 40,5% atau 162

responden menjawab Sangat Setuju, selanjutnya pada kolom jawaban Tidak Tahu

terdapat 6,5% atau 26 responden dan responden yang menjawab Tidak Setuju dan

Sangat Tidak Setuju tidak ada.

c. Organizational Skills

TABEL 8

HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI DIMENSI


ORGANIZATIONAL SKILLS

n = 400

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pemaparan tabel 8, peneliti memberikan 2 pernyataan untuk

dimensi Organizational Skills. Pada pernyataan pertama yakni pemandu mau

bekerjasama dengan baik, responden yang menjawab Setuju ada sebanyak 59,25%
51

atau 237 responden, pada jawaban Sangat Setuju terdapat sebanyak 33,25% atau

133 responden, selanjutnya pada kolom jawaban Tidak Tahu terdapat sebanyak

5,75% atau 23 responden dan responden yang menjawab Tidak Setuju 1,75% atau

7 responden, sedangkan responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju tidak ada.

Pada pernyataan kedua yang peneliti berikan, sebagian besar responden

menjawab Setuju terdapat sebanyak 50% atau 200 responden, lalu responden yang

menjawab Sangat Setuju ada sebanyak 39,75% atau 159 responden, pada jawaban

Tidak Tahu sebanyak 10,25% atau 41 responden dan yang memberikan jawaban

Tidak Setuju maupun Sangat Tidak Setuju tidak ada.

d. Emphaty

TABEL 9

HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI DIMENSI


EMPHATY

n = 400

Sumber : Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pada pemaparan tabel 9, peneliti memberikan 4 buah

pernyataan terkait dimensi Emphaty. Pada pernyataan pertama yaitu pemandu


52

berinisiatif membantu, terdapat sebanyak 26,5% atau 106 responden menjawab

Tidak Setuju atas pernyataan ini, lalu pada jawaban Setuju terdapat sebanyak 25%

atau 100 responden, responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju ada sebanyak

22,25% atau 89 responden, pada jawaban Sangat Setuju terdapat sebanyak 15%

atau 60 responden dan responden yang memberikan jawaban Tidak Tahu ada

sebanyak 11,25% atau 45 responden.

Pada pernyataan kedua mengenai pemandu menghargai dan menghormati

pengunjung, didapatkan responden sebanyak 49,5% atau 198 responden yang

menjawab Setuju atas pernyataan tersebut, adapun responden yang menjawab

Sangat Setuju berjumlah 40,25% atau 161 responden, lalu responden yang

memberikan jawaban Tidak Tahu ada sebanyak 7,75% atau 31 responden, lalu

responden yang menjawab Tidak Setuju ada sebanyak 2,5% atau 10 responden,

Sedangkan pada jawaban Sangat Tidak Setuju tidak ada.

Pada pernyataan ketiga tentang pemandu terlihat ramah dan murah

senyum, sebagian besar responden sebanyak 57% atau 228 responden setuju atas

pernyataan tersebut, selanjutnya responden yang menjawab Sangat Setuju ada

sebanyak 38% atau 152 responden, adapun responden yang menjawab Tidak Tahu

ada sebanyak 5% atau 20 orang, sedangkan responden yang memberikan jawaban

Tidak Setuju maupun Sangat Tidak Setuju tidak ada.

Pada pernyataan keempat yaitu pemandu memberikan sambutan yang

baik, didapatkan hasil responden yang sebagian besar menjawab Setuju ada

sebanyak 47,5% atau 190 responden, lalu responden yang memberikan jawaban

Sangat Setuju ada sebanyak 46,75% atau 187 responden, adapun responden yang
53

menjawab Tidak Tahu ada sebanyak 5,75% atau 23 responden, sedangkan

responden yang menjawab Tidak Setuju maupun Sangat Tidak Setuju tidak ada.

e. Problem Solving

TABEL 10

HASIL PENILAIAN WISATAWAN DOMESTIK MENGENAI DIMENSI


PROBLEM SOLVING

n = 400

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pemaparan data pada tabel 10, peneliti memberikan

pernyataan yakni pemandu mampu menyelesaikan konflik atau permasalahan

yang terjadi saat kegiatan berlangsung, peneliti mendapatkan sebagian besar

responden menjawab Setuju atas pernyataan tersebut ada sebanyak 64% atau 256

responden, adapun responden yang menjawab Sangat Setuju ada sebanyak

30,75% atau 123 responden, lalu selanjutnya ada sebanyak 4,5% atau 18

responden yang menjawab Tidak Tahu, sedangkan responden yang menjawab


54

Tidak Setuju atas pernyataan terkait ada sebanyak 0,75% atau 3 responden,

adapun pada jawab Sangat Tidak Setuju tidak ada.

B. Pembahasan

Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini membahas hasil dari

penelitian dan melakukan analisis mengenai Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata

lokal di SAU.

Adapun penilaian maupun pengaturan dari dimensi atau identifikasi masalah

penelitian.

Berikut jumlah nilai ideal tertinggi (maksimum), nilai ideal terendah

(minimum) dan skala likert dengan jarak (R) yang akan digunakan guna

menentukan garis kontinum:

 Nilai Maksimum : Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Sampel

 Nilai Minimum : Nilai Terendah x Jumlah Pertanyaan x Sampel

 Interval : (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) : 5

1. Professional Competence/Kemampuan Profesional

Pada dimensi dari professional competence/kemampuan

profesional, terdapat 4 indikator yang menjadi tolak ukur penilaian


55

kualitas pelayanan pemandu wisata lokal di SAU yakni attitude,

knowledge, commentary (bahan interpretasi) dan kemampuan berbahasa

dengan 5 pertanyaan. Berikut analisisnya:

a. Professional Competence

TABEL 11

HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI


DIMENSI PROFESSIONAL COMPETENCE

n = 400

PROFESSIONAL PEMBOBOTAN FREKUENSI SUB-


COMPETENCE TOTAL
NO ASPEK STS TS TT S SS
1 Bahan 1 8 198 964 440 1.611
interpretasi/topik
pemanduan
menarik
2 Pemandu 116 168 153 368 285 1.090
menjelaskan
peraturan yang
ada di lokasi
3 Kemampuan 0 0 114 936 640 1.690
berbahasa
pemandu yang
baik
4 Pemandu 0 0 48 952 730 1.730
berpenampilan
dengan rapi
(pakaian,
rambut,dll)
5 Pemandu bisa 0 4 87 876 750 1.717
menciptakan
suasana yang
56

menyenangkan
kepada
pengunjung
TOTAL 7.838
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Dari hasil tabel di atas pada dimensi penilaian professional

competence skor total yang didapat dari hasil perhitungan adalah 7.383. Skor

tersebut akan dimasukkan ke dalam garis kontinum dengan cara:

 Nilai Maksimum : Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Sampel

5 x 5 x 400 = 10.000

 Nilai Minimum : Nilai Terendah x Jumlah Pertanyaan x sampel

1 x 5 x 400 = 2.000

 Interval : (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) : 5

(10.000 – 2.000) : 5 = 1.600

GAMBAR 5

GARIS KONTINUM DIMENSI PROFESSIONAL COMPETENCE

Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju Tahu Setuju

7.838
2.000 3.600 5.200 6.800 8.400 10.000
57

Sumber Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pemaparan hasil Tabel 11 dan dihubungkan dengan

gambar 5 garis kontinum pada dimensi professional competence

menunjukan angka 7.838 yang berada diposisi setuju, dimensi

professional competence terdapat 5 pernyataan untuk mengukur

dimensi tersebut, pernyatan pertama adalah bahan interpretasi/topik

pemanduan menarik, pengunjung menyatakan setuju dikarenakan

segala bentuk informasi dan pengetahuan baik mengenai angklung

maupun hal – hal terkait budaya seputar Jawa Barat telah mereka

dapatkan sebagaimana yang telah disampaikan oleh pemandu wisata

lokal yang sedang merangkap menjadi MC (Master of Ceremony).

Namun dalam pernyataan ini, terdapat beberapa pengunjung yang

menyatakan tidak setuju atas pernyataan bahan interpretasi/topik

pemanduan menarik tersebut yang muncul karena pertanyaan atau

keinginan akan pengetahuan yang lebih spesifik mengenai angklung

maupun hal – hal seputar warisan budaya ini yang belum terjawab

sesuai harapannya, sehingga tidak tercapainya harapan atau ekspektasi

tersebut yang menyebabkan ketidakpuasan terhadap penyataan ini.

Pada pernyataan kedua mengenai pemandu menjelaskan peraturan

yang ada di lokasi, berdasarkan tabel di atas menunjukan pernyataan

tersebut banyak dijawab setuju oleh responden, hal ini dikarenakan

pemandu wisata lokal di SAU yang sudah berpengalaman dan telah


58

mengenal baik lingkungan kerjanya. Selain itu juga hampir semua

pemandu wisata lokal yang bekerja merupakan talent atau masyarakat

sekitar kawasan SAU yang sudah belajar dan mengikuti kegiatan di

SAU sejak usia belia. Inilah yang menyebabkan mereka menguasai

dengan baik tata ruang dan peraturan – peraturan yang ada di lokasi.

Namun di dalam pernyataan ini, masih terdapat banyak pengunjung

atau responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju

terhadap pemandu wisata lokal di SAU yang menjelaskan peraturan

yang ada di lokasi, ini disebabkan oleh tata cara penyampaian oleh

pemandu yang terlihat santai atau tidak tegas dan tidak menekankan hal

– hal atau peraturan – peraturan yang seharusnya tidak boleh dilanggar

seperti berbicara atau mengobrol dengan suara keras saat pertunjukan

sedang berlangsung yang pada akhirnya berakibat pada terganggunya

konsentrasi pengunjung yang lain yang seharusnya dapat menikmati

pertunjukan dan penjelasan yang disampaikan oleh pemandu/MC dari

SAU.

Pada pernyataan ketiga terkait dengan kemampuan berbahasa

pemandu yang baik, hasil penilaian dari tabel di atas memperlihatkan

bahwa pernyataan tersebut sebagian besar responden atau pengunjung

menjawab setuju adapun sebagian besar lainnya juga menjawab sangat

setuju atas pernyataan tersebut. Berdasarkan yang peneliti amati di

lapangan pemandu wisata lokal di SAU dapat menjelaskan materi atau

bahan interpretasi dengan berbagai bahasa baik bahasa lokal/domestik


59

maupun berbagai macam bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa

Jerman, bahasa Jepang dan bahasa Perancis mulai dari sapaan hingga

saat menyampaikan penjelasan ketika pertunjukan berlangsung adapun

sisa responden lainnya menjawab tidak tahu terhadap pernyataan

tersebut.

Hal ini dapat disebabkan karena wisatawan tidak mengetahui

bahasa apa saja yang dikuasai oleh pemandu dan sejauh apa pemandu

menguasai bahasa tersebut.

Pada pernyataan keempat mengenai pemandu berpenampilan

dengan rapi (pakaian, rambut,dll), terlihat dari tabel di atas sebagian

besar pengunjung atau responden memberikan jawaban setuju atas

pernyataan tersebut. Hal ini dikarenakan pemandu atau MC SAU yang

mengikuti aturan dari SAU yakni pemandu atau MC wanita

menggunakan kebaya dengan rambut dicepol dan untuk pria nya

menggunakan pangsi dan iket kepala.

Namun disisi lain juga masih terdapat wisatawan atau responden

yang memberikan pernyataan tidak tahu yang bisa disebabkan oleh

tingkat kualitas atau sudut pandang yang berbeda – beda yang dimiliki

oleh setiap pengunjung atau wisatawan sehingga memungkinan terjadi

perbedaan pendapat yang terjadi oleh wisatawan atau responden seperti

contohnya yang menurut pihak SAU sudah baik belum tentu

penampilan tersebut dipandang cukup baik oleh wisatawan tersebut


60

begitupun sebaliknya yang dianggap cukup baik oleh SAU ternyata di

sebagian wisatawan atau responden dinilai sangat baik dan sangat rapi

baik dari segi pakaian, rambut dan lain sebagainya.

Sedangkan pada pernyataan kelima, terkait dengan pernyataan

pemandu bisa menciptakan suasana yang menyenangkan, berdasarkan

pada tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar wisatawan atau

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal ini

berdasar pada tata cara pembawaan pemandu dengan wisatawan yang

sering berlatih dan jam terbang yang mumpuni sehingga pemandu dapat

memahami dan menyesuaikan gaya bicara dan tata bahasa dengan

berbagai macam karakteristik wisatawan/pengunjung yang beragam.

Namun, masih terdapat beberapa wisatawan yang memberikan

jawaban tidak tahu dan bahkan terdapat jawaban tidak setuju atas

penyataan tersebut. Hal ini terjadi karena selera dan karakter dari

wisatawan yang cenderung berbeda – beda baik itu selera humor

maupun gaya bicara atau tata bahasa sehingga terkadang candaan

maupun perbincangan yang coba dilakukan oleh pemandu wisata lokal

atau MC kurang dimengerti atau cenderung tidak dapat diterima sebagai

candaan atau hal yang bisa mencairkan suasana.

2. Interpersonal Skills

Pada sub variabel Interpersonal Skills, terdapat dua indikator yang

menjadi tolak ukur penilaian kualitas pelayanan pemandu wisata lokal


61

di SAU yakni indikator komunikasi dan membangkitkan hubungan

yang baik antar peserta dengan 4 pernyataan. Berikut analisisnya:

a. Interpersonal Skills

TABEL 12

HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI


DIMENSI INTERPERSONAL SKILLS

n = 400

INTERPERSONAL PEMBOBOTAN FREKUENSI SUB-


SKILLS TOTAL
NO ASPEK STS TS TT S SS
1 Suara pemandu 0 4 102 884 715 1.705
lantang dan
terdengar jelas
2 Pemandu 0 0 78 848 810 1.736
mampu menarik
perhatian
pengunjung
TOTAL 3.441
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Dari hasil tabel di atas, pada dimensi penilaian interpersonal skills

skor total yang didapat dari hasil perhitungan adalah 3.441 lalu skor
62

tersebut akan dimasukkan ke dalam garis kontinum dengan cara:

 Nilai Maksimum : Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Sampel

5 x 2 x 400 = 4000

 Nilai Minimum : Nilai Terendah x Jumlah Pertanyaan x sampel

1 x 2 x 400 = 800

 Interval : (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) : 5

(4000 – 800) : 5 = 640

GAMBAR 6

GARIS KONTINUM DIMENSI INTERPERSONAL SKILLS

Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju Tahu Setuju

3.441
800 1.440 2.080 2.720 3.360 4.000

Sumber Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pemaparan hasil Tabel 12 dan dihubungkan dengan

gambar 6 garis kontinum pada dimensi interpesonal skills menunjukan

angka 3.441 yang berada diposisi sangat setuju, dimensi interpersonal


63

skills terdapat 2 pernyataan untuk mengukur dimensi tersebut.

Pernyatan pertama adalah mengenai aspek suara pemandu lantang

dan terdengar jelas, pengunjung menyatakan setuju terhadap pernyataan

tersebut dikarenakan pemandu atau MC menggunakan mic dan sound

system untuk pengeras suara ditambah aula atau area pertunjukan yang

di desain mengikuti pola persebaran suara yang terbukti dengan bentuk

dari aula pertunjukan yang berbentuk setengah lingkaran sehingga

hampir di semua sisi dan tempat duduk di aula tersebut dapat

mendengar jelas suara dari pemandu atau MC saat pertunjukan

berlangsung.

Begitupun halnya ketika pemandu mengajak wisatawan atau

pengunjung tur keliling SAU sembari menjelaskan proses pembuatan

angklung dan sejarah berdirinya SAU pemandu menggunakan pengeras

suara seperti portable speaker atau mic portable sehingga suara

pemandu dapat terdengar jelas selama tur berlangsung.

Namun dalam pernyataan ini, masih terdapat beberapa pengunjung

yang menyatakan tidak tahu atas pernyataan tersebut bahkan beberapa

pengunjung ada yang menyatakan tidak setuju ini bisa disebabkan

ketika adanya interaksi antara pengunjung atau wisatawan kepada

pemandu yang membuat pemandu kemudian menyesuaikan nada

bicaranya dengan lawan bicaranya tersebut yang terkadang

menyebabkan nada bicara pemandu saat kembali melakukan penjelasan


64

menjadi lebih rendah intonasi dan volume nya sehingga pada akhirnya

membuat informasi yang diterima tidak maksimal dan itulah yang

umumnya menjadi alasan atau masukan dari pengunjung atau

wisatawan kepada pemandu wisata lokal SAU.

Selanjutnya pada pernyataan kedua mengenai pemandu mampu

menarik perhatian pengunjung, sebagian besar wisatawan atau

pengunjung menjawab setuju dan sangat setuju atau pernyataan

tersebut. Pernyataan ini terkait dengan bagaimana pemandu dapat

menyesuaikan karakternya dengan wisatawan atau pengunjung.

Pemandu juga selalu menjaga kualitas public speaking nya dengan

selalu mengikuti pelatihan resmi yang diadakan rutin oleh pihak SAU

setiap sebulan sekali hingga sebulan dua kali khusus untuk melatih

kemampuan public speaking dari setiap pemandu wisata lokal atau MC

dari Saung Ankglung Udjo.

Namun pada pernyataan ini juga masih terdapat beberapa

wisatawan dan pengunjung yang memberikan jawaban tidak tahu atas

pernyataan pemandu mampu menarik perhatian pengunjung, hal ini

dikarenakan banyaknya jumlah wisatawan atau pengunjung yang

kemudian membuat pemandu tidak memfokuskan pembicaraan atau

percakapan dengan satu dua kelompok pengunjung atau wisatawan dan

mungkin membuat pemandu atau MC secara tidak sadar melewatkan

dan tidak melakukan percakapan maupun eye contact baik terhadap

kelompok tersebut yang membuat orang atau kelompok yang


65

bersangkutan merasa dihiraukan ini sesuai dengan yang beberapa

catatan atau masukan yang ada di kolom kritik dan saran.

3. Organizational Skills

Pada sub variabel Organizational Skills, terdapat dua indikator

yang menjadi tolak ukur penilaian kualitas pelayanan pemandu wisata

lokal di SAU yakni indikator mudah dihubungi saat peserta

membutuhkannya dan bekerjasama dengan staf pelayanan yang lain

indikator tolak ukur ini disertai dengan 2 pernyataan. Berikut

analisisnya:

a. Organizational Skills

TABEL 13

HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI


DIMENSI ORGANIZATIONAL SKILLS

n = 400

ORGANIZATIONAL PEMBOBOTAN FREKUENSI SUB-


SKILLS TOTAL
NO ASPEK STS TS TT S SS
1 Pemandu mau 0 14 69 948 665 1.696
bekerjasama
dengan baik
2 Pemandu 0 0 123 800 795 1.718
memiliki
manajemen
waktu yang baik
66

TOTAL 3.414
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Dari hasil tabel di atas, pada dimensi penilaian organizational skills

skor total yang didapat dari hasil perhitungan adalah 3.414 lalu skor

tersebut akan dimasukkan ke dalam garis kontinum dengan cara:

 Nilai Maksimum : Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Sampel

5 x 2 x 400 = 4000

 Nilai Minimum : Nilai Terendah x Jumlah Pertanyaan x sampel

1 x 2 x 400 = 800

 Interval : (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) : 5

(4000 – 800) : 5 = 640

GAMBAR 7

GARIS KONTINUM DIMENSI ORGANIZATIONAL SKILLS

Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju Tahu Setuju

3.414
800 1.440 2.080 2.720 3.360 4.000
67

Sumber Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pemaparan hasil Tabel 13 dan dihubungkan dengan

gambar 7 garis kontinum pada dimensi organizational skills

menunjukan angka 3.414 yang berada diposisi sangat setuju, dimensi

organizational skills terdapat 2 pernyataan untuk mengukur dimensi

tersebut.

Pernyataan pertama adalah mengenai aspek pemandu mau

bekerjasama dengan baik, responden atau wisatawan memberikan

jawaban yang cukup bervariatif dengan didominasi oleh jawaban setuju

yang mendominasi pernyataan ini dan diikuti peringkat kedua

terbanyak juga didominasi oleh jawaban sangat setuju.

Respon ini dikarenakan pemandu yang selalu memperhatikan

segala respon yang diperlihatkan dan diberikan oleh pengunjung atau

wisatawan yang mengikuti tur atau kegiatan presentasi cara pembuatan

angklung hingga sampai ke acara puncak yaitu pertunjukan angklung

itu sendiri, pemandu memberikan pelayanan yang terbaik dengan sikap

yang sangat kooperatif, seperti pemandu yang menanyakan ulang

kepada pengunjung atau wisatawan apakah sudah mengerti atau jika

mungkin ada yang ingin ditanyakan disela – sela penjelasan

berlangsung pemandu akan mempersilahkan pengunjung atau

wisatawan untuk tidak sungkan – sungkan mengangkat tangan untuk

bertanya atau untuk mendapatkan perhatian pemandu.

Namun, pada pernyataan pemandu bekerjasama dengan baik juga


68

masih terdapat beberapa wisatawan atau responden yang memberikan

jawaban tidak tahu dan bahkan tidak setuju terhadap penyataan

tersebut. Sesuai dengan yang peneliti amati di lapangan, ini disebabkan

karena wisatawan atau pengunjung yang sudah datang dari awal ketika

pertunjukan dimulai mereka melihat kursi atau tempat yang telah di

booking dengan papan penanda terlihat kosong dan mereka ingin

pindah dan menempati tempat tersebut. Namun umumnya pemandu

atau MC SAU akan melarang wisatawan tersebut untuk menempati

tempat tersebut hingga akhir pertunjukan atau lebih tepatnya hingga

acara puncak baru wisatawan tersebut boleh menempati tempat yang

tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari apabila orang atau

rombongan yang telah memesan tempat tersebut datang terlambat.

Berdasar pada kejadian tersebut sering terjadi perselisihan antara

sopir dan pemandu dan terjadilah kesalahpahaman di mata para

pengunjung atau wisatawan lain yang mengira adanya diskriminasi

pada orang atau kelompok tertentu dan pada akhirnya mereka

memberikan jawaban tidak tahu atau tidak setuju atas pernyataan

pemandu dapat bekerjasama dengan baik.

Sedangkan pada pernyataan kedua, mengenai pemandu memiliki

manajemen waktu yang baik. Jawaban yang diberikan oleh responden

atau wisatawan di dominasi oleh jawaban setuju dan sangat setuju yang

perbedaanya jumlah respondennya cukup tipis, hal ini dibuktikan dari

adanya jadwal tetap dari pihak SAU dan tegasnya peraturan dari pihak
69

SAU terhadap wisatawan atau pengunjung yang hadir baik untuk

menyaksikan pertunjukan maupun yang hadir untuk mengikuti tur

lengkap pembuatan angklung.

Pihak SAU khususnya pemandu tetap akan memulai acara tepat

ketika jam telah memasuki jadwal dimulainya kegiatan tanpa terkecuali

atau menunggu lengkap atau hadirnya pengunjung atau wisatawan

bahkan untuk mereka yang telah melakukan booking atau reservasi

sebelumnya.

Namun pada pernyataan mengenai pemandu memiliki manajemen

waktu yang baik ini juga masih terdapat beberapa responden yang

memberikan jawaban tidak tahu terhadap penyataan ini, karena

umumnya wisatawan yang datang tidak memahami betul mengenai

jadwal kunjungan dan mereka termasuk ke dalam kelompok atau

rombongan yang datang sesuai jadwal kunjungan dan tidak terlambat

sehingga tidak mengetahui apa yang akan dilakukan oleh pemandu

ketika rombongan terlambat datang.

4. Emphaty

Pada sub variabel Emphaty, terdapat indikator yang menjadi tolak

ukur penilaian kualitas pelayanan pemandu wisata lokal di SAU yakni

inisiatif membantu tolak ukur ini disertai dengan 4 pertanyaan. Berikut

analisisnya:

a. Emphaty

TABEL 14
70

HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI


DIMENSI EMPHATY

n = 400

EMPHATY PEMBOBOTAN FREKUENSI SUB-


NO ASPEK STS TS TT S SS TOTAL
1 Pemandu 89 212 135 400 300 1.136
berinisiatif
membantu
2 Pemandu 0 20 93 792 805 1.710
menghargai dan
menghormati
pengunjung
3 Pemandu terlihat 0 0 60 912 760 1.732
ramah dan
murah senyum
4 Pemandu 0 0 69 760 935 1.764
memberikan
sambutan yang
baik
TOTAL 6.342
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Dari hasil tabel di atas, pada dimensi penilaian organizational skills

skor total yang didapat dari hasil perhitungan adalah 6.342 lalu skor

tersebut akan dimasukkan ke dalam garis kontinum dengan cara:

 Nilai Maksimum : Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Sampel

5 x 4 x 400 = 8.000

 Nilai Minimum : Nilai Terendah x Jumlah Pertanyaan x sampel

1 x 4 x 400 = 1.600

 Interval : (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) : 5

(8.000 – 1.600) : 5 = 1.280


71

GAMBAR 8

GARIS KONTINUM DIMENSI EMPHATY

Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju Tahu Setuju

6.342
1.600 2.880 4.160 5.440 6.720 8.000

Sumber Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pemaparan hasil Tabel 14 dan dihubungkan dengan

gambar 8 garis kontinum pada dimensi emphaty menunjukan angka

6.342 yang berada diposisi setuju, dimensi emphaty terdapat 4

pernyataan untuk mengukur dimensi tersebut, pernyatan pertama adalah

mengenai aspek pemandu berinisiatif membantu.

Responden memberikan jawaban setuju sebagai jawaban terbanyak

dan diikuti oleh jawaban sangat setuju dengan perbandingan yang

cukup tipis, ini dikarenakan bantuan – bantuan yang diminta oleh

pengunjung atau wisatawan masih tergolong ringan seperti meminta

bantuan untuk diantarkan ke tempat duduk di aula oleh pemandu

khusus pengunjung atau wisatawan yang tergolong lansia, lalu saat

pengunjung atau wisatawan menanyakan lokasi rest room atau toilet

pemandu tidak hanya menunjukan dengan arah namun pemandu juga


72

menemani dan mengantarkan hingga ke belokan atau persimpangan

terdekat dari toilet atau hingga pengunjung atau wisatawan tersebut

dapat melihat tempatnya.

Namun pada penyataan ini juga masih terdapat wisatawan atau

responden yang memberikan jawaban tidak setuju dan bahkan beberapa

responden juga ada yang memberikan jawaban sangat tidak setuju atas

penyataan ini. Seperti fakta yang peneliti temukan di lapangan hal ini

disebabkan oleh perilaku wisatawan SAU. Pengunjung atau wisatawan

yang membawa barang – barang bawaan berlebih seperti tas jinjing atau

koper yang seharusnya bisa mereka simpan di kendaraan masing –

masing namun mereka bawa ke dalam area atau aula pertunjukan SAU,

bahkan beberapa di antaranya tetap membawanya saat kegiatan tur

keliling SAU berlangsung.

Perselisihan nampak beberapa kali terjadi ketika pengunjung atau

wisatawan yang telah diberikan dan mendapat himbauan oleh pihak

SAU untuk menaruh barang bawaannya di kendaraan namun wisatawan

tersebut bersikukuh untuk tetap membawa dan mengatakan untuk lebih

baik pihak SAU saja yang menjaga barang bawaan mereka. Faktanya,

pihak SAU tidak menyediakan tempat penitipan tas ataupun barang

berharga lainnya, ditambah telah terpasang papan – papan peringatan

dan penyataan bahwa segala bentuk kehilangan di area atau kawasan

SAU bukan merupakan tanggung jawab pihak SAU. Alasan utama dari

pihak SAU tidak menyediakan tempat penitipan tas dan bahkan


73

menghimbau untuk tidak membawa tas ke dalam kawasan SAU karena

pihak SAU menghindar tindak pencurian khususnya di area souvenir

atau oleh – oleh.

Ini disebabkan alur kedatangan dan kepulangan dari pengunjung

atau responden menggunakan jalur yang sama. lalu ditambah transisi

atau jeda dari jadwal kunjungan (pementasan) 1 ke pementasan ke 2

terbilang hanya berselisih setengah sampai 45 (empat puluh lima) menit

saja yang membuat intesitas kepadatan pengunjung di bagian souvenir

tidak terhindarkan selain itu keterbatasan pegawai dari pihak SAU juga

menjadi faktor adanya larangan atau himbauan tersebut.

Sedangkan pada penyataan kedua, terkait dengan pemandu

menghargai dan menghormati pengunjung, respon terbanyak yang

diberikan oleh responden adalah jawaban sangat setuju lalu diikuti oleh

jawaban setuju yang perbedaannya tidak begitu signifikan. Hal ini

dikarenakan pemandu yang mengutamakan pengunjung atau wisatawan

lansia maupun ibu – ibu hamil dan menyusui tak terkecuali domestik

maupun mancanegara pada setiap kegiatan baik itu tur keliling SAU

maupun saat di aula pertunjukan, perlakuan yang diberikan oleh

pemandu atau MC tetap sama dan tidak membedakan satu dengan yang

lainnya.

Begitupun sikap yang ditunjukan oleh pemandu kepada

pengunjung atau wisatawan yang umurnya berbeda – beda juga

membuat pola berbicara dan sikap pemandu berubah untuk


74

menyesuaikan dan sebagai bentuk menghormati pengunjung atau

wisatawan.

Namun pada pernyataan ini juga terdapat beberapa pengunjung

atau responden yang memberikan jawaban tidak tahu dan tidak setuju

terhadap penyataan pemandu menghargai dan menghormati

pengunjung, ini disebabkan karena pemandu yang mengutamakan

pengunjung – pengunjung tertentu seperti yang disebutkan di atas,

sehingga membuat pengunjung lain yang tidak termasuk ke dalam

kategori tersebut merasa dibedakan dan tidak diberikan perhatian

khusus hingga terjadi umumnya mengakibatkan kesalahpahaman

contohnya ketika pengunjung yang berusia muda sangat bersemangat

untuk ikut menari namun tidak diajak oleh talent dimana talent

mengutamakan wisatawan lansia sesuai arahan dari pemandu.

Selanjutnya, pada pernyataan ketiga mengenai pemandu terlihat

ramah dan murah senyum. Sebagian besar responden memberikan

jawaban setuju atas penyataan tersebut, ini terjadi karena pemandu

mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) seperti peraturan

senyum, salam dan sapa yang wajib diterapkan oleh pemandu kepada

para pengunjung atau wisatawan baik ketika kegiatan tur keliling

kawasan SAU maupun ketika saat pertunjukan berlangsung.

Sedangkan sebagian sisa dari responden lainnya memberikan

jawaban tidak tahu terhadap penyataan pemandu karena pengunjung

atau wisatawan tersebut mengatakan 3S (senyum, salam dan sapa) yang


75

dilakukan oleh pemandu atau MC bukan sesuatu hal yang spesial atau

merupakan hal yang biasa saja, sehingga tidak ada nilai lebih dari yang

dilakukan pemandu tersebut.

Pada penyataan ke empat terkait pemandu memberikan sambutan

yang baik, jawaban dari responden di dominasi oleh pilihan sangat

setuju atas pernyataan tersebut. Hal ini sudah dapat dipastikan,

mengingat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur

bagaimana sikap dan apa yang harus dilakukan oleh seorang pemandu

kepada para pengunjung atau wisatawan khususnya mengenai tata cara

menyambut dan menyapa wisatawan yang hadir baik untuk kegiatan tur

maupun wisatawan atau pengunjung yang datang untuk menyaksikan

pertunjukan angklung.

Seperti fakta yang peneliti temukan di lapangan, ketika wisatawan

telah menempati kursi yang telah disediakan di aula pementasan,

pemandu akan menyapa dan menanyakan satu persatu asal daerah dari

setiap rombongan wisatawan tersebut. Apabila wisatawan tersebut

merupakan wisatawan domestik dan berasal dari daerah Yogyakarta

misalnya, maka pemandu akan langsung menyapa dan mengajak

berbicara rombongan tersebut dengan menggunakan bahasa Jawa halus

yang selanjutnya disambut ceria dan tepuk tangan oleh wisatawan

tersebut, begitupun ketika pemandu atau MC menyapa wisatawan atau

pengunjung dari luar negeri.

Awalnya pemandu akan menyapa menggunakan bahasa Inggris


76

sebagai bahasa universal untuk wisatawan internasional, lalu ketika

wisatawan mancanegara tersebut menjawab asal negara mereka

misalkan Belanda atau Prancis atau bahkan Jepang, maka pemandu

akan langsung mengubah bahasa yang digunakan untuk menyapa

dengan bahasa – bahasa tersebut.

Tidak sedikit wisatawan mancanegara yang disapa itupun terkejut,

ini mengingat pelatihan yang diterima oleh para pamandu atau MC

tidak hanya pelatihan public speaking berbahasa Indonesia dan Inggris

saja, akan tetapi ada bahasa lain yang juga diajarkan kepada para

pemandu atau MC ini yang harus mereka kuasai setidaknya untuk

percakapan – percakapan dan istilah sederhana. Bahasa yang umumnya

telah dikuasai oleh pemandu atau MC ada bahasa Mandarin, Jepang,

Jerman dan Belanda.

Adapun 3 peraturan dasar mengenai tata cara memberikan

sambutan yang telah diatur di dalam SOP adalah pertama : greeting

ketika tamu datang, kedua : ketika sebelum memulai kegiatan dan

ketiga : ketika selesai maka pemandu akan standby atau berada di pintu

aula untuk mengucapkan terima kasih atau sekedar mengingatkan agar

tidak ada barang yang tertinggal di aula.

Sedangkan untuk sisa jawaban lain dari responden adalah jawaban


77

tidak tahu atas penyataan pemandu memberikan sambutan yang baik,

ini dikarenakan wisatawan tidak menyadari bahwa pemandu atau MC

SAU telah melakukan senyum, salam dan sapa yang dinilai baik

menurut SOP dan menganggap hal tersebut lumrah.

5. Problem Solving

Pada sub variabel Problem Solving, terdapat indikator yang

menjadi tolak ukur penilaian kualitas pelayanan pemandu wisata lokal

di SAU yakni memecahkan masalah dan konflik yang muncul saat

kegiatan berlangsung tolak ukur ini disertai dengan satu pertanyaan.

Berikut analisisnya:

a. Problem Solving

TABEL 15

HASIL PEMBOBOTAN FREKUENSI PENILAIAN MENGENAI


DIMENSI PROBLEM SOLVING

n = 400

EMPHATY PEMBOBOTAN FREKUENSI SUB-


NO ASPEK STS TS TT S SS TOTAL
1 Pemandu 0 6 54 1024 615 1.699
mampu
menyelesaikan
78

konflik atau
permasalahan
yang terjadi saat
kegiatan
berlangsung
TOTAL 1.699
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019

Dari hasil tabel di atas, pada dimensi penilaian problem solving

skor total yang didapat dari hasil perhitungan adalah 1.699 lalu skor

tersebut akan dimasukkan ke dalam garis kontinum dengan cara:

 Nilai Maksimum : Nilai Tertinggi x Jumlah Pertanyaan x Sampel

5 x 1 x 400 = 2.000

 Nilai Minimum : Nilai Terendah x Jumlah Pertanyaan x Sampel

1 x 1 x 400 = 400

 Interval : (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) : 5

(2.000 – 400) : 5 = 320

GAMBAR 9

GARIS KONTINUM DIMENSI PROBLEM SOLVING

Sangat Tidak Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju Tahu Setuju

1.699
400 720 1.040 1.360 1.680 2.000
79

Sumber Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan pemaparan hasil Tabel 15 dan dihubungkan dengan

gambar 9 garis kontinum pada dimensi problem solving menunjukan

angka 1.699 yang berada diposisi sangat setuju, dimensi problem

solving terdapat 1 (satu) pernyataan untuk mengukur dimensi tersebut,

pernyataan adalah mengenai aspek pemandu mampu menyelesaikan

konflik atau permasalahan yang terjadi saat kegiatan berlangsung,

jawaban yang diberikan oleh responden di dominasi oleh pilihan

jawaban setuju lalu diikuti oleh pilihan jawaban sangat setuju sebagai

jawaban terbanyak.

Pengunjung menyatakan setuju karena melihat pemandu atau MC

SAU yang telah menyiapkan microphone cadangan di pinggangnya

untuk berjaga – jaga apabila microphone yang digunakan tidak aktif

atau tiba – tiba terputus. Dalam beberapa kali pengamatan yang peneliti

lakukan di lapangan, tidak selalu terjadi kasus microphone yang tiba –

tiba terputus di tengah penjelasan, namun sesekali sinyal mic tersendat

ke pengeras dan di saat itulah pemandu mengganti mic yang

digunakannya.
80

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik observasi

dan kuesioner yang dilaksanakan di SAU tentang kualitas pelayanan pemandu

wisata lokal, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yang akan dijabarkan di

bawah ini:
81

1. Professional Competence

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada variabel ini dapat di

ketahui bahwa jumlah skor penilaian berjumlah 7.838 yang berada di

antara 6.800 hingga 8.400 yaitu berada direntang setuju. Sebanyak

60,25% respon wisatawan SAU menyatakan setuju terhadap aspek

bahan interpretasi atau topik pemanduan menarik.

Lain halnya dengan aspek pemandu menjelaskan peraturan yang

ada di lokasi terdapat 29% respon wisatawan SAU yang memilih

sangat tidak setuju bahwa pemandu menjelaskan peraturan yang ada di

lokasi dengan didukung juga oleh 21% respon wisatawan SAU yang

juga memilih tidak setuju dengan aspek pemandu menjelaskan

peraturan yang ada di lokasi karena memang pada faktanya pemandu

memang tidak menegaskan karena berdasarkan pengamatan peneliti,

pemandu atau MC ingin mengajak wisatawan dengan nuansa santai

dan friendly.

Selanjutnya 58,5% wisatawan SAU memilih setuju pada aspek

kemampuan berbahasa pemandu baik. Kemudian 59,5% wisatawan

SAU memberikan respon pilihan setuju terhadap aspek pemandu

berpenampilan dengan rapi (pakaian, rambut, dll). Sama halnya

dengan aspek kelima dari variabel ini, 54,75% respon wisatawan SAU

memilih setuju terhadap aspek pemandu bisa menciptakan suasana

yang menyenangkan kepada pengunjung.

Dalam hal ini pemandu atau MC SAU sudah baik dalam membuat

pengunjung atau wisatawan SAU merasa nyaman dan merasa dilayani


82

dengan baik. Dibuktikan dengan pemandu yang mampu berinteraksi

dengan wisatawan domestik maupun mancanegara dengan baik. Dalam

berinteraksi dengan wisatawan mancanegarapun selain pemandu juga

mampu menggunakan bahasa asing dari setiap asal negara wisatawan

tersebut, pemandu juga berpenampilan dengan menarik dan sesuai

dengan tema dari SAU yang berbalut dengan ciri khas Sunda dimana

pemandu atau MC wanita menggunakan kebaya dan pemandu pria

menggunakan pangsi dan iket kepala.

Namun dalam interaksi tersebut pemandu atau MC SAU dinilai

kurang tegas dalam menyampaikan hal yang seharusnya dilarang saat

pertunjukan berlangsung di SAU, seperti berbicara terlalu keras karena

dapat mengganggu konsentrasi dari pengunjung lain yang ingin

menikmati pertunjukan maupun apa yang disampaikan oleh pemandu

atau MC SAU.

2. Interpersonal Skill

Pada variabel ini peneliti mendapatkan penilaian skor berjumlah

3.441 yang berada pada posisi antara 3.360 dan 4.000 dengan rentang

nilai sangat setuju. Sebanyak 55,25% wisatawan SAU yang

memberikan respon jawaban setuju terhadap aspek penilaian dari suara

pemandu lantang dan terdengar jelas. Dalam hal ini pemandu atau MC

SAU sudah baik untuk pengucapan artikulasi setiap kalimat sehingga

wisatawan mengerti dan mendengar dengan jelas apa yang

disampaikan oleh pemandu atau MC SAU.


83

Kemudian 53% dari wisatawan SAU memilih setuju untuk aspek

pemandu mampu menarik perhatian pengunjung. Dalam hal ini

pemandu atau MC SAU sudah baik untuk teknik berkomunikasi

dengan memainkan feedback yaitu mengajak wisatawan SAU untuk

berpatisipasi dengan pertanyaan yang diberikan setiap sesi pertunjukan

berganti.

3. Organizational Skills

Setelah mendapatkan hasil pada penilaian variabel ini memiliki

skor sebanyak 3.414 yang terletak antara 3.360 dan 4.000 dalam

rentang sangat setuju. Terdapat sebanyak 59.25% respon wisatawan

SAU memilih setuju untuk pemandu mau bekerjasama dengan baik.

Selanjutnya, terdapat 50% respon wisatawan SAU yang memilih

setuju terhadap aspek pemandu memiliki manajemen waktu yang baik.

Dalam hal ini pemandu selalu tepat waktu saat jeda keluar dari stage

maupun ketika pemandu memasuki stage. Selain daripada itu,

pemandu juga menyampaikan informasi mengenai durasi pertunjukan

yang sesuai perkiraannya, sehingga wisatawan dapat mengetahui

kapan berakhirnya pertunjukan tersebut.

4. Emphaty

Didapatkan hasil data olahan pada variabel ini dengan skor sebesar

6.342 yang berada di antara 5.440 dan 6.720 dengan rentang setuju.

Terdapat 26,5% wisatawan SAU yang memilih tidak setuju terhadap

aspek pemandu berinisiatif membantu. Selanjutnya, terdapat 49.5%

respon wisatawan SAU yang memilih setuju terhadap aspek pemandu


84

menghargai dan menghormati pengunjung. Kemudian 57% wisatawan

SAU memilih setuju untuk aspek pemandu terlihat ramah dan murah

senyum.

Dari aspek pemandu memberikan sambutan yang baik sejumlah

47.5% wisatawan SAU memilih setuju. Dengan hal ini secara

keseluruhan pemandu atau MC SAU secara emphaty telah baik karena

pemandu memberikan salam ketika tamu datang, menyapa sebelum

kegiatan dimulai dan say goodbye ketika tamu pergi. Namun,

diperlukan perbaikan dari segi fasilitas karena untuk urusan tersebut

pemandu juga tidak dapat membantu banyak.

Nilai yang cenderung kurang baik pada aspek pemandu berinisiatif

membantu, dikarenakan wisatawan yang membawa barang seperti tas

gendong atau tas jinjing yang cukup besar yang seharusnya tidak

diperkenankan untuk di bawa masuk. Namun wisatawan tersebut juga

tetep bersikukuh membawanya dengan alasan terdapat barang berharga

didalamnya.

5. Problem Solving

Telah diketahui pada variabel ini peneliti mendapatkan skor 1.699

yang terletak di antara 1.680 dan 2.000 berada direntang sangat setuju.

Dari total 64% yang memilih setuju terhadap aspek pemandu mampu

menyelesaikan konflik atau permasalahan yang terjadi saat kegiatan

berlangsung. Dalam hal ini pemandu memang menyiapkan segala


85

sesuatu dengan persiapan yang matang, seperti halnya ketika pemandu

atau MC SAU menyiapkan mic cadangan di pinggangnya walau mic

yang ia gunakan saat itupun masih menyala.

B. Rekomendasi

Dari bab sebelumnya telah diperoleh hasil penelitian dan juga

pembahasan, selanjutnya dalam sub bab ini akan memaparkan

rekomendasi dengan sebagai berikut:

1. Professional Competence

Dalam meningkatkan kemampuan professional pemandu atau

MC SAU khususnya dapat memberikan atau menyampaikan

larangan – larangan agar lebih diperhatikan dan diikuti oleh

wisatawan peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

a. Pada pelatihan resmi yang diadakan oleh pihak SAU kepada

pemandu atau MC, perlu disematkan pelatihan teknik – teknik

persuasif bagi pemandu agar kalimat – kalimat yang

disampaikan oleh pemandu dapat menimbulkan rasa peduli dari

wisatawan yang diajaknya. Karena sejauh pengamatan peneliti,

pemandu hanya menyampaikan himbauan mengenai apa yang

tidak boleh dilakukan namun menggunakan nada, intonasi dan

kata – kata yang tidak ada kesan melarang.

Seperti contohnya : “bapak ibu semuanya nanti saat

pertunjukan mohon tidak berisik ya”. Jika pemandu

menggunakan teknik persuasif yang lebih baik, diharapkan


86

kalimat himbauan yang disampaikan oleh pemandu akan lebih

dimengerti oleh wisatawan. Contohnya: “Mohon maaf bapak

ibu dan adik kaka semuanya, selama teman – teman dari SAU

menampilkan keahlian mereka bermain angklung di depan.

Mari sama – sama kita menghargai mereka dengan tidak

berbicara terlalu keras dan memperhatikan yang mereka

tampilkan di depan. Terima kasih ya”.

2. Interpersonal Skills

Guna meningkatkan kemampuan pribadi atau individu pemandu

dengan orang lain, selain dari senyuman dan wajah yang selalu ceria

yang diberikan oleh pemandu atau MC kepada wisatawan. Peneliti

juga menyarankan hal – hal berikut:

a. Bersikap Apresiatif

Yang dimaksud oleh peneliti dengan bersikap apresiatif

adalah bagaimana pemandu dapat memberi atensi yang tinggi

dengan orang yang ia ajak berbicara. Contoh dari bersikap

apresiatif adalah dengan menjadi pendengar yang baik, selalu

memberikan pujian setelah orang yang diajak berbicara selesai

merespon. Jika memang pemandu atau MC SAU diharuskan

memberi kritikan, berilah kritikan secara halus dengan kata –

kata yang paling baik tanpa menyinggung apalagi membuat

orang yang bersangkutan marah.

b. Perhatian
87

Pemandu atau MC SAU dapat memperhatikan atau

mencermati apa saja yang terjadi atas diri orang lain. Momen –

momen apakah yang selalu menjadikan orang tersebut bisa

menjadi bahagia karena diperhatikan dan berilah sanjungan

yang tulus kepada orang tersebut. Begitupun sebaliknya, beri

orang tersebut dukungan dan juga bantuan apabila ia sedang

dalam berada kesulitan.

Contoh: jika pemandu melihat ada wisatawan yang duduk

di row yang cukup tinggi dan ia duduk cukup tepi, pemandu

bisa memanggilnya dan mengajaknya untuk bergeser atau

menyarankan tempat duduk yang jauh lebih aman, orang

tersebut akan merasa dipedulikan oleh pemandu. Selain itu,

contoh lainnya adalah pemandu juga bisa langsung bergegas

menghampiri orang yang terlihat kebingungan atau kesulitan

bagian angklung apa ia pegang dan berikan contoh simbol

tangan apa untuk angklung tersebut.

c. Komunikasi

Pemandu sebagai komunikator harus dapat memperhatikan

apa saja yang ingin ia katakan dan bagaimana cara ia

menyampaikannya. Karena komunikator yang baik adalah

orang yang dapat menyampaikan informasi dengan perkataan

yang jelas dan mudah dipahami, selain itu komunikator juga

harus menghindari kesalahan persepsi terhadap orang – orang

yang ada di sekitar.


88

d. Menghibur

Tidak perlu takut untuk tampil sebagai sosok yang

dianggap humoris. Kalimat atau kata – kata dan tindakan yang

humoris adalah media yang sangat efektif guna mendapat

pergaulan atau respon, karena setiap orang akan selalu merasa

senang apabila memiliki teman dalam hal ini pemandu yang

mampu memberi hiburan.

Akan tetapi, perlu ada batas – batas tertentu untuk kalimat

atau tindakan humor yang pemandu lakukan dan usahakan

selalu memperhatikan kondisi dan situasi yang sedang

berlangsung apakah sesuai atau tidak.

3. Organizational Skills

Dari bab pembahasan dan kesimpulan dapat dilihat bahwa

organizational skills pemandu atau MC SAU telah memadai,

namun peneliti merasa perlu memberikan saran untuk pemandu

agar lebih meningkatkan organizational skills yang dimilikinya,

berikut adalah saran dari peneliti:

a. Membuat daftar tugas atau apa yang harus dilakukan

Pemandu dapat membuat draft atau catatan dan menulis setiap

hal – hal yang harus dilakukan pada kegiatan tur atau

kunjungan tersebut secara berurut. Contohnya: standby,

memberikan sambutan, menyapa satu persatu, baru mulai


89

penjelasan kegiatan. Dengan menulis tugas tersebut, pemandu

atau MC SAU tidak perlu merasa pusing lagi dalam mengingat

tugas tersebut dan mengurangi resiko dari terlewat atau lupanya

salah satu tugas tersebut.

Karena menurut peneliti, mencoret hal – hal yang dari daftar

tugas akan membuat kita merasa produktif.

4. Emphaty

Pada variabel ini, dalam meningkatkan rasa empati dari pemandu

atau MC khususnya pada aspek pemandu berinisiatif membantu yang

dinilai masih kurang baik pada bab pembahasan dan kesimpulan,

peneliti meenyarankan beberapa hal sebagai berikut:

a. Belajar untuk mendengarkan orang lain

Langkah pertama agar pemandu dapat merasakan empati

adalah dengan belajar untuk mendengakan orang lain. Karena

pada dasarnya, tidak akan ada orang yag ingin dinomor duakan

atau ingin diremehkan. Oleh karena itu, cobalah untuk

menghilangkan kebiasaan hal – hal lain ketika kita sedang

berbicara dengan orang lain. Karena perilaku tersebut akan

mebuat orang tersebut merasa pemandu tidak

mendengarkannya dengan sepenuh hati.

b. Bersikaplah membuka diri

Di dalam pecakapan dengan orang lain, bersikap untuk

membuka diri tidaklah terbatas. Semua berdasarkan kepada

kemauan kita untuk memulai dan terlibat dalam pembicaraan


90

tersebut. Empati merupakan bentuk komunikasi dua arah, agar

dapat berempati dengan baik, maka kita harus turut

berpatisipasi di dalam pecakapan tersebut, contohnya: saat

pemandu melihat ada seorang wisatawan yang duduk sendiri

maka pemandu bisa menghampiri dan mencoba untuk

mengajak wisatawan tersebut berinteraksi.

Karena beberapa orang seringkali berada pada posisi tidak

benar – benar menyadari apa yang sedang terjadi di sekitarnya.

Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal, mulai dari situasi

yang tak mendukung maupun karena individu tersebut kurang

fokus. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemandu untuk

mau membuka diri dan memperhatikan kondisi orang – orang

disekitarnya karena hal ini sangat penting untuk meningkatkan

empati.

c. Jangan kita menilai

Menurut peneliti, untuk bisa membangun empati, kita tidak

boleh dan jangan pernah sekalipun menilai seseorang atau

suatu kondisi hanya dari sudut pandang kita sendiri. Karena

kita bukan orang yang dapat memahami dan mengetahui

berbagai hal tentang seseorang hanya dalam sekali lihat.

Maksudnya adalah penilaian yang dilakukan secara subjektif

yang kita buat justru membuat kita semakin susah untuk

menciptakan dan merasakan empati kepada orang lain.


91

d. Khusus untuk masalah barang bawaan, menurut peneliti ini

lebih tepat untuk dikategorikan ke dalam masalah fasilitas dan

peneliti tetap akan menyarankan kepada pihak SAU bahwa

perlu adanya himbauan barang bawaan jika memang masih bisa

ditolerir. Namun jika memang tas besar tidak diperkenankan

masuk area pertunjukan dan souvenir SAU maka perlu adanya

papan larangan yang di pajang mulai dari tempat yang pertama

kali dilihat oleh wisatawan ketika datang. Yakni di parkiran

dan di pintu masuk contohnya.

5. Problem Solving

Pada hal ini pemandu atau MC SAU sudah sangat baik dengan

tingkat pemecahan masalahnya. Untuk kedepannya, peneliti akan

memberikan beberapa saran untuk pemandu atau MC agar lebih

terstruktur dalam pemecahan masalahnya, saran tersebut akan

dijabarkan dibawah ini:

a. Sederhanakan masalah

Terkadang masalah yang sangat kompleks muncul dari hal

– hal yang sederhana. Misalkan wisatawan yang datang dan

telah duduk di aula pertunjukan sedang menunggu jadwal

pertunjukan dimulai. Tiba – tiba ia muntah karena jet lag atau

bekas perjalanan menuju SAU misalkan. Ketika masalah ini

terjadi, solusi yang dapat dilakukan adalah mengajak

wisatawan tersebut ke kamar mandi lalu memanggil petugas

untuk segera membersihkan bekas muntahannya.


92

Seandainya saja jika di saat awal pemandu telah standby di

area, sambil menunggu jadwal dimulai pemandu bisa

mengarahkan kepada wisatawan – wisatawan tersebut jika ada

yang ingin ke kamar mandi baik dipersilahkan sebelum

pertunjukan dimulai. Hal ini akan menstimulasi wisatawan

untuk mengeluarkan yang seharusnya tidak ia rasakan namun ia

jadi merasakannya. Contoh: buang air kecil atau besar

misalkan.

b. Visualisasikan Masalah

Gambar atau tulis dan urutkanlah masalah yang pemandu

hadapi termasuk juga proses terjadinya masalah tersebut. Cara

ini mungkin akan terdengar sulit namun represntasi lewat

gambaran seringnya sangat membantu. Bahkan jika perlu,

buatlah diagram sederhana yang nantinya dapat

memvisualisasikan secara detail masalah yang sulit sekalipun.

Lalu setelah semua langkah ini anda lakukan, langkah

terakhir adalah fokus kepada solusi. Karena pada dasarnya

menurut peneliti, saat otak kita hanya terpaku pada masalah,

maka otak kita akan ‘termakan’ efek negativitas yang

selanjutnya akan memicu reaksi negatif di dalam pikiran.

Emosi yang seperti inilah yang akan menghalangi kita

dalam menemukan solusi dan berpikir kreatif. Jadi setelah

penggambaran ini selesai, sesegera mungkin fokuslah untuk

mencari solusi dan tetap tenang saat masalah datang. Proses


93

yang cukup rumit ini akan membantu memahami masalah lebih

dalam lagi sehingga pada akhirnya pemandu akan menemukan

jawaban yang paling tepat untuk situasi yang ia hadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. (2017). Perilaku Pemandu Wisata dalam Meningkatkan Kualitas


Pelayanan PT. Narasindo Tour and Travel. Repositori Institusi
Universitas
Sumatra Utara
94

Anonim. Undang – Undang tentang Kepariwisataan, UU No. 10 Tahun 2009.


Jakarta: Direktorat Jenderal Hukum dan HAM

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Emzir. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

https://www.dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_2_INTERPERSONAL_SKILL

Huang, S. (2010). A revised importance-performance analysis of tour guide


performance in China. Tourism Anlaysis, 15(2), 227-241

Irawati, D. (2013). Faktor – Faktor Karakteristik Yang Berpengaruh Terhadap


Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersihndan Sehat di Desa Tangunan
Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Politeknik Kesehatan Majapahit. 5 (2) : 120-134

Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Jilid I. PT


Indeks Kelompok Jakarta : Gramedia.

Liao, S. K., Chen, Y. C., Chang, K. L., & Tseng, T. W. (2011). Assessing
the performance of Taiwanese tour guides, African Journal of Bussiness
Management, 5(4), 1325-1333

Lupiyoadi, Rambat. 2013. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi


(Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat.

Mak, A. H., Wong, K. K., & Chang R. C. (2010). Factors affecting the
service quality of the tour guiding profession in Macau. International
Journal of Tourism Research, 12(3), 205-218

Parasuraman. A., Zeithaml, V.A. dan Berry, L.L (1994), “Reassessment of


Expectations as a Comparison Standar in Measuring Service Quality:
Implication for Further Research, Journal of Marketing, January (58):
111- 124.

Phasya, Anis Yuliana. (2018). Kualitas Pelayanan Pemandu Wisata Berbahasa


95

Prancis di PT. Asian Trails Indonesia, Bali (Proyek Akhir). Bandung:


Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Pratama, Fikri Handika. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas


Terhadap Kepuasan Pengunjung di Objek Wisata Sejarah Benteng
Marlborough di Kota Bengkulu. Jurnal Nasional Pariwisata Vol.4

Purwaningsih, R. Melatisiwi. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pemandu


Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan di Candi Prambanan Tinjauan
Khusus Pada Kemampuan Berbahasa Verbal. Jurnal Nasional Pariwisata
Vol.5 No.3

Rizkiyadi, Sa’ban. (2016). Efektivitas Pelayanan Jamaah Umrah Pada PT.


Wahana Mitra Wisata, Jakarta (Skripsi). Jakarta: Universitas Islam
Negeri.

Setyosari, Punaji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.


Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama

Sujarweni, V. Wiratna. (2015). SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Tjiptono, F. (1996). Manajemen Jasa. Yogyakarta. Andi.

Tjiptono, F., dan G., Chandra. (2012). Pemasaran Strategik. Yogyakarta, Andi.

Tjiptono, F., dan G., Chandra. (2016). Service, Quality & Satisfaction Edisi 4.
Yogyakarta. Andi.

Utama, Rai dan Mahadewi. (2012). Metodologi Penelitian Pariwisata Perhotelan.


96

Yogyakarta: Andi.

LAMPIRAN 1

MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL


97

Konsep Variabel Dimensi Indikator Instrumen


Pedoman
Attitude + Knowledge
Professional Wawancara
Huang et al.
competence Commentary +
(2010:5)
menyatakan Kemampuan berbahasa
bahwa Komunikasi
seorang tour
leader/guide Interpersonal Membangkitkan
harus skills hubungan yang baik
menguasai Kualitas antar peserta tur
empat faktor Pelayanan Mudah dihubungi saat
yaitu Pemandu peserta
wisata Organizational Kuesioner
professional membutuhkannya
competence, skills
Bekerjasama dengan staf
interpersonal
pelayanan yang lain
skills and
organization, Emphaty Inisiatif membantu
empathy dan
problem Memecahkan masalah
solving. Problem dan konflik yang muncul
Solving saat kegiatan
berlangsung
Sumber: Huang (2010: 5)
98
99

BAGIAN II: PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP PEMANDU

Berikan tanda silang (X) pada kolom jawaban yang mewakili pendapat anda.

Keterangan Penilaian:
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Cukup setuju
4 = Setuju
5 = Sangat setuju

PENILAIAN
NO. PERNYATAAN
1 2 3 4 5
Professional Competence
1 Bahan interpretasi / topik pemanduan menarik
2 Pemandu menjelaskan peraturan yang ada di lokasi
3 Kemampuan berbahasa pemandu baik
4 Pemandu berpenampilan dengan rapi (pakaian, rambut, dll)
Pemandu bisa menciptakan suasana yang menyenangkan kepada
5
pengunjung
Interpersonal Skills
6 Suara pemandu lantang dan terdengar jelas
7 Pemandu mampu menarik perhatian pengunjung
Organizational Skills
8 Pemandu mau bekerjasama dengan baik
9 Pemandu memiliki manajemen waktu yang baik
Emphaty
10 Pemandu berinisiatif membantu
11 Pemandu menghargai dan menghormati pengunjung
12 Pemandu terlihat ramah dan murah senyum
13 Pemandu memberikan sambutan yang baik
Problem Solving
Pemandu mampu menyelesaikan konflik atau permasalahan yang
14
terjadi saat kegiatan berlangsung

Catatan Pesan / Kesan / Saran / Kritik untuk Pemandu di Saung Angklung


Udjo:

- Terima Kasih -
100

LAMPIRAN 3

PEDOMAN WAWANCARA OPERATION MANAGER

SAUNG ANGKLUNG UDJO

1. Berapa jumlah pramuwisata yang ada di Saung Angklung Udjo?

2. Bagaimana rentang usia pramuwisata di Saung Angklung Udjo?

3. Bagaimana latar belakang pendidikan pramuwisata di Saung Angklung

Udjo?

4. Bagaimana masa kerja pramuwisata di Saung Angklung Udjo?

5. Apakah pramuwisata di Saung Angklung Udjo telah mendapatkan

pelatihan resmi dan memiliki sertifikasi ?

6. Bagaimana SOP (Standar Operasional Prosedur) pramuwisata di Saung

Angklung Udjo?

7. Bagaimana frekuensi pelatihan pramuwisata yang diadakan oleh Saung

Angklung Udjo?

8. Apa saja yang Bapak / Ibu persiapkan sebelum melakukan pemanduan

atau interpretasi? Misalkan: menyiapkan alat bantu peraga seperti

angklung mic, dll.

9. Mengenai berbahasa asing, apakah pemandu benar – benar bisa berbahasa

asing atau berbicara mengikuti teks latihan?

10. Pemandu atau MC berbahasa Inggris, menggunakan teks atau spontan?

11. Apa syarat khusus untuk menjadi pramuwisata di Saung Angklung Udjo?
101

LAMPIRAN 4

TRANSKRIP WAWANCARA

Keterangan:

 (PERTANYAAN)

 (JAWABAN NARASUMBER)

 Berapa jumlah pramuwisata atau MC di yang ada di Saung Angklung

Udjo?

 Karena kemarin kang Rusman itu salah satu a exit dari pramuwisata udah

resign berarti kita total udah ada saya Atika, teh Lia, teh Winda, teh Oca,

kang Robby ya 6 (enam), 5 wanita euh perempuan 1 laki – laki.

 Bagaimana rentang usia pramuwisata di Saung Angklung Udjo?

 Kalau di antara 6 nih yang 4 nih kami satu usia semua kelahiran 96 – 97

sekitar 96 – 97 kalau misalnya dua lagi memang udah senior dari dulu di

Saung Angklung Udjo bahkan dari kecil kaya teh Lia tuh dari umur 4

tahun di Saung Angklung Udjo sekarang dia udah 30 tahun jadi mereka

udah supervisor udah senior jadi rentan usianya ya gitu sih paling

angkatan saya tahun 96 – 97.

 Bagaimana latar belakang pendidikan pramuwisata di Saung Angklung

Udjo?

 Biasanya sih kalau karena euh MC – MC yang dulu ini kan namanya

terhitungnya dulu yah karena udah pada 45 tahun, mereka belum ada

standarisasi harus apa maksudnya MC aah Saung Angklung Udjo harus S1


102

enggak ada, mereka lulusan SMA. Saya kebetulan D3 karena lulusan

Polban, tapi peraturan baru di Saung Angklung Udjo itu mengharuskan

pramu pramuwisata yah? atau MC itu minimal S1 atau sedang kuliah.

 Bagaimana masa kerja pramuwisata di Saung Angklung Udjo?

 Hmmm, masa kerja sih enggak ada, enggak mempengaruhi, kecuali karena

kita itu diliat dari performance, performance kita bagus atau engga, kalo

misalnya bagus nanti dia naik. Terus kalo masa kerja, biasanya kalo udah

5 tahun kontrak nanti dia jadi pegawai tetap, sedangkan yang lain masih 4

tahunan. Cuman 2, dari 6 itu pegawai tetapnya cuman 2 itu yang paling

tua. Udah lama di atas 5 tahun, ditawarin kontrak jadi pegawai tetap, ACC.

 Apakah pramuwisata di Saung Angklung Udjo telah mendapatkan

pelatihan resmi dan memiliki sertifikasi ?

 Kalo sertifikasi sih kebetulan belum ada yah, paling ya kita ada pelatihan

resmi itu sebulan bisa sekali atau dua kali ya kita dilatih public speaking,

dilatih bahasa Inggris, memang gak gak langsung sekaligus jadi ya

namanya juga proses ya pasti ada step by step nya tapi kita dari setiap

pelatihan ada progress sih sedikit sedikit euh terus kan kalo di Saung

Angklung Udjo punya pakem sendiri ya kita bagaimana kita greeting

tamu, bagaimana kita bicara ke tamu dan seperti apa harus apa Master of

Ceremony pramuwisata disini jadi pasti ada pelatihannya.

 Bagaimana SOP (Standar Operasional Prosedur) pramuwisata di Saung

Angklung Udjo?

 Hmm yah, kami punya SOPnya ketika tamu datang kita greeting selalu

standby tamu pulang juga kita say goodbye makasih hatur nuhun biasanya
103

terus ketika guiding biasanya pake kebaya. MC juga kebaya dan kalo

rambut itu kalo misalnya SOP harus di cepol, cepol rapi kalo misalnya

guiding atau MC jadi gaboleh tergerai ketika nge-MC tapi kalo misalnya

daily kaya lagi sekarang gak masalah, lagi MC lagi guiding itu kaya gitu

jadi kalo laki – laki pake pangsi kita sebutnya ya pangsi atau pakaian adat

tradisional Sunda iket kepala, yang perempuan pake kebaya rambut di

cepol.

 Bagaimana frekuensi pelatihan pramuwisata yang diadakan oleh Saung

Angklung Udjo?

 Kalo frekuensi ada, sebulan sekali atau sebulan dua kali tapi kita gak

pernah precise misalnya exact tanggal segini pasti tanggal segini gak ada

cuman pasti eh bulan ini belum latihan gimana kalo besok karena

menyesuaikan jadwal kang kita kan gak cuman ada pertunjukan dalam

yah, kita juga punya pertunjukan luar. Jadi, MC – MC atau pramuwisata

nya kadang dia keluar juga, jadi kita cari satu waktu satu momen dimana

kita ngumpul semua satu divisi 6 orang baru kita ngadain pelatihan. Jadi

pasti ada.

 Apa saja yang Bapak / Ibu persiapkan sebelum melakukan pemanduan

atau interpretasi? Misalkan: menyiapkan alat bantu peraga seperti

angklung mic, dll.

 Kalo guiding enggak sih paling kita bukan ke personal ini yah prepare,

bukan personal preparations tapi lebih ke si Saung Angklung Udjonya

sendiri, kita biasanya cek lokasi dulu. Di belakang kan kita punya

workshop kang, workshop angklung. Nah kita cek dulu ada orang yang
104

standby gak disana, kalo gak ada kita pindah workshop nya yang ini, jadi

kita tuh kan punya 12 workshop, 1 workshop isinya 5 pegawai. Yang satu

workshopnya disini, sisanya disana

 Mengenai berbahasa asing, apakah pemandu benar – benar bisa berbahasa

asing atau berbicara mengikuti teks latihan?

 Kalau untuk kita sendiri, divisi kita wajib bahasa Inggris WAJIB tapi

ketika mereka punya bisa bahasa lain mungkin kaya teh Lia yang senior

itu bisa bahasa Jepang juga dan dari MC lain kan kita tuh ada freelance ya

kang, jadi kita tuh pegawai Saung Angklung Udjo yang selalu standby,

MC yang selalu standby, nah tapi kita juga punya MC dari luar mereka

datang ketika show aja, ada yang kaya gitu, nah kalo misalnya mereka

eehhh biasanya ada yang bisa Jerman, Mandarin, kalo yang necessary atau

apa sori – sori itu pasti bahasa Inggris.

 Pramuwisata atau MC yang berbahasa Inggris, mengikuti teks atau bicara

secara spontan?

 Spontanious sih kang bahasa Inggrisnya tapi kita udah punya alur, jadi gini

ketika saya present pertama masuk saya harus ngomong ini, ini, ini. Kita

udah punya pakemnya dari greeting dulu, lalu perkenalan diri, lalu

menjelaskan Saung Angklung Udjo nah kita udah punya list – listnya apa

aja yang harus kita jelaskan tapi bahasa Inggrisnya mah se spontan itu

karena aku juga menyesuaikan tamu juga kan, jadi gak ada textbooknya.

 Apa syarat khusus untuk menjadi pramuwisata di Saung Angklung Udjo?

 Ohhh yaa ya ada ada adaa, itu kita lagi ada pelatihan MC juga kita punya

pelatihan. Pemain (talent) yang bagus itu kita rekrut jadi MC. Udah lagi
105

dilatih 2 kalo bahasa Inggrisnya bagus. Jadi syarat khususnya sih paling itu

kang, selain kita kalo bahasa kan maksudnya kalo knowledge itu bisa

dilatih ya bahasa itu bisa dilatih seiring berjalannya waktu pasti bisa tapi

yang menjadi syarat khususnya 1 (satu) sih, mau belajar. Karena disini tuh

selalu dinamis, jadi kita tuh selalu berkembang selalu develop nanti ketika

jadi MC gak cuman MC kan? Kita juga angklung instructor belajar yang

tau kan? Yang do re mi fa so nah kita juga harus terus belajar harus

menghafalkan lagu, ada lagu baru hafalin, jadi harus mau belajar sih syarat

khususnya itu sih satu, jadi masyarakat sekitar saung bisa kalo mau jadi

MC, tapi itu tadi syarat – syaratnya kalo bicara syarat ya khususnya tadi

selain itu ya satu, eehhh kemauannya besar, biasanya ada syarat seperti

yang diajukan oleh pihak pertunjukan kalo wanita biasanya tadi minimal

S1 atau sedang kuliah atau D3 terus, kedua harus berpenampilan menarik

itu sih, ketiga sama someah jadi kalo misalnya merasa basicnya sudah

punya dia mau ya tinggal apply nanti kita ada audisinya kang.
LAMPIRAN 5 105
MATRIKS DATA RESPONDEN

STS TS TT S SS
MEAN
NO ASPEK 1 2 3 4 5

f fxb % f fxb % F Fxb % f fxb % f fxb %

PROFESSIONAL COMPETENCE

Bahan interpretasi

atau topik
1 1 1 0,25% 4 8 1% 66 198 16,5% 241 964 60,25% 88 440 22% 4,03
pemanduan

menarik

Pemandu

menjelaskan
2 116 116 29% 84 168 21% 51 153 12,75% 92 368 23% 57 285 14,25% 2,73
peraturan yang

ada di lokasi

3 Kemampuan 0 0 0% 0 0 0% 38 114 9,5% 234 936 58,5% 128 640 32% 4,23
107

berbahasa

pemandu baik

Pemandu

berpenampilan

4 dengan rapi 0 0 0% 0 0 0% 16 48 4% 238 952 59,5% 146 730 36,5% 4,33

(pakaian, rambut,

dll)

Pemandu bisa

menciptakan

suasana yang
5 0 0 0% 2 4 0,5% 29 87 7,25% 219 876 54,75% 150 750 37,5% 4,29
menyenangkan

kepada

pengunjung
107

STS TS TT S SS

NO ASPEK 1 2 3 4 5 MEAN

f fxb % f fxb % f fxb % f fxb % f fxb %

INTERPERSONAL SKILLS

Suara pemandu

1 lantang dan 0 0 0% 2 4 0,5% 34 102 8,5% 221 884 55,25% 143 715 35,75% 4,26

terdengar jelas

Pemandu mampu

2 menarik perhatian 0 0 0% 0 0 0% 26 78 6,5% 212 848 53% 162 810 40,5% 4,34

pengunjung
108

NO ASPEK STS TS TT S SS MEAN


110

NO ASPEK STS
1 TS2 TT3 S4 SS5 MEAN

f fxb % f fxb % f fxb % f fxb % f fxb %

ORGANIZATIONAL SKILLS

Pemandu mau

1 bekerjasama 0 0 0% 7 14 1,75% 23 69 5,75% 237 948 59,25% 133 665 33,25% 4,24

dengan baik

Pemandu

memiliki
2 0 0 0% 0 0 0% 41 123 10,25% 200 800 50% 159 795 39,75% 4,30
manajemen waktu

yang baik
111

1 2 3 4 5

f fxb % f fxb % f fxb % f fxb % f fxb %

EMPHATY

Pemandu

1 berinisiatif 89 89 22,25% 106 212 26,5% 45 135 11,25% 100 400 25% 60 300 15% 2,84

membantu

Pemandu

menghargai dan
2 0 0 0% 10 20 2,5% 31 93 7,75% 198 792 49,5% 161 805 40,25% 4,28
menghormati

pengunjung

Pemandu terlihat

3 ramah dan murah 0 0 0% 0 0 0% 20 60 5% 228 912 57% 152 760 38% 4,33

senyum
112

Pemandu STS TS TT S SS
memberikan
NO ASPEK 1 2 3 4 5 MEAN
4 0 0 0% 0 0 0% 23 69 5,75% 190 760 47,5% 187 935 46,75% 4,41
sambutan yang
f fxb % f fxb % f fxb % f fxb % f fxb %
baik
113

PROBLEM SOLVING

Pemandu mampu

menyelesaikan

konflik atau

1 permasalahan 0 0 0% 3 6 0,75% 18 54 4,5% 256 1024 64% 123 615 30,75% 4,25

yang terjadi saat

kegiatan

berlangsung
112

LAMPIRAN 6

HASIL UJI VALIDITAS

Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Q1 4,03 ,669 400
Q2 2,73 1,449 400
Q3 4,23 ,604 400
Q4 4,33 ,548 400
Q5 4,29 ,619 400
Q6 4,26 ,628 400
Q7 4,34 ,596 400
Q8 4,24 ,635 400
Q9 4,30 ,643 400
Q10 2,84 1,409 400
Q11 4,28 ,711 400
Q12 4,33 ,567 400
Q13 4,41 ,598 400
Q14 4,25 ,567 400
115

LAMPIRAN 7

HASIL UJI RELIABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 400 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 400 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,770 14
116

LAMPIRAN 8
SURAT LOKUS TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
117

LAMPIRAN 9
TURN IT IN
118

LAMPIRAN 10
BIODATA PENELITIAN
1. Data Pribadi
Nama : Muhammad Irfan Hanafi
Nomor Induk : 201520544
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 22 Desember, 1997
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. KH. Muchtar Tabrani
Gg. Damai III RT.02/RW.06 N0.66
Kelurahan PERWIRA
Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi
2. Data Orang Tua
Nama Ayah : H. Epih Hanafi, MM.Pd., M.Sc., M.Si.
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Hj. Mimah Fatimah M.Pd.
Pekerjaan : PNS
Alamat Rumah : Jl. KH. Muchtar Tabrani
Gg. Damai III RT.02/RW.06 N0.66
Kelurahan PERWIRA
Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi
3. Riwayat Pendidikan
No. Nama Sekolah Tempat Tahun Lulus
1 SD Negeri Perwira VII Kota Kota Bekasi 2009
Bekasi
2 SMP Negeri 5 Kota Bekasi Kota Bekasi 2012
3 SMA Negeri 4 Kota Bekasi Kota Bekasi 2015
4 Sekolah Tinggi Pariwisata Kota Bandung -
Bandung

4. Pengalaman Kerja
No. Nama Perusahaan / Tempat Jabatan Tahun
Tempat Kerja
1 PT. TWC Candi Yogyakarta Trainee 2018
Pramba
nan
2 Kraton Pesanggrahan Yogyakarta Trainee 2018
Tamansari
3 PT. VISIATAMA Bandung Freelance 2019

Anda mungkin juga menyukai