Anda di halaman 1dari 7

Bagaimana “New Normal” dalam Pendidikan Jasmani di Pesantren Selama Pandemi

Covid-19
Yuni Lirnawati
1
Al-Musyarrofah Islamic Boarding School, Cianjur, West Java, Indonesia

*Corresponding author:

Abstract
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Pesantren yang
awalnya hanya sebagai lembaga pendidikan Islam, dewasa ini telah berkembang dalam segala
aspek terutama dalam bidang pendidikan dimana sekolah saat ini memiliki pendidikan formal
yang mengajarkan ilmu-ilmu umum termasuk pendidikan jasmani. Penelitian ini mengkaji
proses pembelajaran pendidikan jasmani di era “new normal” di pondok pesantren setelah
pandemi covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan temuan
sebagai berikut: (a) Guru laki-laki harus mengajar santri laki-laki dan guru perempuan hanya
mengajar santri perempuan; (b) materi pelajaran yang diberikan di pesantren pada umumnya
sama dengan materi yang diberikan di luar pesantren. Hanya saja pemberian materi
diperbanyak dengan menggunakan permainan agar santri antusias; (c) minat santri terhadap
kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani sangat tinggi setelah pandemi Covid-19 karena
santri merasa pendidikan jasmani merupakan sarana penghilang kebosanan setelah hampir 12
bulan mereka belajar secara virtual. Namun, di era “new normal” ini pembelajaran praktik
dalam pendidikan jasmani menjadi sangat terganggu karena santri diwajibkan untuk tetap
menggunakan masker selama pembelajaran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pembelajaran pendidikan jasmani di pesantren setelah Covid-19 dilakukan secara tatap muka
akan tetapi melakukan aktivitas gerak dengan menerapkan protocol kesehatan yang ketat
seperti bermasker itu bagi mereka menjadi “new normal” dalam pembelajaran Pendidikan
jasmani di pesantren, karena kebebasan untuk menghirup udara selama sebelum pandemi
terjadi, kali ini terbatas dengan adanya penggunaan masker di setiap aktivitas.

Introduction
Pesantren merupakan lembaga pendidikan pertama di Indonesia. Keberadaan
pesantren di Indonesia sudah muncul bahkan sebelum kemerdekaan. Sistem asrama yang
diterapkan di pondok pesantren memungkinkan kegiatan pesantren berlangsung dari bangun
tidur sampai menjelang tidur kembali(Widianto, Kristiyanto, and Liskustyawati 2019).
Perkembangan zaman juga mempengaruhi kemajuan pesantren. Berbagai upaya dilakukan
untuk mengembangkan pesantren baik oleh pengelola maupun oleh pemerintah dari
memasukkan pengetahuan dan keterampilan umum ke pesantren karena bisnis menyediakan
persediaan kepada santri untuk menghadapi dunia luar. Pesantren saat ini memiliki sistem
pendidikan formal yang mengajarkan mata pelajaran umum salah satunya pendidikan jasmani
dan olahraga (Kusuma Wardani Soekardi & Fakhruddin 2017).
Di bulan Desember 2019, virus corona (COVID-19) muncul dari Wuhan, Cina, dan
dalam waktu yang singkat, dinyatakan sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan
Dunia atau WHO (2020. Atas deklarasi ini, seluruh aktivitas belajar baik di sekolah maupun
di pesantren dengan cepat ditutup dengan tujuan membatasi penyebaran virus. Para santri
dipulangkan ke rumah masing – masing dan belajar menggunakan metode virtual. Paling
lambat tanggal 18 Maret 2020, lebih dari 850 juta anak-anak dan remaja dari 30 negara
belajar secara virtual (Posso Pacheco et al. 2020). Penutupan lingkungan pendidikan (sekolah
maupun pesantren) telah mendorong gencarnya penelitian dan praktisi yang mengeksplorasi
dampak pada kondisi fisik santri (Varea & González-Calvo, 2020) dan strategi pedagogis
untuk digunakan saat mengajar di lingkungan virtual (Filiz & Konukman, 2020).
Untungnya, cahaya di ujung terowongan dengan cepat mendekat. Pesantren dan
sekolah di seluruh dunia mulai mengintegrasikan kembali santri ke dalam ruang kelas.
Namun, asimilasi budaya gerak sebelum dan sesudah pandemi menjadi mulai hilang secara
luas setelah Covid-19 ini dihadapi para santri dan juga pendidik di seluruh dunia. Sebab, di
masa lalu 12 bulan (dan terus bertambah), anak-anak dan pendidik lebih banyak melakukan
aktivitas duduk, karena tuntutan lingkungan belajar mandiri saat terjadi pandemi. Upaya
untuk menumbuhkan budaya gerak menjadi peranan penting pendidikan jasmani di
lingkungan pesantren. Beberapa pertanyaan kunci masih belum dapat terjawab tetapi sangat
penting ketika mempertimbangkan masa depan rencana untuk pembelajaran pendidikan
jasmani di era post covid-19 ini. Apakah keterlibatan santri akan sama seperti sebelum dan
sesudah Covid-19? Penyesuaian apa yang harus dilakukan oleh guru pendidikan jasmani
untuk melayani santri yang lebih mandiri dan terbiasa mengarahkan diri sendiri ketika sedang
belajar? Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran
pendidikan jasmani di pesantren setelah Covid-19 yang belum dieksplorasi dan strategi awal
untuk penyesuaian pendidikan jasmani di lingkungan pesantren.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Musyarrofah. Pengambilan data


menggunakan 3 teknik yakni wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan
kepada 5 narasumber yakni satu guru pendidikan jasmani (narasumber 1), tiga santri
(narasumber 2,3,4), ketua Yayasan (narasumber 5). Pertimbangan etis penelitian ini
berdasarkan pada informed consent artinya pemberitahuan pada subjek bahwa mereka terlibat
riset dan peneliti mendapat persetujuan dengan penuh kesadaran dari subjek yang terlibat
riset. Identitas subjek digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini, sehingga
penggunaan nama lain dalam penelitian ini dimungkinkan.

Hasil dan Diskusi Temuan


Gambaran Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Pesantren selama Covid-19
Pesantren yang telah siap melakukan pembelajaran tatap muka kembali pada masa
pandemi Covid-19, tentu saja sangat menyadari kemungkinan risiko terburuk yang akan
dihadapi misalnya santri atau warga pesantren lainnya, seperti guru dan pengasuh pesantren
terkena Covid-19. Namun demikian, pembelajaran tatap muka dan mengundang santri untuk
kembali ke pesantren harus dilakukan oleh pesantren untuk mencapai visi dan misi
pendidikan pesantren. Proses pembelajaran jarak jauh pendidikan jasmani di pesantren Al-
Musyarrofah selama pandemi hanya berlangsung selama 6 (enam) bulan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru pendidikan jasmani mengenai gambaran pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani selama pandemi diperoleh hasil sebagai berikut,

Narasumber 1,
“Awal-awal Covid-19 pembelajaran pendidikan jasmani di pondok pesantren Al-
Musyarrofah saat masa pandemi berbeda-beda ada yang dilakukan secara daring dan
juga ada yang langsung tatap muka sehingga aktivitasnya biasa dilakukan dilapangan.
Namun, pelaksanaan pembelajaran daring ini hanya berlangsung 1 semester,
selanjutnya hingga kini (Oktober 2021) pondok pesantren kembali melakukan
pembelajaran dengan tatap muka”.
Pembelajaran pendidikan jasmani secara daring menurut beberapa pakar telah
menurunkan motivasi santri untuk bergerak (Agmon, Zlotnick, and Finkelstein 2015;
Savagpun 2020; Schembri et al. 2021). Selama pembelajaran daring proporsi santri dalam
menerima materi pendidikan jasmani lebih besar pada ranah teori, sedangkan proporsi pada
praktik yang berkurang membuat santri lebih banyak melakukan aktivitas duduk di depan
layar. Pendapat ini diperkuat dari hasil wawancara kepada murid/santri di pesantren terkait
pembelajaran pendidikan jasmani di pesantren selama pandemi,

Narasumber 2
“Sulit untuk mempraktikkan kegiatan olahraga kalau dengan pembelajaran online.
Selama pandemi belajar pendidikan jasmani lebih banyak teori”.

Narasumber 3
“Pelajaran olahraga itu pelajaran favorit saya. Tapi sejak pandemi untuk dapat
berolahraga bersama teman-teman menjadi terbatas, bosan kalau belajar olahraga
yang diberikan guru hanya tugas dan teori”.
Narasumber 4
“Padahal olahraga itu sangat penting dilakukan selama pandemi untuk menjaga imun
tubuh, pelajaran olahraga secara online itu justru membuat murid jadi kurang
bergerak, karena guru lebih sering memberikan tugas teori”.
Pendidikan jasmani yang merupakan bagian integral dari pendidikan (Kırbaş 2020;
Aguinaldo, 2021; Sukdee and Chankuna, 2021). Yang juga berkontribusi dalam membangun
empat pilar pendidikan yang digagas oleh UNESCO (UNESCO 2021), yakni: (1) learning to
know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk terampil melakukan
sesuatu), (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live
together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama). Pilar learning to know kita temukan
pada proses pembelajaran pendidikan jasmani dimana guru tidak hanya mengajar tetapi juga
berdialog, dan menuntun, serta membimbing santri menguasai pengetahuan dan keterampilan
gerak. Pilar learning to do, dapat dilihat pada apa yang sudah dikaji, dipelajari lalu
dipraktikkan dalam aktualisasi gerak. Pendidikan jasmani juga sangat memperhatikan bakat
dan minat santri yang merupakan praktik dari pilar learning to be melalui pembelajaran
Pendidikan jasmani santri diajarkan menjadi seorang pemimpin dalam sebuah permainan,
menjadi pemain yang jujur dan menjunjung sportifitas. Sementara pilar learning to live
together dapat dilihat pada saat santri melakukan olahraga tim mereka dibiasakan untuk
hidup bersama, saling menghargai perbedaan, dalam konteks hidup bersama itu para santri
dibiasakan mempraktikkan nilai-nilai kejujuran, kepemimpinan, respek terhadap orang lain.
Berdasarkan hasil studi lapangan diperoleh temuan bahwa pembelajaran pendidikan
jasmani di pondok pesantren Al-Musyarrofah selama masa pandemi covid-19 ada yang
dilakukan dengan cara daring bagi guru yang bermukim diluar lingkungan pesantren.
Sedangkan, bagi guru yang bermukim di lingkungan pesantren melalui tatap muka langsung
seperti biasa, namun juga masih memperhatikan protokol kesehatan yang ada yaitu mencuci
tangan sebelum masuk kelas dan menggunakan masker, menjaga jarak saat di lapangan serta
membatasi kapasitas lapangan dengan cara mambagi jumlah santri/santri agar tidak terlalu
berkerumun.

Apa itu “new normal” dalam Pendidikan Jasmani di Pesantren


Perbedaan pendidikan jasmani di lingkungan pesantren dan di luar pesantren yang
paling terlihat adalah seragam yang dikenakan peserta didik. Seragam yang digunakan di
pesantren Al-Musyarrofah adalah celana panjang dan baju lengan panjang untuk semua santri
laki-laki dan perempuan. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan Ketua
Yayasan,
Narasumber 5
“Hal ini wajar karena seragam olahraga santri diharapkan dapat menutupi aurat santri,
khususnya santri perempuan.
Kondisi infrastruktur sekolah membuat guru memilih jenis materi pelajaran yang akan
diajarkan kepada santri. Misalkan materi renang yang diajarkan di kolam renang tidak
diberikan oleh pihak pondok pesantren karena keterbatasan akses kolam yang ada di luar
pesantren. Pemberlakuan ini dilakukan baik sebelum maupun selam terjadinya pandemic. Di
sisi lain tidak ada kolam renang dalam ruangan yang diperuntukkan bagi wanita, mengingat
ajaran Islam yang melarang wanita menampilkan lekuk tubuhnya.
Dalam memberikan materi kepada santri, guru memperbanyak unsur permainan
dalam materi yang disajikan. Hal ini bertujuan untuk menarik partisipasi santri karena guru
menganggap selama di asrama santri merasa jenuh dengan kegiatan sekolah yang
berlangsung dari pagi sampai malam. Dengan penekanan pada unsur bahan ajar dalam
permainan diharapkan santri akan bersemangat dan semakin berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran. Materi yang diajarkan pada umumnya sama dengan materi yang diberikan di
sekolah-sekolah yang berada di luar pondok pesantren. Pada umumnya materi yang diajarkan
di sekolah sama dengan materi yang diajarkan di pesantren. Hanya sedikit materi yang tidak
diajarkan mengingat keterbatasan fasilitas dan ajaran Islam yang tidak mungkin diterapkan di
pondok pesantren.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu yang baru
dalam pembelajaran pendidikan jasmani di pesantren selama Covid-19. Meski mereka sempat
melakukan pembelajaran pendidikan jasmani secara online, namun penutupan pembelajaran
tatap muka langsung selama satu semeter tersebut tidak menjadi problematika yang
signifikan terhadap keterlibatan siswa dalam pendidikan jasmani selama pandemic covid-19.
“New normal” dalam pendidikan jasmani di pesantren hanya pada protocol kesehatan seperti
penggunaan masker selama proses pembelajaran berlangsung, yang memungkinkan santri
merasa terganggu ketika mereka harus melakukan aktivitas praktik olahraga serta pembagian
jumlah santri selama pembelajaran untuk mengurangi kerumunan.

Kesimpulan
Pandemi Covid-19 membuat tatanan baru dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani siswa di pesantren. Di awal merebaknya kasus yang terpapar Covid-19, pesantren
mengalihkan pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring/online. Meski banyak santri
yang mengeluhkan kesulitan mereka dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani
secara daring dan guru yang lebih banyak memberikan tugas. Pesantren Al-Musyarrofah
memutuskan untuk melakukan pembelajaran tatap muka langsung dengan
mempertimbangkan kemungkinan resiko kluster baru Covid-19 dan tetap mematuhi protocol
kesehatan. Pembelajaran pendidikan jasmani di pesantren hingga saat ini masih berlangsung
secara tatap muka sehingga pembelajaran pendidikan jasmani di pesantren selama pandemi
Covid-19 tidak berdampak signifikan terhadap minat siswa dalam olahraga dan tentunya
“new normal” dalam pendidikan jasmani hanya memungkinkan santri untuk terus
menggunakan masker meski mereka sedang berolahraga. Penelitian di masa mendatang dapat
dilakukan dengan meninjau bagaimana santri dalam pembelajaran pendidikan jasmani selama
Covid-19 tetap berprotokol kesehatan yang ketat namun juga perlunya kebebasa sirkulasi
udara akibat penggunaan masker.

Referensi
Agmon, Maayan, Cheryl Zlotnick, and Anat Finkelstein. 2015. “The Relationship between
Mentoring on Healthy Behaviors and Well-Being among Israeli Youth in Boarding
Schools: A Mixed-Methods Study.” BMC Pediatrics 15(1):1–11. doi: 10.1186/s12887-
015-0327-6.

Aguinaldo, Jerrwin C. 2021. “Challenges Encountered by Physical Education Teachers in


Online Learning.” 2021.

Filiz, B., & Konukman, F. (2020). Teaching Strategies for Physical Education during the
COVID-19 Pandemic: Editor: Ferman Konukman. Journal of Physical Education,
Recreation & Dance, 91(9), 48–50.

Kırbaş, Şule. 2020. “The Views of Physical Education and Sports Teaching Instructors on
Education in the COVID-19 Period.” Journal of Education and Learning 9(6):196. doi:
10.5539/jel.v9n6p196.

Kusuma Wardani Soekardi & Fakhruddin. 2017. “Kajian Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan Di Pondok Pesantren Askhabul Kahfi Kota Semarang.” Journal of Physical
Education and Sports 6(1):57–65.

Posso Pacheco, Richar Jacobo, Javier Marcelo Otañez Enríquez, Susana Paz Viteri, Norma
Amabilia Ortiz Bravo, and Luis Fernando Xavier Núñez Sotomayor. 2020. “Por Una
Educación Física Virtual En Tiempos de COVID TT - Para Uma Educação Física
Virtual Em Tempos de COVID TT - In Favor of a Virtual Physical Education in Times
of COVID.” Podium (Pinar Río) 15(3):705–16.

Savagpun, P. 2020. “The New Normal of a Physical Education Classroom Model With the
Covid-19 Revolution.” Journal of Education Naresuan … (September):351–57.

Schembri, Rosaria, Roberto Coppola, Patrizia Tortella, and Mario Lipoma. 2021.
“Reflections That Know of „New Normal‟: The Complex Role of Physical Educators
during the Covid-19 Pandemic.” Journal of Physical Education and Sport 21(1):714–18.
doi: 10.7752/jpes.2021.s1088.

Sukdee, Thitipong, and Dittachai Chankuna. 2021. “Factors Influencing Adjustment in


Physical Education and Sports Learning after the COVID-19 Pandemic among Students
in the Faculty of Education at Thailand National Sports University.” World Journal of
Education 11(2):24. doi: 10.5430/wje.v11n2p24.

UNESCO. 2021. “Making the Case for Inclusive Quality Physical Education Policy
Development: A Policy Brief.” 22.

Varea, V., & González-Calvo, G. (2020). Touchless classes and absent bodies: teaching
physical education in times of Covid-19. Sport, Education and Society. Advance online
publication. https://doi.org/10.1080/1357332 2.2020.1791814

Widianto, Brian Kurniawan, Agus Kristiyanto, and Hanik Liskustyawati. 2019. “The Role of
Islamic Boarding School in Maintaining Physical Fitness of Students (Physical Fitness
Study at Huda Mayak Islamic Boarding School, Ponorogo).” International Journal of
Multicultural and Multireligious Understanding 6(4):66. doi: 10.18415/ijmmu.v6i4.968.

Anda mungkin juga menyukai