Anda di halaman 1dari 11

TOPONIMI NAMA-NAMA KAMPUNG DI KOTAGEDE

THE HALMET NAMES IN KOTAGEDE

Arum Jayanti
Indonesia College
arumjayanti007@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini membahas tentang bentuk dan makna nama-nama kampung di Kotagede. Data penelitian ini
berupa nama kampung di Kotagede. Data diperoleh dari Toponim KOTAGEDE Asal Muasal Nama
Tempat dan penelusuran langsung ke daerah penelitian. Metode penyediaan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode simak dan catat, serta dokumentasi. Berdasarkan satuan kebahasaan, nama-
nama kampung di Kotagede berupa kata dan frasa. Kata terbagi menjadi dua, yakni kata tunggal dan
kata kompleks. Kata kompleks diklasifikasikan lagi menjadi kata berimbuhan dan kata majemuk.
Berdasarkan hasil analisis makna, nama-nama kampung di Kotagede terdiri atas (1) Aspek perwujudan:
(a) Rupabumi, (b) Flora, (c) Fauna; (2) Aspek kemasyarakatan: (a) Tokoh, (b) Profesi, (c) Benda yang
Berkaitan dengan profesi penduduk, (d) Kegiatan, (e) Harapan; (3) Aspek kebudayaan: Folklor.

Kata kunci: Toponimi, Sistem Penamaan, Nama Kampung

Abstract
This paper discusses the form and meaning of hamlet names in Kotagede. The research data is in the
form of village names in Kotagede. The data were obtained from KOTAGEDE Toponym of Place Name
Origin and direct search to the research area. The method of providing data used in this study is the
method of observing and taking notes, as well as documentation. Based on linguistic units, the names of
the villages in Kotagede are in the form of words and phrases. Words are divided into two, namely
single words and complex words. Complex words are further classified into affixed words and
compound words. Based on the results of the analysis of meaning, the names of the villages in Kotagede
consist of (1) manifestation aspects: (a) Topographic, (b) Flora, (c) Fauna; (2) Social aspects: (a)
Figure, (b) Profession, (c) Objects related to the profession of the population, (d) Activities, (e) Hope;
(3) Cultural aspects: folklore.

Keywords: Toponymy, Naming System, Hamlet Name

PENDAHULUAN
Kotagede merupakan cikal bakal berdirinya mengalahkan Arya Penangsang. Ki Gede
Kesultanan Mataram Islam. Kesultanan Pemanahan kemudian memberi nama
Mataram Islam dahulu berupa kadipaten di Kotagede dan berkuasa sebagai adipati
bawah Kesultanan Pajang. Pada abad ke- 1570—1584. Sutawijaya menggantikan Ki
17, Kadipaten Mataram berubah menjadi Gede Pemanahan bergelar Panembahan
sebuah negara berdaulat berbentuk Senapati yang kemudian naik takhta
kesultanan di Pulau Jawa yang kemudian menjadi Raja Mataram 1586—1601. Sultan
disebut Kesultanan Mataram. Ketika pertama yang bertakhta adalah
menjadi negara yang berdaulat pada abad Panembahan Senapati, putra dari Ki Ageng
ke-17, Kesultanan Mataram Islam dipimpin Pamanahan dengan Keraton Kotagede yang
Wangsa Mataram. Kotagede sebelumnya menjadi pusat awal pemerintahan.
disebut Bumi Mataram atau Mentaok yang Sebagai kota tua yang menjadi
dihadiahkan oleh Jaka Tingkir kepada Ki bagian dari lahirnya budaya dan raja-raja
Gede Pemanahan yang telah membantu Jawa, Kotagede menyimpan sejarah

35
BATRA, Volume 7, Nomor 1 Agustus 2021

panjang bangunan bersejarah dan nama- Harijatiwidjaja, Saptarini, & Mulyanah,


nama kampungnya. Hal tersebut terbukti 2008; Jayanti, Toponimi Kampung Njeron
dengan banyaknya nama-nama kampung Beteng Keraton Yogyakarta, 2019;
di Kotagede yang merujuk pada keraton Camalia, 2015), Linguistik dan Ekologi
dan tata pemerintahan Kesultanan (Sari, 2018), Linguistik dan Geografi
Mataram Islam, seperti Kampung Bumen (Sahril, Fitra, & Mulia, 2015), Linguistik
/bumen/ (n) yang merupakan abreviasi dan Sejarah (Suprayogi, 2016),
dari Mangkubumen /mangkubumen/ yang Antropologi dan Sejarah (Mulyana,
merupakan nama pangeran; Mustahalan Hardjasaputra, Muhsin, & Skober, 2012;
/mustahal/ ‘Raden Amat Mustahal’ + {- Gunawan, Setiawan, Shahab,
an} menjadi /mustahalan/ ‘tempat tinggal Abdurrahman, & Sunarti, 2010; Juwono,
Raden Amat Mustahal’; Jagalan /jagal/ Priyatmoko, & Widiatmoko, 2018;
(n) ‘tukang menyembelih raja-kaya Sudharmono, Wardoyo, Radjiman,
(kerbau)’ + {-an} menjadi /jagalan/ (n) Priyatmoko, & Warto, 2010; Gupta,
‘tempat tinggal tukang menyembelih raja- Handayani, Harnoko, & Yuliani, 2007;
kaya (kerbau)’; Sayangan /sayang/ (n) Sumintarsih & Adrianto, 2014)
‘tukang membuat barang tembaga’ Penelitian linguistik antropologi
menjadi /sayangan/ (n) ‘tempat tukang atau antropolinguistik mengenai penamaan
membuat barang tembaga’ + {-an}[ tempat di Yogyakarta sudah banyak
Ngerikan /ngerik/ (v) ‘mengerok dengan dilakukan di antaranya (Istiana, 2012;
benda tajam’+ {-an} menjadi /ngerikan/ Prihadi, 2015; Pradana, 2007; Robiansyah,
‘tempat areal mengerik dan menjemur 2017)
batik’; Belehan /beleh/ (v) ‘sembelih’ + {-
an} menjadi /belehan/ ‘tempat tinggal LANDASAN TEORI
yang dulunya tempat untuk menyembelih Nama tempat atau toponim berasal dari
sapi’; Ngecapan /ngecap/ (v) ‘mengecap’ bahasa Yunani topos ‘tempat’ dan onyma
+ {-an} menjadi /ngecapan/ ‘tempat ‘nama’. Bidang ilmu yang mengkaji
tinggal atau daerah untuk mengecap batik. toponim adalah toponimi (Rais dkk,
Penelitian ilmiah mengenai 2008). Selain antroponomatika (nama
penamaan tempat juga dilakukan dengan orang), toponimi termasuk bidang ilmu
perpaduan beberapa bidang ilmu onomastika (Crystal, 2010; Lauder, 2013).
sekaligus, seperti Linguistik dan Toponim merupakan “tanda” yang terjadi
Antropologi (Mardhoniawati, 2016; tidak secara arbitrer (Radding & Western,
Milanguni, 2018; Muhyidin, 2017; 2010).
Maharani & Nugrahani, 2019; Astrea, Nama tempat merupakan suatu
2017; Jayanti, Toponimi Kampung bentuk cerita dan sejarah yang secara
Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta tradisi diturunkan di antaranya melalui
Hadiningrat, 2019; Kulsum, Sutini, folklor. Bentuk cerita tersebut menelusuri

36
Arum Jayanti: Toponimi Nama-Nama Kampung di Kotagede

proses penamaan (naming) berbagai hal, kata dasar lainnya disebut kata tunggal.
seperti jalan, orang, makanan, buah- Nama-nama kampung di Kotagede yang
buahan, tumbuh-tumbuhan, dan tempat berupa kata tunggal, seperti Bendha
(Danandjaja, 2004). /bendha/ (n) ‘pohon sebangsa nangka;
Penamaan (juga toponimi) Artocarpus elasticus’; Soka /soka/ (n)
termasuk ke dalam teori penamaan ‘angsoka (tanaman hias); Pavetta indica’;
(naming theory) yang berkaitan dengan Winong (n) ‘termasuk tumbuhan langka;
acuannya dan bersifat konvensional Tetrameles nudiflora’; Kanthil /kanthil/
(kesepakatan) dan arbitrer (manasuka) ‘cempaka; Michelia champaca’; Tanjung
(Nida, 1975). /tanjung/ (n) ‘pohon yang bunganya
Toponim jelmaan ingatan bersama berwarna putih kekuning-kuningan dan
(collective memory) atas peristiwa alam berbau harum, biasa dipakai untuk hiasan
atau budaya yang terkadang muncul dalam sanggul; Mimusops elengi’. Selain
bentuk legenda atau mitos. penamaan menggunakan nama tumbuh-
tumbuhan, di Kotagede juga ditemukan
METODE PENELITIAN penamaan kampung kata tunggal berkelas
Penelitian ini merupakan penelitian kata verba, yakni Tempel /tempel/ (v)
deskriptif eksploratif dengan nama ‘menempel’. Penamaan tempat di Kotagede
kampung di Kotagede sebagai datanya. juga menggunakan pola permukiman,
Data diperoleh dari Toponim KOTAGEDE seperti Karang /karang/ (n) ‘pekarangan’
Asal penyediaan data yang digunakan dan rupabumi, seperti Gumuk /gumuk/
dalam penelitian ini adalah metode simak ‘gunung kecil’; Ledhok /ledhok/ (n) ‘tanah
dan catat, serta dokumentasi. Muasal yang rendah atau cekung’.
Nama Tempat dan penelusuran langsung a. Kata Kompleks
ke daerah penelitian. Kata kompleks merupakan kata
berimbuhan. Kata kompleks di dalam
PEMBAHASAN penamaan kampung di Kotagede meliputi,
Bentuk Satuan Kebahasaan Nama- 1) kata berimbuhan, 2) kata majemuk, 3)
Nama Kampung di Kotagede pemendekan kata.
Bentuk satuan kebahasaan nama-nama
kampung di Kotagede berupa kata dan Kata Berimbuhan
frasa. Kata dibagi menjadi dua, yakni kata Kata berimbuhan adalah kata dasar
tunggal dan kompleks. yang sudah mendapat imbuhan atau afiksasi
Nama-Nama Kampung Berupa Kata (prefiks, infiks, sufiks, atau konfiks). Nama-
Kata Tunggal nama kampung di Kotagede menggunakan
Bentuk kata yang terdiri atas satu bentuk prefiks {N-}, infiks {-in-}, infiks {-er},
kata dasar dan tidak menerima imbuhan atau sufiks {-an}, konfiks {pa-/-an}, konfiks {ka-

37
BATRA, Volume 7, Nomor 1 Agustus 2021

/-an}, dan konfiks {N-/-an}. beralomorf dengan /-in-/, yakni Tinalan


Prefiks {N-} ditemukan dalam /talang/ (n) + /-in-/ menjadi /tinalang/ lalu
toponimi kampung di Kotagede dengan mengalami proses abreviasi menjadi
morfem dasar dimulai dengan vokal /e,o/, /tinalan/.
yakni Ngelo {N-} + /elo/ (n) ‘ara; pohon Infiks {-er-} ditemukan di
jenis fikus yang banyak getahnya, banyak Kotagede seperti pada data Krintenan
macamnya, ada yang berupa pohon, /krintenan/ (n) {ka-/-an} + /inten/ ‘intan’ (n)
tumbuhan perdu, tumbuhan memanjat’ dan + {-er-} menjadi /krintenan/.
Ngori {N-} + /ori/ (n) ‘nama bambu; Sufiks {-an} melekat pada nama
Bambusa arundinacea’. tokoh dalam penamaan kampung di
Dalam penamaan kampung di Kotagede, seperti Toprayan /tapraya/ (n)
Kotagede, ditemukan infiks {-in} yang ‘Mertoproyo’ + {-an} menjadi ‘kediaman
Mertoproyo’; Jowilagan
/jawilaga/ (n) ‘Demang Jayawilaga’ + {-an} Konfiks {pa-/-an} muncul dalam
menjadi ‘tempat tinggal Demang penamaan kampung di Kotagede. Bentuk
Jayawilaga’; Turnojayan /trunajaya/ (n) alomorf konfiks {pa-/-an} yang muncul
‘Kiai Taruno Ijoyo’ + {-an} menjadi dalam nama-nama kampung di Kotagede,
‘kediaman Kiai Taruno Ijoyo, pengikut setia seperti Patalan /pa-/ + /tal/ ‘tumbuhan
Pangeran Diponegoro yang tinggal dan palem, Borassus fiabellifer’ + /-an/ menjadi
menetap di menetap di tempat itu’; /patalan/ dan Pasegan {pa-/-an} +/sega/
Proyodranan /prayadrana/ (n) ‘nama ‘nasi’ menjadi /pasegan/,
seorang pengusaha kalang’ + {-an} ‘tempat Konfiks {ka-/-an} yang muncul
tinggal Prayadrana, seorang pengusaha dalam penamaan kampung di Kotagede,
kalang’; Jayapranan /jayaprana/ (n) seperti Kranggan {ka-/-an} + /rangga/
‘Pangeran Jayaprana’ + {-an} menjadi ‘nama putra Panembahan Senopati;
‘kediaman Pangeran Jayaprana’; Citran Pangeran Rangga’ menjadi /kranggan/
/citra/ (n) ‘Nyai Pranacitra seorang abdi ‘tempat tinggal Pangeran Rangga’.
dalem yang mengasuh Kanjeng Ratu Niken Penamaan kampung di Kotagede
Pandansari, saudari kandung Sultan Agung’ dengan konfiks {ng-/-an} yang realisasinya
+ {-an} menjadi ‘Kediaman Nyai /ny-/ dan /-an/ terjadi pada data
Pranacitra’; Cokroyudan /cakrayuda/ (n) Nyangkringan {N-/-an} + /cangkring/
‘Tumenggung Cokroyudo nama seorang ‘pohon, tinggi mencapai 30 m, batangnya
pembesar Keraton Mataram’ + {-an} berduri, tumbuh di tanah yang berair,
menjadi ‘kediaman Tumenggung akarnya digunakan sebagai obat penyakit
Cokroyudo’; Purbayan /purbaya/ (n) beri-beri: Erythrina fusca’ menjadi
‘Pangeran Purbaya, putra ketiga /nyangkringan/ ‘tempat tinggal yang
Panembahan Senopati’ + {-an} menjadi dahulunya tumbuh pohon cangkring di
‘kediaman Pangeran Purbaya’. wilayah tersebut’

38
Arum Jayanti: Toponimi Nama-Nama Kampung di Kotagede

proses abreviasi menjadi /darakan/;


Prenggan {pa-/-an} + /rangga/ (n) menjadi
Kata Majemuk /paranggan/ lalu mengalami proses abreviasi
Kata majemuk menurut KBBI V menjadi /prenggan/; Toprayan /mertapraya/
merupakan gabungan morfem dasar yang (n) + {-an} menjadi /mertaprayan/ lalu
seluruhnya berstatus sebagai kata yang mengalami proses abreviasi menjadi
mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan /taprayan/; Jowilagan /jayawilaga/ (n) + {-
semantis yang khusus menurut kaidah an} menjadi /jayawilagan/ lalu mengalami
bahasa yang bersangkutan. Penamaan proses abreviasi menjadi /jawilagan/; Basen
kampung menggunakan kata majemuk /basah/ (n) + {-an} menjadi /Basahan/ lalu
ditemukan di Kotagede, seperti mengalami proses abreviasi menjadi /basen/;
Gedongkuning /gedong/ (n) ‘gedung’ + Citran /pranacitra/ (n) + {-an} menjadi
/kuning/ (adj) ‘kuning’; Tegalgendu /tegal/ /pranacitran/ lalu mengalami proses
(n) ‘tanah yang luas serta rata (yang abreviasi menjadi /citran/; Tinalan /talang/
ditanami palawija dan sebagainya dengan (n) + {-in-} menjadi /tinalan/; Pekaten
tidak mempergunakan sistem irigasi dan /pekathik/ (n) + {-an} menjadi /pekathikan/
bergantung pada hujan); ladang; huma’ + lalu mengalami proses abreviasi menjadi
/gendu/ (adj) ‘ragu-ragu’ ; Jagangrejo /pekaten/.
/jagang/ (n) ‘parit yang dalam (di sekeliling Nama-Nama Kampung Berupa Frasa
benteng dan sebagainya) + /rejo/ (adj) Frasa dalam KBBI V merupakan
‘tenteram; makmur sejahtera’ ; Parengrejo gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
/pareng/ (adj) ‘lega/senang’ + /rejo/ (adj) nonpredikatif (misalnya gunung tinggi
‘tenteram; makmur sejahtera’; disebut frasa karena merupakan konstruksi
Rejowinangun /rejo/ (adj) ‘tenteram; nonpredikatif.
makmur sejahtera’ + /winangun/ (v) Jenis frasa dalam penamaan
‘dibangun’; Rejosari /rejo/ (adj) ‘tenteram; kampung di Kotagede frasa endosentris
makmur sejahtera’ + /sari/ (adj) ‘indah’. atributif—frasa yang terdiri atas unsur inti
Pemendekan Kata dan unsur tambahan—seperti
Penamaan kampung di Kotagede Gedhongkiwa /gedhong/ (n) ‘abdi dalem
yang menggunakan pemendekan kata yang bertanggung jawab mengurusi
terlihat pada contoh data, seperti Kranggan beberapa kelompok abdi dalem’ + /kiwa/
{ka-/-an} + /rangga/ (n) menjadi (n) ‘kiri’; Gedhongtengen /gedhong/ (n)
/karanggan/ mengalami proses abreviasi ‘abdi dalem yang bertanggung jawab
menjadi /kranggan/; Bumen /mangkubumi/ mengurusi beberapa kelompok abdi dalem’
(n) + {-an} menjadi /mangkubumen/ lalu + /tengen/ (n) ‘kanan’; Lor Pasar /lor/ (n)
mengalami proses abreviasi menjadi ‘utara’ + /pasar/ (n) ‘pasar’.
/bumen/; Darakan /mandaraka/ (n) + /-an/ Makna Nama-Nama Kampung di
menjadi /mandarakan/ lalu mengalami Kotagede

39
BATRA, Volume 7, Nomor 1 Agustus 2021

Aspek Perwujudan tempat-tempat pemujaan atau kuburan dan


Aspek perwujudan dalam dianggap sebagai pohon keramat’; Kitren
penamaan kampung di Kotagede /kitren/ (n) ‘pohon buah buahan (di
digolongkan atas rupabumi, flora, dan halaman); benih pohon kelapa atau disebut
fauna. kitri’; Nyangkringan /nyangkringan/ (n)
Rupabumi ‘kata nyangkringan berasal dari cangkring.
Rupabumi dalam KBBI V Pohon, tinggi mencapai 30 meter,
bermakna bagian permukaan bumi yang batangnya berduri, tumbuh di tanah yang
dapat dikenal identitasnya sebagai unsur berair, akarnya digunakan sebagai obat
alam dan unsur buatan manusia, misalnya penyakit beri-beri; cengkering; kane;
sungai, danau, dan gunung. Aspek Erythrina fusca’; Bendha /bendha/ (n)
perwujudan berupa rupabumi ditemukan ‘pohon bendha, benda, tekalong, atau terap
dalam penamaan kampung di Kotagede, adalah sejenis pohon buah yang masih satu
seperti Gelombo /tegalombo/ (n) ‘tanah marga dengan nangka (Artocarpus), nama
yang luas serta rata (yang ditanami ilmiahnya Artocarpus elasticus; Soka
palawija dan sebagainya dengan tidak /soka/ (n) ‘angsoka (tanaman hias);
mempergunakan sistem irigasi dan Pavetta indica; Nyamplungan
bergantung pada hujan); ladang; huma’; /nyamplungan/ (n); Winong /winong/ (n)
Gumuk /gumuk/ (n) ‘bukit pasir di tepi ‘pohon winong atau binong; Tetrameles
laut’; Jembegan /jembegan/ (n) ‘lekuk dan nudiflora, pohon raksasa yang akarnya
kotor’; Ledhok /ledok/ ‘tempat yang dapat menjalar ke mana-mana sehingga
berupa tanah yang cekung’; Alun-alun sering menjadi ancaman bagi bangunan’;
/alun-alun/ ‘tanah lapang yang luas di Kanthil /kanthil/ (n) ‘cempaka; Mischelia
muka keraton atau tempat kediaman resmi champaca’; Tanjung /tanjung/ (n) ‘pohon
bupati, dan sebagainya. yang bunganya berwarna putih kekuning-
Flora kuningan dan berbau harum, biasa dipakai
Penamaan kampung di Kotagede untuk hiasan sanggul; Mimusops elengi;
juga menggunakan nama-nama flora, Pada tahun 1940 tempat tersebut ditanami
seperti Patalan /patalan/ (n) ‘sebutan pohon tanjung sebagai tetenger hari
Patalan berasal dari pohon tal atau pohon Jumeneng Sri Sultan HB IX’; Ngori
lontar. Kata lontar adalah kesalahan ucap /ngori/ (n) ‘nama bambu; Bambusa
ron tal, yaitu helai daun pohon tal arundinacea’; Jagungan /jagungan/ (n)
(Borasus flabellifer) yang dimanfaatkan ‘tempat ditanaminya jagung’.
untuk menulis’; Kleco /kleco/ (n) ‘pohon Fauna
kleco merupakan nama Jawa untuk pohon Selain berupa rupabumi dan flora,
culiket, sejenis pohon anggota suku eboni- aspek perwujudan dalam nama-nama
ebonian atau Ebenaceae. Pohon kleco kampung di Kotagede berupa fauna,
biasanya dibiarkan tumbuh besar di seperti Keboan /keboan/ (n) ‘tempat atau

40
Arum Jayanti: Toponimi Nama-Nama Kampung di Kotagede

habitat atau daerah kerbau’. pernah hidup di zaman Mataram’;


Aspek Kemasyarakatan Jowilagan /jowilagan/ (n) ‘kediaman
Aspek kemasyarakatan dalam Demang Jayawilaga’; Basen /basen/ (n)
penamaan kampung di Kotagede terdiri ‘persembunyian Kiai Basah Prawirodirjo,
atas tokoh, profesi, benda yang berkaitan salah seorang pengikut setia Pangeran
dengan profesi penduduk, kegiatan, dan Diponegoro’; Trunojayan /trunojayan/ (n)
harapan. ‘kediaman Kiai Taruno Ijoyo, pengikut
Tokoh setia Pangeran Diponegoro yang tinggal
Penamaan berdasarkan tokoh dan menetap di tempat itu’; Mustahalan
ditemukan dalam penamaan kampung di /mustahalan/ (n) ‘kediaman Raden Amat
Kotagede. Tokoh yang ditemukan dalam Dalem Mustahal’; Sopingen /sopingen/ (n)
penamaan kampung terdiri atas, (1) nama ‘kediaman Raden Amat Dalem Sopingi’;
putra, putri, cucu atau menantu raja (2) Boharen /boharen/ (n) ; Dolahan /dolahan/
kerabat raja atau kaum bangsawan (3) (n) ‘kediaman seorang tokoh yang
nama abdi dalem, seperti yang terlihat bernama Kiai Amin Abdullah. Masyarakat
pada contoh data Bumen /bumen/ (n) menyebutnya Lurah Dullah, beliau
‘kediaman Pangeran Mangkubumi yang merupakan seorang tokoh masyarakat
masih saudara dengan Panembahan yang cukup disegani; Proyodranan
Senopati’; Dolahan /dolahan/ (n) /proyodranan/ (n) ‘Prayadana merupakan
‘kediaman tokoh yang bernama Kiai Amin pengusaha kalang’; Jayapranan
Abdullah. Masyarakat menyebutnya Lurah /jayapranan/ (n) ; Singosaren /singosaren/
Dullah. Status lurah pada waktu itu (n) ‘kediaman Pangeran Singosari, Putra
merupakan struktur kepangkatan di Ki Ageng Pamanahan dan masih saudara
lingkungan abdi dalem Keraton kandung Panembahan Senopati’;
Yogyakarta’; Sokowaten /sokowaten/ (n) Purbayan /purbayan/ (n) ‘kediaman
‘Kediaman Pangeran Sukowati, putra Pangeran Purbaya, putra ketiga
Panembahan Senopati’; Gedongan Panembahan Senopati’; Citran /citran/ (n)
/gedongan/ (n) ‘kediaman Kiai Gedong, ‘kediaman Nyai Pranacitra, abdi dalem
orang Pajang yang lari dan kemudian yang mengasuh Kanjeng Ratu Niken
memihak dan bermukim di Mataram’; Pandansari, saudari kandung Sultan
Darakan /darakan/ (n) ‘kediaman Patih Agung; Cokroyudan /cokroyudan/ (n)
Mandaraka’; Bodon /bodon/ (n) ‘kediaman ‘kediaman Tumenggung Cokroyudo nama
Panembahan Bodo, putra Adipati Terung seorang pembesar Keraton Mataram’;
II dan cucu raja majapahit Brawijaya V’; Tumengungan /tumengungan/ (n)
Celenan /celenan/ (n) ‘kediaman Kiai ‘kawasan rumah kediaman Tumenggung
Cilen, seorang tokoh yang berpengaruh di Mertoloyo’.
zaman Mataram’; Toprayan /toprayan/ (n) Profesi
‘kediaman Mertoproyo, seseorang yang Selain tokoh, aspek

41
BATRA, Volume 7, Nomor 1 Agustus 2021

kemasyarakatan nama-nama kampung di penamaan kampung di Kotagede berikut.


Kotagede berupa profesi. Profesi dalam Payungan /payungan/ (n) ‘tempat
KBBI V adalah bidang pekerjaan yang kediaman perajin tradisional payung kertas
dilandasi pendidikan keahlian yang dihiasi gambar berbagai bentuk
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) bunga’, Balokan /balokan/ (n) ‘tempat ini
tertentu. Profesi terdiri atas profesi abdi dahulunya pernah dipakai sebagai tempat
dalem (pegawai keraton) dan profesi penyimpanan sementara gelondongan
masyarakat biasa. balok kayu jati’ dan Krintenan /krintenan/
Penamaan kampung berdasarkan (n) ‘Tempat ini dulunya merupakan
profesi juga terlihat pada toponimi hunian para pengusaha industri kerajinan
kampung di Kotagede, seperti Jagalan perhiasan inten atau intan’.
/jagalan/ (n) ‘tempat tinggal abdi dalem Kegiatan
atau orang yang mempunyai profesi Penamaan kampung di Kotagede
khusus sebagai tukang menyembelih juga berkaitan dengan kegiatan atau
hewan’; Kauman /kauman/ (n) ‘tempat aktivitas masyarakatnya. Hal tersebut
tinggal atau kediaman abdi dalem imam terlihat pada Mancasan /mancasan/ (n)
Islam di perkampungan atau perdesaan’; ‘nama tempat dilaksanakannya mancas
Pandean /pandean/ (n) ‘kampung tempat (memotong kepala manusia) hukuman
tinggal abdi dalem pande yang bertugas pidana mati bagi yang bersalah terhadap
sebagai tukang membuat peralatan dari kerajaan’. Penamaan kampung di
bahan besi’; Samakan /samakan/ (n) Kotagede, seperti Ngerikan /ngerikan/ (n)
‘tempat tinggal orang yang berprofesi ‘ tempat yang sering digunakan untuk
menyamak kulit’; Sayangan /sayangan/ (n) mengerik batik’; Belehan /belehan/
‘kampung tempat tinggal abdi dalem ‘tempat yang sering digunakan untuk
sayang, yaitu abdi dalem yang memiliki penyembelihan sapi’; Ngecapan
keahlian dalam pembuatan barang-barang /ngecapan/ (n) ‘Kawasan yang dulunya
dari tembaga’; Pekaten /pekaten/ (n) merupakan tempat para pekerja mengecap
‘tempat tinggal abdi dalem pencari rumput batik’.
untuk makan kuda milik keraton Harapan
mataram’; Kemasan /kemasan/ (n) ‘tempat Penamaan kampung di Kotagede
tinggal warga yang berprofesi sebagai juga erat kaitannya dengan harapan
perajin perhiasan dari emas’. masyarakat yang menempatinya. Hal ini
Benda yang Berkaitan dengan Profesi dapat dilihat, seperti Jagangrejo
Penduduk /jagangrejo/ ‘permukiman tersebut bekas
Penamaan kampung juga berkaitan jagang yang diharapkan menjadi kampung
erat dengan benda-benda yang yang raharja (makmur sejahtera)’.
berhubungan dengan pekerjaan penduduk Aspek Kebudayaan
setempat, seperti yang ditemukan dalam Aspek kebudayaan berupa folklor.

42
Arum Jayanti: Toponimi Nama-Nama Kampung di Kotagede

Folklor dalam KBBI V adalah adat istiadat Prefiks {N-} ditemukan pada tumbuh-
tradisional dan cerita rakyat yang tumbuhan dengan kata dasar berawalan
diwariskan secara turun-temurun, tetapi fonem vokal, seperti Ngelo dan Ngori.
tidak dibukukan. Dalam penamaan Keempat, infiks {-in-} dan {-er-}
kampung di Kotagede terdapat nama yang ditemukan pada kata benda atau nomina,
diambil dari folklor masyarakat setempat. seperti Tinalan dan Krintenan. Penamaan
Penamaan kampung menggunakan folklor kampung di Kotagede yang dilekati sufiks
yang ditemukan di Kotagede, yakni {-an} berupa nomina, seperti nama tokoh
Depokan /depokan/ (n). Menurut Wibowo dan profesi; verba, seperti penamaan
(2011:131), dinamai Depokan karena kampung dari aktivitas pekerjaan abdi
tempat jatuhnya Raden Ronggo ketika dalem atau masyarakat pada Mancasan,
dikibaskan ayahnya, Panembahan Ngerikan, dan Ngecapan. Penamaan
Senopati. Raden Ronggo dikibaskan dan kampung yang belum merujuk pada nama
jatuh terduduk atau deprok di tempat tempat akan diberi afiksasi yang
tersebut sehingga dinamai Depokan. menunjukkan penanda tempat seperti {-
an}, {pa-/-an}, {ka-/-an}, dan {N-/-an},
KESIMPULAN kecuali pada nama tumbuhan dengan suku
Berdasarkan satuan kebahasaan, nama- kata lebih dari satu dan berakhiran
nama kampung di Kotagede berupa kata konsonan. Bentuk satuan kebahasaan kata
dan frasa. Kata terbagi menjadi dua, yakni kompleks lainnya yang ditemukan dalam
kata tunggal dan kata kompleks. Kata penamaan kampung di Kotagede berupa
kompleks diklasifikasikan lagi menjadi kata majemuk, seperti Gedongkuning dan
kata berimbuhan dan kata majemuk. Kata pemendekan kata, seperti Darakan
tunggal dipakai untuk sesuatu yang sudah pemendekan dari Mandarakan, Toprayan
merujuk pada nomina berupa tumbuhan pemendekan dari Mertaprayan dan
berfonem konsonan pada awal kata Pekaten pemendekan dari Pekathikan.
dasarnya, seperti Timoho, Soka, Winong, Selain berupa kata, ditemukan juga bentuk
dan Kanthil (kecuali pada tumbuhan frasa, seperti Gedhong Kiwa, Gedhong
bersuku kata tunggal seperti Tal menjadi Tengen, dan Lor Pasar.
Patalan), sedangkan untuk tumbuhan Berdasarkan hasil analisis makna,
berfonem vokal pada kata dasarnya akan nama-nama kampung di Kotagede terdiri
menjadi kata berimbuhan, seperti Ngelo atas (1) Aspek perwujudan: (a) Rupabumi,
dan Ngori. Nama-nama kampung di (b) Flora, (c) Fauna; (2) Aspek
Kotagede menggunakan kata berimbuhan kemasyarakatan: (a) Tokoh, (b) Profesi,
berupa prefiks {N-}, infiks {-er}, infiks {- (c) Benda yang Berkaitan dengan profesi
um}, sufiks {-an}, konfiks {pa-/-an}, penduduk, (d) Kegiatan, (e) Harapan; (3)
konfiks {ka-/-an}, dan konfiks {N-/-an}. Aspek kebudayaan: Folklor.

43
BATRA, Volume 7, Nomor 1 Agustus 2021

DAFTAR PUSTAKA Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat:


Astrea, K. (2017). Hipotesis Sapir-Whorf dalam https://www.kratonjogja.id/tata-rakiting-
Proses Toponimi Kabupaten Tuban wewangunan
(Kajian Antropologi Linguistik). Bastra, Kulsum, U., Sutini, L., Harijatiwidjaja, N.,
49-56. Saptarini, T., & Mulyanah, A. (2008).
Camalia, M. (2015). Toponimi Kabupaten Nama Tempat di Kota Bandung yang
Lamongan (Kajian Antropologi Berhubungan dengan Air: Tinjauan
Linguistik). Parole, 74-83. Antropolinguistik. Bandung: Balai
Gunawan, R., Setiawan, A., Shahab, A., Bahasa Bandung.
Abdurrahman, & Sunarti, L. (2010). Maharani, T., & Nugrahani, A. (2019).
Toponim Jakarta dan Kepulauan Seribu Toponimi Kewilayahan di Kabupaten
Kearifan Lokal dalam Penamaan Tulungagung. Belajar Bahasa, 223-230.
Geografis. Jakarta: Direktorat Geografi Mardhoniawati, A. (2016). Toponimi Desa-Desa
Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan di Provinsi Lampung Sebuah Kajian
Purbakala Departemen Kebudayaan dan Linguistik Antropologi. Yogyakarta:
Pariwisata. Universitas Gadjah Mada.
Gupta, D., Handayani, T., Harnoko, D., & Milanguni, A. (2018). Toponimi Desa-Desa di
Yuliani, P. (2007). Toponim Kota Malang. Yogyakarta: Universitas
Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Gadjah Mada.
Pariwisata, Seni dan Budaya. Muhyidin, A. (2017). Kearifan Lokal dalam
Istiana. (2012). Bentuk dan Makna Nama-Nama Toponimi di Kabupaten Pandeglang
Kampung di Kecamatan Kotagede. Provinsi Banten: Sebuah Penelitian
Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Antropolinguistik. Jurnal Pendidikan
Universtas Negeri Yogyakarta. Bahasa dan Sastra, 232-240.
Jayanti, A. (2019). Toponimi Kampung Mulyana, A., Hardjasaputra, S., Muhsin, M., &
Kadipaten Pakualaman Ngayogyakarta Skober, T. (2012). Toponim Kota
Hadiningrat. SEMBASA Seminar Bandung Keragaman Ekologi Budaya
Nasional Bahasa dan Sastra Tiga Sejarah dalam Penamaan Ruang Kota.
Kementerian (hal. 61-65). Bandung: Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai
Balai Bahasa Jawa Barat. Budaya, Direktorat Jenderal
Jayanti, A. (2019). Toponimi Kampung Njeron Kebudayaan, Kementerian Pendidikan
Beteng Keraton Yogyakarta. Seminar dan Kebudayaan.
Hasil Kebahasaan (hal. 387-401). Pradana, M. (2007). Toponimi Nama Jalan di
Semarang: Balai Bahasa Jawa Tengah. Kecamatan Keraton Yogyakarta.
Juwono, H., Priyatmoko, H., & Widiatmoko, A. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
(2018). Toponimi Kota Magelang. Prihadi. (2015). Struktur Bahasa Nama
Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Pedusunan (Kampung) di Daerah
Jenderal Kebudayaan Kementerian Istimewa Yogyakarta. LITERA, 307-316.
Pendidikan dan Kebudayaan. Robiansyah, A. (2017). Toponimi Pasar
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. (2019, Tradisional di Kota Yogyakarta.
Desember 31). Karaton Ngayogyakarta Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Hadiningrat. Diambil kembali dari Press.

44
Arum Jayanti: Toponimi Nama-Nama Kampung di Kotagede

Sahril, Fitra, Y., & Mulia, A. (2015). Toponimi


Rupabumi di Kabupaten Langkat.
Medan Makna, 233-243.
Sari, Y. (2018). Aliran Air sebagai Pembentuk
Toponimi Kelurahan/desa di Kota
Banjarmasin dan Kabupaten Banjar:
Kajian Ekolinguistik. Undas, 129-142.
Sudharmono, Wardoyo, W. W., Radjiman,
Priyatmoko, H., & Warto. (2010).
Toponim Surakarta Keragaman Budaya
dalam Penamaan Ruang Kota. Jakarta:
Direktorat Geografi Sejarah Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala
Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Sumintarsih, & Adrianto, A. (2014). Dinamika
Kampung Kota: Prawirotaman dalam
Perspektif Sejarah dan Budaya.
Yogyakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai
dan Budaya.
Suprayogi. (2016). Toponim Desa-Desa di
Kabupaten Pringsewu. Seminar
Nasional Toponimi (hal. 252-265).
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya.

45

Anda mungkin juga menyukai