Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.

4, 2022
p-ISSN 1978-0680, e-ISSN 2655-5204
https://jkp.ejournal.unri.ac.id

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LAHAN PERTANIAN


PANGAN BERKELANJUTAN

THE IMPLEMENTATION OF SUSTAINABLE FOOD


AGRICULTURE LAND POLICY
Aminah Sunardiyono Putri*, Bambang Hari Wibisono
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281
*Koresponden email: aminahsputri@gmail.com

ABSTRAK
Implementasi kebijakan LP2B di Kabupaten Sleman perlu memperhatikan kesediaan pemilik lahan untuk men-
dukung implementasi LP2B sesuai dengan pedoman teknis penetapan LP2B. Kesediaan pemilik lahan ini dapat
dipengaruhi oleh pemahaman mereka mengenai karakteristik wilayahnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
tingkat kesediaan pemilik lahan, mengidentifikasi pemahaman pemilik lahan mengenai karakteristik wilayah, dan
melakukan analisis pengaruh faktor pemahaman pemilik lahan tentang karakteristik wilayah terhadap tingkat
kesediaan pemilik lahan untuk mendukung implementasi kebijakan LP2B. Data kesediaan pemilik lahan diperoleh
dari hasil lapangan menggunakan kuesioner dari 333 pemilik lahan. Berdasarkan hasil analisis regresi linier dengan
metode stepwise diketahui sebanyak 93.39% memiliki kesediaan tinggi dan 6.61% memiliki kesediaan rendah.
Faktor pemahaman mengenai karakteristik wilayah diketahui memiliki pengaruh terhadap tingkat kesediaan pemilik
lahan dengan variabel pemahaman mengenai potensi lahan, masalah lahan, kebijakan LP2B, dan rencana
pemanfaatan ruang dengan nilai nilai R2 sebesar 0.438. Secara keseluruhan pemilik lahan bersedia mendukung
implementasi LP2B dengan tidak mengubah lahan selama 1-10 tahun sebanyak 35 pemilik lahan dan selama 11 – 20
tahun sebanyak 298 pemilik lahan walaupun masih terdapat pemilik lahan yang sangat tidak paham dan tidak paham
mengenai karakteristik wilayah.
Kata kunci: Implementasi kebijakan; LP2B; Kabupaten Sleman

ABSTRACT
The implementation of LP2B policy in Sleman Regency needs to pay attention to the willingness of the land owners
to support LP2B implementation which can be influenced by their understanding of their regional characteristics.
This study aims to identify the level landowner’s willingness, identify landowners' understanding of regional
characteristics, and analyze the influence of landowner’s understanding of regional characteristics on the level of
willingness of landowners to support the implementation of LP2B policy. The data was obtained from field results
using questionnaires from 333 landowners. Based on the results of linear regression analysis with the stepwise
method known that 93.39% have high willingness and 6.61% have low willingness. The understanding factor
regarding regional characteristics is known to influence the level of willingness of landowners with the variable
understanding of land potential, land issues, LP2B policies, and spatial use plans with an R2 value of 0.438.
Overall the implementation has a good prospect with 35 landowners are willing to support the implementation of
LP2B policy for 1-10 years and 298 land owners for 11-20 years although it is found that some landowners haven't
understood the regional characteristics well.
Keywords: Policy implementation; LP2B; Sleman Regency

PENDAHULUAN 2017). Pemerintah kemudian membuat kebijakan


Lahan pertanian sebagai sumber pangan publik dengan menetapkan lahan pertanian pangan
masyarakat keberadaannya semakin berkurang. berkelanjutan (LP2B) yang dimuat dalam UU No
Menurut Mahardika dan Muta’ali (2018) peruba- 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Per-
han penggunaan lahan dapat terjadi karena pe- tanian Pangan Berkelanjutan. LP2B adalah lahan
ngaruh wilayah yang semakin berkembang, faktor pertanian yang dalam pemanfaatannya dilindungi
demografi, faktor ekonomi, kondisi masyarakat dan secara konsisten dilindungi sebagai sumber
terutama pemilik lahan pertanian, dan regulasi pangan untuk mewujudkan tujuan kemandirian,
tentang lahan pertanian yang mengatur di wilayah ketahanan, dan kedaulatan pangan secara nasional.
tersebut. Berkurangnya lahan pertanian ini dapat Penetapan LP2B ini sebagai wujud inovasi untuk
mengancam keberhasilan tujuan ketahanan dan mendukung tercapainya tujuan ketahanan dan
kedaulatan pangan nasional (Hapsari dan Rudiarto, kedaulatan pangan yang berkaitan dengan tujuan

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 323
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.4, 2022

pembangunan berkelanjutan atau SDGs yang ke- dukung implementasi kebijakan LP2B dengan ti-
dua, yaitu zero hunger. dak mengubah lahan pertanian yang dimiliki.
Kebijakan perlindungan LP2B selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2017)
mulai diterapkan di beberapa wilayah Indonesia di Kabupaten Sleman menunjukkan hasil bahwa
seperti di Kabupaten Sleman. Penetapan kebijakan pemilik lahan pertanian yang menjadi LP2B masih
di tingkat kabupaten ini menjadi salah satu kunci memiliki dilema antara mendukung implementasi
penting dalam mencapai tujuan pembangunan LP2B dengan mempertahankan lahan atau me-
secara nasional (Tampubolon, Kornita, dan lakukan alih fungsi lahan pertanian guna men-
Afriyanni, 2022). Kabupaten Sleman sebagai salah dapatkan keuntungan yang lebih optimal, padahal
satu wilayah sasaran dari urbanisasi Kota Yogya- kesediaan pemilik lahan ini ini menjadi pondasi
karta memiliki luasan lahan pertanian pangan keberhasilan implementasi kebijakan LP2B.
yang terus berkurang (Astuti dan Lukito, 2020). Hasil penelitian Krisnantoro (2021) di Kota
Selama 4 (empat) tahun terakhir diketahui luas Metro menunjukkan dilema kesediaan pemilik
perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sle- lahan untuk mendukung implementasi kebijakan
man mencapai 356.17 Ha (Bappeda Provinsi DIY, LP2B salah satunya dipengaruhi oleh faktor
2022). Luas perubahan penggunaan lahan tersebut pemahaman pemilik lahan mengenai karakteristik
merupakan luasan perubahan penggunaan lahan wilayah. Pemahaman mengenai karakteristik wila-
tertinggi di Provinsi DIY. Oleh karena itu, Pemda yah termasuk kebijakan yang ditetapkan di wila-
Kabupaten Sleman membuat kebijakan dengan yahnya menurut Edward III (1980) dalam Subar-
menetapkan seluas 17.947,35 Ha lahan pertanian sono (2022) ini termasuk dalam faktor sumber-
di Kabupaten Sleman menjadi LP2B sebagaimana daya manusia yang mempengaruhi keberhasilan
dimuat dalam Perda Kabupaten Sleman No.6 dari pencapaian dibuatnya kebijakan tersebut.
tahun 2020 tentang Perlindungan LP2B. Penelitian Faktor pemahaman mengenai karakteristik wila-
ini dilakukan di Kawasan Sleman Timur yang yah dapat meliputi variabel pemahaman mengenai
memiliki luas lahan pertanian sebagai LP2B potensi lahan, masalah lahan, kebijakan LP2B,
seluas 5.018 Ha sebagaimana dimuat dalam Per- dan rencana pemanfaatan ruang. Pemilik lahan
bup Kabupaten Sleman No. 3 tahun 2021 tentang yang memahami mengenai karakteristik wilayah
RDTR Kawasan Sleman Timur. tentunya akan mempertimbangkan potensi, masa-
Pencapaian tujuan kebijakan publik me- lah, dan regulasi yang berlaku di wilayah tersebut
nurut Agustino (2019) dalam Shauma dan Purba- terkait lahannya dalam memanfaatkan lahan yang
ningrum (2022) keberhasilannya ditentukan pada dimiliki sehingga selain memperoleh keuntungan
tahapan implementasi kebijakan. Implementasi yang lebih optimal secara berkelanjutan. Salah sa-
kebijakan menurut Subarsono (2022) membutuh- tu regulasi yang perlu diperhatikan adalah rencana
kan komitmen setiap pihak yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang seperti RDTR. Adanya RDTR
kebijakan tersebut dengan menaati aturan dan ini menurut Rokhmah (2012) juga sebagai upaya
larangan yang dimuat dalam kebijakan yan telah untuk melindungi eksistensi LP2B mendukung
ditetapkan. Djatmiko, Rantini, dan Priyandoko suksesnya implementasi kebijakan LP2B.
(2019) menyebutkan bahwa komitmen masyarakat Penelitian mengenai implementasi kebija-
terutama pemilik lahan memiliki peran penting kan LP2B terkait pengaruh faktor pemahaman
dalam mewujudkan tujuan kebijakan LP2B. mengenai karakteristik wilayah dengan variabel
Pemilik lahan yang lahannya menjadi LP2B ini pemahaman mengenai potensi lahan, masalah
sebagai implementor dari kebijakan LP2B penting lahan, penetapan LP2B, dan rencana pemanfaatan
karena memiliki hak kepimilikan terhadap lahan ruang (RDTR) terhadap kesediaan pemilik lahan
pertanian yang ditetapkan menjadi LP2B. berdasarkan hasil pencarian peneliti sejauh ini
Adanya hak kepemilikan pribadi yang me- belum pernah dilakukan, padahal pemahaman
lekat pada lahan ini menunjukkan adanya kemu- pemilik lahan mengenai karakteristik wilayah ini
ngkinan bagi pemilik lahan untuk memanfaatkan bisa jadi berbeda-beda yang dapat mempengaruhi
lahan pertanian yang dimiliki untuk tujuan privat kesediaan pemilik lahan untuk mendukung
atau individu (Kusumandara, 2013). Menurut UU implementasi kebijakan LP2B. Oleh karena itu
No.11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja bagian penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi
ketiga tentang perlindungan LP2B pasal 124 tingkat kesediaan pemilik lahan untuk mendukung
menyebutkan bahwa lahan pertanian yang ditetap- implementasi kebijakan LP2B, mengidentifikasi
kan sebagai LP2B dilindungi pemanfaatannya dan pemahaman pemilik lahan mengenai karakteristik
tidak boleh dilakukan alih fungsi. Oleh karena itu wilayah, dan melakukan analisis pengaruh faktor
dibutuhkan kesediaan pemilik lahan untuk men- pemahaman pemilik lahan tentang karakteristik

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 324
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.4, 2022

wilayah terhadap tingkat kesediaan pemilik lahan No Pertanyaan Tujuan Penetapan


untuk mendukung implementasi kebijakan LP2B LP2B
di Kawasan Sleman Timur, Kabupaten Sleman. dan juga kedaulatan
pangan (3)
METODE 4 Bersedia - meningkatkan
mempertahankan perlindungan dan
lahan sebagai aset pemberdayaan petani (6)
dan media untuk - meningkatkan
memenuhi penyediaan lapangan
kebutuhan, kerja yang layak (7)
memberdayakan - mewujudkan
petani, revitalisasi pertanian (9)
meningkatkan
produktivitas, dan
bersosialisasi antar
petani

Kesediaan pemilik lahan (variabel dependen)


Gambar 1. Peta Kawasan Sleman Timur, 2022) diukur dengan menggunakan skala likert dari 1
(satu) sampai 4 (empat) yang menunjukka tingkat
Penelitian ini berlokasi di Kawasan Sleman
kesediaan dari sangat tidak setuju, tidak setuju,
Timur dengan 333 sampel pemilik lahan untuk
setuju, dan sangat setuju secara berurutan. Hasil
memenuhi tingkat kepercayaan 95% dari 2021
akumulasi tersebut kemudian dikategorikan men-
populasi. Sampel di lapangan dipilih berdasarkan
jadi tingkat kesediaan rendah dengan nilai antara 4
rekomendasi dari Dukuh yang ditunjuk oleh
– 8 dan tingkat kesediaan tinggi dengan nilai an-
masing-masing Kelurahan yang lahannya menjadi
tara 9 – 16. Sedangkan untuk tingkat pemahaman
LP2B di Kawasan Sleman Timur, Kabupaten Sle-
pemilik lahan mengenai karakteristik lahan (va-
man. Penelitian ini merupakan penelitian dengan
riabel independen) diukur menggunakan skala
pendekatan deduktif kuantitatif berdasarkan pada
likert dari 1 (satu) sampai 4 (empat) yang menun-
teori implementasi kebijakan yang dipengaruhi
jukkan tingkat pemahaman dari sangat tidak pa-
oleh faktor sumberdaya manusia, yaitu kesediaan
ham, tidak paham, paham, dan sangat paham se-
pemilik lahan. Tingkat kesediaan pemilik lahan
cara berurutan kemudian diakumulasi tanpa dika-
diketahui dari hasil akumulasi tanggapan pemilik
tegorikan lagi.
lahan terhadap 4 (empat) pertanyaan yang ber-
Analisis data yang dilakukan untuk menge-
kaitan dengan 9 (sembilan) tujuan kebijakan LP2B
tahui pengaruh variabel independen terhadap va-
menurut UU No.41 tahun 2009 pada Tabel 1.
riabel dependen adalah analisis regresi linear
Tabel 1. Daftar Pertanyaan
dengan metode stepwise pada aplikasi SPSS yang
No Pertanyaan Tujuan Penetapan
LP2B
hasilnya menunjukkan pengaruh yang signifikan.
1 Bersedia tidak - melindungi KP2B dan Variabel yang digunakan telah memenuhi syarat
menjual lahan LP2B (1) asumsi uji normalitas, non-autocorrelation, multi-
sawah (seluruh/ - melindungi kolinearitas, dan homoskedastisitas dalam analisis
sebagian) kepemilikan lahan regresi linear. Kuat keterkaitan pengaruh variabel
walaupun harga pangan milik petani (4) independen terhadap variabel dependen dilihat
naik dari nilai R2.
2 Bersedia mengolah - meningkatkan
lahan sesuai kemakmuran dan HASIL DAN PEMBAHASAN
standar untuk kesejahteraan (5)
meningkatkan - mempertahankan
Tingkat Kesediaan Pemilik Lahan
produktivitas dan keseimbangan ekologi Kesediaan pemilik lahan untuk mendukung
menjaga (8) implementasi kebijakan LP2B merupakan wujud
keseimbangan dari tanggapan masyarakat yang merupakan salah
ekologi (mencapai satu ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
keberlanjutan) teknis penetapan LP2B. Tingkat kesediaan pe-
3 Bersedia tidak - menjamin tersedianya milik lahan untuk mendukung implementasi ke-
melakukan alih LP2B (2) bijakan LP2B di Kawasan Sleman Timur dike-
fungsi lahan - mewujudkan tahui dari akumulasi tanggapan 333 responden
kemandirian, ketahanan, pemilik lahan terhadap 4 (empat) pertanyaan yang

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 325
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.4, 2022

berkaitan dengan tujuan ditetapkannya LP2B. No Pertanyaan Tanggapan


Hasil akumulasi tanggapan pemilik lahan tersebut
STB TB B SB
dikategorikan menjadi dua, yaitu tingkat kese-
(1) (2) (3) (4)
diaan rendah (skor 4 – 8) dan tingkat kesediaan 1 Bersedia tidak 5 27 249 52
tinggi (skor 9 – 16). Adapun hasil akumulasi menjual lahan
menunjukkan menunjukkan 311 pemilik lahan sawah (seluruh/
(93.39%) termasuk memiliki tingkat kesediaan sebagian)
tinggi dan 22 pemilik lahan (6.61%) termasuk me- walaupun harga
miliki tingkat kesediaan rendah untuk mendukung naik
implementasi kebijakan LP2B yang dapat di- 2 Bersedia 9 0 217 107
cermati pada tabel 2 berikut : mengolah lahan
Tabel 2. Tingkat Kesediaan Pemilik Lahan sesuai standar
Kepanewon Kalurahan Tingkat Total untuk
Kesediaan meningkatkan
produktivitas dan
R T
menjaga
Berbah Jogotirto 0 18 18 keseimbangan
Kalitirto 2 15 17 ekologi
(mencapai
Sendangtirto 2 16 18
keberlanjutan)
Tegaltirto 1 17 18 3 Bersedia tidak 5 26 250 52
Kalasan Purwomartani 2 15 17 melakukan alih
fungsi lahan
Selomartani 0 17 17
4 Bersedia 4 21 252 56
Tamanmartani 1 17 18 mempertahankan
Tirtomartani 3 14 17 lahan sebagai aset
dan media untuk
Ngemplak Bimomartani 0 17 17
memenuhi
Sindumartani 0 18 18 kebutuhan,
Umbulmartani 4 14 18 memberdayakan
petani,
Wedomartani 2 15 17
meningkatkan
Widodomartani 1 16 17 produktivitas, dan
Prambanan Bokoharjo 0 17 17 bersosialisasi
antar petani
Gayamharjo 0 18 18
Madurejo 3 15 18 Tanggapan sangat tidak bersedia dan tidak
Sambirejo 0 18 18 bersedia secara keseluruhan paling banyak (32
Sumberharjo 1 17 18 pemilik lahan) ditemukan pada pertanyaan per-
Wukirharjo 0 17 17
tama, yaitu bersedia tidak menjual lahan sawah,
seluruh atau sebagian, walaupun harga lahan
Jumlah 22 311 333 mengalami kenaikan. Pertanyaan tersebut ber-
kaitan dengan tujuan penetapan LP2B pertama
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa untuk melindungi keberadaan KP2B dan LP2B
sebagian besar pemilik lahan memiliki kesediaan serta tujuan keempat untuk melindungi kepe-
tinggi untuk mendukung implementasi kebijakan milikan lahan pangan milik petani.
LP2B. Akan tetapi masih terdapat 22 pemilik Berdasarkan tanggapan tersebut dapat di-
lahan yang memiliki kesediaan rendah. 22 pemilik artikan bahwa pemilik lahan memiliki dilemma
lahan ini memiliki kesediaan rendah untuk men- dalam mempertahankan lahannya apabila harga
dukung implementasi kebijakan LP2B dilihat dari lahan yang dimiliki mengalami peningkatan. Hal
tanggapannya terhadap 4 (empat) pertanyaan yang ini dapat terjadi karena secara rasional pemilik
berkaitan dengan tujuan penetapan LP2B pada lahan sebagai mahkluk ekonomi tentunya akan
Tabel 3 berikut : memilih pilihan yang paling menguntungkan di-
Tabel 3. Tanggapan Kesediaan Pemilik Lahan antara pilihan alternatif lain yang ada sesuai
No Pertanyaan Tanggapan dengan teori opportunity cost. Sama halnya de-
ngan pertanyaan ketiga, yaitu bersedia tidak
STB TB B SB
(1) (2) (3) (4) melakukan alih fungsi lahan yang memperoleh

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 326
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.4, 2022

tanggapan sangat tidak bersedia dan tidak bersedia No Variabel Karakteristik Tanggapan
terbanyak kedua (31 pemilik lahan). Dalam hal ini Wilayah
STP TP P SP
apabila dihadapkan dengan pilihan untuk memper-
(1) (2) (3) (4)
tahankan lahan yang dimiliki sebagai LP2B, kebijakan LP2B
menjual lahan, atau melakukan alih fungsi pada
4 Pemahaman mengenai 26 72 195 40
lahan yang telah ditetapkan menjadi LP2B. rencana pemanfaatan
Kesediaan untuk tidak menjual lahan dan ruang (RDTR)
tidak melakukan alih fungsi lahan dapat berkaitan
dengan kondisi yang dialami pemilik lahan Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa masih
tersebut. Lahan pertanian yang dimiliki bisa jadi terdapat pemilik lahan yang sangat tidak paham
merupakan aset yang menjadi sumber utama dan tidak paham mengenai potensi lahan dan
pemilik lahan dalam memenuhi kebutuhan dan masalah lahan. Hal ini dapat terjadi karena
juga menjadi modal utama yang mungkin di- beberapa pemilik lahan bukan merupakan petani
korbankan apabila dalam kondisi dan situasi yang sehingga dalam mengelola lahan pertaniannya
mendesak. Dalam hal ini bisa jadi berlaku teori dititipkan untuk dikelola kepada petani aktif yang
opportunity cost dimana mereka mungkin memilih dipercaya. Selain itu, dapat diketahui bahwa
alternatif paling menguntungkan yang bisa jadi sebagian besar pemilik lahan secara keseluruhan
diperoleh dari menjual atau melakukan alih fungsi masih memiliki tingkat pemahaman sangat tidak
pada LP2B. Padahal jelas disebutkan pada UU paham dan tidak paham adalah mengenai variabel
No.11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja bagian rencana pemanfaatan ruang (RDTR), yaitu se-
ketiga tentang perlindungan LP2B pasal 124 banyak 98 pemilik lahan dan mengenai variabel
bahwa lahan yang ditetapkan menjadi LP2B tidak kebijakan LP2B, yaitu sebanyak 77 pemilik lahan.
boleh dilakukan alih fungsi. Lahan yang dijual Hasil ini menunjukkan bahwa pemilik lahan
masih belum paham terhadap adanya rencana
maka kepemilikannya berubah sehingga bisa jadi
pemanfaatan yang ada. Padahal dalam rencana
pemilik lahan yang baru memiliki rencana untuk
pemanfaatan ruang seperti RDTR dimuat arahan
melakukan alih fungsi. dan larangan terkait pemanfaatan ruang pada la-
han yang dimiliki mengingat di Kawasan Sleman
Pemahaman Pemilik Lahan tentang Timur telah memiliki RDTR yang disahkan de-
Karakteristik Wilayah ngan Peraturan Bupati Kabupaten Sleman. Dalam
Setiap pemilik lahan tentunya memiliki ti- RDTR Kawasan Sleman Timur dimuat rencana
ngkat pemahaman masing-masing terhadap wila- pemanfaatan ruang sebagai lahan pertanian pa-
yahnya. Pemahaman pemilik lahan mengenai ka- ngan. Dengan adanya rencana pemanfaatan ruang
rakteristik wilayah dalam penelitian ini diketahui sebagai lahan pertanian pangan ini maka dalam
berdasarkan hasil akumulasi tanggapan pemilik pemanfaatan lahan tersebut perlu memperhatikan
lahan terkait pemahaman mereka mengenai arahan dan larangan terkait dengan LP2B.
variabel potensi lahan, masalah lahan, kebijakan
LP2B, dan rencana pemanfaatan ruang. Pemaha- Pengaruh Faktor Pemahaman Pemilik Lahan
man pemilik lahan mengenai setiap variabel tentang Karakteristik Wilayah terhadap Tingkat
karakteristik wilayah tentunya berbeda-beda yang Kesediaan Pemilik Lahan
menyebabkan adanya perbedaan tingkat pemaha- Pemilik lahan sebagai sumber daya manusia
man tersebut. Tanggapan pemilik lahan terkait memiliki peran penting dalam suksesnya suatu
pemahaman pemilik lahan untuk setiap variabel kebijakan. Pemahaman mengenai karakteristik
wilayah termasuk kebijakan yang ditetapkan di
karakteristik wilayah dapat dilihat pada Tabel 5
wilayahnya menurut Edward III (1980) dalam
berikut :
Subarsono (2022) termasuk dalam faktor sumber-
Tabel 5. Tanggapan Pemilik Lahan mengenai daya manusia yang mempengaruhi keberhasilan
Pemahaman terhadap Variabel-Variabel dari pencapaian dibuatnya kebijakan tersebut.
Karakteristik Wilayah Sebagaimana telah dibahas sebelumnya diketahui
No Variabel Karakteristik Tanggapan terdapat perbedaan tingkat kesediaan dalam men-
Wilayah dukung implementasi kebijakan LP2B dan perbe-
STP TP P SP
(1) (2) (3) (4) daan tingkat pemahaman pemilik lahan mengenai
1 Pemahaman mengenai 8 43 225 57 karakteristik wilayah di Kawasan Sleman Timur.
potensi lahan Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
2 Pemahaman mengenai 9 51 227 46 faktor pemahaman pemilik lahan mengenai
masalah lahan karakteristik wilayah terhadap tingkat kesediaan
3 Pemahaman mengenai 11 66 218 38 pemilik lahan untuk mendukung implementasi

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 327
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.4, 2022

kebijakan LP2B dilakukan analisis statistik regresi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dari 333
linier dengan metode stepwise. Hasil analisis yang responden pemilik lahan sebanyak 202 (61%)
dilakukan menghasilkan model persamaan sebagai bekerja sebagai petani aktif yang pendapatan
berikut : utamanya berasal dari lahan, 65 bekerja sebagai
Y = 5.028 + 1.615X petani dan memiliki pekerjaan sampingan lain,
R = 0.438
2
dan 66 bekerja bukan sebagai petani. Pemilik
Keterangan : lahan yang bukan merupakan petani mendukung
Y = Tingkat kesediaan pemilik lahan implementasi kebijakan LP2B dengan alasan
(var.dependen)
seperti lahannya akan diwariskan kepada keluarga,
X = Pemahaman pemilik lahan mengenai
karakteristik wilayah (var.independen) menjadi sumber pangan karena tidak perlu mem-
R2 = Kuat keterkaitan pengaruh var.independen beli beras, dan memang tidak memiliki rencana
terhadap var. dependen untuk menjual atau melakukan alih fungsi lahan.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pe-


ngaruh dari variabel pemahaman pemilik lahan
mengenai karakteristik wilayah terhadap tingkat
kesediaan pemilik lahan untuk mendukung imple-
mentasi kebijakan LP2B dengan nilai R2 yang
sebesar 0.438 yang dapat diartikan bahwa pe-
ngaruhnya tidak terlalu besar. Semakin tinggi nilai
R2 maka pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen semakin besar.
Secara keseluruhan pemilik lahan di Ka-
wasan Sleman Timur menujukkan adanya porspek
yang baik karena sebagian besar pemilik lahan
memiliki kesediaan yang tinggi untuk mendukung
implementasi kebijakan LP2B, yaitu sebanyak 311
pemilik lahan atau sekitar 39.93% dan terdapat 22 Gambar 2. Jenis Pekerjaan Pemilik Lahan di
pemilik lahan atau sekitar 6.61% yang memiliki Kawasan Sleman Timur
kesediaan rendah. Sebagaimana diketahui bahwa
masih terdapat banyak pemilik lahan yang sangat Kedati demikian, masih terdapat pemilik
tidak paham dan tidak paham mengenai karak- lahan dengan tingkat kesediaan rendah yang perlu
teristik wilayahnya berupa potensi lahan, masalah menjadi perhatian bagi pemerintah karena dapat
lahan dan terutama mengenai kebijakan LP2B, berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi
dan rencana pemanfaatan ruang (RDTR) yang kebijakan LP2B di Kawasan Sleman Timur. Se-
dapat dilihat pada Tabel 5. bagaimana diketahui bahwa masih terdapat pe-
Akan tetapi jumlah pemilik lahan yang milik lahan yang sangat tidak paham dan tidak
memiliki tingkat kesediaan rendah untuk men- paham mengenai karakteristik wilayahnya berupa
dukung implementasi kebijakan LP2B hanya se- potensi lahan, masalah lahan dan terutama me-
besar 6.61% saja. Hasil ini dapat diartikan me- ngenai kebijakan LP2B, dan rencana pemanfaatan
mang terdapat pengaruh dari pemahaman me- ruang (RDTR). RDTR Kawasan Sleman Timur
ngenai kkarakteristik wilayah terhadap tingkat memuat arahan pemanfaatan ruang sebagai jalan
kesediaan pemilik lahan tetapi pengaruhnya tidak tol pada sebagian wilayah Kalurahan Purwo-
terlalu signifikan karena berdasarkan hasil lapa- martani, Tirtomartani, Tamanmartani, Selomartani,
ngan diketahui bahwa pemilik lahan di Kawasan Bokoharjo, dan Kalitirto.
Sleman Timur sebagian besar mencapai 93.39% Adanya rencana pemanfaatan ruang sebagai
memiliki kesediaan tinggi untuk mendukung im- jalan tol ini memberikan kemungkinan bagi
plementasi kebijakan LP2B walaupun sebagian adanya peningkatan harga lahan yang mana dapat
sangat tidak paham dan tidak paham mengenai memicu pemilik lahan untuk menangkap peni-
karakteristik wilayah. ngkatan nilai lahan dengan menjual lahan atau
Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar melakukan alih fungsi menjadi lahan terbangun
pemilik lahan memiliki bersedia mendukung untuk mendukung kegiatan yang mungkin muncul
implementasi kebijakan LP2B dengan alasan dari adanya jalan tol. Oleh karena itu penting bagi
lahan pertanian yang mereka miliki merupakan pemilik lahan untuk memahami mengenai kebija-
aset yang menjadi sumber utama pendapatan kan LP2B karena di dalamnya memuat arahan dan

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 328
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.4, 2022

larangan mengenai pemanfaatan lahan pada lahan telah mendukung implementasi kebijakan LP2B
yang ditetapkan menjadi LP2B. meskipun terdapat larangan yang mengikat pada
Akan tetapi berdasarkan hasil lapangan lahan yang ditetapkan menjadi LP2B.
pada Tabel 5 menunjukkan masih terdapat 77 UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
pemilik lahan yang sangat tidak paham dan tidak mengenai perlindungan LP2B menyebutkan bah-
paham mengenai penetapan LP2B. Padahal pe- wa lahan yang ditetapkan menjadi LP2B tidak
mahaman mengenai RDTR dan kebijakan LP2B dapat dialihfungsikan kecuali untuk kepentingan
ini merupakan modal yang penting bagi pemilik umum dan bencana dengan tetap menyediakan
lahan selain memahami potensi dan masalah pada lahan cadangan. Berdasarkan peraturan tersebut
lahan yang dimiliki. Pemilik lahan yang paham dapat diartikan bahwa lahan yang ditetapkan
mengenai potensi dan masalah pada lahan akan menjadi LP2B tidak dapat diubah selamanya. Ber-
memanfaatkan lahannya dengan mengoptimalkan dasarkan hasil lapangan diketahui bahwa pemilik
potensi dan menghindari masalah yang mungkin lahan memiliki perbedaan lama waktu untuk ber-
menghambat produktivitas lahannya untuk mem- sedia mendukung implementasi kebijakan LP2B
peroleh keuntungan lebih optimal dengan tetap dengan tidak melakukan alih fungsi lahan sebagai-
berkomitmen mendukung implementasi kebijakan mana dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
LP2B dan sesuai dengan arahan pemanfaatan Tabel 4. Lama Waktu (Tahun) Kesediaan Pemilik
ruang sehingga meskipun terjadi peningkatan nilai Lahan untuk Mendukung Implementasi Kebijakan
lahan pemilik lahan diharapkan dapat mengambil LP2B (Hasil analisis, 2022)
sikap yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Lama Waktu Frekuensi Persentase
Di Kawasan Sleman Timur terdapat gabu- (Tahun) Pemilik Lahan (%)
gan kelompok tani (GAPOKTAN) yang masih (jiwa)
aktif sebagai wadah bagi petani untuk bertukar 1–5 4 1.2
informai seputar pertanian. GAPOKTAN di Ka- 6 – 10 31 9.3
wasan Sleman Timur aktif melaksanakan perte- 11 – 15 187 56.2
muan dengan didampingi penyuluh pertanian
16 – 20 89 26.7
lapangan (PPL) dan pihak kelurahan setiap 35 hari
sekali seperti di Kalurahan Sindumartani dan >20 22 6.6
Kalurahan Sendangtirto. Adanya GAPOKTAN ini Total 333 100.0
sebaiknya dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai
media untuk berkomunikasi melakukan sosialisasi Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pemilik
mengenai potensi lahan, masalah lahan, kebijakan lahan bersedia mendukung selama 1-10 tahun se-
LP2B, dan rencana pemanfaatan ruang (RDTR) banyak 35 pemilik lahan dan selama 11 – 20 tahun
kepada petani. Meskipun tidak semua pemilik sebanyak 298 pemilik lahan. Hasil ini dapat
lahan merupakan petani, akan tetapi mereka tetap menjadi modal yang baik bagi proses implemen-
mempercayakan pengerjaan lahan pertanian yang tasi kebijakan LP2B. Akan tetapi juga tidak dapat
dimiliki kepada petani aktif sehingga informasi menjadi patokan bagi pemerintah mengingat
mengenai potensi lahan, manfaat lahan, kebijakan situasi dan kondisi masing-masing pemilik lahan
LP2B, dan rencana pemanfaatan ruang dapat sangatlah dinamis dari waktu ke waktu. Oleh
diterima oleh pemilik lahan. karena itu informasi yang berkaitan mengenai
Komunikasi yang baik mengenai kebijakan kebijakan LP2B perlu dikomunikasikan dengan
publik yang dibuat kepada implementor kebijakan baik kepada masyarakat terutama pemilik lahan
tersebut menjadi salah satu faktor penentu ke- secara periodik disesuaikan dengan situasi dan
berhasilan impelementasi kebijakan (Edward, kondisi yang sedang dihadapi pada setiap periode-
1980 dalam Subarsono, 2022). Oleh karena itu ini nya sehingga pemilik lahan bersedia secara kon-
dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah untuk sisten mendukung implementasi kebijakan LP2B.
melakukan sosialisasi terkait potensi lahan, ma-
salah lahan, kebijakan LP2B, dan rencana peman- KESIMPULAN
faatan ruang (RDTR) kepada masyarakat. Pe- Kesuksesan implementasi kebijakan LP2B
merintah juga memberikan insentif bagi pemilik memerlukan komitmen pemilik lahan sebagai
lahan sebagaimana dimuat dalam Perpem No. 12 implementor dan pemilik lahan yang memiliki hak
tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan LP2B terhadap lahannya untuk bersedia mendukung im-
untuk mendorong pemilik lahan menyukseskan plementasi kebijakan LP2B. Implementasi kebija-
kebijakan LP2B. Adanya insentif ini menjadi kan LP2B di Kawasan Sleman Timur memiliki
suatu bentuk jaminan bagi pemilik lahan karena prospek yang baik karena sebanyak 311 pemilik

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 329
Jurnal Kebijakan Publik, Vol.13, No.4, 2022

lahan memiliki tingkat kesediaan tinggi dan hanya doi : http://dx.doi.org/10.14710/jwl.5.2.125-


sebanyak 22 pemilik lahan memiliki tingkat 140
kesediaan rendah untuk mendukung implementasi Krisnantoro, Arbiyansah. 2021. Pola Spasial
Kesediaan Pemilik Lahan untuk Mendukung
kebijakan LP2B. Tingkat kesediaan pemilik lahan Implementasi Kebijakan Perlindungan Lahan
untuk mendukung implementasi kebijakan LP2B Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kota
ini masih belum sepenuhnya tinggi dipengaruhi Metro. Tesis, tidak dipublikasi. Yogyakarta :
oleh faktor pemahaman pemilik lahan mengenai Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan,
karakteristik wilayah. Pemahaman mengenai ka- Universitas Gadjah Mada.
rakteristik wilayah meliputi pemahaman mengenai Kusumandara, Afifah. 2013. Perkembangan Hak
potensi lahan, masalah lahan, kebijakan LP2B, Negara Atas Tanah: Hak Menguasai atau Hak
Memiliki?. Jurnal Media Hukum. 20 (2).
dan rencana pemanfaatan ruang (RDTR) terharap doi: https://doi.org/10.18196/jmh.v20i2.267
tingkat kesediaan pemilik lahan. Mahardika, Bintang P dan Muta’ali, Dr. Luthfi.
Diketahui masih terdapat pemilik lahan ya- 2018. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian
ng sangat tidak paham dan tidak paham mengenai menjadi Lahan Terbangun untuk Industri
variabel- variabel karakteristik wilayah terutama terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
kebijakan LP2B dan rencana pemanfaatan ruang Masyarakat Sebagian Wilayah Kecamatan
(RDTR) walaupun beberapa pemilik lahan tetap Ceper. Jurnal Bumi Indonesia, 7(3).
Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi
bersedia mendukung implementasi kebijakan Alih Bahasa Imam Nurmawan. Jakarta :
LP2B. Hasil ini menjadi rekomendasi bagi peme- Penerbit Erlangga.
rintah untuk mengomunikasikan mengenai karak- Palupi, L. D. (2017). Implementabilitas Lahan
teristik wilayah terkait potensi lahan, masalah Pertanian Pangan Berkelanjutan di Ngaglik,
lahan, kebijakan LP2B dan rencana pemanfaatan Kabupaten Sleman, Kajian Opportunity
ruang dengan melakukan sosialisasi kepada pe- Cost dari Hak Properti Lahan. Skripsi, tidak
milik lahan karena kesediaan pemilik lahan men- dipublikasi. Yogyakarta: Departemen Teknik
Arsitektur dan Perencanaan, Universitas
jadi modal penting dalam prospek implementasi
Gadjah Mada.
kebijakan LP2B. Pemilik lahan yang paham Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No.6 tahun
mengenai karakteristik wilayah berdasarkan hasil 2020 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
penelitian menunjukkan memiliki kesediaan tinggi Pangan Berkelanjutan.
untuk mendukung implementasi kebijakan LP2B Peraturan Bupati Sleman No.3 tahun 2021 tentang
karena dapat lebih bijaksana dalam memanfaatkan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
lahan sesuai dengan arahan dan larangan yang Sleman Timur Tahun 2021-2040.
dimuat dalam kebijakan LP2B. Peraturan Menteri Pertanian No.7 tahun 2012
tentang Pedoman Teknis Kriteria dan
Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan
DAFTAR PUSTAKA Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Astuti, Farida A dan Lukito, Herwin. 2020. Rokhmah, Meirina. 2012. Potensi dan Kendala
Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian
Keamanan dan Ketahanan Pangan di Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Demak.
Kabupaten Sleman. Jurnal Geografi. 17 (2). Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. 8
doi: https://doi.org/10.15294/jg.v17i1.21327 (2). doi: https://doi.org/10.14710/pwk. v8i2.11568
Bappeda Provinsi DIY. 2022. Luas Perubahan Saragih, Bernatal dan Panggulu, Ahmad R. U.
Penggunaan Lahan: Data Vertikal BPN. 2021. Pembangunan Pertanian. Yogyakarta:
http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_ Deepublish.
dasar/index/321-luas-perubahan-penggunaan- Shauma, Nabila U dan Purbaningrum, Dini G.
lahan?id_skpd=30 (28 Oktober 2022). 2022. Implementasi Kebijakan Percepatan
Djatmiko, Ari., Rantini, Ratih., dan Priyandoko, Pencegahan Stunting Terintegrasi. Jurnal
Zulphiniar. (2019). Sosialisasi Konsep Lahan Kebijakan Publik. 13 (2). doi: http://dx.
Pertanian Pangan Berkelanjutan di Desa doi.org/10.31258/jkp.v13i2.8092
Cikalong, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Subarsono. 2022. Analisis Kebijakan Publik
Bandung. Jurnal Pengabdian Kepada Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta :
Masyarakat, 9(1). doi: https://doi.org/ Pustaka Pelajar.
10.30999/jpkm.v9i1.410 Tampubolon, Dahlan., Kornita, Sri E., dan
Hapsari, Nugroho I dan Rudiarto, Iwan. 2017. Afriyanni. 2022. Pembangunan Masyarakat
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerawanan Perkotaan Berkelanjutan: Perspektif
dan Ketahanan Pangan dan Implikasi Partisipasi Komunitas Pada Program Kota.
Kebijakannya di Kabupaten Rembang. Jurnal Kebijakan Publik. 13 (1). doi:
Jurnal Wilayah dan Lingkungan. 5 (2). http://dx.doi.org/10.31258/jkp.v13i1.7962.

https://jkp.ejournal.unri.ac.id 330

Anda mungkin juga menyukai