Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN 10

REGULASI TERHADAP MEDIA DI


INDONESIA
Regulasi Pemerintah
Ada beberapa peraturan pemerintah yang berkaitan langsung dengan
peraturan publikasi dan penyiaran media di Indonesia, yaitu:
1. UUD 1945 (amandemen ke empat),
2. Undang-undang Terkait Penyiaran,
3. Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen Keempat),
4. Undang-undang No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman,
5. Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat,
6. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen,
7. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
8. Undang-undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
9. Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers,
10. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang hak Cipta,
11. Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak,
12. Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,
13. Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan
Peraturan perundang-Undangan,
14. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
KOMISI PENYIARAN INDONESIA
Eksistensi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah bagian dari wujud
peran serta masyarakat dalam hal penyiaran, baik sebagai wadah
aspirasi maupun mewakili kepentingan masyarakat (UU penyiaran,
pasal 8 ayat1).
Legitimasi politik bagi posisi KPI secara tegas diatur oleh UU penyiaran
sebagai lembaga negara independen yang mengatur hal-hal
mengenai penyiaran. Secara konseptual, posisi ini mendudukan KPI
sebagai lembaga kuasi negara atau auxiliarry state institution.
KPI memiliki kewenangan menyusun dan mengawasi berbagai
peraturan penyiaran yang menghubungkan antara lembaga
penyiaran, pemerintah dan masyarakat. Pengaturan ini mencakup
semua daur proses kegiatan penyiaran, mulai dari tahap pendirian,
operasionalisasi, pertanggungjawaban dan evaluasi.
Regulasi tentang Standar Program Siaran
Salah satu regulasi yang mengatur standar program siaran di
media adalah: Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia No. 03
tahun 2007 tentang Standar Program Siaran.
Standar program siaran menentukan bahwa standar isi siaran
yang berkaitan dengan:
a. Penghormatan terhadap nilai-nilai agama,
b. Norma kesopanan dan kesusilaan,
c. Perlindungan anak-anak, remaja dan perempuan,
d. Pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan dan
sadism,
e. Penggolongan program menurut usia khalayak.
f. Rasa hormat terhadap hal pribadi,
g. Penyiaran dalam bahasa asing,
h. Ketepatan dan kenetralan program berita,
i. Siaran langsung,
j. Siaran iklan.

Standar program siaran ditetapkan berdasarkan nilai-nilai agama,


norma-norma yang berlaku di masyarakat, kode etik, standar
profesi dan pedoman perilaku yang dikembangkan masyarakat
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
A. Penghormatan Terhadap Nilai-Nilai Agama

Poin-poin utamanya antara lain:


❑ Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program dan isi
siaran yang merendahkan dan membandingkan suku, agama,
ras dan antar golongan.
❑ Lembaga penyiaran tidak menyajikan program berisi
penyebaran ajaran dari suatu sekte, kelompok atau agama
tertentu yang telah dinyatakan secara resmi dilarang.
❑ Program dan promo program faktual yang bertemakan dunia
gaib, paranormal, klenik, praktek spiritual magis, mistik,
kontak dengan roh hanya dapat disiarkan pukul 22.00 sampai
03.00 waktu stasiun penayang.
B. Norma Kesopanan dan Kesusilaan
Poin-poin utamanya antara lain:
❑ Lembaga penyiaran harus memperhatikan norma kesopanan
dan kesusilaan yang dijunjung oleh keberagaman khalayak baik
dalam agama, suku, budaya, usia dan latar belakang ekonomi.
❑ Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang
melecehkan kelompok masyarakat tertentu yang selama ini
sering diperlakukan negatif: PRT, waria/banci, janda/duda, cacat
fisik.
❑ Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan penggunaan bahasa
dan kata-kata makian, baik dalam bahasa Indonesia, asing
maupun bahasa daerah.
❑ Lembaga penyiaran tidak boleh menyiarkan cara penggunaan
NAPZA secara detail dan rinci.
• Lembaga penyiaran dilarang menanyakan program yang
menggambarkan penggunaan alkohol dan rokok sebagai hal
yang diterima masyarakat atau program yang mendorong
anak-anak dan remaja menggunakan rokok.

C. Perlindungan anak-anak, remaja dan perempuan


• Lembaga penyiaran dalam memproduksi dan menanyakan
program dan isi siaran wajib memperhatikan,
memberdayakan dan melindungi kepentingan anak-anak,
remaja dan perempuan.
D. Pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan
dan sadisme
Poin-poin utamanya antara lain:
• Lembaga penyiaran televisi dilarang menampilkan
adegan yang secara jelas didasarkan pada hasrat seksual.
• Lembaga penyiaran dibatasi menyajikan adegan dalam
konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan,
termasuk didalamnya: mencium rambut, mencium pipi,
mencium kening/dahi, mencium tangan dan sungkem.
• Lembaga penyiaran dilarang menyajikan adegan yang
menggambarkan aktifitas hubungan seks atau
diasosiasikan dengan aktifitas hubungan seks.
• Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang
memberitakan atau mengandung muatan cerita tentang
pekerja seks komersial (PSK) dalam program faktual, yang
mana wajah dan identitas PSK harus disamarkan dan hanya
boleh disiarkan pukul 22.00-03.00 waktu stasiun penayang.
• Lembaga penyiaran televisi dilarang menyiarkan gambar
manusia telanjang atau mengesankan telanjang dan
tayangan mengeksploitasi (secara close-up) bagian-bagian
tubuh yang dianggap membangkitkan birahi, seperti paha,
pantat, payudara dan alat kelamin pria maupun wanita.
E. Privasi
• Dalam menyelenggarakan suatu program siaran,
lembaga penyiaran wajib menghormati hak-hak
privasi sebagai hak atas kehidupan pribadi dan ruang
pribadi dari subyek dan obyek berita.
• Pelaporan mengenai hak-hak pribadi dan hal-hal
negatif dalam keluarga, misalnya konflik antar
anggota keluarga, perselingkuhan dan perceraian,
disajikan tidak dengan niat merusak reputasi obyek
dan tidak dengan cara yang memperburuk keadaan
atau memperuncing konflik.
F. Penyiaran Dalam Bahasa Asing
• Lembaga penyiaran dalam menyajikan informasi wajib
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik
tertulis maupun lisan kecuali bagi program siaran atau berita
yang disajikan dalam bahasa daerah atau asing.
• Lembaga penyiaran yang menggunakan bahasa asing dalam
pemberitaan hanya boleh menyiarkan sebanyak 30% dari
waktu siaran.
• Lembaga penyiaran yang menyiarkan program-program asing,
harus membuat terjemahan kedalam Bahasa Indonesia, baik
dalam sulih suara atau berupa teks.
G. Sensor dan Penggolongan Program siaran TV
• Lembaga penyiaran wajib menampilkan tanda lulus sensor yang
dikeluarkan oleh lembaga sensor film pada materi isi siaran dalam
bentuk film atau iklan.
• Lembaga penyiaran wajib menyertakan informasi tentang
penggolongan program siaran berdasarkan usia khalayak penonton
di setiap acara yang disiarkan:
a. Klasifikasi A : tayangan untuk anak, yakni khalayak berusia
dibawah 12 tahun.
b. Klasifikasi R : tayangan untuk remaja, yakni khalayak berusia
12-18 tahun.
c. Klasifikasi D : tayangan untuk dewasa.
d. Klasifikasi SU : tayangan untuk seumur umur.

Informasi penggolongan tersebut harus terlihat


sepanjang acara berlangsung
TUGAS II (BERKELOMPOK)
STUDI KASUS
Judul Tugas : Analisa Kasus

Bentuk Tugas : Project kelompok (3 – 5 orang)

Objek Garapan :
Melakukan analisa terhadap siaran media yang disampaikan kepada masyarakat terkait dengan regulasi standar
program siaran apakah program siaran tersebut memiliki kandungan penghormatan terhadap nilai-nilai agama,
norma kesopanan dan kesusilaan, perlindungan anak-anak, remaja dan perempuan, nilai-nilai bela negara
tentang wawasan kebangsaan, cinta tanah air, pemuda sehat negara kuat.

Bentuk dan Format Luaran :


1. Tugas dilakukan berkelompok 3-5 orang
2. Dikerjakan pada kertas A4, (10-15 hal)
3. Font Times New Roman (12), spasi 1,5.
4. Disertakan cover kuning (judul tugas, logo, nim dan nama, program studi, fakultas, instansi dan tahun)
5. Dikumpulkan pada pertemuan 12 dalam bentuk link Google Drive dengan format penamaan file/folder :
NIM_Nama lengkap Mahasiswa
6. Tugas dipresentasikan pada pertemuan ke 13 s/d 15 sebagai nilai UAS.

Anda mungkin juga menyukai