Anda di halaman 1dari 32

UPDATE REGULASI

SOSIALISASI KEWAJIBAN
SERTIFIKAT HALAL PRODUK DAN
BAHAN BAKU KOSMETIK

Dilaksanakan oleh PARAGON Technology


and Innovation,
17 Nopember 2020

MASTUKI HS
Kepala Pusat Registrasi dan Sertifikasi
Halal
BPJPH Kemenag RI
DAFTAR ISI
01 KOSMETIK HALAL : PERSPEKTIF SYARIAH
DAN INDUSTRI
Positioning prospek industri halal kosmetik di Indonesia

02 GLOBAL ISLAMIC ECONOMIC REPORT


Peluang industry kosmetik halal

03 UPDATE REGULASI JPH


Renstra JPH dan Era baru sertrifikasi halal

04 PRINSIP DASAR SERTIFIKASI HALAL BARU


Prijsip-prinsip layanan Sertifikasi Halal yang dilaksanakan BPJPH
KOSMETIK DALAM PERSPEKTIF SYARIAT ISLAM

✎ Islam merupakan agama yang menaruh perhatian pada persoalan


kebersihan, kesucian serta keindahan. Islam menganjurkan merawat
dan memelihari diri. Terkait dengan keindahan dan kesucian, Allah SWT
berfirman :

َ ِ‫متَطَهِّ ر‬
‫ين‬ ُ ‫ب ْل‬
‫ح ُّ ا‬
ِ ُ ‫ينوَ ي‬
َ ِ ‫ب تل َّ َّواب‬
‫ح ُّ ا‬ َ ّ ‫ِإ َّنا ل‬
ِ ُ‫ه ي‬
“Sesunggungnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
mencintai orang-orang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222) 
‫ه اَل‬
ُ َّ ‫رفُوا ِإن‬ ِ ‫س‬ ْ ُ ‫اش َربُوا وَاَل ت‬
ْ َ‫ج ٍد وَك ُلُوا و‬
ِ ‫س‬ َ ‫خ ُذوا زِ ينَتَك ُ ْم ِعن ْ َد ك ُ ِّل‬
ْ ‫م‬ ُ ‫ي َ ابَنِيآد َ َم‬
‫ين‬
َ ِ‫سرِف‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ب ْل‬
‫ح ُّ ا‬
ِ ُ‫ي‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.” (QS. al-A’raf: 31). 
‫َأ‬
‫منُوا فِي‬ َ ِ ‫ي لِلَّذ‬
َ ‫ين آ‬ َ ِ‫ل ه‬ْ ُ‫ق ق‬ ِ ‫الر ْز‬
ِّ ‫ن‬ َ ‫م‬ِ ‫ات‬ِ َ ‫ج لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّب‬ َ ‫ة اللَّهِ الَّتِي خ‬
َ ‫ْر‬ َ َ ‫م زِين‬
َ ‫ح َّر‬
َ ‫ن‬ْ ‫م‬َ ‫ل‬ ْ ُ‫ق‬
‫ن‬َ ‫مو‬ ُ َ ‫ات لِقَوْم ٍ يَعْل‬
ِ َ ‫ل اآْل ي‬ُ ‫ص‬ َ ِ ‫مةِ كَذَل‬
ِّ ‫ك ن ُ َف‬ َ ‫م ال ْ ِقيَا‬
َ ْ‫ة يَو‬
ً ‫ص‬ َ ْ ‫ال‬
َ ِ ‫حيَاةِ الدُّنْيَا خَال‬
"Katakanlah siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu
bagi orang-orang yang mengetahui. "(QS. Al A’raf: 32)

َ ‫ما‬
‫ل‬ َ ْ ‫ب ال‬
َ ‫ج‬ ُّ ‫ح‬ ٌ ‫مي‬
ِ ُ‫ل ي‬ ِ ‫ج‬ َ َّ ‫ن الل‬
َ ‫ه‬ َّ ‫( ِإ‬HR. Muslim).
Allah menyukai keindahan dan kebersihan. Perempuan yang mampu menjaga
diri yakni menjaga kebersihan dirinya dan mempercantik diri dengan segala
sesuatu yang halal untuk tujuan ibadah lebih mulia daripada wanita yang tidak
pandai merawat diri.
☞ Seorang muslimah diperbolehkan menggunakan segala bentuk hiasan dan
memanfaatkan segala yang bagus dalam kehidupan dunia. Ada kaidah: al-Ashlu fil
asy-ya-i al-ibahah ,“Hukum asal sesuatu adalah mubah”.

☞ Seorang muslimah dianjurkan untuk memakai celak mata, dan hinna’ (pacar pewarna
kuku alami) serta bahan-bahan lain yang tidak membahayakan tubuhnya, tidak
berlebihan, dan tidak mengubah ciptaan Allah SWT.

☞ Islam memberikan batasan dalam persoalan berhias diri.


‫ة ا ُأْلولَى‬ َ ‫ج ا ْل‬
ِ َّ ‫جا ِهلِي‬ ْ ‫وَاَل ت َ ب َ َّر‬
َ ‫ج َنت َ ب َ ُّر‬
“Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku (bertabarruj) seperti orang
jahiliyah yang terdahulu.” (QS. Al-Ahzab:33).

☞ Berkaitan dengan penggunaan kosmetik, Islam tidak menghendaki adanya sesuatu


yang membahayakan bagi penggunanya. Dalam sebuah kaidah dijelaskan:
‫ا ألصلف يا لمنافع ا إلباحة وفيا لمضار ا لتحريم‬
Al-ashlu fil manafi’ al-ibahah wa fil madlar al-tahrim , “hukum asal daripada
sesuatu yang bermanfaat adalah mubah, sedangkan hukum asal dari sesuatu yang
membahayakan adalah terlarang”.
HUKUM WANITA MEMAKAI KOSMETIK
1. Kosmetik boleh digunakan
wanita dengan niat menjaga 5. Kosmetik yang digunakan secara
kecantikan dan kebersihan diri berlebihan tidak diperbolehkan.
untuk ibadah dan menyenangkan Kosmetik harus digunakan
suami. sewajarnya
2. Kosmetik yang digunakan harus 6. Kosmetik tidak boleh digunakan
berasal dari bahan yang halal berlebihan, melainkan hanya
dan dibeli atau diperoleh dengan untuk mempercantik diri agar
cara yang halal. terlihat anggun, tidak untuk
3. Kosmetik tidak boleh digunakan berhias berlebihan.
untuk hal yang berlebihan seperti 7. Penggunaan kosmetik karena
pamer, kesombongan diri, dan Allah jauh lebih baik dari wanita
menarik perhatian lelaki yang yang tidak merawat apa yang
bukan muhrim. dianugerahkan oleh Allah.
4. Kosmetik yang berpotensi 8. Penggunaan kosmetik disertai
merusak seperti menggunakan dengan menjaga diri seperti
bahan berbahaya tidak memakai pakaian dan jilbab
diperbolehkan sesuai syariat Islam.
EVOLUSI TREN KECANTIKAN
BAGIAN 2
GIE Indikator dan peluang industri
kosmetik halal
STATE OF THE GLOBAL ISLAMIC ECONOMY REPORT
STATE OF
THE GLOBAL
ISLAMIC
ECONOMY
REPORT
2019/20
MAU APA INDONESIA?
POTENTIAL HALAL
BUSINESS
BAGIAN 3-4
Renstra JPH
Penahapan dan
Prinsip-prinsip dasar kewajiban
Sertifikasi Halal
PRODUK REGULASI JPH

UU No. 33 TAHUN 2014

PMA NO. 26 TAHUN 2019 KMA 464/2020

KMA 982/2019
PP 31 TAHUN 2019
RENSTRA PENGEMBANGAN JAMINAN PRODUK HALAL
01 02 03 04 05
KERJASAMA ANTAR
PENATAAN SISTEM INFORMASI, PEMBINAAN, LEMBAGA DAN MENDUKUNG
KELEMBAGAAN BPJPH LAYANAN SERTIFIKASI PENGAWASAN HALAL, KERJASAMA PENGEMBANGAN
SEBAGAI HALAL, DAN DAN SINERGI ANTAR INTERNASIONAL INDUSTRI HALAL
BADAN LAYANAN INTEGRASI DATA STAKEHOLDERS HALAL DALAM JPH NASIONAL
UMUM
1.Kepastian ketersediaan produk
Sertifika Tujuan halal
si Halal 2.Nilai tambah bagi pelaku usaha
UU 33/2014

1.Peralihan Kewajiban Sertifikasi


Kebijakan 2.Peralihan Penyelenggara sertifikasi
3.Peralihan Pihak yang terlibat
Aspek Sebelum BPJPH Setelah BPJPH
Critical
Issues Kewajiban Voluntary Mandatory
Sertifikasi (pasal 4 UU 33/2014)

1.Status BPJPH sebagai BLU : struktur Penyelenggara LPPOM MUI BPJPH


organiasi di daerah, anggaran, dan SDM (pasal 5 UU 33/2014)
2.Jumlah pelaku usaha, terutama UMK, Pihak Terlibat dan 1. LPPOM MUI 1. BPJPH (pendaftaran,
yang tersebar di seluruh Indonesia Aktivitas (pendaftaran, fasilitasi sidang fatwa,
perlu mendapat perhatian dan pemeriksaan, penerbitan sertifikat halal)
kebijakan khusus: kemudahan usaha dan fasilitasi sidang 2. LPH (pemeriksaan dan/atau
pengenaan tarif murah atau gratis fatwa) pengujian produk)
3.Cakupan produk meliputi barang dan 2. MUI (sidang fatwa) 3. MUI (sidang fatwa)
jasa: konsekuensi pada jenis produk yang (Pasal 29 - 36 UU 33/2014)
wajib bersertifikat halal
4.Operasionalisasi BPJPH: mekanisme
penahapan sertifikasi, exercise perhitungan
tarif, kordinasi antar stakeholders
Makanan
Minuman

Obat
Kosmetik BARANG
Produk kimiawi
Produk biologi
Produk rekayasa genetik

Barang gunaan

PRODUK
yang dipakai, digunakan,
atau dimanfaatkan oleh
masyarakat

1. Penyembelihan
2. Pengolahan
3. Penyimpanan
4.
5.
Pengemasan
Pendistribusian
JASA
6. Penjualan
7. Penyajian
makanan

ditetapkan masing-masing jenisnya


minuman oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan kementerian terkait, lembaga
terkait, dan MUI.

obat

kosmetik
• hanya bagi barang yang berasal dari dan/atau
mengandung unsur hewan.
BARANG • Barang gunaan yang dipakai terdiri atas:
produk a. sandang;
b. penutup kepala; dan
kimiawi c. aksesoris.
hanya yang
terkait dengan • Barang gunaan yang digunakan terdiri atas:
makanan, a. perbekalan kesehatan rumah tangga;
produk biologi minuman, obat, b. peralatan rumah tangga;
atau kosmetik. c. perlengkapan peribadatan bagi umat Islam;
d. kemasan makanan dan minuman; dan
produk rekayasa e. alat tulis dan perlengkapan kantor.
genetik • Barang gunaan yang dimanfaatkan yakni alat
kesehatan.
• Barang gunaan sebagaimana dimaksud di atas dapat
barang gunaan yang dipakai,
ditambahkan jenisnya oleh Menteri setelah
digunakan, atau berkoordinasi dengan kementerian terkait, lembaga
dimanfaatkan terkait, dan MUI.
PENGEMASAN

PENDISTRIBUSI
PENYIMPANAN
AN

PENGOLAHAN PENJUALAN

PENYEMBELIHA
JAS PENYAJIAN

A
N

*)HANYA YANG TERKAIT DENGAN MAKANAN,


MINUMAN, OBAT, ATAU KOSMETIK
Penahapan (Pertama) Produk Wajib Bersertifikat Halal

produk makanan dan 01


minuman;

produk yang kewajiban kehalalannya


02 sudah ditetapkan dalam peraturan Mulai
perundang-undangan;
17 Oktober 2019
produk sudah bersertifikat halal
sebelum UU Nomor 33 Tahun 2014 03 Sampai Dengan
berlaku; 17 Oktober 2024
produk jasa yang terkait dengan
04 produk makanan, minuman, obat,
dan kosmetik
Obat (obat tradisional dan suplemen
Kesehatan, obat bebas dan obat bebas
terbatas, obat keras dikecualikan
01
psikotropika)

02 Kosmetik
Mulai
17 Oktober 2021 PRODUK SELAIN
Produk kimiawi dengan grace period/ masa MAKANAN DAN
Produk biologi 03 MINUMAN
Produk rekayasa genetik
tenggang 5 tahun, 10
tahun, dan 15 tahun
Barang gunaan (yang dipakai,
04 digunakan, atau dimanfaatkan oleh
masyarakat)
PMA 26 TAHUN 2019

a. obat tradisional dan suplemen kesehatan dimulai


dari tanggal 17 Oktober 2021 sampai dengan
tanggal 17 Oktober 2026;

b. obat bebas dan obat bebas terbatas dimulai dari


PRODUK tanggal 17 Oktober 2021 sampai dengan
SELAIN
MAKANAN tanggal 17 Oktober 2029;
DAN
c. obat keras dikecualikan psikotropika dimulai dari
MINUMAN
tanggal 17 Oktober 2021 sampai dengan
tanggal 17 Oktober 2034;

d. kosmetik, produk kimiawi,


24
dan produk rekayasa
genetik dimulai dari tanggal 17 Oktober 2021
sampai dengan tanggal 17 Oktober 2026;
 PENYEDIAAN BAHAN HALAL  MARKET, STRATEGI PEMASARAN
 DUKUNGAN PEMERINTAH
 REGULASI
PROSES  PELAKU USAHA/PRODUSEN
 KONSUMEN
 INDUSTRI HALAL SERTIFIKASI  EKSPOR IMPOR
 RISET & PENGEMBANGAN
 INFRASTRUKTUR HALAL HALAL 

EVENTS : PROMOSI
SOCIAL CAPITAL, DLL.
 HUMAN CAPITAL
OTHER ACCEPTABLE
STANDARD

HALAL IS
STANDARD PREMIUM
QUALITY
HALAL TRACEABILITY (HEALTHY-
(SHARIAH LAW) SAFETY-
BLESSINGS)

STANDARD
THOYYIBAH/
GLOBAL
CONSUMER HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) :
jaminan keamanan pangan
(HACCP, SSOP, SSOP (Sanitation Standard Operating Procedure) 
GMP, ETC) GMP (Good Manufacturing Practices)
PRINSIP
SERTIFIKASI HALAL PERSIAPAN
Memastikan produk yang dihasilkan sesuai
SERTIFIKASI HALAL
ketentuan halal dan menjamin kehalalan
produk di seluruh rangkaian Proses Produk
Halal (PPH)
PERSONIL PROSES
Memastikan tidak terjadi kontaminasi Tim Manajemen Fasilitas dan
bahan haram, baik fasilitas/peralatan,
pekerja, maupun lingkungan Halal Peralatan

Penyelia Halal
Produk dan Bahan
(muslim)
Menjaga kesinambungan proses produksi
halal
Prosedur
Bahan yang digunakan dalam PPH
(Proses Produk Halal) terdiri atas:
1. bahan baku,
2. bahan olahan,
3. bahan tambahan, dan
4. bahan penolong.

Bahan dimaksud berasal dari:


1. hewan;
2. tumbuhan;
3. mikroba; atau
4. bahan yang dihasilkan melalui proses
kimiawi,
5. proses biologi, atau proses rekayasa
genetik.

UU 33 tahun 2014
Pasal 17-20
PROSES PRODUK HALAL

Lokasi, tempat, dan alat PPH wajib dipisahkan


dengan lokasi, tempat, dan alat penyembelihan,
pengolahan, penyimpanan, pengemasan,
pendistribusian, penjualan, dan penyajian
produk tidak halal.

Lokasi, tempat, dan alat PPH wajib:


1. dijaga kebersihan dan higienitasnya;
2. bebas dari najis; dan
3. bebas dari bahan tidak halal.

UU 33 tahun 2014
Pasal 21
Sumber bahan yang digunakan
(hewan, manusia, mikrobial,
tanaman, sintetik)

Alat aplikasi (bulu/rambut untuk


rouge, lipstick, face powder, dll

Fasilitas produksi : TITIK KRITIS PRODUK


kemungkinan terkontaminasi
dengan hal yang haram
SUMBER BAHAN
KOSMETIK

SINTETIK
TUMBUHAN MANUSIA MIKROORGANISME HEWAN
KIMIA

Contoh:
Contoh: Contoh: •Kolagen, elastin, plasenta?
Contoh: Contoh:
•Asam lemak dan
•Ekstrak tanaman Vitamin A, C, E? •AHA turunannya?
•Keratin from
•Minyak Nabati Allantoin •Lemak (tallow, lanolin, lard)
•Asam amino
human hair •Vitamin A?
•Asam lemak dan Asam lemak dan •Vitamin C •Allantoin?
•Albumin •Enzim?
turunannya turunannya •Asam hialuronat
•Gliserin/glycerol?
•Placenta
•Vitamin A, C, E? Alkohol (etanol) •dll •Asam amino/ peptida/
•Alkohol ? Bahan pewarna •dll protein?
•Hormon?
•Gliserol/gliserin dll •Bahan pewarna
•AHA •Wax or cera
•Rambut/bulu  untuk
•dll sikat
•dll
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai