Anda di halaman 1dari 22

DAMPAK FLUKTUASI HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PEREKONOMIAN

INDONESIA

The Impact of World Oil Prices Fluctuation on Indonesia’s Economy

Muhammad Afdi Nizar


Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan-RI,
Jakarta, denai69@gmail.com

Tanggal diterima : 25 April 2012


Disetujui diterbitkan : 21 Nopember 2012

Abstrak

Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak fluktuasi harga minyak di pasar dunia terhadap
perekonomian Indonesia periode tahun 2000–2011. Dengan menggunakan data time
series bulanan dan model VAR, studi ini menganalisis dampak fluktuasi harga minyak dunia
terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, uang beredar, nilai tukar riil, dan suku bunga.
Hasil analisis menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak di pasar dunia: (i) berdampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi selama 3 bulan (satu kuartal), (ii) mendorong laju
inflasi domestik selama satu tahun, (iii) meningkatkan jumlah uang beredar di dalam negeri;
penambahan jumlah uang beredar berlangsung selama 5 bulan, (iv) berdampak negatif
terhadap nilai tukar riil rupiah selama 10 bulan dan (v) menyebabkan naiknya suku bunga
di dalam negeri (efek ini berlangsung selama 10 bulan). Oleh karena itu, pemerintah perlu
menempuh langkah-langkah yang bisa mentransformasikan kebiasaan masyarakat yang
semula boros BBM menjadi hemat BBM. Selain itu, dibutuhkan kebijakan yang mendorong
pengembangan energi alternatif.

Kata kunci : Efek Permintaan, Fluktuasi Harga Minyak, Efek Penawaran, Nilai Tukar
Perdagangan

Abstract

This study aims to determine the impact of oil price shocks in the world markets on the
economy of Indonesia during 2000–2011. Based on monthly time series data and using
VAR model, the study tries to analyze effects of oil price shocks to economic growth,
inflation rates, money supply, real exchange rates and interest rates. The results show
several conclusions: (i) the oil price shocks in the world market have a positive impact on
quarterly economic growth; (ii) it also pushes up the domestic inflation rate for a year; (iii)
it increases the domestic money supply which lasts for 5 months; (iv) it negatively affects
the real exchange rate of Rupiah for 10 months and (v) it leads to rising domestic interest
rates (the effect of oil shocks on interest rates lasted for 10 months). Therefore, government
needs to take steps that could transform the people habits of fuel uses from wasteful to the
efficient one. In addition, the alternative energy development also needs to promoted .
Keywords: Demand Effect, Oil Price Shocks, Supply Effect, Terms of Trade

JEL Classification : F41, F47

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 189


PENDAHULUAN kemudian dijadikan sebagai dasar
justifikasi bahwa krisis minyak adalah
Akhir-akhir ini harga minyak bumi
penyebab resesi ekonomi, terutama
di pasar internasional sangat fluktuatif
yang terjadi di Amerika Serikat dan
dengan kecenderungan yang meningkat.
sejumlah negara Eropa pada waktu itu
Pada tahun 2011 harga minyak dunia
(Hamilton, 1983, 1988, 1996). Studi
(minyak Brent dan Indonesian Crude
empiris lain juga telah dilakukan untuk
Oil Price atau ICP) berada pada level
melihat mekanisme transmisi oil shocks
di atas batas psikologis USD 100 per
terhadap perekonomian, mulai dari efek
barel. Kenaikan harga mencapai rata-
permintaan, penawaran, bahkan efek
rata sekitar USD 111 per barel atau
nilai tukar perdagangan (terms of trade
meningkat sekitar 40% dibandingkan
effect).
rata-rata harga minyak tahun 2010 yang
Berangkat dari fakta harga minyak
mencapai USD 79 per barel. Lonjakan
internasional yang fluktuatif dan tinggi
harga minyak yang sangat tinggi ini tentu
serta merujuk pada beberapa hasil
saja menjadi perhatian hampir seluruh
studi empiris terdahulu, kajian ini
negara di dunia, baik negara produsen
juga mencoba mengkaji bagaimana
(eksportir) minyak bumi maupun negara
dampak fluktuasi harga minyak di pasar
konsumen (importir). Hal ini disebabkan
internasional terhadap perekonomian
karena peranan minyak yang sangat
Indonesia. Beberapa variabel ekonomi
penting sebagai bahan bakar yang
makro yang dipilih untuk melihat
menggerakkan perekonomian. Pasokan
pengaruh fluktuasi harga minyak adalah
minyak bumi merupakan input vital
pertumbuhan ekonomi, laju inflasi,
dalam proses produksi industri, terutama
jumlah uang beredar, nilai tukar riil rupiah
untuk menghasilkan listrik, menjalankan
terhadap US dolar dan suku bunga.
mesin produksi dan mengangkut hasil
produksi ke pasar. Disamping itu, minyak
TINJAUAN PUSTAKA
bumi juga penting bagi pembangunan
Faktor Penentu Harga Minyak
ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.
Fluktuasi harga minyak mentah di
Mengingat peranannya yang
pasar internasional pada prinsipnya
vital tersebut, implikasi yang timbul
mengikuti aksioma yang berlaku
akibat fluktuasi harga minyak juga
umum dalam ekonomi pasar, dimana
akan beragam. Berbagai studi yang
tingkat harga yang berlaku sangat
pernah dilakukan paska krisis minyak
ditentukan oleh mekanisme permintaan
(oil shocks) pada dekade 1970-an
dan penawaran (demand and supply
mengkonfirmasi bahwa guncangan
mechanism) sebagai faktor fundamental
harga minyak berpengaruh negatif dan
(Nizar, 2002). Faktor-faktor lain dianggap
signifikan terhadap Produk Domestik
sebagai faktor non-fundamental,
Bruto (PDB). Bahkan hasil studi tersebut

190 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


terutama berkaitan dengan masalah Development (OECD). Setelah krisis
infrastruktur, geopolitik dan spekulasi. harga minyak kedua, rata-rata tahunan
Dari sisi permintaan, perilaku konsumsi minyak tumbuh lebih dari 1 juta
harga minyak sangat dipengaruhi barel per hari, kecuali pada awal 1990-
oleh pertumbuhan ekonomi dunia. an, dimana konsumsi global stagnan
Pengalaman menunjukkan bahwa karena runtuhnya Uni Soviet. Namun,
peningkatan permintaan terhadap sejak tahun 2000, permintaan minyak
minyak yang kemudian mendorong yang tinggi didorong oleh pertumbuhan
naiknya harga minyak didahului oleh ekonomi di kawasan non-OECD, yaitu
pertumbuhan ekonomi global yang cukup Asia, terutama Cina dan India (Kesicki
tinggi (Grafik 1). Sebelum terjadinya 2010 dan Breitenfellner et al., 2009).
krisis minyak (oil shock) pertama (tahun Dari sisi penawaran fluktuasi
1973) dan kedua (tahun 1978), laju harga minyak mentah dunia sangat
pertumbuhan ekonomi global yang tinggi, dipengaruhi oleh ketersediaan atau
lebih dari 4% per tahun, diikuti dengan pasokan minyak oleh negara-negara
permintaan minyak yang cukup kuat, produsen, baik negara-negara yang
masing-masing dengan pertumbuhan tergabung dalam Organization of the
sekitar 8% dan 4% (Kesicki, 2010). Petroleum Exporting Countries (OPEC)
Kenaikan permintaan minyak terjadi maupun negara produsen non-OPEC.
akibat dorongan pertumbuhan ekonomi Ketersediaan atau pasokan minyak
yang berlangsung dalam dekade sangat erat kaitannya dengan kapasitas
1960-an sampai tahun 1973, terutama produksi, kapasitas investasi dan
berasal dari negara-negara maju yang infrastruktur kilang (Kesicki, 2010 dan
tergabung dalam the Organization Breitenfellner et al., 2009).
for Economic Cooperation and

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 191


Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Harga Minyak Dunia
Sumber : International Energy Agency (IEA) dan International Monetary Fund (2008)

Sementara itu, faktor-faktor non- Di lain pihak, pengaruh OPEC


fundamental yang cukup menonjol sebagai “kartel” produsen minyak
pengaruhnya terhadap kenaikan harga terutama dalam mengontrol pasokan
minyak dalam 30 tahun terakhir adalah tambahan (marginal supply) minyak
faktor geopolitik dan spekulasi. Faktor dunia juga turut mempengaruhi harga
geopolitik meliputi situasi politik dan minyak dunia. Demikian juga dengan
pengaruh OPEC. Instabilitas politik ulah para spekulan yang dituding turut
di Timur Tengah dan Iran pada tahun memberikan andil terhadap perilaku
1973 dan 1978, turut memicu terjadinya harga minyak yang sangat fluktuatif.
krisis harga minyak pada waktu itu. Pembelian minyak mentah secara besar-
Demikian pula kerusuhan yang terjadi di besaran oleh para spekulan melalui
Nigeria telah menyebabkan merosotnya kontrak berjangka (futures contracts),
produksi minyak selama satu kuartal, telah mendorong naiknya permintaan
yang selanjutnya menimbulkan tambahan atas minyak, sehingga harga
tekanan naik terhadap harga minyak. minyak untuk penyerahan kemudian
Disamping itu, ancaman yang persisten juga terdongkrak naik (Coleman and
dari sejumlah pertikaian, misalnya Levin, 2006; Breitenfellner et al., 2009
konflik Amerika Serikat-Iran, juga dan Kaufman, 2011).
turut memberikan dorongan naiknya
harga dalam periode yang panjang Mekanisme Transmisi Harga Minyak
(Breitenfellner et al., 2009; Kesicki, Sedikitnya ada 6 (enam) saluran
2010; dan Bhar and Malliaris, 2011). yang dapat mentransmisikan dampak

192 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


guncangan harga minyak (oil price harga sulit turun, penurunan permintaan
shocks) terhadap aktivitas ekonomi. terhadap barang-barang yang dihasilkan
Pertama, efek sisi penawaran (supply- negara pengimpor minyak lebih lanjut
side shock effect). Kenaikan harga akan menurunkan pertumbuhan PDB.
minyak menyebabkan penurunan output Jika tingkat harga tidak bisa turun,
karena kenaikan harga memberikan belanja konsumsi akan turun lebih besar
sinyal berkurangnya ketersediaan input dari peningkatan investasi, sehingga
dasar untuk produksi. Akibatnya, laju menyebabkan penurunan permintaan
pertumbuhan dan produktivitas menurun agregat dan lebih lanjut memperlambat
(Qianqian, 2011). Guncangan harga pertumbuhan ekonomi (Brown and
minyak bisa menyebabkan naiknya Yucel, 2002; Berument and Tasci, 2002;
biaya marjinal (marginal cost) produksi Lardic and Mignon, 2006, 2008; dan
industri sehingga mengurangi produksi Cologni and Manera, 2008).
dan meningkatkan pengangguran Ketiga, efek saldo riil (real balance
(Brown and Yücel, 2002; Lardic and effect). Kenaikan harga minyak akan
Mignon, 2006, 2008; dan Dogrul and mendorong kenaikan permintaan
Soytas, 2010). uang. Apabila otoritas moneter gagal
Kedua, efek transfer kekayaan meningkatkan jumlah uang beredar untuk
(wealth transfer effect), yang memenuhi pertumbuhan permintaan
menekankan pada pergeseran daya beli uang, maka saldo riil akan turun, suku
(purchasing power) dari negara importir bunga akan naik dan laju pertumbuhan
minyak ke negara eksportir minyak. ekonomi melambat (Berument and
Pergeseran daya beli menyebabkan Tasci, 2002; Lardic and Mignon, 2006,
berkurangnya permintaan konsumen 2008; Cologni and Manera, 2008 dan
terhadap minyak di negara pengimpor dan Tang et al., 2010).
bertambahnya permintaan konsumen di Keempat, efek inflasi (inflation
negara pengekspor. Konsekuensinya, effect). Kenaikan harga minyak juga
permintaan konsumen dunia terhadap menyebabkan meningkatnya inflasi.
barang-barang yang dihasilkan negara Harga minyak mentah yang lebih tinggi
pengimpor minyak berkurang dan akan segera diikuti oleh naiknya harga
persediaan tabungan (supply of savings) produk-produk minyak, seperti bensin
dunia meningkat. Peningkatan pasokan dan minyak bakar yang digunakan
tabungan menyebabkan turunnya suku konsumen (Cologni and Manera,
bunga riil. Penurunan suku bunga dunia 2008). Lebih lanjut, karena ada
akan menstimulasi investasi, sebagai upaya mensubstitusi minyak dengan
penyeimbang turunnya konsumsi, energi bentuk lain, harga sumber
sehingga permintaan agregat tidak energi alternatif juga akan meningkat.
berubah di negara pengimpor. Apabila Disamping efek langsung terhadap

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 193


inflasi, terdapat efek tidak langsung perusahaan mengadopsi metode
berkaitan dengan respon perusahaan produksi baru yang kurang intensif
dan perilaku pekerja (second round menggunakan minyak. Perubahan ini
effects). Perusahaan mengalihkan pada gilirannya menghasilkan realokasi
peningkatan biaya produksi dalam modal dan tenaga kerja antar sektor
bentuk harga konsumen yang lebih yang bisa mempengaruhi pengangguran
tinggi untuk barang-barang atau jasa dalam jangka panjang. Karena pekerja
non-energi, sementara pekerja akan memiliki keahlian industri khusus dan
merespon peningkatan biaya hidup pencarian kerja memerlukan waktu,
dengan menuntut upah yang lebih tinggi proses penyerapan tenaga kerja yang
(Lardic and Mignon, 2006, 2008 dan cenderung membutuhkan waktu akan
Berument and Tasci, 2002). menambah jumlah pengangguran.
Kelima, efek konsumsi, investasi Dengan kata lain, semakin tinggi
dan harga saham. Kenaikan harga penyebaran dari guncangan sektoral,
minyak memberikan efek negatif tingkat pengangguran semakin tinggi
terhadap konsumsi, investasi dan harga karena jumlah realokasi tenaga kerja
saham. Pengaruh terhadap konsumsi bertambah (Lardic and Mignon, 2006,
berkaitan dengan pendapatan disposibel 2008; Kilian, 2008; dan Dogrul and
yang berkurang karena kenaikan harga Soytas, 2010).
minyak, sedangkan investasi dipengaruhi
melalui peningkatan biaya perusahaan METODE PENELITIAN
(Sadorsky, 1999; Kilian, 2008, 2009 dan Metode Analisis
Henriques and Sadorsky, 2011). Studi ini menggunakan metode
Keenam, efek penyesuaian sektoral analisis kuantitatif dengan model Vector
(sectoral adjustment effect). Guncangan Autoregressive (VAR). Model VAR ini
harga minyak akan mempengaruhi pasar memperlakukan semua variabel secara
tenaga kerja melalui perubahan biaya simetris. Satu vektor berisi lebih dari dua
produksi relatif industri. Jika harga minyak variabel dan pada sisi kanan persamaan
naik secara berkelanjutan, maka struktur regresi terdapat nilai lag (lagged
produksi akan berubah dan berdampak value) dari variabel tak bebas sebagai
terhadap pengangguran. Guncangan representasi dari sifat autoregresive
harga minyak bisa menambah biaya dalam model (Asteriou and Hall, 2007).
produksi marjinal di banyak sektor Model VAR yang digunakan dalam
yang intensif menggunakan minyak (oil studi ini dapat dispesifikasikan dalam
intensive sectors) dan bisa memotivasi persamaan berikut :

194 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


dimana

adalah vektor n x 1 dari variabel-variabel endogen,

adalah variabel lag dengan ordo i.

adalah matriks n x n koefisien otoregresif dari vektor

untuk i = 1,2,…,p. c = (c1,c2,. . .cn) adalah n x 1 vektor intersep dari model VAR.
= ( ,… ) adalah n x 1 vektor dari disturbance.

Model VAR dalam studi ini 2. Penentuan panjang lag optimal


memasukkan beberapa variabel untuk mengetahui lamanya periode
endogen, yaitu harga minyak riil (dengan suatu variabel dipengaruhi oleh
notasi OILPRICE), PDB riil (dengan variabel masa lalunya dan variabel
notasi PDB), laju inflasi (dengan notasi endogen lainnya. Model VAR
CPI), jumlah uang beredar (dengan sangat sensitif terhadap jumlah lag
notasi M1), nilai tukar riil rupiah (dengan data yang digunakan. Apabila lag
notasi RER) dan suku bunga jangka ditentukan terlalu panjang maka
pendek (dengan notasi INT). degree of freedom akan berkurang
Sebelum melakukan estimasi model sehingga menghilangkan informasi
VAR di atas perlu dilakukan beberapa yang diperlukan, sedangkan apabila
pengujian, antara lain: jumlah lag ditentukan terlalu pendek
1. Uji stasioneritas (uji akar unit) untuk maka pemodelan yang dihasilkan
membuktikan stabilitas (normalitas) bisa keliru (misspecification model),
pola masing-masing variabel, agar yang ditandai dengan tingginya
regresi yang dihasilkan tidak lancung angka standar error.
(palsu) sehingga tidak menghasilkan
interpretasi yang keliru. Metode Data
pengujian yang seringkali digunakan Data yang digunakan dalam studi
adalah Augmented Dickey-Fuller ini adalah data sekunder bulanan (time
(ADF) test dan Phillips-Perron series) periode 2000:1–2011:12, yang
(PP) test. Uji ADF dilakukan meliputi : (i) PDB atas dasar harga
dengan menggunakan Schwarz konstan 2000 (dalam miliar rupiah).
Info Criterion dan lag maksimum Untuk mendapatkan data bulanan PDB
9, sedangkan uji PP menggunakan dilakukan interpolasi atas data PDB
Newey-West Bandwidth; dan triwulanan; (ii) harga minyak di pasar

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 195


internasional (US dolar per barel), dengan optimal dan (ii) estimasi model Vector
proksi harga minyak Indonesian Crude Autoregression (VAR) yang dilanjutkan
Oil Price (ICP). Untuk mengeliminasi dengan pengujian stabilitas model,
pengaruh nilai tukar, harga minyak dalam Impulse Response Function (IRF), dan
US dolar ditransformasikan ke dalam Forecast Error Variance Decomposition
rupiah dengan menggunakan kurs rata- (FEVD).
rata bulanan Rp/US dolar; (iii) Indeks
Harga konsumen (IHK) sebagai proksi Uji Stasioneritas
tingkat inflasi; (iv) jumlah uang beredar Berdasarkan hasil uji akar unit (unit
(M1, dalam miliar rupiah); (v) nilai tukar root test) dengan menggunakan metode
riil rupiah (RER) terhadap US dolar dan ADF test dan PP test terlihat bahwa
(vi) suku bunga nominal (dalam persen), semua variabel yang digunakan tidak
yang direpresentasikan oleh suku bunga stasioner atau memiliki unit root pada
acuan Bank Indonesia (BI rate). Data level (Tabel 1). Oleh karena itu harus
diperoleh dari Kementerian Keuangan, dilakukan pengujian stasioneritas pada
Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, first differences. Pengujian pada first
Kementerian Energi dan Sumber Daya difference dengan menggunakan ADF
Mineral (ESDM), Bloomberg dan CEIC. test dan PP test menunjukkan bahwa
semua variabel stasioner pada tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN signifikansi 5% dan 1%. Berdasarkan
Hasil Temuan hasil uji akar unit tersebut dapat
Hasil temuan dalam studi ini dikatakan bahwa data telah memenuhi
dikemukakan dalam dua bagian utama, syarat stasioneritas dan persamaan
yaitu: (i) hasil pengujian statistik sebelum yang telah dispesifikasikan sebelumnya
estimasi (pra-estimasi), yang meliputi dapat diestimasi lebih lanjut dengan
uji stasioneritas data dan panjang lag menggunakan model (VAR).

Tabel 1. Uji Stasioneritas


Level
ADF PP ADF PP
*** ***
log OILPRICE -1.29506 -1.28074 -9.35602 -9.34334
*** ***
log PD 1.36201 0.56101 -5.27675 -9.67339
*** ***
logCPI -1.79426 -1.79426 -9.70227 -9.70227
** ***
logM1 0.32084 0.17635 -3.13593 -18.00696
*** ***
logRER -1.68782 -1.38502 -9.04575 -9.80607
** ***
INT -1.74978 -1.22207 -3.43544 -6.31989
>
Sumber : Hasil pengolahan data
Ket : ADF : Augmented Dickey-Fuller test, PP: Phillis-Perron test
** : signifikan pada level 5%, *** : signifikan pada level 1%

196 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


Panjang Lag Optimal Likelihood Ratio (LR), Final Prediction
Penentuan panjang lag dimanfaatkan Error (FPE), Akaike Information Criterion
untuk mengetahui lamanya periode (AIC), Schwarz Information Criterion
respon suatu variabel terhadap variabel (SC) dan Hannan Quinn (HQ). Hasil
masa lalunya dan terhadap variabel penentuan panjang lag secara lengkap
endogen lainnya. Penentuan lag dalam dapat dilihat pada Tabel 2.
studi ini menggunakan pendekatan
Tabel 2. Penentuan Panjang Lag Optimal

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 386.560N A1 .82E-10 -5.3980 - 5.2725 - 5.3470


1 1661.547 2423.380 4 .25E-18 -22.9723 -22.0939* -22.6154
2 1744.852 151.248* 2.18e-18* -23.6433* -22.0121 -22.9804*
3 1772.871 48.487 2 .46E-18 -23.5301 - 21.1460 -22.5613

Sumber : Hasil pengolahan data


Keterangan : *indicates lag order seletected by the criterion

Berdasarkan Tabel 2 lag optimal riil rupiah terhadap US dolar (Dlog RERt).
menurut kriteria LR, FPE, AIC dan HQ Pengaruh perubahan harga minyak
yang nilainya terkecil dan paling banyak tersebut secara statistik hanya signifikan
ditunjuk adalah lag 2 sebagaimana terhadap perubahan harga minyak dan
ditunjukkan dengan tanda (*). Oleh suku bunga dalam periode berjalan.
karena itu, dalam proses selanjutnya Sementara itu, perubahan harga minyak
untuk mengestimasi model persamaan dunia dua periode sebelumnya (Dlog
VAR akan digunakan lag 2. OILPRICEt-2) hanya berpengaruh positif
terhadap laju inflasi (Dlog CPIt) dalam
Hasil Estimasi Model VAR periode berjalan, sedangkan terhadap
Dari hasil estimasi model VAR variabel-variabel lain pengaruhnya
diperoleh gambaran bahwa perubahan negatif dan yang signifikan secara
harga minyak dunia satu periode statistik hanya terhadap perubahan
sebelumnya (DlogOILPRICEt-1) harga minyak dalam periode berjalan.
berpengaruh positif terhadap perubahan Variabel-variabel selain harga
harga minyak (DlogOILPRICEt), minyak yang berpengaruh positif dan
pertumbuhan ekonomi nasional secara statistik signifikan terhadap
(DlogPDBt), laju inflasi (DlogCPIt), jumlah pertumbuhan ekonomi periode berjalan
uang beredar (DlogM1t) dan suku bunga adalah pertumbuhan ekonomi (Dlog
(DINTt) dalam periode berjalan dan PDBt-1) dan pertumbuhan jumlah uang
berpengaruh negatif terhadap nilai tukar beredar (DlogM1t-1) periode sebelumnya.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 197


Tabel 3. Hasil Estimasi Model VAR
∆ log ∆ log ∆ log ∆ log ∆ log CPI t- ∆ log CPI t- ∆ log ∆ log ∆ log ∆ log
C0 ∆ INT t-1 ∆ INT t-2 R2
OILPRICE t-1 OILPRICE t-2 PDB t-1 PDB t-2 1 2 M1 t-1 M1 t-2 RER t-1 RER t-2

∆ logOILPRICE t 3.622 1.178 -0.270 0.435 -0.869 -2.052 1.997 0.044 0.197 0.638 -0.623 0.025 -0.032 0.979
t-stat [1.422] [13.849] [-3.093] [0.645] [-1.265] [-2.093] [2.079] [0.180] [0.829] [2.507] [-2.488] [1.017] [-1.332]
∆ logPDB t 1.537 0.010 -0.015 1.352 -0.543 -0.094 0.134 0.095 -0.043 0.027 -0.035 0.003 -0.004 0.998
t-stat [5.349] [1.089] [-1.489] [17.762] [-7.002] [-0.847] [1.232] [3.439] [-1.602] [0.934] [-1.251] [1.224] [-1.382]
∆ logCPI t 0.211 0.008 0.0001 -0.094 0.059 1.078 -0.110 0.030 -0.006 -0.026 0.015 -0.0001 0.0003 0.999
t-stat [0.844] [0.902] [ 0.016] [-1.424] [0.872] [11.207] [-1.167] [1.262] [-0.262] [-1.033] [0.621] [-0.061] [0.127]
∆ logM1 t -3.657 0.045 -0.014 -0.286 0.825 -0.354 0.438 0.557 0.162 -0.140 0.144 -0.006 0.006 0.997
t-stat [-4.198] [1.565] [-0.468] [-1.241] [3.508] [-1.057] [1.335] [6.618] [1.991] [-1.615] [1.687] [-0.657] [0.671]
∆ logRER t 0.757 -0.012 -0.0002 0.591 -0.583 0.737 -0.497 0.050 -0.141 0.979 -0.117 0.003 -0.002 0.953
t-stat [0.843] [-0.416] [-0.007] [2.481] [-2.403] [2.130] [-1.466] [0.577] [-1.690] [10.905] [-1.325] [0.306] [-0.225]
∆ INT t -12.729 0.639 -0.166 -1.984 3.974 11.178 -12.210 -0.667 0.044 -1.100 0.093 1.252 -0.286 0.995
t-stat [-1.603] [2.409] [-0.609] [-0.943] [ 1.854] [3.657] [-4.077] [-0.869] [0.060] [-1.386] [0.120] [16.222] [-3.782]

Sumber : Hasil pengolahan data

Sementara variabel-variabel lain pertumbuhan ekonomi (DlogPDBt-1), laju


pengaruhnya negatif dan tidak signifikan inflasi (Dlog CPIt-1), jumlah uang beredar
(Tabel 3). (Dlog M1t-1), nilai tukar riil (Dlog RERt-1)
Selanjutnya, pertumbuhan dan suku bunga (DINTt-1) satu periode
jumlah uang beredar periode berjalan sebelumnya dan yang memberikan
selain dipengaruhi secara positif pengaruh signifikan adalah pertumbuhan
oleh pertumbuhan harga minyak ekonomi, laju inflasi dan nilai tukar riil.
periode sebelumnya juga oleh Sementara yang memberikan pengaruh
pertumbuhan ekonomi (Dlog PDBt-2), negatif adalah pertumbuhan harga
laju inflasi (Dlog CPIt-2), nilai tukar riil minyak periode sebelumnya (Dlog
(Dlog RERt-2), dan suku bunga (DINTt-2) OILPRICEt-1 dan Dlog OILPRICEt-2),
dua periode sebelumnya. Variabel yang pertumbuhan ekonomi (Dlog PDBt-2),
berpengaruh signifikan adalah jumlah laju inflasi (Dlog CPIt-2), pertumbuhan
uang beredar periode sebelumnya jumlah uang beredar (Dlog M1t-2), nilai
(Dlog M1t-1 dan Dlog M1t-2). Sedangkan tukar riil (Dlog RERt-2) dan perubahan
variabel yang berpengaruh negatif suku bunga (DINTt-2) dua periode
terhadap pertumbuhan jumlah uang sebelumnya. Variabel yang signifikan
beredar adalah pertumbuhan ekonomi pengaruhnya adalah pertumbuhan
(Dlog PDBt-1), laju inflasi (Dlog CPIt-1), ekonomi dua periode sebelumnya.
nilai tukar riil (Dlog RERt-1), suku bunga Pengaruh pertumbuhan harga
(DINTt-1) periode sebelumnya, dan minyak riil satu periode sebelumnya
pertumbuhan harga minyak dua periode (Dlog OILPRICEt-1) juga terlihat positif
sebelumnya (DlogOILPRICEt-2). dan signifikan terhadap perubahan suku
Pertumbuhan nilai tukar riil pada bunga periode berjalan. Demikian pula
periode berjalan dipengaruhi positif oleh laju inflasi (Dlog CPIt-1) dan perubahan

198 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


suku bunga (DINTt-1) dalam periode Tabel 4. Hasil Uji Stabilitas
sebelumnya. Variabel-variabel lain yang
berpengaruh positif terhadap perubahan
suku bunga adalah pertumbuhan
ekonomi (DlogPDBt-2), pertumbuhan
jumlah uang beredar (DlogM1t-2), dan nilai
tukar riil rupiah (DlogRERt-2) dua periode
sebelumnya, namun secara statistik
pengaruhnya tidak signifikan. Variabel-
variabel yang berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap perubahan suku Sumber : Hasil pengolahan data
bunga adalah laju inflasi (Dlog CPIt-2)
dan perubahan suku bunga (DINTt-2) dua Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai akar
periode sebelumnya. karakteristik atau modulus semuanya
menunjukkan angka lebih kecil dari 1.
Uji Stabilitas Model Di sisi lain, Gambar 2 menunjukkan
Uji stabilitas merupakan syarat yang bahwa semua titik Inverse Roots of
harus dipenuhi dalam model dinamik AR Characteritic Polynomial berada
seperti VAR, karena apabila didapatkan di dalam lingkaran. Dengan demikian
model VAR yang tidak stabil, analisis dapat dikatakan bahwa model VAR yang
Impulse Response Function (IRF) dan akan diuji, stabil.
Forecast Error Variance Decomposition
(FEVD) menjadi tidak valid. Kondisi Inverse Roots of AR Characteristic Polynomial
1.5
stabil mensyaratkan model VAR yang
1.0
dibentuk memiliki nilai akar karakteristik
0.5
atau modulus kurang dari 1 atau berada
dalam unit circle. Hasil uji stabilitas model 0.0

pada lag 2 dapat dilihat pada Tabel 4 -0.5

dan diilustrasikan pada Gambar2. -1.0

-1.5
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Gambar 2. Hasil Uji Stabilitas

Sumber : Hasil pengolahan data

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 199


Impulse Response Function (IRF) jangka panjang tidak terlihat tanda-
Fungsi Impulse Response tanda pergerakannya menuju
digunakan untuk melihat perilaku keseimbangan atau mendekati nol
suatu variabel dalam merespon suatu (convergence). Artinya, perubahan
kejutan (shock). Dalam studi ini, analisis harga minyak akan tetap direspon
IRF digunakan untuk melihat respon oleh pertumbuhan ekonomi karena
perubahan variabel-variabel ekonomi efeknya yang permanen (Gambar
makro, yaitu PDB, laju inflasi, jumlah 3.a).
uang beredar, nilai tukar riil rupiah dan 2. Pengaruh shock satu standar
suku bunga terhadap shock harga deviasi variabel harga minyak dunia
minyak internasional. Berdasarkan hasil juga positif terhadap laju inflasi,
pengujian yang dilakukan, variabel- yaitu sejak bulan pertama dan
variabel yang dimasukkan dalam model terus meningkat hingga mencapai
memperlihatkan respon sebagai berikut : puncaknya pada bulan ke-13. Pada
1. Shock satu standar deviasi variabel bulan-bulan selanjutnya pengaruh
harga minyak pada periode (bulan) shock harga minyak terhadap laju
pertama berpengaruh positif inflasi terlihat menurun dan kemudian
terhadap pertumbuhan ekonomi, naik lagi, sehingga tidak terlihat
yaitu sebesar 0,00091. Pengaruh pergerakan menuju keseimbangan
positif ini terus meningkat hingga atau konvergensi (Gambar 3.b).
bulan ke-3 dan setelah itu menurun Dengan demikian, perubahan
sampai bulan ke-10. Selanjutnya harga minyak akan tetap direspon
pengaruh perubahan harga minyak oleh laju inflasi secara permanen
kembali meningkat dan dalam

200 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


Respon Pertumbuhan Ekonomi thd
Perubahan Harga Minyak Perubahan Harga Minyak
.006 .012
.005
.010
.004
.008
.003
.002 .006

.001 .004
.000
.002
-.001
.000
-.002
-.003 -.002
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(a) (b)
Respon Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar
thd Perubahan Harga Minyak
.016

.012

.008

.004

.000

-.004

-.008
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

(c)

>
> Respon Nilai Tukar Riil Rupiah thd Respon Suku Bunga thd
Perubahan Harga Minyak Perubahan Harga Minyak
>
.015 .8
>
.010 .6
>
> .005 .4

>
.000 .2
>
-.005 .0
>
> -.010 -.2
>
-.015 -.4
> 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

>
(d) (e)
Gambar 3. Fungsi Impulse Response (IRF) Variabel-variabel
Ekonomi Makro terhadap Fluktuasi Harga Minyak di Pasar
Internasional

Sumber : Hasil pengolahan data

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 201


3. Pada bulan pertama, shock satu bulan ke-10. Setelah itu efeknya
standar deviasi variabel harga terus menurun, bahkan menjadi
minyak berpengaruh negatif negatif sejak bulan ke-25 dan
terhadap pertumbuhan jumlah kemudian bergerak naik menuju
uang beredar, yaitu sebesar keseimbangan (Gambar 3.e).
-0,000685. Namun pada bulan Setelah mencapai konvergensi,
berikutnya pengaruhnya positif dan perubahan harga minyak tetap
mencapai puncaknya pada bulan direspon oleh suku bunga namun
ke-7. Setelah itu pengaruhnya efeknya tidak lagi bersifat permanen.
cenderung menurun, namun tidak
menunjukkan adanya pergerakan Forecast Error Variance
menuju keseimbangan (Gambar Decomposition (FEVD)
3.c). Dekomposisi varian (variance
4. Shock satu standar deviasi variabel decomposition) dalam model VAR
harga minyak berpengaruh negatif bertujuan untuk memisahkan pengaruh
terhadap nilai tukar riil rupiah pada masing-masing variabel inovasi secara
bulan pertama, yaitu sebesar individual terhadap respon yang diterima
-0.00640. Pengaruh negatif ini suatu variabel, termasuk inovasi variabel
mencapai puncaknya pada bulan itu sendiri. Dengan kata lain, analisis
kedua dan berlangsung sampai FEVD digunakan untuk mengetahui
bulan ke-10. Setelah itu, shock harga variabel yang paling berperan penting
minyak berpengaruh positif terhadap dalam menjelaskan perubahan suatu
nilai tukar riil rupiah. Pengaruh positif variabel. Dari pengujian yang dilakukan,
ini terus berlanjut dan mencapai sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5
puncaknya pada bulan ke-22. diperoleh hasil sebagai berikut :
Pada bulan berikutnya meskipun 1. Sumber penting variasi harga
pengaruhnya masih positif namun minyak ICP di pasar internasional
cenderung menurun dan bergerak adalah shocks terhadap harga
menuju kondisi keseimbangan atau minyak itu sendiri. Pada periode
konvergen (Gambar 3.d). Artinya, (bulan) pertama, variasi harga
setelah mencapai keseimbangan minyak yang bersumber dari dirinya
tersebut, perubahan harga minyak mencapai 100% dan kemudian terus
akan tetap direspon oleh nilai tukar menurun hingga mencapai 77,1%
riil namun efeknya tidak lagi bersifat pada bulan ke-36. Sedangkan
permanen. pengaruh variabel lainnya relatif
5. Efek positif shock harga minyak kecil, sebagaimana ditunjukkan
terhadap suku bunga berlangsung oleh dekomposisi variannya yang
sejak bulan pertama dan berlanjut rendah.
hingga mencapai puncaknya pada

202 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


Tabel 5. Dekomposisi Varian Harga Minyak dan Variabel Ekonomi Makro

Dekomposisi Varian
Variabel Periode S.E ∆ log ∆ log ∆ log ∆ log ∆ log
∆ INT
OILPRICE PDB CPI M1 RER
1 0.082 100 0 0 0 0 0
12 0.220 90.607 1.956 0.821 1.767 2.569 2.279
∆ log OILPRICE
24 0.233 82.768 2.467 2.684 1.960 3.968 6.152
36 0.242 77.084 2.995 7.698 1.828 4.200 6.196
1 0.009 0.952 99.048 0 0 0 0
12 0.028 3.972 77.088 1.300 15.163 1.375 1.102
∆ log PDB
24 0.031 5.081 65.509 7.275 18.743 1.171 2.221
36 0.034 7.000 55.368 14.549 19.137 1.095 2.851
1 0.008 0.010 0.428 99.563 0 0 0
12 0.028 26.738 3.977 64.602 3.902 0.768 0.014
∆ log CPI
24 0.037 40.752 2.305 46.376 9.304 0.484 0.779
36 0.042 37.803 1.843 44.718 12.309 0.618 2.710
1 0.028 0.059 0.044 4.001 95.895 0 0
12 0.061 13.617 29.775 3.117 52.524 0.718 0.249
∆ log M1
24 0.071 15.142 24.735 9.551 47.990 0.592 1.990
36 0.079 15.144 19.915 18.344 42.760 0.676 3.161
1 0.029 4.827 0.083 8.932 0.695 85.464 0
12 0.073 3.349 6.659 38.296 1.329 50.075 0.292
∆ log RER
24 0.079 8.378 9.422 37.364 1.484 42.735 0.617
36 0.081 11.327 9.186 36.038 1.618 41.186 0.646
1 0.257 1.148 0.082 3.393 0.015 3.329 92.033
12 1.617 49.657 1.750 6.065 0.369 9.049 33.109
∆ INT
24 2.068 45.960 4.459 18.586 1.113 8.039 21.842
36 2.151 45.234 5.178 20.463 1.136 7.479 20.510

Sumber : Hasil Pengolahan Data

2. Variasi pertumbuhan ekonomi pada 15,2% pada bulan ke-12 dan


bulan pertama bersumber dari 19,1% pada bulan ke-36. Demikian
variabel itu sendiri, yaitu sekitar pula perubahan harga minyak,
99,0%. Dalam periode selanjutnya meskipun peranannya kecil namun
peranan pertumbuhan ekonomi terus menunjukkan kecenderungan yang
menurun hingga mencapai 55,4% meningkat, yaitu dari 1,0% pada
pada bulan ke-36. Seiring dengan bulan pertama menjadi 7,0% pada
penurunan peranan pertumbuhan bulan ke-36. Nilai tukar riil dan suku
ekonomi, peranan variabel lain bunga hanya mampu menjelaskan
menunjukkan peningkatan. Peranan sedikit variasi pertumbuhan
laju inflasi meningkat dari 0% pada ekonomi, yang ditunjukkan oleh
bulan pertama menjadi 7,3% pada proporsi dekomposisi variannya
bulan ke-24 dan 14,5% pada bulan yang relatif kecil.
ke-36. Peranan pertumbuhan jumlah 3. Laju inflasi juga lebih banyak
uang beredar juga meningkat dari dijelaskan oleh shock variabel
0% pada bulan pertama menjadi itu sendiri, yaitu dengan proporsi

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 203


99,6% pada bulan pertama dan menjadi 15,1%. Demikian pula
kemudian menurun menjadi 44,7% variasi laju inflasi meningkat menjadi
pada bulan ke-36. Shock variabel 18,3%.
lain yang juga mampu menjelaskan 5. Sumber penting variasi nilai tukar
variasi laju inflasi adalah perubahan riil rupiah adalah shock terhadap
harga minyak internasional, yang nilai tukar itu sendiri, yaitu dengan
meningkat dari 0,01% pada bulan proporsi 85,5% pada bulan pertama
pertama menjadi 26,7% pada bulan dan kemudian turun menjadi 41,2%
ke-12 dan menjadi 40,8% pada pada bulan ke-36. Disamping itu
bulan ke-24. Sementara itu, peranan juga bersumber dari shock laju
jumlah uang beredar meningkat inflasi yang meningkat dari 8,9%
dari 0% pada bulan pertama pada bulan pertama menjadi 36,0%
menjadi 3,9% pada bulan ke-12 pada bulan ke-36; dari shock
dan meningkat menjadi 12,3% pada harga minyak yang meningkat dari
bulan ke-36. Perubahan nilai tukar 4,8% pada bulan pertama menjadi
dan suku bunga hanya mampu 11,3% pada bulan ke-36; dari
menjelaskan sedikit variasi laju shock, pertumbuhan ekonomi yang
inflasi. meningkat dari 0,1% pada bulan
4. Variasi jumlah uang beredar pada pertama menjadi 9,2% pada bulan
bulan pertama, sekitar 95,9% ke-36.
dijelaskan oleh perubahan variabel 6. Variasi suku bunga sangat
itu sendiri. Sisanya dijelaskan oleh dipengaruhi oleh shock suku bunga
laju inflasi (3,9%), perubahan harga itu sendiri dengan proporsi yang
minyak (0,6%) dan pertumbuhan cenderung turun dari 92,0% pada
ekonomi (0,6%). Peranan shock bulan pertama menjadi 20,5%
jumlah uang beredar dalam pada bulan ke-36. Selain itu juga
menjelaskan perubahan dirinya bersumber dari shock harga minyak
kemudian turun menjadi 52,5% pada dengan proporsi 1,1% pada bulan
bulan ke-12 dan menjadi 42,8% pada pertama meningkat menjadi 45,2%
bulan ke-36. Penurunan peranan pada bulan ke-36; dari shock laju
ini diikuti dengan meningkatnya inflasi dengan proporsi meningkat
peranan variasi pertumbuhan dari 3,4% pada bulan pertama
ekonomi menjadi 29,8%; perubahan menjadi 20,5% pada bulan ke-36 dari
harga minyak menjadi 13,6% dan shock nilai tukar riil rupiah dengan
laju inflasi menjadi 3,9%. Dalam proporsi meningkat dari 3,3% pada
periode ke-36, pengaruh shock bulan pertama menjadi 9,0% pada
harga minyak terhadap variasi bulan ke-12 dan turun menjadi
jumlah uang beredar meningkat 7,5% pada bulan ke-36 dan shock

204 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


pertumbuhan ekonomi dengan (pasokan) minyak sebagai bahan baku
proporsi meningkat dari 0,1% pada (input) bagi proses produksi di dalam
bulan pertama menjadi 5,2% pada negeri. Temuan studi ini berbeda
bulan ke-36. Sementara itu, variasi dengan kesimpulan Hamilton (1983,
jumlah uang beredar hanya mampu 1988, 1996) yang menyatakan bahwa
menjelaskan sedikit perubahan fluktuasi harga minyak berdampak
suku bunga, yang ditunjukkan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
oleh proporsi dekomposisi Perbedaan ini dapat dipahami karena
variannya yang relatif kecil. di Indonesia peranan (sumbangan)
sektor minyak bumi dan gas alam masih
Pembahasan cukup penting dalam pembentukan
Hasil temuan dan analisis statistik PDB, walaupun proporsinya tidak lagi
yang telah diuraikan pada bagian besar, yaitu hanya sekitar 8,5% dari
sebelumnya menunjukkan bahwa shock total PDB. Proporsi yang rendah ini juga
harga minyak internasional memberikan ditunjukkan oleh dekomposisi variannya
pengaruh terhadap pertumbuhan yang relatif kecil. Meskipun sumbangan
ekonomi, laju inflasi, jumlah uang sektor minyak dan gas cenderung
beredar, nilai tukar riil rupiah terhadap menurun, namun pengaruh shock harga
US dolar dan perubahan suku bunga minyak akan bersifat permanen terhadap
di dalam negeri. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia.
pengaruh harga minyak terhadap Shock harga minyak juga akan
variabel-variabel tersebut tidak terlihat mendorong naiknya tingkat inflasi
dalam periode waktu yang bersamaan. (inflation effect) sejak bulan pertama
Terjadinya shock harga minyak di sampai bulan ke-13 (selama 12
pasar internasional dalam suatu periode bulan). Artinya, proses transmisi
waktu tertentu akan direspon positif dampak kenaikan harga minyak
dan cepat (segera) oleh pertumbuhan internasional terhadap kenaikan inflasi
ekonomi. Artinya, proses transmisi akan berlangsung selama satu tahun.
kenaikan harga minyak internasional Pengaruh shock harga minyak yang
pada bulan berjalan akan segera berlangsung cepat ini dapat dipahami
terlihat dampaknya dengan naiknya terutama karena peranan (bobot)
pertumbuhan ekonomi pada bulan harga bahan bakar minyak (BBM)
tersebut dan proses transmisi ini yang sangat dipengaruhi oleh harga
berlangsung dalam kurun waktu sekitar minyak internasional yang cukup besar
3 bulan (satu triwulan). Relatif cepatnya dalam pembentukan inflasi di dalam
transmisi shock harga minyak terhadap negeri, sebagaimana ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi ini tentunya tidak dekomposisi variannya yang mencapai
terlepas dari pengaruh ketersediaan sekitar 25-40%. Dampak inflasi karena

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 205


fluktuasi harga minyak ini akan lebih besar riil rupiah yang negatif dalam jangka
apabila memperhitungkan pengaruhnya waktu cukup panjang, yaitu selama
yang bersifat tidak langsung (second 10 bulan. Hal ini mengindikasikan
round effect), seperti melalui kenaikan bahwa kenaikan harga minyak di pasar
biaya produksi bagi industri pengguna internasional menyebabkan nilai tukar
minyak bumi sebagai input produksi rupiah melemah (depresiasi). Terjadinya
yang kemudian bermuara pada depresiasi rupiah ini dapat dipahami
kenaikan harga barang-barang di tingkat karena meningkatnya permintaan
konsumen. Saluran lain adalah melalui (kebutuhan) terhadap valuta asing
anggaran pendapatan dan belanja dalam rangka pembayaran impor
negara (APBN). Apabila kenaikan harga minyak. Dewasa ini impor minyak tidak
minyak internasional menyebabkan bisa dihindari dalam upaya memenuhi
bertambahnya beban subsidi yang kebutuhan (permintaan) minyak di dalam
ditanggung APBN dan kemudian negeri, akibat kemampuan produksi
direspon oleh pemerintah dengan minyak nasional yang cenderung
menaikkan harga BBM bersubsidi, maka menurun dari tahun ke tahun.
desakan inflasi tidak bisa dihindari. Selanjutnya, kenaikan harga
Sementara itu, pengaruh shock harga minyak di pasar internasional juga
minyak terhadap peningkatan jumlah menyebabkan naiknya suku bunga
uang beredar baru akan terlihat pada di dalam negeri. Pengaruh kenaikan
bulan ke-2 hingga bulan ke-7. Artinya, harga minyak terhadap suku bunga ini
kenaikan harga minyak internasional juga berlangsung cukup lama, yaitu
pada bulan berjalan akan meningkatkan sekitar 10 bulan. Naiknya suku bunga
jumlah uang beredar di dalam negeri akibat kenaikan harga minyak dalam
pada bulan berikut dan peningkatan ini jangka waktu yang lebih panjang adalah
akan berlangsung selama 5 bulan. Jeda konsekuensi dari respon otoritas moneter
waktu yang relatif pendek ini sekaligus yang lebih pendek (5 bulan) terhadap
menandai proses transmisi yang peningkatan permintaan uang. Selain itu,
berlangsung cepat, karena peningkatan respon naiknya suku bunga juga terjadi
permintaan uang akibat kenaikan harga menyusul depresiasi rupiah yang cukup
minyak (real balance effect) direspon lama (10 bulan) akibat naiknya harga
dengan segera (cepat) pula oleh otoritas minyak. Efek terhadap peningkatan
moneter dengan menambah jumlah suku bunga ini baru berbalik menjadi
uang beredar. negatif setelah 15 bulan (lebih dari satu
Hasil temuan yang menarik dari tahun), karena adanya kecenderungan
studi ini adalah pengaruh shock harga pergerakan menuju keseimbangan
minyak internasional terhadap nilai tukar (konvergensi). Setelah mencapai

206 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


konvergensi, perubahan harga minyak internasional menyebabkan melemah
internasional akan tetap direspon oleh nya (terdepresiasinya) nilai tukar rupiah.
suku bunga namun efeknya tidak lagi Disamping itu, kenaikan harga minyak
bersifat permanen. juga mendorong naiknya suku bunga
di dalam negeri. Pengaruh kenaikan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI harga minyak terhadap suku bunga ini
KEBIJAKAN berlangsung selama 10 bulan.
Fluktuasi harga minyak di pasar Berdasarkan hasil temuan studi ini
dunia memberikan pengaruh terhadap terlihat bahwa kenaikan harga minyak
perekonomian Indonesia. Pengaruh ini di pasar internasional nampaknya
ditransmisikan melalui beberapa variabel sudah bukan lagi menjadi berkah
ekonomi makro, yaitu pertumbuhan (windfall profit) bagi Indonesia. Oleh
ekonomi, laju inflasi, jumlah uang karena itu pemerintah dan semua
beredar, nilai tukar riil rupiah terhadap pemangku kepentingan (stakeholders)
US dolar dan suku bunga. Dalam studi harus berkolaborasi dalam upaya
ini diperoleh hasil bahwa fluktuasi harga mengurangi atau mengeliminasi
minyak di pasar dunia memberikan pengaruh guncangan harga minyak
dampak positif terhadap pertumbuhan dunia di dalam negeri. Langkah kongkret
ekonomi. Artinya, kenaikan harga minyak yang perlu segera diupayakan adalah
mendorong naiknya pertumbuhan mentransformasikan kebiasaan yang
ekonomi. Respon positif pertumbuhan semula boros BBM menjadi hemat
ekonomi ini berlangsung selama 3 bulan BBM. Selain itu, yang menjadi suatu
(satu triwulan). Selain itu, kenaikan keniscayaan bagi pemerintah adalah
harga minyak di pasar internasional menempuh kebijakan yang mendorong
juga mendorong naiknya tingkat inflasi pengembangan sumber energi alternatif
di dalam negeri dan proses kenaikan yang komprehensif dari hulu sampai
inflasi ini berlangsung selama satu hilir, karena Indonesia kaya dengan
tahun. Pada sisi lain, kenaikan harga sumber energi, baik yang berasal
minyak juga ditransmisikan melalui dari panas bumi seperti batu bara,
jumlah uang beredar di dalam negeri, matahari, angin maupun sumber energi
yang ditandai dengan penambahan yang menggunakan minyak nabati
jumlah uang beredar selama seperti minyak kelapa sawit. Kebijakan
5 bulan. Fluktuasi harga minyak juga pengembangan energi alternatif ini perlu
memberikan dampak negatif terhadap dilakukan mengingat Indonesia saat
nilai tukar riil rupiah selama 10 bulan. ini telah menjadi importir minyak (net
Dampak negatif ini mengindikasikan importer). Dalam kondisi harga minyak
bahwa kenaikan harga minyak di pasar internasional yang tinggi, impor minyak

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 207


akan menambah biaya produksi dan CEIC Data Company Ltd. (CEIC). (2012).
selanjutnya berdampak pada kenaikan Data Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
terhadap US dolar dan Harga Minyak
harga barang-barang (inflasi). Selain Internasional.
itu, impor minyak juga akan mengurangi
Coleman, N. and C. Levin. (2006). The
cadangan devisa, yang pada gilirannya Role of Market Speculation in Rising
akan menyebabkan melemahnya nilai Oil and Gas Prices : A Need to Put the
tukar rupiah terhadap US dolar. Cop Back on the Beat, Committee on
Homeland Security and Governmental
Affairs, Permanent Subcommittee on
DAFTAR PUSTAKA Investigations, Washington, p.13.
Cologni, A and M. Manera. (2008). Oil
Asteriou, D and S.G. Hall. (2007). Applied Prices, Inflation and Interest Rates in a
Econometrics : A Modern Approach. Structural Cointegrated VAR Model for
Revised Edition. New York : Palgrave the G-7 Countries. Energy Economics
Macmillan.Badan Pusat Statistik (BPS). (30). pp. 856–888.
(2012). Data Produk Domestik Bruto,
Inflasi dan Indeks Harga Konsumen Doğrul, H. G. and U. Soytas. (2010).
(IHK) periode 2000 – 2011. Relationship between Oil Prices,
Interest Rate, and Unemployment:
Bank Indonesia (BI). (2012). Statistik Evidence from an Emerging Market.
Ekonomi dan Keuangan Indonesia Energy Economics (32), pp. 1523–
(SEKI) periode 2000 – 2011. 1528.
Berument, H. and H. Tasci. (2002). Hamilton, J. D. (1983). Oil as the
Infationary Effect of Crude Oil Prices in Macroeconomy since World War II.
Turkey. Physica A (316). pp. 568 – 580. Journal of Political Economy. Vol. 91
Bhar, R. and A.G. Malliaris. (2011). Oil Prices (2), pp. 228–248.
and the Impact of the Financial Crisis of Hamilton, J. D. (1988). A Neoclassical Model
2007–2009. Energy Economics (33). of Unemployment and The Business
Bloomberg. (2012). Data Perkembangan Cycle. Journal of Political Economy.
Nilai Tukar Rupiah terhadap US dolar Vol. 96 (3), pp. 593–617.
dan Harga Minyak Internasional. Hamilton, J..D. (1996). This is What
Breitenfellner, A; J.C. Cuaresma, and C. Happened to Oil Price–Macroeconomy
Keppel. (2009) Determinants of Crude Relationship. Journal of Monetary
Oil Prices: Supply, Demand, Cartel or Economics (38), pp. 215–220.
Speculation?, Austrian National Bank, Henriques, I. and P. Sadorsky. (2011). The
(OeNB) Quarterly Report : Monetary Effect of Oil Price Volatility on Strategic
Policy & the Economy Q4/09, pp. 111 Investment. Energy Economics (33),
– 136. pp. 79–87.
Brown, S.P.A. and M.K. Yücel. (2002). International Energy Agency. (IEA, 2008).
Energy Prices and Aggregate Economic World Energy Outlook 2008. Paris.
Activity: An Interpretative Survey. The
Quarterly Review of Economics and International Monetary Fund (IMF). (2011).
Finance (42), pp. 193–208. World Economic Outlook Data Base
periode 2000 – 2011.

208 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012


Kaufmann, R.K. (2011). The Role of Market Lardic, S and V. Mignon. (2008). Oil Prices
Fundamentals and Speculation in and Economic Activity: An Asymmetric
Recent Price Changes for Crude Oil. Cointegration Approach. Energy
Energy Policy (39), pp. 105–115. Economics (30), pp. 847 – 855.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Nizar, M.A. (2002). Kenaikan Harga Minyak
Mineral (ESDM). (2012). Data Harga Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia.
Minyak Mentah Indonesia (ICP) periode Jakarta : Business News, Nomor 6779,
2000 – 2011. (24 Juni), Jakarta : Business News.
Kementerian Keuangan (2012). Nota Qianqian, Z. (2011). The Impact of
Keuangan dan Rancangan Anggaran International Oil Price fluctuation on
Pendapatan dan Belanja Negara (NK- China’s Economy. Energy Procedia (5),
RAPBN) periode 2000 – 2011. pp. 1360–1364.
Kesicki, F. (2010). The Third Oil Price Sadorsky, P. (1999). Oil Price Shocks
Surge–What’s Different This Time?. and Stock Market Activity. Energy
Energy Policy (38), pp. 1596 – 1606. Economics (21), pp. 449 – 469.
Kilian, L. (2008). Economic Effects of Energy Tang, W; L.Wu, Libo and Z.X. Zhang. (2010).
Price Shocks. Journal of Economic Oil Price Shocks and their Short- and
Literature. Vol. 46, No. 4 (December), Long-Term Effects on the Chinese
pp. 871 – 909. Economy. Energy Economics (32), pp.
S3–S14.
Kilian, L. (2009). Oil Price Volatility : Origins
and Effects, Background Paper for
WTO’s World Trade Report 2010,
Geneva : World Trade Organization.
Lardic, S., V. Mignon. (2006). The Impact
of Oil Prices on GDP in European
Countries : An Empirical Investigation
Based on Asymmetric Cointegration.
Energy Policy 34 (18), pp. 3910–3915.

Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012 209


210 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.6 NO.2, DESEMBER 2012

Anda mungkin juga menyukai