Anantawikrama Tungga Atmadja, Nyoman Ari Surya Darmawan & Komang Adi
Kurniawan Saputra
Universitas Pendidikan Ganesha
anantawikramatunggaatmadja@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh implementasi Good Corporate
Governance dan proteksi awig-awig terhadap kinerja LPD dengan dengan menggunakan
variabel moderasi yaitu budaya menyama braya. Penelitian ini menggunakan metode
survey dengan kuesioner, jumlah sampel yang digunakan adalah 63 LPD di Kabupaten
Buleleng. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dan Moderated Regression
Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Good Corporate
Governance dan proteksi awig-awig berpengaruh terhadap Kinerja LPD, serta budaya
menyama braya terbukti sebagai pemoderasi antara pengaruh Good Corporate
Governance dan proteksi awig-awig terhadap kinerja LPD.
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Awig-awig, menyama braya, dan Kinerja
Abstract
This study aimed to examine the effect of the implementation of good corporate
governance and protection awig awig on the performance of LPD by using moderating
variables that Menyama Braya culture. This study uses the questionnaire survey, the
number of samples used is 63 LPD in Buleleng. Analysis of data using multiple linear
regression and Moderated Regression Analysis (MRA). The results showed that the
implementation of good corporate governance and protection awig awig affect the LPD
performance, as well as Menyama Braya culture behave as moderating the influence of
good corporate governance and protection awig awig on the performance of the LPD .
1
Member of
I. Pendahuluan
Pemerintah Daerah Propinsi Bali mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bali Nomor 972 tahun 1984 tentang Pendirian Lembaga Perkreditan
Desa di Propinsi Daerah Tingkat I Bali. SK Gubernur ini kemudian diperkuat dengan
Perda No. 2 Tahun 1988 yang diperbaharui melalui Perda No. 8 Tahun 2002 dan Perda
No. 3 Tahun 2007 tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Dalam perda ini,
digarisbawahi bahwa LPD merupakan Badan Usaha Simpan Pinjam yang dimiliki oleh
desa pakraman. Tujuan pendirian LPD adalah untuk mendorong pembangunan ekonomi
masyarakat desa melalui tabungan serta penyertaan modal, memberantas ijon dan gadai
gelap, menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa serta
meningkatkan daya beli dan melancarkan pembayaran dan peredaran uang di desa.
Atmadja (2001) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, LPD melaksanakan
berbagai usaha, seperti menerima simpanan dari warga masyarakat, memberikan
pinjaman untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, usaha-usaha lainnya yang
bersifat pengerahan dana desa, penyertaan modal serta menerima pinjaman dari lembaga-
lembaga keuangan.
Meskipun secara umum LPD dapat dikatakan berhasil secara menakjubkan
sehingga dipuji oleh berbagai pihak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat pula
LPD yang berada dalam kondisi bermasalah, bahkan mengalami kebangkrutan. Dari data
yang mengemuka dalam rapat koordinasi yang membahas tentang LPD antara Komisi II
DPRD Bali, Bank Pembangunan Daerah Bali, Pemda Propinsi Bali, Majelis Utama Desa
Pakraman dan sejumlah akademisi di Denpasar tanggal 12 Nopember 2010, terdapat 173
LPD dari total 1.405 (sekitar 12%) LPD yang ada di Bali mengalami kebangkrutan (Bali
Post, 13 November 2010: 16). Terkait permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan
prinsip good corporate governance serta pemberlakuan sanksi tegas yang mengacu pada
awig-awig. Tujuannya supaya LPD lebih dipercaya sebagai lembaga keuangan mikro
yang berbasis adat dan memiliki kekuatan sistem pengendalian internal yang baik yang
ditunjukkan dengan penerapan prinsip-prinsip GCG, serta tunduk kepada aturan atau
awig-awig yang menjadi landasan hukum LPD untuk meraih kembali kepercayaan
masyarakat. Dalam implementasi GCG untuk mencapai kinerja yang baik, maka
diperlukan konsep kearifan lokal terutama di Bali yang kental dengan budaya menyama
braya. Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam Metrobali.com tanggal 13 november
2
Member of
2014 menyatakan dalam sambutannya pada forum konsultan se Asia Pasifik bahwa untuk
dapat terlaksana tata kelola yang baik (Good Corprate Governance) maka dibutuhkan
konsep menyama braya dalam kehidupan bermasyarakat karena merupakan dasar
terwujudnya kedamaian di dunia. Selain itu, Adi (2003) menyatakan bahwa konflik sosial
di masyarakat Bali yang disebabkan oleh perbedaan status sosial, ekonomi, profesi,
pendidikan, perilaku serta kemampuan memahami peraturan (awig-awig) yang tidak
sama dapat diminimalisir oleh adanya pengertian yang sama terhadap suatu konsep
kearifan lokal seperti menyama braya yang menganggap semua masyarakat adalah
saudara. Hal itulah yang menjadi dasar budaya menyama braya diangkat sebagai variabel
moderasi dalam penelitian ini karena dianggap mampu mendukung implementasi GCG
dan penerapan awig-awig dalam meningkatkan kinerja.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian
ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja LPD?
2. Apakah proteksi awig-awig berpengaruh terhadap kinerja LPD?
3. Apakah budaya menyama braya memoderasi pengaruh GCG dan proteksi
awig-awig terhadap kinerja LPD?
1) Kerterbukaan (transparancy)
Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
3
Member of
Seperti yang dimuat pada Harian Bali Post tanggal 30 September 2013 bahwa
LPD juga harus menyiapkan SDM-nya agar berkualitas dengan memberlakukan prinsip
good corporate governance. Bahkan, bila perlu pengurus LPD wajib mengikuti fit and
proper test. Dari pernyataan tersebut, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sampai
saat ini SDM yang dimiliki LPD masih perlu ditingkatkan kompetensinya. Sehingga
kualitas pengelolaan lembaga dan laporan keuangan yang berkaitan dengan akuntabilitas
dan transparansi yang diinginkan masyarakat dapat terpenuhi.
Kebijakan pemberian kredit sebagai mekanisme pengawasan masalah agensi di
LPD dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan/lembaga akan lebih kuat
hasilnya ketika perusahaan menerapkan good corporate governance. Hal ini tercermin
4
Member of
dari pengambilan keputusan atas pemberian kredit atau pembagian bunga kredit dan
kebijakan lainnya, pihak pengelola akan berusaha untuk allign dengan tujuan prinsipal
yaitu kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan/lembaga.
Perilaku oportunistik agen dapat diminimalisasi dengan good corporate
governance. Dengan mengurangi peluang bagi manajer/pimpinan pengelola LPD untuk
berperilaku menyimpang dan memperkaya diri sendiri diharapkan nilai
perusahaan/lembaga akan meningkat, yaitu ditandai dengan meningkatnya aset dari LPD
dan meningkatnya nilai tabungan dari masyarakat.
LPD dikelola secara terpisah dengan krama desa sehingga memungkinkan
terjadinya konflik keagenan. Selain itu LPD menggunakan pinjaman dari Bank
Pembangunan Daerah (BPD Bali). Hal itulah yang menjadi faktor utama prinsip-prinsip
good corporate governance wajib diterapkan oleh LPD untuk mengurangi konflik
kepentingan antara pengelola LPD sebagai agen dengan pemilik yaitu krama desa (warga
masyarakat) dan antara pengelola LPD dengan kreditur yaitu Bank Pembangunan Daerah
Bali serta dapat menjaga hubungan baik dan menjamin terpenuhinya hak dari pihak-pihak
yang berkepentingan dengan fungsi dan tujuan LPD itu sendiri.
Good corporate governance memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan visi dan misi dari LPD dan merupakan sarana untuk memilih teknik
monitoring kinerja. Good corporate governance juga memberikan jaminan keuntungan
dan keamanan atas dana yang ditanamankan di LPD tidak akan digelapkan oleh pengelola
LPD (Setyawan dan Dwija Putri, 2013).
2.2 Awig-awig
Masyarakat di Bali sebagai masyarakat sosial, dalam peradabannya juga memiliki
konsep norma yang mengatur kehidupannya dalam peradabannya sejak jaman dikenalnya
kebudayaan yang terkenal dengan konsep kosmologi Tri Hita Karana dan merupakan
falsafah hidup yang dan bertahan hingga kini walaupun berada dalam konsep-konsep
perubahan sosial yang selalu berdinamika sebagai salah satu ciri atau karakter peradaban.
Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong
konsumerisme, pertikaian dan gejolak. Konsep Tri Hita Karana, oleh masyarakat Bali
dirumuskan dan diilmplementasikan dalam bentuk awig-awig. Awig-awig yaitu berupa
5
Member of
suatu ketentuan yang mengatur tata krama pergaulan hidup dalam masyarakat untuk
mewujudkan tata kehidupan yang ajeg di masyarakat. Perda Propinsi Bali No. 3 Tahun
2001 tentang Desa Pakraman disebutkan pengertian awig-awig yaitu :
“ Awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa pakraman atau
krama pakraman yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita
Karana sesuai dengan desa mewacara dharma agama di desa
Pakraman/banjar pakraman masing-masing”
Awig-awig desa adat merupakan keseluruhan hukum yang mengatur tata cara
kehidupan bagi warga desa adat beserta sanksi dan aturan pelaksanaanya. Konsepsi inilah
yang kemudian dituangkan kedalam aturan-aturan baik secara tertulis maupun tidak
tertulis sehingga menimbulkan suatu pengertian, bahwa awig-awig adalah peraturan-
peraturan hidup bersama bagi krama desa di desa adatnya, untuk mewujudkan kehidupan
yang aman, tentram, tertib, dan sejahtera di desa adat. Awig-awig itu memuat aturan-
aturan dasar yang menyangkut wilayah adat , krama desa adat, keagamaan serta sanksi.
Awig-awig desa adat, merupakan hukum adat yang mempunyai fungsi :
1) Untuk mengatur dan mengendalikan prilaku warga masyarakat dalam pergaulan
hidupnya guna mencapai ketertiban dan ketentraman masyarakat.
6
Member of
dengan berpikir yang positif, maka dengan berpikir positif akan terwujud tindakan
harmonis (Suamba, 2012)
Menyama braya bagi masyarakat Bali selain sebagai kearifan lokal yang menjadi
landasan moral dalam membangun relasi sosial juga merupakan kekayaan utama dalam
hidup dan sebagai jalan untuk menggapai kedamaian dan keharmonisan yang telah ada
sejak lama. kearifan lokal ini memiliki makna bahwa semua orang adalah keluarga, maka
perlakuan terhadap orang lain akan diperlakukan seperti keluarga sendiri. Dalam
pernyataan tersebut memiliki arti yang lebih luas yaitu jika menyama braya memaknai
orang lain sebagai keluarga atau saudara, maka bisa dikatakan memiliki makna yang
plural yang berarti menghargai perbedaan dan menempatkan orang lain sebagai keluarga.
Terwujudnya nilai-nilai menyama braya pada berbagai bentuk kegiatan dalam relasi
sosial masyarakat Bali, juga merupakan aplikasi langsung dari keyakinan masyarakat Bali
pada pemahaman arti menyama braya tersebut. hal ini sangat diperlukan di zaman
sekarang ini, dimana masyarakat sudah dihadapkan ke berbagai konflik sosial
dimasyarakat, dan penyimpangan-penyimpangan perilaku sosial dalam suatu sistem
sosial masyarakat. Dengan demikian menyama braya sebagai salah satu kearifan lokal
masyarakat Bali yang akan selalu sebagai perekat hubungan sosial masayarakat.
7
Member of
upaya dan kesulitan tugas. Menurut Mangkunegara (2010: 9), istilah kinerja berasal dari
kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
8
Member of
bahwa penerapan good corporate governance memberikan pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan LPD. Penelitian Nurcahyani, dkk (2012)
menyatakan bahwa perusahaan yang sudah menerapkan good corporate governance
dengan baik dan berkesinambungan akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Dari
pernyataan penelitian terdahulu diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Penerapan Awig-awig desa adat kepada krama desa (warga desa) dalam hal
menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran, dilandasi asas keadilan dan kekeluargaan baik
yang bersifat kriminal dan non kriminal, diselesaikan melalui kelembagaan tradisional
(Hakim Perdamaian Desa) melalui sangkepan (rapat) desa dengan selalu menempuh
upaya perdamaian untuk mencerminkan rasa keadilan. Sanksi yang akan diterima ada
yang berupa denda, baik itu denda berupa fisik atau tenaga dan denda harta kekayaan
berupa pembayaran uang. Penelitian yang dilakukan oleh Aryawan (2006) menyatakan
bahwa penerapan terhadap pelanggaran yang dilakukakan oleh krama desa dilakukan
melalui suatu sangkep atau rapat desa, dimana semua masyarakat desa dan prajuru desa
(prangkat desa ) hadir untuk mengadakan suatu musyawarah guna menentukan sanksi
yang akan diberikan kepada krama desa yang melanggar awig-awig desa tersebut. Hal
seperti itu sudah cukup baik sebagai langkah awal untuk meningkatkan kinerja pada
sebuah lembaga yang dipayungi oleh awig-awig, yaitu Lembaga Perkreditan Desa. Maka
dari penelitian terdahulu diatas, dapat dirumuskan hipotesis kedua yaitu:
H2 : Proteksi awig-awig berpengaruh terhadap kinerja LPD
9
Member of
10
Member of
Alasan pemilihan sampel ini adalah untuk spesifikasi penelitian yang dilakukan
sehingga memudahkan dalam melakukan evaluasi pengelolaan LPD secara parsial. Maka
penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin (Usman, 2007) yaitu:
�
� = 1+�.� 2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = 10% = 0,10
Berdasarkan rumus tersebut diatas, maka dapat ditetapkan jumlah sampel
minimal adalah sebagai berikut:
6
�= =6 , = 6 �� �
+ 6 . ,
11
Member of
berakibat pada perumusan perencanaan strategi perusahaan yang baik pula yang pada
akhirnya menghasilkan program kerja yang baik dan berimbas pada keuntungan atau laba
perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya dari Maryani (2012) dengan penelitian yang dilakukan BPR di
Yogyakarta. GCG dalam hal ini diukur sesuai dengan konsepnya yaitu transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian dan kewajaran yang menggunakan
skala likert 1 sampai 5 yang menunjukkan pendapat sangat tidak setuju (STS) untuk nilai
terkecil sampai dengan sangat setuju (SS) untuk nilai tertinggi.
12
Member of
pendapat sangat tidak setuju (STS) untuk nilai terkecil sampai dengan sangat setuju (SS)
untuk nilai tertinggi.
13
Member of
interaksi dari variabel moderasi (budaya menyama braya) menggunakan Regresi Linier
Berganda dan Modereted Regression Analysis (MRA), seperti persamaan sebagai berikut:
a. Model persamaan regresi linier berganda untuk hipotesis 1 dan 2 :
Perf = β0 + β1 GCG + β2 AW + β3 MB + e
Keterangan:
Perf = Kinerja LPD
GCG= Good Corporate Governance
AW = Proteksi Awig-awig
MB= Budaya Menyama Braya
GCG*MB=Interaksi antara Good Corporate Governance dengan Budaya Menyama
Braya
AW*MB = Interaksi antara Proteksi Awig-awig dengan Budaya Menyama braya
e = Error
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Profil responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia,
pendidikan, dan masa kerja. Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan
berada pada usia 30-39 tahun sebanyak 23%, responden berada pada usia 40-49 tahun
sebanyak 40,75% dan pada usia 50-59 tahun sebanyak 36,25%. Sebagian besar responden
berlatarbelakang pendidikan SMA Sederajat 62,30%, S1 yaitu sebanyak 37,70%.
Berdasarkan masa kerja responden, sebanyak 80,15% responden memiliki masa kerja 1-
10 tahun dan sebesar 19,85% memiliki masa kerja > 10 tahun. Hasil pengujian validitas
dan reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid dan reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi
item-total variabel lebih besar dari 0,3 dan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji
reliabilitas menunjukkan nilai cronbach alpha untuk semua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini lebih besar dari 0,70.
Hasil analisis deskriptif dari variabel GCG memiliki nilai maksimum 99 dan nilai
minimum 77 dengan nilai rata-rata menunjukkan skor 89, dengan demikian sebagian
besar jawaban responden menghendaki GCG diimplementasikan yang ditunjukkan
14
Member of
dengan nilai yang tinggi. Variabel proteksi awig-awig memiliki nilai maksimum 20 dan
nilai minimum 12 dengan nilai rata-rata 17. Hal itu menunjukkan bahwa proteksi awig-
awig direspon positif oleh responden. Variabel kinerja memiliki nilai minimum 67 dan
nilai maksimum 89 dengan rata-rata 81, bahwa kinerja responden dalam penelitian ini
termasuk dalam kategori tinggi, karena dari 18 pertanyaan, didapatkan rata-rata total
jawaban responden adalah 81, jadi sebagian besar jawaban responden adalah sangat
setuju. Variabel Menyama Braya terdiri dari 4 pertanyaan dengan nilai minimum
potensial adalah 4,00 dan nilai maksimum potensial adalah 20,00. Rata-rata untuk
variabel Menyama Braya adalah sebesar 18,50. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk
variabel Menyama Braya sebagian besar responden menyatakan jawaban sangat setuju.
Pengujian multikolinieritas memberikan hasil nilai VIF kurang dari 10, uji
heterokedastisitas dengan Uji Park menunjukkan nilai signifikasi semua variabel diatas
0,05. Uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil Asymp.Sig sebesar
0,769.
Hasil uji statistik terhadap hipotesis 1 menyatakan bahwa hipotesis diterima yang
mendapatkan hasil bahwa GCG memiliki pengaruh terhadap kinerja LPD, hal ini
memberi arti bahwa implementasi konsep-konsep GCG pada LPD di Bali sangat
diperlukan untuk meningkatkan kinerja organisasi yang selama ini tata kelolanya masih
dipertanyakan oleh berbagai pihak dalam masyarakat dimana LPD itu berdiri. LPD yang
menjadi sampel penelitian membutuhkan implementasi GCG untuk memperbaiki
kinerjanya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Triyana
(2010), Tadikapury (2011), dan Labesi (2013) yang menyatakan penerapan GCG
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan hasil pengujian hipotesis 2 diterima
yang menghasilkan variabel proteksi awig-awig memiliki pengaruh terhadap kinerja
LPD. Hal ini menunjukkan bahwa aturan yang selama ini digunakan oleh LPD sebagai
pedoman yaitu awig-awig sudah cukup tegas dalam memproteksi LPD, walaupun
memang kenyataanya masih ada beberapa kecurangan yang terjadi tetapi ternyata dapat
diatasi oleh berbagai aturan yang terkandung dalam awig-awig desa pakraman. Ini juga
disebabkan karena selama ini, masyarakat Bali tunduk terhadap awig-awig desa
pakraman masing-masing.
Hasil uji hipotesis 3a yang menyatakan bahwa budaya organisasi yang dalam hal
ini diterjemahkan sebagai budaya menyama braya sebagai pemoderasi hubungan antara
15
Member of
GCG dengan kinerja LPD berhasil diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa budaya
menyama braya yang selama ini sebagai pedoman bermasyarakat di Bali dengan konsep
kekeluargaan dan kebersamaannya berhasil di adopsi dalam keberlangsungan LPD.
Budaya menyama braya mengandung arti yang sangat luas seperti menganggap orang
lain adalah saudara, menganggap “dia adalah aku, dan aku adalah dia”, dan mengandung
nilai toleransi yang tinggi menyebabkan budaya ini dapat diimplementasikan dalam
operasional LPD sebagai pendukung implementasi GCG untuk mencapai kinerja yang
maksimal. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Taurisa dan
Ratnawati (2012) yang menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap
kinerja karyawan. Penelitian lain yang mengasumsikan budaya organisasi adalah Tri Hita
Karana sebagai pemoderasi, yaitu penelitian Saputra (2012), dan Adiputra, dkk (2014)
yang menyatakan bahwa budaya organisasi yang diwakilkan oleh Tri Hita Karana
sebagai pemoderasi berpengaruh terhadap kinerja.
Hasil pengujian hipotesis 3b yang menyatakan bahwa budaya menyama braya
memoderasi hubungan antara proteksi awig-awig terhadap kinerja LPD berhasil diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum yang dalam penelitian ini
diterjemahkan sebagai awig-awig dengan didukung oleh budaya yang mengakar pada
kehidupan masyarakat bali seperti budaya menyama braya akan semakin meningkatkan
kinerja LPD. Pernyataan ini diperkuat dengan fenomena di masyarakat Bali yang punya
rasa saling memiliki dan saling mengakui antara orang lain dengan dirinya serta konsep
yang terkandung didalamnya seperti solidaritas yang tinggi dan penerapan nilai Bhineka
Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari terbukti mampu mendukung awig-awig yang
berlaku dalam desa pakraman masing-masing, untuk meningkatkan kinerja organisasi-
organisasi kemasyarakatan termasuk didalamnya adalah LPD. Selain itu juga, proteksi
hukum memiliki hubungan dengan keberhasilan LPD dalam mencapai visi dan misinya
dalam hal perlindungan nasabah, jaminan simpanan dan kerahasiaan data nasabah.
16
Member of
mereka pimpin. Proteksi awig-awig berpengaruh terhadap kinerja LPD. Pengelola LPD
sebagai responden telah sepakat kembali kepada perlindungan hukum yang tercantum
dalam awig-awig desa pakraman, karena LPD dan nasabahnya saat ini dihantui oleh
berbagai modus kecurangan baik dari internal ataupun eksternal lembaga, sehingga
dibutuhkanlah suatu aturan yang tegas dan mengikat dalam mencapai kinerja LPD yang
baik. Hasil pemoderasian budaya menyama braya terhadap pengaruh GCG dan proteksi
awig-awig terhadap kinerja LPD memberikan hasil yang berpengaruh positif. Nilai-nilai
dalam budaya menyama braya diyakini oleh masyarakat dan pengelola LPD sebagai
pedoman utama dalam prinsip hidup mereka baik sebagai individu ataupun dalam
organisasi yang senantiasa memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang
dikendalikan oleh nilai kebersamaan, toleransi, kekeluargaan, dan penerapan nilai-nilai
moral yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Hal tersebut terbukti dari budaya
menyama braya dapat memberikan dukungan terhadap GCG dan proteksi awig-awig
yang mampu meningkatkan kinerja LPD di Kabupaten Buleleng.
Penelitian yang dilakukan ini tidak dapat terlepas dari beberapa keterbatasan.
Berikut merupakan beberapa keterbatasan dan saran-saran yang dapat diberikan sebagai
berikut:
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan yang melekat dikarenakan penelitian ini
menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuisioner, yaitu kemungkinan
terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dan responden karena responden dan
peneliti tidak dapat saling mengklarifikasi pertanyaan atau pernyataan. Oleh
karena itu penelitian tentunya menjadi lebih representatif apabila
mengkombinasikan dengan metode wawancara sehingga persepsi responden atas
pertanyaan atau pernyataan dapat diketahui secara mendalam.
2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel LPD yang terdapat di Kabupaten
Buleleng. Dengan demikian, hasil dan kesimpulan penelitian ini tidak dapat
digeneralisasi untuk seluruh LPD di Provinsi Bali. Penelitian selanjutnya
diharapkan memperluas wilayah cakupan sampel sehingga diperoleh hasil
penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
3. Penelitian ini hanya menggunakan variabel GCG, Proteksi awig-awig dan Budaya
Menyama Bara (nilai filosofi masyarakat Bali) untuk mengetahui pengaruhnya
pada kinerja LPD. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan
17
Member of
Daftar Pustaka
Adiputra, I Made Pradana, Ananta Wikrama T.A, Komang Adi Kurniawan S. 2014.
Budaya Tri Hita Karana Sebagai Pemoderasi Pengaruh Locus Of Control Dan
Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Internal Auditor (Studi Pada 5 Kantor
Inspektorat Di Provinsi Bali). Simposium Nasional Akuntansi XVII, Universitas
Mataram, Lombok.
Ady, I Nyoman Rutha. 2003. Konflik Adat, Benih yang bisa Meracuni. Bali Post Online,
Terbitan Jumat tanggal 4 April 2003.
Anonim. 2014. Jumlah LPD di Kabupaten Buleleng. Bank Data Kabupaten Buleleng.
http://ekbang.bulelengkab.go.id diakses tanggal 7 November 2014.
18
Member of
Aryawan, Budi Kresna. 2006. Penerapan Sanksi Terhadap Pelanggaran Awig-Awig Desa
Adat Oleh Krama Desa Di Desa Adat Mengwi Kecamatan Mengwi Kabupaten
Badung Propinsi Bali. Tesis, Universitas Diponegoro Semarang.
Atmadja, A. T. 2001. Perlakuan Akuntansi Pendapatan Bunga dan Pendapatan Provisi
dan Komisi Kredit pada LPD Desa Pakraman Penglatan Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng. (Skripsi yang tidak diterbitkan pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Denpasar).
Bali Post, 2010. “173 LPD Bangkrut”. Bali Post, 13 Nopember 2010. Halaman: 16
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Edisi Kelima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gibson et all. 1994. Organisasi, Jilid 1 dan 2, alih bahasa Agus Dharma, Erlangga,
Jakarta.
Gunawan, K. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Motivasi terhadap
Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi. (Disertasi Manajemen yang tidak
diterbitkan pada Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya).
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Untuk
Akuntansi dan Manajemen). BPFE Yogyakarta.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance.http://www.cicfcgi.org/news/files/Pedoman_GCG_060906.pdf.
Diakses 3 April 2014.
Labesi, Thereza Michiko. 2013. Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance di PT Bank Sulut Kantor Pusat Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.4
Desember 2013, Hal. 1274-1283
Mangkunegara, A.P. (2010), “Evaluasi Kinerja SDM”. Cetakan Pertama. PT. Refika
Aditama, Bandung.
Maryani. 2012. Persepsi Nasabah Bank Perkreditan Rakyat Swadharma Artha Nusa
Yogyakarta tentang Corporate Governance. www.wordpress.com, diakses 18
November 2014.
Nurcahyani, Suhadak, dan R. Rustam Hidayat. 2012. Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance dan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada
Perusahaan Peserta CGPI yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2011). Fakultas Ilmu
Administrasi, Universitas Brawijaya Malang.
Patten, M. Dennis. (2005). “An Analysis of The Impact of Locus of Control on Internal
auditor Job Performance and Satisfaction”, Managerial Auditing Journal, Vol.
20 No. 9, pp. 1016-1029.
19
Member of
Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman
Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Propinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga
Perkreditan Desa
Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia:
Jakarta.
Saputra, Komang Adi Kurniawan. 2012. Analisis Pengaruh Locus of Control terhadap
Kinerja dan Kepuasan Kerja Internal Auditor dengan Budaya Tri Hita Karana
sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Perusahan Perhotelan di Bali). Jurnal
Akuntansi Multi Paradigma (JAMAL), Vol.3, No.1 Periode April 2012.
Universitas Brawijaya.
Setyawan, Komang Meitradi dan I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri. 2013. Pengaruh
Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Lembaga Pekreditan
Desa Di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. 2013, 586-598.
Suamba, I Nyoman. 2012. Wujudkan Sikap Menyama Braya dengan Pikiran yang Positif.
Majalah Hindu, Raditya. Terbit Jumat 23 November 2012
Tadikapury, Violetta. 2011. Penerapan Good Corporate Governance Pada PT Bank X
Tbk Kanwil X. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univeritas
Hasanuddin. Makassar.http://repository.unhas.ac.id/. diakses 14 November
2014
Taurisa, Chaterina Melina dan Intan Ratnawati. 2012. Analisis Pengaruh Budaya
Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dalam
Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Pada Pt. Sido Muncul Kaligawe
Semarang). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Periode September 2012, Hal.
170 – 187 Vol. 19, No. 2.
Triyana, Yulinar. 2010. Manfaat Penerapan Prinsip-prinsip GCG Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Umum Pegadaian. Universitas Gunadarma.
Usman, Umedi. (2007). Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Kepuasan
Kerja dan Kinerja Karyawan pada Perusahaan Rokok di Jawa Timur. Disertasi
Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Wiyana, Ida Bagus Gede. 2012. Menghormati Kearifan Lokal Sebagai Landasan
Strategis Mewujudkan Makna Menyama Braya Sebagai Penguatan Jati Diri
Bangsa. www.wordpress.com, diakses tanggal 14 November 2014
Zakarsyi, Wahyudin. 2008. Good Coorporate Governance : Pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya.. Bandung : CV. Alfabeta.
20
Member of
LAMPIRAN
Proteksi Awig-awig
21
Member of
22
Member of
Model Summary
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.044 4.618 -.170 .992
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1225.950 3 408.650 268.352 .000a
Residual 70.050 46 1.523
Total 1296.000 49
a. Predictors: (Constant), GCGMB, MB, GCG
b. Dependent Variable: Perf
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -120.135 47.105 -3.033 .004
23
Member of
Model Summary
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
Total 416.340 49
a. Predictors: (Constant), AWMB, MB, AW
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -73.068 16.236 -1.500 .045
24