Anda di halaman 1dari 3

CHAPTER 7 VALUATION OF ASSETS

REIVEW JURNAL

JUDUL ARTIKEL Value Relevance of Asset Revaluation


Disclosure
PENULIS Yossi Diantimala dan Hafiez Sofyani
NAMA JURNAL Journal of Accounting and Investment
TAHUN, HALAMAN Vol. 21 No. 3, September 2020
TUJUAN PENELITIAN Bertujuan untuk mengkaji relevansi nilai pengungkapan
revaluasi aset setelah tujuh tahun pelaksanaan dengan
menggunakan model modifikasi Ohlson (1995).

HIPOTESIS H1: Revaluasi aset tetap ke atas di Indonesia relevan dengan nilai.
H2: Informasi nilai buku ekuitas, laba bersih, dan laba perusahaan yang
melakukan revaluasi aset lebih relevan dengan nilai dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak melakukan revaluasi aset.

KERANGKA PEMIKIRAN Relevansi nilai , pengungkapan nilai wajar, model revaluasi dan aset
tetap.

POPULASI DAN SAMPEL 46 perusahaan non-keuangan menggunakan model revaluasi selama 2012-
2018. Sebagai tolok ukur, kami secara acak memilih 46 perusahaan non-
keuangan yang tidak mengevaluasi kembali aset mereka selama periode
tersebut.
. Sampel penelitian adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2018.
METODE PENGAMBILAN Untuk menyelidiki relevansi nilai pengungkapan revaluasi aset ke atas,
SAMPEL nilai buku ekuitas, laba bersih, dan laba, kami memperkirakan hubungan
antara pengungkapan revaluasi aset ke atas, nilai buku ekuitas, laba
bersih, laba, dan harga saham dan pengaruh pengungkapan revaluasi aset
ke atas, nilai buku ekuitas, laba bersih, dan laba terhadap harga saham.
Kami menggunakan model modifikasi Ohlson (1995) yang telah
diterapkan secara luas dalam literatur untuk menguji relevansi nilai.
Penelitian ini menempati McInnis et al. (2018) cara menguji hipotesis
dengan memisahkan model untuk perusahaan yang melakukan revaluasi
aset tetap dan yang tidak melakukan revaluasi aset.
METODE PENELITIAN Statistik Deskriptif
HASIL DAN
PEMBAHASAN Tabel 1 menyajikan statistik deskriptif untuk semua variabel yang
digunakan untuk menyelidiki hipotesis 1. Sebanyak 92 perusahaan-tahun
pengamatan 2012-2018 digunakan untuk menguji hipotesis. Harga saham
rata-rata untuk model 1 dan 2 cukup berbeda. Rp 1.190 berbanding Rp
3.170. Nilai gap maksimum dan minimum baik pada model 1 maupun
pada model 2 tergolong tinggi. Pada model 1, harga saham perusahaan
revaluasi aset tertinggi adalah 11.900 dan terendah adalah 50 rupiah. Pada
model 2, harga saham perusahaan revaluasi non aset tertinggi sebesar
52.100 rupiah dan terendah sebesar 80 rupiah. Rata-rata harga saham baik
revaluasi aset maupun revaluasi non-aset pada model 3 relatif moderat
yaitu 2.180 rupiah. Khusus untuk revaluasi aset ke atas, nilai rata-rata
revaluasi aset ke atas adalah sebesar 1,44 triliun rupiah. Selisih antara nilai
maksimum dan minimum revaluasi aset cukup tinggi. Nilai revaluasi aset
tertinggi sebesar Rp 10,47 triliun dan terendah sebesar Rp 0,00 triliun. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan revaluasi aset menyesuaikan nilai aset
dengan nilai wajar yang wajar (Iatridis & Kilirgiotis, 2012; (Lin &
Peasnell, 2000).Nilai buku rata-rata ekuitas pada model 1 dan 2 sedikit
berbeda.Namun, kesenjangan antara nilai maksimum dan minimum pada
kedua model tersebut sangat tinggi Pada model 1 nilai buku ekuitas
perusahaan revaluasi aset tertinggi sebesar 41,65 triliun rupiah dan nilai
terendah sebesar -0,14 triliun rupiah pada model 2 nilai buku tertinggi
nilai ekuitas perusahaan revaluasi non aset sebesar 89,81 triliun rupiah dan
terendah sebesar -0,2 triliun rupiah Khusus untuk laba dan laba bersih,
rata-rata laba bersih dan laba perusahaan revaluasi aset lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan revaluasi non aset. nilai maksimum dan
minimum laba bersih perusahaan revaluasi aset rendah, hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik laba bersih dan laba bersih perusahaan
revaluasi aset hampir sama yaitu sebesar 28,26% dari revaluasi aset f
perusahaan mengalami kerugian pada tahun penilaian kembali aset. Rugi
bersih adalah salah satu alasan perusahaan mengevaluasi kembali aset
mereka (Lin & Peasnell, 2000).

Model 3 merupakan analisis tambahan untuk menguji relevansi nilai


pengungkapan revaluasi aset dengan menggabungkan revaluasi aset ke atas
dan revaluasi non-aset. Kami menggunakan variabel dummy, 1 untuk
informasi revaluasi aset, dan 0 untuk sebaliknya. Rata-rata harga saham
dari semua observasi adalah 2.180 rupiah.

KESIMPULAN Makalah ini relevansi nilai pengungkapan revaluasi aset setelah tujuh
tahun penerapan standar akuntansi internasional. Semangat penerapan
standar internasional adalah berfungsinya pengukuran nilai wajar yang
diyakini dapat memberikan informasi keuangan yang lebih relevan.
Namun penerapan nilai wajar untuk aset yang tidak memiliki nilai pasar
mengandung banyak kelemahan sehingga kurang dapat diandalkan.
Hampir semua jenis aset tetap tidak memiliki nilai pasar. Menggunakan
hierarki nilai wajar level tiga mengandung kelemahan validitas dan
reliabilitas untuk mengukur kembali nilai aset tetap. Hal ini menyebabkan
nilai aset tetap menjadi kurang dapat diandalkan, meskipun sangat
relevan.
Makalah ini menyoroti penerapan PSAK 16 yang dikonvergensi ke IAS
16 tentang aset tetap. PSAK 16 mengharuskan perusahaan untuk
mengungkapkan nilai aset tetap sesuai dengan nilai pasar jika nilai
bukunya berbeda secara signifikan dengan nilai pasar. Revaluasi aset tetap
merupakan model berdasarkan nilai wajar. Kami menganalisis 46
perusahaan non keuangan yang menggunakan model revaluasi selama
2012-2018. Sebagai benchmark, kami secara acak mengumpulkan 46
perusahaan non-keuangan yang tidak mengevaluasi kembali aset mereka
selama periode tersebut. Kami menyarankan bahwa pengungkapan
revaluasi aset ke atas adalah relevansi nilai. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa revaluasi aset ke atas berhubungan negatif dengan harga saham.
Namun, efeknya tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
informasi revaluasi aset ke atas bukan merupakan informasi penting bagi
pasar.
KEUNGGULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa revaluasi aset ke atas berhubungan
negatif dengan harga saham.
KEKURANGAN Dari hasil pembahasan kekurangan makalah berdasarkan metode
penelitian yaitu efeknya tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa informasi revaluasi aset ke atas bukan merupakan informasi
penting bagi pasar.

Anda mungkin juga menyukai