(KMI 204)
MODUL 1
DISUSUN OLEH
2020
PENGANTAR
komunikasi
Universitas Esa Unggul mempunyai visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia
2.1. Kedudukan Matakuliah ini dalam sebaran Kurikulum FIKOm Esa Unggul
akan lebih menuntut kemampuan analysis anda, guna menyiapkan anda memasuki
perkuliahan selanjutnya selaku calon sarjana ilmu komunikasi, yaitu: Filsafat Iolmu
Dalam proses perkuliahan, akan terbagi dalam 14 pertemuan di luar UTS dan
PERTEMUAN 6: Ontologi Ilmu Komunikasi (3) (3) Motif Komunikasi dan Latar
Penyampaian Pesan
Adapun setelah UTS materi bahasan adalah sebagaimana slide berikut ini:
Dari ketiga buku di atas, buku pertama menjadi pegangan utama dan lainnya
addalah penunjang. Dalam diskusi Online kelak bilamana dirasa perlu akan diberikan
Untuk penilaian akhir, komponen nilai yang digunakan terdiri dari kehadiran,
UTS, UAS dan penugasan. Dalam kuliah online komponen penugasan ditambah
berikut :
Untuk itu, dan karenanya pula, kehadiran anda hanya dinilai 0% karena sudah
Dalam setiap pertemuan, ada tugas dan kuiz. Di mana kuiz diberikan setiap
saat perkuliahan. Kuiz ada yang bersigfat lisan dan tulisan. Karenanya, kehadiran
Pada lembar berikut adalah intro/pengenalan untuk materi ajar yang akan kita bahas
di minggu mendatang.
John Locke pun berkata, “Manusia terlahir seperti kertas putih, tabula rasa!”
Ketika manusia melihat atau mengalami suatu peristiwa, terdorong naluri ingin
tahunya, ia pun bertanya, “Apakah ini? Dari mana datangnya? Apa sebabnya
Manusia yang semula tidak tahu berusaha untuk tahu dan kemudian mencari tahu,
Namun, banyak hal — tampak maupun tidak, ada atau barangkali ada karena
mendorong naluri ingin tahu; membuat pertanyaan lain terus bermunculan, “Apa
Siapa saya?
Hakikatnya, terdapat dua cara manusia untuk tahu, yaitu bertanya kepada manusia
lain atau bertanya pada diri sendiri dengan melakukan penyelidikan sendiri.
membuat hasil tahunya menjadi lebih banyak, lebih luas, lebih mendalam.
Semakin banyak dan dalam yang diketahui, semakin ia ingin tahu. Tidak ada
puasnya, sepanjang hidup, naluri ingin tahu mendorong manusia untuk terus mencari
Karenanya, mari kita artikan naluri ingin tahu sebagai dorongan alamiah yang dibawa
manusia sejak lahir untuk mencari tahu tentang segala sesuatu, termasuk hal ihwal
diri sendiri, dan baru berhenti di akhir kesadarannya (Hoeta Soehoet, 2002; lihat
Terdapat dua kemungkinan ketika manusia mencari tahu: bahwa yang ia dapat
Manusia akan selalu menghindari kekeliruan. Manusia tidak suka ketika tahu bahwa
pengetahuannya salah atau keliru. Maka, yang dicari manusia adalah tahu yang
segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Segala yang dilihat, didengar, dan dirasa
itulah yang merangsang naluri ingin tahu. Dan yang berada di sekitar manusia
adalah dunia seisinya, tampak mau pun tidak: asalkan ada, dirasakan ada, atau
barangkali ada.
Dengan kata lain, objek tahu adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Karena kelimpahan segala ada yang mengelilingi manusia serta kemungkinan yang
tidak habis-habisnya dari segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, membuat
Demikianlah, sepanjang hidup manusia dirangsang alam sekitarnya untuk tahu. Dan
dengan panca indra kita sebut peng-alam-an: pengalaman. Atau, dengan kata lain,
tiga tahun. Artinya, telah ada persentuhan objek alam (dunia jurnalistik) dengan indra
manusianya selama tiga tahun. Sehingga, dianggap bahwa ia sudah cukup punya
Maka, ketika indranya tersentuh rangsang, manusia bereaksi. Reaksi ini dicetuskan
dengan pernyataan. Misalnya, “Mangga itu masam, bunga itu wangi, kopi itu pahit.”
hanya memungkinkan seseorang menjadi tahu. Hasil dari tahu kita sebut penge-
tahu-an: pengetahuan.
di lokasi lain melalui tukang cerita (trubadour) yang berkelana dari satu tempat ke
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 11 /
16
tempat lain. Si Tukang Cerita inilah yang menyebarkan pengetahuan tentang suatu
Tidak!
Anda tidak pernah ke Kutub Utara. Tapi, anda bisa mendapatkan berbagai
1.4. PUTUSAN
Suatu pagi, selaku dosen saya bertanya di kelas, “Bagaimana rasa buah gowok?”
Kelas terdiam. Tidak ada satupun mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan
saya. Tidak satupun mahasiswa yang tahu rasa buah gowok. Tidak satupun
mahasiswa yang berpengetahuan tentang rasa buah gowok. Tidak ada di antara
Selanjutnya, di kelas siang, saya kembali bertanya, “Bagaimana rasa buah gowok?”
Di keheningan yang senyap, Budi yang duduk di pojokan sana tiba-tiba berkata,
“Masam.”
Mahasiswa itu, si Budi, sudah memiliki pengalaman, persentuhan objek alam (buah
“Masam,” katanya.
pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya. Dan, ciri dari adanya
pengetahuan itu adalah kemampuan manusia untuk memberi putusan atas objeknya.
Misalnya, hari ini saya selaku dosen memberi kuliah. Anda hadir dalam kuliah saya.
Sementara sahabat anda, si Anto, tidak hadir dalam kuliah ini. Minggu berikutnya,
saya memberikan kuis terkait materi kuliah yang anda hadiri dan Anto tidak hadir itu.
Anda tidak bisa menjawab pertanyaan saya, tidak satupun putusan bisa anda
berikan atas pertanyaan saya, padahal anda hadir di kuliah saya yang lalu itu, sudah
ada persentuhan objek alam (materi kuliah) dengan indra anda (penglihatan,
pendengaran). Sebaliknya, Anto yang tidak hadir di kuliah mingggu lalu itu, telah
Maka tahunya anda, yang tercermin melalui putusan anda itu, adalah salah karena
tidak sesuai dengan objeknya. Sebaliknya, ketika anda menjawab dingin, maka
Jadi, benar adalah kesesuaian tahu dengan objek, sedangkan salah adalah
Satu objek biasanya memiliki banyak aspek. Apakah mengetahui sebagian aspek
Contohnya, objek A memiliki aspek a1, a2, a3, a4, a5. Saya bertanya mengenai
Misalnya si Anto menjawab dengan menyebutkan a3; Budi menjawab a4 dan a5;
Cika menjawab a1, a2, a3, a4; sedangkan Doni menjawab e dan f.
Tidak satupun yang menjawab aspek A dengan lengkap, namun nilai tertingggi saya
berikan kepada Cika, karena jawabannya paling lengkap dibanding yang lain.
Jadi, manakala satu objek memiliki banyak aspek, dan jika anda hanya mengetahui
sebagian aspek dari sebuah objek, bukan berarti keliru. Hanya saja, pengetahuan
anda belum lengkap. Begitulah cara dosen menilai lembar jawaban ujian anda,
Keliru baru ada apabila aspek yang diungkap tidak ada pada objek. Dalam kasus di
Saya bilang dingin, anda bilang panas. Kita akan berdebat terkait suhu udara di
kelas ini,
Agar tidak timbul perdebatan yang berkelanjutan, biarlah suhu udara di ruangan ini
Namun, suhu udara di ruangan tidak mampu ‘bicara’ dengan kata-kata, ia hanya
Maka, ambillah thermostat. Kita sepakati misalnya jika suhu udara kurang dari 20
derajat adalah dingin dan jika di atasnya adalah panas. Sehingga, tidak ada lagi
Inilah yang disebut kebenaran objektif, ketika yang ‘berbicara’ adalah sang objek,
yang dalam ilmu eksakta objeknya adalah segala isi semesta alam, yang tidak
ilmuwan sosial menganggap bahwa perilaku manusia sebagai objek ilmu-ilmu sosial
Saya menghilangkan nyawa orang lain. Apakah perilaku ini benar atau salah?
Maka hakim akan menilai perilaku ini dalam konteksnya: apakah saya
menghilangkan nyawa orang lain itu dengan sengaja, atau tidak sengaja, atau
Bukti berupa fakta dan data dikumpulkan. Para saksi didengar. Keterangan saksi
yang satu (subjek A) akan dicocokkan dengan keterangan saksilain (subjek B).
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 15 /
16