Anda di halaman 1dari 16

MODUL FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI

(KMI 204)

MODUL 1

PENGANTAR FILSAFAT ILMU

DISUSUN OLEH

Drs Dani Vardiansyah, M.Si

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 16
PERTEMUAN 1

PENGANTAR

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :

1. Mahasiswa mampu untuk

2. Memahami Filsafat Ilmu Komunikasi

3. Menjelaskan Ontologi Ilmu Komunikasi

4. Menjelaskan Epistemologi Ilmu Komunikasi

5. Menjelaskan Aksiologi Ilmu Komunikasi

6. Menganalisis Ontologi Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Komunikasi

7. Memahami keterkaitan antara metodologi penelitian komunikasi dan teori

komunikasi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 16
B. Uraian dan Contoh

1. Visi dan Misi

Universitas Esa Unggul mempunyai visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia

berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan, yang unggul dalam mutu

pengelolaan dan hasil pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi.

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Universitas Esa Unggul menetapkan

misi-misi sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan

b. Menciptakan suasana akademik yang kondusif

c. Memberikan pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 16
2. Topik Perkuliahan

2.1. Kedudukan Matakuliah ini dalam sebaran Kurikulum FIKOm Esa Unggul

Hakikatnya, ilmu komunikasi dapat dibedakan antara ilmu komunikasi teoretika

dan ilmu komunikasi praktika.

Ilmu komunikai teoretika lebih menuntut konseptual skills. Sedangkan ilmu

komunikasi pratika lebih berfokus kepada teknikal skills.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 16
Ilmu komunikasi praktika dalam kurikulm FIKOM UEU diterjemahkan dalam

sejumlah peminatan, yaitu Jurnalistik, PR, Broadcast, dan MarCom.

Untuk jenjang D3 yang cenderung teknikal skill, matakuliah ini diberinama

PENGANTAR KOMUNIKASI tanpa penggunaan kata ILMU. Dalam jenjang S1

matakuliah ini diberi nama PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. Artinya, penekanan

keilmuannya lebih diutaman daripada teknikal skills. Konsekwensinya, matakuliah ini

akan lebih menuntut kemampuan analysis anda, guna menyiapkan anda memasuki

perkuliahan selanjutnya selaku calon sarjana ilmu komunikasi, yaitu: Filsafat Iolmu

Komunikasi, Teori Komunikasi, Metode Penelitian Komunikasi. Sehingga, diharapkan

anda dapat lulus tepat waktu.

2.2. TOPIK DAN BAHASAN

Dalam proses perkuliahan, akan terbagi dalam 14 pertemuan di luar UTS dan

UAS. Karenanya, terdapat matakuliah SEBELUM dan SeSUDAH UTS sebagaimana

slide berikut yang menunjukkan materi sebelum UTS.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 16
Adapun topik-topik perkuliahan sebelum UTS adalah :

PERTEMUAN 1: RPS dan Kontrak Perkuliahan

PERTEMUAN 2: Konsep Dasar (1) Filsafat Ilmu Komunikasi

PERTEMUAN 3: Konsep dasar (2) Ilmu Pengetahuan, Filsafat, dan Agama

PERTEMUAN 4: Ontologi Komunikasi (1) Objek Kajian Ilmu Komunikasi

PERTEMUAN 5: Ontologi Ilmu Komunikasi (2) Peralatan Jasmani Manusia

PERTEMUAN 6: Ontologi Ilmu Komunikasi (3) (3) Motif Komunikasi dan Latar

Penyampaian Pesan

PERTEMUAN 7: Review Mind Mapping P1-7

Adapun setelah UTS materi bahasan adalah sebagaimana slide berikut ini:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 16
PERTEMUAN 8: Epistemologi Ilmu Komunikasi

PERTEMUAN 9: Aksiologi Ilmu Komunikasi

PERTEMUAN 10: Metodologi Ilmu Komunikasi: Positivis

PERTEMUAN 11: Metodologi Ilmu Komunikasi: Metodologi Ilmu Komunikasi:

Nonpositivis – Field Research

PERTEMUAN 12: Metodologi Ilmu Komunikasi: Text Research

PERTEMUAN 13: Filsafat Ilmu Komunikasi dan Teori Komunikasi

PERTEMUAN 14: Review P8 – P14

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 16
3. Buku Referensi dan Komponen Penilaian

Untuk mencapai tujuannya, mata kuliah Filsafat Ilmu Komunikasi menggunakan

berbagai buku referensi tentang filsafat ilmun komuniasi, yaitu:

Dari ketiga buku di atas, buku pertama menjadi pegangan utama dan lainnya

addalah penunjang. Dalam diskusi Online kelak bilamana dirasa perlu akan diberikan

link kepada jurnal atau bahan bacaan terkait lainnya.

Untuk penilaian akhir, komponen nilai yang digunakan terdiri dari kehadiran,

UTS, UAS dan penugasan. Dalam kuliah online komponen penugasan ditambah

dengan kuis, sedangkan komponen kehadiran tidak diperhitungkan karena

ditekankan pada aspek aktivitas di website. Adapun proporsi penilaiannya sebagai

berikut :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 16
Matakuliah ini mewajbkan kehadiran 80%. Jika kurang maka anda tidak

berhak mengikuti perkuliahan.

Untuk itu, dan karenanya pula, kehadiran anda hanya dinilai 0% karena sudah

menjadi persyaratan mengikuti ujian.

Dalam setiap pertemuan, ada tugas dan kuiz. Di mana kuiz diberikan setiap

saat perkuliahan. Kuiz ada yang bersigfat lisan dan tulisan. Karenanya, kehadiran

anda akan berkorelasi dengan kuiz lizan yang anda kerjakan.

BAHAN AJAR DAN DISKUSI DI MINGGU DEPAN

Demikian gambaran awal tentang perkuliahan kita.

Pada lembar berikut adalah intro/pengenalan untuk materi ajar yang akan kita bahas

di minggu mendatang.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 16
1. PENGETAHUAN

1.1. HAKIKAT MANUSIA: INGIN TAHU

Ketika terlahir di dunia, apakah anda telah tahu akan sesuatu?

John Locke pun berkata, “Manusia terlahir seperti kertas putih, tabula rasa!”

Ketika manusia melihat atau mengalami suatu peristiwa, terdorong naluri ingin

tahunya, ia pun bertanya, “Apakah ini? Dari mana datangnya? Apa sebabnya

demikian? Mengapa demikian?”

Manusia yang semula tidak tahu berusaha untuk tahu dan kemudian mencari tahu,

hingga keingintahuannya terpenuhi.

Jika keingintahuan terpenuhi, untuk sementara, ia puas.

Namun, banyak hal — tampak maupun tidak, ada atau barangkali ada karena

masih harus diuji keberadaannya — mengelilingi kita, manusia, dan kembali

mendorong naluri ingin tahu; membuat pertanyaan lain terus bermunculan, “Apa

sebabnya demikian? Mengapa demikian?”

Sepanjang hidup, manusia terus bertanya, berusaha mengetahui segala sesuatu,

termasuk mengenai dirinya sendiri.

Siapa saya?

Dari mana saya?

Mau ke mana saya?

1.2. PENGALAMAN DAN PENGETAHUAN

Hakikatnya, terdapat dua cara manusia untuk tahu, yaitu bertanya kepada manusia

lain atau bertanya pada diri sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 16
Makin lanjut usia seseorang, kemampuan menyelidiki sendiri semakin besar,

membuat hasil tahunya menjadi lebih banyak, lebih luas, lebih mendalam.

Semakin banyak dan dalam yang diketahui, semakin ia ingin tahu. Tidak ada

puasnya, sepanjang hidup, naluri ingin tahu mendorong manusia untuk terus mencari

tahu (lihat Poedjawijatna, 1983: 9-13).

Karenanya, mari kita artikan naluri ingin tahu sebagai dorongan alamiah yang dibawa

manusia sejak lahir untuk mencari tahu tentang segala sesuatu, termasuk hal ihwal

diri sendiri, dan baru berhenti di akhir kesadarannya (Hoeta Soehoet, 2002; lihat

juga Vardiansyah, 2004).

Terdapat dua kemungkinan ketika manusia mencari tahu: bahwa yang ia dapat

adalah tahu yang benar, atau justeru tahu yang keliru.

Karena merupakan dasar tindakan, kekeliruan bisa mendatangkan petaka:

penembak yang keliru menetapkan sasaran dapat menimbulkan bahaya, pengemudi

yang keliru memperhitungkan jarak bisa celaka.

Manusia akan selalu menghindari kekeliruan. Manusia tidak suka ketika tahu bahwa

pengetahuannya salah atau keliru. Maka, yang dicari manusia adalah tahu yang

benar, membuat kebenaran sangat berarti bagi setiap manusia.

Sebelum mengetahui, manusia terlebih dahulu melihat, mendengar, serta merasa

segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Segala yang dilihat, didengar, dan dirasa

itulah yang merangsang naluri ingin tahu. Dan yang berada di sekitar manusia

adalah dunia seisinya, tampak mau pun tidak: asalkan ada, dirasakan ada, atau

barangkali ada.

Dengan kata lain, objek tahu adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.

Karena kelimpahan segala ada yang mengelilingi manusia serta kemungkinan yang

tidak habis-habisnya dari segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, membuat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 /
16
keingintahuan seorang manusia hanya terbatasi oleh hidupnya sendiri, atau baru

berhenti pada akhir kesadarannya (Lihat Poedjawijatna, 1983).

Demikianlah, sepanjang hidup manusia dirangsang alam sekitarnya untuk tahu. Dan

yang terutama terkena rangsang adalah indranya: penglihatan, penciuman,

perabaan, pendengaran, serta pengecapan. Karena itulah, hasil persentuhan alam

dengan panca indra kita sebut peng-alam-an: pengalaman. Atau, dengan kata lain,

pengalaman adalah persentuhan objek alam dengan indra manusia.

Misalnya, sebuah lowongan pekerjaan mencari jurnalis yang sudah berpengalaman

tiga tahun. Artinya, telah ada persentuhan objek alam (dunia jurnalistik) dengan indra

manusianya selama tiga tahun. Sehingga, dianggap bahwa ia sudah cukup punya

pengetahuan terkait dunia jurnalistik itu selama tiga tahun.

Maka, ketika indranya tersentuh rangsang, manusia bereaksi. Reaksi ini dicetuskan

dengan pernyataan. Misalnya, “Mangga itu masam, bunga itu wangi, kopi itu pahit.”

Inilah yang disebut putusan.

Namun, pengalaman semata tidak membuat seseorang menjadi tahu. Pengalaman

hanya memungkinkan seseorang menjadi tahu. Hasil dari tahu kita sebut penge-

tahu-an: pengetahuan.

Jadi, pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang didapatkan dari

pengalaman,dicirikan dengan kemampuannya memberi putusan, “Mangga itu,

bahwa mangga yang satu itu, masam!”

1.3. CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN

Hakikatnya, manusia mendapatkan pengetahuan dari pengalamannya; baik

pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya

melalui berbagai media komunikasi.

Dahulu kala, manusia di suatu daerah mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa

di lokasi lain melalui tukang cerita (trubadour) yang berkelana dari satu tempat ke
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 11 /
16
tempat lain. Si Tukang Cerita inilah yang menyebarkan pengetahuan tentang suatu

peristiwa sehingga menyebar antarwilayah. Kelak kemudian hari, lahirlah media

modern: suratkabar, majalah, radio, televisi, film.

“Bagaimana suhu di Kutub Utara?”

“Dingin,” jawab anda.

“Pernahkah anda ke Kutub Utara?”

Tidak!

Anda tidak pernah ke Kutub Utara. Tapi, anda bisa mendapatkan berbagai

pengetahuan melalui media komunikasi yang ada: suratkabar, majalah, radio,

televisi, film, atau bahkan sekedar dari mulut ke mulut.

1.4. PUTUSAN

Suatu pagi, selaku dosen saya bertanya di kelas, “Bagaimana rasa buah gowok?”

Kelas terdiam. Tidak ada satupun mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan

saya. Tidak satupun mahasiswa yang tahu rasa buah gowok. Tidak satupun

mahasiswa yang berpengetahuan tentang rasa buah gowok. Tidak ada di antara

mereka yang mampu memberikan putusan atas pertanyaan saya!

Selanjutnya, di kelas siang, saya kembali bertanya, “Bagaimana rasa buah gowok?”

Di keheningan yang senyap, Budi yang duduk di pojokan sana tiba-tiba berkata,

“Masam.”

Mahasiswa itu, si Budi, sudah memiliki pengalaman, persentuhan objek alam (buah

gowok) dengan indra pengecapannya. Sehingga, ia mampu memberikan putusan.

“Masam,” katanya.

Kini seluruh kelas sudah memiliki pengetahuan, berdasarkan pengalaman Budi,

berdasarkan persentuhan objek alam (buah gowok) dengan indra manusia

(pengecapan Budi) bahwa rasa buah gowok adalah masam.


Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 12 /
16
“Bagaimana bentuknya?” saya bertanya lagi.

Dan seluruh mata kembali menuju kepada Budi.

Maka, manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengalamannya sendiri atau

pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya. Dan, ciri dari adanya

pengetahuan itu adalah kemampuan manusia untuk memberi putusan atas objeknya.

1.5. PENGALAMAN TIDAK OTOMATIS MENDATANGKAN PENGETAHUAN

Sebagaimana diutarakan, pengalaman adalah hasil persentuhan objek alam dengan

indra manusia. Namun, pengalaman tidak otomatis mendatangkan pengetahuan.

Pengetahuan baru ada apabila berdasarkan pengalamannya, manusia mampu

memberi putusan atas objeknya.

Misalnya, hari ini saya selaku dosen memberi kuliah. Anda hadir dalam kuliah saya.

Sementara sahabat anda, si Anto, tidak hadir dalam kuliah ini. Minggu berikutnya,

saya memberikan kuis terkait materi kuliah yang anda hadiri dan Anto tidak hadir itu.

Anda tidak bisa menjawab pertanyaan saya, tidak satupun putusan bisa anda

berikan atas pertanyaan saya, padahal anda hadir di kuliah saya yang lalu itu, sudah

ada persentuhan objek alam (materi kuliah) dengan indra anda (penglihatan,

pendengaran). Sebaliknya, Anto yang tidak hadir di kuliah mingggu lalu itu, telah

meminjam catatan anda, mempelajarinya dengan baik, dan ia bisa memberikan

putusan atas pertanyaan saya. Ia mendapatkan pengetahuannya melalui

pengalaman orang lain (anda) melalui buku catatan yang dipinjamnya.

Jadi, sekali lagi, pengalaman tidak otomatis mendatangkan pengetahuan.

Pengetahuan baru ada apabila berdasarkan pengalamannya, manusia mampu

memberi putusan atas objeknya.

1.6. PENGETAHUAN YANG BENAR DAN SALAH


Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 13 /
16
Pengetahuan yang dicari manusia adalah pengetahuan yang benar.

“Bagaimana suhu di Kutub Utara?”

“Panas,” jawab anda.

Maka tahunya anda, yang tercermin melalui putusan anda itu, adalah salah karena

tidak sesuai dengan objeknya. Sebaliknya, ketika anda menjawab dingin, maka

pengetahuan anda yang tercermin melalui putusan anda, adalah benar.

Jadi, benar adalah kesesuaian tahu dengan objek, sedangkan salah adalah

ketidaksesuaian antara tahu dengan objeknya.

1.7. PENGETAHUAN YANG TIDAK LENGKAP

Satu objek biasanya memiliki banyak aspek. Apakah mengetahui sebagian aspek

dari sebuah objek bisa dikatakan salah atau keliru?

Contohnya, objek A memiliki aspek a1, a2, a3, a4, a5. Saya bertanya mengenai

objek A ini guna mengukur pengetahuan mahasiswa.

Misalnya si Anto menjawab dengan menyebutkan a3; Budi menjawab a4 dan a5;

Cika menjawab a1, a2, a3, a4; sedangkan Doni menjawab e dan f.

Tidak satupun yang menjawab aspek A dengan lengkap, namun nilai tertingggi saya

berikan kepada Cika, karena jawabannya paling lengkap dibanding yang lain.

Sedangkan khusus untuk Doni, jawabannya adalah salah.

Jadi, manakala satu objek memiliki banyak aspek, dan jika anda hanya mengetahui

sebagian aspek dari sebuah objek, bukan berarti keliru. Hanya saja, pengetahuan

anda belum lengkap. Begitulah cara dosen menilai lembar jawaban ujian anda,

sehingga ada yang mendapat nilai 7, 8 atau 9 misalnya.

Keliru baru ada apabila aspek yang diungkap tidak ada pada objek. Dalam kasus di

atas, Doni adalah contohnya.


Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 14 /
16
1.8. KEBENARAN OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF: KUANTITATIF DAN KUALITATIF

“Bagaimana suhu di kelas ini?” saya bertanya.

Saya bilang dingin, anda bilang panas. Kita akan berdebat terkait suhu udara di

kelas ini,

Agar tidak timbul perdebatan yang berkelanjutan, biarlah suhu udara di ruangan ini

yang ‘berbicara’ dengan sendirinya.

Namun, suhu udara di ruangan tidak mampu ‘bicara’ dengan kata-kata, ia hanya

mampu ‘bicara’ dengan angka-angka.

Maka, ambillah thermostat. Kita sepakati misalnya jika suhu udara kurang dari 20

derajat adalah dingin dan jika di atasnya adalah panas. Sehingga, tidak ada lagi

perdebatan di antara kita.

Inilah yang disebut kebenaran objektif, ketika yang ‘berbicara’ adalah sang objek,

yang dalam ilmu eksakta objeknya adalah segala isi semesta alam, yang tidak

mampu berbicara dengan kata-kata, melainkan dengan angka-angka, dan kelak

melahirkan pendekatan kuantitatif.

Ilmu-ilmu sosial yang lahir belakangan mencoba mengadopsi pendekatan ini,

kuantitatif objektif. Setelah kurun tertentu, timbul penolakan karena sebagian

ilmuwan sosial menganggap bahwa perilaku manusia sebagai objek ilmu-ilmu sosial

sulit dinilai secara objektif.

Saya menghilangkan nyawa orang lain. Apakah perilaku ini benar atau salah?

Maka hakim akan menilai perilaku ini dalam konteksnya: apakah saya

menghilangkan nyawa orang lain itu dengan sengaja, atau tidak sengaja, atau

terpaksa karena harus membela diri?

Bukti berupa fakta dan data dikumpulkan. Para saksi didengar. Keterangan saksi

yang satu (subjek A) akan dicocokkan dengan keterangan saksilain (subjek B).
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 15 /
16

Anda mungkin juga menyukai