Diterbitkan Oleh:
Pokja PPAS Nasional
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan
Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
ISBN:
978-602-72978-3-8
Penerbit:
Pokja PPAS Nasional
Dipublikasikan Oleh:
Pokja PPAS Nasional
Jl. Kimangunsarkoro No.41, Menteng Jakarta Pusat, Indonesia
Tlp. 021 - 21231162
E-mail: ccmu.indonesia@gmail.com
Web: www.nawasis.org
Tim Penulis:
Ketua:
Nurul Wajah Mujahid
Anggota:
Ira Lubis
Nur Aisyah
Aldy Mardikanto
Kontributor:
BAPPENAS:
Gustomi R, Dwi Jayanti, Danti Rahmiyati, Tiara Anggita, Undung Permatasari,
Firdha Fitria, Adila Muthi Yasyfa Taufik, Larissa Arindini, Alieftyo Pramanda,
Halimah Hannah, Nadia I. Sitompul, Ryannisa Tritama, Arma Fitriani Zaitoon
iv Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berbasis Hasil (Outcome)
KATA
PENGANTAR
Perumahan dan permukiman yang layak merupakan salah satu kebutuhan
dasar seperti halnya pendidikan dan kesehatan yang pemenuhannya
dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28(h). Komitmen terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar tersebut juga sejalan dengan Agenda Global
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 (Sustainable Development Goals)
atau yang dikenal dengan SDGs, terutama Goals 6.1.1 (akses air minum);
Goals 6.2.1 (akses sanitasi); dan Goals 11.1.1 (akses rumah layak huni). Wujud
komitmen Pemerintah Indonesia kemudian ditetapkan dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang mengamanatkan
perlunya sinergi SDGs dengan rencana pembangunan jangka menengah
nasional dan daerah.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) iii
memperhatikan ketersediaan data dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setiap tahunnya.
Akhir kata, semoga panduan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan perumahan dan
permukiman ke depan serta pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Kami sampaikan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan
buku panduan ini.
Rudy S. Prawiradinata
iv Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................2
1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup.........................................................5
1.3 Landasan Hukum........................................................................6
1.4 SDGs sebagai Kerangka Pembangunan Nasional ke Depan.....7
1.5 Sumber Data...............................................................................9
1.6 Pengguna dan Manfaat.............................................................10
1.7 Sistematika Penulisan................................................................11
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) v
3.2.2 Daftar Pertanyaan dalam Susenas ..................................37
3.2.3 Metode Perhitungan ...................................................... 38
3.2.4 Manfaat Perhitungan ..................................................... 40
3.2.5 Sumber, Cara, dan Waktu Pengumpulan Data ............. 40
3.2.6 Disagregasi ...................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 83
vi Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Algoritma Perhitungan Akses Rumah Layak Huni.....................................22
Gambar 2. Diagram Algoritma Perhitungan Kombinasi Bahan Bangunan Terluas Tahun 2017.... 24
Gambar 3. Diagram Algoritma Perhitungan Akses Air Minum Layak....................................... 32
Gambar 4 Diagram Algoritma Perhitungan Akses Air Minum Aman....................................... 38
Gambar 5. Diagram Algoritma Perhitungan Kategorisasi Akses Sanitasi Tahun 2018............ 50
Gambar 6. Diagram Algoritma Perhitungan Kategorisasi Akses Pengelolaan Sampah
Domestik Perkotaan Tahun 2016 ........................................................................... 56
Gambar 7. Persentase Rumah Tangga Nasional yang Menempati Rumah Layak Huni
Tahun 2015-2018...................................................................................................... 62
Gambar 8. Persentase Rumah Tangga terhadap Rumah Layak Huni per Provinsi Tahun
2018.......................................................................................................................... 63
Gambar 9. Peta Persentase Rumah Tangga terhadap Rumah Layak Huni per Provinsi
Tahun 2018....................................................................................................................64
Gambar 10. Kuadran Akses Rumah Layak Huni dengan Laju Pertumbuhan RLH dari
Tahun 2015-2018...................................................................................................... 65
Gambar 11. Persentase Rumah yang Memiliki Ketahanan Bangunan Layak Tahun 2015-2018
(Nasional)................................................................................................................. 66
Gambar 12. Persentase Rumah Tangga dengan Hunian yang Memiliki Ketahanan Bangunan
Layak per Provinsi Tahun 2018................................................................................ 67
Gambar 13. Peta Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki Ketahanan
Bangunan Layak per Provinsi Tahun 2018............................................................... 68
Gambar 14. Kuadran antara Persentase Rumah yang Memiliki Ketahanan Bangunan Layak
dengan Laju Pertumbuhannya dari Tahun 2015-2018............................................ 69
Gambar 15. Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki Kecukupan Luas
Tempat Tinggal dari Tahun 2015-2018.................................................................... 70
Gambar 16. Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki Kecukupan Luas
Tempat Tinggal per Provinsi Tahun 2018................................................................. 71
Gambar 17. Peta Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki Kecukupan Luas
Tempat Tinggal per Provinsi Tahun 2018 ................................................................72
Gambar 18. Kuadran antara Persentase Rumah yang Memiliki Kecukupan Luas Tempat
Tinggal dengan Laju Pertumbuhan-nya dari Tahun 2015-2018.............................. 73
Gambar 19. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Layak Tahun 2015-2018....... 74
Gambar 20. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Layak per provinsi
Tahun 2018................................................................................................................75
Gambar 21. Peta Persentase Rumah Tangga terhadap Akses Air Minum Layak Tahun 2018.... 76
Gambar 22. Kuadran antara Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sumber Air Minum
Layak dengan Laju Pertumbuhan dari Tahun 2015-2018.........................................77
Gambar 23. Persentase Rumah Tangga dengan Fasilitas Sanitasi Layak dari Tahun 2015-2018.... 78
Gambar 24. Persentase Rumah Tangga terhadap Sanitasi Layak per Provinsi Tahun 2018...... 79
Gambar 25. Peta Persentase Rumah Tangga terhadap Akses Sanitasi Layak per Provinsi
Tahun 2018............................................................................................................... 80
Gambar 26. Kuadran antara Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sanitasi Layak
dengan Laju Pertumbuhan dari Tahun 2015-2018...................................................81
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) vii
DAFTAR TABEL
viii Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
DAFTAR ISTILAH
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) ix
x Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB I
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 1
BAB I
Pendahuluan
Tujuan dan sasaran yang ditetapkan di dalam SDGs diikuti dengan perumusan
indikator globalnya. Indikator global tersebut kemudian diikuti oleh indikator
regional dan nasional yang dikembangkan sendiri oleh masing-masing
negara sebagai tambahan outcome. Adanya indikator lokal menjadi alternatif
yang sangat bermanfaat karena tidak seluruh indikator global didukung oleh
data yang memadai di tiap negara.
2 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB I
Pendahuluan
źź Penyusunan rencana dan program yang lebih tepat guna dan sasaran;
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 3
BAB I
Pendahuluan
Tujuan 14
Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan
sumberdaya laut, samudra dan maritim untuk pembangunan
berkelanjutan
4 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB I
Pendahuluan
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 5
BAB I
Pendahuluan
6 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB I
Pendahuluan
Selain dengan RPJMN, integrasi target dan indikator SDGs juga otomatis
harus dilakukan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab II ayat 2. Dalam ayat
tersebut disebutkan bahwa tujuan SPPN adalah untuk menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antar ruang, antar waktu,
antar fungsi pemerintahan maupun antara pusat dan daerah. Ditegaskan
kemudian pada pasal 5 yang berbunyi bahwa RPJMD harus memperhatikan
RPJP Daerah dan RPJMN. Hubungan antara RPJMN dengan RPJMD juga
termuat dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah pada bagian dua pasal 263 yang menyatakan bahwa penyusunan
RPJMD harus berpedoman kepada RPJPD dan RPJMN.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 7
BAB I
Pendahuluan
Sasaran Indikator
Tujuan 6: Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua
6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses 6.1.1.(A) Persentase rumah tangga yang
universal dan merata terhadap air memiliki akses terhadap layanan
minum yang aman dan terjangkau bagi sumber air minum layak dan
semua berkelanjutan.
6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses 6.2.1.(B) Persentase rumah tangga yang
terhadap sanitasi dan kebersihan yang memiliki akses terhadap layanan
memadai dan merata bagi semua, sanitasi layak dan berkelanjutan
dan menghentikan praktik buang
air besar di tempat terbuka, dengan
memberikan perhatian khusus pada
kebutuhan kaum perempuan, serta
kelompok masyarakat rentan.
Tujuan 11: Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan
berkelanjutan
11.1 Pada tahun 2030, menjamin akses 11.1.1.(A) Persentase rumah tangga yang
bagi semua terhadap perumahan yang memiliki akses terhadap hunian
layak, aman, terjangkau, termasuk yang layak dan terjangkau
penataan kawasan kumuh serta akses
terhadap pelayanan dasar perkotaan.
8 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB I
Pendahuluan
2) BPS telah mengumpulkan data Susenas dari sejak tahun 1960-an, dengan
menggunakan variabel yang memperhatikan keberlanjutan pengukuran
beserta proses perbaikannya.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 9
BAB I
Pendahuluan
10 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB I
Pendahuluan
Bab Dua berisi cara-cara pengelolaan data dan indikator SDGs Tujuan 6.1.1,
6.1.2, dan 11.1.1. Di dalamnya memuat tujuan dan ruang lingkup analisis,
indikator, prinsip perhitungan dan sumber data SUSENAS yang digunakan
di dalam analisis data.
Bab Tiga berisi cara perhitungan data SDGs Tujuan 6.1.1 . Di dalamnya memuat
metadata indikator, konsep dan definisi akses air minum layak dan air minum
aman, cara mencari data dari sumber Susenas, serta cara menghitung yang
dipakai untuk menentukan capaian indikator air minum layak dan air minum
aman.
Bab Empat berisi cara perhitungan data SDGs 6.1.2. Di dalamnya memuat
konsep dan definisi akses saintasi layak, cara mencari data dari sumber
Susenas dan cara menghitung yang digunakan untuk menentukan capaian
indikator sanitasi layak.
Bab Lima berisi cara perhitungan data SDGs 11.1.1. Di dalamnya menguraikan
metadata indikator, konsep dan definisi, cara mencari data dari sumber
Susenas dan cara-cara menghitung capaian indikator akses rumah layak
huni.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 11
BAB II
CARA PENGUKURAN
INDIKATOR AKSES
RUMAH LAYAK
Indikator:
Persentase rumah tangga yang memiliki akses
terhadap hunian yang layak dan terjangkau.
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
Walaupun SDGs dan MDGs menggunakan indikator yang sama untuk rumah
layak huni, tetapi ada dua perbedaan dalam melakukan perhitungan. Pertama
MDGs tidak merinci definisi yang digunakan untuk semua komponen,
sedangkan di dalam SDGs parameter yang dipakai didefinisikan secara rinci.
Kedua MDGs menggunakan pembobotan dari komponen - komponen yang
digunakan dalam indikator dengan asumsi terdapat komponen yang lebih
penting dibanding dengan komponen lainnya. Adapun pembobotan indikator
MDGs dapat dilihat pada tabel berikut.
Komponen Bobot
14 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
Rumah yang baik, tidak harus besar dan mewah, tetapi harus memenuhi syarat
kesehatan, sehingga para penghuninya dapat beraktivitas dengan nyaman.
Terkait hal ini, Indonesia juga sudah memiliki Kriteria Rumah Sehat yang
ditetapkan melalui a) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sehat
dan b) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/
VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Tabel 4. Ketentuan Rumah Sehat Berdasarkan Kepmenkes No. 829 Tahun 1999
1 Bahan Bangunan 1. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
• Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
• Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
• Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
2. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 15
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
5 Ventilasi Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai
6 Vektor Penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
7 Penyediaan Air 1. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter per orang setiap hari;
2. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/
atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes
907 tahun 2002.
8 Pembuangan 1. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber
Limbah air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
2. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.
9 Kepadatan Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk
Hunian lebih dari 2 orang tidur.
No Tahapan SNI
5 Operasi dan Tahap penggunaan rumah dengan didukung tata laksanan pengubahan/
pemeliharaan transformasi baik dari sisi fungsi, ruang, dan kualitas
Rumah yang layak huni dan terjangkau dalam konteks permukiman kumuh
dalam kerangka kerja monitoring SDGs menggunakan lima kriteria yaitu (1)
16 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
ketahanan bangunan; (2) kecukupan luas tempat tinggal; (3) akses air minum
layak; (4) akses sanitasi layak; dan (5) keamanan bermukim. Adapun dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
dijelaskan bahwa rumah yang layak huni dan terjangkau didefinisikan sebagai
rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan
minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya, yang mampu dijangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat.
Tabel 6. Indikator Global dan Nasional untuk Akses Hunian Layak dan Terjangkau
Global Nasional
1 Ketahanan Bahan bangunan atap terluas adalah genteng, beton, Kayu/Sirap, dan
Bangunan seng
3 Akses terhadap Mengikuti indikator dan metode perhitungan sasaran 6.1.1 (a) terkait
Air Minum Layak akses air minum layak.
4 Akses terhadap Mengikuti indikator dan metode perhitungan sasaran 6.2.1 (b) terkait
Sanitasi Layak akses sanitasi layak.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 17
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
18 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
Tabel 8. Daftar Pertanyaan dalam Susenas terkait Akses Rumah Layak Huni
Tahun 2018
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 19
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
20 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
01 02
Kecukupan
Ketahanan
luas tempat
bangunan
tinggal
03 04
Akses Akses sanitasi
air minum layak
layak
05 Keamanan
bermukim
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 21
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
Start
Memenuhi semua
kreteria Atap,
Dinding, Lantai > 7.2 m2
RUMAH
TIDAK LAYAK HUNI
22 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
Layak
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 23
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
1, 2, 4, 6
1, 2, 3, 5
Kombinasi
Dinding - 1508 (KOR) 4, 6, 7
Bahan Bangunan Tidak Layak
1, 2, 3, 4, 5, 6
Definisi Bahan Bangunan Atap Terluas Bahan Bangunan Dinding Terluas Bahan Bangunan Dinding Terluas
JRTHLT
PHLT = X 100%
JRT
Keterangan:
PHLT Persentase rumah tangga hunian layak
JRTHLT Jumlah rumah tangga hunian layak
JRT Jumlah rumah tangga seluruhnya
24 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB II
Cara Pengukuran Indikator Akses Rumah Layak
2.7 Disagregasi
Kegiatan penyusunan data Susenas merupakan hasil dari kegiatan
penyusunan yang dilaksanakan secara bertahap dengan berbagai subject
matter terkait, baik dari tingkat kewilayahan maupun kelembagaan yang
diharapkan menghasilkan analisis bidang perumahan secara makro maupun
mikro. Adapun tingkat disagregasi pada Susenas saat ini, meliputi :
a. Wilayah administrasi: nasional, provinsi, kota/kabupaten;
b. Perkotaan dan perdesaan;
c. Rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan;
d. Rumah tangga berdasarkan kelompok pengeluaran.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 25
BAB III
PENGUKURAN INDIKATOR
AKSES AIR MINUM LAYAK
Indikator:
Persentase rumah tangga yang
menggunakan sumber air minum layak.
Persentase rumah tangga yang
menggunakan sumber air minum aman.
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
28 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
2) Waktu tempuh mengambil air hanya menjadi set data tambahan karena
keterbatasan data atau jika ada pun kemungkinan tidak akurat.
Kategori akses air minum layak terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: sumber air
minum layak yang lokasinya berada di luar rumah (off-premises) dan sumber
air minum layak yang lokasi sumber air ada di lokasi atau di halaman rumah
(on-premises). Sumber layak off-premises terbagi menjadi 2 (dua) kategori
yaitu (i) limited access dan (ii) basic access, sementara sumber air minum
layak on-premises adalah komponen dari akses aman.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 29
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
Indikator akses air minum layak merupakan proksi terhadap ladder 3 dan 4.
Komponen utama yang dinilai adalah sumber air utama (terlindungi/tidak
terlindungi) dan sumber air mandi/cuci, dengan rincian sebagai berikut:
Terminal air
Penampungan Air Hujan (PAH)
Sumur Bor/Pompa
Terlindungi, namun kelayakannya perlu dicek
Sumur Terlindung dengan melihat jarak ke penampungan kotoran/
limbah
Mata Air Terlindung
Air Kemasan Bermerk Tidak berkelanjutan, sehingga perlu dicek
kelayakannya dengan melihat sumber air mandi/
cuci dan jaraknya ke penampungan kotoran/
Air Isi Ulang limbah.
Sumur Tak Terlindungi
Mata Air Tak Terlindungi
Akses air minum tidak layak
Air Permukaan
Lainnya
Berdasarkan tabel di atas, sumber air minum layak berdasar dari air minum
terlindung yang meliputi: (i) leding meteran (keran individual); (ii) leding
eceran; (iii) keran umum (komunal); (iv) hidran umum; (v) terminal air; (vi)
penampungan air hujan (PAH); (vii) sumur bor/pompa; (viii) sumur terlindung;
dan (ix) mata air terlindung. Sesuai definisi SDGs sejak tahun 2016, leding
eceran mulai dikategorikan sebagai sumber air minum layak. Sementara
itu, bagi rumah tangga yang menggunakan air kemasan dan/atau air isi
ulang sebagai sumber air minum dikategorikan sebagai rumah tangga yang
memiliki akses layak jika sumber air untuk masak dan MCK-nya menggunakan
sumber air minum terlindungan. Definisi sumber air minum layak ini berbeda
dengan perhitungan Millenium Development Goals (MDGs) target 7.8 yang
turut memperhitungkan jarak ke tempat penampungan limbah/kotor/tinja
terdekat untuk sumur bor/poma, sumur bor/pompa, sumur terlindungan
30 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
dan mata air terlindung karena faktor keamanan kualitas air akan diukur
melalui uji kualitas air, baik melalui laboratorium ataupun perangkat water
and sanitation kit.
Tabel 11. Pertanyaan dalam Susenas untuk Perhitungan Data Akses Air Minum Layak
Tahun 2018
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 31
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
Akses Layak
Sumber: Susenas KOR, 2018
Keterangan: Nomor Kode mengikuti tahun Susenas KOR, BPS
32 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
=1)
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 33
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
b. Cara Perhitungan
Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak adalah
jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak
pada waktu tertentu dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya pada
periode yang sama dinyatakan dalam satuan persen (%).
c. Rumus Perhitungan
JPAML
PAML= X 100%
JPT
Keterangan:
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
PAML
sumber air minum layak.
JPAML Jumlah rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum layak
JPT Jumlah rumah tangga seluruhnya
Indikator ini akan digunakan dalam penyusunan RPJMN 2020-2024, dan hasil
pengolahan data dijadikan sebagai alat monitoring dan pemantauan kinerja
capaian target. Indikator dan pengolahan data ini semestinya digunakan
oleh kabupaten/kota dan provinsi dalam penyusunan RPJMD, sesuai dengan
amanat Permendagri No. 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyusunan RPJMD.
34 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
3.1.6 Disagregasi
Kegiatan penyusunan data-data Susenas merupakan hasil dari kegiatan
penyusunan disgaregasi yang dilaksanakan secara bertahap dengan
berbagai subject matter terkait. Adapun tingkat disagregasi pada Susenas
saat ini, meliputi:
a. Wilayah administrasi: nasional, provinsi, kabupaten/kota;
b. Daerah tempat tinggal: perkotaan dan perdesaan;
c. Jenis kelamin kepala rumah tangga;
d. Kelompok pendapatan (pengeluaran).
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 35
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
Tabel 12. Metadata SDGs Internasional dan Proksi Nasional untuk Akses
Air Minum Aman
Kriteria SDGs Internasional Proxy Nasional
Sumber Air Rumah tangga Improved access atau akses layak adalah rumah tangga yang
Minum Layak menggunakan sumber air menggunakan sumber air minum yang berasal dari sumber air
minum layak (perpipaan ke minum yang terlindung yang meliputi: (i) leding perpipaan (keran
dalam rumah atau halaman, individual); (ii) leding eceran; (iii) keran umum/hydrant umum; (iv)
kran umum, sumur bor/ terminal air; (v) penjual eceran; (vi) penampungan air hujan (PAH);
pompa, mata air terlindung, (vii) mata air terlindungi; (viii) sumur terlindung; dan (ix) sumur
air kemasan, air yang dijual bor atau sumur pompa. Sesuai definisi SDGs sejak tahun 2016, air
eceran atau keliling, dan leding yang dijual melalui penjual keliling (leding eceran) mulai
air hujan) dikategorikan sebagai sumber air minum layak.
Lokasi Lokasi sumber air minum Lokasi sumber air minum berada di dalam atau di halaman
Sumber Air berada di dalam atau rumah/on-premises (selain air minum kemasan bermerk dan air
Minum Layak di halaman rumah/on- isi ulang)
premises (selain air minum
kemasan bermerk dan air
isi ulang)
Ketersediaan Tersedia saat dibutuhkan Rumah tangga selama setahun terakhir tidak mengalami
yaitu rumah tangga dapat kesulitan pasokan air selama 24 jam
mengakses air minum saat
dibutuhkan.
Sumber Air minum bebas dari Sumber air memenuhi standar kualitas air minum yang
Air Minum kontaminasi bakteri dipersyaratkan yaitu bebas dari kontaminasi fisika, mikrobiologi
Layak, Lokasi faecal dan kimiawi yang dan kimiawi yang ditetapkan sesuai standar kualitas air minum
on Premises ditetapkan sesuai standar nasional (di Indonesia standar kualitas air minum ditetapkan sesuai
dan tersedia kualitas air minum nasional Permenkes No. 492 tahun 2010). Sesuai dengan ketentuan SDGs
setiap dan dengan mempertimbangkan kondisi kesiapan Indonesia,
dibutuhkan pengukuran akses aman diprioritaskan dilakukan untuk parameter
dengan fisika (Bau, Warna, Total Zat Padar Terlarut (TDS), Kekeruhan,
kualitas Rasa dan Suhu), biologi (bakteri E.coli dan total Coliform), dan
sesuai kimiawi (Nitrat, Nitrit, dan Arsen). Hingga tahun 2019, Survey
standar Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) akan mengukur pencapaian
akses aman hingga parameter fisika. Sementara pengukuran
terhadap parameter biologi dan kimia akan dilakukan melalui
Program Pengawasan Kualitas Air Minum (PKAM) oleh Kementerian
Kesehatan. Secara bertahap sampai dengan akhir tahun 2030,
Indonesia akan mengarah ke pengukuran akses air minum yang
aman (safely managed drinking water).
Untuk proksi aspek ketersediaan, belum ada ketentuan pasti dari SDGs
internasional sehingga ada berbagai pendekatan yang dipergunakan oleh
berbagai negara. Untuk aspek keterjangkauan, metadata SDGs internasional
tidak menetapkan proksi khusus untuk mengukurnya, sehingga seluruh
negara diberi peluang seluas-luasnya untuk menentukan pengukuran dan
indikator tersebut.
36 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
Hingga saat ini, sumber data untuk mengukur proksi indikator 6.1.1 (c) baru
berasal dari Susenas. Padahal pengukuran aspek kualitas biologi dan kimiawi
air minum yang memerlukan uji laboratorium dilakukan oleh Program
Pengawasan Kualitas Air Minum (PKAM) Kementerian Kesehatan. Diharapkan
kedepannya, capaian indikator 6.1.1 (c) akan mempergunakan data dari
Susenas dan PKAM.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 37
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
Akses layak
Ya Proximity/lokasi
< 30 menit
sumber air perlu
ditingkatkan menjadi lokasi
Akses layak Akses layak dasar di dalam/halaman rumah
on premises (Ladder 4) agar bisa menjadi
akses aman
Ya
Ya
Akses Aman
(Ladder 5)
38 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
Untuk perhitungan tahun 2018 dan 2019, karena sumber data hanya berasal
dari Susenas maka untuk kualitas hanya diperhitungkan kualitas fisika air
minum dan belum mengukur aspek kualitas biologi dan kimiawi seperti
dimandatkan pada metadata SDGs.
b. Cara Perhitungan
Jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak
pada waktu tertentu dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya pada
periode yang sama dinyatakan dalam satuan persen (%).
c. Rumus Perhitungan
Rumus Keterangan
C.3 Sumber Air Minum Layak, Berlokasi di On-Premises, dan Tersedia Sepanjang Tahun
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 39
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
Rumus Keterangan
C.4 Sumber Air Minum Layak, Berlokasi di On-Premises, Tersedia Sepanjang Tahun, dan Air
Memenuhi Kualitas Fisika Air Minum (Akes Aman-Fisik)
40 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB III
Pengukuran Indikator Akses Air Minum Layak
3.2.6 Disagregasi
Kegiatan penyusunan data-data Susenas merupakan hasil dari kegiatan
penyusunan disgaregasi yang dilaksanakan secara bertahap dengan berbagai
subject matter terkait, baik dari tingkat kewilayahan maupun kelembagaan
yang diharapkan menghasilkan analisis bidang perumahan secara makro
maupun mikro. Adapun tingkat disagregasi pada Susenas saat ini, meliputi:
REFERENSI
a. JMP WHO-UNICEF. JMP Methodology 2017 Update and SDGs Baseline.
New York, 2017.
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 41
BAB IV
PENGUKURAN AKSES
SANITASI (AIR LIMBAH DAN
SAMPAH DOMESTIK)
Target 6.2: Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan
kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan
praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus
pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan
Indikator:
44 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Ladder Adaptasi
Ladder Adaptasi
Definisi yang Digunakan di Indonesia Indonesia dalam
SDGs Indonesia
metadata SDGs
SPAL).
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 45
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Ladder Adaptasi
Ladder Adaptasi
Definisi yang Digunakan di Indonesia Indonesia dalam
SDGs Indonesia
metadata SDGs
cubluk/cemplung;
c. Bangunan bawah: tempat pembuangan akhir (Tidak dilaporkan
tinja menggunakan tangki septik, IPAL/SPAL dalam SDGs)
dan/atau lubang tanah.
Fasilitas Umum:
(Tidak dilaporkan
Memiliki fasilitas sanitasi tapi tidak menggunakan atau
dalam SDGs)
tidak memiliki fasilitas sanitasi.
Keterangan: *) Berdasarkan Permen PUPR No. 4/PRT/M/2017, penyedotan lumpur tinja dilakukan
secara berkala paling lama 3 (tiga) tahun sekali, namun dalam kuesioner Susenas saat ini masih
tercantum 5 (lima) tahun.
46 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Rumah tangga yang memiliki fasilitas sanitasi namun tidak memenuhi kriteria
akses sanitasi layak dan akses sanitasi aman termasuk ke dalam kategori
akses belum layak, dengan penjelasan sebagai berikut:
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 47
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Berdasarkan Tabel 15, ladder SDGs hasil adaptasi Indonesia terbagi menjadi
6 (enam) ladder yang terdiri atas: akses aman, akses layak sendiri, akses
layak bersama, akses belum layak, BABS tertutup/pembuangan langsung
direct discharge, serta BABS di tempat terbuka. Dalam rangka pemantauan
pencapaian SDGs, saat ini sedang dilakukan proses pemutakhiran metadata
dan indikatornya. Untuk sektor sanitasi, metadata yang digunakan saat ini
adalah metadata tahun 2017. Dalam metadata tersebut, jenis akses sanitasi
yang dilaporkan adalah:
a. Akses Aman yang dibagi menjadi 2 (dua) indikator yaitu 6.2.1 (f)
mengenai persentase rumah tangga yang terlayani sistem pengelolaan
air limbah terpusat serta 6.3.1 (b) mengenai persentase rumah tangga
yang terlayani pengelolaan lumpur tinja;
Angka Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka saat ini
merupakan data sandingan dari indikator 6.2.1 (d) yaitu jumlah desa/kelurahan
yang Open Defecation Free (ODF)/Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).
Namun angka BABS di tempat terbuka saat ini sedang diusulkan untuk
menjadi indikator dalam SDGs.
48 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Tabel 16. Pertanyaan Kunci dalam Susenas Tahun 2018 untuk Perhitungan Akses
Sanitasi Layak dan Akses Sanitasi Aman
1510.A. Apakah Memiliki Fasilitas Ada, digunakan hanya ART sendiri .............. 1
Tempat Buang Air Besar Dan Ada, digunakan bersama ART rumah
Siapa Saja Yang Menggunakan? tangga tertentu.............................................. 2
Ada di MCK umum/ siapapun menggunakan
.........................................................................3
Ada, ART tidak menggunakan........................4
Tidak ada fasilitas ...........................................5
1510.F. Dalam 5 Tahun Terakhir, ____ kali (Isikan 6, jika 6 kali atau lebih)
Berapa Kali Tangki Septik Tidak pernah...................................................7
Ini Dikosongkan/ Dilakukan Tidak tahu .....................................………………8
Penyedotan?
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 49
50
Gambar 5. Diagram Algoritma Perhitungan Kategorisasi Akses Sanitasi
BAB IV
Tahun 2018
4 Jika 1510A = 1
Desa
Desa/ Jika 1510A = 2
4.1 .3 Metode Perhitungan
2, 3, 4 1510D 1, 2, 4 Kota
Kota
2 1510B 1 1510D 4
1, 2 Akses Layak
1510D
Bersama
1510D Akses
3 Belum Layak
Keterangan:
Akses Aman Akses Layak Sendiri & Bersama Akses Belum Layak BABS Tertutup BABS di Tempat Terbuka
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Kriteria 1. Ada. 1. Leher Angsa 1. Tangki septik 1-6 kali atau lebih
digunakan 2. Plengsengan 2. IPAL/SPAL 7. Tidak Pernah
hanya ART denga tutup 3. Kolam/sawah/ 8. Tidak Tahu
sendiri 3. Plengsengan sungai/danau/
2. Ada, tanpa tutup laut
digunakan 4. Cempung/ 4. Lubang Tanah
bersama ART Cubluk 5. Pantai/tanah
rumah tangga lapang/kebun
tertentu 6. Lainnya
3. Ada, di MCK
umum/
siapapun
menggunakan
4. Ada, ART tidak
menggunakan
5. Tidak ada
fasilitas
b. Cara Perhitungan
1) Persentase Rumah Tangga dengan Akses Sanitasi Layak
Jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
yang layak pada waktu tertentu dibagi dengan jumlah rumah tangga
pada periode yang sama. Diukur pada periode yang sama dan dinyatakan
dalam satuan persen (%).
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 51
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Diukur pada periode yang sama dan dinyatakan dalam satuan persen (%).
Jumlah rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar
sendiri dengan jenis kloset leher angsa yang tersambung dengan tangki
septik dan disedot minimal sekali dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
Diukur pada periode yang sama dan dinyatakan dalam satuan persen (%).
c. Rumus Perhitungan
Tabel 18. Rumus Perhitungan Akses Sanitasi Layak dan Akses Sanitasi Aman
Rumus Keterangan
52 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
4.1.6 Disagregasi
Kegiatan penyusunan data Susenas merupakan hasil dari kegiatan penyusunan
yang dilaksanakan secara bertahap dengan berbagai subject matter terkait,
baik dari tingkat kewilayahan maupun kelembagaan yang diharapkan
menghasilkan analisis bidang perumahan secara makro maupun mikro.
Adapun tingkat disagregasi pada Susenas saat ini, meliputi:
a. Wilayah administrasi: nasional, provinsi, kabupaten/kota;
b. Daerah tempat tinggal: perkotaan dan perdesaan;
c. Jenis kelamin kepala rumah tangga;
d. Kelompok pendapatan (pengeluaran).
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 53
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Indikator:
54 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Tabel 19. Pertanyaan Kunci dalam Susenas Tahun 2016 untuk Perhitungan Akses
Sampah Domestik Perkotaan
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 55
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
Kode 1814
56 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
4.2.6 Disagregasi
Kegiatan penyusunan data Susenas merupakan hasil dari kegiatan
penyusunan yang dilaksanakan secara bertahap dengan berbagai subject
matter terkait, baik dari tingkat kewilayahan maupun kelembagaan yang
diharapkan menghasilkan analisis bidang perumahan secara makro maupun
mikro. Adapun tingkat disagregasi pada Susenas saat ini, meliputi:
a. Wilayah administrasi: nasional, provinsi, kabupaten/kota;
b. Daerah tempat tinggal: perkotaan dan perdesaan;
c. Jenis kelamin kepala rumah tangga;
d. Kelompok pendapatan (pengeluaran).
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 57
BAB IV
Pengukuran Akses Sanitasi
58 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
BASELINE HASIL PERHITUNGAN
INDIKATOR PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
BERBASIS HASIL
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Pembahasan capaian nasional SDGs dimulai dengan capaian rumah layak huni,
dan dilanjutkan dengan pembahasan per indikatornya. Capaian SDGs ini akan
disajikan dalam bentuk peta, grafik persentase, dan grafik nilai absolut dari
masing-masing aspek yang diukur. Hal tersebut guna memberikan beberapa
opsi interpretasi data yang dapat digunakan sebagai landasan intervensi ke
depannya.
60 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Tabel 21. Kombinasi Pemenuhan Indikator Rumah Layak Huni Tahun 2018
Indikator
Luas Persentase
Ketahanan Akses Air Akses
Lantai
Bangunan Minum Sanitasi
Perkapita
X √ √ √ 9.30%
1 Indikator
√ X √ √ 2.93%
29.80%
√ √ X √ 5.04%
√ √ √ X 12.53%
√ X √ X 1.56%
√ √ X X 0.50%
2 Indikator
√ X X √ 0.32%
22.35%
X √ X √ 1.11%
RTLH
X X √ √ 1.65%
X √ √ X 4.68%
√ X X X 0.50%
3 Indikator
X √ X X 1.62%
X X √ X 1.01%
0.14% 3.28%
X X X √
4 Indikator
X X X X 0.45%
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 61
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Secara nasional, status capaian akses rumah layak huni dari tahun 2015-2018
seperti tergambarkan pada gambar berikut.
Gambar 7. Persentase Rumah Tangga Nasional yang Menempati Rumah Layak Huni
Tahun 2015-2018
55%
54%
54,09%
53%
53,31%
52%
Capaian Rumah Layak Huni
51%
51,73%
50%
49%
48%
47,99%
47%
46%
45%
44%
2015 2016 2017 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2015-2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa persentase rumah layak huni secara
nasional masih sekitar 54,09 persen di tahun 2018 dari sebelumnya 47,99
persen di 2015. Artinya 1 dari 2 rumah tangga di Indonesia masih menghuni
rumah tidak layak huni. Data Susenas Modul Kesehatan dan Permukiman
(MKP, 2016) menunjukkan bahwa 70,28 persen masyarakat membangun
rumahnya secara swadaya. Sehingga sulit untuk memastikan rumah yang
dibangun telah mengikuti standar rumah layak huni (ketahanan bangunan,
luas lantai perkapita, akses air minum layak, dan akses sanitasi layak).
62 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Namun demikian, secara umum dalam kurun 4 tahun ini laju pertumbuhan
rumah layak huni sebesar 2 persen per tahun dan konsisten meningkat
Gambar 8. Persentase Rumah Tangga terhadap Rumah Layak Huni per Provinsi
Tahun 2018
90%
80%
70%
60% 54,09%
50%
40%
30,%
20%
10%
0%
Papua
Kepulauan Bangka Belitung
Nusa Tenggara Timur
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Bengkulu
Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
Lampung
Kalimantan Selatan
Jawa Barat
Sumatera Barat
Maluku
Sumatera Selatan
Jambi
Banten
Selawesi Tengah
Nanggroe Aceh D.
Nasional
Maluku Utara
Kalimantan Barat
Gorontalo
Papua Barat
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Sulawesi Utara
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Riau
Bali
D.I. Yogyakarta
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 63
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 9. Peta Persentase Rumah Tangga terhadap Rumah Layak Huni per
Provinsi Tahun 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Dari peta sebaran provinsi atas cakupan rumah layak huni, menunjukkan
bahwa gradasi cukup seragam jika dibandingkan antar regional Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa, Papua-Maluku. Artinya, kelas cakupan
rumah layak huni dari rendah-sedang-tinggi ada di semua regional. Dengan
demikian, perlu data lebih dalam untuk menjawab sebaran yang homogen
ini.
64 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 10. Kuadran Akses Rumah Layak Huni terhadap Laju Pertumbuhan RLH
dari Tahun 2015-2018
Laju Pertumbuhan
Persentase Capaian
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 65
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
80,50%
80,00%
80,04%
79,50%
79,6%
79,00%
78,50%
78,43%
78,00%
77,50%
77,47%
77,00%
76,50%
76,00%
2015 2016 2017 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2015-2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
66 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Namun, jika dilihat dari sisi laju pertumbuhan per tahun masih di angka 0,88
persen. Hal ini banyak dipengaruhi oleh penggunaan asbes sebagai material
bangunan dari atap, dimana secara nasional digunakan oleh 10 persen rumah
tangga yang tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Adapun capaian
tiap provinsi di tahun 2018 adalah seperti pada gambar berikut.
Gambar 12. Persentase Rumah Tangga dengan Hunian yang Memiliki Ketahanan
Bangunan Layak per Provinsi Tahun 2018
100%
90% 80.04%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
DKI Jakarta
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Nusa Tenggara Timur
Papua
Banten
Jawa Barat
Sulawesi Selatan
Nasional
Nusa Tenggara Barat
Jawa Tengah
Lampung
Sulawesi Barat
Maluku
Kalimantan Selatan
Jawa Timur
Selawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Sumatra Selatan
Nanggroe Aceh D.
Sumatra Utara
Bali
Gorontalo
Sulawesi Utara
Jambi
Bengkulu
D.I. Yogyakarta
Kalimantan Timur
Riau
Papua Barat
Kalimantan Barat
Sumatra Barat
Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 67
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 13. Peta Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki
Ketahanan Bangunan Layak per Provinsi Tahun 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
68 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Laju Pertumbuhan
Persentase Capaian
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2015-2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 69
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 15. Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki Kecukupan
Luas Tempat Tinggal dari Tahun 2015-2018
92,00%
91,50%
91,91%
91,45%
91,00%
91,04%
90,50%
90,00%
90,32%
89,50%
89,00%
2015 2016 2017 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2015-2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
70 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 16. Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki Kecukupan
Luas Tempat Tinggal per Provinsi Tahun 2018
100% 91,45%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Papua
DKI Jakarta
Maluku
Nusa Tenggara Timur
Papua Barat
Gorontalo
Sumatra Selatan
Sulawesi Utara
Nusa Tenggara Barat
Bali
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Sumatra Utara
Kalimantan Utara
Kalimantan Tengah
Nanggroe Aceh D.
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Sumatra Barat
Jawa Barat
Kalimantan Timur
Nasional
Bengkulu
Sulawesi Selatan
Kepulauan Riau
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Riau
Banten
Jambi
Jawa Timur
Kepulauan Bangka Belitung
D.I. Yogyakarta
Lampung
Jawa Tengah
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 71
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 17. Peta Persentase Rumah Tangga dengan Rumah yang Memiliki
Kecukupan Luas Tempat Tinggal per Provinsi Tahun 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
72 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 18. Kuadran antara Persentase Rumah yang Memiliki Kecukupan Luas
Tempat Tinggal dengan Laju Pertumbuhan-nya dari Tahun 2015-2018
Laju Pertumbuhan
Persentase Capaian
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2015-2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 73
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
dengan persentase terhadap nasional sebesar 5,4 persen dan 3,2 persen
sehingga bisa menjadi faktor capaian dan laju yang rendah, namun untuk
Kep. Bangka Belitung yang cenderung memiliki jumlah penduduk yang
rendah membutuhkan intervensi lebih lanjut untuk mewujudkan standard
luas bangunan yang layak bagi warganya.
Gambar 19. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Layak
Tahun 2015-2018
88,0%
87,5%
87,75%
87,54%
87,0%
86,5%
86,44%
86,0%
85,5%
85,0%
84,94%
84,5%
84,0%
83.5%
2015 2016 2017 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2015-2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
74 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
terlindungi yang mencapai 4,69 persen. Di sisi lain juga perlu diperhatikan
sumber air minum yang paling banyak digunakan rumah tangga adalah air
isi ulang yang termasuk pada kategori sumber air minum tidak berkelanjutan
dan perlu konfirmasi sumber air untuk mandi/cuci serta waktu tempuh yang
digunakan dalam memperoleh air tersebut. "Jika mempertimbangkan jarak
sumber air terhadap jarak ke penampungan kotoran / limbah sebagai
faktor risiko, akses air minum layak sebesar 61,3 persen". Oleh karena itu,
walaupun berdasarkan persentase sudah cukup tinggi, namun masih perlu
diperhatikan secara kualitas. Adapun persentase capaian di tiap provinsi ada
pada gambar selanjutnya.
Gambar 20. Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Layak per
Provinsi Tahun 2018
120%
100% 87,75%
80%
60%
40%
20%
0,%
Bengkulu
Papua
Lampung
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
Kepulauan Bangka Belitung
Jambi
Kalimantan Barat
Sumatra Barat
Sumatra Selatan
Nusa Tenggara Timur
Nanggroe Aceh D.
Kalimantan Timur
Papua Barat
Maluku Utara
Sulawesi Tengah
Kepulauan Riau
Sumatra Utara
Riau
Nasional
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Kalimantan Utara
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
Maluku
Gorontalo
Jawa Timur
D.I. Yogyakarta
Nusa Tenggara Barat
DKI Jakarta
Bali
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 75
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 21. Peta Persentase Rumah Tangga terhadap Akses Air Minum Layak
Tahun 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
76 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 22. Kuadran antara Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sumber Air
Minum Layak dengan Laju Pertumbuhan dari Tahun 2015-2018
Laju Pertumbuhan
Persentase Capaian
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2015-2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 77
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 23. Persentase Rumah Tangga dengan Fasilitas Sanitasi Layak dari
Tahun 2015-2018
76%
74%
72%
70%
68%
66%
64%
2015 2016 2017 2018
78 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 24. Persentase Rumah Tangga terhadap Sanitasi Layak per Provinsi
Tahun 2018
100%
90%
80% 74,58%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Papua
Nusa Tenggara Timur
Sumatra Barat
Gorontalo
Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Jawa Barat
Maluku Utara
Nanggroe Aceh D.
Maluku
Bengkulu
Sumatra Selatan
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tenggara
Jambi
Jawa Timur
Nasional
Lampung
Nusa Tenggara Barat
Papua Barat
Sumatra Utara
Banten
Jawa Tengah
Sulawesi Utara
Riau
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Kepulauan Riau
Kepulauan Bangka Belitung
DKI Jakarta
Bali
D.I. Yogyakarta
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 79
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 25. Peta Persentase Rumah Tangga terhadap Akses Sanitasi Layak per
Provinsi Tahun 2018
Indonesia
Akses Sanitasi Layak 2018
Sumber: Hasil Analisis Data Susenas BPS 2018 oleh Kementerian PPN/Bappenas
80 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Berbasis Hasil
Gambar 26. Kuadran antara Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Sanitasi Layak
terhadap Laju Pertumbuhan dari Tahun 2015-2018
Laju Pertumbuhan
Persentase Capaian
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 81
BAB V
Baseline Hasil Perhitungan Indikator Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil
82 Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome)
DAFTAR PUSTAKA
JMP WHO-UNICEF. JMP Methodology 2017 Update and SDGs Baseline. New
York, 2017
United Nations. Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable
Development. New York, 2015
Pedoman Pengukuran Capaian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berbasis Hasil (Outcome) 83