ABSTRACT
The Good Distribution Practice (GDP) aims to ensure quality throughout the distributions of drugs in
accordance with the requirements and intended use. Distribution facilities must ensure that the
quality of the drug or drug substance and the integrity of the distribution chain are maintained
throughout the distribution process. The study aims to determine the implementation of GDP based on
the Regulation of the Head of BPOM RI Number HK.03.1.34.11.12.7542 of 2012 concerning
technical guidelines for GDP at PT Parit Padang Global in 2018. This study is an observational and
descriptive study that gives a complete picture of how GDP is applied to Pharmaceutical
Wholesalers. The results of research related to nine aspects of GDP show that PT Parit Padang
implementes the Regulation of the Head of BPOM RI Number HK.03.1.34.11.12.7542 of 2012
concerning technical guidelines for GDP.
ABSTRAK
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau
penyaluran obat sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Fasilitas distribusi harus memastikan
bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses
distribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengimplementasian cara distribusi obat yang
baik berdasarkan pada Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012
tentang Pedoman Teknis CDOB di PT Parit Padang Global pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan
penelitian observasi dan deskriptif yaitu peneliti memberikan gambaran lengkap mengenai penerapan
cara distribusi obat yang baik pada PBF. Hasil penelitian terkait sembilan aspek CDOB menunjukan
bahwa PT Parit Padang telah mengimplementasikan dengan baik Peraturan Kepala BPOM RI Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang pedoman teknis CDOB.
1422
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022
1423
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022
1424
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022
Berdasarkan struktur organisasi di atas tujuh area penyimpanan, yaitu ruang A untuk
menandakan hubungan koordinasi antara produk dalam suhu ruang, ruang B untuk
apoteker penanggung jawab PBF, branch produk dengan suhu 15-25ºC yang di
accounting supervisor, sales supervisor, TSM dalamnya juga terdapat chiller dengan suhu
(exclusive Soho), CSSA (Customer and Sales 2ºC - 8ºC, ruang C untuk produk kurang dari
Service Administration), logistic supervisor, 30ºC, ruang D untuk penyimpanan alat
dan data support esc. Setiap personel memiliki kesehatan, ruang E untuk penyimpanan
uraian tugasnya masing-masing. Berdasarkan kosmetik, ruang F untuk penyimpanan obat
hasil wawancara APJ PBF memiliki tugas dan prekursor dan obat-obatan terbatas kemudian
tanggung jawab untuk mengawasi dan juga ada ruangan untuk psikotropika, dan
memastikan keluar masuknya obat sesuai ruangan retur. Hal ini dilakukan untuk
dengan peraturan perundang-undangan yang memastikan kondisi, kapasitas dan keamanan
berlaku; melakukan dokumentasi semua penyimpanan yang memadai (Yusuf, 2019).
kegiatan dalam pengelolaan, pengadaan, dan Berdasarkan hasil observasi tersedia alat
penyaluran; memastikan seluruh kegiatan pengatur suhu berupa AC, lemari pendingin
distribusi memenuhi pesyaratan mutu; atau chiller sebagai pendingin ruang
membuat, mengelola dan memastikan seluruh penyimpanan. Hali ini dilakukan agar suhu di
pelaporan, pengelolaan, pengadaan, dalam ruang tempat penyimpanan dapat
penyaluran dan pengeluaran perbekalan memenuhi standar suhu pada kemasan obat
farmasi dilaporkan secara berkala kepada (Sinen, 2017). Setiap ruangan disediakan alat
instansi pemerintah sesuai dengan format yang pengukur suhu thermohygrometer dan telah
telah ditentukan. Apoteker merupakan bagian terkalibrasi. Pengecekan suhu dilakukan
terpenting dan memiliki tanggung jawab sebanyak tiga kali sehari. Pengecekan suhu
penuh kepada kepala cabang ataupun manajer dilakukan pada pukul 09.00, 12.00, dan 15.00
di perusahaan tersebut. Maka seluruh proses setiap harinya oleh penanggung jawab tiap
operasional PBF harus dipantui dan diarahkan ruangan penyimpanan. Menurut WHO (2011),
oleh APJ PBF (Tiasari, 2016). dalam Temperature Mapping of Storage Area
Berdasarkan hasil wawancara semua bertujuan untuk mendokumentasikan dan
personel telah mengikuti pelatihan. Petugas mengkontrol perbedaan suhu pada area
gudang melakukan pelatihan setiap kali ada penyimpanan obat. Studi pemetaan
SOP terbaru dan akan dipimpin oleh apoteker menyajikan perbedaan suhu dalam area
penanggung jawab atau kepala gudang. Serta penyimpanan dan dapat mengetahui lokasi
dilakukan evaluasi sekali dalam setahun. Hal suhu terendah dan tertinggi. Suhu dan
ini sesuai dengan CDOB 2012 dimana semua pengendalian lingkungan pada ruang
personel harus memenuhi kualifikasi yang penyimpanan obat selalu dijaga dengan adanya
dipersyaratkan di dalam CDOB dengan alat pengatur suhu berupa AC, chiller dan
mengikuti pelatihan. Menurut Mangkunegera thermohygrometer pada setiap ruangan karena
(2003), pelatihan merupakan proses pedidikan dapat mempengaruhi stabilitas ketahanan
jangka pendek yang menggunakan prosedur bentuk dan kualitas obat.
sistematis dan terorganisir, dengan adanya
pelatihan dasar maupun lanjutan yang Operasional
dilakukan di PBF ini dapat meningkatkan 1. Kualifikasi pemasok
kualitas personel dalam rantai distribusi. Fasilitas distribusi harus memperoleh
pasokan obat dari pemasok yang mempunyai
Bangunan dan Peralatan izin sesuai dengan peraturan perundang-
Lokasi bangunan, kondisi bangunan undangan (BPOM, 2012). Berdasarkan hasil
dan penataan bangunan yang baik merupakan penelitian PT Parit Padang Global Manado
komponen penting dalam pendistribusian obat. memasok obat dari PBF pusat. Untuk
Berdasarkan hasil observasi lokasi bangunan industri farmasi yang menjadi pemasok
bebas banjir serta luas ruang penyimpanan dan untuk PBF pusat pun sudah dikualifikasi
penerangan sudah cukup memadai sehingga
sesuai dengan SOP yang ada di PT Parit
tidak ada penumpukan barang. PT Parit
Padang Global memiliki area penerimaan Padang.
barang dan pengeluaran yang terpisah serta
1425
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022
1426
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022
1427
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022
nomor batch. Setelah produk ditarik maka akan dilakukan pengecekan kembali oleh
petugas retur untuk mengetahui kesesuaian kegiatan harus sesuai dengan persyaratan
barang dengan form. PT Parit Padang Global CDOB. Seperti yang diterapkan pada PT Parit
akan melakukan pengembalian obat jika obat Padang Global dimana kontrak antara PBF
tersebut telah mengalami kerusakan, dengan penyedia jasa ekspedisi dan
kadaluwarsa hingga penarikan dari principal. pengendalian hama terdokumentasi secara
Proses pengembalian obat ke principal atau komputerisasi.
suppliyer menggunakan surat penyerahan
barang dan didokumentasikan. Obat-obat Dokumentasi
kembalian, obat kedaluwarsa, obat rusak, dan Menurut Vasper (1996),
obat recall disimpan di ruang retur dengan dokumentasi perlu dilakukan karena dokumen
diberi label yang jelas. Hal ini telah sesuai merupakan sumber yang berharga, dokumen
dimana menurut Agustyani (2017), golongan digunakan untuk memudahkan komunikasi,
obat karantina harus dipisahkan dengan dokumen memudahkan seorang pengambil
golongan produk on stock di PBF tersebut keputusan dapat menjadikan informasi dalam
dengan cara diberikan label, di tempatkan pada dokumen sebagai dasar pengambilan
ruangan terpisah dengan kondisi ruangan keputusannya, dokumen dapat menyediakan
terkunci. Penetapan prosedur operasional suatu rekaman bagaimana sesuatu bisa terjadi,
standar pada obat karantina ini harus dokumen mengabadikan data dan pengamatan,
dilakukan PBF agar dapat menjamim kualitas dokumen memperkuat suatu tuntutan,
operasional dan memenuh ketentuan CDOB dokumen menyediakan sebuah tempat untuk
yang berlaku. menganalisanya. Dokumentasi pada PBF
merupakan dokumen tertulis terkait dengan
Transportasi distribusi antara lain pada proses pengadaan,
PT Parit Padang Global memiliki penyimpanan, penyaluran dan pelaporan,
standar operasional prosedur terkait sistem prosedur tertulis dan dokumen lain yang
transportasi, dokumentasi hingga pelatihan terkait pemastian mutu. PBF ini menggunakan
untuk pengantar barang. Selain personel untuk dokumentasi manual dan juga komputerisasi
pengantar barang, PBF juga menggunakan jasa yang tersistem dan terhubung dengan PBF
ekspedisi untuk pengiriman luar kota. pusat dimana dokumentasi dilakukan pada saat
Pengiriman luar kota dilakukan sesuai jadwal kegiatan berlangsung untuk memudahkan
yang telah ditentukan. Personel pengiriman penelusuran. Seluruh arsip dokumentasi PBF
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan harus disimpan selama minimal tiga tahun
perawatan kendaraan serta penyusunan barang (BPOM, 2012), ini telah sesuai dengan yang
pada tempat penyimpanan kendaraan. diterapkan pada PT Parit Padang Global
Berdasarkan hasil observasi penyusunan dimana PBF menyimpan dokumentasinya
produk pada tempat penyimpanan kendaraan selama lima tahun sebelum akhirnya
dilakukan secara first in last out hal ini dimusnahkan.
dilakukan untuk mempermudah pengeluaran
barang dan mencegah kerusakan fisik obat KESIMPULAN
(Quick, 2012). Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa PT Parit Padang
Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak Global telah mengimplementasikan dengan
Fasilitas distribusi berdasarkan baik Peraturan Kepala BPOM RI Nomor
kontrak disebut juga pihak ketiga distribusi. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang
Pihak ketiga distribusi ini biasanya menangani Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
bagian operasional penyimpanan dan Baik.
pengiriman (Yusuf, 2019). PT Parit Padang
Global menggunakan pihak ketiga dalam SARAN
pengendalian hama dan hewan pengerat pada Disarankan kepada peneliti
area penyimpanan sedangkan untuk selanjutnya untuk mengembangkan penelitian
pengiriman ke luar kota PBF menggunakan ini dengan mengevaluasi penerapan CDOB
jasa ekspedisi. Menurut BPOM (2012), semua pada Pedagang Besar Farmasi di Manado
kegiatan kontrak tertulis antara pemberi dengan menggunakan regulasi terbaru.
kontrak dan penerima kontrak, dan setiap
1428
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 2 Mei 2022
1429