Anda di halaman 1dari 4

CHALLENGING THE MYTHS ABOUT ENTREPRENEURS

Entrepreneurs dan entrepreneurship itu ada dimana mana dan tidak ada persyaratan atau
pembatasan usia bagi seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur. Dan semua orang itu
memiliki cara mereka sendiri untuk menjadi seorang entrepreneur. Sebelum menjelaskan mengenai
karakteristik seorang entrepeneur, terdapat beberapa mitos mengenai entrepeneurs, seperti :
1. Dikatakan kalau entrepreneur itu dilahirkan atau ditakdirkan, bukan dibuat. Tapi hal
itu tidak benar, dikarenakan untuk menjadi entrepreneur yang sukses maka diperlukan
bakat dan pengalaman yang dapat menjadikan fondasinya. Tidak bisa kita katakan
kalau seseorang itu lahir sebagai entrepreneur atau ditakdirkan karena terdapat
berbagai macam usaha untuk menjadi seorang entrepreneur.
2. Entrepreneur itu penjudi. Itu sangatlah salah, dikarenakan entrepreneur itu berani
mengambil resiko atau seorang risk taker, tetapi resiko tersebut dapat diinformasikan
dan dikalkulasi.
3. Dikatakan bahwa uang itu adalah kunci atau faktor untuk kesuksesan entrepreneur.
Hal itu salah, karena uang itu tidak menjamin kesuksesan seseorang, uang itu bukanlah
segalanya. Karena ada hal yang lebih penting dari itu, dan banyak sekali entrepreneur
yang memulai bisnisnya dengan modal yang sangat kecil.
4. Dikatakan kalau seorang entrepreneur hanya diperbolehkan untuk kaum muda. Itu
sangatlah salah, karena umur itu bukanlah sebuah hambatan untuk berwirausaha.
Karena seiring bertambahnya usia, maka kita akan mendapat lebih banyak
pengalaman, contacts atau koneksi, dan sumber daya berguna lainnya.
5. Dikatakan kalau untuk menjadi seorang entrepreneur itu memerlukan sebuah gelar
bisnis. Itu juga tidak benar. Karena kita tidak harus memerlukan sebuah gelar sama
sekali. Tetapi walaupun gelar bisnis itu tidak diwajibkan, tetapi itu membantu kita
untuk mempelajari dan memahami dasar-dasar bisnis.
 
Jadi seharusnya, mitos ini hanyalah sebuah mitos yang tidak perlu kita acuhkan atau pentingkan.
 
 
CHARACTERISTICS OF ENTREPRENEURS
Beberapa ahli mengatakan kalau seorang entrepreneur itu pada umumnya memiliki karakter yang
self-confident atau percaya diri, bertekad, ulet, mudah beradaptasi, dan terdorong oleh keunggulan.
Serta ada beberapa karakteristik yang lain seperti :
1. Internal locus of control, dimana entrepreneur percaya bahwa mereka itu yang
mengontrol atau mengatur nasib mereka sendiri, dan mereka itu self-directing dan
menyukai autonomu
2. High energy level atau memiliki tingkat semangat yang tinggi, dimana entrepreneur itu
gigih, pekerja keras, dan mau mengerahkan upaya atau efforts
luar biasa untuk sukses.
3. Self-confidence atau percaya diri, dimana entrepreneur itu berkompeten, percaya diri,
dan dapat membuat keputusan sendiri.
4. Tolerance for ambiguity atau toleransi atas ambiguitas, yaitu entrepreneur itu seorang
risk takers, dan mereka mentoleransi situasi dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
5. Self-reliance and desire for independence, yaitu entrepreneur menginginkan
independence atau kebebasan, dan mereka itu mandiri. Mereka ingin menjadi bos
bagi diri mereka sendiri, bukan bekerja untuk orang lain.
6. High need for achievement, yaitu entrepreneurs termotivasi untuk mencapai tujuan
yang menantang dan mereka juga berkembang dari feedback performance.
7. Flexibility, yaitu entrepreneur bersedia untuk mengakui permasalahan dan kesalahan,
serta bersedia untuk mengubah suatu rencana saat plans nya tidak dapat berjalan atau
tidak sesuai.
8. Passion and action orientation, yaitu entrepreneur itu mencoba untuk bertindak
sebelum adanya permasalahan, dan mereka ingin untuk menyelesaikan sesuatu dan
tidak membuang waktu yang berharga.
 
DIFFERENCES IN THE CHARACTERISTICS OF
Kemudian saya akan menjelaskan mengenai perbedaan karakteristik entrepreneurship di indonesia
dengan amerika di beberapa segi karakter yang saya dapatkan dari berita warta ekonomi.
1. Power Distance
Masyarakat Indonesia cenderung memiliki power distance yang tinggi yakni sebesar 78, sedangkan
masyarakat Amerika Serikat cenderung memiliki power distance yang rendah yakni sebesar 40. Hal
tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat ketidaksamaan kuasa (power) antara pemimpin
dan pengikutnya. Kepatuhan pengikut seringkali menjadi hal yang diutamakan oleh pemimpin.
Akibatnya, kesenjangan antara si kaya dan si miskin dianggap sebagai hal yang natural.
2. Individualism
Tingkat individualisme di Indonesia sangat rendah yakni sebesar 14 poin, khususnya jika
dibandingkan dengan Amerika Serikat yang mencapai angka 91 poin. Hal ini menjadi peluang bagi
berkembangnya social entrepreneurship di Indonesia.
3. Masculinity
Dalam hal masculinity, masyarakat Indonesia lebih rendah daripada Amerika Serikat. Aspek budaya
ini mengacu pada tingkat kompetisi, orientasi terhadap prestasi, dan keberhasilan, yang ditentukan
oleh kesuksesan menjadi pemenang atau yang terbaik di lapangan.
Sistem nilai seperti ini dimulai di sekolah dan berlanjut hingga seseorang masuk ke sebuah
organisasi. Hal ini secara langsung menunjukkan masyarakat Indonesia tidak terlalu suka
berkompetisi dan cenderung peduli pada kondisi orang lain.
4. Uncertainty Avoidance
Budaya ini merefleksikan masyarakat Indonesia yang secara umum tidak menyukai risiko dan
cenderung menghindari masalah atau konflik.
5. Long Term Orientation
Skor tinggi di Indonesia (yaitu 62) menunjukkan Indonesia memiliki budaya pragmatis berupa
pendambaan kondisi kehidupan yang terjamin dalam jangka panjang, misalnya menjadi pegawai
negeri sipil.
6. Indulgence
Indonesia memiliki budaya menahan diri dan memiliki kecenderungan untuk bersifat sinis dan
pesimistis. Masyarakat Indonesia kurang memberi penekanan pada pemanfaatan waktu luang untuk
memanjakan dirinya, dan cenderung mengontrol pemuasan keinginannya.
 
 
BACKGROUND, EXPERIENCES, & INTERESTS
Selain karakteristik tersebut, seorang entrepreneur juga cenderung memiliki latar belakang dan
pengalaman pribadi yang unik. Pengalaman masa kecil dan lingkungan keluarga tampaknya dapat
membuat sebuah perbedaan, seperti apabila orang tuanya adalah seorang entrepreneur maka
anakany juga akan mendapatkan pelajaran tentang entrepreneur dan mendapat dorongan agar
anaknya juga dapat menjadi seorang entrepreneur. Entrepreneur biasanya dibesarkan dalam
keluarga yang mendorong tanggung jawab, inisiatif, dan kemandirian.
 
Terdapat artikel dari Harvard Business Review yang menunjukkan bahwa entrepreneur mungkin
memiliki life interests yang unik dan tertanam dalam. Artikel tersebut juga menjelaskan bahwa
entrepeneur memiliki minat yang besar dalam memulai sesuatu. Entrepreneur menikmati produksi
yang kreatif, seperti inisiasi proyek, bekerja dengan orang baru, dan menemukan solusi yang tidak
konvensional. Pengusaha juga memiliki minat yang kuat dalam menjalankan sesuatu. Entrepreneur
juga menyukai untuk memegang kontrol perusahaan, seperti menjadi penanggung jawab atau
pengendali, bertanggung jawab, dan membuat keputusan sambil membantu orang lain dalam
mencapai sebuah tujuan. Entrepreneur juga cenderung muncul selama adanya peluang karir
tertentu. Sebagian besar, mereka memulai bisnis mereka di usia 22 - 45, dimana ini adalah rentang
usia yang tampaknya memungkinkan untuk risk taking. Namun, seseorang yang berusia di atas
rentang usia tersebut tidak boleh dipandang sebagai penghalang untuk menjadi seorang
entrepreneur.
 
 
 
 
 
WRITING A BUSINESS PLAN (AFTER NEW VENTION CREA)
Ketika orang ingin memulai sebuah bisnis baru, mereka tentunya perlu membuat sebuah binis plan.
Sebuah bisnis plan itu menjelaskan mengenai arahan atau direction untuk sebuah bisnis baru dan
pembiayaan atau keuangan yang diperlukan untuk menjalankan bisnisnya. Bank dan sumber
pembiayaan lain tentunya perlu melihat bisnis plan nya sebelum mereka meminjamkan uang atau
berinvestasi dalam usaha bisnis seseorang. Manajer senior ingin melihat rencana bisnis sebelum
mereka mengalokasikan sumber daya organisasi yang langka untuk mendukung proyek
kewirausahaan baru. Ada alasan bagus untuk ini.
 
Pemikiran detail diperlukan dalam menyiapkan bisnis plan agar dapat berkontribusi pada
keberhasilan inisiatif baru. Ini pun membuat entrepreneur untuk membuat model bisnis yang jelas
dan memikirkan masalah dan tantangan penting seperti keuangan, persaingan, dan manajerial
sebelum memulai usaha bisnisnya.
 
Terdapat beberapa sample bisnis plan outline, yaitu :
1. Executive summary, yaitu gambaran umum dari tujuan bisnis dan bisnis model bisnis
untuk menghasilkan uang.
2. Industry analysis, yaitu sifat industri, termasuk tren ekonomi, hukum atau peraturan
penting masalah, dan potensi risiko.
3. Company description, yang mencakup misi, pemilik, dan legal form
4. Products and services description, yang mencakup barang atau jasa utama, dengan
keunikan kompetitif.
5. Market description, yang mencakup ukuran pasar, kekuatan dan kelemahan pesaing,
serta sasaran penjualan lima tahun.
6. Marketing strategi, yang mencakup karakteristik produk, distribusi, promosi, harga,
dan riset market
7. Operations description, yang mencakup metode manufaktur atau servis, supplies dan
suppliers dan prosedur control
8. Staffing description, berupa keterampilan manajemen dan staf yang dibutuhkan dan
tersedia, kompensasi, dan sistem sumber daya manusia.
9. Financial projection, yang mencakup proyeksi arus kas untuk satu sampai lima tahun,
titik impas atau break-even points, dan tahapan
modal investasi.
10. Capital needs, yang mencakup jumlah dana yang dibutuhkan untuk menjalankan
bisnis, jumlah yang tersedia, dan jumlah yang diminta
dari sumber baru.
11. Milestones, yang mencakup jadwal tanggal yang menunjukkan kapan tahapan-tahapan
utama dari usaha baru akan diselesaikan
 
 
ALASAN BISNIS PLAN ITU DIPERLUKAN
• Ini memaksa kita untuk memperjelas model bisnis kita akan bagaimana bisnis tersebut akan
menghasilkan uang.
• Itu membuat kita untuk mengidentifikasi dan menghadapi potensi kekuatan dan kelemahan dari
bisnisnya.
• Ini membuat kita untuk memeriksa potensi pasar untuk produk atau layanan bisnisnya.
• Itu membuat kita memeriksa kekuatan dan kelemahan pesaing untuk terhadap bisnisnya.
• Itu membantu kita untuk memperjelas misi dan arahan utama untuk bisnisnya, serta membantu
dalam berfokus pada bisnisnya.
• Ini membantu kita dalam menentukan berapa banyak uang yang diperlukan untuk meluncurkan
dan menjalankan bisnis.
• Ini juga membantu kita dalam berkomunikasi dengan lebih percaya diri dan kredibel kepada
pemberi pinjaman dan investor yang berpotensi.

Anda mungkin juga menyukai