Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN
1.1.      Latar  Belakang
Pembiakan secara tak kawin atau aseksual merupakan dasar pembiakan vegetatif, dimana
terlihat kesanggupan tanaman membentuk kembali jaringan – jaringan dan bagian – bagian lain. Pada
sebagian tanaman, pembiakan vegetatif merupakan proses alamiah yang sempurna atau merupakan
suatu proses buatan manusia.
Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan
bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk
menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang tunas
adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang
memiliki akar, batang, daun, sekaligus.
Pembanyakan secara vegetatif ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: stek atau cutting,
okulasi, penyambungan, dan cangkok. Perbanyakan stek tidak memerlukan teknis yang rumit yang
dimana dalam perbanyaka tanaman stek ini mempunyai keunggulan yaitu dapat menghasilkan tanaman
baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat
menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya.
Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman
seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian – bagian tanaman tersebut menghasilkan
tanaman baru. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil
masih jarang, namun pada beberapa tanaman seperti Asparagus dalam kondisi terkontrol dapat
dilakukan
Pemberikan zat pengatur tumbuh (ZPT) pada bahan stek. dapat mendorong pertumbuhan akar.
Dalam pemberian ZPT yang dipergunakan untuk meransang pembentukan akar, perlu memperhatikan
konsentrasi yang digunakan. Sebagai contohnya adalah pada tanaman lada, stek cabang buah memiliki
persentase stek tumbuh yang rendah dan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan stek relatif lebih
lama.
Cara pemberian ZPT pada stek juga sangat beragam, sebagai contohnya yang dilakukan pada
stek melati (Jasminum multiflorum dan Jasminum sambat) yang bahan stek berupa ujung cabang, kita
dapat merendam bahan stek dalam larutan 2000 ppm Asam Indol Butirat (IBA) selama 24 jam, cara ini
mampu meningkatkan tumbuhnya stek, memacu pertumbuhan akar dan tunas tajuk. Selain direndam
ada juga yang dicelupkan selama beberapa detik, umumnya konsentrasi zat pengatur tumbuh yang
dipergunakan lebih tinggi daripada cara rendam
Pada kondisi tertentu zat pengatur tumbuh buatan sangat sulit didapat, sebagai penggantinya
kita dapat menggunakan beberapa hormon tumbuh yang terdapat di dalam kencing sapi. Dari hasil
percobaan yang dilakukan oleh Suparman, Sunaryo dan Sumarko (1990) didapat bahwa sapi dalam 5
detik memiliki daya ransang akar yang sama dengan 2000 ppm IBA pada stek sulur panjat lada. Tetapi
bila dilakukan pada bahan stek yang berasal dari cabang buah, perlakuan tersebut belum cukup untuk
meransang pertumbuhan stek yang baik.

1. 2      Tujuan
Untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan tanaman dengan menggunakan metode stek
yang dilakukan dengan berbagai perlakuan (tanpa ZPT, menggunakan Rhotoon F, menggunakan
Auksin dan Giberelin).

II TINJAUAN  PUSTAKA
2.1              Perbanyakan Tanaman dengan Stek
Perbanyakan dengan stek mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis
pelaksanaan yang rumit. Dimana, perbanyakan tanaman dengan stek ini mempunyai berbagai
keunggulan seperti dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan tanaman
induknya dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara stek lebih cepat berbuah dan berbunga,
dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia
terbatas atau sedikit.
Selain adanya keunggulan, perbanyakan tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik
secara fisiologis maupun morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman secara
stek ini memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan tanamannya rentan yaitu sangant
mudah roboh pada keadaan ikim yang kurang mendukung seperti angin kencang, tanah selalu jenuh,
dsb sehingga perakarannya dangkal, membutuhkan tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak
sehingga membutuhkan biaya yang banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat
keberhasilanya sangat rendah.

2.2              Aspek  Anatomi  dan  Fisiologi  Stek


Beberapa fase dalam proses pembentukan akar adventif antara lain sebagai berikut:
¨      Diferensiasi seluler yang diikuti oleh inisiasi yaitu permulaan pertumbuhan dari sekelompok sel-sel
merismatik, keadaan ini biasanya disebut dengan inisiasi akar.
¨      Diferensiasi dari kelompok sel-sel tersebut menjadi promodia akar (bakal akar) yang dapat dilihat.
¨      Pertumbuhan dan pemunculan akar-akar baru yang meliputi pelebaran dari jaringan batang, dan
pembentukan hubungan vaskular dengan jaringan penghubung yang menghubungkan batang yang
distek dengan jaringan vaskular.
Menurut Winners (1975), akar adventif adalah akar yang muncul kerna adanya perlukaan,
dimana pada stek batang berasala dari sekelompok sel yang berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman
yang kemudian kelompok sel berkembang menjadi sel merismatik.
Pada kebanyakan tanaman, inisiasi akar dan akar adventif terjadi setelah stek dibuat, yang
disebut dengan akar yang diinduksi (induced root) atau akar yang muncul karena adanya perlukaan.
Pembentukan akar adventif dibatasi oleh faktor-faktor inherent (faktor bawaan dari tanaman)
yang tidak ditranslokasikan didalam jaringan tanaman. Namun, pembentukan akar adventif dapat
dikatakan bahwa interaksi antara faktor-faktor yang tidak bergerak (immobile) yang terletak didalam
sel yang berupa enzim-enzim tertentu dan nutrien serta faktor-faktor endogen yang mudah
ditranslokasikan yang saling berinteraksi untuk menciptakan kondisi yang favorable untuk perakaran.
2.3              Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi akar dapat merangsang sintesis
protein dan roduksi RNA (Baraer, 1972). Dalam perkembangbiakan vegetaatif secara stek memiliki
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek pada tanaman  antara lain sebagai berikut:
¨      Faktor endogenus
¨      Faktor hormon
¨      Faktor lingkungan
¨      Faktor dari nutrisi tanaman stok
¨      Faktor dari food reserve
¨      Faktor darikemampuan memobilisasi food reserve
Tanaman induk yang dimaksud dalam melakukan proses penyetekan adalah berupa bahan
tanam yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman. Bahan tanam berasal dari pohon induk yang
sehat dan telah diketahui asal-usulnya, mudah dibiakkan, tahan terhadap hama dan penyakit,
produktivitas tinggi, bercabang kekar, tumbuh normal, serta memiliki perakaran yang kuat dan rimbun.
Tanaman induk dapat berupa tanaman lokal atau tanaman yang diintroduksi yaitu tanaman
unggulan dari dalam negeri (lokal) atau dodatangkan dari luar negeri yang dilakukan oleh para hobiss
yang ingin mendapatkan pohon induk secara cepat. Selain itu, dapat juga dilakukan secara eksplorasi
atau melacak keberbagai tempat yang diduga merupakan sentra atau banyak terdapat tanaman unggul
atau tanaman unik.
Perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan perkembangbiakan vegetatif secara stek dapat
dipengaruhi faktor fisiologi tanaman yang merupakan zat tumbuh tanaman. Seperti Auksin, Giberelin,
Cytokinin, dsb.
Auksin secara spesifik aktivitasnya dapat merangsang perpanjangan sel. Auksin merupakan zat
pengatur tumbuh pertama yang diisolasi dari alam yang dikenal dengan Indole acetic acid (IAA) yang
termasuk IAA adalah 2,4 D, NAA (Naptaline acetic acid) dan precursor IAA adalah asam amino
triptopan.
Auksin dihasilkan pada jaringan meristem yang aktif seperti bud, kuncup, daun muda, dan buah
yang dimobilisasi oleh enzim IAA oksidase disamping enzim peroksidasi dan beberapa enzim oksidase
lainnya. Auksin ditransportasikan secara besipetal dan symplastik melalui floem.
Auksin dalam berbagai aktivitasnya tanaman seperti pertumbuhan batang, pembentukan akar,
membantu untuk menginduksi tunas lateral, pengaktifan sel-sel- kambium dsb. Secara alami, auksin
mempunyai kerja yang sangat kuat dan dapat memacu pembentukan akar adventif.
Zat tumbuh tanaman yang digunakan adalah giberelin yang dimana zat tumbuh tanaman ini
berbeda dengan auksin berdasarkan aktivitas fisiologisnya. GA secara khusus dan sangat spesifik
adalah perpanjangan buku (internode elongation).
Beberapa penelitian tanaman yang cukup GA, apabila kekurangan akan memberikan pengaruh
dwarfisme. GA dalam kondisi yang tidak langsung menyebabkan toksik dan pengaruh penghambat
(inhibitor).
Giberelin mempunyai fungsi regulasi sintesis asam nukleat dan kemungkinan menekan inisiasi
akar melalui interferensi dalam suatu proses. Namun dari beberapa para penelitian berpendapat bahwa
giberelin pada kosentrasi rendah giberelin dapat merangsang inisiasi akar. Giberelin yang terutama
mempunyai fungsi dari seluruh fisiologi adalag perpanjangan sel dan merangsang aktivitas kambium.
III.           METODOLOGI
3. 1.     Waktu  dan Tempat

3.2.      Bahan  dan Alat


3.3.      Cara Kerja
Praktikum mata kuliah pembiakan vegetatif yang telah dilakukan adalah penyetekan pada
beberapa jenis tanaman yang dilakukan secara bertahap dari waktu dan perlakuan yang berbeda yaitu
sebagai berikut:
A.    Pembiakan vegetatif stek tanaman cocor bebek, jahe, tanpa diberikan ZPT
Yang dilaksanakan pada:
Hari/ Tanggal        : Selasa:/ 23 September 2007
Waktu                   : 14.00-16.00 wib
Tempat                  : Lab. Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum pertama ini adalah :
Bahan:
 Stok tanaman (lidah cocor bebek, kunyit,)
 Tanah sekam
Alat :
 Polibag/ aqua gelas
 Gunting stek
 Alat persiapan media tanam

Cara Kerja
mempersiapkan tanaman yang akan distek, dan media tanam yang diisi dengan tanah sekam
sampai penuh. Tanaman yang distek dipotong sesuai dengan tanaman itu sendiri. Sedangkan pada
cocor bebek merupakan tanaman yang ditanam dengan cara pisah anakan jadi dibuang bagian tanaman
yang tidak diperlukan lalu langsung ditanam kemedia tanam serta jahe juga langsung ditanam ke media
tanam karena ditanam secara umbi. Kemudian tanaman yang telah dipotong dan telah ditanam ke
media tanah sekam dirawat dengan dilakukan pemeliharaan seperti penyiramandan kemudian dilihat
pertumbuhan tanaman itu.
B.     Pembiakan vegetatif stek tanaman mawar, euporbia yang diberikan ZPT (Auksin dan
Giberelin)
Yang dilaksanakan pada:
Hari                 : Selasa
Tanggal           : 06 September 2007
Waktu                         : 14.00-16.00 wib
Tempat            : Lab. Bioteknologi Fakultas Pertanian
                          Universitas Jambi
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum pertama ini adalah :
Bahan:
 Stok tanaman (mawar, euporbia)
 ZPT (Auksin dan Giberelin)
 Tanah sekam
Alat:
 Polibag/ aqua gelas
 Kantong plastik
 Gunting stek
 Alat persiapan media tanam

Cara Kerja
Persiapkan tanaman yang akan distek, dan siapkan 4 buah media tanam yang diisi dengan tanah
sekam sampai penuh. Tanaman yang distek dipotong sesuai dengan tanaman itu sendiri. Kemudian
direndam kedalam ZPT yaitu 2 tanaman diberikan auksin dan 2 lagi tanaman diberikan giberelin yang
perendamannya dilakukan selama 5 menit, setelah 5 menit tanaman tersebut di tanam kedalam media
yang telah disediakan kemudian disungkup dengan plastik dan ditempatkan ditempat yang sejuk dan
dilakukan pemeliharaan dengan dilakukan penyiraman dan dilihat pertumbuhan tanaman tersebut.

C.    pembiakan vegetatif stek tanaman melati, asoka, dan mawar yang diberikan ZPT (Rhotoon F).
Yang dilaksanakan pada :
Hari                 : Selasa
Tanggal           : 30 September 2007
Waktu             : 14.00-16.00 wib
Tempat            : Lab. Bioteknologi Fakultas Pertanian
                          Universitas Jambi

Bahan dan alat yang diperlukan dalam praktikum yang kedua ini adalah :
Bahan:
 Stok tanaman (melati, asoka, mawar)
 ZPT (Rhotoon F)
 Tanah sekam
Alat:
 Polibag/ aqua gelas
 Gunting stek
 Kantong plastik
 Alat persiapan media tanam

Cara Kerja
Persiapkan tanaman yang akan distek, dan siapkan 4 buah media tanam yang diisi dengan tanah
sekam sampai penuh dan media tanaman 2 buah dilubangi. Tanaman yang distek dipotong sesuai
dengan tanaman itu sendiri. Pada tanaman melati, mawar unjung tanaman dipotong miring, sedangkan
pada tanaman asoka menggunakan stek pucuk, setelah tanaman dipoong sesuai yang diinginkan
kemudian tanaman tersebut diberikan ZPT (Rhotoon F) lalu lansung ditanam kemedia tanah sekan
yang telah disiapkan dan dari 4 buah media yang disiapkan hanya 2 buah media yang diberikan
tanamannya dengan ZPT (Rhotoon F) dan 2 lagi tidak diberikan Rhotoon F. Setelah itu, tanaman diberi
sukup plastik. Kemudian dilakukan pemeliharaan seperti dilakukan penyiraman dan dilihat
pertumbuhan tanaman itu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembiakan vegetatif stek tanaman cocor bebek, jahe, tanpa diberikan ZPT
Hasil
Dalam pertumbuhan tanaman stek pada tanaman cocor bebek, jahe, adalah sebagai berikut :
Tanaman cocor bebek : mati (tidak tumbuh)
Tanaman jahe              : hidup (tumbuh)

Pembahasan
perbanyakan tanaman yang lebih mudah dilakukan pada pembiakan vegetatif adalah dengan
melakukan penyetekkan yaitu memotong bagian tanaman induk untuk dapat menghasilkan tanaman
yang baru tetapi dalam stek tanaman yang dihasilkan sifatnya sama dengan tanaman induknya.
Tujuan dari pemotomngan miring tersebut adalah Karena agar dapat mempercepat
pembentukan kalus yang dapat menutup luka setelah itu tanaman dapat membentuk akar yang dapt
menyerap unsur hara yang ada didalam tanah.
Tanaman yang telah disetek tidak ada yang mati, ini dikarenakan lingkunagan yang cocok untuk
menunjang tanaman tersebut hidup dengan menjaga suhu, kelembaban serta kebutuhan air bagi
tanaman ( dimasukan dalam wadah yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk menyimpan tanaman
khususnya penyetekan)
B. Pembiakan vegetatif stek tanaman melati dan asoka yang diberikan ZPT (auksin dan giberelin)
Hasil
Dalam pertumbuhan tanaman stek pada tanaman melati dan asoka adalah sebagai berikut :
Tanaman euporbia       : hidup (tumbuh)
Tanaman mawar          : hidup (tumbuh)

Pembahasan
Pembiakan vegetatif dalam perbanyakan tanaman yang lebih mudah dilakukan adalah dengan
melakukan penyetekkan yang memotong bagian tanaman induk uantuk dapat menghasilkan tanaman
yang baru tetapi dalam stek tanaman yang dihasilkan sifatnya sama dengan tanaman induknya.
Pengaruh pemberian ZPT (auksin dan giberelin) dalam pertumbuhan tanaman mawar dan
euporbia yang diberikan dapat merangsang pertumbuhan tanaman yang membantu induksi tunas lateral
dan mengaktifkan sel-sel kambium sehingga tanaman yang distek dapat tumbuh dengan baik.

C. Pembiakan vegetatif stek tanaman melati dan asoka yang diberikan ZPT (Rhotone F)
Hasil
Dalam pertumbuhan tanaman stek pada tanaman melati, asoka, mawar adalah sebagai berikut :
Tanaman asoka            : hidup (tumbuh)
Tanaman melati           : hidup (tumbuh)
Tanaman mawar          : mati (tidak tumbuh)

Pembahasan
Pembiakan vegetatif dalam perbanyakan tanaman yang lebih mudah dilakukan adalah dengan
melakukan penyetekkan yang memotong bagian tanaman induk uantuk dapat menghasilkan tanaman
yang baru tetapi dalam stek tanaman yang dihasilkan sifatnya sama dengan tanaman induknya.
Pengaruh pemberian ZPT (Rhotoon F) dalam pertumbuhan tanaman melati dan asoka yang
diberikan dapat merangsang pertumbuhan tanaman yang membantu induksi tunas lateral dan
mengaktifkan sel-sel kambium sehingga tanaman yang distek dapat tumbuh dengan baik. Tetapi pada
tanaman mawar pertumbuhannya tidak baik  atau tanaman mawar ini tidak dapat tumbuh dengan baik
yang diduga dikarenakan kelebihan air atau banyak mengandung air dan kurang perawatan sehinnga
tanaman ini menjadi mati dan membusuk.

V. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah lakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Pebanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan metode stek (memanfaatkan
bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar) untuk
menghasilkan tanaman yang baru yang sifatnya sama dengan tanaman induknya didalam
pelaksanaannya tidak memerlukan teknis yang khusus karena pada umumnya stek ini mudah
dilakukan dan.
2. Pemberian ZPT (zat pengatur tumbuh) dalam pertumbuhan tanaman stek yaitu dapat membantu
pembentukan kalus dan terjadi pembentukan akar.

Keberhasilan dalam Stek Tanaman


Posted on January 3rd, 2011 in Budidaya Tanaman | 1 Comment »
Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan yang metode yang digunakan secara luas. Pada dasarnya
perbanyakan tanaman terbagi dalam dua tipe yaitu perbanyakan vegetatif dan perbanyakan generatif.
Perbanyakan stek termasuk dalam perbanyakan tanamn secara vegetatif melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel tanaman. Penggolongan stek menurut bagian tanaman terdiri dari stek akar, stek batang
dan stek daun.
Kemampuan suatu stek batang untuk berakar telah terbukti karena faktor-faktor dalam yang ada dalam
sel-sel batang dan zat-zat yang diproduksi daun dan tunas yang tertranslokasi seperti: auksin,
karbohidrat, senyawa nitrogen, vitamin dan berbagai senyawa lain. Faktor-faktor luar seperti cahaya,
suhu, kelembaban dan ketersediaan oksigen berperan penting dalam proses pengakaran tersebut.
Efektivitas pengakaran batang stek tanaman bervariasi menurut tahap perkembangan dan umur
tanaman, tipe dan lokasi batang dan waktu. Pada umumnya, kemampuan berakar bertalian dengan
tahap pertumbuhan juvenil.tanaman yang sukar berakar yaitu tanaman dewasa dapat dibuat mudah
berakar dengan mengembalikannya ke masa juvenil.
Jenis-jenis stek menurut tanaman yang biasa digunakan :
———————————————————————————————————————–
Jenis Stek                                       Nama Tanaman
———————————————————————————————————————–
Batang Terna                                   Anyelir, Krisan, Geranium, Lantana, Tomat, Koleus
Tunas dan Daun                               Begonia, Gloxinia, Violces
Kayu Lunak                                     Azalea, Junifer, Lilak
Kayu Keras                                     Ara, Anggur, Kiwi,
Akar                                               Sukun, Cemara
———————————————————————————————————————-
Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam keberhasilan stek tanaman adalah:
Kelembaban. Matinya batang stek akibat pengeringan sebelum pengakaran, merupakan salah satu
kegagalan yang sering terjadi dalam pembuatan stek. Tanpa akar yang terbentuk, setek mudah
kekurangan air dan daun akan tetap bertranspirasi sehingga kehilangan air. Dalam prakteknya, daun
dapat dipotong untuk mengurangi transpirasi. Penggunaan pengkabutan dalam lingkungan stek dapat
mengatasi masalah ini, bahkan dalam keadaan itu stek dapat siberi cahaya, sehingga fotosintesis dapat
berlangsung.
Suhu. Lingkunagn tempat stek berada harus diatur untuk mengurangi  transpirasi dan respirasi. Suhu
siang 21⁰- 27⁰C dan suhu malam 16⁰- 21⁰C merupakan suhu optimum untuk pengakaran stek tanaman.
Cahaya. Cahaya nampaknya menghambat pengakaran. Stek batang terna dan batang lunak secara tidak
langsung resposif terhadap cahaya dalam peranannya dalam sintesis karbohidrat. Stek batang keras
berakar lebih baik di tempat gelap. Perangsangan pengakaran juga dapat tercapai dengan
pembungkusan batang agar ber-etiolasi.
Media perakaran. Media pengakaran harus dapat memberikan kelembaban dan oksigen cukup dan
harus bebas penyakit, tidak perlu media berisi nutrisi hara, sampai akar telah terbentuk. Medium dapat
berpengaruh kepada persentase stek yang berakar dan tipe akar yang terbentuk. Berbagai campuran
seperti tanah, pasir, gambut dan bahan-bahan anorganik seperti vermikulit dan perlit telah banyak
digunakan. Perlit digunakan sendiri atau kombinasi dengan gambut cukup efektif karena sifat daya
pegang airnya. Pasir/arang sekam atau air saja juga cukup memuaskan untuk stek yang mudah berakar.
Stek Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat
berupa lembaran daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal pada stek
daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman baru. Penggunaan bahan yang
mengandung kimera periklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru yang
dihasilkan bersifat true to type (Hartmann et al, 1997).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer
atau meristem sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal
dari meristem primer pada kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada
tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet), Sansevieria, Crassula dan
Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder dari hasil pelukaan.
Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul dari
jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan.
Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif,
bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih mudah
dibandingkan pembentukan tunas adventif (Hartmann, et al, 1997).
Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan
panjang 7,5 – 10 cm (Sansevieria) atau memotong daun beserta petiolnya
kemudian ditanam pada media (Hartmann et al, 1997). Untuk Begonia dan
Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan adalah penyemprotan dengan
IBA 100 ppm.

Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi
batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Senagai bahan perbanyakan, umbi
dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap potongannya
mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk pada setiap
potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan fungisida.
Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum
tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lain-
lain.

Stek Batang
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang
dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni:
berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.
Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras
antara lain: apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau
NAA 2500 – 5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10 – 76 cm atau dua buku
(nodes). Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman Citrus sp.
dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA 1000 – 3000 ppm
dan panjang stek 7,5 – 15 cm. Pada stek batang semi berkayu ini, daun-daun
seharusnya dibuang untuk mengendalikan transpirasi. Disamping itu, pelukaan
sebelumnya mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek batang berkayu
lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan perlakuan IBA atau
NAA 500 – 1250 ppm dan panjang stek 7,5 – 12,5 cm. Pada stek batang berkayu
lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 – 5 minggu).
Stek batang yang tergolong herbaceus, dilakukan pada tanaman
Dieffenbachia, Chrisanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya perlakuan
auksin tidak pdiperlukan pada stek batang herbaceous ini, tetapi kadang diberikan
IBA atau NAA 500 –1250 ppm dan panjang stek yang biasa digunakan adalah 7,5
– 12,5 cm (Hartmann et al, 1997).

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2114639-cara-pengerjaan-stek-
terhadap-tanaman/#ixzz1baaHwWJZ
Stek
Stek (cutting) adalah suatu teknik mengusahakan perakaran dan bagian-bagian tanaman
(cabang, daun, pucuk dan akar) yang mengandung mata tunas dengan memotong dari induknya untuk
tanaman, sehingga akan diperoleh tanaman baru.  Menurut bentuknya, setek dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian antara lain adalah stek akar, stek daun, stek batang, stek umbi dan stek pucuk
(Pracaya, 1996).
Perbanyakan secara stek akan diperoleh tanaman yang baru yang sifatnya seperti induknya. 
Stek dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai dapat menjadi tanaman yang
sempurna dan menghasilkan bunga dan buah (Wudianto, 2002).
 
Stek akar
Stek akar banyak yang digunakan pada tanaman perkebunan.  Bagian akar yang kita ambil
adalah cabang akar yang tidak jauh dari akar tunggang dan berasal dari tanaman yang berdaun banyak. 
Hal ini dimaksudkan agar akar yang digunakan mempunyai persiapan-persiapan karbohidrat, protein
dan lemak sebagai cadangan makanan dari hasil fotosintesis dan sebagai sumber energy untuk
pembentuk akar baru (Hardjadi, 1996).
Kita memang kurang akrab dengan stek akar, sehingga pengetahuan kita tentang jenis tanaman
apa yang biasa diperbanyak dengan stek akar juga sangat terbatas.  Orang-orang yang tinggal di negeri
4 musim menyerbutkan bahwa stek akar sangat mudah dilakukan.  Banyak jenis tanaman yang biasa
diperbanyak dengan cara ini yaitu beberapa tumbuhan yang berbentuk pohon, semak, tanaman
pemanjat, perennial (tanaman tahunan) dan tanaman dataran tinggi dan beberapa tanaman pohon yang
sudah kita ketahui bias diperbanyak dengan stek akar adalah cemara, jambu biji, jeruk keprok,
kesemak, dan sukun (Wudianto, 2002).
Stek batang
Batang yang dipilih untuk stek batang adalah biasanya mempunyai umur kurang lebih satu
tahun.  Cabang yang terlalu tua tentunya kurang baik untuk distek karena sulit untuk membentuk akar
sehingga memerlukan waktu lama, sedangkan cabang terlalu muda (tekstur lunak) proses penguapan
sangat cepat sehingga stek menjadi lemak dan akhirnya mati (Rukmana, 1996).
Stek batang adalah stek yang menggunakan bagian dari batang tanaman, sebagian orang
menyebutkan dengan stek cabang.  Umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek cabang
adalah tanaman berkayu.  stek cabang ini meliputi stek cabang yang telah tua dan cabang yang
setengah tua (Wudianto 2002).
Stek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.  Syarat
multah tanaman yang akan diperbanyak secara stek batang adalah harus memiliki cambium batang,
cabang atau ranting yang ideal untuk bahan stek harus memenuhi syarat berikut : tidak terlalu tua dan
tidak terlalu muda dengan umur tanaman sekitar 1 tahun dan batangnya berwarna kehijaun, sehat yaitu
bebas dari hama dan penyakit,subur, dan tidak tergantung keadaan efisiensi atau kekurangan salah satu
unsure yang diperoleh tanaman, diameter  bahan stek sekitar 0,5 cm dan bahan stek harus memiliki
cukup bakal  tunas (Rahardja dan wahyu, 2003).
Stek daun
Stek daun adalah pembiakan dengan pematangan sehelai daun dari tanaman induknya dengan
maksud mengusahakan perakaran dari bagian daun tersebut, stek daun banyak diterapakan pada
tanaman hias sukulen, daun lebal berdaging dan kandungan airnya juga tinggi.  Daun yang dipilih
untuk stek ini harus telah cukup umurnya dan mempunyai karbahidrat yang tinggi dan harus hijau
(Setyati, 1995).
Perbanyakan dengan stek daun yaitu menggunakan sehelai daun yang lengkap dengan
tangkainya, sedangkan pada tanaman lain seperti begonia diperbanyak dengan helai daun tanpa
tangkai.tanaman sukuren yang mempunyai daun berukuran besar, yaitu panjang lebih dari 10 cm, dapat
diperbanyak dengan memotong daunnya secara horizontal menjadi bagian-bagian (Basir, 1998).
Aspek Teknis dan Fisiologis Pada Stek Akar, Batang dan Daun

Oleh    : ARLAN LATIF


Nim     : 613 049 054

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan
sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif
perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan
khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan
dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar
berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman
yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi
akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type.
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern
atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah
fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.

Stek Daun
Bahan awal perbanyakan yang dapat digunakan pada stek daun dapat berupa lembaran daun
atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal pada stek daun tidak akan menjadi bagian dari tanaman
baru. Penggunaan bahan yang mengandung kimera periklinal dihindari agar tanaman-tanaman baru
yang dihasilkan bersifat true to type (Hartmann et al, 1997).
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem
sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal dari meristem primer pada
kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican violet),
Sansevieria, Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder dari hasil
pelukaan. Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru muncul dari jaringan kalus
yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan. Masalah pada stek daun secara
umum adalah pembentukan tunas-tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada
daun lebih mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif (Hartmann, et al, 1997).
Secara teknis stek daun dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjang 7,5 – 10 cm
(Sansevieria) atau memotong daun beserta petiolnya kemudian ditanam pada media (Hartmann et al,
1997). Untuk Begonia dan Violces, perlakuan kimia yang umum dilakukan adalah penyemprotan
dengan IBA 100 ppm.

Stek Umbi
Pada stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi batang, umbi kakr,
umbi sisik, dan lain-lain. Senagai bahan perbanyakan, umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-
potong dengan syarat setiap potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk
pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida dan fungisida. Contoh
tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi antara lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas,
Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lainlain.

Stek Batang
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi empat
macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.
Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras antara lain: apel,
pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau NAA 2500 – 5000 ppm. Panjang stek
berkisar antara 10 – 76 cm atau dua buku (nodes). Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada
tanaman Citrus sp. dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA 1000 – 3000 ppm
dan panjang stek 7,5 – 15 cm. Pada stek batang semi berkayu ini, daun-daunseharusnya dibuang untuk
mengendalikan transpirasi. Disamping itu, pelukaan sebelumnya mungkin dapat membantu
pengakaran. Untuk stek batang berkayu lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan
perlakuan IBA atau NAA 500 – 1250 ppm dan panjang stek 7,5 – 12,5 cm. Pada stek batang berkayu
lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 – 5 minggu).
Stek batang yang tergolong herbaceus, dilakukan pada tanaman Dieffenbachia, Chrisanthemum,
dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya perlakuan auksin tidak pdiperlukan pada stek batang herbaceous
ini, tetapi kadang diberikan IBA atau NAA 500 –1250 ppm dan panjang stek yang biasa digunakan
adalah 7,5 – 12,5 cm (Hartmann et al, 1997).

Anda mungkin juga menyukai