DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum …………………………………………………………… 1
2. Maksud danTujuan ….………………………………………… 2
3. Ruang Lingkup dan Tata urut………………………………… 2
4. Dasar...................................................................................... 3
5. Pengertian- Pengertian………………………………………… 3
6. Umum……………….……………….…………..……………….. 6
7. Fungsi Sistem Manajemen Nasional………..………………… 14
8. Hubungan Simnas, Sismenasdan TPKB……….…….………. 16
9. Dukungan Simnas untuk TPKB…………………….................. 19
10. Umum…….………………........……………………….………… 22
11. Tata Nilai Sismennas dan Teknologi……............................... 22
12. Aspek Sismennas yang Handal dengan Teknologi............... 23
13. Teknologi dalam Pengambilan Keputusan Strategis
Sismennas …………………………………………………....... 24
14. Pendekatan Teknologis dan Langkah Implementasi
TPKB sebagai kunci Sismennas …………………………….. 27
15. E-Life ……………………………………………………………. 28
16. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
E-Government…………………………………………………… 28
ii
17. Umum……….……………………..……….…………………….. 30
18. Good Governance dan Reformasi Birokrasi…………………. 30
19. Simnas, Pembangunan Nasional dan Good
Governance ........................................................................... 34
20. Pembangunan Zona Integritas............................................... 39
21. Tahap-Tahap Pembangunan Zona Integritas........................ 40
BAB VI PENUTUP
26. Penutup......………………………………………………............. 57
DAFTAR PUSTAKA
SISTEM MANAJEMEN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
5. Pengertian
a. Sistem adalah sautu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi
untuk mencapai suatu tujuan.
g. Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (Menuju WBK) adalah predikat yang
diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.
i. Tim Penilai Internal (TPI) adalah tim yang dibentuk oleh pimpinan instansi
pemerintah yang mempunyai tugas melakukan penilaian unit kerja dalam rangka
memperoleh predikat Menuju WBK/Menuju WBBM.
j. Tim Penilai Nasional (TPN) adalah tim yang dibentuk untuk melakukan
evaluasi terhadap unit kerja yang diusulkan menjadi Zona Integritas Menuju WBK
dan Menuju WBBM.
k. Sistem pemerintahan adalah suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen yang bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai
tujuan dan fungsi pemerintahan sesuai dengan kondisi negara masing-masing
Sistem
5
BAB II
TATANAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKEWENANGAN (TPKB)
6. Umum. Sejalan dengan pokok pikiran tersebut di atas maka dilihat secara
struktural unsur-unsur utama Sismennas tersebut tersusun atas empat tatanan (setting)
yang dilihat dari dalam ke luar adalah Tata Laksana Pemerintahan (TLP), Tata
Administrasi Negara (TAN), Tata Politik Nasional (TPN), Tata Kehidupan Masyarakat
(TKM). Tata Laksana Pemerintahan dan Tata Administrasi Pemerintahan merupakan
tatanan dalam (inner setting) dari sistem manajemen nasional (Sismennas), yang
merupakan faktor lingkungan sebagai sumber aspirasi dan kepentingan rakyat serta
sumber kepemimpinan nasional, maupun sebagai penerima hasil-hasil keluaran Sistem
Manajemen Nasional (Sismennas).
Secara proses Sismennas berpusat kepada suatu rangkaian pengambilan
keputusan yang berkewenangan pada tatanan dalam TAN dan TLP. Kata
berkewenangan disini mempunyai konotasi bahwa keputusan-keputusan yang diambil
adalah didasarkan atas kewenangan yang dimiliki si pemutus berdasarkan hukum. Maka
dari itu keputusan-keputusan itu bersifat mengikat dan dapat dipaksakan (compulsory)
dengan sanksi-sanksi ataupun berisikan insentif dan disinsentif tertentu yang ditujukan
kepada seluruh anggota masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu tatanan dalam (TAN
dan TLP) merupakan tatanan yang dapat disebut Tatanan Pengambilan Keputusan
Berkewenangan (TPKB). Untuk penyelenggaraan TPKB diperlukan proses Arus Masuk,
yang dimulai dari TKM lewat TPN, sebagai masukan dari lingkungan Sismennas.
Aspirasi dari TKM dapat berasal dari rakyat, baik secara individu ataupun melalui
organisasi kemasyarakatan, partai politik, kelompok penekan, organisasi penekan,
organisasi kepentingan maupun pers. Masukan ini berintikan kepentingan Rakyat.
Rangkaian kegiatan dalam TPKB menghasilkan berbagai keputusan yang terhimpun
dalam proses Arus Keluar yang selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Arus Keluar ini
pada dasarnya merupakan tanggapan pemerintah terhadap berbagai tuntutan, tantangan
serta peluang dari lingkungannya.Keluaran tersebut pada umumnya berupa berbagai
kebijaksanaan yang lazimnya dituangkan ke dalam berbagai bentuk (hierarki)
perundangan/peraturan tertentu, sesuai dengan sifat permasalahan dan klasifikasi
kebijaksanaan serta instansi atau pejabat yang mengeluarkan. Didalamnya terdapat suatu
proses umpan balik sebagai bagian dari siklus kegiatan fungsional Sismennasyang
menghubungkan arus keluar dengan arus masuk maupun dengan Tatanan Pengambilan
7
.
Gambar 1: Tata nilai Sismennas
Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) Tata laksana pemerintahan (TLP) dan tata
administrasi Negara (TAN) merupakan tatanan dalam Sismennas tatanan dalam
Sismennas (inner setting), merupakan pusat dari rangkaian pengambilan
keputusan yang berkewenangan. Kata “berkewenangan” dimaksudkan bahwa
keputusan yang diambil dilandasi oleh hukum bersifat mengikat seluruh anggota
masyarakat dan dapat dipaksakan dengan saksi. Oleh karena itu tatanan dalam
TAN dan TLP merupakan tatanan yang disebut dengan “tatanan pengambilan
keputusan berkewenangan” (TPKB).
Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) Tata laksana pemerintahan (TLP) dan tata
administrasi Negara (TAN) merupakan tatanan dalam Sismennas (inner setting),
merupakan pusat dari rangkaian pengambilan keputusan yang berkewenangan.
Tata kehidupan masyarakat (TKM) dan tata politik nasional (TPN) merupakan
tatanan luar Sismennas (outer setting). Rangkaian kegiatan TPKB menghasilkan
berbagai keputusan, yang merupakan tanggapan Pemerintah atas berbagai
aspirasi dan kepentingan rakyat yang terhimpun dalam proses arus keluar yang
selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Keluaran TPKB tersebut umumnya
merupakan berbagai kebijakan yang dituangkan dalam bentuk hierarki perundang‐
undangan dan peraturan sesuai dengan sifat masalahnya. Untuk menyandingkan
struktur Sismennas dengan ketatanegaraan Indonesia dapat ditunjukkan pada
gambar 2 di bawah ini:
ditransformasikan dari yang bersifat masukan politik hingga akhirnya menjadi tindakan
administratif. Pada aspek arus keluar maka secara fungsional Sismennas diharapkan
untuk menghasilkan:
sini jelas bahwa Simnas berkedudukan strategis meliputi seluruh aspek kehidupan dan
tatanan sekaligus merupakan salah satu titik sentral dalam upaya meningkatkan
keberhasilan pembangunan nasional dan kondisi ketahanan nasional. Sistem Informasi
Manajemen Nasional (Simnas) adalah bagian integral dari Sistem Manajemen Nasional
(Sismennas). Kedua sistem merupakan metodologi dalam pengelolaan negara dan
penyelenggaraan pemerintahan.
Sebagaimana umumnya sebuah sistem bekerja maka sistem tersebut terdiri dari
beberapa komponen yang interdependen yaitu input-proses-output-outcome. Intinya
berada pada proses Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB) yang
menghasilkan kebijakan umum (general public policy). Hasil TPKB selanjutnya
dijadikan produk perundang-undangan, norma, patokan, pedoman untuk mencapai tujuan
nasional yaitu meningkatnya kesejahteraan/keamanan nasional bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan, antara lain adalah
faktor manusia, faktor lingkungan, kendala di bidang keuangan, keterampilan dan waktu.
Kelembagaan, mekanisme kerja dan faktor kemanusiaan membentuk aparatur negara
dan berperan sebagai subjek dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan tujuan
nasional sesuai dengan visi dan misi. Lingkungan strategis yang memiliki peluang dan
kendala sangat berperan sebagai objek yang diproses. Oleh karena itu Sismennas
memerlukan dukungan Sistem Informasi Manajemen Nasional (Simnas). Sistem ini
merupakan sarana pendukung proses pengambilan keputusan dan menunjang proses
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi (KISS) dalam lingkungan TPKB, juga
sebagai sarana penjabaran tujuan nasional menjadi sasaran pembangunan yang sejalan
dengan visi dan misi. Masukan informasi, pengolahan dan keluaran yang cepat, tepat,
aman dan relevan melalui Simnas dalam mendukung Sismennas akan
menghasilkan keputusan yang benar dengan didukung data yang benar pula.
Perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan yang dapat menampung aspirasi
dan dapat diterima masyarakat merupakan inti dari Sismennas. Tujuan nasional dicapai
melalui berbagai upaya pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh dengan
memadukan faktor karsa, sarana dan upaya (Ends–Means–Ways) untuk mengubah dan
meningkatkan potensi menjadi kemampuan nasional. Potensi nasional dibedakan dalam
Astagatra terdiri dari Trigatra yaitu geografi, demografi dan sumber kekayaan alam,
ketiganya merupakan modal dasar pembangunan, diubah menjadi Pancagatra berupa
kemampuan nasional di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
17
keamanan. Trigatra dan Pancagatra dikelola oleh para penyelenggara negara bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat yang telah menyatukan kehendak sebagai bangsa
untuk memperjuangkan cita-citanya.
Dinamika dalam wadah adalah sistem pemerintahan yang mencerminkan tata laku
dan karakter suatu bangsa dan negara. Penerapan Sismennas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah sebagai piranti dalam mengelola dan
menyelenggarakan segala kegiatan nasional melingkup seluruh aspek kehidupan
masyarakat oleh negara/pemerintah. Sebagai piranti, Sismennas memiliki peran dan
fungsi dalam pengelolaan negara dan penyelenggaraan pemerintahan. Para founding
fathers pendiri NKRI telah meletakkan bangun dan tatanan kenegaraan Indonesia dalam
sebuah konstitusi yang memuat hal-hal pokok dan prinsip-prinsip kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Konstitusi merupakan hukum dasar negara dan harus dipatuhi seluruh masyarakat
di dalamnya. Dalam hal itu yang tertulis adalah undang-undang dasar negara, sedangkan
yang tidak tertulis diberlakukan sebagai konvensi. Bangun dan tatanan kenegaraan
Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945). Para pendiri negara melahirkan sebuah negara dengan bangun ”negara
kesatuan” dan menetapkan tatanan kenegaraan dalam bentuk ”republik”. Kehendak
seluruh rakyat Indonesia mendirikan sebuah negara baru beserta kepemerintahannya.
Secara struktural, unsur utama Sismennas tersusun ke dalam empat tatanan
(setting). Urutan susunan dari dalam ke luar adalah Tata Laksana Pemerintahan (TLP),
Tata Administrasi Negara (TAN), Tata Politik Nasional (TPN), dan Tata Kehidupan
Masyarakat (TKM). Tata Laksana Pemerintahan (TLP) dan Tata Administrasi Negara
(TAN) merupakan tatanan dalam Sismennas (inner setting). Dalam hal itu proses
manajemen berpangkal dan merupakan pusat dari rangkaian pengambilan keputusan
yang berkewenangan. Kata berkewenangan dimaksudkan bahwa keputusan yang diambil
dilandasi oleh hukum bersifat mengikat seluruh anggota masyarakat dan dapat
dipaksakan dengan sanksi. Oleh karena itu, tatanan dalam (TAN dan TLP) merupakan
tatanan yang disebut dengan ”Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB)”
yang merupakan inti Sismennas.Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) dan Tata Politik
Nasional (TPN) merupakan tatanan luar Sismennas (outer setting). TKM itu merupakan
faktor lingkungan dari tatanan sebagai sumber aspirasi kepentingan rakyat dan sumber
kepemimpinan nasional.
18
Untuk penyelenggaraan TPKB, diperlukan proses arus masuk yang dimulai dari
TKM dan TPN sebagai masukan dari lingkungan Sismennas yang berintikan aspirasi dan
kepentingan rakyat. Rangkaian kegiatan TPKB menghasilkan berbagai keputusan. Hasil
keputusan tersebut pada dasarnya merupakan tanggapan pemerintah atas berbagai
aspirasi dan kepentingan rakyat yang terhimpun dalam proses arus keluar untuk
selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Keluaran TPKB tersebut pada umumnya berupa
berbagai kebijakan yang dituangkan dalam bentuk hierarki perundang-undangan dan
peraturan sesuai dengan sifat permasalahan, klasifikasi kebijakan dan instansi atau
pejabat yang mengeluarkan. Proses umpan balik, sebagai bagian dari siklus Sismennas,
menghubungkan arus keluar dengan arus masuk dan akan berproses kembali ke tatanan
pengambilan keputusan Berkewenangan (TPKB). Dengan demikian, secara prosedural,
Sismennas merupakan siklus tak terputus dan berkesinambungan.
akurat, konsisten antara data satu dengan lainnyadan sesuai dengan aspek atau
isu nasional yang merupakan sasaran nasional.
Data yang digunakan untuk penyusunan kebijakan nasional harus dengan
jelas disebutkan sumbernya, keterkaitannya dengan isu atau aspek yang dibahas,
asumsi dasar penggunaan data tersebut dan metodologi pengumpulan data.
Kualitas dari analisis pengambilan kebijakan nasional secara parsial sudah dapat
dilihat pada ketiga atribut diatas. Sebagai bukti lain bahwa telah dilakukan analisis
yang mendalam dalam berbagai aspek dan isu yang penting adalah adanya
gambaran keterkaitan yang jelas (benang merah) antara permasalahan strategis
nasional yang berhasil diidentifikasi dengan data pendukung analisis,
permasalahan yang berhasil diidentifikasi dengan program atau aktivitas yang
diusulkan guna meningkatkan ketahanan nasional dan kekuatan yang dimiliki dan
peluang bangsa baik secara nasional maupun regional yang dapat dimanfaatkan
dengan program atau aktivitas yang diusulkan.
Sebagian besar organisasi termasuk negara pada umumnya hanya
mengandalkan manajemen puncak (supra struktur) untuk menyusun perencanaan
strategi sebagai implementasi Sismennas, sementara manajemen menengah (infra
struktur) sampai manajemen rendah (substruktur) hanya melakukan implementasi
rencana jangka panjang dan pendek. Sistem manajemen nasional seperti ini hanya
pas untuk lingkungan yang stabil, yang di dalamnya prediksi masih dapat
diandalkan untuk memperkirakan masa depan bangsa. Dalam pengembangan
aktivitas yang tertuang dalam rencana strategis jangka panjang, menengah dan
pendek, negara harus melibatkan seluruh elemen bangsa di semua level dalam
perencanaan strateginya untuk mengubah mode operasi organisasi dari plan and
control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan akan
dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja daya saing bangsa sebagai dasar
ketahanan nasional dalam berbagai level.
TPKB mencakup seluruh perangkat negara yang mendapat kewenangan
dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk membuat
berbagai kebijakan nasional, yang menyangkut segala aspek kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara dengan mengarah kepada cita-cita
nasional. Kebijakan Nasional yang dirumuskan berorientasi kepada kepentingan
masyarakat dengan tolok ukur:
BAB III
PANDANGAN UMUM DAN TEKNOLOGI DASAR
SIMNAS DAN SISMENNAS
11. Tata Nilai Sismennas dan Teknologi. Ada tiga faktor dalam Sismennas yang
perlu diintegrasikan untuk dapat mencapai tujuan nasional, yaitu karsa, sarana dan upaya.
Karsa adalah kehendak atau tujuan yang akan dicapai. Kondisi ini akan menjadi arah agar
aktivitas yang dilakukan tetap pada jalur pencapaian yang diinginkan. Hal ini terkait
dengan kemampuan di bidang idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan, guna mengatasi berbagai permasalahan nasional. Sarana merupakan wadah
dan pemberdayaan segenap potensi sumber daya dalam proses mencapai tujuan. Sarana
merupakan faktor dominan dan sangat diperlukan untuk pemilihan alternatif terbaik dan
mendukung pengambilan kebijakan. Upaya merupakan proses pengambilan keputusan
dari berbagai dimensi melalui tranformasi potensi menjadi kemampuan sesuai yang telah
ditentukan.
Karsa nasional atau tujuan nasional haruslah berwawasan jauh ke depan. Tujuan
nasional ini akan menjadi haluan negara yang diturunkan menjadi beberapa pentahapan
pencapaian baik jangka menengah (national objective) maupun jangka pendek (national
target). Dalam era sekarang ini untuk mentransformasikan sarana menjadi karsa tidak
lepas dalam upaya yang dilakukan akan menggunakan teknologi. Teknologi merupakan
alat bantu yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
23
12. Aspek Sismennas yang Handal dengan Teknologi. Pada usaha mencapai
tujuan nasional Sismennas memiliki posisi strategis dalam memberdayakan semua
sumber daya nasional. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, dalam Sismennas perlu
dibuat ukuran-ukuran (indicators) untuk menilai kinerja (performance) dan capaian kualitas
harus ditetapkan terlebih dahulu. Indikator kinerja (performance indicator) adalah data atau
fakta empiris yang dapat berupa data kualitatif ataupun kuantitatif, yang menandai capaian
dari perkembangan daya saing bangsa sebagai outcome Sismennas. Penentuan indikator
kinerja dalam model Sismennas dapat digunakan untuk menggambarkan efisiensi,
produktivitas dan efektivitas dan faktor-faktor yang dapat menunjukkan ketahanan
nasional seperti: akuntabilitas, kemampuan inovatif dalam konteks menjaga
keberlangsungan bangsa dan kualitas masyarakat yang telah diraihnya dan suasana
politik bangsa. Dengan kata lain, kualitas ketahanan nasional dicerminkan dengan
konvergensi dari seluruh indikator kinerja tersebut.
Pemanfaatan inovasi teknologi untuk membangun Sismennas diharapakan akan
dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, efektivitas, akuntabilitas dan kemampuan
inovasi bangsa. Inovasi teknologi yang relevan dalam implementasi Sismennasakan
mampu meningkatkan ketahanan nasional sebagai tujuan nasional.Efisiensi dalam
24
komprehensif, keakuratan data dan kedalaman analisis. Inovasi teknologi digunakan untuk
memperbaiki hal-hal tersebut.
Seperti halnya dalam manajemen modern, Sismennas juga menekankan
pentingnya keterlibatan semua unsur/pihak yang ada dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan. Keterlibatan tersebut sangat penting, karena harapan dan
keinginan masyarakat sebagai yang dilayani negara seharusnya dapat merupakan
representasi harapan dan keinginan tujuan nasional. Tingkat Komprehensif dari suatu
proses analisis pengambilan kebijakan nasional dengan memperhatikan astagatra akan
dapat diperoleh benefit terbaik bagi ketahanan nasional. Data yang digunakan untuk
pengambilan kebijakan nasional harus akurat, konsisten antara data satu dengan lainnya
dan sesuai dengan aspek atau isu nasional yang merupakan sasaran nasional. Data yang
digunakan untuk penyusunan kebijakan nasional harus dengan jelas disebutkan
sumbernya, keterkaitannya dengan isu atau aspek yang dibahas, asumsi dasar
penggunaan data tersebut dan metodologi pengumpulan data. Kualitas dari analisis
pengambilan kebijakan nasional secara parsial sudah dapat dilihat pada ketiga atribut
diatas.
Sebagai bukti lain bahwa telah dilakukan analisis yang mendalam dalam berbagai
aspek dan isu yang penting adalah adanya gambaran keterkaitan yang jelas (benang
merah) antara permasalahan strategis nasional yang berhasil diidentifikasi dengan data
pendukung analisis, permasalahan yang berhasil di identifikasi dengan program atau
aktivitas yang diusulkan guna meningkatkan ketahanan nasional, kekuatan yang dimiliki
dan peluang bangsa baik secara nasional maupun regional yang dapat dimanfaatkan
dengan program atau aktivitas yang diusulkan.
akan dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja daya saing bangsa sebagai dasar
ketahanan nasional dalam berbagai level (Effendi, 2009; Kartasasmita, 2009).
TPKB mencakup seluruh perangkat negara yang mendapat kewenangan dan
tanggung jawab dalam pengambilan keputusan untuk membuat berbagai kebijakan
nasional, yang menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, dengan mengarah kepada cita-cita nasional. Kebijakan Nasional yang
dirumuskan berorientasi kepada kepentingan masyarakat dengan tolok ukur yaitu secara
politis, penyelenggaraannya dapat diterima masyarakat, secara manajerial, pengerahan
dan pemanfaatan sumber daya dapat efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil optimal
yang memiliki nilai guna, daya guna, hasil guna dan secara administratif, penyelenggaraan
berjalan dengan tertib.
Sebagai suatu sistem, Sismennas dalam mengemban fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan (Wrihatnolo : 2006). Sebagaimana
dalam manajemen strategis, Sismennasakan melalui siklus: Perumusan Kebijakan (Policy
Formulation), Pelaksanaan Kebijakan (Policy Implemention) dan Penilaian Kinerja hasil-
hasil pelaksanaan kebijakan (Policy Evaluation).
Kebijakan Nasional yang dihasilkan berkait dengan fungsi penyelenggaraan
pembangunan adalah Kebijakan Pembangunan yang mentransformasikan kepentingan
dan aspirasi masyarakat dalam bentuk program dan kegiatan, maupun kebijakan
pembangunan lainnya yang harus diimplementasikan oleh TLP atau pemerintah dan
segenap jajarannyan, baik vertikal maupun horizontal. Melalui pemahaman di atas, TPKB
mengemban fungsi-fungsi yang berkait dengan kebijakan umum (pembuatan aturan,
penerapan aturan, penghakiman aturan) dan yang berkait dengan kebijakan
pembangunan (perencanaan, pengendalian, penilaian).
Untuk menjalankan Sismennas berbasis teknologi modern ada beberapa langkah
yang dapat digunakan agar tujuan nasional dapat diraih, sebagai berikut:
e-government secara cepat, tepat, efektif, efisien dan terpadu sehingga masyarakat
luasdapat mengakses dengan mudah, baik yang berada dipemerintah pusat maupun
yang berada dipemerintah daerah. Dengan demikian, Simnas umumnya dan e-
government khususnya, mulai tingkat terendah sampai tingkat tertinggi berdasarkan
strata strategis dan operasional tampaknya akan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa. Hal itu disebabkan oleh Simnas
dengan e-governmentnya, bukan hanya sebagai pendukung penyedia informasi,
melainkan juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengawasan yang transparan bagi
masyarakat luas.
30
BAB IV
SISMENNAS DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
17. Umum. Menyadari betapa pentingnya arti mewujudkan good governance, maka
seluruh aparatur negara dituntut harus mampu meningkatkan kinerja. Salah satu upaya
untuk mewujudkan good governance serta menjawab tuntutan masyarakat tersebut, perlu
dikembangkan Sistem Informasi Manajemen Nasional (Simnnas) dan percepatan proses
kerja dilingkungan pemerintah (baik pusat maupun daerah) dengan melakukan
modernisasi administrasi melalui pengelolaan data secara elektronik, otomatisasi di
bidang administrasi perkantoran serta modernisasi penyelenggaraan pelayanan kepada
masyarakat, sebagai perwujudan e-government yaitu penyelenggaraan pemerintahan
berbasis elektronik (teknologi informasi).
Dalam rangka menyelamatkan keuangan negara, banyak upaya pemerintah yang sudah
dilaksanakan diantaranya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.Kemudian dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah semakin jelas keseriusan pemerintah dalam hal pembenahan sistem
pengelolaan keuangan negara penerapan PP Nomor 60 Tahun 2008 bukan hanya
tanggung jawab BPKP tetapi seluruh instansi pemerintah guna mewujudkan Good
Governance dan Clean Government.
Banyak badan-badan donor internasional seperti IMF dan Bank Dunia
mensyaratkan diberlakukannya unsur-unsur tata laksana pemerintahan yang baik sebagai
dasar bantuan dan pinjaman yang akan mereka berikan. Tata laksana pemerintahan yang
baik ini menurut Bank Dunia dapat dipahami dengan memberlakukan delapan
karakteristik dasarnya yaitu partisipasi aktif, tegaknya hukum, transparansi, responsive,
berorientasi akan musyawarah untuk mendapatkan mufakat, keadilan serta perlakuan
yang sama untuk semua orang, efektif dan ekonomis serta dapat dipertanggungjawabkan.
Berlakunya karakteristik-karakteristik di atas biasanya menjadi jaminan untuk
meminimalkan terjadinya korupsi, pandangan minoritas terwakili dan dipertimbangkan,
pandangan dan pendapat kaum yang paling lemah didengarkan dalam pengambilan
keputusan. Indonesia (Bappenas) mengembangkannya menjadi sepuluh prinsip yaitu:
Penerapan tata pemerintahan yang baik adalah pelayanan publik yang lebih baik
kepada masyarakat. Untuk mencapai cita-cita ideal tersebut, maka sistem birokrasi perlu
direformasi. Selama ini birokrasi cenderung tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Birokrasi yang ada tidak bisa menciptakan efisiensi dan efektivitas kerja, sehingga
birokrasi sering dianggap menjadi penghambat untuk mencapai tujuan pemerintahan.
Pihak-pihak yang dituntut untuk melakukan reformasi tidak hanya negara saja, akan tetapi
juga dunia usaha (corporate) dan masyarakat luas (civil society). Secara umum, tuntutan
reformasi berupa penciptaan good corporate governance di sektor swasta, good public
33
Dewasa ini, Sistim Informasi Nasional di Indonesia belum berkembang dengan baik
dimana landasan kebijakan tentang konsep ini dirasakan belum jelas pula. Di samping itu,
masih terdapatnya perbedaan pandang mengenai teknologi informasi diantara pengguna
sistem informasi dan komunikasi, juga belum terciptanya good governance, baik di
pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah. Hal tersebut diatas kiranya perlu
mendapat perhatian dari segenap komponen bangsa dalam era otonomi daerah ini untuk
lebih meningkatkan keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
serta memantapkan sistem manajemen yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita
nasional dan tujuan nasional. Karena untuk pencapaian suatu tujuan tertentu diperlukan
adanya suatu keterpaduan upaya dalam suatu sistem informasi manajemen yang
terintegrasi dan bersifat nasional.
Simnas merupakan salah satu dari instrumental input dalam sistem pembangunan
nasional guna menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Inti dari Simnas adalah
terciptanya tatanan pengambilan keputusan berkewenangan yang merupakan fungsi
manajerial yang dimulai dari proses pengolahan pendapat masyarakat, proses
pengolahan pendapat/tanggapan politik yang muncul, yang kemudian melalui proses
pengolahan tertentu akan menghasilkan aturan, norma, pedoman dalam bentuk
administratif yang merupakan kebijakan umum untuk memudahkan dalam pelaksanaan
agar tercipta tertib administrasi, tertib politik dan tertib sosial, serta meningkatkan daya
guna dan hasil guna yang diinginkan.
Terkait dengan penciptaan good governance, Simnas memiliki posisi penting untuk
memadukan antara kepentingan pusat dan daerah sehingga tercipta hubungan yang
harmonis antara pusat dan daerah secara seimbang. Simnas yang terintegrasi
memungkinkan terpadunya keselarasan program antara pusat dan daerah sehingga
tercipta good governance. Tampak secara jelas betapa pentingnya sistem informasi
manajemen nasional dalam menyajikan informasi secara lengkap, akurat dan tepat waktu
dalam era otonomi daerah seperti sekarang ini.
Simnas tidak saja sebagai pendukung dalam proses pengambilan keputusan dan
sarana, tetapi lebih luas merupakan sarana penjabaran dalam peningkatan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi ketatalaksanaan. Dimana selama proses tersebut akan terjadi
proses perkiraan, perhitungan, analisis, penilaian, perencanaan, pengawasan dan
sebagainya, terutama untuk menghadapi hal-hal yang akan datang yang bersifat
perkiraan, kendala dan peluang. Untuk mewujudkan Simnas yang akuntabel dan
39
terintegrasi dalam rangka otonomi daerah, diperlukan adanya jejaring (network) dari
simpul-simpul jaringan sesuai spesialisasi dalam jenis informasi.
Hal tersebut tergabung dan terkoordinasi dalam Sistem Informasi Nasional yang
memiliki akses informasi yang terfokus dan akurat sesuai dengan bidang yang meliputi
bidang Ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan strategis yang
berpengaruh. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa
penerapan Simnas guna mewujudkan good governance guna menunjang proses
pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan kondisi ketahanan nasional
memerlukan serangkaian proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang
terintegrasi dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara mulai dari pusat
sampai daerah.
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah. Peraturan Menteri tersebut
merupakan acuan bagi instansi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
membangun Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Selain itu, Peraturan Menteri tersebut merupakan
rujukan untuk memberikan keseragaman pemahaman dan tindakan dalam membangun
Zona Integritas Menuju WBK/WBBM.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Perpres Stranas PK), terdapat tiga sektor prioritas
pencegahan korupsi yaitu, perijinan dan tata niaga; keuangan negara; dan penegakan
hukum dan Reformasi Birokrasi. Salah satu sub aksi pada sektor penegakan hukum dan
Reformasi Birokrasi adalah tentang pembangunan Zona Integritas. Pembangunan Zona
Integritas dianggap sebagai role model Reformasi Birokrasi dalam penegakan integritas
dan pelayanan berkualitas. Dengan demikian pembangunan Zona Integritas menjadi
aspek penting dalam hal pencegahan korupsi di pemerintahan. Oleh karena itu, dalam
rangka meningkatkan kualitas pembangunan dan pengelolaan unit kerja yang telah
membangun Zona Integritas maka diperlukan revisi atas Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah. Revisi Peraturan
Menteri ini mengatur lebih detail tentang mekanisme pelaksanaan pembangunan unit
kerja yang telah membangun Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka
mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang
belum seluruh pegawainya menandatangani Dokumen Pakta Integritas,
dapat melanjutkan/melengkapi setelah pencanangan pembangunan Zona
Integritas.
Proses pemilihan unit kerja yang berpotensi sebagai Zona Integritas dilakukan
dengan membentuk kelompok kerja/tim untuk melakukan identifikasi terhadap unit
kerja yang berpotensi sebagai unit kerja berpredikat menuju WBK/WBBM oleh
pimpinan instansi. Setelah melakukan identifikasi, kelompok kerja/tim mengusulkan
unit kerja kepada pimpinan instansi untuk ditetapkan sebagai calon unit kerja
berpredikat Zona Integritas menuju WBK/WBBM. Selanjutnya dilakukan penilaian
mandiri (self assessment) oleh TPI. Setelah melakukan penilaian, TPI melaporkan
kepada Pimpinan instansi tentang unit yang akan di usulkan ke Kementerian
sebagai unit kerja berpredikat Menuju WBK/WBBM. Apabila unit kerja yang
diusulkan memenuhi syarat sebagai Zona Integritas Menuju WBK/WBBM, maka
langkah selanjutnya adalah penetapan. Setelah unit kerja yang diusulkan sebagai
Zona Integritas menuju WBK/WBBM ditetapkan, maka hal yang selanjutnya
dilakukan adalah menentukan komponen-komponen yang harus dibangun.
Terdapat dua jenis komponen yang harus dibangun dalam unit kerja terpilih, yaitu
komponen pengungkit dan komponen hasil. Di bawah ini adalah gambar yang
menunjukkan hubungan masing-masing komponen dan indikator pembangun
komponen.
43
Peningkatan Pelayanan Publik Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN Melalui
model tersebut dapat diuraikan bahwa program Manajemen Perubahan, Penataan
Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Penguatan
Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik merupakan komponen
pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Penilaian terhadap setiap
program dalam komponen pengungkit dan komponen hasil diukur melalui indikator-
indikator yang dipandang mewakili program tersebut. Sehingga dengan menilai indikator
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran pencapaian upaya yang berdampak
pada pencapaian sasaran.
44
BAB V
SISTEM MANAJEMEN NASIONAL DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA
22. Umum. Untuk lebih memahami tentang masalah Sismennas dalam konteks
Penyelenggaraan Negara, dirasa penting untuk terlebih dahulu meninjau pengertian dasar
mengenai penyelenggaraan negara, tatanan dan pengorganisasian pemerintahan negara
serta keterkaitan dengan Sismennas. Selanjutnya perlu juga memahami aspek
kepemimpinan nasional dalam konteks hubungan antar komponen dalam pemerintahan
negara dan hubungan pemerintah pusat dan daerah. Pada akhirnya mencermati tata
administrasi negara dan tata laksana pemerintahan sebagai penentu kebijakan untuk
mengaktualisasi Sismennas dalam pemerintahan dan pembangunan nasional.
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mempunyai pemahaman tentang
Sistem Manajemen Nasional (Sismennas) dalam penyelenggaraan negara Indonesia,
melalui penelusuran tentang pengorganisasian penyelenggara negara dan pemerintahan
negara baik di pusat maupun di daerah serta keterkaitannya dengan Sismennas. Proses
akhir dari Sismennas adalah penentuan kebijakan dan keputusan negara melalui
aktualisasinya dalam pemerintahan dan pembangunan nasional.
a. Adanya lembaga politik. Adanya lembaga politik utama yang terpisah dan
terbagi atas kekuasaan-keuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif yang terdiri atas
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Pemerintah (Presiden dan seluruh aparat
pemerintahan baik struktural maupun fungsional), serta Mahkamah Agung (MA).
Disamping itu ada Lembaga Negara lain yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang merupakan representasi dari seluruh rakyat Indonesia, Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK) Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), dan Komisi Yudisial (KY) .
b. Adanya aturan main politik yang demokratis. Adanya aturan main politik
yang demokratis yang apabila dilihat pada kenyataannya, aturan main dalam
banyak hal masih mengeliminir keleluasaan atau partisipasi masyarakat dalam
sistem politik. Sebagai perangkat lunaknya, diisyaratkan 7 (tujuh) perangkat
sebagai berikut:
yang relatif dan dilematik, apabila tergantung pada tinjauan perspektif yang
berbeda.
Hal strategis yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan dan
mewujudkan segenap kepentingan masyarakat adalah harus tetap dalam koridor
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
tetap terpeliharanya keutuhan NKRI. Salah satu langkah konkrit untuk mewujudkan
kondisi yang diharapkan adalah pemberdayaan sistem pemerintahan daerah, yang
pada prinsipnya tidak lepas dari visi Otonomi Daerah yang dirumuskan dalam 3
(tiga) ruang lingkup interaksi utama yaitu politik, ekonomi dan sosial budaya.
Setiap keputusan pasti mempunyai resiko, besar atau kecilnya resiko selalu
ada sebagai konsekuensi logis dari suatu pengambilan keputusan. Namun seorang
pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan.Keberanian itu
bisa diperoleh jika “mengetahui tujuan dari organisasi, mempunyai kemampuan
analitis, memiliki pengetahuan yang mendalam tentang dirinya sendiri dan
mendalami perilaku bawahannya”.
BAB VI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
9. Istruksi Presiden Nomor 03 tanggal 9 Juni 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-Government; dan