Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, karena berkat dan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Critical Book
Report pada mata kuliah Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi kita .
ii
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................................... i
Kata pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar isi............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
1. Latar belakang....................................................................................................................... 4
2. Tujuan.................................................................................................................................... 4
3. Manfaat.................................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5
1. Identitas buku........................................................................................................................ 5
2. Ringkasan buku utama........................................................................................................7
3. Ringkasan buku kedua.................................................................................................... 812
4. Ringkasan buku ketiga......................................................................................................18
5. Ringkasan buku keempat...................................................................................................22
6. Ringkasan buku kelima.....................................................................................................35
7. Penilaian.............................................................................................................................. 42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Selama ini kita memahami bahwa karya tulis ilmiah didefinisikan sebagai tulisan yang
didasari hasil pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang keilmuan
tertentu. Selain kebenaranisinya harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karya tulis
ilmiah sering kali pula dikatakan harus disajikan melalui penggunaan laras bahasa ilmiah, yakni
jenis bahasa tulis resmi yang baik, benar, dan sarat bertaburan istilah teknis.
Bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah adalah bahasa baku dan menggunakan bahasa keilmuan, y
keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar pada bidang tertentu. Untuk itu,
karya tulis seharusnya ditulis oleh orang yang mendalami bidangnya sehingga karya ilmiah
yang dihasilkan menggali suatu permasalahan secara mendalam. Namun, tidak jarang orang
melakukan beberapa kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah. Untuk itu, kita perlu mempelajari kesalahan umu
2. Tujuan
3. Manfaat
Agar menambah wawasan pembaca mengenai mata kuliah Karya Tulis Ilmiah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Buku 1
B. Identitas Buku 2
ISBN : 92.227
5
C. Identitas Buku 3
ISBN : 979-450-478-5
D. Identitas Buku 4
ISBN : 978-602-217-400-4
E. Identitas Buku 5
Tahun 2010
6
RINGKASAN BUKU I
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah karya ilmiah digunakan untuk sebuah tulisan mendalam sebagai hasil mengkaji
dengan metode ilmiah. Dalam hal ini bukan berarti bahwa tulisan itu selalu berupa hasil
penelitian ilmiah. Sebagai contoh tulisan yang berupa petunjuk teknik atau bahkan cerita
pengalaman nyata mauoun pengalaman biasa.
Ciri-ciri karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan metode ilmiah ialah keobyektifan
pandangan yang dikemukakan, dan kedalaman makna yang disajikan. Keobyektifan dan
kedalama, dua hal yang senantiasa diusahakan agar tulisan dapat dirasakan ilmiah.
Sebuah tulisan dirasakan ilmiah apabila tulisan itu mengandung kebenaran secara
obyektif, karena dudukung oleh informasu yang sudah teruji kebenarannya (dengan data
pengamatan yang tidak subyektif) dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan
analisa yang mampu menukik ke dasar masalah.
Hasil dari suatu penelitian dapat ditulis dalam berbagai bentuk tulisan ilmiah seperti
karya tulis, paper, report, skripsi atau tesis, desertasi dan sebagainya.
Karya tulis ialah karya ilmiah yang disusun siswa sekolah menengah atas (SMA) untuk
melengkapi syarat-syarat mengikuti Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA).
Paper ialah hasil karya ilmiah yang ditulis oleh seseorang sebagai bahan
pertanggungjawaban yang diberikan kepadanya.
Report atau laporan, juga merupakan karyatulis dari hasil suatu tugas atau penelitian, yang
harus diserahkan pada suatu instansi.
Skripsi dan tesis sebenarnya sama, hanya istilah saja yang berbeda.oleh sebab itu
skripsi dianggap sebagai tulisan ilmiah yang merupakan bagian dari syaray-syarat untuk
meraih gelar sarjana mudan, daru suatu perguruan tinggi. Sedangkan tesis
dianggap
7
sebagaintulisan ilmiah yang merupakan bagian daru syarat-syarat ujian untuk mencapai
gelar sarjana lengkap dari suatu perguruan tinggi.
3. Memilih tema
BAB II
MEMPERSIAPKAN PENELITIAN
1. Basic difficulty :
Apakah yang menarik perhatian dan menimbulkan pertanyaan dalam pikiran anda ?
8
2. Rationale and theoretical base :
a. Dapatkah disusunkan suatu konsep kerangka kerja yang dapat memberi pedoman
dalam bekeria?
b. Apakah hubungan-hubungan dan harapan-harapan yang di- inginkan dapat disusun
dalam konsep-konsep logis berdasar-kan pendapat-pendapat yang up to date dalam
area tersebut?
c. Dapatkah disusun kerangka kerja yang memuat pikiran-pikiran, batasan-batasan,
orientasi yang dapat mengarahkan caral berpikir kita ?
3. Statement of the purpose or problem :
a. Sebutkan apa yang direncanakan untuk diteliti!
b. Sebutkan tujuan-tujuan umum yang akan dicapai penelitian kita!
c. Rumuskan batasan masalahnya!
4. Question to be answered :
Pertanyaan-pertanyaan apakah yang akan dijawab dalam penelitian ini bila telah
selesai?
5. Statement of hypotheses or obyektives :
Rumuskan hipotesa-hipotesa khusus yang perlu dikaji atau tuiu- an-tujuan khusus yang
akan dicapai dalam penelitian. Rumusan-rumusan tersebut harus jelas, nyata dan berupa
tingkah laku yang bisa diamati.
BAB III
PENGUMPULAN DATA
A. Penelitian kepustakaan
Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk menyatakan suatu cara mengadakan
penelitian berdasarkan naskah-naskah yang sudah diterbitkan, baik yang berupa buku,
majalah, maupun surat kabar. Kita semua mahfum bahwa penemuan-penemuan yang
di- hasilkan seseorang tidak dapat langsung kita rasakan. Tidak jarand hasil penemuan
para ahli tidak tersentuh dari pengamatan banyak orang. Oleh sebab itu untuk
memahami hasil karya orang lain, perlu dilakukan penelitian-penelitian kembali.
Untuk meneliti karya orang lain, ialan yang paling sederhana dan paling murah
yaitu lewat data tertulis. Penelitian yang demikian disebut penelitian kepustakaan,
karena melalui karya-karya yang berupa tulisan. Di dalam penelitian kepustakaan ada
beberapa syarat yang harus diperhatikan. Di antaranya tulisan yang kita pakai sebagai
9
sumber informasi yang sekaligus sebagai sumber data harus dapat dipercaya. Dalam
arti "siapa" dan "apa" yang ditulis dapat dipercaya kebenarannya, dalam arti obyektif
pandangan-pandangan yang dikemukakan.
Sebagai sumber data, tulisan yang dikemukakan haruslah tidak berat sebelah di
dalam menggarap permasalahan. Kita akan selalu sadar bahwa banyak tulisan yang
baik yang diterbitkan koran mau pun majalah kebenaran dan obyektifitas tulisan
tersebut meragukan. Banyak penulis yang sekedar ingin meluapkan emosinya, sehingga
karyanya pun kurang menguntungkan sebagai sumber informasi. Kita kadang-kadang
sering terkecoh oleh tulisan-tulisan yang dimediacetakkan.
Sebuah karya tulis di samping berdasarkan data hasil penelitian lapangan, juga
harus didukung juga oleh berbagai informasi yang diperoleh lewat kepustakaan. Tujuan
lain dari penilaian berdasarkan penelitian kepustakaan ialah melatih penulis membacal
secara kritis bahan yang diperlukan. Di dalam penelitian kepustakaan ini, orang-orang
yang belum berpengalaman memilih bacaan akan mengakibatkan karyatulis yang
digarap arahnya tidak jelas.
BAB IV
A. Teks
Dalam bab ini akan penulis uraikan tentang susunan naskah kara tulis atau
laporan kerja atau skripsi itu, terutama dari segi tekniknya. Isinya tentu tergantung pada
pokok pilihan (mahasiswal sendiri. Dalam hal ini penulis tidak akan menyinggung-
nyinggung bagaimana meletakkan koma, titik, tanda tanya, serta tanda bacal yang lain.
Hal itu jelas termasuk dalam bidang Ejaan Yang Disempurnakan, dan menjadi tugas
quru bidang studi bahasa Indonesia.
Ketika kita membaca sebuah karya tulis atau karya ilmiah yang lain, kadang-
kadang kita menemukan adanya karangan yang kering. Sekali ada kemungkinan juga
kurang menimbulkan selera pem- baca. Namun ada juga tulisan yang menggunakan
bahasa yang memikat, segar, dan menarik perhatian. Oleh sebab itu di samping
1
memperhatikan segi isi, sebuah karya tulis juga harus memperhatin gaya bahasa (teknik
penyampaian).
Menulis bukan semata-mata sebagai pengungkapan diri, naun juga berarti
komunikasi. Dalam hal ini juga harus diperhitungn juga siapa calon pembaca tulisan
kita. Hendaknya diusahakan agar pembaca tidak salah paham di dalam menangkap
makna kalimat-kalimat yang kita tampilkan. Apabila tulisan kita tidak dipahami
embaca yng kita tuju maka tulisan kita tidaklah mempunyai arti.
Sebuah tulisan yang berbentuk karya tulis atau skripsi pem- acanya terbatas
pada lingkungan tertentu. Namun demikian gaya bahasa vang kita pergunakan memberi
kemungkinan yang menarik agi calon pembaca, Kendatipun bagaimana, sebuah gaya
bahasal ang hidup dan bertenaga jauh lebih memikat daripada tulisan yang kering
dalam hal pengungkapan. Dalam hal ini bukan hanya paying akan kita ungkapkan yang
penting, tetapi juga bagaimana ara mengatakannya. Gaya bahasa ini berkaitan erat
dengan priadi pengarangnya.
1. Permilihan kata-kata
Kata-kata yang akan kita tampilkan dalam sebuah tulisan turut menentukan nilai
sebuah tulisan. Sebuah pikiran yang berharga, ka- nenjelaskannya tidak atau kurang
tepat. Mengenal kata-kata untuk. nenjelaskan sesuatu, hal ini penting bagi seorang
pengarang. Menang kata-kata itu tersusun di dalam kalimat, dan keseluruhan
kalimatlah yang memberikan arti terakhir.
2. Penggunaan alinea
Dalam satu alinea harus hanya ada satu pikiran utama. Pikiran tama tersebut
akan tercermin di dalam kalimat utama. Sedangkan, kalimat-kalimat yang lain dalam
alinea tersebut hanyalah berfungsi sebagai kalimat penjelas atau pengembangan. Itulah
sebabnya sebuah tulisan dipilah-pilahkan ke dalam beberapa alinea, hal ini berguna
untuk memudahkan pembaca di dalam memahami makna tulisan tersebut.
Dalam hal ini yang perlu dlingat sekali lagi, bahwa setiap alinea arus hanya ada
satu pikiran utama. Apabila ada pikiran utama yang lain sebaiknya diturunkan ke dalam
alinea berikutnya. Sedanykan letak kalimat utama tersebut dapat di awal atau di akhir
alinea. Hal ini tergantung pada kebutuhan dan kejelian penulis dil dalam mengolah
tema
tersebut.
1
RINGKASAN BUKU 2
BAGIAN I
Apabila diperhatikan, bagian terbesar dari kegiatan pengembangan rofesi ada pada
kegiatan karya tulis ilmiah dan memiliki angka redit yang cukup besar. Pada sisi lain,
kegiatan karya tulis ilmiah, aik hasil penelitian maupun makalah tanpa penelitian, mem-
unyai peluang yang cukup besar untuk dikerjakan oleh guru. Olch sebab itu, tak berlebihan
apabila dijclaskan secara umum lasar-dasar kegiatan penelitian ilmiah sebagai bahan dan
ataul engetahuan para guru yang berkeinginan membuat karya tulis lmiah. Dikatakan
dasar-dasar mengingat dalam uraian ini tidak diiclaskan secara spesifik dan terurai
bagaimana penelitian ilmiahi tu direncanaan, dilaksanakan, dan dilaporkan sebagaimana
mestinya. Untuk itu dianjurkan agar membaca buku Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
CV. Sinar Baru, Bandung, 1990, dan buku Duntnan Penyusunan Karya IImiah, penerbit
yang sama 1989. Dalam bab ini akan dijelaskan (a) hakikat berpikir ilmiah dan penelitian
ilmiah dan (b) unsur-unsur dasar penelitian ilmiah.
yang sudah mapan dari berbagai bidang keilmuan. Oleh ebab itu, berpikir deduktif
sering dikatakan penarikan kesimpulan.
Untuk apa berpikir deduktif digunakan dalam penelitian ilmiah? Berpikir deduktif
digunakan untuk (a) merumuskan atau i menentukan masaah penelitian dan untuk (b)
meramalkan ke- mungkinan jawaban pemecahan masalah. Dalam penelitian ilmiah,
baik masalah yang dikaji maupun dugaan jawaban masalah, harusi mempunyai nilai
keilmuan. Artinya, berkiblat kepada khazanah pengetahuan ilmiah, setidak-tidaknya
permasalahan tersebut ada lalam konteks pengetahuan ilmiah, Di sinilah pentingnya
berpikir deduktif.
1
Berpikir induktif adalah kebalikaf dari berpikir deduktif. artinya menarik kesimpulan
darpernyataan khusus ke pernyataan mum. Pernyataan khusus tidak lain adalah gejala, fakta,
data, nformasi dari lapangan, bukan teori. Apabila data atau fakta dari erbagai gejala
menunjukkan kesamaan tertentu, dari kesamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan atau
generalisasi. Misalkan kita nelihat ke beberapa sekolah mengenai cara guru mengajar. Di atu
ceramah, Pergi lagi ke sekolah lain, ditemukan hal yang sama. Demikiani seterusnya
ditemukan fakta atau data bahwa guru mengajar dengan metode- ceramah.
Ada beberapa langkah (berpikir ilmiah) dan atau penennuan ilmiah sebagai
berikut:
Berdasarkan langkah penelitian yang telah dijelaskan di atas, ada tiga unsur pokok
dalam penelitian ilmiah. Ketiga unsur tersebut ialah (a) adanya masalah, (b) adanya
kajian teori untuk membuat jawaban sementara terhadap masalah, dan (c) adanya
kegiatan pengumpulan data (metodologi) untuk membuktikan kebenaran jawaban
sementara terhadap permasalahan (Nana Sudjana, Ibrahim, 1989: 9). Adapun unsur
lainnya, seperti pengolahan data, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan, pengajuan
saran, merupakan kegiatan lanjutan dari ketiga unsur pokok tersebut.
1
B. Teknik Menulis Karya Ilmiah
Menulis karya ilmiah berbeda dengan mcmbuat tulisan atau ka- rangan pada umumnya.
Ada kaidah atau aturan-aturan penulisan karya ilmiah. Aturan terscbut menyangkut
tcknis menulis dan no- tasi ilmiah. Dalam uraian ini akan dikemukakan secara umum
kedua aturan terscbut. Dengan penjclasan atau uraian itu diharapkan para guru memiliki
gambaran bagaimana cara menulis karya ilmiah serta dapat mencrapkannya. Untuk
mcmperluas wawasan tata cara atau aturan penulisan yang lebih lengkap, di- anjurkan
agar pembaca membaca dan mcmpclajari buku-buku tentang teknik menulis karya
ilmiah.
1. Teknilk menulls.
Karya ilmiah jenis mana pun ditulis (baca ditik) dua spasi kecuali kutipan yang
panjangnya lebih dari lima baris. Pengctikan diaturl sedemikian rupa agar diperolch
hasil ketikan 4 cm dari pinggir kanan dan atas, dan 3 cm dari pinggir kiri dan bawah
(lihat gambar). Alinea baru ditik menjorok ke dalam sebanyak tujuh pukulan tik. Angka
sepuluh ke bawah harus ditulis dengan hurut kecuali menyatakan satuan seperti cm, kg,
dan ukuran lainnya. Singkatan hanya diperkenankan untuk yang telah lazim seperti sbb,
dst., satuan ukuran seperti kg, m, cm, dan ukuran-ukuran lainnya. Setiap halaman harus
diberi nomor dengan angka biasa (arab). Nomor halaman ditempatkan pada bagian atas
sebelah kanan kecuali halaman untuk bab baru ditempatkan di tengah bagian bawah.
Nomor halaman untuk bagian awal seperti halaman judul.
diperolch, menarik hasl pengolahan data dalam bentuk jawaban pertanyaan, diakhiri
de ngan mcnbuat kcsimpulan dan saran. Untuk itu berikut ini beberapa petunjuk yang
mungkin bisa digunakan agar dapat melak- sanakan penclitian.
Dalam merumuskan masalah para guru hendaknya mengkaji atau mengamati praktek
pendidikan di sekolah masing-masing. Banyak aspek yang bisa digali, yaitu hasil
belajar siswa, motivasi belajar siswa, cara siswa belajar cara guru mcngajar, sistem
penilaian. yang digunakan, sikap guru terhadap mata pelajaran yang diajar- kannya,
kasus-kasus siswa di sekolah, tingkat kesulitan bahani pengajaran bagi siswa, disiplin
1
belajar, suasana belajar, peran buku pelajaran, peran alat peraga, dan banyak lagi aspek
kependidikan lainnya.
Data yang diperlukan guna pemecahan masalah bisa dari berbagai sumber, yakni dari
siswa, dari guru, guru pembimbing, kepala se- kolah, dokumen yang ada di sekolah,
orang tua sis wa, buku pela- aran, raport siswa, dan dari sumber lainnya. Adapun alat
untuk mengumpulkan datanya, atau instrumen, bisa menggunakan angcet, wawancara,
Observasi atau pengamatan, tes hasil belajar, daftar cek, skala sikap, skala penilaian,
sosiometri, studi kasus, studi lokumenter, dan alat-alat lainnya. Tentu saja kita harus
membaca tau mempelajari bagaimana pembuat alat-alat untuk mengum- ulkan data itu.
Untuk itu bacalah buku tentang metode penelitian.
c. Pengolahan data
Untuk mengolah data kita berpaling kepada statistika sederhana perti membuat tabel,
grafik, menghitung persen, menghitung ni- i rata-tata, menghitung simpangan baku,
korelasi, dan uji perbedan dua rata-rata. Bacalah statistika, pelajari rumus-rumusnya.
d. Peneliian bersama
Ada baiknya untuk tahap pertama melakukan kegiatan penelitian. secara bersama-sama
dengan rekan lain. Misalnya dua-tiga orang. guru di satu sckolah. Dengan cara ini
segala kegiatan dirumuskan. bersama-sama. Setelah ada pengalaman, barulah
melakukan kegiatan penelitian sendiri. Memang untuk dapat melakukan kegiatan
penelitian diperlukan pengorbanan sepert pengorbanan waktu. tenaga, dan biaya untuk
membeli kertas serta keperluan lainnya. Bila dilalukan secara bersama-sama,
pembiayaan akan menjadi ringan sebab dipikul bersama.
1
Usahakan secara teratur mempelajari buku-buku penelitian, hasil-hasil penelitian orang
lain, dan diskusi dengan rekan sejawat gar diperoleh wawasan mengenai penelitian.
Banyak buku yang apat dipelajari dan tersedia di toko buku, misalnya buku Peneliian
dan Penilaian Pendidikan, Tuntunan Penyusunan Karya. Jmiah yang diterbitkan oleh
CV. Sinar Baru, Bandung. Adapun untuk menambah wawasan teori tentang
kependidikan baca dan. pelajari buku-buku kependidikan. Hal ini sangat diperlukan
agar dapat membuat kajian teori atau telaah pustaka.
Pada akhimya perlu dikemukakan bahwa kemauan menjadi modal utama untuk
meningkatkan kemampuan. Melakukan kegiatan penelitian, apa pun hasilnya, lebih
baik dan lebih berharga dari- pada tidak melakukan apa-apa.
C. Makalah Ilmiah
Makalah ilmiah adalah kajian atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri (dalam
hal ini di bidang pendidikan, pengajaran, bim- bingan penyuluhan, dan bidang
kependidikan lainnya) yangi disajikan dalam bentuk tulisan. Seperti halnya karya tulis
lainnya, makalah harus mengandung permasalahan yang menuntut peme cahan, adanya
prosedur atau metode pemecahan masalah, adanya hasil pemcahan masalah atau
pembahasan masalah, dan adanya. kesimpulan pembahasan. Aturan penulisan makalah
sama dengan. penulisan karya ilmiah. Berdasarkan prosedur pemecahan masalahnya,
dibedakan dua jenis makalah, yakni makalah deduktif atau makalah yang pemecahan
masalahnya didasarkan atas berpikir rasional dan atau melalui telaahan kepustakaan
dan makalah induktif atau makalah yang pemecahan masalahnya didasarkan atas
berpikir empiris melalui data dan fakta yang diperoleh daril lapangan. Para guru dan
tenaga kependidikan lainya di sekolah| paling berpeluang untuk membuat makalah
induktif mengingat pengalaman dan data yang ada di sekolah dapat digunakan untuk,
1
memecahkan masalah di bidang pendidikan, pengajaran, bimbing- an penyuluhan, dan
masalah lainnya.
1
dalam suatu forum pertemuan khusus. Misalnya setiap akhir semester kepala sekolah,
pimpinan lembaga pendidikan, atau pimpinan organisasi profesi kependidikan
menyelenggarakan pertemuan ilmiah untuk membahas berbagai masalah pendidikan.
Para guru diundang menghadirinya, dan beberapa di antaranya diber tugas membuat
makalah serta menyajikannya dalam pertemuan tersebut. Sudah barang tentu untuk
RINGKASAN BUKU 3
Penelitian ilmiah (scientific research) memiliki tujuan yang terfokus untuk memeahkan
masalah serta mengikuti langkah- langkah vang logis, terorganisasi, dan ketat (rigorous)
untuk. mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisis. data serta menarik
suatu kesimpulan vang valid. Oleh karena itu, penelitian ilmiah bersifat "purposive" dan
"rigorous" (mengikuti prosedur tertentu secara terarah dan ketat)
Jenis-Jenis Penelitian
1
Penelitian Pemasaran (Marketing Research)
Salah satu tujuan penelitian pemasaran adalah untuk me- ngembangkan dan
mengevaluasi konsep dan teori. Penelitian. Dasar (Pure Research) berusaha untuk
memperluas batas-batas . pengetahuan. Hal ini secara tidak langsung menghasilkan
solusi terhadap masalah-masalah pragmatis tertentu. Penelitian dasar. dilakukan untuk
memverifikasi akseptabilitas suatu teori tertentu. atau untuk mempelajari konsep tertentu
lebih mendalam.
Penelitian Terapan (Applied Research) dilakukan apabila suatu keputusan harus segera
dilakukan mengenai masalah-masalah. dalam kenvataan sehari-hari. Meskipun
demikian, prosedur- prosedur serta teknik-teknik vang digunakan oleh penelitian terapan.
maupun penelitian dasar tidak berbeda secara substansial, karena kedua-duanya
Pendahuluan
Penelitian pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu logika atau rasionalitas dan
verifikasi empirik.
masalah, terlebih dahulu harus diketahui apa vang menjadi masalahnya. Perumusan.
masalah penelitian merupakan suatu kalimat tanya (interrogatioel entence) yang bertanya
tentang: hubungan (relationship) apa yang. erjadiantara dua variabel atau lebih? Jawaban
terhadap pertanyaan ersebut itulah yang kita cari melalui penelitian.
Sumber masalah penelitian bisa berasal dari kondisi empirik, misalnya melalui
pengamatan dan wawancara pendahuluan serta. telaah pustaka seperti jurnal, buku teks,
tesis atau disertasi, serta. proceedings (makalah-makalah hasil seminar yang
dipublikasikan). Saat ini jurnal-jurnal ilmiah, tesis, disertasi atau pustaka-pustaka.
lainnya bisa dicari melalui tect-data base dalam bentuk CD-ROM. atau 01-lne databse.
1
Berdasarkan cakupan informasinya dapat. berupa bibibliographical database, abstract
atau full-text serta PDF format.
Berbagai obyek dapat diukur dengan mudah secara fisik. Misalnya berat badan
dan tinggi badan dapat diukur dengan mudah, yaitu dengan timbangan badan dan
meteran pengukur. tinggi badan. Kemudian data mengenai karakteristik demografik.
karyawan dapat pula dengan mudah diukur. Halini dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan sederhana dan langsung.
2
dikatakan sebagai suatu penjelasan tentang kegiatan-kegiatan. yang akan dilakukan
dalam mengukur suatu "concept". Mengo- perasionalkan atau mendefinisi-
operasionalkan suatu "concept" agar dapat diukur dan dilakukan dengan cara melihat
dimensi. perilaku, aspek atau karakteristik yang ditunjukkan oleh suatu "concppt".
Contoh, operasionalisasi "conicept" orientasi pasar. (market orientation). Dalam hal ini
Populasi (Population)
Populasi berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang
menjadi pusat perhatian peneliti untuk diteliti.l Misalnya, jika seorang eksekutif puncak
sebuah bank ingin mengetahui strategi-strategi pemasaran vang dilakukan semua. bank
di lakarta, maka semua bank yang ada di lakarta merupakan. populasi.
Sampel (Sample)
Sampel merupakan suatu bagian (subset) dari populasi. Hal. ini mencakup
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan. demkian, sebagian elemen dari
populasi merupakan sampel.5. Dengan mengambil sampel peneliti ingin menarik
kesimpulan. yang akan digeneralisasi terhadap populasi.
2
Bab 8 Laporan Penelitian
Format Laporan
Penelitian
Format laporan penelitian biasanya disusun berdasarkan tigal bagian, (1) bagian
pembuka (prefator/); (2) bagian isi (body of re- port); dan (3) bagian lampiran (appended
sections) .
Bagian pembuka terdiri dari: halaman judul (title page), halaman pengesahan
(authorization); halaman pernyataan dari si penulis bahwa tulisan tersebut merupakan
tulisan karya sendiri, bukan hasil jiplakan, bahwa semua kutipan dicantumkan dalam.
tulisan tersebut (certification statement); abstrak (abstract); katal pengantar
(ackmowledgemenf); daftar isi (table of contents); daftar tabel (list of tables); daftar
gambar (list of figures).
RINGKASAN BUKU 4
Artikel ilmiah, yakni tulisan khusus yang diolah (di- baca: ditulis kembali) dari
suatu hasil penelitian, dewasal ini adalah keniscayaan yang tak terbantahkan bagi insan
kampus atau kaum akademkus. Pasainva, penemuan s penulis- nya akan tersebar luas
ketika artikel ilmiahnva dipublikasikan melalui jurnal akademik yang bereputasi.
Pertanyaannya, buat apa insan kampus harus repot-repot menulis artikel ilmiah?
Pasalnya, seperti masih terhat, mereka cenderung lebih suka mengajar dan membimbing
2
mahasiswal daripada harus bertekun berjam-jam di depan lavar komputer guna menulis
2
artikel ilmiah. Apalagi, jumlah honorarium meng- ajar atau membimbing mahasiswa
lebih pasti dan langsung bisa. diterima, sementara kecenderungan jurnal akademik
bereputasi dewasa ini justru meminta "kontribusi bagi penulis yang artikel ilmiahnya
telah dimuat. Kecenderungan itu, celakanya, lantas menuai kepahitan bagi dunia
akademik kita. Sejak 1994, misalnya, jurnal Scientific American udah menyebutkan
bahwa kontribusi peneliti lndonesia pada khazanah pengembangan dunia ilmu setiap
tahunnya hanya sekitar 0.12% (Rifai, 2011).
Setiap insan kampus pasti pernah menulis karya tulis ilmiah, entah itu skripsi,
tesis, disertasi atau mungkin laporan penelitian Setiap insan kampus tentu pernah pula
merasakan bagaimana dibimbing oleh pembimbing killer, yang berkesan memaksakan
kehendaknya demi terwujudnya kecendekiaan bimbingannya. Boleh saja diandaikan
bahwa menulis karya tulis ilmiah berkorelasi dengan tingkat kecendekiaan si penulisnya.
Masalahnya, benarkah seorang penulis pasti cendekia? Istilah cendekia (intelek) dan
kecendekiaan (intelektualitas), merujuk pada kemampuan berpikir dan memahami yang
lebih tinggi sehubungan dengan akal budi. Oleh karena itu, pernah ada anggapan bahwa
seorang penulis pasti cendekia, tentulah karena dipicu oleh kenyataan bahwa pekerjaan
menulis memang bertalian dengan sejumlah hal vang bertumpu pada kecerdasan. Itu
sebabnya, tidak sedikit pembimbing yang bersikap killer. Sebagai contoh, cobalah
perhatikan komentar Edward Said profesor sastra di Universitas Columbia, AS, terhadap
pemenang. Nobel 1988 Najib Mahfuz. Dikatakan Said, karya-karya Mahfuz
mengandung makna intelektual dan sastra sehingga mampu mendorong penduduk
pribumi Mesir bersikap kuat, langsung, dan tajam. Karakter-karakter dalam karya
Mahfuz, menurut Said, akan menenggelamkan kita dalam alur naratif yang kental,
membiarkan kita merenanginya dan diperdaya oleh pusaran gelombang karakter-karakter
yang hidup di dalamnya.
sering kali dikatakan "longgar", alias tidak berbobot ilmiah karena hanya bersifat
pengenalan terhadap kulit luar persoalan ilmiah sehingga pembacanya tidak akan
2
memperoleh ketuntasan penggarapan masalah, kehebatan teori, dan keorisinalan
pendekatan yang dipakai (bdk. Rifai, 2012).
Secara lebih khusus, bahkan sebagian orang juga masih menganggap bahwa
gaya menulis ilmiah populer bertentangan dengan pedoman berbahasa baku. Penggunaan
kata-kata "penipuan dan penggelapan" dalam "si Aceng dihukum karena melakukan
penipuan dan penggelapan, contohnya, dikatakan termasuk dalam ategori kata-kata
populer alias tidak ilmiah. Menurut mereka, gar ilmiah kata-kata "penipuan dan
penggelapan" itu harus di diubah menjadi "tindak pidana" (bdk. Finoza, 2004). Akan
tetapi, cermat saya, sebagai istilah teknis di dalam artikel ilmiah justru arus dijelaskan
secara populer agar pembaca bisa memperoleh informasi yang terang-benderang
sehingga komunikasi yang terbangun adalah komunikasi yang emansipatoris. Dari sudut
strategi komunikasi, patut ditegaskan kita memang tidak perlu "bersembunyi" di balik
kata-kata teknis hanya untuk mengesankan diri kita ilmiah. Menjadi benar, pilihan
terhadap gaya menulis ilmiah populer untuk artikel ilmiah adalah pilihan yang cerdas.
Pasalnya, selain membuktikan bahwa bahasa merupakan suatu tata permainan di dalam
kehidupan yang beraneka ragam, sekaligus meneguh- kan bahwa ada banyak cara dalam
menggunakan bahasa untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat ilmiah. Pilihan
terhadap gaya menulis ilmiah populer juga memiliki alasan epistemo- ogisnya,
mengingat selama ini artikel ilmiah masih dianggap sebagai ragam tulis yang"wajb"
membuat pembacanya berkerut dahi, akibat sarat oleh istilah teknis dan jargon keilmuan
yang berat-berat. Alhasil, sebagaimana telah saya singgung, artikel imiah yang ditulis
seperti itu tidak mengesankan komunikasi yang emansipatoris. Apalagi, menurut Rifai
(2011), belakangan ini jurnal akademik internasional yang bereputasi sudah
meningkatkan kualitas dalam rangka memapankan tradisi ilmiah: mereka dengan cara
mewajibkan para penulisnya menulis artikel ilmiah yang berpijak dari hasil penelitian,
dengan catatan artikel ilmiah tersebut harus mudah ditelaah dan dirujuk oleh sesama
imuwan dan pakar berkeahlian sejenis, Dalam penegasan lain, pilihan terhadap gaya
menulis ilmiah populer menyebabkan artikel ilmiah kita menjadi enak dibaca yakni
mudah dipahami karena dinarasikan secara komunikatif, emansipatoris, singkat, jelas,
tepat, mencerahkan, dan objektif. Boleh pula digarisbawahi, asal tetap berbasis pada hasil
penelitian, dan tetap sesuai dengan konteks format kepenulisannya, penggunaan gaya
menulis ilmiah populer untuk artikel ilmiah justru akan lebih memiliki nilai kegunaannya
2
sehubungan dengan sumbangannya bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
bangsa.
Di dalam sejarah ilmu, hal ini tergambar dengan amat jelasnya bahwa pada
awalnya aktivitas ilmiah berkembang dari sekadar hasrat untuk mengerti, menjelaskan,
menguasai, dan memantaatkan alam sebagaimana tercermin dari pemunculan ilmu
kealaman, seperti fisika, biologi, dan kosmologi, kemudian berkembang pada tujuan
untuk memahami, mengatasi, dan memanfaatkan daya-daya kehidupan sebagaimana
muncul dalam ilmu-ilmu kehidupan, seperti kedokteran dan farmasi, hingga pada tujuan
2
humaniora. Menurut Peursen (1990), perkembangan imumenvebabkan manusia kian
memfokuskan hanya pada dirinya sendiri dan berdampak pada kian kompleksnya
penelitian ilmiah sehingga tujuan ilmu pada akhirnya melahirkan pembagian objek
formal imu yang masing-masing menyesuaikan diri dengan objek material yang hendak
diungkapkan melalui ilmu-ilmu tersebut.
Dalam konteks menulis artikel ilmiah, logika ilmiah diwujudkan melalui langkah-
langkah: (1). mengenali masalah: (2) menemukan cara yang dapat dipakai untuk
menangani masalah tersebut (3) mengumpulkan dan menyusun informasi yang
dibutuhkan untuk menangani masalah tersebut, kemudian membongkar apa-apa yang
tersembunyi melalui dialog, argumentasi, atau penafsiran; (4) menyajikannya. dalam
bahasa yang enak dibaca alias komunikatif dan emansipatoris melalui gaya penulisan
ilmiah populer sehingga mudah dipahami karena singkat, jelas, tepat, mencerahkan,
bertanggung jawab: dan (5) menyajikan simpulan.
Mungkin benar jika ada yang mengatakan bahwa tidak semua orang yang
berakal dapat berpikir kritis. Akan tetapi, pada hak katnya logika ilmiah bertalian dengan
akal karena logika ilmiah itu sendiri berada dalam cakupan kerangka berpikir kritis ltu
sebabnya, para filsuf membagi jenis berpikir kritis (dibaca: berpikir ilmiah) ke dalam tiga
jenis penalaran, yang mungkin sudah kita ketahui, yaitu pertama, deduksi, yaitu
penyimpulan khusus berdasarkan data atau premis umum. Penalaran deduktif pada
umumnya diungkapkan melalui pola silogisme (gabungan penalaran) antara premis
(pernyataan) umum dan khusus. Kedua, induksi, yakni penyimpulan umum berdasarkan
data atau premis khusus. Penalaran induktif pada umumnya dibangun melalui pola
analogi, yakni premis-premis khusus yang saling ber- analogi disimpulkan menjadi
2
pernyataan umum tentangnya. Ketika abduks yaitu penyimpulan yang ditarik
berdasarkan fenomena atau hipotesis alias penyimpulan yang ditarik bukan dari hal-hal
yang empiris.
Berkenaan dengan hal ini, para filsuf juga membagi dua jenis penyimpulan,
yaitu: (l) penyimpulan langsung atau konklusi, yakni penyimpulan yang berasal hanya l
dari satu premis; dan (2) penyimpulan tidak langsung alias penyimpulan yang berasal
dari lebih dari satu prernis. Dengan demikian, memang tidak selayaknva kita
membiarkan hidup kita ditelikung oleh suatu "rezim kebenaran" yang mempertahankan
perannya sebagai subjek bahasa alias penentu kebenaran tunggal.
Selama ini kita memahami bahwa karya tulis ilmiah didefinisikan sebagai
tulisan yang didasari hasil pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam
bidang keilmuan tertentu. Selain kebenaranisinya harus dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, karya tulis ilmiah sering kali pula dikatakan harus disajikan melalui
penggunaan laras bahasa ilmiah, yakni jenis bahasa tulis resmi yang baik, benar, dan
sarat
bertaburan istilah teknis. Berdasarkan kedalaman kajian permasalahannya, karya tulis
ilmiah juga kerap dibedakan menjadi beberapa bentuk, yakni: (a) laporan penelitian,
yaitu tulisan yang melaporkan hasil percobaan, peninjauan, atau observasi sementara; (2)
karya tulis akademik, berupa skripsi, tesis, dan disertasi; dan (3) buku teks, yakni buku
ajar atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagail penunjang perkuliahan (Wibowo,
2008; Achmadi, 2011), Berkaitan dengan hal ini, menurut saya kita harus menambahkan
satu.
Lepas dari masalah pendekatan ilmiah tersebut, baik artikel penelitian maupun
artikel ulasan juga sama-sama mencerminkan suatu tata permainan bahasa tersendiri,
yakni tata permainan bahasa artikel ilmiah. Sebagaimana telah disebutkan, suatu tata
permainan bahasa mencerminkan suatu nilai kehidupan yang diyakini masyarakat
penggunanya, yang mewujud pada aturan ciri-ciri tata permainan bahasa tersebut.
Mengingat artikel ilmiah juga harus dipahami sebagai tulisan pendek dan mengingat
pilihan terhadap karya menulis ilmiah populer merupakan pilihan yang tepat, agar artikel
ilmiah kita enak dibaca, alias komunikatif, maka menurut saya tata permainan bahasa
artikel ilmiah dapat disimak melalui aturan dan ciri-cirinya, yakni: (a) emansipatoris; (b)
2
singkat; (c) jelas; (d) tepat; (e) mencerahkan, dan (f) bertanggung jawab. Berikut ini
adalah penjelasannya.
A. Emansipatoris
Semangat kritis dan emansipatoris dalam berkomunikasi dicetuskan pada 1980-an oleh
filsuf kontemporer Jerman jurgen Habermas melalui teori tindak komunikasi, yang
prinsip-prinsipnya dipinjam dari konsep Filsafat Bahasa Biasa, khususnya konsep Austin
tentang tindak tutur (Habermas, 2006; Wibowo, 2011). Menurut Habermas, komunikasi
yang sehat adalah komunikasi yang tiap-tiap partisipannya bebas menentang klaim-
klaim apa pun tanpa takut pada apa pun karena tiap-tiap partisipan pada dasarnya
memilik kesempatan vang sama untuk berbicara dan membuat keputusan yang saling
berbeda (dibaca: emansipatoris). Dalam ucapan lain, kita harus kritis terhadap suatu
paradigma yang seolah-olah beraya atau berkuasa.
B. Singkat
Sebuah artikel ilmiah yang komunikatif dan emansipatoris tidak perlu memuat
ihwal yang tidak berkaitan langsung dengan topik utama tulisan. Tatkala membahas
masalah zat berbahaya yang dikandung narkoba, misalnya, si penulis itu tidak perlu
menjelaskan secara panjang lebar di dalam bagian pendahuluan artikel ilmiahnya perihal
searah narkoba, jaringan penjualan narkoba atau mengisahkan para artis yang gemar
pesta narkoba. Dalam penegasan lain hilangkanlah "bunga-bunga" tulisan yang mungkin
dapat memesona pembaca, namun tidak memberikan intormasi apa-apa. Ungkapkanlah
topik utama kita melalui kalimat atau ungkapan bahasa yang singkat, yang penting
penting saja dan gunakanlah kata kerja yang tepat
C. Jelas
Suatu ungkapan bahasa dikatakan "jelas" jika disusun secara koheren alias
harmonis sehingga maknanya mudah dipahami oleh pembaca. Dalam mengungkapkan
suatu masalah dan pemecahannya, koherensi memang amat dibutuhkan. Secara umum,
koherensi selama ini dipahami sebagai hubungan yang jelas antara unsur-unsur yang
membentuk suatu kalimat dan paragraf. Dalam ungkapan ain, koherensi menekankan
segi struktur (interelast) di antara kata-kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat.
Oleh karena itu, bisa terjadi suatu ungkapan bahasa (kalimat atau alinea) ditengarai telah
mengandung suatu ide pokok yang tunggal, namun koherensinya ternyata kurang baik.
Akan tetapi, dari perspektif Filsafat Bahasa. Biasanya akan segera terlihat bahwa
2
koherensi tidak semata-mata berkaitan dengan segi struktur pembentuk kalimat. Di
dalam tata permainan bahasa artikel ilmiah yang komunikatif, koherensi justru terletak
pada bagaimana kemampuan seorang penulis dalam menyajikan pokok-pokok
pikirannya secara satu kesatuan “utuh" sehingga jelas bagi pembacanya (Wibowo,
2008).
D. Tepat
Suatu pendapat yang tidak didukung oleh fakta atau data yang cukup dan
terpercaya dengan sendirinya akan memunculkan analisis yang tidak tepat dan lebih
bersifat opini. Bahkan, sering kali penulisnya melakukan peloncatan ide atau
menghubungkan ide-ide yang pertaliannya saling berjauhan. Berimplikasi dengan hal di
atas, penulis artikel ilmiah yang komunikatif mesti mampu membatasi masalah
penelitiannya. Hal ini mengindikasikan bahwa si penulis itu adalah ilmuwan yang
mampu berpikir secara tepat. Dalam ungkapan lain, ia adalah ilmuwan yang selain
komunikatif juga emansipatoristis, yakni paham mengenai tujuannya meneliti,
mengetahui siapa saja calon pembacanya, dan mengerti sampai di mana batas-batas yang
diketahuinya.
Ada empat alasan mengapa jurnal akademik harus diterbitkan yaitu: (1) dalam
rangka meregistrasi kegiatan kecendekiaan. (2) dalam kaitan menyertifikasi hasil
kegiatan yang memersyaratan ilmiah; (3) sehubungan dengan pendiseminasian penelitian
kepada masyarakat; dan (4) demi kegiatan per semua temuan hasil kegiatan
2
kecendekiaan
2
ilmuwan Senyampang dengan hal di atas, jurnal akademik yang bereputasi tentu
memiliki gaya selingkungnya sendiri, berupa panduan tentang syarat dan keharusan yang
wajib diturut oleh, (calon) penulisnva. Panduan tersebut pada jurnal cetak tertera di.
halaman tersendiri, namun jurnal cetak yang bereputasi biasanya mencantumkan pula
alamat situs (website) khusus mereka sehingga (calon) penulis artikel ilmiah dapat
mencermati panduan tersebut secara lebih rinci. Hal ini, selain membuktikan bahwa di
dunia akademik banyak sekali gaya selingkung jurnal atau tatal permainan bahasa artikel
ilmiah, juga sekaligus menegaskan. bahwa penulis artikel ilmiah adalah objek bahasa,
bukan lagi subjek bahasa sehingga tidak mungkin lagi baginya untuk ngotot mengatakan
bahwa menulis artikel ilmiah harus seperti pengalamannya menulis ketika sedang studi
lanjut di luar negeri. Tidak ada korelasi positif antara pengalaman studinva itu dan
pedoman selingkung suatu jurnal akademik sebab vang diutama- kan dalam konteks ini
adalah kepiawaiannya menulis. Siapa pun yang menyimak perkembangan publikasi
ilmiah dengan empati tanpa diurapi sikap angkuh, pasti akan memaklunu. bahwa rata-
rata jurnal akademik bereputasi selalu berpijak pad aturan akademik yang universal,
misalnya judul yang ditulis tidak lebih dari 12 kata, tidak menuliskan singkatan pada
judul dan abstrak yang hanya ditulis dalam 200 kata. Aturan akademis yang universal
ini bukanlah berupa panduan tertulis, melainkan lebih berupa kesepakatan etis di
kalangan imuwan internasional
Banyak istilah lain untuk menyebut judul, seperti "nama". "gelar", "panggilan",
"sebutan", "kepala", "kop", "tajuk", "titel". atau "mahkota" sebuah tulisan. Apa pun
sebutan itu, judul haruslah disusun dalam bentuk frasa (bukan kalimat) yang singkat dan
tepat. Dalam konteks artikel ilmiah, judul yang singkat berarti disusun tidak lebih dari
3
dua belas kata. Penyusunannya pun harus melalui model judul-topik (bukan judul-tema)
sehingga membayangkan objek formal sekaligus objek material artikel ilmiah tersebut.
Tujuannya adalah agar pembaca dapat langsung mengetalui ruang lingkup permasalahan
yang dikaji penulisnya. Agar menarik perhatian pembaca, judul artikel ilmiah juga harus
memenuhi syarat provokatif (menimbulkan rasa penasaran) dan "seksi" (menarik) demi
B. Baris Kepemilikan
Baris kepemilikan (bline) adalah keterangan tentang nama penulis artikel ilmiah
yang ditulis tanpa gelar apa pun. Di bawahnya, diterakan alamat surel (e-mail) yang
bersangkutan dengan tujuan agar memudahkannva berkorespondensi dengan pembaca
yang tertarik. Surel yang diterakan biasanya surel lembaga perguruan tinggi tempat si
penulis itu bekerja. Baris kepemilikan diletakkan di bawah judul artikel ilmiah. Menurut
Rifai (2012), baris kepemilikan selain merujuk pada hak kepengarangan si penulisnya,
juga merujuk pada hak kepemilikan artikel ilmiah tersebut. Hal ini berarti, hak
kepengarangan tetap berada di tangan penulisnya, sedangkan hak penerbitan dan hak
penyebarluasannya berada di tangan jurnal akademik yang menerbitkannya. Jika
penelitian dilakukan ketika si penulisnya sedang studi pascasarjana di perguruan tinggi
lain, alamat surel yang dicantumkan adalah alamat surel perguruan tinggi lain tersebut.
Sementara itu, alamat surel lembaga tempat si penulis itu be- kerja cukup ditempatkan
pada catatan kaki dan tidak perlu dibubuhi kata-kata "penulis adalah staf pengajar pada
Fakultas X Universitas
Abstrak adalah miniatur isi artikel ilmiah yang hanya menginformasikan: (1)
latar belakang atau alasan mengapa penelitian dilakukan: (2) metode dan teori yang
digunakan; dan (3) hasil penelitian atau penemuan apa yang diperoleh. Ketiga hal ini
dinarasikan sebanyak dua ratus kata dalam satu paragrat tanpa l dibubuhi rujukan atau
referensi. Secara harfiah, abstrak (abstract) bermakna "ditarik dari" atau proses
pemisahan yang menghasilkan pandangan ringkas. Kata lnggris abstract ini dipungut dari
bahasa Latin, abstracus atau abstrahere yang memang bermakna "ditarik dari". Perlu
dicatat banyak di antara kita yang hingga kini masih menulis istilah abstrak dengan
"abstraksi". Kedua istilah ini tentu berbeda makna karena dalam perspektif Filsafat
Bahasa istilah “abstraksi” bermakna menarik dari atau proses yang ditempuh pikiran
3
untuk sampai pada konsep yang bersitat universal. Dalam ungkapan lain, abstraksi adalah
proses yang memungkinkan ide-ide universal dijadikan milik pikiran atau sesuatu yang
masih dalam pikiran (bdk. Bagus, 2002).
6. Pendahuluan
Analisis adalah proses mengatur urutan data sebagai hasil pengumpulan data ke
dalam terorganisasikan. Dalam ucapan lain, analisis adalah proses mengategorikan data
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menyajikan melalui suatu metode, model,
dan teknik penelitian yang relevan yang sesuai dengan paradigma penelitian si peneliti.
Di dalam artikel ilmiah, analisis diupayakan berwujud uraian atau narasi yang deskriptif
sehubungan dengan rancangan analisis data. Itu sebabnya, analisis di dalam penelitian
kuantitatif pada umumnya berupa uraian argumentatif tentang pengkajian hipotesis
berdasarkan teori-teori yang digunakan. Uraian hasil uji hipotesis ini, karena
menggunakan angka-angka, sering kali dibantu oleh grafik, bagan, atau tabel. Karena
bersifat "bantuan", upayakanlah grafik, bagan, atau tabel di narasikan secara deskriptif.
Janganlah graflk, bagan, atau tabel dibiarkan berdiri sendiri yang akan menimbulkan
kebingungan bagi pembacanya. Sementara itu, analisis di dalam penelitian kualitatif pada
3
umumnya berupa narasi yang argumentatif berkenaan dengan perumusan masalah. Perlu
disinggung bahwa data yang (dianggap) cukup di dalam penelitian kualitatif tidak
ditentukan oleh sedikit banyaknya jumlah yang dikumpulkan tetapi bagaimana
keterpercayaan atau esensi data tersebut dapat dirumuskan ke dalam suatu konstruksi
narasi deksriptif yang sistematis, teoritis, dan logis sebagaimana tercermin dalam
Hasil Pembahasan
Hasil pembahasan di dalam artikel ilmiah adalah bagian paling dicari oleh
pembaca, mengingat di situlah akan tergambar state of the art, frontier of knowledge atau
kecendekiaan si penelitinya. Sudah dielaskan bahwa struktur aktivitas ilmiah terdiri dari,
yaitu bagian substansi (isi) dan bagian prosedural (metode). Kedua bagian ini tentu
dipahami secara sederhana, mengingat aktivitas ilmiah berkelindan dengan proses,
prosedur, dan produk. Jika aktivitas imiah dipandang dari sudut proses, ia merujuk pada
penelitian ilmiah. Bila aktivitas ilmuah diperbincangkan sebagai suatu prosedur ia
mengacu pada metode ilmiah. Sementara itu, andai aktivitas ilmiah dilihat sebagai
produk, ia identik dengan pengetahuan ilmiah. Kendati demikian, aktivitas ilmiah selalu
menampilkan kebenaran imiah. Hasil pembahasan atau penelitian merupakan cerminan
hasil diskusi dan penafsiran si peneliti. Hasil pembahasan memperlihatkan kepiawaian si
peneliti dalam merelevansikan hasil analisis dan pembahasannya dengan kondisi terkini
sehingga hasll pembahasannya juga dapat disebut sebagai " temuan terbaru.
Perelevansian analisis dan pembahasan dengan kondisi terkini sehingga diperoleh hasil
pembahasan dapat pula dilakukan melalui sejumlah metode yang sesuai dan sudah
dikenal secara umum.
8. Simpulan
3
tidak berlaku universal. Dengan demikian tidak dibenarkan simpulan menguraikan atau
menarasikan suatu yang tidak kita teliti.
9. Persantunan
merupakan ekspresi rasa terima kasih penulis artikel ilmiah terhadap pihak-pihak yang
kontribusinya sangat nyata dalam penelitian. Persantunan cukup dinarasikan dalam satu
dua kalimat dan ditulis di bawah subbab simpulan.
Bertalian dengan hal di atas ini, terdapat dua sistem penulisan daftar perujukan,
yakni bibliografi dan referensi. Jika kita menyebut bibliografi berarti kita harus
mencantumkan semua pustaka yang kita baca, baik yang dirujuk dalam teks maupun
tidak. Sementara itu, jika kita menyebut referensi berarti hanya mencantumkan pustaka
yang dirujuk didalam teks. Akan tetapi, jurnal akademik bereputasi di Indonesia rata-rata
menyebut istilah "daftar bacaan”.
Dalam konteks etika penelitian akademik, perujukan merupakan hal yang amat digaris
bawahi karena bertujuan untuk: (1) menunjukkan kesenjangan antara hasil-hasil
penelitian terdahulu dalam bidang yang sedang diteliti; (2) menunjukkan garis depan
perkembangan keilmuan dalam bidang tertentu sebagai hasil akumulasi temuan-temuan
penelitian sebelumnya (state of the art); (3) mengakui adanya penelitian terdahulu yang
serupa yang bisa digunakan sebagai bahan pembanding: (4) mendukung ide dan
argumentasi yang dipaparkan oleh si peneliti; dan (5) menghindari plagiatrisme yang
tidak disengaja. Akan tetapi, dalam konteks penulisan artikel ilmiah, kualitas rujukan
justru tampak apabila artikel ilmiah tersebut memenuhi tiga kriteria, antara lain: (a) jika
rujukan relevan dengan bidang ilmu yang diteliti; (b) jika kemutakhiran rujukan minimal
sepuluh tahun terakhir; dan (c) jika 80%-nya terdiri atas pustaka primer yang jumlahnva
60% dari keseluruhan daftar rujukan (bdk. Saukah, 2010). Oleh karena itu, dapat segera
ditegaskan pula, kualitas artikel ilmiah itu sendiri tidak ditentukan dari banyak-sedikitnya
jumlah pustaka yang dirujuk.
3
RINGKASAN BUKU 5
Berkomunikasi yang dilakukan secara lisan akan terbatas oleh ruang dan waktu. Pada
saat seseorang sedang berkomunikasi secara lisan, maka komunikasi akan berlaku bagi
satu orang yang berada di dalam satu ruangan dan dapat mendengar segala yang di
sampaikan. Berkomunikasi secara lisan dibatasi oleh waktu, ketika pembicaraan selesai
maka selesai pula kegiatan komunikasi itu.
3
wacana tersebut. Artinya, penulis tidak harus menggunakan satu jenis wacana, melainkan
dapat berganti ganti sesuai dengan tujuan penyajian materi tersebut.
B. Narasi
Wacana narasi disebut juga wacana kisahan. Wacana jenis ini menyajikan suatu
peristiwa atau kisah secara kronologi dengan penataan cerita (alur) secara menarik.
Peristiwa atau kisah yang di sajikan dengan wacana narasi dapat meningkatkan
pemahaman pembacaterhadap peristiwa yang di sajikan dalam tulisan.
C Eksposisi
Wacana eksposisi disebut juga wacana bahasan. Wacana jenis ini menyajikan
sesuatu peristiwa atau objek dengan cara menjelaskan, menerangkan, memberitahukan
agar orang lain mengetahuinya. Jenis wacana ini menggunakan bahasan untuk menjawab
pertanyaan askadimba (apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana) sesuatu itu. Pada jenis
wacana ini disajikan fakta-fakta sebagai informasi yang harus diketahui oleh pembaca.
D. Argumentasi
Wacana argumentasi disebut juga wacana alasan. Wacana jenis ini menyajikan
suatu pendapat, gagasan, atau ide tentang sesuatu yang disertai dengan alasan-alasan
untuk memperkuatnya. Wacana jenis argumentasi sering digunakan dalam penulisan
karangan ilmiah. Pada jenis tulisan tersebut, pengarang menyajikan argumen atau
pendapatnya yang disertai dengan alasan, baik berupa rujukan pendapat ahli, teori, atau
fakta dari suatu penelitian. Selain itu, jika argumentasi digunakan dalam suatu karangan
ilmiah maka digunakan pula penyajian dan penataan argumen keilmuan.Penulis dapat
menggunakan jenis wacana ini jika bermaksud menyampaikan pendapatatau idenya
dengan menyertakan alasan yang kuat sehingga pembaca memahami gagasan yang
disajikan.
E. Deskripsi
Wacana deskripsi disebut juga wacana lukisan. Wacana jenis ini menyajikan
suatu peristiwa atau objek hasil penginderaan dengan cara melukiskan, menggambarkan,
atau memerikan sehingga pembaca seperti menyaksikan, mengindra, atau mengalami
sendiri secara langsung. Penulis yang ingin menyampaikan materi secara detail melalui
penggambaran atau pemerian dapat memilih jenis wacana ini.
3
F. Persuasi
Wacana persuasi disebut juga wacana ajakan. Wacana jenis ini menyajikan
sesuatu dengan cara mengajak, memengaruhi, atau menganjurkan agar pembaca berbuat
atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Apabila penulis karangan ilmia
bermaksud mengajak pembaca untuk berbuat atau melakukan sesuatu dapat
menggunakan jenis wacana ini. Dalam karangan ilmiah biasanya digunakan pada bagian
rekomendasi atau saran berdasakan suatu simpulan kajian atau temuan penelitian.
G Kepaduan Paragraf
Saling mendukung antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dala satu
paragraf.harus dibangun oleh kalimat-kalimat yang saling berpaut mendukung satu
gagasan atau pikiran utama.Kepaduan paragraf adalah kepaduan antaparngral dan
intaparagral. Kepaduan antar paragraf dalam perpaduan antapangaf akan brt esaan asan
yarg saling mendilung antaa paragal yang satu dengan paragral yang lair Sementara u
kepaduan taparga alan tetbentuk oleh keutuhanApabila dioemati, suatu wacana dibangun
oleh beberapa paragrat. Wacana yang baik adalah wacana yang dibangun oleh kepaduan
paragraf yang runtut. Keterpaduan antarparagraf dalam suatu wacana merupakan
keniscayaan dalam menyajkan argumen secara efektif Oleh karena itu, paragraf yang satu
dengan yang lain seharusnya disusun secara terpadu dan saling mengait. Selain itu,
paragraf tersebut jugaParagraf yang baik harus koheren dan kohesif. Paragraf yang
koheren adalah paragraf yang disajikan dengan kepaduan antara klimat-kalimat
pembangun paragraf tersebut. Paragraf yang kohesif adalah paragraf yang dibangun oleh
kalimat-kalimat yang memiliki kesatuan utuh dan berhubungan dengan kalimat utama.
H.Kalimat Efektif
Kalimat efektif dalam karangan ilmiah adalah kalimat yang mampu dipahami
pembaca sesuai dengan maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau
salah terpahami oleh pembacanya termasuk kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang
efektif memiliki ciri struktur yang kompak, paralel, hemat, cermat, padu, dan logis.
Marlah kita diskusikan setiap ciri ini pada bagian berikut ini!
Kalimat berstruktur kompak, kalimat paralel, kalimat hemat, kalimat cermat, Kalimat
3
I. Bentuk Pilihan Kata
Pilihan kata disebut juga diksi. Kesalahan dalam menggunakan diksi akan
menghasilkan kalimat tidak efektif. Apabila para penulis merasa ragu dalam memilih
kata secara tepat dalam mengungkapkan suatu maksud, sebaiknya memanfaatkan kamus.
Dalam kamus disajikan makna leksikal kata tersebut berikut pengembangan bentuknya.
Dari kamus dapat diketahui pula bentuk baku dan tidak baku dari suatu kata yang
digunakan.Berikut ini disajikan beberapa pilihan kata dengan bentuk baku dan tidak baku
yang sering dijumpai dalam penulisan karangan ilmiah. Para penulis karangan ilmiah
dapat membandingkannya dan dapat menghindari penggunaan kata yang tidak baku
dalam tulisannya.
kebahasaan pada tataran motfologi ilmiah adalah kata. Dalam tataran sintaksis digunakan
frasa, klausa, dan kalimat. Aspek yang digunakan dalam karangan ilmiah adalah
kejelasan, klausa dan kesesuaian untuk menyampaikan gagasan ilmiah yang digunakan
dalam karangan yang di tuangkan dalam bentuk karangan.
Bahasa tulis dalam karangan ilmiah harus mencerminkan kecendekiaan. Hal ini
ditunjukkan oleh pemakainya dalam menata argumen. Permyataan yang diungkapkan
lewat bahasa disusun secara tepat, saksama, dan abstrak dengan penalaran yang logis.
Badudu (1992: 39) menyatakan bahwa bahasa ilmiah merupakan laras bahasa tersendiri
3
sehingga harus tersusun dengan jelas, teratur, dan tepat makna. Dengan demikian, fungsi
bahasa dalam tulisan imiah diharapkan dapat mengomunikasikan informasi atau pesan
ilmiah dengan menghindari kesalahan penggunaan bahasa. Hal ini berarti bahwa bahasa
tulis imiah mengemban pesan yang diharapkan akan sampai kepada pembacanya cara
lengkap dan mengena pada sasaran yang diharapkan.
D. Pertautan
E. Orisinalitas Karangan
Karangan ilmiah merupakan rangkaian argumen dan penjelas yang bertolak dari
teori maupun empirl.Karanganimiah yang bukan bertolak dari hasil renungan filosofis
merupakan pengembangan dari teori-teo yang telah diungkapkan sebelumnya oleh
penulis lain. Karangan ilmiah merupakan pengembangan pemikiran yang disusun dalam
argumen keilmuan dalam menghubungkan argumen yang satu dengan argumen yang lain
berdasarkan penalaran logis seorang penulis. Kematangan dalam menalar itulah akan
melahirkan pemikiran atau argumen baru yang berbasis pada kajian sebelumnya. Oleh
karena itu, argumen yang dilahirkan dari hasil bermalar akan selalu bertolak dari
pemikiran atau gagasan orang lain.
F. Sikap lImiah
3
(1) sikap ingin tahu;
Karangan imiah yang paling banyak dikenal adalah laporan penelitian, laporan
kajian buku (book report, artikel (ilmiah populer), makalah (kertas kerja dan kajian),
skripsi, tesis, dan disertasi. Dalam perkembangannya jenis-jenis ini semakin bervariasi.
Adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan Bagian pendahuluan, bagian isi bagian
penutup bagian refensial, dan biografi penulis.
Abstrak
4
Untuk abstrak pada karangan ilmia, terdapat bagian yang dinamakan abstrak abstrak
disajikan pada awal karangan ilmiah sebelum bagian kata pengantar.
Kata pengantar
Dalam menuliskan karangan ilmiah kata pengantar termasuk bagian yang sering
disajikan. pada karangan ilmiah berupa artikel atau karangan ilmiah populer biasanya
bagian ini diabaikan karena teknis pembuatan yang berbeda namun dalam karangan
ilmiah jenis lain penggunaan bagian tersebut sering digunakan.
Daftar isi
Daftar isi dalam karangan ilmiah merupakan pemandu bagi pembaca yang fungsinya
sebagai petunjuk isi.
Pendahuluan
posisi suatu masalah dan perlunya kajian atau penelitian dilakukan yang mana fungsinya
untuk mengungkapkan informasi dan deskripsi tentang permasalahan penelitian atau
kajian.
Landasan teori
Landasan teori dalam karangan ilmiah ditempatkan pada bagian kedua setelah
bagian pendahuluan. penggunaan judul bagian ini disesuaikan dengan isi utama yang
disajikan namun biasanya suatu lembaga pendidikan tinggi dianut oleh konvensi yang
sering dilakukan para penulis karangan ilmiah. pada institusi tertentu ada konvensi yang
memperdulikan bagian ini dengan landasan teori namun pada institusi yang lain ada
konvensi dalam berjudul i bagian tersebut dengan konsep teori utama dari serangkaian
teori yang disajikan pada bagian itu.
Metode penelitian
Bagian metode penelitian merupakan bagian yang penting khususnya bagi karangan
ilmiah jenis skripsi tesis dan disertasi atau laporan penelitian.
Pembahasan
Bagian pembahasan dalam karangan ilmiah merupakan bagian yang jumlahnya paling
mendominasi karangan ilmiah.
4
Bagian simpulan dan saran merupakan bagian akhir dari karangan ilmiah. Bagian ini
harus merupakan pernyataan deklaratif sebagai jawaban dari rumusan masalah.
Ada teknik penulisan jenjang, penulisan jenjang adalah nomor untuk sub judul
dalam suatu karangan ilmiah. Penulisan jenjang dalam karangan ilmiah mengikuti suatu
pola yang tetap. pola yang pertama berupa penggabungan antara akar romawi abjad dan
angka arab. Pola kedua menggunakan angka arab dengan penulisan lurus. Pola ketiga
menggunakan angka arab dengan penulisan ditekuk.
F. PENILAIAN
•
KaryaIlmiahadalahkaryatulisyangdibuatuntukmemecahkansuatu
permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya
ilmiah berisikan data, fakta, dan solusi mengenai suatu masalah yang diangkat.
Penulisan karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis.
• Untuk abstrak pada karangan ilmia, terdapat bagian yang dinamakan abstrak
abstrak disajikan pada awal karangan ilmiah sebelum bagian kata pengantar.
• Dalam menuliskan karangan ilmiah kata pengantar termasuk bagian yang sering
disajikan. pada karangan ilmiah berupa artikel atau karangan ilmiah populer
biasanya bagian ini diabaikan karena teknis pembuatan yang berbeda namun
dalam karangan ilmiah jenis lain penggunaan bagian tersebut sering digunakan.
• Daftar isi dalam karangan ilmiah merupakan pemandu bagi pembaca yang
fungsinya sebagai petunjuk isi.
4
fungsinya untuk mengungkapkan informasi dan deskripsi tentang permasalahan
penelitian atau kajian.
• Landasan teori dalam karangan ilmiah ditempatkan pada bagian kedua setelah
bagian pendahuluan. penggunaan judul bagian ini disesuaikan dengan isi utama
yang disajikan namun biasanya suatu lembaga pendidikan tinggi dianut oleh
konvensi yang sering dilakukan para penulis karangan ilmiah. pada institusi
tertentu ada konvensi yang memperdulikan bagian ini dengan landasan teori
namun pada institusi yang lain ada konvensi dalam berjudul i bagian tersebut
dengan konsep teori utama dari serangkaian teori yang disajikan pada bagian itu.
• Bagian simpulan dan saran merupakan bagian akhir dari karangan ilmiah. Bagian
ini harus merupakan pernyataan deklaratif sebagai jawaban dari rumusan
masalah.
4
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalamar penulisan sebuah karya ilmiah kita harus memperhatikan hal-hal yang adadidalamsebuahkaryailmiahsepert
kesimpulan maupun saran, dan daftar pustaka disusun secara sistematis sesuai dengan
aturan penulisan karya ilmiah tersebut.Hasil dari menulis karya ilmiah yang biasa
disebut karya tulis bermanfaat untuk melatih untuk mengembangkan keterampilan
membaca yang efektif, melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai
sumber, meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis,
2. Saran