Anda di halaman 1dari 61

SISTEM MANAJEMEN NASIONAL

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum …………………………………………………………… 1
2. Maksud danTujuan ….………………………………………… 2
3. Ruang Lingkup dan Tata urut………………………………… 2
4. Dasar...................................................................................... 3
5. Pengertian- Pengertian………………………………………… 3

BAB II TATANAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKEWENANGAN

6. Umum……………….……………….…………..……………….. 6
7. Fungsi Sistem Manajemen Nasional………..………………… 14
8. Hubungan Simnas, Sismenasdan TPKB……….…….………. 16
9. Dukungan Simnas untuk TPKB…………………….................. 19

BAB III PANDANGAN UMUM DAN TEKNOLOGI DASAR SIMNAS DAN


SISMENAS

10. Umum…….………………........……………………….………… 22
11. Tata Nilai Sismennas dan Teknologi……............................... 22
12. Aspek Sismennas yang Handal dengan Teknologi............... 23
13. Teknologi dalam Pengambilan Keputusan Strategis
Sismennas …………………………………………………....... 24
14. Pendekatan Teknologis dan Langkah Implementasi
TPKB sebagai kunci Sismennas …………………………….. 27
15. E-Life ……………………………………………………………. 28
16. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
E-Government…………………………………………………… 28
ii

BAB IV SISMENAS DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

17. Umum……….……………………..……….…………………….. 30
18. Good Governance dan Reformasi Birokrasi…………………. 30
19. Simnas, Pembangunan Nasional dan Good
Governance ........................................................................... 34
20. Pembangunan Zona Integritas............................................... 39
21. Tahap-Tahap Pembangunan Zona Integritas........................ 40

BAB V SISTEM MANAJEMEN NASIONAL DALAM PENYELENGGARAAN


NEGARA

22. Umum ………………………………………………………......... 44


23. Penyelenggaraan Negara ………..……….……………............ 44
24. Tatanan dan Pengorganisasian Pemerintahan Negara……. 48
25. Hubungan Penyelenggaraan Negara dengan
Sismennas............................................................................... 51

BAB VI PENUTUP

26. Penutup......………………………………………………............. 57

DAFTAR PUSTAKA
SISTEM MANAJEMEN NASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Manajemen nasional pada dasarnya merupakan sebuah sistem, sehingga


lebih tepat jika kita menggunakan istilah “Sistem Manajemen Nasional”. Layaknya
sebuah sistem, pembahasannya bersifat komprehensif, strategis dan integral.
Orientasinya adalah pada penemuan dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor
strategis secara menyeluruh dan terpadu. Dengan demikian sistem manajemen
nasional dapat menjadi kerangka dasar, landasan, pedoman dan sarana bagi
perkembangan proses pembelajaran (learning process) maupun penyempurnaan
fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat umum maupun pembangunan.

b. Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara


tata nilai, struktur dan proses untuk mencapai kehematan, daya guna dan hasil
guna semaksimal mungkin dalam menggunakan sumber dana dan sumber daya
nasional demi mencapai tujuan nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan
terpadu meliputi siklus kegiatan perumusan kebijaksanaan (policy formulation),
pelaksanaan kebijaksanaan (policy implementation) dan penilaian hasil
kebijaksanaan (policy evaluation) terhadap berbagai kebijaksanaan nasional.
Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem sekurang-
kurangnya harus dapat menjelaskan unsur, struktur, proses, fungsi serta
lingkungan yang mempengaruhinya.

c. Unsur-unsur dalam sistem manajemen nasional antara lain negara, bangsa


Indonesia, pemerintah dan masyarakat. Negara memiliki hak dan peranan dalam
pemilikan, pengaturan dan pelayanan yang diperlukan dalam mewujudkan cita-cita
bangsa. Bangsa Indonesia berperan sebagai pemilik negara yang menentukan
sistem nilai yang digunakan sebagai landasan dan pedoman bagi penyelenggaraan
fungsi-fungsi negara. Pemerintah sebagai unsur yang melaksanakan
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan umum dan pembangunan sesuai
2

dengan cita-cita bangsa. Masyarakat merupakan unsur kontributor dan konsumen


atasberbagai hasil penyelenggaraan fungsi. Sistem manajemen nasional sebagai
pendekatan sistem (system approach), akan mencakup input, proses, output,
outcome dan feedback. Input dalam sistem manajemen nasional berupa aspirasi
dari rakyat serta kepentingan rakyat.

d. Proses dalam sistem manajemen nasional merupakan rangkaian kegiatan


dalam pengolahan respon terhadap kondisi kehidupan masyarakat dan politik
nasional untuk dapat disesuaikan dengan tujuan nasional menggunakan sumber
daya yang dimiliki. Hasil dari aktivitas ini merupakan keputusan strategis, taktis
maupun operasional yang pada dasarnya merupakan tanggapan pemerintah atas
berbagai aspirasi dan kepentingan rakyat. Output dari sistem manajemen nasional
terhimpun dalam proses arus keluar yang disalurkan kembali kepada masyarakat.
Berbagai kebijakan ini dituangkan dalam bentuk hierarki perundangan dan
peraturan. Feedback atau proses umpan balik, sebagai bagian dari siklus sistem
manajemen nasional, menghubungkan arus keluar dengan arus masuk dan akan
berproses kembali ke Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB).
Dengan demikian maka secara prosedural sistem manajemen nasional merupakan
siklus tak terputus dan berkesinambungan.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya


Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) dalam strategi pembangunan nasional
dan penyelenggaraan negara.

b. Tujuan. Agar memahami tentang Sistem Manajemen Nasional


(Sismennas) sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Pembahasan Naskah tentang Sistem


Manajemen Nasional ini meliputi Tatanan Pengambilan Keputusan
Berkewenangan, Teknologi Dasar Sismennas, Sismennas dalam Strategi Pembangunan
Nasional serta aplikasi Sismennas dalam Penyelenggaraan Negara dalam rangka
ketahanan nasional, dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB).
3

c. Pandangan Umum dan Teknologi dasar Simnas dan Sismennas.


d. Sismennas dalam Strategi Pembangunan Nasional.
e. Sismennas dalam Penyelenggaraan Negara.
f. Penutup.

5. Pengertian

a. Sistem adalah sautu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi
untuk mencapai suatu tujuan.

b. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,


dan pengendalian upaya anggota organisasi serta penggunaan semua sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efesien.

c. Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) adalah perpaduan tata nilai,


struktur, fungsi, dan proses yang merupakan himpunan usaha untuk mencapai
kehematan, daya guna dan hasil guna sebesar mungkin dalam menggunakan
sumber daya dan dana nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
4

d. Sistem Informasi Manajemen Nasional (Simnas) adalah sistem informasi


yang menunjang pengambilan keputusan berdasarkan tatanan kewenangan pada
organisasi kenegaraan.

e. Good Governance adalah suatu pemerintahan yang dapat mengembangkan


dan menetapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum dan dapat
diterima oleh seluruh masyarakat.

f. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi


pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk
mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

g. Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (Menuju WBK) adalah predikat yang
diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.

h Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (Menuju WBBM) adalah


predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM,
penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas
pelayanan public.

i. Tim Penilai Internal (TPI) adalah tim yang dibentuk oleh pimpinan instansi
pemerintah yang mempunyai tugas melakukan penilaian unit kerja dalam rangka
memperoleh predikat Menuju WBK/Menuju WBBM.

j. Tim Penilai Nasional (TPN) adalah tim yang dibentuk untuk melakukan
evaluasi terhadap unit kerja yang diusulkan menjadi Zona Integritas Menuju WBK
dan Menuju WBBM.

k. Sistem pemerintahan adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen yang bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai
tujuan dan fungsi pemerintahan sesuai dengan kondisi negara masing-masing
Sistem
5

l. Kepentingan adalah segala sesuatu yang menjadi pokok perhatian karena


dianggap penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan hidup suatu subjek
tertentu, sehingga senantiasa merupakan hasrtat atau keinginan yang harus
diusahakan, diperjuangkan dan dipertahankan selama masa keberadaan subjek
tersebut. Maksud dari subjek yang berkepentingan di sini adalah manusia
Indonesia yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6

BAB II
TATANAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKEWENANGAN (TPKB)

6. Umum. Sejalan dengan pokok pikiran tersebut di atas maka dilihat secara
struktural unsur-unsur utama Sismennas tersebut tersusun atas empat tatanan (setting)
yang dilihat dari dalam ke luar adalah Tata Laksana Pemerintahan (TLP), Tata
Administrasi Negara (TAN), Tata Politik Nasional (TPN), Tata Kehidupan Masyarakat
(TKM). Tata Laksana Pemerintahan dan Tata Administrasi Pemerintahan merupakan
tatanan dalam (inner setting) dari sistem manajemen nasional (Sismennas), yang
merupakan faktor lingkungan sebagai sumber aspirasi dan kepentingan rakyat serta
sumber kepemimpinan nasional, maupun sebagai penerima hasil-hasil keluaran Sistem
Manajemen Nasional (Sismennas).
Secara proses Sismennas berpusat kepada suatu rangkaian pengambilan
keputusan yang berkewenangan pada tatanan dalam TAN dan TLP. Kata
berkewenangan disini mempunyai konotasi bahwa keputusan-keputusan yang diambil
adalah didasarkan atas kewenangan yang dimiliki si pemutus berdasarkan hukum. Maka
dari itu keputusan-keputusan itu bersifat mengikat dan dapat dipaksakan (compulsory)
dengan sanksi-sanksi ataupun berisikan insentif dan disinsentif tertentu yang ditujukan
kepada seluruh anggota masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu tatanan dalam (TAN
dan TLP) merupakan tatanan yang dapat disebut Tatanan Pengambilan Keputusan
Berkewenangan (TPKB). Untuk penyelenggaraan TPKB diperlukan proses Arus Masuk,
yang dimulai dari TKM lewat TPN, sebagai masukan dari lingkungan Sismennas.
Aspirasi dari TKM dapat berasal dari rakyat, baik secara individu ataupun melalui
organisasi kemasyarakatan, partai politik, kelompok penekan, organisasi penekan,
organisasi kepentingan maupun pers. Masukan ini berintikan kepentingan Rakyat.
Rangkaian kegiatan dalam TPKB menghasilkan berbagai keputusan yang terhimpun
dalam proses Arus Keluar yang selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Arus Keluar ini
pada dasarnya merupakan tanggapan pemerintah terhadap berbagai tuntutan, tantangan
serta peluang dari lingkungannya.Keluaran tersebut pada umumnya berupa berbagai
kebijaksanaan yang lazimnya dituangkan ke dalam berbagai bentuk (hierarki)
perundangan/peraturan tertentu, sesuai dengan sifat permasalahan dan klasifikasi
kebijaksanaan serta instansi atau pejabat yang mengeluarkan. Didalamnya terdapat suatu
proses umpan balik sebagai bagian dari siklus kegiatan fungsional Sismennasyang
menghubungkan arus keluar dengan arus masuk maupun dengan Tatanan Pengambilan
7

Keputusan Berkewenangan (TPKB). Dengan demikian maka secara prosedural


Sismennas merupakan suatu siklus tak terputus secara berkesinambungan.
Konsep dasar Sismennas merupakan manajemen yang diterapkan dalam
organisasi Negara yang besar dan komplek, dengan pendekatan kesisteman. Landasan
Sismennas adalah UUD 1945 dan dijiwai oleh Falsafah Pancasila yang diarahkan kepada
cita‐cita nasional yang tersirat dantersurat dalam Pembukaan UUD 1945. Jadi
Sismemmas merupakan perpaduan dari tata nilai, struktur, fungsi, dan proses yang
efisien dan efektif dalam rangka mewujudkan tujuan Negara. Disini Manajemen
merupakan pengelolaan atau tata laksana yang merupakan proses, yang
didalamnyaterkandung unsur‐unsur perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
penilaian atas setiap pemanfaatan sumber daya secara hemat, efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang tepat guna. Pengelolaan tersebut diorientasikan pada proses untuk
mengubah potensi menjadi kemampuan. Oleh karenanya perlu adanya perencanaan
yang jauh kedepan yang dikendalikan secara terus‐menerus, berkesinambungan dan
berjenjang serta memiliki norma penilaian dengan standar ukur yang ditetapkan secara
nasional.
Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara tata
nilai, struktur, dan proses untuk mencapai kehematan, daya guna, dan hasil guna sebesar
mungkin dalam menggunakan sumber dana dan daya nasional demi mencapai tujuan
nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu meliputi siklus kegiatan
perumusan kebijaksanaan (policy formulation), pelaksanaan kebijaksanaan (policy
implementation), dan penilaian hasil kebijaksanaan (policy evaluation) terhadap berbagai
kebijaksanaan nasional. Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa sebuah sistem
sekurang-kurangnya harus dapat menjelaskan unsur, struktur, proses, rungsi serta
lingkungan yang mempengaruhinya.

a. Unsur, Struktur dan Proses. Secara sederhana, unsur-unsur utama sistem


manajemen nasional dalam bidang ketatanegaraan meliputi:

1) Negara sebagai “organisasi kekuasaan” mempunyai hak dan peranan


atas pemilikan, pengaturan, dan pelayanan yang diperlukan dalam
mewujudkan cita-cita bangsa, termasuk usaha produksi dan distribusi
barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat umum (public goods and
services).
8

2) Bangsa Indonesia sebagai unsur “Pemilik Negara” berperan dalam


menentukan sistem nilai dan arah/haluan/kebijaksanaan negara yang
digunakan sebagai landasan dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi-
fungsi negara.

3) Pemerintah sebagai unsur “Manajer atau Penguasa” berperan dalam


penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan umum dan pembangunan ke
arah cita-cita bangsa dan kelangsungan serta pertumbuhan negara.

4) Masyarakat adalah unsur “Penunjang dan Pemakai” yang berperan


sebagai kontributor, penerima, dan konsumen bagi berbagai hasil kegiatan
penyelenggaraan fungsi pemerintahan tersebut di atas.

Sejalan dengan pokok pikiran di atas, unsur-unsur utama Sismennas


tersebut secara struktural tersusun atas empat tatanan (setting), yang dilihat dari
dalam keluar adalah Tata Laksana Pemerintahan (TLP), Tata Administrasi Negara
(TAN), Tata Politik Nasional (TPN), dan Tata Kehidupan Masyarakat (TKM). Tata
laksana dan tata administrasi pemerintahan merupakan tatanan dalam (inner
setting) dari sistem manajemen national (Sismennas).
Dilihat dari sisi prosesnya, Sismennas berpusat pada satu rangkaian
pengambilan keputusan yang berkewenangan, yang terjadi pada tatanan dalam
TAN dan TLR. Kata kewenangan di sini mempunyai konotasi bahwa Keputusan-
keputusan yang diambil adalah berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh si
pemutus berdasarkan hukum. Karena itu, Keputusan-keputusan itu bersifat
mengikat dan dapat dipaksakan (compulsory) dengan sanksi-sanksi atau dengan
insentif dan disinsentif tertentu yang ditujukan kepada seluruh anggota masyarakat.
Karena itu, tatanan dalam (TAN+TLP) dapat disebut Tatanan Pengambilan
Berkewenangan (TPKB).
Penyelenggaraan TPKB memerlukan proses Arus Masuk yang dimulai dari
TKM lewat TPN. Aspirasi dari TKM dapat berasal dari rakyat, baik secara individual
maupun melalui organisasi kemasyarakatan, partai politik, kelompok penekan,
organisasi kepentingan, dan pers. Masukan ini berintikan kepentingan Rakyat.
Rangkaian kegiatan dalam TPKB menghasilkan berbagai keputusan yang terhimpun
dalam proses Arus Keluar yang selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Arus
Keluar ini pada dasarnya merupakan tanggapan pemerintah terhadap berbagai
9

tuntutan, tantangan, serta peluang dari lingkungannya. Keluaran tersebut pada


umumnya berupa berbagai kebiiaksanaan yang lazimnya dituangkan ke dalam
bentuk-bentuk perundangan/peraturan yang sesuai dengan permasalahan dan
klasifikasi kebijaksanaan serta instansi yang mengeluarkannya. Sementara itu,
terdapat suatu proses umpan balik sebagai bagian dari siklus kegiatan fungsional
Sismennas yang menghubungkan Arus Keluar.

b. Fungsi Sistem Manajemen Nasional. Fungsi di sini dikaitkan dengan


pengaruh, efek atau akibat dari terselenggaranya kegiatan terpadu sebuah
organisasi atau sistem dalam rangka pembenahan (adaptasi) dan penyesuaian
(adjustment) dengan tata lingkungannya untuk memelihara kelangsungan hidup
dan mencapai tujuan-tujuannya. Dalam proses melaraskan diri serta pengaruh-
mempengaruhi dengan lingkungan itu, Sismennas memiliki fungsi pokok:
“pemasyarakatan politik.” Hal ini berarti bahwa segenap usaha dan kegiatan
Sismennas diarahkan pada penjaminan hak dan penertiban kewajiban rakyat. Hak
rakyat pada pokoknya adalah terpenuhinya berbagai kepentingan. Sedangkan
kewajiban rakyat pada pokoknya adalah keikutsertaan dan tanggung jawab atas
terbentuknya situasi dan kondisi kewarganegaraan yang baik, di mana setiap
warga negara Indonesia terdorong untuk setia kepada negara dan taat kepada
falsafah serta peraturan dan perundangannya.
Dalam proses Arus Masuk terdapat dua fungsi, yaitu pengenalan
kepentingan dan pemilihan kepemimpinan. Fungsi pengenalan kepentingan adalah
untuk menemukan dan mengenali serta merumuskan berbagai permasalahan dan
kebutuhan rakyat yang terdapat pada struktur Tata Kehidupan Masyarakat (TKM).
Di dalam Tata Politik Nasional (TPN) permasalahan dan kebutuhan tersebut diolah
dan dijabarkan sebagai kepentingan nasional.
Pemilihan kepemimpinan berfungsi memberikan masukan tentang
tersedianya orang-orang yang berkualitas untuk menempati berbagai kedudukan
dan jabatan tertentu dan menyelenggarakan berbagai tugas dan pekerjaan dalam
rangka TPKB.
Pada Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB), yang
merupakan inti Sismennas, fungsi-fungsi yang mentransformasikan kepentingan
kemasyarakatan maupun kebangsaan yang bersifat politis terselenggara ke dalam
bentuk-bentuk administratif untuk memudahkan pelaksanaannya serta
meningkatkan daya guna dan hasil gunanya. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
10

1) Perencanaan sebagai rintisan dan persiapan sebelum pelaksanaan,


sesuai kebijaksanaan yang dirumuskan.

2) Pengendalian sebagai pengarahan, bimbingan, dan koordinasi selama


pelaksanaan.

3) Penilaian untuk membandingkan hasil pelaksanaan dengan keinginan


setelah pelaksanaan selesai.

Ketiga fungsi TPKB tersebut merupakan proses pengelolaan lebih lanjut


secara strategis, manajerial dan operasional terhadap berbagai keputusan
kebijaksanaan. Keputusan-keputusan tersebut merupakan hasil dari fungsi-fungsi
yang dikemukakan sebelumnya, yaitu fungsi pengenalan kepentingan dan fungsi
pemilihan kepemimpinan yang ditransformasikan dari masukan politik menjadi
tindakan administratif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pada arus keluar
Sismennas memiliki tiga fungsi utama berikut: pembuatan aturan (rule making),
penerapan aturan (rule aplication), dan penghakiman aturan (rule adjudication)
yang mengandung arti penyelesaian perselisihan berdasarkan penentuan
kebenaran peraruran yang berlaku. Dengan Arus Masuk maupun dengan Tatanan
Pengambilan Keputusan Berkewenganan (TPKB). Dengan demikian secara
prosedural Sismennas merupakan satu siklus yang berkesinambungan.
Tata nilai Sismennas merupakan suatu usaha menyeluruh dengan
memadukan faktor karsa, sarana dan upaya untuk memberdayakan, mengubah,
meningkatkan potensi menjadi kemampuan nasional yang mampu mengatasi
berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi, sebagaimana uraian di bawah ini:

1) Karsa (keinginan/kehendak yang ingin dicapai) berperan sebagai


arah untuk mencapai tujuan. Karsa nasional yang berwawasan jauh
kedepan dengan dimensi waktu yang panjang menjadi idaman nasional
(national goal), yang disusun dan ditetapkan sebagai Haluan Negara
(National Objective). Karsa tersebut dijabarkan menjadi karsa‐karsa nasional
untuk jangka waktu menengah menjadi tujuan nasional (national objective).
Sedangkan untuk jangka pendeknya menjadi sasaran nasional (national
target).
11

2) Sarana merupakan pewadahan dan atau pemberdayaan dari


kekuatan nyata atau segenap potensi sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. Faktor sarana ini meliputi sumber daya alam, logistik,
keuangan, data dan informasi, partisipasi masyarakat dan penunjang
lainnya.

3) Upaya merupakan proses pengambilan keputusan dari berbagai


dimensi yang dilakukan melalui transformasi dari faktor sarana menjadi
faktor karsa.

.
Gambar 1: Tata nilai Sismennas

Struktur Sismennas. Unsur utama Sismennas mempunyai empat tatanan, dari


dalam keluar adalah:
1) Tata Laksana Pemerintahan (TLP)
2) Tata Administrasi Negara (TAN)
3) Tata Politik Nasional (TPN)
4) Tata Kehidupan Masyarakat (TKM)
12

Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) Tata laksana pemerintahan (TLP) dan tata
administrasi Negara (TAN) merupakan tatanan dalam Sismennas tatanan dalam
Sismennas (inner setting), merupakan pusat dari rangkaian pengambilan
keputusan yang berkewenangan. Kata “berkewenangan” dimaksudkan bahwa
keputusan yang diambil dilandasi oleh hukum bersifat mengikat seluruh anggota
masyarakat dan dapat dipaksakan dengan saksi. Oleh karena itu tatanan dalam
TAN dan TLP merupakan tatanan yang disebut dengan “tatanan pengambilan
keputusan berkewenangan” (TPKB).
Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) Tata laksana pemerintahan (TLP) dan tata
administrasi Negara (TAN) merupakan tatanan dalam Sismennas (inner setting),
merupakan pusat dari rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan.
Tata kehidupan masyarakat (TKM) dan tata politik nasional (TPN) merupakan
tatanan luar Sismennas (outer setting). Rangkaian kegiatan TPKB menghasilkan
berbagai keputusan, yang merupakan tanggapan Pemerintah atas berbagai
aspirasi dan kepentingan rakyat yang terhimpun dalam proses arus keluar yang
selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Keluaran TPKB tersebut umumnya
merupakan berbagai kebijakan yang dituangkan dalam bentuk hierarki perundang‐
undangan dan peraturan sesuai dengan sifat masalahnya. Untuk menyandingkan
struktur Sismennas dengan ketatanegaraan Indonesia dapat ditunjukkan pada
gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2: Tatanan Unsur Ketatanegaraan dan Sismennas.


13

Proses Sismennas merupakan siklus pengambilan keputusan yang diawali


darimasukan (input), lalu tata pengambilan keputusan berkewenangan (TPKB),
selanjutnya keluaran (output), dan terakhir adalah kemamfaatan (outcome) secara
berkesinambungan. Siklus tatanan pengambilan keputusan oleh yang
berkewenangan (TPKB) ditunjukkan dalam. Gambar 3 berikut:

Gambar 3: Siklus tatanan pengambilan keputusan berkewenangan

Proses arus masuk atau Input merupakan penyaluran aspirasi dan


kepentingan masyarakat dari TPN untuk diproses oleh TAN dan TLP atau tatanan
dalam. Dalam arus masuk ini dapat berupa pengenalan kepentingan maupun
dalam pemilihan kepemimpinan. Kepentingan tersebut dapat berupa kepentingan
politik, kepentingan sosial ataupun kepentingan umum. Masukan iniselanjutnya
akan diproses dan diformulasikan sebagai masukan pada proses selanjutnya.
Proses Tata Pengambilan Keputusan Berkewenangan. Tatanan Pengambilan
Keputusan Berkewenangan (TPKB) adalah mentransformasikan berbagai masukan
yang bersifat politis atau aspek‐aspek kehidupan bangsa, ke dalam bentuk
administrative (program dan kegiatan) agar mudah dalam pelaksanaannya dan
berhasil guna. Proses tersebut antara lain aspek perencanaan, pengendalian dan
penilaian (membandingkan antar hasil pelaksanaan dan keinginan setelah
pelaksanaan selesai).
14

7. Fungsi Sistem Manajemen Nasional. Makna fungsi disini dihubungkan dengan


pengaruh, efek atau akibat sebagai hasil terselenggaranya sekelompok kegiatan terpadu
pada organisasi atau sistem, dalam rangka pembenahan (adaptasi) dan penyesuaian
(adjustment) organisasi atau sistem itu dengan tata lingkungannya untuk memelihara
kelangsungan hidup dan mencapai tujuan-tujuannya. Maka dalam rangka proses
menyelaraskan diri serta mempengaruhi dengan lingkungannya itu fungsi pokok
Sismennas adalah “pemasyarakatan politik”. Hal ini berarti bahwa segenap usaha dan
kegiatan Sismennas diarahkan kepada penjaminan hak dan penertiban kewajiban Rakyat.
Hak Rakyat pada pokoknya adalah berupa terpenuhinya berbagai kepentingan dan
kewajiban Rakyat pada pokoknya adalah berupa keikutsertaan dan tanggungjawab bagi
terbentuknya suatu suasana (situasi) dan kondisi kewarganegaraan yang baik, dimana
setiap WNI terdorong untuk setia kepada Negara dan patuh serta taat kepada Falsafah
serta peraturan perundangan, demi terpelihara dan terjaminnya suatu tertib hidup
bersama. Dalam proses arus masuk terdapat dua fungsi yaitu “pengenalan kepentingan”
dan “pemilihan kepemimpinan”. Fungsi pengenalan kepentingan adalah untuk
menemukan dan mengenali serta merumuskan berbagai permasalahan dan kebutuhan
Rakyat yang terdapat pada struktur Tata Kehidupan Masyarakat (TKM). Di dalam Tata
Politik Nasional (TPN) permasalahan dan kebutuhan tersebut diolah dan dijabarkan
sebagai kepentingan nasional. Fungsi pemilihan kepemimpinan berperan untuk
memberikan masukan tentang tersedianya orang-orang berkualitas guna menempati
berbagai kedudukan dan jabatan tertentu untuk menyelenggarakan berbagai tugas dan
pekerjaan dalam rangka TPKB.
Pada Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (PKB) yang merupakan inti
Sismennas terselenggara fungsi-fungsi yang mentransformasikan kepentingan
kemasyarakatan maupun kebangsaan yang bersifat politis, kedalam bentuk-bentuk
administratif untuk memudahkan pelaksanaan serta meningkatkan daya guna dan hasil
gunanya. Fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan (sebagai rintisan dan persiapan
sebelum pelaksanaan, sesuai kebijaksanaan yang dirumuskan), pengendalian (sebagai
pengarahan, bimbingan dan koordinasi selama pelaksanaan), danpenilaian (untuk
memperbandingkan hasil pelaksanaan dengan keinginan setelah pelaksanaan selesai).
Ketiga fungsi TPKB tersebut merupakan proses pengelolaan lebih lanjut secara
strategis, manajerial dan operasional terhadap berbagai keputusan kebijaksanaan
sebagai hasil fungsi-fungsi yang dikemukakan sebelumnya yaitu fungsi pengenalan
kepentingan dan fungsi pemilihan kepemimpinan yang dengan demikian
15

ditransformasikan dari yang bersifat masukan politik hingga akhirnya menjadi tindakan
administratif. Pada aspek arus keluar maka secara fungsional Sismennas diharapkan
untuk menghasilkan:

a. Aturan, norma, patokan, pedoman dan sebagainya yang secara singkat


dapat disebut kebijaksanaan umum (public policy).

b. Penyelenggaraan, penerapan, penegakan ataupun pelaksanaan berbagai


kebijaksanaan nasional yang lazimnya dijabarkan dalam sejumlah program dan
berbagai kegiatan.

c. Penyelesaian segala macam perselisihan, pelanggaran dan penyelewengan


yang timbul sehubungan dengan kebijaksanaan umum serta program tersebut
dalam rangka pemeliharaan tertib hukum.

Berdasarkan ungkapan tersebut di atas, maka secara fungsional dapat dikatakan


bahwa pada Arus Keluar Sismennas terdapat tiga fungsi utama yaitu pembuatan aturan
(rule making), penerapan aturan (rule aplication) dan penghakiman aturan (rule
adjudication) yang berarti penyelesaian perselisihan berdasarkan penentuan kebenaran
peraturan yang berlaku.

8. Hubungan Simnas, Sismennas dan TPKB. Sudah pasti bahwa setiap


organisasi memerlukan manajemen untuk mencapai tujuannya, demikian pula negara
yang dipandang sebagai suatu organisasi yang besar dan kompleks memerlukan sistem
manajemen untuk mencapai tujuan nasional. Pendekatan dalam mengelola organisasi
negara adalah merupakan sistem. Dalam hal itu seluruh unsur dan bagian dalam sistem
akan saling berkorelasi dan terorganisasi untuk bersama-sama menuju satu tujuan.
Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) adalah sistem manajemen yang diterapkan
dalam organisasi Negara yang tidak terlepas dari unsur-unsur yang terkandung di
dalamya yaitu wilayah, rakyat, pemerintahan. Ketiga unsur negara tersebut, dapat disebut
dengan wadah, isi, tata laku, yang merefleksikan bentuk dan karakter negara. Wilayah
Indonesia adalah wadah yang berbentuk kepulauan dengan luas perairan laut dua pertiga
dari luas daratan dan di dalamnya bertebaran lebih dari tujuh belas ribu pulau. Di dalam
wadah terdapat isi yaitu seluruh rakyat Indonesia.
Sismennas akan terselenggara dengan lebih baik apabila didukung oleh Simnas.
Dengan kata lain, Simnas merupakan system saraf dan juga subsistem Sismennas. Dari
16

sini jelas bahwa Simnas berkedudukan strategis meliputi seluruh aspek kehidupan dan
tatanan sekaligus merupakan salah satu titik sentral dalam upaya meningkatkan
keberhasilan pembangunan nasional dan kondisi ketahanan nasional. Sistem Informasi
Manajemen Nasional (Simnas) adalah bagian integral dari Sistem Manajemen Nasional
(Sismennas). Kedua sistem merupakan metodologi dalam pengelolaan negara dan
penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagaimana umumnya sebuah sistem bekerja maka sistem tersebut terdiri dari
beberapa komponen yang interdependen yaitu input-proses-output-outcome. Intinya
berada pada proses Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB) yang
menghasilkan kebijakan umum (general public policy). Hasil TPKB selanjutnya
dijadikan produk perundang-undangan, norma, patokan, pedoman untuk mencapai tujuan
nasional yaitu meningkatnya kesejahteraan/keamanan nasional bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan, antara lain adalah
faktor manusia, faktor lingkungan, kendala di bidang keuangan, keterampilan dan waktu.
Kelembagaan, mekanisme kerja dan faktor kemanusiaan membentuk aparatur negara
dan berperan sebagai subjek dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan tujuan
nasional sesuai dengan visi dan misi. Lingkungan strategis yang memiliki peluang dan
kendala sangat berperan sebagai objek yang diproses. Oleh karena itu Sismennas
memerlukan dukungan Sistem Informasi Manajemen Nasional (Simnas). Sistem ini
merupakan sarana pendukung proses pengambilan keputusan dan menunjang proses
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi (KISS) dalam lingkungan TPKB, juga
sebagai sarana penjabaran tujuan nasional menjadi sasaran pembangunan yang sejalan
dengan visi dan misi. Masukan informasi, pengolahan dan keluaran yang cepat, tepat,
aman dan relevan melalui Simnas dalam mendukung Sismennas akan
menghasilkan keputusan yang benar dengan didukung data yang benar pula.
Perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan yang dapat menampung aspirasi
dan dapat diterima masyarakat merupakan inti dari Sismennas. Tujuan nasional dicapai
melalui berbagai upaya pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh dengan
memadukan faktor karsa, sarana dan upaya (Ends–Means–Ways) untuk mengubah dan
meningkatkan potensi menjadi kemampuan nasional. Potensi nasional dibedakan dalam
Astagatra terdiri dari Trigatra yaitu geografi, demografi dan sumber kekayaan alam,
ketiganya merupakan modal dasar pembangunan, diubah menjadi Pancagatra berupa
kemampuan nasional di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
17

keamanan. Trigatra dan Pancagatra dikelola oleh para penyelenggara negara bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat yang telah menyatukan kehendak sebagai bangsa
untuk memperjuangkan cita-citanya.
Dinamika dalam wadah adalah sistem pemerintahan yang mencerminkan tata laku
dan karakter suatu bangsa dan negara. Penerapan Sismennas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah sebagai piranti dalam mengelola dan
menyelenggarakan segala kegiatan nasional melingkup seluruh aspek kehidupan
masyarakat oleh negara/pemerintah. Sebagai piranti, Sismennas memiliki peran dan
fungsi dalam pengelolaan negara dan penyelenggaraan pemerintahan. Para founding
fathers pendiri NKRI telah meletakkan bangun dan tatanan kenegaraan Indonesia dalam
sebuah konstitusi yang memuat hal-hal pokok dan prinsip-prinsip kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Konstitusi merupakan hukum dasar negara dan harus dipatuhi seluruh masyarakat
di dalamnya. Dalam hal itu yang tertulis adalah undang-undang dasar negara, sedangkan
yang tidak tertulis diberlakukan sebagai konvensi. Bangun dan tatanan kenegaraan
Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945). Para pendiri negara melahirkan sebuah negara dengan bangun ”negara
kesatuan” dan menetapkan tatanan kenegaraan dalam bentuk ”republik”. Kehendak
seluruh rakyat Indonesia mendirikan sebuah negara baru beserta kepemerintahannya.
Secara struktural, unsur utama Sismennas tersusun ke dalam empat tatanan
(setting). Urutan susunan dari dalam ke luar adalah Tata Laksana Pemerintahan (TLP),
Tata Administrasi Negara (TAN), Tata Politik Nasional (TPN), dan Tata Kehidupan
Masyarakat (TKM). Tata Laksana Pemerintahan (TLP) dan Tata Administrasi Negara
(TAN) merupakan tatanan dalam Sismennas (inner setting). Dalam hal itu proses
manajemen berpangkal dan merupakan pusat dari rangkaian pengambilan keputusan
yang berkewenangan. Kata berkewenangan dimaksudkan bahwa keputusan yang diambil
dilandasi oleh hukum bersifat mengikat seluruh anggota masyarakat dan dapat
dipaksakan dengan sanksi. Oleh karena itu, tatanan dalam (TAN dan TLP) merupakan
tatanan yang disebut dengan ”Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB)”
yang merupakan inti Sismennas.Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) dan Tata Politik
Nasional (TPN) merupakan tatanan luar Sismennas (outer setting). TKM itu merupakan
faktor lingkungan dari tatanan sebagai sumber aspirasi kepentingan rakyat dan sumber
kepemimpinan nasional.
18

Untuk penyelenggaraan TPKB, diperlukan proses arus masuk yang dimulai dari
TKM dan TPN sebagai masukan dari lingkungan Sismennas yang berintikan aspirasi dan
kepentingan rakyat. Rangkaian kegiatan TPKB menghasilkan berbagai keputusan. Hasil
keputusan tersebut pada dasarnya merupakan tanggapan pemerintah atas berbagai
aspirasi dan kepentingan rakyat yang terhimpun dalam proses arus keluar untuk
selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Keluaran TPKB tersebut pada umumnya berupa
berbagai kebijakan yang dituangkan dalam bentuk hierarki perundang-undangan dan
peraturan sesuai dengan sifat permasalahan, klasifikasi kebijakan dan instansi atau
pejabat yang mengeluarkan. Proses umpan balik, sebagai bagian dari siklus Sismennas,
menghubungkan arus keluar dengan arus masuk dan akan berproses kembali ke tatanan
pengambilan keputusan Berkewenangan (TPKB). Dengan demikian, secara prosedural,
Sismennas merupakan siklus tak terputus dan berkesinambungan.

9. Dukungan Simnas untuk TPKB. Dukungan Simnas yang utama terhadap


Sismennas adalah untuk proses pengambilan keputusan pada tata pengambilan
keputusan berkewenangan (TPKB). Dalam TPKB terdapat tiga kelompok pembidangan
utama, yaitu arus masuk sebagai unsur masukan/input kepada TPKB, proses
pengolahan dalam TPKB dan arus keluar sebagai unsur keluaran/output dari TPKB.

a. Arus Masuk Sebagai Unsur Masukan/Input Kepada TPKB. Arus yang


masuk dari tata kehidupan masyarakat (TKM) dan tata politik nasional (TPN) ke
TPKB berupa pengenalan aspirasi masyarakat dan seleksi kepemimpinan,
kondisi lingkungan, serta kemampuan bangsa dan negara yang pada tahap
dewasa ini berupa konsensus/keputusan sosial politik.

b. Proses Pengolahan Dalam TPKB. Proses pengolahan dalam TPKB


berupa data pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan
kondisi Ketahanan Nasional (Tannas) memerlukan serangkaian proses
pengambilan putusan yang terintegrasi dalam seluruh aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Semua keputusan tersebut memerlukan informasi
yang relevan dalam konteks dan tepat pada waktunya.

1) Proses penyusunan dan pengelompokan jenis-jenis informasi


dilakukan berdasarkan kewenangan dan fungsional akan ditentukan
kemudian pada saat perancangan sistem itu karena peranan manusia,
19

kelembagaan dan lingkungan perlu dipertimbangkan di dalam


perancangan tersebut.

2) Proses pembangunan nasional memerlukan perangkat putusan yang


dapat diklasifikasikan dalam struktur jaringan Simnas memiliki lingkup
sebagai berikut:

a) nasional yang berisi penelaahan dan kepentingan nasional


secara terpadu dan menyeluruh;

b) departemental yang berisi penelaahan dari segi salah satu


bidang utama kehidupan nasional tertentu;

c) sektoral yang berisi penelaahan dari segi salah satu sektor


tertentu dalam suatu bidang utama; dan

d) regional/wilayah yang berisi penelaahan dan kepentingan


suatu wilayah/daerah tertentu dalam lingkungan negara Republik
Indonesia.

c. Arus Keluar Sebagai Unsur Keluaran (output) dari TPKB. Sismennas


keluarannya adalah kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan sumber daya untuk
peningkatan ketahanan nasional tentu perlu didukung oleh informasi yang terbaik
dan lengkap. Peran teknologi yang handal menjadi sangat penting. Inovasi
teknologi dalam Sismennas dilakukan untuk mengintegrasikan pulau-pulau
informasi yang tersebar baik antar level supra, infra dan substruktur maupun antar
elemen dalam Sismennas. Ada beberapa ciri yang perlu dikembangkan dalam
pengambilan kebijakan nasional yang memanfaatkan teknologi, yaitu keterlibatan
semua pihak, komprehensif, keakuratan data dan kedalaman analisis.
Seperti halnya dalam manajemen modern, Sismennas juga menekankan
pentingnya keterlibatan semua unsur/pihak yang ada dalam proses perencanaan
dan pengambilan keputusan. Keterlibatan tersebut sangat penting, karena harapan
dan keinginan masyarakat sebagai yang dilayani negara seharusnya dapat
merupakan representasi harapan dan keinginan tujuan nasional. Tingkat
Komprehensif dari suatu proses analisis pengambilan kebijakan nasional dengan
memperhatikan Astagatra akan dapat diperoleh benefit terbaik bagi ketahanan
nasional. Data yang digunakan untuk pengambilan kebijakan nasional harus
20

akurat, konsisten antara data satu dengan lainnyadan sesuai dengan aspek atau
isu nasional yang merupakan sasaran nasional.
Data yang digunakan untuk penyusunan kebijakan nasional harus dengan
jelas disebutkan sumbernya, keterkaitannya dengan isu atau aspek yang dibahas,
asumsi dasar penggunaan data tersebut dan metodologi pengumpulan data.
Kualitas dari analisis pengambilan kebijakan nasional secara parsial sudah dapat
dilihat pada ketiga atribut diatas. Sebagai bukti lain bahwa telah dilakukan analisis
yang mendalam dalam berbagai aspek dan isu yang penting adalah adanya
gambaran keterkaitan yang jelas (benang merah) antara permasalahan strategis
nasional yang berhasil diidentifikasi dengan data pendukung analisis,
permasalahan yang berhasil diidentifikasi dengan program atau aktivitas yang
diusulkan guna meningkatkan ketahanan nasional dan kekuatan yang dimiliki dan
peluang bangsa baik secara nasional maupun regional yang dapat dimanfaatkan
dengan program atau aktivitas yang diusulkan.
Sebagian besar organisasi termasuk negara pada umumnya hanya
mengandalkan manajemen puncak (supra struktur) untuk menyusun perencanaan
strategi sebagai implementasi Sismennas, sementara manajemen menengah (infra
struktur) sampai manajemen rendah (substruktur) hanya melakukan implementasi
rencana jangka panjang dan pendek. Sistem manajemen nasional seperti ini hanya
pas untuk lingkungan yang stabil, yang di dalamnya prediksi masih dapat
diandalkan untuk memperkirakan masa depan bangsa. Dalam pengembangan
aktivitas yang tertuang dalam rencana strategis jangka panjang, menengah dan
pendek, negara harus melibatkan seluruh elemen bangsa di semua level dalam
perencanaan strateginya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and
control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan
dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja daya saing bangsa sebagai dasar
ketahanan nasional dalam berbagai level.
TPKB mencakup seluruh perangkat negara yang mendapat kewenangan
dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk membuat
berbagai kebijakan nasional, yang menyangkut segala aspek kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan mengarah kepada cita-cita
nasional. Kebijakan Nasional yang dirumuskan berorientasi kepada kepentingan
masyarakat dengan tolok ukur:

1) Secara politis, penyelenggaraannya dapat diterima masyarakat;


21

2) Secara manajerial, pengerahan dan pemanfaatan sumber daya dapat


efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil optimal yang memiliki nilai guna,
daya guna, hasil guna; dan

3) Secara administratif, penyelenggaraan berjalan dengan tertib.

Sebagaimana dalam manajemen strategis, Sismennas akan melalui siklus:


Perumusan Kebijakan (Policy Formulation), Pelaksanaan Kebijakan (Policy
Implemention) dan penilaian kinerja hasil-hasil pelaksanaan kebijakan (Policy
Evaluation). Kebijakan Nasional yang dihasilkan berkait dengan fungsi
penyelenggaraan pembangunan, adalah kebijakan pembangunan yang
mentransformasikan kepentingan dan aspirasi masyarakat dalam bentuk program
dan kegiatan maupun kebijakan pembangunan lainnya yang harus
diimplementasikan oleh TLP atau pemerintah dan segenap jajarannya, baik vertikal
maupun horizontal. Melalui pemahaman di atas, TPKB mengemban fungsi-fungsi
yang berkait dengan kebijakan umum (pembuatan aturan, penerapan aturan,
penghakiman aturan) dan yang berkait dengan kebijakan pembangunan
(perencanaan, pengendalian dan penilaian).
22

BAB III
PANDANGAN UMUM DAN TEKNOLOGI DASAR
SIMNAS DAN SISMENNAS

10. Umum. Dinamika kehidupan nasional ditengah pergaulan masyarakat antar


bangsa menghadapi kecenderungan semakin intensnya perubahan yang diakselerasi oleh
revolusi informasi, teknologi, komputer, mendorong dunia semakin terbuka dan informasi
menjadi kebutuhan vital umat manusia. Pada tataran kepemerintahan dan dunia bisnis
serta media sosial semakin dituntut adanya e-government,e- business, e-commerce dan
dukungan informasi elektronik lainnya pada berbagai aspek kehidupan.
Pada konteks inilah maka pemerintah memikul tanggung jawab untuk
mengembangkan Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) dan didukung oleh Sistem
Informasi Manajemen Nasional (Simnas) agar pengelolaan kehidupan nasional,
pembangunan aspek keamanan nasional dan kesejahteraan nasional ditetapkan
berdasarkan dukungan informasi terpercaya, manajemen nasional yang handal dan tata
pengambilan keputusan taat asas pada aspek legal dan akuntabilitas publik.

11. Tata Nilai Sismennas dan Teknologi. Ada tiga faktor dalam Sismennas yang
perlu diintegrasikan untuk dapat mencapai tujuan nasional, yaitu karsa, sarana dan upaya.
Karsa adalah kehendak atau tujuan yang akan dicapai. Kondisi ini akan menjadi arah agar
aktivitas yang dilakukan tetap pada jalur pencapaian yang diinginkan. Hal ini terkait
dengan kemampuan di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan, guna mengatasi berbagai permasalahan nasional. Sarana merupakan wadah
dan pemberdayaan segenap potensi sumber daya dalam proses mencapai tujuan. Sarana
merupakan faktor dominan dan sangat diperlukan untuk pemilihan alternatif terbaik dan
mendukung pengambilan kebijakan. Upaya merupakan proses pengambilan keputusan
dari berbagai dimensi melalui tranformasi potensi menjadi kemampuan sesuai yang telah
ditentukan.
Karsa nasional atau tujuan nasional haruslah berwawasan jauh ke depan. Tujuan
nasional ini akan menjadi haluan negara yang diturunkan menjadi beberapa pentahapan
pencapaian baik jangka menengah (national objective) maupun jangka pendek (national
target). Dalam era sekarang ini untuk mentransformasikan sarana menjadi karsa tidak
lepas dalam upaya yang dilakukan akan menggunakan teknologi. Teknologi merupakan
alat bantu yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
23

untuk mencapai tujuan.


Dari sudut pandang administrasi negara, yang dimaksud dengan tata nilai adalah
perpaduan antara administrasi, organisasi dan manajemen. Administrasi identik dengan
faktor karsa, sebagai penentu arah, tujuan atau sasaran dan norma-norma atau cara-cara
pencapaiannya. Organisasi identik dengan faktor sarana, sebagai pewadahan potensi
sumberdaya, sumber dana, serta unsur-unsur pendukung dan penunjang lainnya.
Manajemen identik dengan faktor upaya, berintikan cara bertindak meliputi perumusan,
pengendalian, pengawasan dan penilaian dari organisasi sesuai yang digariskan oleh
administrasi. Tata hubungan faktor karsa, sarana, upaya dalam implementasi berwujud
menjadi perencanaan, penganggaran dan penyusunan program.
Perencanaan yang berkaitan dengan penentuan sasaran yang ingin dicapai
sebagai faktor karsa, penganggaran yang berkaitan dengan pengerahan sumber daya dan
sumber dana sebagai faktor sarana dan Penyusunan Program serta kegiatan dengan
menerapkan teknologi dan manajemen yang baik adalah faktor upaya. Perpaduan antara
faktor karsa, sarana dan upaya merupakan tata nilai Sismennas dan menjadi pedoman
agar memperoleh keberhasilan sesuai yang diharapkan.

12. Aspek Sismennas yang Handal dengan Teknologi. Pada usaha mencapai
tujuan nasional Sismennas memiliki posisi strategis dalam memberdayakan semua
sumber daya nasional. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dalam Sismennas perlu
dibuat ukuran-ukuran (indicators) untuk menilai kinerja (performance) dan capaian kualitas
harus ditetapkan terlebih dahulu. Indikator kinerja (performance indicator) adalah data atau
fakta empiris yang dapat berupa data kualitatif ataupun kuantitatif, yang menandai capaian
dari perkembangan daya saing bangsa sebagai outcome Sismennas. Penentuan indikator
kinerja dalam model Sismennas dapat digunakan untuk menggambarkan efisiensi,
produktivitas dan efektivitas dan faktor-faktor yang dapat menunjukkan ketahanan
nasional seperti: akuntabilitas, kemampuan inovatif dalam konteks menjaga
keberlangsungan bangsa dan kualitas masyarakat yang telah diraihnya dan suasana
politik bangsa. Dengan kata lain, kualitas ketahanan nasional dicerminkan dengan
konvergensi dari seluruh indikator kinerja tersebut.
Pemanfaatan inovasi teknologi untuk membangun Sismennas diharapakan akan
dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, efektivitas, akuntabilitas dan kemampuan
inovasi bangsa. Inovasi teknologi yang relevan dalam implementasi Sismennasakan
mampu meningkatkan ketahanan nasional sebagai tujuan nasional.Efisiensi dalam
24

Sismennas adalah kesesuaian antara masukan (termasuk sumberdaya) dengan proses


yang dilaksanakan. Tingkatan efisiensi dapat diperlihatkan dengan bagaimana peran dan
kinerja manajemen sumberdaya (TPKB) dalam pelaksanaan proses tersebut. Tingkat
efisiensi dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara sumberdaya yang telah
dimanfaatkan dengan sumberdaya yang dapat/harus digunakan dalam melaksanakan
proses tersebut. Semakin kecil hasil perbandingan tersebut, maka semakin kecil tingkat
efisiensinya. Produktivitas adalah kesesuaian antara proses dengan keluaran yang
dihasilkan. Tingkat produktivitas umumnya diperlihatkan dengan perbandingan jumlah
keluaran yang dihasilkan dari suatu proses dengan memanfaatkan sumberdaya dengan
standar tertentu. Namun perlu diperhatikan, bahwa perubahan proses dapat
mempengaruhi tingkat produktivitas.
Efektivitas adalah kesesuaian antara tujuan atau sasaran dengan keluaran yang
dihasilkan. Tingkat efektivitas dapat diperlihatkan dengan membandingkan tujuan dengan
hasil dari proses (termasuk dampak yang dihasilkan). Akuntabilitas adalah tingkat
pertanggungjawaban yang menyangkut bagaimana sumberdaya yang diterima oleh
pemerintah di semua level baik supra, infra maupun substruktur dimanfaatkan dalam
upaya dan kegiatan untuk mencapai tujuan nasional yang telah ditetapkan.
Pertanggungjawaban menyangkut tingkat efisiensi, kesesuaian dengan norma dan
peraturan yang berlaku umum dan lain sebagainya. Kemampuan inovatif adalah tingkat
fleksibilitas bangsa untuk bereaksi terhadap perubahan sosial dalam masyarakat (TKM
dan TPN). Didalam merencanakan dan implementasi aktivitas fungsionalnya, setiap level
struktur harus selalu memperhatikan dan mengacu pada perubahan-perubahan yang
terjadi di masyarakat. Setiap perubahan yang terjadi di masyarakat akan berdampak pada
TLP dan TAN. Apabila suatu bangsa tidak mempunyai kemampuan inovasi atau tidak
mampu mengakomodasi maupun mengantisipasi perubahan yang terjadi, maka bangsa
tersebut akan memiliki ketahanan nasional yang rendah.

13. Teknologi dalam Pengambilan Keputusan Strategis Sismennas. Sebagaimana


diketahui dalam Sismennas keluarannya adalah kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan
sumber daya untuk peningkatan ketahanan nasional tentu perlu didukung oleh informasi
yang terbaik dan lengkap. Peran teknologi yang handal menjadi sangat penting. Inovasi
teknologi dalam Sismennas dilakukan untuk mengintegrasikan berbagai macam/jenis
informasi yang tersebar baik antar level supra, infra dan substruktur maupun antar elemen
dalam Sismennas. Ada beberapa ciri yang perlu dikembangkan dalam pengambilan
kebijakan nasional yang memanfaatkan teknologi yaitu keterlibatan semua pihak,
25

komprehensif, keakuratan data dan kedalaman analisis. Inovasi teknologi digunakan untuk
memperbaiki hal-hal tersebut.
Seperti halnya dalam manajemen modern, Sismennas juga menekankan
pentingnya keterlibatan semua unsur/pihak yang ada dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan. Keterlibatan tersebut sangat penting, karena harapan dan
keinginan masyarakat sebagai yang dilayani negara seharusnya dapat merupakan
representasi harapan dan keinginan tujuan nasional. Tingkat Komprehensif dari suatu
proses analisis pengambilan kebijakan nasional dengan memperhatikan astagatra akan
dapat diperoleh benefit terbaik bagi ketahanan nasional. Data yang digunakan untuk
pengambilan kebijakan nasional harus akurat, konsisten antara data satu dengan lainnya
dan sesuai dengan aspek atau isu nasional yang merupakan sasaran nasional. Data yang
digunakan untuk penyusunan kebijakan nasional harus dengan jelas disebutkan
sumbernya, keterkaitannya dengan isu atau aspek yang dibahas, asumsi dasar
penggunaan data tersebut dan metodologi pengumpulan data. Kualitas dari analisis
pengambilan kebijakan nasional secara parsial sudah dapat dilihat pada ketiga atribut
diatas.
Sebagai bukti lain bahwa telah dilakukan analisis yang mendalam dalam berbagai
aspek dan isu yang penting adalah adanya gambaran keterkaitan yang jelas (benang
merah) antara permasalahan strategis nasional yang berhasil diidentifikasi dengan data
pendukung analisis, permasalahan yang berhasil di identifikasi dengan program atau
aktivitas yang diusulkan guna meningkatkan ketahanan nasional, kekuatan yang dimiliki
dan peluang bangsa baik secara nasional maupun regional yang dapat dimanfaatkan
dengan program atau aktivitas yang diusulkan.

14. Pendekatan Teknologis dan Langkah Implementasi TPKB Sebagai Kunci


Sismennas. Sebagian besar organisasi termasuk negara pada umumnya hanya
mengandalkan manajemen puncak (supra struktur) untuk menyusun perencanaan strategi
sebagai implementasi Sismennas, sementara manajemen menengah (infra struktur)
sampai manajemen rendah (substruktur) hanya melakukan implementasi rencana jangka
panjang dan pendek. Sistem manajemen nasional seperti ini hanya pas untuk lingkungan
yang stabil yang didalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk memperkirakan masa
depan bangsa. Dalam pengembangan aktivitas yang tertuang dalam rencana strategis
jangka panjang, menengah dan pendek, negara harus melibatkan seluruh elemen bangsa
di semua level dalam perencanaan strateginya untuk mengubah mode operasi organisasi
dari plan and control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan
26

akan dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja daya saing bangsa sebagai dasar
ketahanan nasional dalam berbagai level (Effendi, 2009; Kartasasmita, 2009).
TPKB mencakup seluruh perangkat negara yang mendapat kewenangan dan
tanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk membuat berbagai kebijakan
nasional, yang menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, dengan mengarah kepada cita-cita nasional. Kebijakan Nasional yang
dirumuskan berorientasi kepada kepentingan masyarakat dengan tolok ukur yaitu secara
politis, penyelenggaraannya dapat diterima masyarakat, secara manajerial, pengerahan
dan pemanfaatan sumber daya dapat efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil optimal
yang memiliki nilai guna, daya guna, hasil guna dan secara administratif, penyelenggaraan
berjalan dengan tertib.
Sebagai suatu sistem, Sismennas dalam mengemban fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan (Wrihatnolo : 2006). Sebagaimana
dalam manajemen strategis, Sismennasakan melalui siklus: Perumusan Kebijakan (Policy
Formulation), Pelaksanaan Kebijakan (Policy Implemention) dan Penilaian Kinerja hasil-
hasil pelaksanaan kebijakan (Policy Evaluation).
Kebijakan Nasional yang dihasilkan berkait dengan fungsi penyelenggaraan
pembangunan adalah Kebijakan Pembangunan yang mentransformasikan kepentingan
dan aspirasi masyarakat dalam bentuk program dan kegiatan, maupun kebijakan
pembangunan lainnya yang harus diimplementasikan oleh TLP atau pemerintah dan
segenap jajarannyan, baik vertikal maupun horizontal. Melalui pemahaman di atas, TPKB
mengemban fungsi-fungsi yang berkait dengan kebijakan umum (pembuatan aturan,
penerapan aturan, penghakiman aturan) dan yang berkait dengan kebijakan
pembangunan (perencanaan, pengendalian, penilaian).
Untuk menjalankan Sismennas berbasis teknologi modern ada beberapa langkah
yang dapat digunakan agar tujuan nasional dapat diraih, sebagai berikut:

a. Langkah pertama adalah penilaian tujuan mendasar bangsa (Pancasia dan


UUD 1945), tantangan, kemampuan dan nilai. Tahap ini juga mencakup persiapan
untuk perencanaan manajemen perubahan dalam manajemen nasional yang fokus
pada komunikasi untuk mengidentifikasi pesan-pesan kunci, media yang
digunakan, waktu dan pemberi pesan ideologi bangsa. Manajemen perubahan
dengan mengelola komunikasi akan memberikan pengaruh kuat pada penyampaian
tujuan nasional ke berbagai pihak (Waits, 2007; Yudhoyono, 2010).
27

b. Langkah Kedua adalah menentukan hasil-hasil strategis, tema strategis dan


perspektif yang digunakan dalam pengelolaan sumberdaya nasional.

c. Langkah Ketiga adalah menjabarkan elemen-elemen strategis dari langkah


satu dan dua menjadi sasaran strategis yang akan menjadi batu bata penyusunan
strategi dan menentukan intensitas strategis nasional. Sasaran adalah hal pertama
yang diinisiasi dan dikategorisasikan dalam beberapa level tema. Sebagai sebuah
hubungan sebab akibat (cause-effect linkages). Formulasi ini akan terlihat sebagai
peta strategi (Strategy Maps) yang digabungkan dengan berbagai indikator kinerja
(Nuh, 2010; Putera, 2010).

d. Langkah Keempat adalah pengembangan ukuran kinerja untuk tiap-tiap


sasaran strategis baik pada input, proses, output ataupun level supra, infra dan
substruktur. Ukuran yang mendorong dan menghambat tercapainya sasaran perlu
diidentifikasi, target ditetapkan dan data dasar (baseline) dan benchmarking perlu
ditentukan.

e. Langkah Kelima adalah pengembangan inisiatif strategis untuk mendukung


sasaran strategis. Untuk membangun akuntabilitas manajemen organisasi, rasa
kepemilikan atas ukuran-ukuran kinerja dan inisiatif strategis perlu diperjelas untuk
semua elemen bangsa.

f. Langkah Keenam adalah memulai implementasi proses dengan menerapkan


manajemen kinerja (menggunakan software) untuk memperoleh informasi yang
akurat dan benar dari semua orang dalam organisasi pada waktu yang tepat.
Keakuratan informasi ini akan memperbaiki keputusan yang akan diambil dalam
menjalankan strategi.

g. Langkah Ketujuh adalah menjabarkan scorecard nasional (supra struktur)


menjadi scorecard level propinsi (infra struktur) dan daerah (substruktur). Proses
cascading ini merupakan kunci untuk memastikan bahwa semua proses bisnis yang
dijalankan telah saling bersinergi. Ukuran kinerja yang digunakan dapat
memastikan bahwa semua elemen Sismennas tumbuh untuk berperan serta dalam
pertumbuhan daya saing bangsa untuk ketahanan nasional.
28

h. Langkah Kedelapan adalah evaluasi ketika scorecard selesai dijalankan


dalam satu periode waktu. Selama proses evaluasi ini, pemerintah berusaha untuk
menjawab pertanyaan seperti apakah strategi nasional berjalan? Apakah
Sismennas mengukur kinerja dengan benar, apakah lingkungan telah berubah?
Apakah sumber daya nasional terencanakan dan berjalan baik?

15. E-Life. E-life merupakan perkembangan teknologi kehidupan, artinya kehidupan


ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sekarang ini sedang
semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti e-Commerce, e-
Government, e-Planning, e-Budgeting, e-Education, e-Library dan yang lainnya lagi yang
berbasis elektronika. Perkembangan teknologi elektronika dan digital demikian pesat
disertai dengan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, tepat, akurat dan aman
terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.

16. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Melalui


Instruksi Presiden Nomor 06 tanggal 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi,
Media dan Informatika), aparat pemerintah harus memanfaatkan teknologi telematika
dengan tujuan untuk mempercepat proses reformasi yang mengedepankan demokrasi.
Selain itu serta diperkuat dengan Instruksi Presiden Nomor 03 tanggal 9 Juni 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government dengan
Departemen Komunikasi dan Informasi perkembangan teknologi yang menjadi leading
sector untuk mewujudkan implementasi tersebut.
Dengan demikian e-government wajib diperkenalkan kepada masyarakat luas di
kantor-kantor pemerintah tingkat pusat dan daerah dengan tujuan yang berbeda-beda.
Penggunaan teknologi telematika diharapkan menghasilkan simplifikasi hubungan antara
masyarakat dan pemerintah, yaitu dalam bentuk-bentuk, antara lain Government to citizen
(G2C), Government to business (G2B) dan Government to government (G2G). Sosialisasi
yang baik dan menyeluruh terhadap aparat dan masyarakat luas sangat diharapkan
meskipun disadari bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, melalui fasilitas search engine
dalam program internet yang ada di masyarakat luas harus dapat ditemukan beberapa
lamane-government yang menarik dan sekaligus penting sebagai gambaran nyata
perkembangan transparansi dan akuntabilitas publik dan pengelolaan keuangan negara
di Indonesia dalam rangka mewujudkan good governance melalui e-government.
Masalah yang masih perlu dipecahkan adalah pengorganisasian dan pelaksanaan
29

e-government secara cepat, tepat, efektif, efisien dan terpadu sehingga masyarakat
luasdapat mengakses dengan mudah, baik yang berada dipemerintah pusat maupun
yang berada dipemerintah daerah. Dengan demikian, Simnas umumnya dan e-
government khususnya, mulai tingkat terendah sampai tingkat tertinggi berdasarkan
strata strategis dan operasional tampaknya akan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa. Hal itu disebabkan oleh Simnas
dengan e-governmentnya, bukan hanya sebagai pendukung penyedia informasi,
melainkan juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengawasan yang transparan bagi
masyarakat luas.
30

BAB IV
SISMENNAS DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

17. Umum. Menyadari betapa pentingnya arti mewujudkan good governance, maka
seluruh aparatur negara dituntut harus mampu meningkatkan kinerja. Salah satu upaya
untuk mewujudkan good governance serta menjawab tuntutan masyarakat tersebut, perlu
dikembangkan Sistem Informasi Manajemen Nasional (Simnnas) dan percepatan proses
kerja dilingkungan pemerintah (baik pusat maupun daerah) dengan melakukan
modernisasi administrasi melalui pengelolaan data secara elektronik, otomatisasi di
bidang administrasi perkantoran serta modernisasi penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat, sebagai perwujudan e-government yaitu penyelenggaraan pemerintahan
berbasis elektronik (teknologi informasi).

18. Good Governance dan Reformasi Birokrasi. Globalisasi yang menyentuh


berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah pemerintahan negara menuntut reformasi
sistem perekonomian dan pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan
interaksi perekonomian antar daerah dan antarbangsa berlangsung lebih efisien. Kunci
keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing dan kunci dari daya saing
adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepastian kebijakan publik
dalam tatanan good governance. Good Governance adalah seperangkat proses yang
diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan keputusan.
Tata laksana pemerintahan yang baik ini walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya
segala sesuatu akan menjadi sempurna, namunapabila dipatuhi jelas dapat mengurangi
penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.Secara umum istilah good governance memiliki
pengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), merumuskan arti good
governance atau Asas Umum Pemerintahan Negara Yang Baik sebagai “asas yang
menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan norma hukum, untuk mewujudkan
Penyelengara Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme”. Good
Governance meniscayakan adanya transparansi disegala bidang. Hal ini untuk mengikis
budaya korupsi yang mengakibatkan kebocoran anggaran dalam penggunaan uang
negara untuk kepentingan individu atau golongan bukan untuk kesejahteraan rakyat.
31

Dalam rangka menyelamatkan keuangan negara, banyak upaya pemerintah yang sudah
dilaksanakan diantaranya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.Kemudian dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah semakin jelas keseriusan pemerintah dalam hal pembenahan sistem
pengelolaan keuangan negara penerapan PP Nomor 60 Tahun 2008 bukan hanya
tanggung jawab BPKP tetapi seluruh instansi pemerintah guna mewujudkan Good
Governance dan Clean Government.
Banyak badan-badan donor internasional seperti IMF dan Bank Dunia
mensyaratkan diberlakukannya unsur-unsur tata laksana pemerintahan yang baik sebagai
dasar bantuan dan pinjaman yang akan mereka berikan. Tata laksana pemerintahan yang
baik ini menurut Bank Dunia dapat dipahami dengan memberlakukan delapan
karakteristik dasarnya yaitu partisipasi aktif, tegaknya hukum, transparansi, responsive,
berorientasi akan musyawarah untuk mendapatkan mufakat, keadilan serta perlakuan
yang sama untuk semua orang, efektif dan ekonomis serta dapat dipertanggungjawabkan.
Berlakunya karakteristik-karakteristik di atas biasanya menjadi jaminan untuk
meminimalkan terjadinya korupsi, pandangan minoritas terwakili dan dipertimbangkan,
pandangan dan pendapat kaum yang paling lemah didengarkan dalam pengambilan
keputusan. Indonesia (Bappenas) mengembangkannya menjadi sepuluh prinsip yaitu:

a. Akuntabilitas. Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan


dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.

b. Pengawasan. Meningkatkan upaya pengawasan terhadap


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan
keterlibatan swasta dan masyarakat luas.

c. Daya Tanggap. Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintahan


terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.

d. Profesionalisme. Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara


pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan
biaya terjangkau.
32

e. Efisiensi dan Efektivitas. Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada


masyarakat dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab.

f. Transparansi. Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah


dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam
memperoleh informasi.

g. Kesetaraan. Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat


untuk meningkatkan kesejahteraannya.

h. Wawasan kedepan. Membangun daerah berdasarkan visi dan strategi


yang jelas dan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan,
sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan
daerahnya.

i. Partisipasi. Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam


menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut
kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

j. Penegakan Hukum. Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua


pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat.

Penerapan tata pemerintahan yang baik adalah pelayanan publik yang lebih baik
kepada masyarakat. Untuk mencapai cita-cita ideal tersebut, maka sistem birokrasi perlu
direformasi. Selama ini birokrasi cenderung tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Birokrasi yang ada tidak bisa menciptakan efisiensi dan efektivitas kerja, sehingga
birokrasi sering dianggap menjadi penghambat untuk mencapai tujuan pemerintahan.
Pihak-pihak yang dituntut untuk melakukan reformasi tidak hanya negara saja, akan tetapi
juga dunia usaha (corporate) dan masyarakat luas (civil society). Secara umum, tuntutan
reformasi berupa penciptaan good corporate governance di sektor swasta, good public
33

governance dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembentukan good civil


society atau masyarakat luas yang mampu mendukung terwujudnya good governance.
Implementasi governance ada tiga pilar yang terlibat yaitu Public governance yang
merujuk pada lembaga pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai tata
kepemerintahan yang baik di lembaga-lembaga pemerintahan, Corporate
governance yang merujuk pada dunia usaha, sehingga dapat diartikan sebagai tata kelola
perusahaan yang baik dan civil society atau masyarakat luas. Ketiga pilar tersebut tidak
dapat dipisahkan, akan tetapi terintegrasi utuh. Sebab, perubahan itu adalah tugas semua
elemen yang membutuhkan koordinasi serta konsolidasi yang baik. Good
governance akan terwujud jika ketiga pilar (pemerintah, swasta dan masyarakat) mampu
bekerja sama dan bersinergi, apalagi jika saling menyalahkan. Semua aspek saling
terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan, karena good governance merupakan sistem yang
akan tegak jika elemen-elemennya bekerja harmonis dan koordinatif sesuai dengan
aturan/mekanisme yang berlaku.
Dalam konteks itulah maka Indonesia menerapkan reformasi birokrasi, yaitu suatu
perubahan signifikan elemen-elemen birokrasi seperti kelembagaan, sumberdaya
manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, aparatur, pengawasan dan pelayanan
publik, yang dilakukan secara sadar untuk memposisikan diri (birokrasi) kembali, dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan yang dinamis. Pemerintah
mengukuhkan reformasi birokrasi kedalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Program reformasi birokrasi melingkupi cakupan yang sangat luas dari mulai
pembenahan aturan, administrasi, rightsizing, perbaikan pelayanan masyarakat,
perubahan mind set, pencegahan korupsi dan penyimpangan dan berbagai persoalan
lainnya. Perubahan tersebut dilakukan untuk melaksanakan peran dan fungsi birokrasi
secara tepat, cepat dan konsisten, guna menghasilkan manfaat sesuai diamanatkan
konstitusi. Perubahan kearah yang lebih baik, merupakan cerminan dari seluruh
kebutuhan yang bertitik tolak dari fakta adanya peran birokrasi saat ini yang masih jauh
dari harapan. Hasil proses reformasi birokrasi di Indonesia yang merupakan bagian dari
pembangunan aparatur negara untuk mendukung keberhasilan pembangunan di segala
bidang dan akan dapat dirasakan manfaat optimalnya pada 10 hingga 15 tahun
mendatang atau pada 2023 hingga 2028.
34

19. Simnas, Pembangunan Nasional dan Good Governance. Tujuan bangsa


Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan bangsa
Indonesia harus terus menerus diupayakan realisasinya sehingga benar-benar dapat
dirasakan hasilnya oleh seluruh rakyat Indonesia.Untuk itulah pembangunan di segala
bidang harus dilakukan secara terprogram, terarah, sistemik, berkesinambungan dan
berkelanjutan.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki modal yang sangat
besar, baik sumber daya alam, letak geografis yang strategis, struktur demografis
penduduk, sumber daya kultural yang beragam dan kuat serta manusia-manusia yang
memiliki potensi dan kreativitas yang tidak terbatas. Krisis dan tantangan global yang
melanda dunia harus bisa diubah menjadi peluang dan kesempatan. Demografi Indonesia
terdiri dari berbagai suku, ras dan golongan yangsecara kuantitas dan kualitas, penduduk
Indonesia merupakan sumber daya potensial yang dapat diberdayakan dalam berbagai
strata dan profesi. Sedangkan sumber kekayaan alam memiliki keragaman hayati, nabati
dan mineral. Luas laut yang mendominasi dua pertiga wilayah Indonesia memiliki
kandungan yang tak ternilai bagi kemakmuran bangsa. Ketiga potensi alami tersebut perlu
dikelola, diolah dan diberdayakan menjadi kemampuan nyata untuk kesejahteraan bangsa
dan negara.
Perpaduan antara faktor karsa, sarana dan upaya merupakan metode untuk
mengubah setiap potensi yang ada menjadi kemampuan agar memperoleh keberhasilan
(outcome) sesuai yang diharapkan. Dalam lingkup tata kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, secara konseptual mengubah Trigatra (potensi alamiah)
menjadi Pancagatra (kemampuan). Kemampuan nyata yang perlu dibangun adalah
kemampuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan kemampuan pertahanan
keamanan. Kelima kemampuan tersebut dikenal dengan sebutan Pancagatra atau gatra
dinamis yang harus selalu ditingkatkan secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Sinergi dari kemampuan tersebut mewujudkan ketahanan nasional bangsa Indonesia
sehingga mampu menghadapi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.
Dalam menyelenggarakan pembangunan nasional, bangsa Indonesia menentukan
tujuan dan sasaran pembangunan nasionalnya yang memiliki kejelasan dalam setiap
tahapannya. Kepentingan utama bangsa Indonesia adalah tetap tegaknya Negara
35

Kesatuan Republik Indonesia dan berlangsungnya pembangunan nasional secara aman,


berlanjut dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan cita-cita nasional dan mencapai
tujuan nasional, disusun suatu program pembangunan nasional yang diproyeksikan dalam
periode lima tahun sekali yang disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN).
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) antara lain memberikan amanat lima tujuan pelaksanaan sistem
perencanaan pembangunan nasional, yaitu:

a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan.

b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antardaerah,


antarruang, antarwaktu dan antarfungsi pemerintah, maupun antarpusat dan
daerah.

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,


pelaksanaan dan pengawasan.

d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

e. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,


berkeadilan dan berkelanjutan.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran dari Visi,
misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang memuat strategi pembangunan
nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas
kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
Pembangunan nasional memerlukan keterpaduan tata nilai, struktur dan proses.
Keterpaduan tersebut merupakan himpunan usaha untuk mencapai efisiensi, daya guna,
dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan sumber dana dan daya nasional
guna mewujudkan tujuan nasional. Karena itu, kita memerlukan Sistem Manajemen
Nasional (Sismennas). Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan
36

penyelenggaraan siklus kegiatan perumusan, pelaksanaan dan pengendalian


pelaksanaan kebijaksanaan. Sistem manajemen nasional memadukan seluruh upaya
manajerial yang melibatkan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban
sosial, politik dan administrasi.
Suksesnya pelaksanaan pemerintahan ditandai dengan berhasilnya tugas-tugas di
bidang pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut
akan sangat ditentukan oleh peranan dan kemampuan lembaga pemerintah baik di pusat
maupun daerah serta daya dukung data dan informasi yang memadai dalam menangani
tugas-tugasnya berdasarkan prinsip pengelolaan pemerintahan yang baik menuju
terciptanya suatu sistem pemerintahan yang lebih baik dan bertanggungjawab (good
governance).
Pada saat yang bersamaan, tatanan kehidupan dunia dewasa ini telah
mempercepat pergeseran waktu dimana orang dengan cepat dapat mengetahui sesuatu
yang terjadi di tempat lain pada saat yang bersamaan dan silih bergantinya kondisi sosial
politik yang tidak pasti (uncertainty). Selanjutnya berbagai perkembangan dalam bidang
sains dan teknologi informasi akibat laju globalisasi telah mengantarkan lahirnya
masyarakat global yang dapat dengan cepat mengetahui perkembangan di belahan dunia
lain pada saat yang bersamaan (real time). Keadaan tersebut perlu diwaspadai,
khususnya bagi para pengambil keputusan baik dipusat maupun di daerah dalam rangka
otonomi daerah terhadap kemungkinan akibat yang ditimbulkannya, terutama dalam segi
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan politik, ekonomi serta pertahanan
dan keamanan. Ditengah dunia yang sudah tanpa batas (borderless), good governance
mutlak diperlukan guna menunjang pelaksanaan pemerintahan apalagi dalam era otonomi
daerah seperti sekarang ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan selain manusia,
pengambil keputusan itu sendiri juga faktor lingkungan strategis baik lokal maupun global
dan kendala-kendala lain yang berpengaruh dalam menciptakan good governance. Di sisi
lain, pembangunan nasional dalam era otonomi daerah yang diarahkan untuk
meningkatkan kondisi ketahanan nasional memerlukan serangkaian proses pengambilan
keputusan yang terintegrasi dalam bingkai good governance dalam seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua keputusan yang dihasilkan dari good
governance tersebut memerlukan berbagai input informasi yang akurat (validity)
terpercaya (reliability) dan tepat waktu (on time).
37

Setiap pembaharuan dan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


dewasa ini, dimaksudkan dalam rangka menuju terwujudnya pemerintahan yang
demokratis guna terwujudnya good governance. Sasaran yang hendak dicapai oleh
pemerintah pusat maupun daerah dari good governance adalah diperolehnya birokrasi
yang handal dan profesional, efisien, produktif serta mampu memberikan pelayanan
berkualitas kepada masyarakat. Salah satu upaya untuk mewujudkan good governance
serta menjawab tuntutan masyarakat tersebut, perlu dikembangkan Sistem Informasi
Manajemen Nasional (Simnas) dan percepatan proses kerja dilingkungan pemerintah
(baik pusat maupun daerah) dengan melakukan modernisasi administrasi melalui
pengelolaan data secara elektronik, otomatisasi di bidang administrasi perkantoran serta
modernisasi penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, sebagai perwujudan e-
government yaitu penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik (teknologi
informasi).
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada setiap proses
penyelenggaraan pemerintahan merupakan kebutuhan yang mendesak apalagi dalam era
otonomi daerah yaitu dalam rangka pengolahan data, mendukung pertukaran data dan
informasi serta penyaluran informasi secara cepat, tepat dan akurat. Apalagi jika dikaitkan
antara tuntutan untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada masyarakat dalam era
otonomi daerah dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan
kepulauan, maka keberadaan teknologi informasi dan komunikasi mempunyai peranan
penting dan strategis.
Terkait dengan teknologi informasi, tujuan pembangunan nasional dalam era
demokratisasi adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata,
materiil dan spiritual serta menghargai nilai-nilai lokal berdasarkan Pancasila dalam
wadah NKRI. Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya pembangunan disegala bidang saat
ini harus terus ditingkatkan mengingat permasalahan yang dihadapi semakin luas dan
kompleks dan dihadapkan pada kurun waktu yang setiap saat berubah. Secara global,
ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah berkembang dengan pesat, sementara
tenaga-tenaga ahli dan terampil di Indonesia (terutama di daerah) yang menguasai
teknologi informasi masih sangat kurang.Kendala-kendala dibidang koordinasi
perencanaan dan pelaksanaan masih perlu ditingkatkan antara pemerintah pusat dan
daerah, terlebih lagi bagi pemerintah daerah karena belum ditunjang oleh good
governance.
38

Dewasa ini, Sistim Informasi Nasional di Indonesia belum berkembang dengan baik
dimana landasan kebijakan tentang konsep ini dirasakan belum jelas pula. Di samping itu,
masih terdapatnya perbedaan pandang mengenai teknologi informasi diantara pengguna
sistem informasi dan komunikasi, juga belum terciptanya good governance, baik di
pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah. Hal tersebut diatas kiranya perlu
mendapat perhatian dari segenap komponen bangsa dalam era otonomi daerah ini untuk
lebih meningkatkan keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
serta memantapkan sistem manajemen yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita
nasional dan tujuan nasional. Karena untuk pencapaian suatu tujuan tertentu diperlukan
adanya suatu keterpaduan upaya dalam suatu sistem informasi manajemen yang
terintegrasi dan bersifat nasional.

Simnas merupakan salah satu dari instrumental input dalam sistem pembangunan
nasional guna menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Inti dari Simnas adalah
terciptanya tatanan pengambilan keputusan berkewenangan yang merupakan fungsi
manajerial yang dimulai dari proses pengolahan pendapat masyarakat, proses
pengolahan pendapat/tanggapan politik yang muncul, yang kemudian melalui proses
pengolahan tertentu akan menghasilkan aturan, norma, pedoman dalam bentuk
administratif yang merupakan kebijakan umum untuk memudahkan dalam pelaksanaan
agar tercipta tertib administrasi, tertib politik dan tertib sosial, serta meningkatkan daya
guna dan hasil guna yang diinginkan.
Terkait dengan penciptaan good governance, Simnas memiliki posisi penting untuk
memadukan antara kepentingan pusat dan daerah sehingga tercipta hubungan yang
harmonis antara pusat dan daerah secara seimbang. Simnas yang terintegrasi
memungkinkan terpadunya keselarasan program antara pusat dan daerah sehingga
tercipta good governance. Tampak secara jelas betapa pentingnya sistem informasi
manajemen nasional dalam menyajikan informasi secara lengkap, akurat dan tepat waktu
dalam era otonomi daerah seperti sekarang ini.
Simnas tidak saja sebagai pendukung dalam proses pengambilan keputusan dan
sarana, tetapi lebih luas merupakan sarana penjabaran dalam peningkatan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi ketatalaksanaan. Dimana selama proses tersebut akan terjadi
proses perkiraan, perhitungan, analisis, penilaian, perencanaan, pengawasan dan
sebagainya, terutama untuk menghadapi hal-hal yang akan datang yang bersifat
perkiraan, kendala dan peluang. Untuk mewujudkan Simnas yang akuntabel dan
39

terintegrasi dalam rangka otonomi daerah, diperlukan adanya jejaring (network) dari
simpul-simpul jaringan sesuai spesialisasi dalam jenis informasi.
Hal tersebut tergabung dan terkoordinasi dalam Sistem Informasi Nasional yang
memiliki akses informasi yang terfokus dan akurat sesuai dengan bidang yang meliputi
bidang Ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan strategis yang
berpengaruh. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa
penerapan Simnas guna mewujudkan good governance guna menunjang proses
pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan kondisi ketahanan nasional
memerlukan serangkaian proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang
terintegrasi dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara mulai dari pusat
sampai daerah.

Semua proses pengambilan keputusan tersebut memerlukan keterpaduan


informasi yang akurat terpercaya dan tepat waktu, agar keputusan/kebijakan yang
dihasilkan dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna serta langsung menyentuh
sasaran yang diinginkan. Guna mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya suatu
keterpaduan upaya dalam suatu sistem yang disebut Sismennas yang didukung oleh
Sistem Informasi Manejemen Nasional (Simnas) yang merupakan jaringan dari Sistem
Manajemen Nasional, dengan demikian akan terwujud suatu sistem pemerintahan yang
baik (good governance).

20. Pembangunan Zona Integritas. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sejak tahun


2009 terus dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025,
saat ini pelaksanaan Reformasi Birokrasi telah memasuki periode kedua dan akan menuju
periode ketiga atau periode terakhir masa berlaku Road Map. Pada periode pertama
hingga periode kedua telah tercapai banyak kondisi yang mendukung sasaran Reformasi
Birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih, akuntabel, dan berkinerja tinggi; birokrasi yang
efektif dan efisien; dan birokrasi yang mempunyai pelayanan publik yang berkualitas.
Birokrasi sebagai pelaksana tugas pemerintah terus melakukan perubahan dalam
mencapai sasaran Reformasi Birokrasi dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik
serta memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Agar masyarakat
merasakan hasil percepatan Reformasi Birokrasi yang telah dilakukan pemerintah,
terutama pada unit kerja, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kementerian PANRB) telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
40

Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah. Peraturan Menteri tersebut
merupakan acuan bagi instansi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
membangun Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Selain itu, Peraturan Menteri tersebut merupakan
rujukan untuk memberikan keseragaman pemahaman dan tindakan dalam membangun
Zona Integritas Menuju WBK/WBBM.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Perpres Stranas PK), terdapat tiga sektor prioritas
pencegahan korupsi yaitu, perijinan dan tata niaga; keuangan negara; dan penegakan
hukum dan Reformasi Birokrasi. Salah satu sub aksi pada sektor penegakan hukum dan
Reformasi Birokrasi adalah tentang pembangunan Zona Integritas. Pembangunan Zona
Integritas dianggap sebagai role model Reformasi Birokrasi dalam penegakan integritas
dan pelayanan berkualitas. Dengan demikian pembangunan Zona Integritas menjadi
aspek penting dalam hal pencegahan korupsi di pemerintahan. Oleh karena itu, dalam
rangka meningkatkan kualitas pembangunan dan pengelolaan unit kerja yang telah
membangun Zona Integritas maka diperlukan revisi atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah. Revisi Peraturan
Menteri ini mengatur lebih detail tentang mekanisme pelaksanaan pembangunan unit
kerja yang telah membangun Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

21. Tahap-Tahap Pembangunan Zona Integritas.

a. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas

1) Pencanangan Pembangunan Zona Integritas adalah


deklarasi/pernyataan dari pimpinan suatu instansi pemerintah bahwa
instansinya telah siap membangun Zona Integritas.

2) Pencanangan Pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi


pemerintah yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya
telah menandatangani Dokumen Pakta Integritas. Penandatanganan
dokumen Pakta Integritas dapat dilakukan secara massal/serentak pada
41

saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka
mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang
belum seluruh pegawainya menandatangani Dokumen Pakta Integritas,
dapat melanjutkan/melengkapi setelah pencanangan pembangunan Zona
Integritas.

3) Pencanangan Pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat


yang berada di bawah koordinasi Kementerian dapat dilakukan bersama-
bersama. Sedangkan Pencanangan Pembangunan Zona Integritas di
instansi daerah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota bersama-bersama
dalam satu provinsi.

4) Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilaksanakan secara


terbuka dan dipublikasikan secara luas dengan maksud agar semua pihak
termasuk masyarakat dapat memantau, mengawal, mengawasi dan
berperan serta dalam program kegiatan reformasi birokrasi khususnya di
bidang pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;

5) Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona


Integritas untuk instansi pusat dilaksanakan oleh pimpinan instansi
pemerintah.

6) Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona


Integritas untuk instansi daerah dilaksanakan oleh pimpinan instansi
pemerintah daerah.

7) KPK, ORI, unsur masyarakat lainnya (perguruan tinggi, tokoh


masyarakat/LSM, dunia usaha) dapat juga menjadi saksi pada saat
pencanangan ZI untuk instansi pusat dan instansi daerah.

b. Proses Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK/WBBM Proses


pembangunan Zona Integritas merupakan tindak lanjut pencanangan yang telah
dilakukan oleh pimpinan instansi pemerintah. Proses pembangunan Zona Integritas
difokuskan pada penerapan program Manajemen Perubahan, Penataan
Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan
Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang bersifat
42

konkrit. Dalam membangun Zona Integritas, pimpinan instansi pemerintah


menetapkan satu atau beberapa unit kerja yang diusulkan sebagai WBK/WBBM.
Pemilihan unit kerja yang diusulkan sebagai WBK/WBBM memperhatikan
beberapa syarat yang telah ditetapkan, diantaranya:

1) Dianggap sebagai unit yang penting/strategis dalam melakukan


pelayanan publik.

2) Mengelola sumber daya yang cukup besar.

3) Memiliki tingkat keberhasilan Reformasi Birokrasi yang cukup tinggi di


unit tersebut.

Proses pemilihan unit kerja yang berpotensi sebagai Zona Integritas dilakukan
dengan membentuk kelompok kerja/tim untuk melakukan identifikasi terhadap unit
kerja yang berpotensi sebagai unit kerja berpredikat menuju WBK/WBBM oleh
pimpinan instansi. Setelah melakukan identifikasi, kelompok kerja/tim mengusulkan
unit kerja kepada pimpinan instansi untuk ditetapkan sebagai calon unit kerja
berpredikat Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Selanjutnya dilakukan penilaian
mandiri (self assessment) oleh TPI. Setelah melakukan penilaian, TPI melaporkan
kepada Pimpinan instansi tentang unit yang akan di usulkan ke Kementerian
sebagai unit kerja berpredikat Menuju WBK/WBBM. Apabila unit kerja yang
diusulkan memenuhi syarat sebagai Zona Integritas Menuju WBK/WBBM, maka
langkah selanjutnya adalah penetapan. Setelah unit kerja yang diusulkan sebagai
Zona Integritas menuju WBK/WBBM ditetapkan, maka hal yang selanjutnya
dilakukan adalah menentukan komponen-komponen yang harus dibangun.
Terdapat dua jenis komponen yang harus dibangun dalam unit kerja terpilih, yaitu
komponen pengungkit dan komponen hasil. Di bawah ini adalah gambar yang
menunjukkan hubungan masing-masing komponen dan indikator pembangun
komponen.
43

Gambar 4: Hubungan masing-masing komponen dan


indikator pembangun komponen

Peningkatan Pelayanan Publik Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN Melalui
model tersebut dapat diuraikan bahwa program Manajemen Perubahan, Penataan
Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan
Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik merupakan komponen
pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Penilaian terhadap setiap
program dalam komponen pengungkit dan komponen hasil diukur melalui indikator-
indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga dengan menilai indikator
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak
pada pencapaian sasaran.
44

BAB V
SISTEM MANAJEMEN NASIONAL DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA

22. Umum. Untuk lebih memahami tentang masalah Sismennas dalam konteks
Penyelenggaraan Negara, dirasa penting untuk terlebih dahulu meninjau pengertian dasar
mengenai penyelenggaraan negara, tatanan dan pengorganisasian pemerintahan negara
serta keterkaitan dengan Sismennas. Selanjutnya perlu juga memahami aspek
kepemimpinan nasional dalam konteks hubungan antar komponen dalam pemerintahan
negara dan hubungan pemerintah pusat dan daerah. Pada akhirnya mencermati tata
administrasi negara dan tata laksana pemerintahan sebagai penentu kebijakan untuk
mengaktualisasi Sismennas dalam pemerintahan dan pembangunan nasional.
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mempunyai pemahaman tentang
Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) dalam penyelenggaraan negara Indonesia,
melalui penelusuran tentang pengorganisasian penyelenggara negara dan pemerintahan
negara baik di pusat maupun di daerah serta keterkaitannya dengan Sismennas. Proses
akhir dari Sismennas adalah penentuan kebijakan dan keputusan negara melalui
aktualisasinya dalam pemerintahan dan pembangunan nasional.

23. Penyelenggaraan Negara. Bicara tentang penyelenggaraan negara, tidak akan


terlepas dari para pelakunya yaitu penyelenggara negara dan atau pemerintah serta
lembaga-lembaga negara yang berada dalam organisasi negara. Indonesia sebagai
negara hukum dengan UUD 1945 sebagai hukum dasar dan konstitusi tertulis,
mengandung dua kelompok aturan hukum dasar yakni:

a. Aturan-aturan mengenai keorganisasian yang meliputi struktur dan


mekanisme pemerintahan negara, termasuk kedudukan dan hubungan tata kerja
antara lembaga-lembaga tinggi negara yang setara (MPR, Presiden, DPR, MA,
BPK, DPD, dan KY) sebagai lembaga tinggi yang mendapat kewenangan dari
amanat konstitusi sebagai organ-organ penyelenggara pengelola kehidupan
bangsa. Alat perlengkapan negara, menurut Montesquieu terdiri dari Lembaga
Legislatif atau parlemen misalnya DPR, Lembaga Eksekutif misalnya Presiden dan
Lembaga Yudikatif misalnya Mahkamah Agung. (Abu Daud Busroh, 2006)

b. Aturan-aturan mengenai Iingkup dan bidang tugas pengelolaan itu, diatur


dalam pasal-pasal UUD 1945, yang sekaligus merupakan hukum dasar yang
45

menjamin hak-hak serta kepentingan rakyat sekaligus patokan-patokan dasar


mengenai kewajiban mereka sebagai warga negara di bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

Dengan adanya dua kelompok aturan dasar tersebut, menandakan secara


konseptual, bahwa negara Indonesia bukan negara kekuasaan (power state) tetapi adalah
negara berdasarkan hukum (rechtstaat) atau Negara Hukum, yang mementingkan
kemakmuran rakyat (Padmo Wahyono, 2003), namun juga negara pelayanan (service
state) yang terikat pada suatu sistem managemen nasional (Sismennas). Dalam
kenyataannya, penyelenggaraan pemerintahan negara selama ini Iebih menitikberatkan
pada kekuasaan para penguasa, bukannya terletak ditangan rakyat. Rakyat yang
seharusnya sebagai unsur utama demokrasi tidak berperan dalam mengontrol birokrasi
secara maksimal. Begitu pula lembaga DPR yang berperan sebagai wakil rakyat belum
dapat berperan sebagai lembaga kontrol dalam suatu pemerintahan yang demokratis.
Dalam sistem pemerintahan demokratis, hampir tidak mungkin manajemen
pemerintahan dapat dijalankan tanpa kontrol dari rakyat Sistem penyelenggaraan negara
dan pembangunan bangsa merupakan wahana perjuangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan NKRI.Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem
pemerintahan yang berbentuk republik yang demokratis dan konstitusional. Dalam negara
demokrasi, mempunyai makna bahwa penyelenggaraan negara didasarkan diatur
menurut ketentuan-ketentuan konstitusi, maupun ketentuan hukum lainnya, misalnya UU,
Perpu atau PP, Perda Propinsi, Kabupaten/Kota dan Desa maupun ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya. Selain itu, dalam negara demokrasi yang sesungguhnya,
tidak dikenal kesolideran, atau kepentingan kolektif atau individu yang pada akhirnya akan
memungkinkan adanya suatu perwakilan politik.
Bila dilihat pengalaman selama ini dalam tatanan birokrasi pemerintahan di
Indonesia, dapat dikatakan bahwa sistem dan proses administrasi negara ataupun
praktek birokrasi yang ada belum sepenuhnya melembagakan nilai dan prinsip demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bangsa. Pengalaman
membuktikan bahwa selama ini birokrasi penyelenggara negara terkesan masih sangat
kuat dipengaruhi budaya dan sikap politik penguasa dan pejabat-pejabat politik yang
berkuasa. Hal ini mengakibatkan sikap netralitas dan profesionalisme birokrasi tidak dapat
berkembang dan mengabdi secara optimal.
46

Pelaksanaan penyelenggaraan negara menyangkut dua perangkat demokrasi yaitu


"perangkat keras" (hardware) dan "perangkat lunak" (software). Sebagai perangkat keras
diisyaratkan 2 (dua) persyaratan yang harus ada dalam penyelenggaraan negara, yaitu:

a. Adanya lembaga politik. Adanya lembaga politik utama yang terpisah dan
terbagi atas kekuasaan-keuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif yang terdiri atas
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Pemerintah (Presiden dan seluruh aparat
pemerintahan baik struktural maupun fungsional), serta Mahkamah Agung (MA).
Disamping itu ada Lembaga Negara lain yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang merupakan representasi dari seluruh rakyat Indonesia, Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK) Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), dan Komisi Yudisial (KY) .

b. Adanya aturan main politik yang demokratis. Adanya aturan main politik
yang demokratis yang apabila dilihat pada kenyataannya, aturan main dalam
banyak hal masih mengeliminir keleluasaan atau partisipasi masyarakat dalam
sistem politik. Sebagai perangkat lunaknya, diisyaratkan 7 (tujuh) perangkat
sebagai berikut:

1) Penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan secara jujur, rahasia dan


langsung, sebagaimana telah dituangkan dalam UU No. 23 Tahun 2003
tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Undang-
Undang RI tentang Pemilu sendiri diperbaharui setiap 5 (lima) tahun, dan
terakhir adalah UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

2) Permasalahan akuntabilitas. Semua penyelenggara negara harus


dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang menyangkut masyarakat
banyak.

3) Adanya hak-hak dasar. Hak-hak dasar tidak secara otomatis melekat


dalam diri manusia namun dalam kaitan hubungan sosial dengan manusia
lain.

4) Adanya kesamaan hak di depan hukum.

5) Kompetensi, yang terdiri atas kompetensi sistem dan kompetensi


sosial.
47

6) Adanya Keterbukaan. Pada saat ini sudah tidak lagi monopoli


informasi, oleh karena itu para penyelenggara negara dituntut untuk
transparan baik dalam kebijakan, maupun keseluruhan proses politik.

7) Integrasi, yang menyangkut integrasi antar elit guna menigkatkan


solidasi dikalangan para elit dan integrasi elit-massa untuk menumbuhkan
saling percaya antar kelompok tersebut.

c. Etika Penyelenggara Negara. Penyelenggara Negara mempunyai peran


penting dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Hal ini tersirat dalam
Pembukaan UUD 1945 yang mengimplikasikan bahwa yang sangat penting adalah
semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. Sesuai
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme telah diatur hal-hal sebagai
berikut:

1) Setiap penyelenggaran negara baik ditingkat pengambil keputusan


maupun ditingkat pelaksana, baik dalam kegiatan mengatur maupun
melayani masyarakat harus mematuhi dan mempedomani asas-asas umum
yang ada.

2) Para penyelenggara negara harus menyeimbangkan antara hak dan


kewajiban yang dimilikinya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

3) Perlu pengaturan hubungan antar penyelenggara negara dengan


jalan mentaati norma-norma kelembagaan, kesopanan, kesusilaan dan etika
sesuai Pancasila dan UUD 1945.

4) Perwujudan penyelenggara negara yang bersih diperlukan peran


serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara, hal ini merupakan hak
dan tanggung jawab untuk ikut mewujudkan penyelenggara negara yang
bersih.

5) Dengan dibentuknya komisi pemeriksa yang telah jelas kedudukan,


tugas dan kewenangan, fungsi, keanggotaan dan proses kerja, harus
48

diterima oleh para penyelenggara negara sebagai partner yang akan


memberikan koreksi dan masukan demi efektifitas pelaksanaan tugas para
penyelenggara Negara.

6) Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan parlemen maupun


eksekutif serta norma-norma, tidak akan berarti selama tidak diberlakukan
sanksi-sanksi atas pelanggaran etika penyelenggara negara.

24. Tatanan dan Pengorganisasian Pemerintahan Negara. Organisasi


pemerintahan negara berkenaan dengan tatanan organisasi pemerintahan negara, yang
meliputi lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif dan lembaga pemerintahan lainnya yang
diperlukan dalam penyelenggaraan negara, serta hubungan fungsional di antara lembaga-
lembaga tersebut. Untuk itu dalam mekanismenya terindikasi sebagai pengelolaan
pemerintahan negara yang meliputi tugas pemerintahan umum dan pembangunan
nasional.

a. Pemerintahan Negara. lstilah pemerintahan negara secara konseptual


dapat ditinjau dari artian sempit dan artian luas. Dalam artian sempit adalah
lembaga negara yang meyelenggarakan kekuasaan eksekutif (pemerintah) yang
terdiri dari Presiden, wakil presiden dan para menteri. Presiden adalah kepala
lembaga eksekutif yang memegang kekuasaan pemerintahan menurut dan
berdasarkan konstitusi negara. Dalam artian luas adalah keseluruhan lembaga
negara yang menyelenggarakan kekuasaan negara sesuai dengan wewenangnya
masing-masing, meliputi eksekutif, legislatif, yudikatif dan lembaga lainnya yang
dibutuhkan oleh negara.
Dalam NKRI, selain tatanan tersebut, termasuk di dalamnya adalah
pemerintahan daerah, yang komposisinya sama dengan pemerintahan dalam
artian luas tapi tertata sebagai lembaga-lembaga daerah, dengan posisi dan peran
serta hubungannya satu sama lain sebagai satu kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan di daerah bersangkutan. Eksistensi pemerintah daerah dan
hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada
prinsipnya diatur berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
49

b. Organisasi dan Managemen. Jumlah, kedudukan, peran, kewenangan


dan kewajiban lembaga-lembaga dalam rangka penyelenggaraan negara dan
pembangunan nasional harus konsisten dengan misi perjuangan negara bangsa,
serta relevan dengan perkembangan Iingkungan strategi, disertai hubungan yang
efisien dan serasi serta hubungan pusat dan daerah yang harmonis. Penataan
organisasi dan tata kerja pemerintahan pusat dan daerah menampilkan sosok
organisasi yang ramping, terbuka, partisipatif, akomodatif dengan kedudukan,
kewenangan dan pertanggungjawaban yang jelas, untuk menjamin terlaksananya
tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.
Penyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan dilaksanakan
dengan visi, misi dan strategi yang jelas dan tepat, serta menerapkan prinsip
kepemerintahan yang baik (good governance). Lembaga-lembaga pemerintahan
negara berperan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing,
serta mendorong peran dan partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah-
masalah bangsa. Manajemen pemerintahan dan pembangunan baik di pusat dan
daerah dilaksanakan berdasarkan data yang akurat, proses secara transparan,
profesional dan akuntabel. Selain itu perlu memanifestasikan secara penuh dan
utuh NKRI sebagai negara hukum yang demokratis, serta mampu memanfaatkan
dan mendayagunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
mengembangkan Sistem Informasi Managemen Nasional (Simnas).

c. Masalah Otonomi Daerah. Dengan memperhatikan pengalaman


penyelenggaraan Otonomi Daerah dimasa lalu dengan penekanan pada otonomi
yang lebih merupakan kewajiban dari pada hak, maka pemberian kewenangan
otonomi kepada daerah harus didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud
otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Disamping itu, keleluasaan
otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
Walaupun pelaksanaan Otonomi Daerah terlihat "sederhana", namun
mengandung pengertian yang cukup rumit, karena di dalamnya tersimpul makna
"pendemokrasian" dalam artian pendewasaan politik rakyat daerah, pemberdayaan
masyarakat sekaligus bermakna mensejahterakan rakyat yang berkeadilan.
Pelbagai tuntutan pemerataan dan keadilan yang sering dikumandangkan baik
dibidang politik atau dibidang ekonomi, pada akhirnya akan menjadi persoalan
50

yang relatif dan dilematik, apabila tergantung pada tinjauan perspektif yang
berbeda.
Hal strategis yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan dan
mewujudkan segenap kepentingan masyarakat adalah harus tetap dalam koridor
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
tetap terpeliharanya keutuhan NKRI. Salah satu langkah konkrit untuk mewujudkan
kondisi yang diharapkan adalah pemberdayaan sistem pemerintahan daerah, yang
pada prinsipnya tidak lepas dari visi Otonomi Daerah yang dirumuskan dalam 3
(tiga) ruang lingkup interaksi utama yaitu politik, ekonomi dan sosial budaya.

1) Bidang politik. Karena otonomi daerah adalah hasil dari kebijakan


desentralisasi dan demokratisasi, maka ia harus dipahami sebagai sebuah
proses untuk membuka ruang bagi lahirnya Kepala Pemerintah Daerah yang
dipilih secara demokratis, yang memungkinkan berlangsungnya
penyelenggaraan pemerintahan yang responsif terhadap kepentingan
masyarakat luas dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan
yang taat asas pertangungjawaban publik. Otonomi Daerah juga berarti
kesempatan membangun struktur pemerintahan yang sesuai dengan
kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karier politik dan
administrasi secara kompetitif, serta mengembangkan sistem managemen
pemerintahan yang efektif.

2) Bidang Ekonomi. Otonomi daerah di satu pihak harus menjamin


lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dilain pihak
memungkinkan terbukanya peluang bagi pemerintah daerah untuk
mengembangkan kebijakan regional dan lokal, dalam rangka
mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dengan
demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat ke tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu.

3) Bidang sosial budaya. Otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin


demi tercipta dan terpeliharanya keharmonisan sosial sekaligus memelihara
nilai-nilai lokal masyarakat, kearifan lokal dan kebijakan lokal secara
kondusif dalam merespons dinamika kehidupan di sekitarnya.
51

25. Hubungan Penyelenggaraan Negara dengan Sismennas. Setelah memahami


masalah-masalah yang bekait dengan organisasi, mekanisme, hak dan kewajiban serta
etika dalam penyelenggaraan negara, termasuk tatanan pemerintahan negara baik di
tingkat Pusat maupun di daerah dalam rangka Otonomi Daerah, selanjutnya perlu
dipahami dan ditinjau lebih jauh tentang keterkaitannya dengan Sismennas. Apapun
bentuk organisasi penyelenggara negara, baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif, pada
akhirnya akan sampai pada proses pengambilan keputusan oleh masing-masing
perangkat tersebut sesuai tugas dan wewenangnya. Dalam Sismennas, seperti telah
dibicarakan sebelumnya, proses pengambilan keputusan berkewenangan merupakan
kegiatan inti Sismennas. Permasalahan yang muncul dalam Sismennas untuk sampai
pada pengambilan keputusan dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut,
dimulai dari TKM dan TPN sebagai tatanan luar Sismennas yang kemudian diproses lebih
lanjut pada tatanan dalam, yaitu TAN dan TLP yang merumuskan keputusan
berkewenangan. Untuk melihat keterkaitan tersebut perlu dicermati tentang pengambilan
keputusan sebagai suatu mekanisme kerja, kemudian proses yang sama tersebut dalam
Sismennas.

a. Tolok ukur utama yang digunakan untuk mengukur efektifitas


kepemimpinan. Salah satu tolok ukur utama yang digunakan untuk mengukur
efektifitas kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam
suatu organisasi yaitu kemahiran dan kemampuannya mengambil keputusan.
Konsekuensi tugas memimpin memang menghabiskan sebagian besar waktu yang
ada untuk mengambil keputusan.Jika demikian maka salah satu syarat
kepemimpinan yang perlu dipenuhi oleh setiap orang yang menduduki jabatan
pimpinan ialah keberanian untuk mengambil keputusan dengan cepat, tepat,
praktis dan rasional, serta mau memikul tanggung jawab sebagai konsekuensi logis
dari keputusan yang diambil. Menurut Sondang P .Siagian (2003)
dalam bukunya Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan “Bahwa suatu
keputusan dapat dikatakan baik bila memenuhi empat persyaratan yaitu rasional,
logis, realistis dan pragmatis”. Selanjutnya dikatakan bahwa keputusan yang baik
tersebut dapat diperoleh apabila seorang pengambil keputusan mampu
menggabungkan secara tepat 3 (tiga) jenis pendekatan, yaitu:

1) pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas-asas alamiah;


52

2) memanfaatkan kemampuan berfikir (intuitif) yang kreatif, inisiatif,


inovatif dengan melibatkan emosional; dan

3) berlandaskan pengalaman mengambil keputusan di masa lalu, baik


karena berhasil, kurang berhasil ataupun gagal.

Setiap keputusan pasti mempunyai resiko, besar atau kecilnya resiko selalu
ada sebagai konsekuensi logis dari suatu pengambilan keputusan. Namun seorang
pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan.Keberanian itu
bisa diperoleh jika “mengetahui tujuan dari organisasi, mempunyai kemampuan
analitis, memiliki pengetahuan yang mendalam tentang dirinya sendiri dan
mendalami perilaku bawahannya”.

b. Pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan pada hakekatnya


merupakan proses dimana seseorang harus memilih antara berbagai macam
tindakan alternatif. Tindakan memilih alternatif tersebut berkaitan erat dengan
tingkat berpikir rasional dari orang yang mengambil keputusan tersebut. Cukup
banyak pakar yang memberikan definisi tentang pengambilan keputusan. Menurut
Prajudi Atmosudirdjo (1982), “Bahwa keputusan adalah pengakhiran dari proses
pemikiran tentang apa yang dianggap sebagai masalah dengan menjatuhkan
pilihan pada salah satu altematif pemecahannya”.
Herbert A. Simon (2017) meyatakan bahwa pengambilan keputusan identik
dengan managemen, sedangkan menurut P. Siagian (2001) “Bahwa pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang
dihadapi, menyangkut pengetahuan tentang hakikat dari masalah yang dihadapi,
bagaimana data dan fakta yang dikumpulkan relevan dengan masalah yang
dihadapi, bagaimana data dan fakta dianalisa untuk menentukan altematif yang
paling rasional dengan memperoleh tingkat resiko yang paling kecil sebagai
konsekuensi dari keputusan”. Pemahaman tersebut di atas menunjukkan bahwa:

1) Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal-hal yang terjadi


secara kebetulan.

2) Pengambilan keputusan tidak boleh dilakukan begitu saja tanpa


melalui pendekatan sistematis dan dilihat dari sesuatu yang kontekstual;
53

3) Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai


alternatif yang telah dikaji dan dirumuskan secara matang.

4) Hakikat masalah yang dipecahkan harus diketahui secara jelas.

5) Setiap keputusan yang diambil mempunyai tingkat risiko sebagai


konsekuensi dari keputusan.

6) Keputusan yang diambil tidak hanya didasarkan pada intuisi, tetapi


harus juga pada fakta dan data yang ada serta diolah secara sistematis dan
terpercaya.

Untuk menghindari berbagai masalah yang mungkin timbul, pegambilan


keputusan harus didasarkan pada hal-hal tersebut di atas. Sebab jika tidak acap
kali menimbulkan masalah-masalah lain seperti:

1) Tidak adanya ketetapan dari keputusan yang diambil, karena


didasarkan pada data dan fakta yang tidak akurat, tidak dipercaya, tidak up
to date dan tidak releva.

2) Keputusan yang dipilih tidak realistis atau tidak dapat dilaksanakan,


karena tidak sesuai dengan kapasitas organisasi, termasuk
ketidakmampuan aparat pelaksana.

3) Tidak jarang keputusan itu mendapat penolakan, karena faktor


lingkungan tidak sesuai atau tidak dipersiapkan sebelumnya untuk
menerima dan melaksanakan keputusan yang ditetapkan.

c. Gambaran umum Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan


dalam Sismennas. Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB)
merupakan inti dari Sismennas yang terselenggara pada Tata Administrasi Negara
(TAN) termasuk Tata Laksana Pemerintahan (TLP). TPKB mencakup keseluruhan
perangkat negara yang mendapat kewenangan dan tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan untuk membuat berbagai kebijakan pemerintahan atau
negara, yang menyangkut segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, dengan mengarah kepada cita-cita nasional. Keputusan-keputusan
54

yang dihasilkan TPKB merupakan sumber bagi penyelenggaraan fungsi-fungsi,


baik perencanaan, pengendalian dan penilaian, maupun bagi fungsi-fungsi
pembuatan aturan, penerapan aturan dan pengujian aturan.
Keluaran dari TPKB adalah berbagai keputusan yang berhubungan faktor
karsa dan merupakan kebijakan dan program negara (public policies and program)
yang berlingkup nasional yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan,
baik di bidang pembangunan maupun pemerintahan umum. Produk pengambilan
keputusan berupa berbagai kebijakan nasional yang dituangkan dalam bebagai
bentuk peraturan perundang-undangan. Secara skematik, proses pengambilan
keputusan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Berbagai kepentingan masyarakat dalam bentuk aspirasi masyarakat


disampaikan kepada Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) yang sekaligus
berfungsi sebagai substruktur politik, berupa pendapat dan tuntutan
perseorangan, pendapat dan tuntutan kelompok dan golongan. Aspirasi
kepentingan masyarakat tersebut diperoleh dengan melakukan penelitian
yang komprehensif dan integral, selanjutnya dianalisa dan diproses dalam
bentuk kajian akademik dan pembuatan naskah akademik dalam bentuk
rumusan postulat-postulat hukum yang memuat artikulasi pendapat umum
masyarakat. Pengolahannya akan menghasilkan kepentingan sosial untuk
disampaikan kepada tatanan yang lebih tinggi.

2) Kepentingan sosial yang disampaikan kepada Tata Politik Nasional


(TPN) yang sekaligus sebagai Infrastruktur politik (Parpol, Ormas dan Media
massa) dianalisa dan diproses untuk mengharmoniskan postulat hukum
sebagai artikulasi kepentingan masyarakat, dengan kepentingan politik yang
selanjutnya dirumuskan menjadi pendapat politik, untuk selanjutnya
diteruskan kepada TAN dan TLP sebagai kepentingan politik.

3) Tata Administrasi Negara (TAN) memproses kepentingan politik


tersebut menjadi kebijakan umum nasional serta politik dan strategi dasar
negara. Selanjutnya Tata Administrasi Negara (TAN) dan Tata Laksana
Pemerintahan (TLP) sebagai supra struktur politik merumuskan kebijakan
pemerintah yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
yang mencakup perencanaan (planning) terpadu, pengorganisasian
55

(organizing), pelaksanaan (actuating), pengemudian dan pengendalian serta


pengawasan (controlling).

4) Kebijakan pemerintah tersebut selanjutnya di serahkan kepada TAN


sebagai penilaian pemerintah untuk selanjutnya diadakan penilaian umum
dan legalisasi nasional dalam rangka Tertib Administrasi (Tibmin).

5) Keluaran dari TPKB tersebut diteruskan kepada TPN dalam bentuk


kebijakan umum negara serta penilaian, pemahaman dan dukungan politik
terhadap tuntutan politik baru dalam rangka Tertib Politik (Tibpol).

6) Keputusan politik berupa kebijakan negara dalam bentuk peraturan


perundang-undangan, rencana dan program kemudian dilaksanakan dalam
rangka Tertib Sosial (Tibsos) serta tuntutan baru tentang kebutuhan hidup
masyarakat.

d. Ketertiban sebagai Dimensi Struktural Hukum. Suatu tatanan hukum


yang berlaku berisikan tertib hukum positif, yang merupakan hasil keluaran
TPKB.Sehubungan dengan itu maka keluaran yang dihasilkan TPKB, pertama-
tama diorientasikan terhadap tersusun dan terpeliharanya tertib hukum yang
berisikan suasana serta kondisi keteraturan, ketertiban dan ketenteraman
jasmaniah maupun rohaniah dalam kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan
bemegara.
Proses terwujudnya Tertib Hukum mempunyai hubungan timbal balik
dengan ketertiban administrasi, ketertiban politik, dan ketertiban sosial. Ketertiban
pada tingkat TAN dan TLP disebut Tertib Administrasi (Tibmin). Dengan terwujud
dan terpeliharanya Tibmin yang mapan, negara dapat mempengaruhi tercipta dan
terpeliharanya keteraturan dan ketertiban yang mendukung perjuangan politik
bangsa pada tahap TPN yang disebut Tertib Politik (Tibpol).
Kemantapan Tibpol merupakan faktor pendorong utama bagi terciptanya
disiplin, keteraturan, ketertiban serta ketenteraman umum dalam tahap TKM yang
disebut Ketertiban Sosial (Tibsos).Terpeliharanya Tibsos yang stabil dan dinamis
adalah syarat mutlak bagi terwujudnya tertib hukum dan keberhasilan pelaksanaan
berbagai kebijaksanaan dan program pemerintah yang ditujukan kepada
56

tercapainya tujuan nasional.Ketiga ketertiban tersebut di atas masing-masing


mempunyai landasan pemikiran paradigma nasional (doktriner) sebagai berikut:

1) Tibmin berlandaskan kepada Tujuan Nasional yaitu “melindungi


segenap bangsa dan tumpah darah lndonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”. Oleh karena itu Tibmin berorientasi kepada kepentingan umum
(public interest), sehingga kepentingan dalam Tibmin itu mengikat seluruh
warga negara.

2) Tibpol berlandaskan Geo Politik Indonesia, yaitu Wawasan Nusantara


(Wanus) yang berjiwakan semangat dan kesadaran akan persatuan dan
kesatuan yang utuh menyeluruh antara berbagai komponen, unsur dan
faktor kehidupan kebangsaan yang beraneka ragam (pluralisme). Semangat
dan kesadaran tersebut menimbulkan rasa dan suasana kegotongroyongan,
saling berhubungan, saling mempengaruhi serta saling ketergantungan satu
sama lain. Dalam mewujudkan Wasantara, Tibpol berorientasi kepada
kepentingan politik (political interest).

3) Tibsos berdasarkan kepada Geo Strategi Indonesia, yaitu doktrin


Ketahanan Nasional (Tannas) yakni kondisi dinamis yang meliputi seluruh
aspek kehidupan nasional yang diperlukan bangsa Indonesia untuk
memelihara kelangsungan hidupnya dalam upaya mencapai tujuan nasional.
Dalam mewujudkan Tannas, Tibsos berorientasi kepada kepentingan sosial
(social interest).
57

BAB VI
PENUTUP

26. Penutup. Demikian Naskah tentang Sistem Manajemen Nasional guna


mendukung Pembangunan Nasional dalam rangka Ketahanan Nasional, semoga
dapat dimanfaatkan sebagaimana perlunya.
58

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;


2. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia;
3. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN);

4. Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional;

5. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional (SPPN);

6. Undang-Undang RI Nomor 15 tahun 2004 tentang Pengelolaan dan


pertanggungjawaban keuangan negara;
7. Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
8. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025;

9. Istruksi Presiden Nomor 03 tanggal 9 Juni 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-Government; dan

10. Peraturan Presiden RI nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Anda mungkin juga menyukai