Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326064467

Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Jeroan Ikan Cakalang


(Katsuwonus pelamis)

Article · June 2018


DOI: 10.22487/j24775185.2018.v7.i2.10396

CITATIONS READS

5 10,364

3 authors, including:

Paulus Hengky Abram Minarni Rama Jura


Universitas Tadulako Universitas Tadulako
21 PUBLICATIONS   59 CITATIONS    29 PUBLICATIONS   69 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Paulus Hengky Abram on 30 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


J. Akademika Kim. 7(2): 70-74, May 2018
ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH JEROAN IKAN CAKALANG


(Katsuwonus pelamis)
Production of Liquid Organic Fertilizer from Offal Waste of Skipjack (Katsuwonus pelamis)

*Komang Suartini, Paulus H. Abram dan Minarni Rama Jura


Pendidikan Kimia/FKIP – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118
Received 9 March 2018, Revised 11 April 2018, Accepted 10 May 2018

Abstract
This study aimed to determine the production of liquid organic fertilizer from offal waste of tuna
(Katsuwonus pelamis) by bakasang method, and determined content levels of N, P, and K in liquid organic
fertilizer. Levels of nitrogen (N), phosforus (P), and potassium (K) were analyzed using the spectrophotometer
Spectro Direct. The results showed that at 5 days of fermentation obtained N, P, and K by 2.49%,1.05%, and
0.98%, respectively, while at 10 daysof fermentation obtained amounted to by 3.74%, 3.20%, and 1.03%,
respectively. Fertilizer with bakasang method of manufacture can be done on a 10 day fermentation.
Keywords: Organic Fertilizer, Skipjack, nitrogen, phosphorus, potassium.

pupuk organik (Indriani, dkk., 2013). Selain untuk


Pendahuluan 1 menjaga kesuburan tanah pupuk organik juga
Indonesia merupakan negara agraris tetapi dapat membantu masyarakat menghasilkan
produksi perkebunan dan pertaniannya belum sayuran organik sehingga masyarakat tidak
memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini khawatir terhadap residu pestisida dalam makanan
disebabkan terbatasnya lahan yang dapat dipakai (Jigme, dkk., 2015). Salah satu bahan untuk
untuk berkebun dan bertani karena perkembangan membuat pupuk organik cair adalah limbah dari
penduduk yang semakin besar dan tingkat ikan.
produktivitas pertanian per hektar juga relatif Limbah ikan bagian dalam dan luar yang tersisa
stagnan. Salah satu upaya untuk meningkatkan pada pengolahan ikan memiliki potensi untuk
produksi di bidang perkebunan dan pertanian diolah menjadi pupuk. Secara umum limbah ikan
adalah dengan tersedianya pupuk untuk menjaga mengandung banyak nutrien yaitu N (nitrogen), P
pertumbuhan tanaman di kedua bidang tersebut. (posforus) dan K (kalium) yang merupakan
Melihat prospek di bidang perkebunan dan komponen penyusun pupuk organik (Hapsari &
pertanian yang terus meningkat maka di masa yang Welasi, 2013). Salah satu limbah yang terdapat
akan datang selain kebutuhan pupuk yang pada ikan yaitu jeroan atau isi perut ikan. Ikan
meningkat maka harga dari pupuk tersebut akan cakalang banyak ditemukan di wilayah laut
semakin mahal. Kebutuhan unsur hara bagi Indonesia dan makanan dari ikan ini antara lain
tanaman sangatlah penting karena pupuk akan ikan kecil, udang, cumi-cumi, dan moluska. Cumi-
mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah cumi dan udang mengandung kalium, fosforus,
sehingga menjadi lebih baik untuk pertumbuhan natrium, magnesium, dan kalsium (Santoso, dkk.,
tanaman (Ismayanda & Mulana, 2014). 2008) sedangkan pertumbuhan tanaman
Pupuk terbagi menjadi dua yaitu pupuk memerlukan tiga unsur hara penting, yaitu
anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik nitrogen (N), posforus (P), dan kalium (K)
adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, (Suprihatin, 2011). Sehingga jeroan ikan cakalang
fisika dan biologis yang merupakan hasil industri diharapkan dapat meningkatkan unsur hara yang
dari pabrik pembuat pupuk, sedangkan pupuk dibutuhkan tanaman dalam pupuk organik cair.
organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan
alam seperti pelapukan tanaman, kotoran hewan pembuatan pupuk organik cair dari limbah ikan
atau manusia (Mazaya, dkk., 2013). Pupuk cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan
anorganik yang beredar di pasaran selain harganya menggunakan metode pembuatan bakasang dan
mahal, juga memiliki dampak buruk bagi menentukan kadar kandungan N, P, dan K pada
lingkungan seperti menurunkan kesuburan tanah pupuk organik cair dari limbah ikan cakalang
sehingga timbul pemikiran untuk menggunakan (Katsuwonus pelamis).
Metode
*Correspondence
Alat yang digunakan dalam penelitian ini,
Komang Suartini
adalah wadah, pisau, talenan, timbangan digital,
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan
Spectro Direct (Lovibond RS232), alat destruksi
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
kjedahl, pipet tetes, gelas kimia, gelas ukur dan
e-mail: komangsuartini57@gmail.com
botol.
Published by Universitas Tadulako 2018

70
Volume, 7, No. 2, 2018, 70-74 Jurnal Akademika Kimia

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, kemudian ditambahkan reagen (pereaksi) K yaitu
adalah jeroan ikan cakalang, asam sulfat pekat tablet kalium ke dalam masing-masing vial
(Merck), tablet kjeldahl (Merck), aquades, tablet tersebut, kemudian dikocok sampai pereaksi larut
fosfor 1(Merck), tablet fosfor II (Merck), dan tablet semua menjadi homogen. Selanjutnya mengukur
kalium(Merck). kadar K dengan menggunakan Spectro Direct.
Pembuatan pupuk organik cair Hasil dan Pembahasan
Pertama-tama jeroan ikan cakalang dibersihkan Hasil analisis kandungan nitrogen (N),
dari darah dan kotoran yang menempel pada perut phosforus (P) dan kalium (K) pada limbah ikan
ikan cakalang dengan cara mencuci jeroan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yaitu berupa pupuk
cakalang kemudian jeroan ikan cakalang dipotong- organik cair dari jeroan ikan cakalang. Pembuatan
potong. Setelah itu, jeroan ikan cakalang yang pupuk organik cair dilakukan dengan
telah halus dibagi menjadi 2 sampel. menggunakan metode pembuatan bakasang.
Sampel I: 200 gram jeroan ikan cakalang Bakasang adalah produk fermentasi tradisional
dimasukkan ke dalam botol ukuran 1500 ml yang terbuat dari isi perut ikan cakalang
ditutup rapat selanjutnya dijemur di bawah sinar (katsuwonus pelamis L) serta telur ikan dan ikan
matahari selama 5 hari kemudian dianalisis kadar kecil lainnya (Lawalata & Satiman, 2015).
NPK. Pembuatan bakasang biasa dilakukan dengan
Sampel II: 200 gram jeroan ikan cakalang penambahan garam, namun pada penelitian ini
dimasukkan ke dalam botol ukuran 1500 ml tidak menggunakan garam karena tidak akan
ditutup rapat selanjutnya dijemur di bawah sinar digunakan sebagai bahan makan yang dibutuhkan
matahari selama 10 hari kemudian dianalisis kadar untuk penyendap atau pengawetan. Proses
NPK. fermentasi dilakukan selama 5 hari dan 10 hari di
Analisis sampel bawah sinar matahari.
Pengujian sampel meliputi pengujian kadar Analisis kadar nitrogen (N) pada pupuk organik
NPK yang dilakukan di Laboratorium Kimia cair menggunakan metode Kjeldahl. Pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan penelitian ini hanya dilakukan pada tahap destruksi
Universitas Tadulako. saja, hal ini karena penentuan nitrogennya
dilakukan dengan menggunakan alat Spectro Direct
Kadar nitrogen sedangkan analisis kadar posforus (P) dan kalium
Sampel hasil fermentasi 10 mL dimasukkan ke (K) hanya menggunakan alat Spectro Direct. Hasil
dalam labu Kjeldahl, kemudian ditambahkan yang diperoleh dalam penelitian ini tertera pada
dengan 25 mL H2SO4 pekat dan satu tablet Tabel 1.
Kjeldahl. Selanjutnya didestruksi (dipanaskan) Tabel. 1 Kadar unsur hara NPK pada pupuk
sampai mendidih dan larutan menjadi jernih. organik cair dari jeroan ikan cakalang
Setelah didestruksi larutan dibiarkan beberapa saat Uji Kadar (%)
sampai dingin. Selanjutnya larutan jernih yang No Sampel
N P K
telah didestruksi diencerkan sampai volume 50
mL. Sampel yang telah diencerkan kemudian 1. Sampel 5 hari 2,49 % 1,41% 1,33%
diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam vial 2. Sampel 10 hari 3,74 % 3,16% 1,48%
(tempat sampel berukuran 10 mL yang bentuknya
menyerupai botol) untuk dianalisis. Persentasi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara
kadar Nitrogen dalam sampel pupuk organik cair pembuatan pupuk organik cair dari limbah ikan
dari limbah jeroan ikan cakalang dianalisis dengan cakalang. Proses yang dilakukan untuk membuat
menggunakan alat Spectro Direct. pupuk organik cair pada penelitian ini berdasarkan
proses fermentasi pembuatan bakasang. Sampel
Kadar posforus yang telah difermentasi kemudian dianalisis untuk
Sampel pupuk organik cair 1 mL diencerkan menentukan kadar nitrogen, posforus, dan kalium.
dengan aquades dalam labu ukur 100 mL sampai
tanda batas. Setelah itu, pada masing- masing 3 Proses fermentasi pembuatan pupuk organik cair
vial dimasukkan sampel yang telah diencerkan dari jeroan ikan cakalang
sebanyak 10 mL ke dalam masing-masing vial Pembuatan pupuk organik cair pada penelitian
kemudian ditambahkan reagen (pereaksi) P yaitu ini dilakukan berdasarkan proses fermentasi
tablet phosphat 1 dan 2 ke dalam masing-masing pembuatan bakasang, dimana sampel difermentasi
vial tersebut, kemudian dikocok sampai pereaksi tanpa penambahan mikroba dari luar dan
larut semua menjadi homogen. Selanjutnya kadar dilakukan fermentasi tertutup (anaerob)
P diukur menggunakan Spectro Direct. (Purwaningsih, dkk., 2013). Oleh karena itu,
sampel yang telah dicuci bersih dan dipotong-
Kadar kalium potong hingga berukuran lebih kecil langsung
Sampel pupuk organik cair 1 mL kemudian memasuki tahap fermentasi, dimana sampel dibagi
diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 100 menjadi dua bagian yaitu fermentasi 5 hari dan
mL sampai tanda batas. Setelah itu, pada masing- fermentasi 10 hari. Batasan fermentasi selama 5
masing 3 vial dimasukkan sampel yang telah hari dilakukan berdasarkan proses fermentasi yang
diencerkan 10 mL ke dalam maing-masing vial biasa dilakukan masyarakat dan fermentasi selama

71
Komang Suartini Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari.........................

10 hari dilakukan sebagai perbandingan kadar diperoleh larutan yang jernih (Mazaya, dkk.,
NPK pada pupuk organik cair berbahan dasar 2013).
jeroan ikan cakalang. Sampel yang telah didestruksi kemudian
Sampel pada awal penjemuran berbentuk padat ditentukan kadar nitrogennya dengan
dan berwarna merah kecoklatan, semakin lama menggunakan alat Spectro Direct. Kadar nitrogen
penjemuran sampel semakin berwarna coklat yang diperoleh pada pupuk organik cair dari
kehitaman dan terurai. Penguraian terjadi karena limbah ikan cakalang sebanyak 2,49% untuk
kerja mikroba menjadi molekul-molekul sederhana fermentasi 5 hari dan 3,74% untuk fermentasi 10
seperti protein. Bakasang digolongkan dalam hari. Berdasarkan hasil tersebut, bahwa terjadi
fermentasi spontan karena di dalam pembuatannya peningkatan kadar nitrogen berdasarkan lama
tidak dilakukan penambahan garam dan tidak waktu fermentasinya. Namun, hasil yang diperoleh
menambahkan starter mikroba maupun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
karbohidrat. Purwaningsih dkk. (2013) yang meneliti tentang
perubahan fisiko-kimiawi, mikrobiologis dan
Kadar nitrogen (N) histamin bakasang ikan cakalang selama fermentasi
Berdasarkan studi yang telah dilakukan, dapat dan penyimpanan, dimana waktu fermentasinya
diketahui kadar nitrogen dari pupuk organik cair adalah 0, 2, 4, 6, dan 8 hari dengan wadah yang
dari limbah jeroan ikan cakalang. Tabel 1 tidak tertutup rapat dan diperoleh kadar nitrogen
menunjukkan kadar nitrogen yang diperoleh pada berturut-turut 52,23%; 50,94%; 50,87%; 49,26%
pupuk organik cair dari limbah jeroan ikan dan 48,72%, sehingga terjadi penurunan kadar
cakalang. Penentuan kadar nitrogen pada sampel nitrogen dengan semakin lamanya waktu
pupuk organik cair dari jeroan ikan cakalang fermentasi. Hal ini dimungkinkan karena
dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl. menggunakan wadah yang tidak tertutup rapat,
Prinsip metode Kjeldahl adalah penetapan jumlah sehingga memungkinkan peruraian protein terjadi
protein secara empiris berdasarkan jumlah N di dan nitrogen atau senyawa turunannya menguap
dalam bahan. Setelah bahan dioksidasi, ammonia saat fermentasi.
(hasil konversi senyawa N) bereaksi dengan asam Sementara itu, jika dibandingkan dengan
menjadi ammonium sulfat. Metode Kjeldahl Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 tahun
terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi 2011 tentang persyaratan teknis minimal pada
(penghancuran), distilasi, dan titrasi (Legowo & pupuk organik cair, kadar N rata- rata yang
Nurwantoro, 2004). diperoleh pada pupuk organik cair yang
Analisis nitrogen pada penelitian ini difermentasi selama 5 hari hampir memenuhi
menggunakan tahap destruksi, dimana sampel persyaratan teknis minimal pupuk organik cair dan
sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu untuk pupuk organik cair yang difermentasi selama
Kjeldahl, kemudian ditambahkan 1 tablet kjeldahl 10 hari telah memenuhi persyaratan teknis
dan 25 mL asam sulfat pekat. Fungsi tablet minimal pupuk organik cair dimana dalam
Kjedahl sebagai katalis untuk mempercepat Peraturan Menteri pertanian tersebut dinyatakan
kenaikan titik didih asam sulfat, dimana asam kadar N minimal (3-6)% (Suswono., 2011).
sulfat dapat mempercepat terjadinya oksidasi Adapun fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi
karena merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. tanaman adalah untuk meningkatkan
Analisis nitrogen secara kuantitatif kadar nitrogen pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan
pada penelitian ini menggunakan metode pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan
spektrofotometer. Metode ini harus menggunakan warna yang lebih hijau, kekurangan N
larutan berwarna dan bening agar kadar nitrogen menyebabkan khlorosis (pada daun muda
dapat diketahui sampel yang berupa larutan berwarna kuning), meningkatkan kadar protein
berwarna dan keruh harus didestruksi dahulu agar dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas
didapatkan larutan yang siap untuk dianalisis. tanaman penghasil daun- daunan, dan
Terdapat dua jenis destruksi yaitu destruksi basah meningkatkan berkembangbiaknya mikro-
dan destruksi kering. Pada penenlitian ini destruksi organisme di dalam tanah (Sutejo, 2002).
yang digunakan adalah destruksi basah. Destruksi
basah merupakan proses perombakan oksidatif Kadar posforus (P)
sampel organik menggunakan asam pengoksidasi Kadar phosforus yang diperoleh pada studi
seperti asam nitrat, asam perklorat, asam sulfat, analisis kadar unsur hara pada pupuk organik cair
atau campuran asam- asam tersebut. Kandungan dari limbah jeroan ikan cakalang ditunjukkan pada
ion-ion dalam sampel dapat menganggu proses Tabel 1. Penentuan kadar posforus pada pupuk
analisis metode spektrofotometer, sehingga dapat organik cair dari limbah ikan cakalang dilakukan
mengganggu akurasi dalam pembacaan sampel. dengan menggunakan alat Spectro Direct.
Proses destruksi menghilangkan kandungan ion Pengukuran konsentrasi logam dengan
lain sehingga kesalahan dalam pembacaan saat menggunakan alat Spectro Direct suatu sampel
analisis dapat ditekan seminimal mungkin, karena haruslah larutan yang berwarna, sehingga sampel
pada proses destruksi terjadi perombakan pupuk organik cair dari jeroan ikan cakalang harus
organologam menjadi bentuk anorganik yang siap dikomplekskan dengan reagen (pereaksi). Reagen
dianalisis. Destruksi dikatakan berhasil apabila yang digunakan harus sesuai, sehingga hanya
72
Volume, 7, No. 2, 2018, 70-74 Jurnal Akademika Kimia

bereaksi dengan analit yang akan dianalisis dan tanaman terhadap penyakit, meningkatkan kualitas
juga produk senyawa yang dihasilkan harus stabil biji/ buah, dan memperkuat tubuh tanaman agar
untuk jangka waktu yang lama (Sastrohamidjojo, tidak roboh serta bunga dan buah tidak mudah
2007). gugur (Sutejo, 2002).
Hasil analisis yang diperoleh pada penelitian ini Pembuatan pupuk organik cair dari jeroan ikan
adalah sebanyak P sebesar 1,41% untuk fermentasi cakalang dengan metode pembuatan bakasang
5 hari dan P sebesar 3,02% untuk fermentasi 10 setelah dilakukan analisis kandungan nitrogen dan
hari. Kadar posforus dalam penelitian ini terjadi phosforus sudah memenuhi syarat minimal pupuk
peningkatan dari fermentasi 5 hari ke 10 hari. Jika organik cair namun kandungan kaliumnya belum
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Pertanian memenuhi sehingga untuk masyarakat yang ingin
Nomor 70 tahun 2011 tentang persyaratan teknis membuat pupuk organik cair dari jeroan ikan
minimal pada pupuk organik cair, kadar P rata-rata cakalang dengan metode pembuatan bakasang
pada fermentasi 5 hari hampir memenuhi dapat ditambahan zat atau bahan yang banyak
persyaratan minimal pupuk organik cair, mengandung kalium untuk memenuhi kandungan
sedangkan pada fermentasi 10 hari kadar P rata- kaliumnya.
ratanya telah memenuhi persyaratan minimal
pupuk organik cair dimana dalam Peraturan Kesimpulan
Menteri pertanian tersebut dinyatakan kadar N Pembuatan pupuk dengan metode pembuatan
minimal (3-6)% (Suswono., 2011). Adapun fungsi bakasang dapat dilakukan dan kandungan unsur
dari fosforus bagi tanaman adalah untuk hara NPK pada pupuk organik cair dari jeroan
mempercepat pertumbuhan akar semai, untuk ikan cakalang (katsuwonus pelamis) yang dibuat
mempercepat serta memperkuat pertumbuhan dengan metode bakasang yaitu pada sampel 5 hari
tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada diperoleh N sebesar 2,49%; P sebesar 1,41%; dan
umumnya, dapat mempercepat pembungaan dan K sebesar 1,33%. Pada sampel 10 hari diperoleh N
pemasakan buah, biji atau gabah, dan dapat sebesar 3,74%; P sebesar 3,02%; dan K sebesar
meningkatkan produksi biji-bijian (Sutejo, 2002). 1,48%.
Kandungan mineral pada ikan tergantung pada
spesies, jenis kelamin, siklus biologis, dan bagian Ucapan Terima Kasih
tubuh ikan yang dianalisis. Kandungan mineral Penulis mengucapkan terima kasih kepada
ikan juga tergantung pada faktor ekologis seperti seluruh pihak yang telah membantu penelitian ini,
musim, tempat pengembangan jumlah nutrisi yang khususnya kepada laboran Laboratorium Penelitian
tersedia, suhu dan salinitas air. Mineral utama yang Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
diperlukan adalah kalsium dan posforus. Kalsium Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah atas
dapat dijumpai pada air-air berkesadahan tinggi bantuannya selama penulis melaksanakan
sedangkan posforus dapat dijumpai pada tanaman penelitian.
air. Di dalam ekosistem air terjadi daur posforus.
Fosfat yang terlarut didalam air diserap oleh Referensi
ganggang dan tumbuhan air, sedangkan ikan-ikan Hapsari, N. & Welasi, T. (2013). Pemanfaatan
mendapatkan fosfat melalui rantai makanan (Ye, limbah ikan menjadi pupuk organik. Jurnal
dkk., 2006). Teknik Lingkungan, 2(1), 1-6.
Kadar kalium (K) Indriani, F., Sutrisno, E. & Sumiyati, S. (2013).
Kadar kalium yang diperoleh pada studi analisis Studi penambahan limbah ikan pada proses
kadar unsur hara pada pupuk organik cair dari pembuatan pupuk cair dari urin sapi terhadap
limbah jeroan ikan cakalang ditunjukkan pada kandungan unsur hara makro (CNPK). Jurnal
Tabel 1. Penentuan kadar kalium pada pupuk Teknik Lingkungan, 2(2), 1-6.
organik cair dari jeroan ikan cakalang (katsuwonus Ismayanda, M. H. & Mulana, F. (2014). Studi
pelamis) sama prosedurnya dengan penentuan pembuatan pupuk kalium sulfat dari abu
kadar posforus menggunakan Spectro Direct. Hasil sekam padi dan gipsum alam menggunakan
analisis yang diperoleh pada penelitian ini adalah reakstor tangki berpengaduk. Jurnal Rekayasa
sebanyak K sebesar 1,33% untuk fermentasi 5 hari Kimia dan Lingkungan, 2(10), 77-83.
dan K sebesar 1,48% untuk fermentasi 10 hari. Jigme, Jayamangkala, N., Sutigoolabud, P.,
Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Inthasan, J. & Sakhonwasee, S. (2015). The
Pertanian Nomor 70 tahun 2011 tentang effect of organic fertilizers on growth and yield
persyaratan teknis minimal pada pupuk organik of broccoli (brassica oleracea L. var. italica
cair, kadar K rata-rata pada fermentasi 5 hari dan plenck cv. top green). Journal of Organic
10 hari hampir memenuhi persyaratan minimal Systems, 10(1), 9-14.
pupuk organik cair dimana dalam Peraturan Lawalata, H. J. & Satiman, U. (2015).
Menteri pertanian tersebut dinyatakan kadar K Identification of lactic acid bacteria proteolytic
minimal (3-6)% (Suswono., 2011). Adapun fungsi isolated from an indonesian traditional
dari kalium adalah untuk membantu pembentukan fermented fish sauce bakasang by amplified
protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan ribosomal DNA restriction analysis (ARDRA).
bagian kayu dari tanaman, meningkatkan resistensi

73
Komang Suartini Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari.........................

International Journal of ChemTech Research, Suprihatin. (2011). Proses pembuatan pupuk cair
8(12), 630-636. dari batang pohon pisang. Jurnal Teknik
Legowo, A. M. & Nurwantoro. (2004). Analisis Kimia, 5(2), 429-433.
pangan. Semarang: UNDIP press. Suswono. (2011). Persyaratan teknis minimal pupuk
Mazaya, M., Susatyo, E. B. & Prasetya, A. T. organik padat. Jakarta: Peraturan Menteri
(2013). Pemanfaatan tulang ikan kakap untuk Pertanian Nomor
meningkatkan kadar fosfor pupuk cair limbah 70/Permentan/SR.140/10/2011 Menteri
tempe. Indonesian Journal of Chemical Science, Pertanian.
2(1), 7-11. Sutejo, M. M. (2002). Pupuk dan cara pemupukan.
Purwaningsih, S., Santoso, J. & Garwan, R. Jakarta: PT Rineka Cipta.
(2013). Perubahan fisiko-kimiawi, Waryanti, A., Sudarno & Sutrisno, E. (2013).
mikrobiologis dan histamin bakasangikan Studi pengaruh penambahan sabut kelapa
cakalang selama fermentasi dan penyimpanan. pada pembuatan pupuk cair dari limbah
Jurnal Teknologi dan Industri pangan, 2(24), cucian ikan terhadap kualitas unsur hara
168-177. makro (CNPK). Jurnal Teknik Lingkungan,
Santoso, J., Nurjanah & Irawan, A. (2008). 2(2), 1-7.
Kandungan dan kelarutan mineral pada cumi- Ye, C. X., Liu, Y. J., Tian, L. X., Mai, K. S., Du,
cumi dan udang vannamei (litopenaeus Z. Y., Yang, H. J. & Niu, J. (2006). Effect of
vannamei) Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan dietary calcium and phosphorus on growth,
Perikanan Indonesia, 1(15), 7-12. feed epinephelus coioides. Aquaculture, 255,
Sastrohamidjojo, H. (2007). Spektroskopi. 263-271.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

74

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai