Anda di halaman 1dari 11

Tugas Akhir Kelompok

Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial

“Studi Kasus pada Stasiun Televisi NET TV”

Disusun Oleh:
Herja Winudha Pratama 041811233182
M. Dzikra Akbar Iswiharjo 041911233236
Nauval Albari Hartawan 041911233081

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MANAJEMEN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri televisi dan perfilman merupakan salah satu media yang paling sering
dikonsumsi oleh masyarakat, mulai dari berita, acara realita, drama, dan hiburan menjadi hal
yang dicari saat menonton televisi. Hal ini sering kali dikarenakan masyarakat membutuhkan
informasi melalui media media acara televisi tersebut. Berita dan gosip menjadi media untuk
menyebarkan informasi penting seputar hal yang tersebar pada masyarakat, sedangkan drama
dan acara realita menjadi sebuah tontonan yang dapat menghibur masyarakat guna
melepaskan lelah dari aktivitas yang dikerjakan diluar rumah. Industri pertelevisian Indonesia
berfokus pada acara realita dan hiburan melalui acara seperti talkshow, musik, dan
menayangkan film film luar sebagai media hiburannya, sedangkan berita dan gosip seringkali
terfokus di beberapa channel tertentu. Oleh karena itu industri perfilman di Indonesia
memiliki tingkat kompetisi yang cukup tinggi, dimana setiap perusahaan berusaha mencari
acara seperti apa yang dapat memikat ketertarikan masyarakat untuk menonton di channel
mereka.
Sebagai salah satu media massa yang paling luas dan paling mudah dikonsumsi,
televisi menjadi media yang harus dijaga isi kontennya. Oleh sebab itu banyak undang
undang yang mengatur tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh ditayangkan. Hal ini
dilakukan agar tidak ada konten atau bahasa yang dapat memunculkan konflik sara atau
merusak masyarakat. Hal hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Penyiaran atau
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Dimana undang-undang inilah
yang mengatur tentang prinsip-prinsip penyelenggaraan penyiaran yang berlaku di Indonesia.
Hal itu mencakup tentang asas, tujuan, fungsi dan arah penyiaran nasional, mengatur tentang
ketentuan Komisi Penyiaran Indonesia, jasa penyiaran, Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga
Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Berlangganan, Lembaga Penyiaran Komunitas,
Lembaga Penyiaran Asing, stasiun penyiaran dan jangkauan siaran, serta perizinan dan
kegiatan siaran. Selain dari undang undang tersebut ada pula etika bisnis yang harus dijaga
oleh industri pertelevisian, hal ini bisa merupakan etika tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh
industri.
Dengan berkembangnya teknologi dan globalisasi informasi semakin ketat juga
penjagaan akan peraturan dan etika yang berjalan di industri pertelevisian. Namun dengan
adanya peraturan dan etika tersebut masih banyak acara hiburan yang melanggar peraturan
Undang-Undang Penyiaran maupun konten siaran yang bertentangan dengan Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) dan etika bisnis. Hal ini dikarenakan
kata-kata yang tidak pantas, tingkah laku pengisi acara maupun kurangnya pengawasan dari
Quality Control (QC) program yang ditayangkan. Akhirnya penelitian ini berfokus dalam
membahas etika bisnis dan implementasinya pada industri pertelevisian yang berfokus pada
salah satu perusahaan atau channel di indonesia yakni NET TV.
NET TV merupakan salah satu stasiun televisi yang terhitung masih lumayan baru
jika dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya seperti RCTI, TRANS MEDIA, METRO
dan stasiun lainnya. Oleh karena itu penelitian ini ingin mencari tahu apakah NET TV
memiliki implementasi etika bisnis yang baik dan sesuai dengan Undang-Undang penyiaran.

1.2 Tujuan Penelitian


Menambahkan pengetahuan mengenai realisasi etika perusahaan, implementasi etika
bisnis media televisi dan pandangan masyarakat tentang tonton dan konten televisi oleh
stasiun NET TV.

1.3 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan konsep teori-teori terkait implementasi bisnis di industri TV dan
perfilman
2. Manfaat Praktik
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi khusus bagi NET
TV, dalam melaksanakan program-program acara televisi perusahaan dalam agar yang
sesuai dengan etika bisnis yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Etika Bisnis
Etika adalah studi tentang bagaimana kita mencoba menjalani hidup kita sesuai
dengan standar perilaku "benar" atau "salah", baik dalam cara kita berpikir dan berperilaku
terhadap orang lain dan bagaimana kita ingin mereka berpikir dan berperilaku terhadap kita.
Ini adalah pilihan sadar untuk mengikuti seperangkat standar moral atau prinsip-prinsip etika
yang memberikan panduan tentang bagaimana mereka harus berperilaku sendiri dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Bagi yang lain, di mana pilihannya tidak begitu jelas, mereka
melihat perilaku orang lain untuk menentukan apa standar perilaku benar dan salah atau baik
dan buruk yang dapat diterima.
Keyakinan filsuf Yunani Aristoteles pada karakter dan integritas individu membentuk
konsep menjalani hidup Anda sesuai dengan komitmen untuk pencapaian cita-cita yang jelas
- orang macam apa yang saya inginkan, dan bagaimana saya menjadi orang itu? Masalah
dengan etika kebajikan adalah bahwa masyarakat dapat menempatkan penekanan yang
berbeda pada kebajikan yang berbeda. Misalnya, masyarakat Yunani pada masa Aristoteles
menghargai kebijaksanaan, keberanian, dan keadilan. Sebaliknya, masyarakat Kristen
menghargai iman, harapan, dan kasih. Jadi jika kebajikan yang Ingin Anda capai bukanlah
cerminan langsung dari nilai-nilai masyarakat tempat Anda tinggal, ada bahaya nyata konflik
nilai.
Integritas, kejujuran, dan keadilan adalah nilai yang banyak digunakan untuk
mengevaluasi aktivitas yang dapat menjadi isu etika. Masalah etika dapat muncul dari hampir
semua keputusan yang dibuat dalam suatu organisasi. Memahami nilai-nilai dasar ini dapat
membantu mengidentifikasi dan mengembangkan diskusi dan dialog konstruktif tentang
perilaku yang tepat. Menekankan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ini sama pentingnya
dengan menemukan perilaku yang tidak pantas.

2.2 Regulasi Penyiaran pada Televisi


Undang-Undang Penyiaran (secara resmi bernama Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2002 tentang Penyiaran) adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
penyelenggaraan penyiaran yang berlaku di Indonesia. Hal itu mencakup tentang asas, tujuan,
fungsi dan arah penyiaran nasional, mengatur tentang ketentuan Komisi Penyiaran Indonesia,
jasa penyiaran, Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran
Berlangganan, Lembaga Penyiaran Komunitas, Lembaga Penyiaran Asing, stasiun penyiaran
dan jangkauan siaran, serta perizinan dan kegiatan siaran. Asas dalam Undang-Undang
Penyiaran ini diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum,
keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.
Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya
watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.
UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 Sebagai sumber hukum di bidang penyiaran, UU
No. 32 Tahun 2002 memuat sanksi atau hukuman bagi mereka yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Jenis pelanggaran dalam
undang-undang penyiaran terbagi atas 2 yaitu:
A. Pelanggaran kode etik: dalam pasal 42, hal yang terkait dengan upaya stasiun
televisi menjaga etika dan moral ketika menyiarkan suatu program.
B. Pelanggaran teknis administratif: misalnya pelanggaran ketentuan mengenai izin
penyelenggaraan siaran, ketentuan mengenai jangkauan siaran atau frekuensi
siaran, ketentuan mengenai muatan lokal, ketentuan mengenai hak siar, ketentuan
mengenai kepemilikan lembaga penyiaran, ketentuan mengenai laporan keuangan
dan lain-lain.
Sanksi yang diberikan undang-undang terhadap kedua jenis pelanggaran di atas terdiri
atas sanksi pidana dan sanksi administratif. Sanksi pidana terdiri dari membayar denda Rp 5
Miliar atau pidana penjara 2 hingga 5 tahun, sedangkan sanksi administratif mulai dari
teguran tertulis, penghentian sementara acara, pembatasan durasi siaran, hingga pencabutan
izin penyelenggaraan siaran.
Pasal 36 ayat (5) menyatakan isi siaran televisi dilarang :
A. Bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan atau bohong.
B. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika
dan obat terlarang.
C. Mempertentangkan suku, agama, ras dan antar golongan.
Pasal 36 ayat (6) menyatakan, isi siaran televisi dilarang memperolokkan,
merendahkan, melecehkan atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia atau
merusak hubungan internasional. Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran
yang sekurang-kurangnya berkaitan dengan:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Di mana metodologi kualitatif
adalah cara atau upaya untuk menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam pada
suatu permasalahan. kualitatif secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penelitian yang
tidak menggunakan angka atau prosedur statistik dan menggunakan istilah penelitian
kualitatif omnibus untuk merujuk pada pendekatan penelitian yang mengandalkan mode
pengumpulan dan analisis data non kuantitatif (atau non statistik) ( Prasad & Prasad, 2003).
Pada dasarnya, penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan naturalistik yang
mencari pemahaman mendalam tentang fenomena sosial dalam pengaturan atau konteks
alami mereka. Ini berfokus pada "mengapa" daripada "apa" dari fenomena sosial dan
bergantung pada pengalaman langsung manusia sebagai agen pembuat makna dalam
kehidupan mereka sehari-hari kehidupan ( Jaringan Penelitian Kualitatif, Universitas Utah,
2009 ). Salah satu pionir penelitian kualitatif menekankan fokus multi metodenya, yang
melibatkan interpretasi, pendekatan naturalistik untuk materi pelajarannya ( Denzin &
Lincoln, 2011 ). Pada penelitian ini metodologi yang kami gunakan fokus terhadap kajian
mengenai regulasi penyiaran pada program televisi yaitu UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002
dan Pasal 36 ayat (5).

3.2 Sumber Data


Menurut Sutopo (2002: 53) secara menyeluruh meliputi manusia (responden),
peristiwa atau aktifitas, tempat atau lokasi, benda termasuk beragam gambar dan rekaman,
serta dokumen maupun arsip. Informasi tersebut akan digali dari beragam sumber data, dan
jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi jurnal sebagai
pedoman penulisan, data pustaka dari berbagai buku serta observasi ke tempat tujuan.

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, tim peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode
interview pada 10 narasumber yang pernah atau sering menonton acara di stasiun NET. Disini
tim peneliti sekaligus mengobservasi dari hasil wawancara tersebut mengenai tanggapan
para penonton mengenai realisasi etika perusahaan, implementasi etika bisnis media televisi
dan pandangan masyarakat tentang tonton dan konten televisi oleh stasiun TV NET.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Net TV merupakan salah satu perusahaan penyiar acara yang ada di indonesia. Net
TV sudah terbilang industri penyiar TV dengan skala besar, dimana sudah masuk ke Industri
pertelevisian dengan banyak sekali acara-acara yang dikenal di masyarakat. Dalam dunia
pertelevisian jelas diadakannya etika-etika dalam dunia pertelevisian tersebut. Industri
pertelevisian jelas tidak bisa menyiarkan secara sembarangan siaran kepada masyarakat.
Etika-etika dalam dunia tersebut tentunya sudah menjadi aturan dasar mereka dalam memilih
program acara yang akan ditayangkan.
Net TV tentunya sudah mengikuti peraturan tertulis untuk melakukan hak siar yang
diadakan oleh pemerintah setempat. Pada kali ini, kami ingin mengetahui dari sisi konsumen
atau penikmat tayangan Net TV ini. Kami melakukan penelitian terhadap konsumen atau
penonton setia Net TV untuk mendapatkan jawaban triangulasi dari narasumber yang kami
interview:
Q1 : Program seperti apa yang ditayangkan oleh NET TV?
Dari pertanyaan pertama kita memperoleh triangulasi jawaban dari pada
narasumber dimana 8 dari 10 narasumber lebih menyukai program hiburan sedangkan
20% menyukai berita pada program NET TV, . Berdasarkan hasil ini, kita dapat
mengetahui bahwa konsumen atau penonton Net TV lebih banyak menonton
program-program Hiburan.

Q2 : Apakah menurut anda acara net tv memiliki unsur sara dan bahasa
provokatif?
Dari pertanyaan kedua, seluruh responden memberikan jawaban bahwa
responden yakin bahwa mereka pernah mendengar unsur sara dan bahasa provokatif.
6 dari 10 narasumber mengatakan bahwa “dalam salah satu acara hiburan yang
ditayangkan di NET TV, saya pernah mendengar bahasa provokatif”. Beberapa
responden mengatakan bahwa mereka tahu bahasa dan unsur sara yang terjadi di acara
tersebut merupakan salah satu segmen yang ada di acara tersebut untuk membuat
acara lebih menarik. Dan untuk memperdalam pertanyaan ini, kami menambahkan
pertanyaan terkait acara atau program apa yang menurut responden memiliki unsur
sara dan bahasa provokatif, dan didapatkan bahwa seluruh narasumber menjawab rata
rata pada acara hiburan yang jam tayangnya pada malam hari.

Q3 : Bagaimana pendapat anda tentang kesesuaian antara undang-undang


penyiaran yang ada dengan penyiaran di NET TV?
Dari pertanyaan ketiga ini, kita memperoleh data sebanyak 6 narasumber
mengatakan bahwa acara acara NET TV merupakan salah satu channel yang tidak
terlalu banyak mengandung unsur sara atau bahasa provokatif yang tidak
diperbolehkan undang undang. Berdasarkan hasil ini kita dapat mengetahui bahwa
menurut konsumen atau penonton, penyiaran yang dilakukan oleh Net TV lumayan
sesuai atau hanya memiliki sedikit ketidaksesuaian berdasarkan Undang-Undang
penyiaran Indonesia. Jika melihat pertanyaan sebelum nya, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa ketidaksesuaian ini terjadi pada program hiburan dan penonton
tahu bahwa unsur tersebut adalah sesuatu yang bersifat hiburan bukan sesuatu yang
dipakai untuk meledek atau mengolok secara serius.

Q4 : Bagaimana kualitas penyiaran program acara NET TV berdasarkan etika


yang ada di masyarakat?
Dan untuk pertanyaan terakhir, hampir seluruh responden memberikan
jawaban bahwa NET telah melakukan tugas yang baik dalam melakukan quality
control dan pencegahan konten saranya. Salah satu responden mengatakan bahwa
“Walaupun ada sedikit bahasa yang tidak baik, hal tersebut dilakukan di acara hiburan
yang memang penontonnya rata rata orang dewasa, akhirnya menurut saya hal
tersebut tidak terlalu menjadi konten yang berbahaya berbeda jika konten tersebut
yang menonton anak dibawah umur. Oleh karena itu menurut saya NET memiliki
quality control yang bagus.” Berdasarkan hasil ini, dapat kita simpulkan bahwa
menurut konsumen atau penonton program acara yang ada di Net TV sudah
berkualitas dan sesuai etika yang ada di masyarakat, meskipun masih ada program
acara yang tidak sesuai, tetapi ini masih dalam batas wajar.
BAB V
KESIMPULAN
Dari uraian keseluruhan di atas, dapat disimpulkan bahwa NET TV sudah
mengimplementasikan etika bisnis yang baik dan sesuai dengan UU Penyiaran No. 32 Tahun
2002 dan Pasal 36 ayat (5) pada program-program acara yang disiarkan baik itu program
berita maupun program hiburan, meskipun masih ada sedikit pelanggaran etika, tapi masih
berada dalam batas wajar. Selain itu, NET TV harus bisa lebih memperhatikan adanya
kesalahan dalam hak siar agar berkurangnya pelanggaran-pelanggaran etika yang dilakukan
NET TV dan dapat meningkatkan reputasi NET TV.
DAFTAR PUSTAKA
Watson, M. A. (2004). Ethics in Entertainment Television. Journal of Popular Film and
Television, 31(4), 146–148. https://doi.org/10.1080/01956051.2004.10662047

Pradyanti, A., & Siti Elfianti Hidayah, N. (2018). ETIKA DALAM PROGRAM HIBURAN
TELEVISI: ANALISIS PROGRAM HIBURAN WAKTU INDONESIA BERCANDA NET
TV. In Journal of Digital Education, Communication, and Arts Article History (Vol. 1, Issue
2).
Ghillyer, Andrew. 2014. Business Ethics Now. Mc Grow Hill, New York

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002

Hanugraheningtias, A. (2015). RELASI ETIKA, BISNIS MEDIA, DAN MASYARAKAT


TONTONAN YANG DICIPTAKANNYA (Analisis Tayangan Pernikahan Raffi
Ahmad-Nagita Slavina). In JURNAL INTERAKSI (Vol. 4, Issue 1).
http://m.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Aktu

Hawkins, G. (2001). The ethics of television (Vol. 4, Issue 4).

Anda mungkin juga menyukai