Anda di halaman 1dari 8

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

IMPLEMENTATION OF GOOD DISTRIBUTION PRACTICES FOR


PHARMACEUTICAL WHOLESALERS AT PT PARIT PADANG GLOBAL

IMPLEMENTASI CARA DITRIBUSI OBAT YANG BAIK PADA PEDAGANG


BESAR FARMASI DI PT PARIT PADANG GLOBAL

Oke Juwita Lintogareng1)*, Widya Astuti Lolo1), Gerrald E. Rundengan1)


1)Program Studi Farmasi FMIPAUNSRAT Manado, 95115
*okejuwitalintogareng@gmail.com

ABSTRACT

The Good Distribution Practice (GDP) aims to ensure quality throughout the distributions of drugs in
accordance with the requirements and intended use. Distribution facilities must ensure that the
quality of the drug or drug substance and the integrity of the distribution chain are maintained
throughout the distribution process. The study aims to determine the implementation of GDP based on
the Regulation of the Head of BPOM RI Number HK.03.1.34.11.12.7542 of 2012 concerning
technical guidelines for GDP at PT Parit Padang Global in 2018. This study is an observational and
descriptive study that gives a complete picture of how GDP is applied to Pharmaceutical
Wholesalers. The results of research related to nine aspects of GDP show that PT Parit Padang
implementes the Regulation of the Head of BPOM RI Number HK.03.1.34.11.12.7542 of 2012
concerning technical guidelines for GDP.

Keywords: GDP, Pharmaceutical Wholesalers.

ABSTRAK

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau
penyaluran obat sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Fasilitas distribusi harus memastikan
bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses
distribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengimplementasian cara distribusi obat yang
baik berdasarkan pada Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012
tentang Pedoman Teknis CDOB di PT Parit Padang Global pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan
penelitian observasi dan deskriptif yaitu peneliti memberikan gambaran lengkap mengenai penerapan
cara distribusi obat yang baik pada PBF. Hasil penelitian terkait sembilan aspek CDOB menunjukan
bahwa PT Parit Padang telah mengimplementasikan dengan baik Peraturan Kepala BPOM RI Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang pedoman teknis CDOB.

Kata Kunci: CDOB, Pedagang Besar Farmasi.

1422
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

PENDAHULUAN sedangkan pada CDOB 2012 terdapat


Obat merupakan komoditas utama sembilan aspek yaitu manajemen mutu;
yang digunakan manusia untuk menunjang organisasi, manajemen dan personalia;
kesehatannya. Obat sangat penting dalam bangunan dan peralatan; operasional; inspeksi
hidup manusia sehingga dalam pembuatannya diri; keluhan, obat kembalian, diduga palsu
pun obat harus memenuhi standar efficacy, dan penarikan kembali; transportasi; fasilitas
safety, dan quality. Standar tersebut harus distribusi berdasarkan kontrak; dokumentasi.
terpenuhi mulai dari pembuatan, penyimpanan, Penanggung jawab PBF berdasarkan CDOB
pendistribusian hingga penyerahan obat tahun 2012 harus seorang apoteker (BPOM,
kepada konsumen (Hartini, 2014). Obat harus 2012).
memenuhi persyaratan mutu yang telah Pedagang Besar Farmasi (PBF)
ditentukan untuk dapat memberikan manfaat. merupakan salah satu fasilitas distribusi yang
Obat dikatakan bermutu apabila obat tersebut akan mendistribusikan obat kepada rumah
memenuhi spesifikasi mutu obat, dimana mutu sakit, puskesmas hingga apotek agar bisa
obat dinilai dari kemampuan obat tersebut langsung diberikan kepada pasien. Oleh karena
memenuhi spesifikasi yaitu identitas obat, itu apoteker yang merupakan penanggung
kemurnian, potensi keseragaman, jawab di PBF harus melaksanakan prinsip-
bioavaibilitas dan stabilitas (Quick et al, prinsip mengenai CDOB (Menkes, 2014).
2012). PT Parit Padang Global merupakan
Kewajiban adanya jaminan mutu pada salah satu perusahaan yang bergerak dalam
jalur distribusi obat di Indonesia telah perdagangan tepatnya distributor obat maupun
ditetapkan pada Keputusan Kepala Badan alat kesehatan dan telah tersertifikasi CDOB.
Pengawasan Obat dan Makanan Nomor HK. Berdasarkan hasil penelusuran, sebelumnya
03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang belum ada penelitian terkait CDOB di PT Parit
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Padang Global Manado.
Baik. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Tujuan penelitian ini tuntuk
adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan mengetahui cara distribusi obat di PT Parit
atau bahan obat yang bertujuan memastikan Padang Global apakah sudah sesuai dengan
mutu sepanjang jalur distribusi atau Peraturan Kepala BPOM RI Nomor
penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang
penggunaannya. Pedoman Teknis CDOB Pedoman Teknis CDOB.
menyebutkan setiap fasilitas distribusi harus
mempertahankan system mutu yang mencakup METODOLOGI PENELITIAN
tanggung jawab, proses dan langkah Waktu dan Tempat Peneliatian
manajemen risiko terkait dengan kegiatan Penelitian ini dilakukan pada bulan
yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus Oktober 2018 di PT Parit Padang Global.
memastikan bahwa mutu obat dan/atau bahan
obat dan integritas rantai distribusi Jenis Penelitian
dipertahankan selama proses distribusi Jenis penelitian ini ialah penelitian
(BPOM, 2012). yang bersifat observasi dimana peneliti
CDOB pertama kali dikeluarkan oleh melakukan pengamatan secara langsung pada
Badan POM RI tahun 2003 berupa Keputusan objek penelitian untuk melihat dari dekat
Kepala Badan POM tentang Penerapan kegiatan yang dilakukan dan deskriptif yaitu
Pedoman CDOB, diikarenakan Pedoman peneliti memberikan gambaran lengkap
CDOB tahun 2003 sudah tidak sesuai dengan mengenai penerapan CDOB pada PBF.
perkembangan ilmu pengetahuan dan Penelitian ini juga bersifat evaluatif dimana
teknologi di bidang distribusi obat, maka dilakukan pemantauan kegiatan yang sedang
dilakukan penyesuaian dan CDOB diperbarui berlangsung untuk dibandingkan dengan
pada tahun 2012. Perbedaan antara CDOB Pedoman CDOB.
tahun 2003 dan tahun 2012 adalah pada
CDOB 2003 hanya terdapat lima aspek yaitu Alat dan Bahan
manajemen mutu; personalia; bangunanan Alat
peralatan; dokumentasi serta inspeksi diri, dan Alat yang digunakan pada penelitian
penanggung jawab PBF adalah seorang ini adalah alat tulis-menulis untuk mencatat
apoteker atau asisten apoteker (BPOM, 2003), hasil observasi dan pengambilan data,

1423
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

menggunakan perekam untuk adalah data yang diperoleh peneliti dari


wawancara, dan kamera untuk pengambilan sumber yang sudah ada berupa Pedoman
foto-foto dokumentasi. CDOB.

Bahan HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahan yang digunakan yaitu PT Parit Padang Global merupakan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Pedagang Besar Farmasi yang sudah
Makanan RI Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 tersertifikasi CDOB dan mendistribusikan
Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis CDOB, produk berupa obat, alat kesehatan, kosmetik,
pertanyaan-pertanyaan wawancara, dan form susu, dan vitamin.
evaluasi dari BPOM.
Manajemen Mutu
Metode Pengumpulan Data CDOB menyebutkan bahwa dalam
Observasi penerapan sistem mutu PBF memerlukan
Observasi dilakukan pada Pedagang Sistem Operasional Prosedur (SOP) dalam
Besar Farmasi (PBF) PT Parit Padang Global setiap kegiatan operasionalnya. Berdasarkan
cabang Manado. hasil wawancara SOP yang terapkan pada PT
Parit Padang Global cabang Manado
Wawancara merupakan SOP yang disusun oleh apoteker
Pengumpulan data dilakukan dengan penanggung jawab (APJ) pada kantor pusat.
wawancara dengan sebelas pertanyaan kepada SOP pada PBF ini disusun oleh APJ dari PBF
Apoteker penanggung jawab PBF PT Parit pusat PT Parit Padang Global dan di evaluasi
Padang Global cabang Manado. setiap satu tahun sekali. Hal ini dikarenakan
dalam pembuatan SOP, jika PBF tersebut
Pengolahan Data merupakan PBF cabang maka SOP yang
Pengolahan data dilakukan dengan dipakai berasal dari PBF pusat itu sendiri.
cara mengambil data-data dan laporan CDOB Pelaksanaan SOP dapat dimonitor secara
tentang manajemen mutu, personalia, internal maupun eksternal dan SOP dievaluasi
bangunan & peralatan, operasional, inspeksi secara berkala sekurang-kurangnya satu kali
diri, dan dokumentasi di PBF PT Parit Padang setahun dengan materi evaluasi mencakup
Global Manado berupa data primer dan data aspek efisiensi dan efektivitas pemakaian SOP
sekunder. Data primer adalah yang didapat (Crisyanti, 2011).
peneliti secara langsung melalui observasi dan
pengumpulan data lapangan dalam bentuk Organisasi, Manajemen dan Personalia
hasil wawancara, sedangkan data sekunder

Gambar 1. Struktur Organisasi PT Parit Padang Global

1424
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

Berdasarkan struktur organisasi di atas tujuh area penyimpanan, yaitu ruang A untuk
menandakan hubungan koordinasi antara produk dalam suhu ruang, ruang B untuk
apoteker penanggung jawab PBF, branch produk dengan suhu 15-25ºC yang di
accounting supervisor, sales supervisor, TSM dalamnya juga terdapat chiller dengan suhu
(exclusive Soho), CSSA (Customer and Sales 2ºC - 8ºC, ruang C untuk produk kurang dari
Service Administration), logistic supervisor, 30ºC, ruang D untuk penyimpanan alat
dan data support esc. Setiap personel memiliki kesehatan, ruang E untuk penyimpanan
uraian tugasnya masing-masing. Berdasarkan kosmetik, ruang F untuk penyimpanan obat
hasil wawancara APJ PBF memiliki tugas dan prekursor dan obat-obatan terbatas kemudian
tanggung jawab untuk mengawasi dan juga ada ruangan untuk psikotropika, dan
memastikan keluar masuknya obat sesuai ruangan retur. Hal ini dilakukan untuk
dengan peraturan perundang-undangan yang memastikan kondisi, kapasitas dan keamanan
berlaku; melakukan dokumentasi semua penyimpanan yang memadai (Yusuf, 2019).
kegiatan dalam pengelolaan, pengadaan, dan Berdasarkan hasil observasi tersedia alat
penyaluran; memastikan seluruh kegiatan pengatur suhu berupa AC, lemari pendingin
distribusi memenuhi pesyaratan mutu; atau chiller sebagai pendingin ruang
membuat, mengelola dan memastikan seluruh penyimpanan. Hali ini dilakukan agar suhu di
pelaporan, pengelolaan, pengadaan, dalam ruang tempat penyimpanan dapat
penyaluran dan pengeluaran perbekalan memenuhi standar suhu pada kemasan obat
farmasi dilaporkan secara berkala kepada (Sinen, 2017). Setiap ruangan disediakan alat
instansi pemerintah sesuai dengan format yang pengukur suhu thermohygrometer dan telah
telah ditentukan. Apoteker merupakan bagian terkalibrasi. Pengecekan suhu dilakukan
terpenting dan memiliki tanggung jawab sebanyak tiga kali sehari. Pengecekan suhu
penuh kepada kepala cabang ataupun manajer dilakukan pada pukul 09.00, 12.00, dan 15.00
di perusahaan tersebut. Maka seluruh proses setiap harinya oleh penanggung jawab tiap
operasional PBF harus dipantui dan diarahkan ruangan penyimpanan. Menurut WHO (2011),
oleh APJ PBF (Tiasari, 2016). dalam Temperature Mapping of Storage Area
Berdasarkan hasil wawancara semua bertujuan untuk mendokumentasikan dan
personel telah mengikuti pelatihan. Petugas mengkontrol perbedaan suhu pada area
gudang melakukan pelatihan setiap kali ada penyimpanan obat. Studi pemetaan
SOP terbaru dan akan dipimpin oleh apoteker menyajikan perbedaan suhu dalam area
penanggung jawab atau kepala gudang. Serta penyimpanan dan dapat mengetahui lokasi
dilakukan evaluasi sekali dalam setahun. Hal suhu terendah dan tertinggi. Suhu dan
ini sesuai dengan CDOB 2012 dimana semua pengendalian lingkungan pada ruang
personel harus memenuhi kualifikasi yang penyimpanan obat selalu dijaga dengan adanya
dipersyaratkan di dalam CDOB dengan alat pengatur suhu berupa AC, chiller dan
mengikuti pelatihan. Menurut Mangkunegera thermohygrometer pada setiap ruangan karena
(2003), pelatihan merupakan proses pedidikan dapat mempengaruhi stabilitas ketahanan
jangka pendek yang menggunakan prosedur bentuk dan kualitas obat.
sistematis dan terorganisir, dengan adanya
pelatihan dasar maupun lanjutan yang Operasional
dilakukan di PBF ini dapat meningkatkan 1. Kualifikasi pemasok
kualitas personel dalam rantai distribusi. Fasilitas distribusi harus memperoleh
pasokan obat dari pemasok yang mempunyai
Bangunan dan Peralatan izin sesuai dengan peraturan perundang-
Lokasi bangunan, kondisi bangunan undangan (BPOM, 2012). Berdasarkan hasil
dan penataan bangunan yang baik merupakan penelitian PT Parit Padang Global Manado
komponen penting dalam pendistribusian obat. memasok obat dari PBF pusat. Untuk
Berdasarkan hasil observasi lokasi bangunan industri farmasi yang menjadi pemasok
bebas banjir serta luas ruang penyimpanan dan untuk PBF pusat pun sudah dikualifikasi
penerangan sudah cukup memadai sehingga
sesuai dengan SOP yang ada di PT Parit
tidak ada penumpukan barang. PT Parit
Padang Global memiliki area penerimaan Padang.
barang dan pengeluaran yang terpisah serta

1425
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

memisahkan produk tersebut. Terpisah yang


dimaksud adalah harus berbeda
2. Kualifikasi Pelanggan rak/ruang/lemari/ruangan dan diberi label
PBF memiliki SOP terkait dengan sesuai dengan analisis risiko, misalnya risiko
kualifikasi pelanggan dan terdokumentasi kontaminasi (Kristanti, 2020). Sebelum produk
sesuai peraturan perundang-undangan. disimpan dalam ruangan tersebut perlu
dilakukan pemeriksaan oleh personel yang
3. Penerimaan bertanggung jawab. Terdapat juga ruangan
Berdasarkan hasil observasi produk terpisah untuk obat-obat tertentu, prekursor,
yang masuk diterima oleh petugas gudang di dan psikotropika. Ruangan ini hanya bisa di
area penerimaan barang dengan mengunakan akses oleh pimpinan, apoteker penanggung
dokumentasi berita acara penerimaan barang. jawab, dan seorang personel yang diberikan
Dilakukan pengecekan sesuai dengan faktur wewenang. Pemisahan dilakukan untuk
pemesanan, dicocokan dari segi jenis obat, prekursor, OOT, dan psikotropika baik secara
jumlah obat, nomor batch, tanggal fisik maupun sistem komputerisasi, hanya
kedaluwarsa, bentuk obat dan kerusakan apoteker penanggung jawab, pimpinan dan
produk. Produk yang diterima didata secara petugas yang berwewenang yang bisa
komputerisasi sebelum diletakan dalam ruang mengaksesnya.
penyimpanan. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa produk yang diterima 6. Pemusnahan
sesuai dengan pesanan dan tidak rusak serta Pemusanahan dilakukan terhadap obat
berasal dari pemasok yang disetujui (BPOM, yang tidak memenuhi syarat untuk
2012). didistribusikan (BPOM, 2012). Proses
pemusnahan obat harus dilakukan sesuai
4. Penyimpanan peraturan perundang-undangan dan
PT Parit Padang Global melakukan terdokumentasi dengan adanya berita acara
penyimpanan berdasarkan FIFO, FEFO, dan juga saksi dari dinkes. Berdasarkan hasil
bentuk sediaan, dan suhu. Proses wawancara, PT Parit Padang Global tidak
penyimpanan pada PT Parit Padang Global pernah melakukan pemusnahan obat. Produk
dilakukan dengan meletakan obat di dalam yang sudah tidak layak untuk didistribusikan
karton obat dan tidak bersentuhan dengan akan dikembalikan ke PBF pusat.
lantai, dinding mapun langit-langit ruang
penyimpanan. Obat dan/atau bahan obat 7. Pengambilan
disimpan secara terpisah artinya harus Pengambilan produk dilakukan
berbeda rak/ruang/lemari sesuai dengan menggunakan alat stok opname dengan sistem
kondisi yang tercantum pada kemasan seperti terkomputerisasi agar memudahkan dalam
sediaan tablet disimpan pada suhu kamar 25- pengambilan. Orderan biasa diterima oleh
30ºC, sediaan injeksi disimpan pada suhu salesman atau CSSA. Kemudian CSSA akan
sejuk 15-25ºC dan vaksin disimpan pada suhu menginput orderan tersebut dan mencetak TO
dingin 2-8ºC (Wijaya, 2018). Berdasarkan dan DO yang akan ditandatangani oleh
hasil observasi, untuk memastikan kesesuaian werehouse admin. Selanjutnya petugas gudang
stok obat yang ada di sistem dengan kondisi mengambilnya dengan alat stok onpname
fisik yang ada di ruang penyimpanan maka bernama RF. Di layar RF akan muncul nama
PBF melakukan stok opname. Proses stok produk, jumlah, expired date, nomor batch
opname dilakukan secara komputerisasi beserta dengan tempatnya kemudian faktur
terkecuali obat prekursor, obat-obatan akan dicetak dan diperiksa kembali oleh
terbatas, dan psikotropika dilakukan secara cheker dan diserahkan ke pengantar barang
manual menggunakan kartu stok. dan diperiksakan kembali. Hal ini sesuai
dengan CDOB dimana pengambilan obat
5. Pemisahan harus dilakukan sesuai dengan dokumen yang
Terdapat ruangan khusus yang diberi tersedia dan memastikan obat yang diambil
nama ruang retur untuk menyimpan produk benar.
yang ditolak, kedaluwarsa, produk yang ditarik
kembali, dan produk kembalian. Dalam 8. Pengemasan
ruangan tersebut juga terdapat rak untuk

1426
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

dibuatkan CAPA (Corrective and preventive


Proses pengemasan produk dilakukan action). Tujuan pembuatan CAPA agar
oleh petugas gudang dengan cara menyusun kekurangan atau ketidaksesuaian yang terjadi
produk yang lebih berat terlebih dahulu dalam dapat diketahui, diperbaiki dan dicegah agar
kardus disusul barang yang lebih ringan tidak akan terulang kembali (Agustyani,
kemudian mengisi ruang kosong di dalam 2017).
kardus untuk mencegah pecahnya produk
akibat terjadinya goncangan. Menurut Quick Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat
(2012), beberapa cara dalam menjaga mutu Kembalian, Diduga Palsu, dan Penarikan
selama transportasi adalah dengan menyusun Kembali
obat di dalam tempat penyimpanan kendaraam Berdasarkan hasil wawancara,
menggunakan sistem first in last out agar keluhan yang diterima biasanya berupa
memudahkan dalam pengeluaran barang; ketidaksesuaian jumlah barang yang dipesan
mengisi ruang yang kosong pada kardus untuk dengan barang yang dikirimkan atau
mencegah kerusakan fisik pada obat akibat keterlambatan dalam pengiriman. Keluhan dari
guncangan selama transportasi. Produk cair pelanggan biasanya disampaikan melalui
dibungkus dengan plastik terlebih dahulu CCSA atau salesman kemudian jika kesalahan
sebelum dimasukan ke dalam tempat diakibatkan oleh PT Parit Padang Global maka
penyimpanan. Ini merupakan salah satu cara keluhan tersebut akan segera diproses.
yang dapat digunakan untuk mencegah Keluhan pelanggan adalah bentuk aspirasi
terjadinya kontaminasi atau kerusakan obat pelanggan yang terjadi karena adanya
dimana mengemas secara terpisah antara obat ketidakpuasan terhadap suatu barang atau jasa.
yang berbentuk cairan dan non cairan Macam-macam keluhan pelanggan pada
(Agustyani, 2017). dasarnya terbagi dua yakni keluhan yang
disampaikan lewat lisan dan keluhan yang
9. Pengiriman disampaikan secara tertulis (Kotler, 2005).
Produk dikirim ke outlet dengan Keluhan dari pelanggan ini dapat menjadi
menyertakan surat jalan manual dan faktur bahan evaluasi bagi PBF agar semakin tahu
untuk meminta tanda tangan dan cap akan kelemahan dan kekurangan untuk dapat
pelanggan. Pengiriman ke luar kota dilakukan diperbaiki ke depannya. Keluhan juga dapat
secara terjadwal dan bekerja sama dengan jasa membantu PBF dalam peningkatan mutu
pengiriman atau ekspedisi. Produk vaksin atau pelayanan (Agustyani, 2017).
CCP yang harus disimpan pada suhu 2-8 Produk kembalian merupakan produk
derajat celcius maka digunakan form serah yang dikembalikan dari pelanggan ke PBF
terima barang bersuhu 2-8ºC. Pengiriman karena kerusakan, kedaluwarsa, atau
produk CCP dalam kota disertakan kesalahan dalam pengiriman. Berdasarkan
thermohygrometer. hasil wawancara, terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi PBF jika
Inspeksi diri menerima obat kembalian. Setelah obat
Inspeksi dilakukan untuk memantau diterima, obat dikarantina terlebih dahulu
efektivitas penerapan sistem mutu dan kemudian didokumentasikan dicatat dalam
merupakan alat manajemen untuk melakukan buku penerimaan pengembalian barang yang
perbaikan (Suardi, 2001). Inspeksi diri pada berdasarkan bukti pengembalian dari sarana
PBF ini dilakukan berdasarkan perintah dari yang mengembalikan.
PBF pusat. Program yang diinspeksi pada PT Recall (penarikan kembali)
Parit Padang Global menyangkut CDOB yang dilakukan sebagai upaya pengendalian kualitas
dilakukan satu kali dalam setahun oleh produk farmasi untuk menjamin keamanan dan
apoteker penanggung jawab dan efikasi dari produk yang dikirim ke konsumen
terdokumentasi. Berdasarkan peraturan serta sebagai salah satu upaya perlindungan
pengelolaan obat prekursor menyebutkan terhadap konsumen. Berdasarkan hasil
bahwa PBF pengelolah obat prekursor wawancara, PT Parit Padang Global Manado
diwajibkan melakukan inspeksi minimal satu biasanya akan mendapatkan instruksi dari PBF
kali dalam setahun (BPOM, 2013). Kemudian pusat beserta data outlet yang telah disalurkan
dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap dan data produk berupa jumlah barang serta
hasil inpeksi yang diketahui pimpinan dengan

1427
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

nomor batch. Setelah produk ditarik maka akan dilakukan pengecekan kembali oleh
petugas retur untuk mengetahui kesesuaian kegiatan harus sesuai dengan persyaratan
barang dengan form. PT Parit Padang Global CDOB. Seperti yang diterapkan pada PT Parit
akan melakukan pengembalian obat jika obat Padang Global dimana kontrak antara PBF
tersebut telah mengalami kerusakan, dengan penyedia jasa ekspedisi dan
kadaluwarsa hingga penarikan dari principal. pengendalian hama terdokumentasi secara
Proses pengembalian obat ke principal atau komputerisasi.
suppliyer menggunakan surat penyerahan
barang dan didokumentasikan. Obat-obat Dokumentasi
kembalian, obat kedaluwarsa, obat rusak, dan Menurut Vasper (1996),
obat recall disimpan di ruang retur dengan dokumentasi perlu dilakukan karena dokumen
diberi label yang jelas. Hal ini telah sesuai merupakan sumber yang berharga, dokumen
dimana menurut Agustyani (2017), golongan digunakan untuk memudahkan komunikasi,
obat karantina harus dipisahkan dengan dokumen memudahkan seorang pengambil
golongan produk on stock di PBF tersebut keputusan dapat menjadikan informasi dalam
dengan cara diberikan label, di tempatkan pada dokumen sebagai dasar pengambilan
ruangan terpisah dengan kondisi ruangan keputusannya, dokumen dapat menyediakan
terkunci. Penetapan prosedur operasional suatu rekaman bagaimana sesuatu bisa terjadi,
standar pada obat karantina ini harus dokumen mengabadikan data dan pengamatan,
dilakukan PBF agar dapat menjamim kualitas dokumen memperkuat suatu tuntutan,
operasional dan memenuh ketentuan CDOB dokumen menyediakan sebuah tempat untuk
yang berlaku. menganalisanya. Dokumentasi pada PBF
merupakan dokumen tertulis terkait dengan
Transportasi distribusi antara lain pada proses pengadaan,
PT Parit Padang Global memiliki penyimpanan, penyaluran dan pelaporan,
standar operasional prosedur terkait sistem prosedur tertulis dan dokumen lain yang
transportasi, dokumentasi hingga pelatihan terkait pemastian mutu. PBF ini menggunakan
untuk pengantar barang. Selain personel untuk dokumentasi manual dan juga komputerisasi
pengantar barang, PBF juga menggunakan jasa yang tersistem dan terhubung dengan PBF
ekspedisi untuk pengiriman luar kota. pusat dimana dokumentasi dilakukan pada saat
Pengiriman luar kota dilakukan sesuai jadwal kegiatan berlangsung untuk memudahkan
yang telah ditentukan. Personel pengiriman penelusuran. Seluruh arsip dokumentasi PBF
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan harus disimpan selama minimal tiga tahun
perawatan kendaraan serta penyusunan barang (BPOM, 2012), ini telah sesuai dengan yang
pada tempat penyimpanan kendaraan. diterapkan pada PT Parit Padang Global
Berdasarkan hasil observasi penyusunan dimana PBF menyimpan dokumentasinya
produk pada tempat penyimpanan kendaraan selama lima tahun sebelum akhirnya
dilakukan secara first in last out hal ini dimusnahkan.
dilakukan untuk mempermudah pengeluaran
barang dan mencegah kerusakan fisik obat KESIMPULAN
(Quick, 2012). Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa PT Parit Padang
Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak Global telah mengimplementasikan dengan
Fasilitas distribusi berdasarkan baik Peraturan Kepala BPOM RI Nomor
kontrak disebut juga pihak ketiga distribusi. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang
Pihak ketiga distribusi ini biasanya menangani Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
bagian operasional penyimpanan dan Baik.
pengiriman (Yusuf, 2019). PT Parit Padang
Global menggunakan pihak ketiga dalam SARAN
pengendalian hama dan hewan pengerat pada Disarankan kepada peneliti
area penyimpanan sedangkan untuk selanjutnya untuk mengembangkan penelitian
pengiriman ke luar kota PBF menggunakan ini dengan mengevaluasi penerapan CDOB
jasa ekspedisi. Menurut BPOM (2012), semua pada Pedagang Besar Farmasi di Manado
kegiatan kontrak tertulis antara pemberi dengan menggunakan regulasi terbaru.
kontrak dan penerima kontrak, dan setiap

1428
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022

Quick DJ, Embrey M, Clack M, Olson C,


DAFTAR PUSTAKA Baraclogh A. 2012. MDS-3:
Agustyani, V., Wahyu, U., Wahono, S., Umi, Managing access to medicines and
A dan Abdul R. 2017. Evaluasi health technologies. VA:
Penerapan CDOB Sebagai Sistem Management Sciences for Health.
Penjamin Mutu pada Sejumlah PBF Part II: Pharmaceutical Management,
di Surabaya. Jurnal Ilmu Arlington.
Kefarmasian Indonesia. 15(1):70-76. Sinen, Y., Widya, L., dan Hamidah S. 2017.
Hartini I. S., 2014. Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Penyimpanan dan
Cara Distribusi Obat yang Baik Pendistribusian Obat di PT Unggul
pada Apotek di Kecamatan Mlati Jaya Cipta Usaha Manado. Jurnal
Kabupaten Sleman Yogyakarta. Ilmiah Farmasi. 6(3):137-146.
UGM, Yogyakarta. Suardi, R. 2001. Sistem Manajemen Mutu
Kepala Badan Pengawasan Obat dan ISO 9001:2000: Penerapannya
Makanan. 2012. Pedoman Teknis untuk mencapai TQM. Penerbit
Cara Distribusi Obat yang Baik. PPM, Jakarta.
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Wijaya, M. dan Chan, A. 2018. Evaluasi
Makanan RI Nomor
Pelaksanaan Cara Distribusi Obat
HK.03.1.34.11.12.7542. BPOM,
Jakarta. di PBF Rajawali Nusindo. Jurnal
Kristanti, M. Dan Zelika R. 2020. Evaluasi Dunia Farmasi. 2(3):148-159.
Kesesuaian Sistem Penyimpanan Yusuf, B. Dan Christina A. 2019. Cara
Obat, Suplemen, dan Kosmetik Distribusi Obat yang Baik
Eceran pada Salah Satu Gudang (CDOB) dan Implementasinya
Pedagang Besar Farmasi (PBF) di oleh Pedagang Besar Farmasi
Jakarta Pusat. Majalah Farmasetika. (PBF) di Kota Banjarmasin-
5(2):49-56. Banjarbaru tahun 2019. Jurnal
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Pharmascience. 7(2) : 58-74.
Jilid 1 dan 2. PT Indeks Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 34
TentangPedagang Basar Farmasi.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

1429

Anda mungkin juga menyukai