Anda di halaman 1dari 17

PENENTUAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN KAWASAN

PERUMAHAN BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH


KECAMATAN GROGOL MENGGUNAKAN SIG (SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS)

Farras Abdur Rahim; Munawar Cholil


Program Studi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Abstrak
Urbanisasi adalah suatu proses dalam pembentukan perkotaan dalam aspek
sosial, ekonomi, budaya, politik dan fisik terbangun, melalui urbanisasi secara
deskripsi perpindahan penduduk ke kota. Salah satu dampak dari adanya
urbanisasi adalah wilayah Kecamatan Grogol daerah tersebut juga menjadi
salah satu daerah dalam tahap pengembangan wilayah Kota Surakarta.
Kecamatan grogol termasuk ke dalam kecamatan yang mempunyai nilai
tingkat kepadatan penduduk kabupaten sukoharjo dengan berbagai aktivitas
ekonomi yang tinggi,serta adanya ketersediaan sarana dan prasarana sosial,
transportasi yang memadai dan kondisi kesejahteraan sosial dan ekonomi
yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis tingkat
kemampuan lahan untuk dikembangkan kawasan perumahan terjangkau, 2)
Mengidentifikasi Harga Zonasi Lahan untuk pengembangan kawasan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di kecamatan Grogol
berdasarkan analisis spasial. Metode yang digunakan dalam pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling, faktor penentu
didasarkan pada faktor aksebilitas, kemampuan lahan, dan harga zona lahan.
Dengan tehnik pendekatan kuantitatif berjenjang dan tehnik tumpang susun.
Hasil penelitian Tingkat kemampuan lahan menghasilkan 2 klasifikasi
Kemampuan dengan pengembangan sedang dengan nilai pengolahan
pembobotan 86, dengan luasan 1.940 dan klasifikasi pengembangan
kemampan agak tinggi menghasilkan nilai 119 dengan wilayah luasan
1.040,76 ha. 2. Zona harga lahan untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) dari harga Rp.100.000 sampai harga maksimal Rp.1000.000,
untuk wilayah dengan luasan untuk masyarakat berenghasilan rendah (MBR)
terdapat di wilayah luasan terluas berada di Desa Parangjoro dengan luasan
252.37 ha memiliki 3 kelas rentang harga lahan mulai dari Rp.100.000-
Rp.200.000,Rp.200.000-Rp.500.000-Rp.1.000.000, serta untuk wilayah
terkecil terdapat di Desa Banaran dengan luasan lahan 0.2 ha memiliki 2 kelas
rentang harga lahan mulai dari Rp.200.000-Rp.500.000 dan Rp.500.000-
Rp.1.000.000. Dengan adanya penentuan lokasi untuk pengembangan
kawasan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dapat
memberikan rekomendasi dalam hal pengembangan kawasan ditinjau dari
faktor aksebilitas, faktor kemampuan lahan dan faktor zona harga lahan.
Kata kunci: Urbanisasi, Kemampuan Potensi Lahan, Masyarakat
Berpenghasilan Rendah

Abstract
Urbanization is a process in the formation of urban areas in social, economic,
cultural, political and physical aspects built, through urbanization description
of population movement to the city. One of the impacts of urbanization is the

1
Grogol District area, which is also one of the areas in the development stage
of the Surakarta City area. Grogol sub-district is included in the sub-district
that has a population density value of Sukoharjo district with various high
economic activities, as well as the availability of social facilities and
infrastructure, adequate transportation and good social and economic welfare
conditions. The objectives of this research are 1) Analyzing the level of land
capability to develop affordable housing areas, 2) Identifying Land Zoning
Prices for the development of Low-Income Community (MBR) areas in
Grogol sub-district based on spatial analysis. The method used in sampling in
this study is Cluster Random Sampling, the determining factor is based on the
accessibility factor, land capability, and land zone price. With tiered
quantitative approach techniques and overlapping techniques. The results of
the study The level of land capability produces 2 classifications with moderate
development capability with a weighting processing value of 86, with an area
of 1,940 and a rather high capability development classification resulting in a
value of 119 with an area of 1,040.76 ha. 2. The land price zone for low-
income people (MBR) from the price of Rp.100,000 to the maximum price of
Rp.1000,000, for areas with an area for low-income people (MBR) is in the
largest area in Parangjoro Village with an area of 252.37 ha has 3 classes of
land price ranges ranging from Rp.100,000-Rp.200,000. 000-Rp.200,000,
Rp.200,000-Rp.500,000-Rp.1,000,000, and for the smallest area in Banaran
Village with an area of 0.2 ha has 2 classes of land price ranges ranging from
Rp.200,000-Rp.500,000 and Rp.500,000-Rp.1,000,000. With the
determination of locations for the development of housing areas for low-
income people can provide recommendations in terms of area development in
terms of accessibility factors, land capability factors and land price zone
factors.
Keywords: Urbanization, Potential Land Capability, Low Income
Communities

1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman dapat memicu perkembangan
ekonomi, sosial dan sosial suatu wilayah. Pembangunan permukiman tidak terjadi dalam
proses yang cepat tetapi membutuhkan waktu, dan proses pembangunan permukiman juga
memerlukan penyediaan infrastruktur yang baik yang mendukung proses perubahan kawasan.
Penyediaan tata ruang yang tidak terencana dapat menimbulkan permasalahan tata ruang
seperti penggunaan lahan yang seharusnya untuk kawasan peruntukan pertanian menjadi
peruntukan permukiman, sehingga terjadi kemungkinan dalam penyimpangan dalam
pemanfaatan lahan tersebut dan tidak adanya perencanaan dan pemantauan yang benar sesuai
dengan tata perencanaan peraturan daerah setempat. Sehingga adanya pertumbuhan
permukiman dapat menjadi peluang bisnis pengembangan perumahan.
Upaya penyediaan perumahan bagi seluruh rakyat Indonesia masih jauh dari kata
efektif. Keterbatasan lahan dan sulitnya akses terhadap lahan merupakan salah satu dari
sekian banyak permasalahan dalam penyediaan perumahan pemerintah. Padahal, tanah

2
merupakan salah satu faktor terpenting dalam penyediaan perumahan, bersama dengan
pendanaan dan kelembagaan (Prayitno, 2016).
Jika kita melihat ke belakang, masalah lahan bukan disebabkan oleh kurangnya lahan
tetapi oleh penggunaan lahan yang tidak efisien dan terorganisir. Akibatnya, banyak masalah
seperti spekulasi harga dan harga tanah yang sangat tinggi menyulitkan masyarakat di banyak
negara berkembang untuk membeli rumah secara tunai. Konsolidasi lahan ditengarai sebagai
salah satu solusi yang perlu dipertimbangkan dalam upaya penyediaan perumahan (Muda,
2013).
Kecamatan Grogol termasuk kedalam kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang
berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Kecamatan grogol juga memiliki wilayah
dengan perdagangan dan jasa yang rami dengan wilayah yang disebut wilayah Solobaru.
Kecamatan Grogol termasuk ke dalam wilayah peri-urban daerah Kota Surakarta yang
terletak diantara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang dibatasi oleh batas fisik
penggunaan lahan non pertanian di kawasan perkotaan dan lahan pertanian di kawasan
perdesaan. Kecamatan grogol termasuk ke dalam kecamatan yang mempunyai nilai tingkat
kepadatan penduduk kabupaten sukoharjo dengan berbagai aktivitas ekonomi yang
tinggi,serta adanya ketersediaan sarana dan prasarana sosial, transportasi yang memadai dan
kondisi kesejahteraan sosial dan ekonomi yang baik.
Berdasarkan data olahan dari penelitian menyatakan bahwa jumlah total penduduk
kecamatan Grogol adalah 12.8193 Jiwa dengan luas wilayah 31.467,25 ha sehingga dapat
diketahui bahwa di daerah kecamatan grogol memiliki kepadatan penduduk 40,74 jiwa/ha.
Setiap 1 ha ditempati oleh 40 orang Jiwa/ha. Menurut dari data BPS Kecamatan dalam Angka
menandakan bahwa peningkatan dari tahun 2010 sebesar 12,24% dan di tahun 2021
berjumlah 14,12%, Peningkatan dalam jangka 10 tahun mempunyai jumlah presentase
1,88%. Menandakan bahwa kasus di Kecamatan Grogol permintaan tempat tiggal tergolong
lebih banyak kedua setelah kartasura. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan
Grogol merupakan kecamatan yag memiliki tingkat kepadatan permukiman tertinggi dengan
kepadatan permukiman 11 unit rumah/ha. Bahwa setiap 1 ha di Kecamatan Grogol terdapat
11 unit rumah terbangun.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat kemampuan potensi lahan
untuk dikembangkan kawasan perumahan terjangkau dan (2) Mengidentifikasi Harga Zonasi
Lahan untuk pengembangan kawasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah di kecamatan
Grogol berdasarkan analisis spasial.

3
2. METODE
Dalam penentuan lokasi ini menggunakan data primer dari variabel aksebilitas, yaitu : Data
buffer jaringan jalan utama, Data buffer jarak fasilitas kesehatan (rumah sakit), Data buffer
jarak fasilitas ekonomi (pasar). Untuk variabel kemampuan lahan, yaitu : Kerawanan bencana
didapatkan dari data bahaya banjir, gempa bumi dan cuaca extrem dan morfologi didapatkan
dari olahan data kemiringan lereng dan morfologi.
Data sekunder dari kemampuan lahan, yaitu : jenis tanah dan tutupan lahan
didapatkan dari data BIG (Badan Informasi Geopspasial). Untuk data zona nilai tanah
didapatkan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Parameter aksebilitas, yaitu : Jaringan jalan utama, titik persebaran lokasi fasilitas
kesehatan (rumah sakit) dan titik persebaran lokasi fasilitas ekonomi (pasar). Dan parameter
kemampuan lahan, yaitu : Morfologi,kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, kerawanan
bencana, pada nilai kemampuan lahan diolah menggunakan tools weighted overlay. Berikut
tabel klasifikasi dalam penentuan nilai kemampuan lahan :
Tabel 1. Tabel Klasifikasi penentuan kemampuan lahan
No Parameter Keterangan Nilai Bobot
Morfologi
Perbukita Terjal 1
Perbukitan Sedang 2
1
Perbukitan Landai - 3 5
Dataran Bergelombang 4
Dataran Landai 5
Kemiringan Lereng
> 45 % Sangat Rendah 1
25 – 45 % Rendah 2
2 15 – 25 % Sedang 3 5
2 – 15 % Tinggi 4
0–2% Sangat Tinggi 5
Curah Hujan
<1000 mm/tahun Sangat Rendah 2
1000-2000 mm/tahun Rendah 3
3 3
2000-3000 mm/tahun Sedang 4
>3000 mm/tahun Tinggi 5
Jenis Tanah
Alluvial, Tanah Giel, Planosol,
Hidromarf kelabu, laterite air Tidak peka 1
tanah
4 Laotosol Agak peka 2
5
Brown forest soil, Non calcic brown, mediteran. Kurang peka 3
Andosol, Laterite, Grumosol,
Peka 4
Podsol, Podsolik
Regosol, Litosol, Organosol,Renzina Sangat peka 5
Kerawanan Bencana
Zona I Sangat Rawan 5
5 Zona II Rawan 4
5
Zona III Agak rawan 3
Zona IV Aman 2
Tutupan Lahan
Hutan/vegetasi lebat dan badan air 1
Kebun dan campuran semak belukar 2
6
Perkebunan dan sawah irigasi - 3 3
Kawasan industri dan permukiman 4
Lahan terbuka 5

4
Sumber : Diolah dari berbagai sumber,2023
Seperti terlihat pada tabel 2, dari data olahan kemampuan lahan kemudian
menghasilkan nilai dan diklasifikasikan menurut (Daya & Lingkungan, 2018), sebagai
berikut :
Tabel 2. Tabel klasifikasi kemampuan lahan
Kelas Kemampuan
No. Total Nilai Klasifikasi Pengembangan
Lahan
Kemampuan pengembangan
1 32-58 Kelas a
sangat rendah
Kemampuan pengembangan
2 58-83 Kelas b
rendah
Kemampuan pengembangan
3 83-109 Kelas c
sedang
Kemampuan pengembangan
4 109-134 Kelas d
agak tinggi
Kemampuan pengembangan
5 134-160 Kelas e
sangat tinggi

Sumber : Daya & Lingkungan, 2018


Hasil dari tabel pada 1.2 pada klasifikasi nilai kemampuan lahan memiliki 5
klasifikasi yaitu, Kemampuan pengembangan sangat rendah, Kemampuan pengembangan
rendah, Kemampuan sedang, Kemampuan agak tinggi, Kemampuan sangat tinggi.
Kemudian hasil dari data aksebilitas menjadi analisis dalam penentuan lokasi
berdasarkan jarak per setiap klasifikasi, dan untuk zona nilai tanah disesuikan dengan nilai
upah minimum kerja (UMK) dari daerah penelitian yaitu Kabupaten Sukoharjo dengan
besaran 2.000.000.
Hasil dari pada kemampuan nilai lahan diolah dengan menentukan wilayah
permukiman yaitu, mengclip wilayah luasan dari hasil kemampuan nilai lahan dengan
wilayah zonasi pemukiman. Untuk penentuan lokasi potensial pengembangan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di clip dengan wilayah zonasi dari
permukiman pengolahan dari potensi kemampuan nilai lahan.
Penelitian ini menggunakan tehnik analisis spasial dan deskriptif sebagai analisis
dalam penelitiannya.
Alur dalam penelitian ini dijelaskan pada diagram dibawah ini :

5
Gambar 1. Diagram alir penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi kemampuan Lahan untuk Pengembangan Kawasan Perumahan

Pengolahan pada kemampuan nilai lahan menggunakan weighted overlay dari beberpa
parameter penyusun seperti, morfologi, kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah,
kerawanan bencana, tutupan lahan.

Peta hasil kemampuan lahan untuk daerah pengembangan kawasan perumahan


menghasilkan 2 klasifikasi berdasarkan (Menteri Negara Perumahan Rakyat, 2007). Kawasan

6
dengan kemampuan pengembangan sedang dan kemampuan pengembangan agak tinggi.
Berikut tabel kaslifikasi kemampuan nilai lahan.

Tabel 3. Klasifikasi kemampuan nilai lahan

Scale
No Kelas Kemampuan Lahan Nilai Luas (ha) %
Value
Kemampuan pengembangan
1 86 3 65,09
sedang 1940,6
Kemampuan pengembangan
2 119 4 1040,76 34,91
agak tinggi
Luas total 2981,36 100
Sumber : Penulis

Klasifikasi kemampuan lahan dalam arahan pengembangan menghasilkan 2


klasifikasi yaitu, kemampuan lahan sedang dan kemampuan lahan agak tinggi. Berdasar
faktor pembentuk didapatkan dari karakteristik morfologi di daerah kecamatan grogol adalah
Dataran fluviovulkanik tang terbentuk dari endapan alluvial merupakan material yang dibawa
oleh endapan sungai bengawan solo, untuk daerah degan kemiringan berciri kemiringan yang
landai dan menyebabkan kesuburan tanah yang mengandung nutrien yang diperkaya material
vulkanik yang terdekomposisi serta membuat Kawasan ini sebagai Kawasan yang cocok
untuk pertanian dan tanaman, serta menjadi Kawasan permukiman yang memudahkan dalam
saluran irigasi yang baik, untuk daerah Kawasan ini memiliki kerawanan bencana berpotensi
bencana banjir karena terdapat aliran sungai bengawan solo terutama selama periode hujan
lebat.

Hasil pengolahan pada penelitian ini pada pengolahan kemampuan lahan di


Kecamatan Grogol menunjukkan 2 klasifikasi, yaitu Kemampuan dengan pengembangan
sedang dengan luasan 1.957,99 ha. Dari hasil pengolahan pada keterangan potensi
kemampuan dengan pengembangan sedang untuk wilayah yang terbesar berada di wilayah
Desa Pandeyan dengan luasan 222,18 ha memiliki presentase 7,48, berikut tabel keterangan
kemampuan potensi sedang, sebagai berikut :untuk mengetahui gambaran dan zona potensi
pengembangan kemampuan lahan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

7
Gambar 2. Peta zonasi kemampuan lahan untuk pengembangan Kawasan
perumahan Kecamatan Grogol
3.2 Zonasi Permukiman Untuk Pengembangan Perumahan di Kecamatan Grogol

Penelitian ini dilakukan di lokasi wilayah studi di Kecamatan Grogol, Kecamatan Grogol
memiliki wilayah permukiman dan perumahan yang luas, dengan pengolahan pada penelitian
ini berfokus pada wilayah penentuan permukiman sebagai lingkup dari perumahan yang
dimana proses dadi kemampuan potensi lahan di instersect dengan wilayah permukiman
Kecamatan Grogol.

Lokasi permukiman tersebar di 14 Desa berdasarkan pengolahan menghasilkan 2


klasiifikasi yatiu : Kemampuan Sedang dan Kemampuan agak tinggi. Wilayah yang
berpotensi memiliki luasan 931,77 ha dengan wilayah Desa terluas di Desa Langenharjo
dengan luasan 120,55 ha.

Berikut merupakan sebaran lokasi potensial berdasarkan permukiman dalam


penentuan perumahan Kecamatan Grogol dengan kemampuan pengembangan sedang.

Tabel 4. Klasifikasi zona kemampuan lahan sebaran zona permukiman untuk


pengembangan Kawasan perumahan.

Luas (ha)
No Desa Kemampuan Agak
Kemampuan Sedang
Tinggi
1 Desa Banaran 119,85 -

8
2 Desa Cemani 123,35 -
3 Desa Gedangan 51,67 -
4 Desa Grogol 54,79 10,39
5 Desa Kadokan 7,50 67,65
6 Desa Kwarasan 52,17 -
7 Desa Langenharjo 120,55 -
8 Desa Madegondo 107,66 -
9 Desa Manang 61,90 -
10 Desa Pandeyan 10,27 76,61
11 Desa Parangjoro 48,32 60,92
12 Desa Pondok 80,46 14,91
13 Desa Sanggrahan 78,31 -
14 Desa Telukan 14,97 198,91
Total 931,77 429,39
Sumber : Penulis
Klasifikasi permukiman untuk pengembangan Kawasan kemampuan lahan sedang
memiliki beberapa arahan pengembangan khususnya daerah permukiman menurut
(Kementerian Pekerjaan Umum, 2007) diantara lain : Kawasan kepadatan bangunan sedang
dengan pembangunan tidak melebihi 50% luas peruntukan perumahan. Sedangkan Kawasan
pengembangan dengan kemampuan agak tinggi memiliki arah pengembangan dalam
permukiman diantara lain : Kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi dengan proporsi
tidak melebihi 70% dari luas peruntukan Kawasan perumahan.

Zonasi permukiman untuk pengembangan Kawasan berdasarkan kemampuan lahan


menghasilkan cakupan luasan wilayah sebesar 963,32 ha, dengan wilayah terbesar pada
kemampuan pengembangan sedang berada di Desa Banaran memiliki luasan 119.85 ha atau
12.44%. serta untuk wilayah terkecil berada di Desa Pandeyan dengan luasan 10.27 ha atau
1.07%

Berdasarkan klasifikasi yang dihasilkan peta sebaran lokasi potensial pengembangan


kawasan perumahan Kecamatan Grogol, untuk mengetahui gambaran dan zona lokasi
potensial pengembangan kawasan perumahan Kecamatan Grogol dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :

9
Gambar 3. Peta zona permukiman berdasarkan kemampuan lahan untuk
pengembangan kawasan perumahan Kecamatan Grogol
3.3 Zona Harga Lahan Sebagai Penentu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Berdasarkan Kemampuan Lahan

Penentuan kriteria dari penghasilan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) Menurut UU


No 20 Tahun 2011 tentang rumah susun berkisar berpenghasilan rendah antara RP.600.000-
Rp.1.500.000, serta dalam Peraturan Menteri Keungan (PMK) nomer 269 Tahun 2015
tentang “Batasan harga jual unit hunian rumah susun sederhana milik dan penghasilan pribadi
yang memperoleh unit hunian rumah susun sederhana milik” dalam PMK tersebut
menjelaskan bahwa luasan setiap rusunami adalah 21-36 meter persegi serta untuk harga jual
pun dipatok tidak melebihi Rp.250.000.000. Untuk kebutuhan dalam penelitian ini Penentuan
klasifikasi Masyarakat Berpengasilan Rendah (MBR) dalam penelitian ini pada Kecamatan
Grogol dengan penghasilan dari Harga Rp.100.000 sampai dengan harga maksimal
Rp.1.000.0000

Hasil pengolahan data menunjukkan beberapa wilayah yang menjadi sasaran untuk
masyarakat berpenghasilan rendah, dengan range harga dari Rp. 100.000 – Rp 1.000.000.
berdasarkan data tabel daerah yang memiliki wilayah luasan terluas berada di Desa
Parangjoro dengan luasan 252.37 ha memiliki 3 kelas rentang harga lahan mulai dari

10
Rp.100.000-Rp.200.000,Rp.200.000-Rp.500.000-Rp.1.000.000, serta untuk wilayah terkecil
terdapat di Desa Banaran dengan luasan lahan 0.2 ha memiliki 2 kelas rentang harga lahan
mulai dari Rp.200.000-Rp.500.000 dan Rp.500.000-Rp.1.000.000.

Tabel 5. Klasifikasi sebaran zona harga lahan untuk masyarakat berpenghasilan


rendah (MBR).

luas Per
No Desa Harga lahan Luas (Ha)
Desa (Ha)
Rp.200.000 - 500.000 0.02
1 Desa Banaran 0.05
Rp.500.000 - 1.000.000 0.02
Rp.200.000 - 500.000 2.84
2 Desa Cemani 17.84
Rp.500.000 - 1.000.000 15
Rp.200.000 - 500.000 13.96
3 Desa Gedangan 22.19
Rp.500.000 - 1.000.000 8.23

Rp.200.000 - 500.000 3.14


4 Desa Grogol 43.17
Rp. 500.000 - 1.000.000 36.89
Rp.100.000 - 200.000 4.04
5 Desa Kadokan Rp.200.000 - 500.000 29.44 100.55
Rp.500.000 - 1.000.000 67.07
Rp.200.000 - 500.000 3.61
6 Desa Kwarasan 7.74
Rp.500.000 - 1.000.000 4.13
Rp.200.000 - 500.000 12.51
9 Desa Manang 54.75
Rp.500.000 - 1.000.000 42.24
Rp.100.000 - 200.000 3.18
10 Desa Pandeyan Rp.200.000 - 500.000 27.32 89.98
Rp.500.000 - 1.000.000 59.48
Rp.100.000 - 200.000 1.74
11 Desa Parangjoro Rp.200.000 - 500.000 11.36 252.37
Rp.500.000 - 1.000.000 90.24
Desa Pondok Rp.200.000 - 500.000 0.12
12 43.71
Rp.500.000 - 1.000.000 43.59
Rp.200.000 - 500.000 1.31
13 Desa Sanggrahan 36.29
Rp.500.000 - 1.000.000 34.98
Rp.100.000 - 200.000 3.11
14
Desa Telukan Rp.200.000 - 500.000 25.19 93.53
Rp.500.000 - 1.000.000 65.23
Total 762.17

Sumber : Badan Pertanahan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019 (Diolah)

11
3.3.1 Rekomendasi Zona Harga Lahan Berdasarkan Kemampuan Pengembangan Lahan
Sedang untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Beberapa arahan pengembangan perumahan berdasarkan kemampuan lahan sedang


menurut (Kementerian Pekerjaan Umum, 2007) diantara lain : dapat dikembangkan
dengan Kawasan kepadatan bangunan rendah, jika akan dikembangkan dengan Kawasan
dengan kepadatan sedang tidak melebihi 50% luas peruntukan daerah kawasan
perumahan.

Berikut merupakan tabel data Zona rekomendasi wilayah Desa berdasarkan harga
lahan dengan kemampuan lahan sedang untuk Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR):

Tabel 6. Data olahan zona harga lahan berdasarkan kemampuan lahan dengan
pengembangan sedang untuk Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
Kemampuan luas per
No Desa Range Nilai Luas (Ha)
Lahan desa(Ha)
Rp.100.000 - 200.000 Kemampuan 0.02
Desa
1 Pengembangan 0.04
Banaran Rp.200.000 - 500.000 0.02
Sedang
Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 2.84
Desa
2 Rp.500.000 - Pengembangan 8.65
Cemani 5.81
1.000.000 Sedang
Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 6.66
Desa
3 Rp.500.000 - Pengembangan 9.78
Gedangan 3.12
1.000.000 Sedang

Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 2.68


Desa
4 Pengembangan 31.01
Grogol
Rp.500.000 - Sedang
28.33
1.000.000
Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 47.68
Desa
5 Pengembangan 53.02
Kadokan Rp.500.000 - Sedang 5.34
1.000.000
Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 5.18
Desa
6 Rp.500.000 - Pengembangan
Kwarasan 4.46
1.000.000 Sedang
76.81
Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 25.62
Desa
7 Rp.500.000 - Pengembangan
Manang 41.55
1.000.000 Sedang
Rp.100.000 - 200.000 Kemampuan 0.73
Desa
8 Rp.500.000 - Pengembangan 9.19
Pandeyan 8.46
1.000.000 Sedang

12
Desa
9 Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 47.07
Parangjoro
Pengembangan 97.61
Rp.500.000 - Sedang 50.54
1.000.000
Kemampuan
Desa Rp.500.000 -
10 Pengembangan 27.27 72.65
Pondok 1.000.000
Sedang
Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan 10.49
Desa
11 Rp.500.000 - Pengembangan 45.38
Sanggrahan 34.89
1.000.000 Sedang

Rp.100.000 - 200.000 0.08


Kemampuan
Desa
12 Rp.200.000 - 500.000 Pengembangan 14.65 23.66
Telukan
Sedang
Rp.500.000 -
8.93
1.000.000
Total 382.42
Sumber : Diolah berbagai sumber, 2023
Tabel diatas menjelaskan Hasil pengolahan rekomendasi wilayah dengan zona
harga untuk kemampuan pengembangan sedang bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) yang memiliki wilayah terluas pada Desa Parangjoro dengan luasan 97.61 ha dan
untuk wilayah terkecil berada di Desa Banaran dengan luasan 0.04 ha.

3.3.2 Rekomendasi Zona Harga Lahan Berdasarkan Kemampuan Pengembangan Lahan


Agak Tinggi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Beberapa arahan pengembangan perumahan berdasarkan kemampuan lahan sedang


menurut (Kementerian Pekerjaan Umum, 2007) diantara lain : dapat dikembangkan
dengan Kawasan kepadatan bangunan Sedang, jika akan dikembangkan dengan Kawasan
dengan kepadatan tinggi tidak melebihi 75% luas peruntukan daerah kawasan perumahan.

Tabel 7. Data Zona nilai Lahan berdasarkan kemampuan lahan dengan pengembangan
sedang untuk Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

Kemampuan luas per


No Desa Range Nilai (Rp) Luas (Ha)
Lahan desa(Ha)

Rp.200.000 - 500.000 Kemampuan


Desa
1 Pengembangan 0.47 9.04
Grogol
Rp.500.000 - Agak Tinggi
1.000.000 8.57
Desa Kemampuan
2 Rp.200.000 - 500.000 49.19
Kadokan Pengembangan 19,23

13
Rp.500.000 - Agak Tinggi
1.000.000 49.19
Rp.< 100.000 0.49
Rp.100.000 - 200.000 Kemampuan 2.83
Desa
3 Pengembangan 74.25
Pandeyan Rp.200.000 - 500.000 24.4
Rp.500.000 - Agak Tinggi
1.000.000 46.53
Rp.100.000 - 200.000 6.18
Kemampuan
Desa Rp.200.000 - 500.000 5.54
4 Pengembangan 49.43
Parangjoro Rp.500.000 - Agak Tinggi
1.000.000 37.71
Kemampuan
Desa Rp.500.000 -
5 Pengembangan 17.91
Pondok 1.000.000
Agak Tinggi 17.91
Rp.100.000 - 200.000 3.68
Kemampuan
Desa Rp.200.000 - 500.000 18.73
6 Pengembangan 78.72
Telukan Rp.500.000 - Agak Tinggi
1.000.000 56.31
Total 278.54
Sumber : Diolah berbagai sumber, 2023
Tabel diatas menjelaskan Hasil pengolahan rekomendasi wilayah dengan zona
harga untuk kemampuan pengembangan agak tinggi bagi masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) yang memiliki wilayah terluas pada Desa Pandeyan dengan luasan 74.25
ha dan untuk wilayah terkecil berada di Desa Banaran dengan luasan 9.04 ha

Berdasarkan klasifikasi yang dihasilkan peta zona kemampuan pengembangan


kawasan perumahan Kecamatan Grogol, untuk mengetahui gambaran dan zona
permukiman untuk pengembangan kawasan perumahan Kecamatan Grogol dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut :

14
Gambar 4. Peta zona harga lahan pengembangan kawasan bagi masyarakat berenghasilan
rendah Kecamatan Grogol
4. PENUTUP
Tingkat kemampuan lahan menghasilkan 2 klasifikasi Kemampuan dengan pengembangan
sedang dengan nilai pengolahan pembobotan 86, dengan luasan 1.940 ha memiliki beberapa
dalam hal pengembangan perumahan yaitu : Kawasan dengan pengembangan kemampuan
lahan sedang dapat dikembangkan dengan Kawasan kepadatan bangunan rendah, jika akan
dikembangkan dengan Kawasan dengan kepadatan sedang tidak melebihi 50% luas
peruntukan daerah kawasan perumahan. dan klasifikasi pengembangan kemampan agak
tinggi menghasilkan nilai 119 dengan wilayah luasan 1.040,76 ha memiliki beberapa hal
dapat dikembangkan dengan Kawasan kepadatan bangunan Sedang, jika akan dikembangkan
dengan Kawasan dengan kepadatan tinggi tidak melebihi 75% luas peruntukan daerah
kawasan perumahan.
Zona harga lahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dari harga
Rp.100.000 sampai harga maksimal Rp.1000.000, untuk wilayah dengan luasan untuk
masyarakat berenghasilan rendah (MBR) terdapat di wilayah luasan terluas berada di Desa
Parangjoro dengan luasan 252.37 ha memiliki 3 kelas rentang harga lahan mulai dari
Rp.100.000-Rp.200.000,Rp.200.000-Rp.500.000-Rp.1.000.000, serta untuk wilayah terkecil

15
terdapat di Desa Banaran dengan luasan lahan 0.2 ha memiliki 2 kelas rentang harga lahan
mulai dari Rp.200.000-Rp.500.000 dan Rp.500.000-Rp.1.000.000.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, H. A., & Rudiarto, I. (2017). Kajian Lokasi Potensial Pengembangan
Perumahan Terjangkau Di Kota Semarang. Jurnal Pengembangan Kota, 5(2),
104. https://doi.org/10.14710/jpk.5.2.104-111

Anggraeni, Y. L. (2020). Valuasi Sumberdaya Untuk Penentuan Lokasi Potensial


Pengembangan Kawasan Permukiman Di Kecamatan Muntilan Menggunakan
Pemodelan Analytical Hierarchy Process. Skripsi.

Badan Pusat Statistik Kab.Sukoharjo. (2020). Kecamatan 2020 (Badan Pusat Statistik
Kab.Sukoharjo (ed.)). Badan Pusat Statistik Kab.Sukoharjo.

Daya, A., & Lingkungan, D. (2018). MENGGUNAKAN ARCGIS Pelatihan ArcGis.

Dewi, A. P., & Sunaryo, B. (2013). Analisis Kesesuaian Lahan Kawasan Permukiman bagi
Masyarakat Golongan Menengah ke Atas di Kecamatan Ngaliyan Semarang.
Jurnal Teknik PWK, 2(3), 434–443.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/2873

Dylan Trotsek. (2017). Perumahan Dan Permukiman. Journal of Chemical Information and
Modeling, 9, 23–76.

Kementerian Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 20 /


PRT / M / 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 20 / PRT / M /
2007Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta
Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, 40, 3–235.

Kusuma, S. H. (2017). Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman di


Kabupaten Probolinggo, berdasarkan Kesesuaian Lahan. Jurnal Penataan
Ruang, 12(1), 41. https://doi.org/10.12962/j2716179x.v12i1.5223

Lollyanti, V., Normelani, E., & Adyatma, S. (2017). Faktor Penyebab Pengembang Memilih
Lokasi Perumahan Di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten. JPG (Jurnal
Pendidikan Geografi), 4(1), 93–108.

Maretta, N., Dewi, C., Murdapa, F., & Rahmadi, E. (2020). Kajian Lokasi Potensial
Perumahan Dan Permukiman Di Kabupaten Pesawaran Dengan Sistem
Informasi Geografis (Sig). Jurnal Geofisika Eksplorasi, 5(3), 26–33.
https://doi.org/10.23960/jge.v5i3.33

Menteri Negara Perumahan Rakyat. (2007). Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Nomor: 05/Permen/M/2007. Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 7, 1–9.

16
Nugraha, Y., Nugraha, A., & Wijaya, A. (2014). Pemanfaatan Sig Untuk Menentukan Lokasi
Potensial Pengembangan Kawasan Perumahan Dan Permukiman (Studi Kasus
Kabupaten Boyolali). Jurnal Geodesi Undip, 3(4), 50–59.

Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor 92 Tahun 2020. (2020). Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Sukoharjo.
File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJ
A_PRINT.Docx, 21(1), 1–9.

Rachman, T. (2018). Pemanfaatan Dan Penggunaan Lahan. Angewandte Chemie


International Edition, 6(11), 951–952., 2010, 10–27.

Reski, N. (2019). Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang Di Daerah Aliran
Sungai Bialo.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/4880/%0Ahttp://repository.unhas.ac.id/id/
eprint/4880/2/19_M11115034%28FILEminimizer%29..ok 1-2.pdf

Rudianto, T., & Jumadi, S. S. (2022). Analisis Perkembangan Permukiman Di Kecamatan


Colomadu Tahun 2010-2020 Dengan Sistem Informasi Geografis.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/99050

Sumarwano. (1945). DAN PERMUKIMAN KUMUH TERHADAP TATA RUANG


WILAYAH Fenomena penggusuran rumah , keterpaksaan bermukim di
kawasan kumuh , emperan maupun perumahan rakyat yang justru kurang pro
rakyat . Disamping itu , masih banyak pembangunan rakyat hingga
mengakibatkan pem. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, 94–101.

Sutawijaya, A. (2004). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tanah Sebagai


Dasar Penilaian Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) PBB di Kota Semarang. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, 9(1), 65–78.

17

Anda mungkin juga menyukai