Anda di halaman 1dari 120

B

ukuS
aku
KETENTUANPIDANAPEMILI
HAN
DALAM UNDANG-UNDANG
PEMILI
HANKEPALADAERAH

Di
visiHukum,Peni
ndakanPel
anggar
andan
SengketaBawasl
uKabupatenLi
ngga
Ketentuan Pidana Pemilihan
Dalam Undang-undang Pilkada
Divisi Hukum, Penindakan Pelanggaran dan Sengketa
Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Lingga
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN
DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Divisi Hukum, Penindakan Pelanggaran dan Sengketa
Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Lingga

Pengarah:
Zamroni, S.H.,M.M.

Penyusun:
Alwendi Saputra, S.H.
Nurul Azmi, S.H.
Rekky Hermansyah

Penyunting:
Alwendi Saputra, S.H.

Diterbitkan Oleh:

BAWASLU KABUPATEN LINGGA


Jl. Engku Aman Kelang-Sawah Indah Daik Lingga
Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau
E-mail : bawaslu.kablingga@gmail.com Kode Pos : 29872

Cetakan Kedua: Oktober, 2019

© HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG.


Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau memfotokopi sebagian atau
seluruh isi buku serta memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari
Penerbit.
Kata Pengantar ...

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah kepada kami hingga akhirnya dapat
menyelesaikan buku yang berjudul Ketentuan Pidana Pemilihan
Dalam Undang-undang Pilkada. Divisi Hukum, Penindakan
Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa Bawaslu Kabupaten Lingga
menyusun Buku sederhana ini untuk memudahkan masyarakat
memahami ketentuan pidana didalam Undang-undang nomor 1 tahun
2015, sebagaimana dirubah terakhir kali melalui Undang-undang
nomor 10 tahun 2016, tentang Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota.

Buku ini adalah pasal-pasal pidana didalam Undang-undang


Pilkada yang berjumlah 43 Pasal yang mengatur tentang ketentuan
pidana. Pasal-pasal tersebut terdiri dari ketentuan pidana yang bersifat
umum dan ketentuan pidana tentang tahapan penyelenggaran pilkada.
Selain itu juga terhadap ketentuan pasal yang dirujuk, makan kami
sandingkan dengan pasal yang mengaturnya.

Ketentuan pidana yang bersifat umum dalam buku ini memuat


10 (sepuluh) delik pidana, yang terdiri dari: 1. Penyelenggara yang
Melanggar Kewajiban; 2. Pemalsuan Surat; 3. Mengetahui Bahwa
Suatu Surat Adalah Tidak Sah atau Dipalsukan, Menggunakannya,
atau Menyuruh Orang Lain Menggunakannya Sebagai Surat Sah; 4.

i
Menjanjikan atau Memberikan Uang atau Materi Lainnya Sebagai
Imbalan untuk Mempengaruhi Pemilih; 5. Menerima Janji atau
Pemberian Uang atau Materi Lainnya Sebagai Imbalan; 6. Keputusan
dan/atau Tindakan yang Menguntungkan atau Merugikan Salah Satu
Pasangan Calon; 7. Larangan Melakukan Penggantian Pejabat 6
(Enam) Bulan Sebelum Tanggal Penetapan Pasangan Calon Sampai
Dengan Akhir Masa Jabatan; 8. Pemilihan Lanjutan dan/atau
Pemilihan Susulan; 9. Tidak Melaksanakan Putusan Pengadilan Yang
Telah Berkekuatan Hukum Tetap; dan 10. Tindak Kekerasan atau
Menghalang-Halangi Penyelenggara Pemilihan Dalam
Melaksanakan Tugasnya.

Sedangkan untuk ketentuan pidana yang mencangkup tahapan


penyelenggaran pemilihan terdiri atas: 1. Pemutakhiran Daftar
Pemilih yang memiliki 5 (lima) ketentuan pidana; 2. Pencalonan yang
memiliki 11 (sebelas) ketentuan pidana; 3. Kampanye dengan 5 (lima)
ketentuan pidana; 4. Dana Kampanye dengan 4 (empat) ketentuan
pidana; 5. Perlengkapan Pemilihan yang hanya memiliki 1 (satu)
ketentuan pidana; 6. Pemungutan Suara dengan 15 (lima Belas)
ketetuan pidana; 7. Penghitungan Suara dengan 3 (tiga) ketentuan
pidana; 8. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dengan 7 (tujuh)
ketentuan pidana; dan 8. Partisipasi Masyarakat yang memiliki 1
(satu) ketentuan pidana.

Dalam penyusunan buku ini, kami menyadari akan keterbatasan


yang ada. Maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Semoga penulisan buku sederhana ini mendapat Ridha

ii
Allah SWT dan dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk
memahami ketentuan pidana di Undang-undang Pilkada. Aamiin

Daik, Oktober 2019

Zamroni, S.H., M.M


Ketua Bawaslu Kabupaten Lingga

iii
Daftar Isi ...

Kata Pengantar -- iv

Bagian I Pidana Umum -- 1


A. Penyelenggara yang Melanggar Kewajiban -- 1
1. Komisi Pemilihan Umum Provinsi -- 1
2. Bawaslu Provinsi -- 3
3. KPU Kabupaten/Kota -- 4
4. Panwas Kabupaten/Kota -- 6
B. Pemalsuan Surat -- 8
C. Mengetahui Surat Tidak Sah atau Dipalsukan,
Menggunakannya, atau Menyuruh Orang Lain
Menggunakannya Sebagai Surat Sah -- 9
D. Menjanjikan atau Memberikan Uang atau Materi Lainnya
Sebagai Imbalan untuk Mempengaruhi Pemilih -- 10
E. Menerima Janji atau Pemberian Uang atau Materi Lainnya
Sebagai Imbalan -- 12
F. Keputusan dan/atau Tindakan yang Menguntungkan atau
Merugikan Salah Satu Pasangan Calon -- 14
G. Larangan Melakukan Penggantian Pejabat 6 (enam) Bulan
Sebelum Tanggal Penetapan Pasangan Calon Sampai
Dengan Akhir Masa Jabatan -- 19
H. Pemilihan Lanjutan dan/atau Pemilihan Susulan -- 21
I. Tidak Melaksanakan Putusan Pengadilan Yang Telah
Berkekuatan Hukum Tetap -- 23
J. Tindak Kekerasan Atau Menghalang-Halangi Penyelenggara
Pemilihan Dalam Melaksanakan Tugasnya -- 24

Bagian II Pidana tentang Tahapan Penyelenggaraan Pilkada – 25


A. Pemuktahiran Daftar Pemilih -- 25
1. Memberikan Keterangan Tidak Benar untuk Daftar Pemilih
--25

iv
2. Memalsukan Data dan Daftar Pemilih -- 26
3. Tidak Melakukan Verifikasi dan Rekapitulasi Data dan
Daftar Pemilih -- 32
4. Menyebabkan Orang Lain Kehilangan Hak Pilih -- 35
5. Menghalang-halangi Seseorang untuk Terdaftar sebagai
Pemilih -- 36
B. Pencalonan -- 37
1. Menghilangkan Hak seseorang untuk Menjadi Calon
Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon
Wakil Bupati, dan Calon Walikota/Calon Wakil Walikota -
- 38
2. Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu bagi Persyaratan
untuk Menjadi Calon -- 50
3. Memalsukan Surat -- 51
4. Mengetahui Bahwa Suatu Surat Adalah Tidak Sah atau
Dipalsukan, Menggunakannya, atau Menyuruh Orang Lain
Menggunakannya Sebagai Surat Sah -- 52
5. Memberikan Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu bagi
Persyaratan untuk Mendukung Pasangan Calon
Perseorangan Menjadi Calon -- 52
6. Pemalsuan Daftar Dukungan Terhadap Calon Perseorangan
-- 53
7. Tidak Melakukan Verifikasi Dan Rekapitulasi Terhadap
Dukungan Calon Perseorangan -- 55
8. Pendaftaran Pasangan Calon Tidak Didasarkan pada Surat
Keputusan Pengurus Partai Politik Tingkat Pusat -- 61
9. Anggota Partai Politik atau Anggota Gabungan Partai
Politik yang Menerima Imbalan dalam Bentuk Apapun
Pada Proses Pencalonan -- 65
10.Setiap Orang atau Lembaga yang Memberi Imbalan pada
Proses Pencalonan -- 66
11.Pengunduran Diri – 68

v
C. Kampanye -- 70
1. Kampanye di Luar Jadwal -- 70
2. Larang PelaksanaKampanye (1) -- 71
3. Larangan Kampanye (2) -- 72
4. Mengacaukan, Menghalangi, Atau Mengganggu Jalannya
Kampanye -- 73
5. Melibatkan Pihak yang Dilarang Dalam Kampanye -- 73
D. Dana Kampanye -- 75
1. Memberi atau Menerima Dana Kampanye Melebihi
Batas -- 75
2. Menerima atau Memberi Dana Kampanye dari atau kepada
Pihak Yang Dilarang -- 76
3. Keterangan yang Tidak Benar – 78
4. Calon yang Tidak Melaporkan Sumbangan Dana
Kampanye -- 79
E. Perlengkapan Pemilihan – 80
F. Pemungutan Suara – 82
1. Mengaku Dirinya Sebagai Orang Lain Untuk
Menggunakan Hak Pilih -- 83
2. Memberikan Suaranya Lebih Dari Satu Kali Di Satu Atau
Lebih TPS -- 83
3. Tidak Berhak Memilih Memberikan Suaranya 1 (satu) Kali
Atau Lebih Pada 1 (satu) TPS Atau Lebih -- 84
4. Menyuruh Orang Yang Tidak Berhak Memilih
Memberikan Suaranya 1 (Satu) Kali Atau Lebih Pada 1
(Satu) TPS -- 85
5. Penyelenggara Menyuruh Orang Yang Tidak Berhak
Memilih Memberikan Suaranya 1 (Satu) Kali Atau Lebih
Pada 1 (Satu) TPS -- 85
6. Menggagalkan Pemungutan Suara -- 86
7. Memberi Keterangan Tidak Benar, Mengubah, Merusak,
Menghilangkan Hasil Pemungutan -- 87
8. Mendampingi Seorang Pemilih Yang Bukan Pemilih
Tunanetra, Tunadaksa, Atau Yang Mempunyai Halangan

vi
Fisik Lain -- 88
9. Menghalang-halangi Seseorang untuk Terdaftar sebagai
Pemilih -- 89
10.Tidak Memberikan Kesempatan Kepada Seorang Pekerja
Untuk Memberikan Suaranya -- 89
11.Tidak Menetapkan Pemungutan Dan/Atau Penghitungan
Suara Ulang Di TPS -- 90
12.Tidak Membuat dan/atau Menandatangani Berita Acara
Perolehan Pasangan Calon -- 93
13.Tidak Melaksanakan Ketetapan KPU Provinsi Dan KPU
Kabupaten/Kota Untuk Melaksanakan Pemungutan Suara
Ulang Di TPS -- 94
14.Tidak Memberikan Salinan 1 (Satu) Eksemplar Berita
Acara Pemungutan Dan Penghitungan Suara Dan/Atau
Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Pada Saksi -- 95
15.Tidak Menjaga, Mengamankan Keutuhan Kotak Suara,
Dan Menyerahkan Kotak Suara Tersegel Yang Berisi Surat
Suara, Berita Acara Pemungutan Suara, Dan Sertifikat
Hasil Penghitungan Suara -- 96
G. Perhitungan Suara -- 98
1. Memberi Keterangan Tidak Benar, Mengubah, Merusak,
Menghilangkan Hasil Pemungutan -- 98
2. Tidak Mengumumkan Hasil Penghitungan Suara Dari
Seluruh TPS di Wilayah Kerjanya -- 99
3. Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi
Penghitungan Suara Hasil Pemilihan -- 100
H. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara -- 102
1. Menggagalkan Pleno Penghitungan Suara Tahap Akhir --
102
2. Kekerasan Terkait dengan Penetapan Hasil Pemilihan --
102
3. Tidak Membuat dan/atau Menandatangani Berita Acara
Perolehan Pasangan Calon -- 103
4. Tidak Mengawasi Penyerahan Kotak Suara Tersegel

vii
Kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota -- 104
5. Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi
Penghitungan Suara Hasil Pemilihan -- 105
6. Tidak Menetapkan Perolehan Hasil Pemilihan -- 106
I. Partisipasi Masyarakat -- 107

viii
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Bagian I
Pidana Umum

A. Penyelenggara Yang Melanggar Kewajiban


Ketentuan pidana bagi penyelenggara pemilihan seperti KPU Provinsi,
Bawaslu Provinsi, KPU Kabupaten/Kota dan Bawaslu Kabupaten/Kota yang
melanggar kewajibannya diatur dalam 2 (dua) Pasal yaitu Pasal 193A dan
Pasal 193B.

1. Komisi Pemilihan Umum Provinsi


Pasal 193A ayat (1)
“Ketua dan/atau anggota KPU Provinsi yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh
empat juta rupiah)”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Ketua  Pidana penjara Pasal 12 (UU 1/2015)
dan/atau paling singkat Dalam pelaksanaan Pemilihan
anggota KPU 12 (dua belas) Gubernur dan Wakil Gubernur,
Provinsi; bulan dan KPU Provinsi wajib:
 Melanggar paling lama 144 a. Melaksanakan semua tahapan
kewajiban (seratus empat penyelenggaraan Pemilihan
sebagaimana puluh empat) Gubernur dan Wakil Gubernur
dimaksud bulan; dengan tepat waktu;
dalam Pasal  Denda paling b. Memperlakukan peserta
12 sedikit Pemilihan Gubernur dan Wakil
Rp12.000.000,0 Gubernur secara adil dan setara;

1
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

0 (dua belas juta c. Menyampaikan semua informasi


rupiah) dan penyelenggaraan Pemilihan
paling banyak Gubernur dan Wakil Gubernur
Rp144.000.000, kepada masyarakat;
00 (seratus d. Melaporkan
empat puluh pertanggungjawaban
empat juta penggunaan anggaran sesuai
rupiah). dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Menyampaikan laporan
pertanggungjawaban semua
kegiatan penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur kepada KPU dan
Menteri;
f. Mengelola, memelihara, dan
merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
g. Menyampaikan laporan periodik
mengenai tahapan
penyelenggaraan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur
kepada KPU dan Menteri
dengan tembusan kepada
Bawaslu;
h. Membuat berita acara pada
setiap rapat pleno KPU Provinsi
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
i. Menyediakan dan
menyampaikan data hasil
Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur di tingkat Provinsi;
j. Melaksanakan Keputusan
DKPP; dan
k. Melaksanakan kewajiban lain
yang diberikan KPU dan/atau
ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

2. Bawaslu Provinsi
Pasal 193B ayat (1)
“Ketua dan/atau anggota Bawaslu Provinsi yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh
empat juta rupiah)”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Ketua  Pidana penjara Pasal 29 (UU 1/2015)
dan/atau paling singkat 12 Bawaslu Provinsi wajib:
anggota (dua belas) bulan a. Bersikap tidak diskriminatif
Bawaslu dan paling lama dalam menjalankan tugas dan
Provinsi; 144 (seratus wewenangnya;
 Melanggar empat puluh b. Melakukan pembinaan dan
kewajiban empat) bulan; pengawasan terhadap
sebagaimana  Denda paling pelaksanaan tugas pengawas
dimaksud sedikit pemilihan umum pada tingkatan
dalam Pasal Rp12.000.000,00 di bawahnya;
29 (dua belas juta c. Menerima dan menindaklanjuti
rupiah) dan laporan yang berkaitan dengan
paling banyak dugaan adanya pelanggaran
Rp144.000.000,0 terhadap pelaksanaan peraturan
0 (seratus empat perundang-undangan mengenai
puluh empat juta Pemilihan;
rupiah). d. Menyampaikan laporan hasil
pengawasan kepada Bawaslu
sesuai dengan tahapan
Pemilihan secara periodik
dan/atau berdasarkan
kebutuhan;
e. Menyampaikan temuan dan
laporan kepada Bawaslu
berkaitan dengan adanya
dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh KPU Provinsi

3
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

yang mengakibatkan
terganggunya penyelenggaraan
tahapan Pemilihan di tingkat
Provinsi; dan
f. Melaksanakan kewajiban lain
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2. KPU Kabupaten/Kota
Pasal 193A ayat (2)
“Ketua dan/atau anggota KPU Kabupaten/Kota yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Ketua dan/atau  Pidana Pasal 14 (UU 8/2015)
anggota KPU penjara paling KPU Kabupaten/Kota dalam
Kabupaten/Kota singkat 12 pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
; (dua belas) serta pemilihan Walikota dan
 Melanggar bulan dan Wakil Walikota wajib:
kewajiban paling lama a. Melaksanakan semua tahapan
sebagaimana 144 (seratus penyelenggaraan pemilihan
dimaksud dalam empat puluh Bupati dan Wakil Bupati serta
Pasal 14 empat) bulan; pemilihan Walikota dan Wakil
 Denda paling Walikota dengan tepat waktu;
sedikit b. Memperlakukan peserta
Rp12.000.000 pemilihan Bupati dan Wakil
,00 (dua belas Bupati serta pemilihan Walikota
juta rupiah) dan Wakil Walikota secara adil
dan paling dan setara;
banyak c. Menyampaikan semua informasi
Rp144.000.00 penyelenggaraan pemilihan

4
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

0,00 (seratus Bupati dan Wakil Bupati serta


empat puluh pemilihan Walikota dan Wakil
empat juta Walikota kepada masyarakat;
rupiah). d. Melaporkan
pertanggungjawaban
penggunaan anggaran sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Menyampaikan laporan semua
kegiatan penyelenggaraan
pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati serta pemilihan Walikota
dan Wakil Walikota kepada
Menteri melalui Gubernur dan
kepada KPU melalui KPU
Provinsi;
f. Mengelola, memelihara, dan
merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
g. Mengelola barang inventaris
KPU Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
h. Menyampaikan laporan periodik
mengenai tahapan
penyelenggaraan pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati serta
pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota kepada Menteri
melalui Gubernur, kepada KPU
dan KPU Provinsi serta
menyampaikan tembusannya
kepada Bawaslu Provinsi;
i. Membuat berita acara pada
setiap rapat pleno KPU
Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
j. Menyampaikan data hasil

5
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pemilihan dari tiap TPS pada


tingkat Kabupaten/Kota kepada
peserta Pemilihan paling lama 7
(tujuh) hari setelah rekapitulasi
di Kabupaten/Kota;
k. Melaksanakan Keputusan
DKPP; dan
l. Melaksanakan kewajiban lain
yang diberikan KPU, KPU
Provinsi dan/atau ketentuan
peraturan

3. Panwas Kabupaten/Kota
Pasal 193 B ayat (2)
“Ketua dan/atau anggota Panwas Kabupaten/Kota yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Ketua  Ketua dan/atau Pasal 32 (UU 1/2015)
dan/atau anggota Dalam Pemilihan Bupati dan
anggota KPU Panwas Walikota, Panwas Kabupaten/Kota
Kabupaten/K Kabupaten/Kot wajib:
ota; a a. Bersikap tidak diskriminatif
 Melanggar  Melanggar dalam menjalankan tugas dan
kewajiban kewajiban wewenangnya;
sebagaimana sebagaimana b. Melakukan pembinaan dan
dimaksud dimaksud pengawasan terhadap
dalam Pasal dalam Pasal 32 pelaksanaan tugas Panwas pada
14 tingkatan di bawahnya;
c. Menerima dan menindaklanjuti
laporan yang berkaitan dengan

6
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

dugaan adanya pelanggaran


terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai
Pemilihan;
d. Menyampaikan laporan hasil
pengawasan kepada Bawaslu
sesuai dengan tahapan Pemilihan
secara periodik dan/atau
berdasarkan kebutuhan;
e. Menyampaikan temuan dan
laporan kepada Bawaslu
berkaitan dengan adanya dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh
KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota yang
mengakibatkan terganggunya
penyelenggaraan tahapan
Pemilihan; dan
f. Melaksanakan kewajiban lain
yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan.

7
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

B. Pemalsuan Surat

Pasal 179
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang menurut suatu
aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan untuk menjalankan suatu
perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain sebagai
seolah-olah surat sah atau tidak dipalsukan, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 36 (tiga
 Dengan sengaja puluh enam) bulan dan paling lama
 Memalsukan surat yang 72 (tujuh puluh dua) bulan dan;
menurut suatu aturan dalam  Denda paling sedikit
Undang-Undang ini Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
 Diperlukan untuk menjalankan juta rupiah) dan paling banyak
suatu perbuatan dengan maksud Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
untuk digunakan sendiri atau juta rupiah).
orang lain sebagai seolah-olah
surat sah atau tidak dipalsukan

8
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

C. Mengetahui Surat Tidak Sah Atau Dipalsukan, Menggunakannya,


Atau Menyuruh Orang Lain Menggunakannya Sebagai Surat Sah

Pasal 181
“Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa suatu surat
adalah tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau menyuruh orang
lain menggunakannya sebagai surat sah, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh
dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang Pidana penjara paling singkat 36 (tiga
 Dengan sengaja puluh enam) bulan dan paling lama 72
 Mengetahui bahwa suatu (tujuh puluh dua) bulan dan;
surat adalah tidak sah atau Denda paling sedikit Rp36.000.000,00
dipalsukan, menggunakannya, (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling
atau menyuruh orang lain banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
menggunakannya sebagai dua juta rupiah).
surat sah

9
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

D. Menjanjikan Atau Memberikan Uang Atau Materi Lainnya Sebagai


Imbalan Untuk Mempengaruhi Pemilih

Pasal 187A ayat (1)


“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan
kepada warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak
langsung untuk mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih,
menggunakan hak pilih dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak
sah, memilih calon tertentu, atau tidak memilih calon tertentu sebagaimana
dimaksud pada Pasal 73 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang  Pidana penjara Pasal 73 ayat (4)
 Dengan sengaja paling singkat 36 Selain Calon atau
 Melakukan (tiga puluh enam) Pasangan Calon, anggota
perbuatan melawan bulan dan paling Partai Politik, tim
hukum menjanjikan lama 72 (tujuh puluh kampanye, dan relawan,
atau memberikan dua) bulan atau pihak lain juga
uang atau materi  Denda paling sedikit dilarang dengan sengaja
lainnya sebagai Rp200.000.000,00 melakukan perbuatan
imbalan kepada (dua ratus juta melawan hukum
warga negara rupiah) dan paling menjanjikan atau
Indonesia baik banyak memberikan uang atau
secara langsung Rp1.000.000.000,00 materi lainnya sebagai
ataupun tidak (satu milyar rupiah). imbalan kepada warga
langsung untuk negara Indonesia baik
mempengaruhi secara langsung ataupun
Pemilih agar tidak tidak langsung untuk:

10
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

menggunakan hak a. Mempengaruhi Pemilih


pilih, menggunakan untuk tidak
hak pilih dengan menggunakan hak
cara tertentu pilih;
sehingga suara b. Menggunakan hak pilih
menjadi tidak sah, dengan cara tertentu
memilih calon sehingga
tertentu, atau tidak mengakibatkan suara
memilih calon tidak sah; dan
tertentu c. Mempengaruhi untuk
sebagaimana memilih calon tertentu
dimaksud pada atau tidak memilih
Pasal 73 ayat (4) calon tertentu.

11
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

E. Menerima Janji Atau Pemberian Uang Atau Materi Lainnya


Sebagai Imbalan

Pasal 187a Ayat (2)


“Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Pemilih  Pidana penjara Pasal 187A ayat (1)
 Dengan paling singkat 36 “Setiap orang yang dengan
sengaja (tiga puluh enam) sengaja melakukan perbuatan
 Melakukan bulan dan paling melawan hukum menjanjikan
perbuatan lama 72 (tujuh atau memberikan uang atau
melawan puluh dua) bulan materi lainnya sebagai imbalan
hukum  Denda paling kepada warga negara Indonesia
menerima sedikit baik secara langsung ataupun
pemberian Rp200.000.000,00 tidak langsung untuk
atau janji (dua ratus juta mempengaruhi Pemilih agar
sebagaimana rupiah) dan paling tidak menggunakan hak pilih,
dimaksud banyak menggunakan hak pilih dengan
pada ayat (1) Rp1.000.000.000,00 cara tertentu sehingga suara
(satu milyar rupiah). menjadi tidak sah, memilih calon
tertentu, atau tidak memilih
calon tertentu sebagaimana
dimaksud pada Pasal 73 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga puluh
enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan
denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah)”.

Pasal 73 ayat (4)


Selain Calon atau Pasangan

12
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Calon, anggota Partai Politik,


tim kampanye, dan relawan, atau
pihak lain juga dilarang dengan
sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum menjanjikan
atau memberikan uang atau
materi lainnya sebagai imbalan
kepada warga negara Indonesia
baik secara langsung ataupun
tidak langsung untuk:
d. Mempengaruhi Pemilih untuk
tidak menggunakan hak pilih;
e. Menggunakan hak pilih
dengan cara tertentu sehingga
mengakibatkan suara tidak
sah; dan
f. Mempengaruhi untuk memilih
calon tertentu atau tidak
memilih calon tertentu.

13
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

F. Keputusan dan/atau Tindakan yang Menguntungkan atau


Merugikan Salah Satu Pasangan Calon

Pasal 188
“Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa
atau sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling
banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap pejabat  Pidana penjara Pasal 71 (UU 10/2016)
negara, pejabat paling singkat 1 (1) Pejabat negara, pejabat
Aparatur Sipil (satu) bulan atau daerah, pejabat aparatur
Negara, dan paling lama 6 sipil negara, anggota
Kepala Desa (enam) bulan TNI/POLRI, dan Kepala
atau sebutan dan/atau; Desa atau sebutan
lain/Lurah  Denda paling lain/Lurah dilarang
 Dengan sengaja sedikit membuat keputusan
 Melanggar Rp600.000,00 dan/atau tindakan yang
ketentuan (enam ratus ribu menguntungkan atau
sebagaimana rupiah) atau paling merugikan salah satu
dimaksud dalam banyak pasangan calon.
pasal 71 Rp6.000.000,00 (2) Gubernur atau Wakil
(enam juta Gubernur, Bupati atau
rupiah). Wakil Bupati, dan Walikota
atau Wakil Walikota
dilarang melakukan
penggantian pejabat 6
(enam) bulan sebelum
tanggal penetapan pasangan
calon sampai dengan akhir
masa jabatan kecuali
mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri.
(3) Gubernur atau Wakil

14
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Gubernur, Bupati atau


Wakil Bupati, dan Walikota
atau Wakil Walikota
dilarang menggunakan
kewenangan, program, dan
kegiatan yang
menguntungkan atau
merugikan salah satu
pasangan calon baik di
daerah sendiri maupun di
daerah lain dalam waktu 6
(enam) bulan sebelum
tanggal penetapan pasangan
calon sampai dengan
penetapan pasangan calon
terpilih.
(4) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3)
berlaku juga untuk penjabat
Gubernur atau Penjabat
Bupati/Walikota.
(5) Dalam hal Gubernur atau
Wakil Gubernur, Bupati
atau Wakil Bupati, dan
Walikota atau Wakil
Walikota selaku petahana
melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3),
petahana tersebut dikenai
sanksi pembatalan sebagai
calon oleh KPU Provinsi
atau KPU Kabupaten/Kota.

15
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 187 Ayat (6)


“Setiap orang yang dengan sengaja menerima atau memberi dana
Kampanye dari atau kepada pihak yang dilarang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (1) dan/atau tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) bulan atau paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang  Pidana penjara Pasal 76 ayat (1) (UU 8/2015)
 Dengan sengaja paling singkat 4 Partai Politik dan/atau
 Menerima atau (empat) bulan atau gabungan Partai Politik yang
memberi dana paling lama 24 (dua mengusulkan pasangan calon
Kampanye dari puluh empat) Bulan dan pasangan calon
atau kepada dan/atau; perseorangan dilarang
pihak yang  Denda paling sedikit menerima sumbangan atau
dilarang Rp200.000.000,00 bantuan lain untuk Kampanye
 Sebagaimana (dua ratus juta yang berasal dari:
dimaksud rupiah) atau paling a. Negara asing, lembaga
dalam Pasal 76 banyak swasta asing, lembaga
ayat (1) Rp1.000.000.000,00 swadaya masyarakat asing
 Dan/atau tidak (satu miliar rupiah) b. Warga negara asing;
memenuhi c. Penyumbang atau pemberi
kewajiban bantuan yang tidak jelas
sebagaimana identitasnya;
dimaksud d. Pemerintah dan Pemerintah
dalam Pasal 71 Daerah; dan
e. Badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah,
dan badan usaha milik desa
atau sebutan lain.

16
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 71 (UU 10/2016)


(1) Pejabat negara1, pejabat
daerah, pejabat aparatur
sipil negara, anggota
TNI/POLRI, dan Kepala
Desa atau sebutan
lain/Lurah dilarang
membuat keputusan
dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau
merugikan salah satu
pasangan calon.
(2) Gubernur atau Wakil
Gubernur, Bupati atau
Wakil Bupati, dan Walikota
atau Wakil Walikota
dilarang melakukan
penggantian pejabat 6
(enam) bulan sebelum
tanggal penetapan pasangan
calon sampai dengan akhir
masa jabatan kecuali
mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri.
(3) Gubernur atau Wakil
Gubernur, Bupati atau
Wakil Bupati, dan Walikota
atau Wakil Walikota
dilarang menggunakan
kewenangan, program, dan
kegiatan yang
menguntungkan atau
merugikan salah satu
pasangan calon baik di
daerah sendiri maupun di
1
Pasal 122 UU 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 yaitu:
a.Presiden dan Wakil Presiden, b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat; d. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah; e. Ketua, wakil ketua, ketua
muda dan hakim agung pada Mahkamah Agung serta ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali
hakim ad hoc; f. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; g. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan; h. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; i. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; j.
Menteri dan jabatan setingkat menteri; k. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; l. Gubernur dan wakil gubernur; m. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
n. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-undang.

17
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

daerah lain dalam waktu 6


(enam) bulan sebelum
tanggal penetapan pasangan
calon sampai dengan
penetapan pasangan calon
terpilih.
(4) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3)
berlaku juga untuk penjabat
Gubernur atau Penjabat
Bupati/Walikota.
(5) Dalam hal Gubernur atau
Wakil Gubernur, Bupati
atau Wakil Bupati, dan
Walikota atau Wakil
Walikota selaku petahana
melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3),
petahana tersebut dikenai
sanksi pembatalan sebagai
calon oleh KPU Provinsi
atau KPU Kabupaten/Kota.
(6) Sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3) yang
bukan petahana diatur
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.

18
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

G. Larangan Melakukan Penggantian Pejabat 6 (enam) Bulan


Sebelum Tanggal Penetapan Pasangan Calon Sampai Dengan
Akhir Masa Jabatan

Pasal 188
“Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa
atau sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling
banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)

19
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

 Setiap pejabat  Pidana penjara Pasal 71 (UU 10/2016)


2
negara, paling singkat 1 (1) Pejabat negara , pejabat daerah,
pejabat (satu) bulan atau pejabat aparatur sipil negara,
Aparatur Sipil paling lama 6 anggota TNI/POLRI, dan
Negara, dan (enam) bulan Kepala Desa atau sebutan
Kepala Desa dan/atau; lain/Lurah dilarang membuat
atau sebutan  Denda paling keputusan dan/atau tindakan
lain/Lurah sedikit yang menguntungkan atau
 Dengan Rp600.000,00 merugikan salah satu pasangan
sengaja (enam ratus ribu calon.
 Melanggar rupiah) atau (2) Gubernur atau Wakil Gubernur,
ketentuan paling banyak Bupati atau Wakil Bupati, dan
sebagaimana Rp6.000.000,00 Walikota atau Wakil Walikota
dimaksud (enam juta dilarang melakukan penggantian
dalam pasal 71 rupiah). pejabat 6 (enam) bulan sebelum
tanggal penetapan pasangan
calon sampai dengan akhir masa
jabatan kecuali mendapat
persetujuan tertulis dari Menteri.
(3) Gubernur atau Wakil
Gubernur, Bupati atau Wakil
Bupati, dan Walikota atau
Wakil Walikota dilarang
menggunakan kewenangan,
program, dan kegiatan yang
menguntungkan atau
merugikan salah satu
pasangan calon baik di daerah
sendiri maupun di daerah lain
dalam waktu 6 (enam) bulan
sebelum tanggal penetapan
pasangan calon sampai
dengan penetapan pasangan
calon terpilih.
(4) Ketentuan sebagaimana
2
dimaksud pada ayat (1) sampai
Pasal 122 UU 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 yaitu:
a.Presiden dan Wakil Presiden, b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis dengan ayatRakyat;
Permusyawaratan (3)c. Ketua,
berlaku juga
wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat; d. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan untuk penjabat
Perwakilan Daerah; e. Gubernur
Ketua, wakil
muda dan hakim agung pada Mahkamah Agung serta ketua, wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali
atau
ketua, ketua

hakim ad hoc; f. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; g.Penjabat Bupati/Walikota.
Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan; h. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; i. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; j.
Menteri dan jabatan setingkat menteri; k. Kepala perwakilan Republik(5) Dalam
Indonesia halyangGubernur
di luar negeri berkedudukan sebagai atauDuta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; l. Gubernur dan wakil gubernur; m. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
n. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-undang. Wakil Gubernur, Bupati atau
Wakil Bupati, dan Walikota
atau Wakil Walikota selaku
petahana melanggar 20
ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3), petahana tersebut
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

H. Pemilihan Lanjutan Dan/Atau Pemilihan Susulan

Pasal 193 ayat (2)


“Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tidak menetapkan
pemilihan lanjutan dan/atau pemilihan susulan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 120 dan Pasal 121 berdasarkan putusan Bawaslu Provinsi atau
Panwas Kabupaten/Kota tanpa alasan yang dibenarkan berdasarkan
UndangUndang ini, anggota KPU Provinsi dan anggota KPU
Kabupaten/Kota dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan
dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 KPU Provinsi dan  Pidana penjara Pasal 120 (UU 1/2015)
KPU paling singkat 36 (1) Dalam hal sebagian
Kabupaten/Kota (tiga puluh enam) atau seluruh wilayah
 Tidak menetapkan bulan dan paling Pemilihan terjadi
pemilihan lanjutan lama 144 (seratus kerusuhan, gangguan
dan/atau pemilihan empat puluh empat) keamanan, bencana
susulan; bulan; alam, atau gangguan
 Sebagaimana  Denda paling sedikit lainnya yang
dimaksud dalam Rp36.000.000,00 mengakibatkan
Pasal 120 dan Pasal (tiga puluh enam juta sebagian tahapan
121 berdasarkan rupiah) dan paling penyelenggaraan
putusan Bawaslu banyak Pemilihan tidak dapat
Provinsi atau Panwas Rp144.000.000,00 dilaksanakan maka
Kabupaten/Kota (seratus empat puluh dilakukan Pemilihan
tanpa alasan yang lanjutan.
dibenarkan (2) Pelaksanaan
berdasarkan Undang- Pemilihan lanjutan
Undang ini dimulai dari tahap
penyelenggaraan
Pemilihan yang
terhenti.

21
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 121 (UU 1/2015)


(1) Dalam hal di suatu
wilayah Pemilihan
terjadi bencana alam,
kerusuhan, gangguan
keamanan, dan/atau
gangguan lainnya
yang mengakibatkan
terganggunya seluruh
tahapan
penyelenggaraan
Pemilihan maka
dilakukan Pemilihan
susulan.
(2) Pelaksanaan
Pemilihan susulan
dilakukan untuk
seluruh tahapan
penyelenggaraan
Pemilihan.

22
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

I. Tidak Melaksanakan Putusan Pengadilan Yang Telah


Berkekuatan Hukum Tetap

Pasal 198
“Ketua dan anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang tidak
melaksanakan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150 ayat (2), dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Ketua dan Anggota  Pidana penjara Pasal 150 ayat (2) (UU
KPU Provinsi dan paling singkat 12 1/2015)
KPU (dua belas) bulan KPU Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota dan paling lama 24 Kabupaten/Kota wajib
 Tidak (dua puluh empat) menindaklanjuti putusan
melaksanakan bulan dan; pengadilan sebagaimana
putusan pengadilan  Denda paling dimaksud pada ayat (1).
yang telah sedikit
mempunyai Rp12.000.000,00
kekuatan hukum (dua belas juta
tetap; rupiah) dan paling
 Sebagaimana banyak
dimaksud dalam Rp24.000.000,00
Pasal 150 ayat (2) (dua puluh empat
juta rupiah).

23
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

J. Tindak Kekerasan Atau Menghalang-Halangi Penyelenggara


Pemilihan Dalam Melaksanakan Tugasnya

Pasal 198A
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindak kekerasan atau
menghalang-halangi Penyelenggara Pemilihan dalam melaksanakan
tugasnya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas)
bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap Orang;  Pidana penjara paling singkat 12 (dua
 Dengan Sengaja; belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh
 Melakukan tindak empat) bulan;
kekerasan  Denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua
ataumenghalang-halangi belas juta rupiah) dan paling banyak
penyelenggara pemilihan Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
dalam melaksanakan rupiah)
tugasnya.

24
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Bagian II
Pidana Tentang Tahapan
Penyelenggaraan Pilkada

A. Pemuktahiran Daftar Pemilih


Dari hasil pencermatan Divisi Hukum, Penindakan Pelanggaran Dan
Penyelesaian Sengketa Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten
Lingga, ada 5 (lima) Ketentuan Pidana yang terkait dengan tahapan, atau
tema pemutakhiran daftar pemilih ini. Kelima ketentuan yang berhubungan
dengan Pemuktahiran Daftar Pemilih. Ketentuan Pidana tersebut ialah: 1.
Memberikan Keterangan Tidak Benar untuk Daftar Pemilih; 2. Memalsukan
Data dan Daftar Pemilih; 3. Penyelenggara Pemilihan Tidak Melakukan
Verifikasi dan Rekapitulasi Data dan Daftar Pemilih; 4. Menyebabkan
Orang Lain Kehilangan Hak Pilih; dan 5. Menghalang-halangi Seseorang
untuk Terdaftar sebagai Pemilih.

1. Memberikan Keterangan Tidak Benar Untuk Daftar Pemilih


Pasal 177
“Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang
diperlukan untuk pengisian daftar pemilih, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
bulan dan denda paling sedikit Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dan
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”.

25
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap Orang;  Pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
 Dengan sengaja; bulan dan paling lama 12 (dua belas)
 Memberikan keterangan yang bulan dan denda paling sedikit
tidak benar mengenai diri Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah);
sendiri atau diri orang lain  Denda paling sedikit Rp3.000.000,00
tentang suatu hal; (tiga juta rupiah) dan paling banyak
 Diperlukan untuk pengisian Rp12.000.000,00 (dua belas juta
daftar pemilih rupiah)

2. Memalsukan Data dan Daftar Pemilih


Delik ini tidak hanya ditujukan kepada masyarakat pada umumnya, namun
juga kepada penyelenggara pemilihan. Sifat khusus dari delik ini
ditunjukkan dengan memberikan tambahan ancaman hukuman bilamana
delik ini dilakukan oleh pihak Penyelenggara Pemilihan.

a. Setiap Orang
Pasal 177A ayat (1)

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan


hukum memalsukan data dan daftar pemilih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12
(dua belas) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan
denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang;  Pidana penjara Pasal 58
 Dengan paling singkat 12 (1) Daftar Pemilih Tetap
Sengaja; (dua belas) bulan pemilihan umum terakhir
 Melakukan dan paling lama 72 digunakan sebagai sumber
perbuatan (tujuh puluh dua) pemutakhiran data
melawan bulan; pemilihan dengan

26
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

hukum  Denda paling sedikit mempertimbangkan Daftar


memalsukan Rp12.000.000,00 Penduduk Potensial
data dan (dua belas juta Pemilih Pemilihan.
daftar rupiah) dan paling (2) Daftar Penduduk Potensial
pemilih banyak Pemilih Pemilihan
sebagaimana Rp72.000.000,00 sebagaimana dimaksud
dimaksud (tujuh puluh dua pada ayat (1) berasal dari
dalam Pasal juta rupiah) Dinas Kependudukan dan
58 Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota yang
telah dikonsolidasikan,
diverifikasi, dan divalidasi
oleh Menteri digunakan
sebagai bahan penyusunan
daftar Pemilih untuk
Pemilihan.
(3) Daftar pemilih
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2)
oleh PPS dilakukan
3
pemutakhiran
berdasarkan perbaikan dari
rukun tetangga, rukun
warga, atau sebutan lain
dan tambahan Pemilih
yang telah memenuhi
persyaratan sebagai
Pemilih paling lambat 14
(empat belas) Hari
terhitung sejak
diterimanya hasil
konsolidasi, verifikasi, dan
validasi
(4) Daftar Pemilih hasil
pemutakhiran
sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diserahkan
kepada PPK untuk

3
Yang dimaksud dengan “pemutakhiran” adalah menambah dan/atau mengurangi calon pemilih sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan, bukan untuk merubah elemen data yang bersumber dari DP4.

27
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

dilakukan rekapitulasi
daftar Pemilih tingkat
PPK.
(5) Rekapitulasi daftar
Pemilih hasil
pemutakhiran
sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diserahkan
oleh PPK kepada KPU
Kabupaten/Kota paling
lambat 3 (tiga) Hari
terhitung sejak selesainya
pemutakhiran untuk
dilakukan rekapitulasi
daftar Pemilih tingkat
kabupaten/kota, yang
kemudian ditetapkan
sebagai Daftar Pemilih
Sementara.
(6) Daftar Pemilih Sementara
sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) diumumkan
secara luas dan melalui
papan pengumuman rukun
tetangga dan rukun warga
atau sebutan lain oleh PPS
untuk mendapatkan
masukan dan tanggapan
dari masyarakat selama 10
(sepuluh) Hari.
(7) PPS memperbaiki Daftar
Pemilih Sementara
berdasarkan masukan dan
tanggapan dari masyarakat
paling lama 5 (lima) Hari
terhitung sejak masukan
dan tanggapan dari
masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6)
berakhir.
(8) Daftar Pemilih Sementara

28
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

yang telah diperbaiki


sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) diserahkan
kepada KPU
Kabupaten/Kota untuk
ditetapkan sebagai Daftar
Pemilih Tetap dan
diumumkan oleh PPS
paling lama 2 (dua) Hari
terhitung sejak jangka
waktu penyusunan Daftar
Pemilih Tetap berakhir.
(9) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pemutakhiran data Pemilih
diatur dengan Peraturan
KPU.

b. Penyelenggara
Pasal 177A ayat (2)
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh penyelenggara Pemilihan dan/atau saksi pasangan calon dipidana
dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana maksimumnya.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang;  Pidana yang sama Pasal 177A ayat (1)
 Dengan sebagaimana “Setiap orang yang dengan
Sengaja; dimaksud pada sengaja melakukan perbuatan
 Melakukan ayat (1) ditambah melawan hukum memalsukan
perbuatan 1/3 (sepertiga) dari data dan daftar pemilih
melawan ancaman pidana sebagaimana dimaksud
hukum maksimumnya. dalam Pasal 58, dipidana
memalsukan dengan pidana penjara
data dan daftar paling singkat 12 (dua belas)
pemilih bulan dan paling lama 72

29
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

sebagaimana (tujuh puluh dua) bulan dan


dimaksud denda paling sedikit
dalam Pasal Rp12.000.000,00 (dua belas
58 juta rupiah) dan paling
banyak Rp72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta
rupiah)”.

Pasal 58
(1) Daftar Pemilih Tetap
pemilihan umum terakhir
digunakan sebagai sumber
pemutakhiran data
pemilihan dengan
mempertimbangkan Daftar
Penduduk Potensial
Pemilih Pemilihan.
(2) Daftar Penduduk Potensial
Pemilih Pemilihan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari
Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota yang
telah dikonsolidasikan,
diverifikasi, dan divalidasi
oleh Menteri digunakan
sebagai bahan penyusunan
daftar Pemilih untuk
Pemilihan.
(3) Daftar pemilih
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2)
oleh PPS dilakukan
4
pemutakhiran
berdasarkan perbaikan dari
rukun tetangga, rukun
warga, atau sebutan lain
dan tambahan Pemilih

4
Yang dimaksud dengan “pemutakhiran” adalah menambah dan/atau mengurangi calon pemilih sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan, bukan untuk merubah elemen data yang bersumber dari DP4.

30
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

yang telah memenuhi


persyaratan sebagai
Pemilih paling lambat 14
(empat belas) Hari
terhitung sejak
diterimanya hasil
konsolidasi, verifikasi, dan
validasi
(4) Daftar Pemilih hasil
pemutakhiran
sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diserahkan
kepada PPK untuk
dilakukan rekapitulasi
daftar Pemilih tingkat
PPK.
(5) Rekapitulasi daftar
Pemilih hasil
pemutakhiran
sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diserahkan
oleh PPK kepada KPU
Kabupaten/Kota paling
lambat 3 (tiga) Hari
terhitung sejak selesainya
pemutakhiran untuk
dilakukan rekapitulasi
daftar Pemilih tingkat
kabupaten/kota, yang
kemudian ditetapkan
sebagai Daftar Pemilih
Sementara.
(6) Daftar Pemilih Sementara
sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) diumumkan
secara luas dan melalui
papan pengumuman rukun
tetangga dan rukun warga
atau sebutan lain oleh PPS
untuk mendapatkan
masukan dan tanggapan

31
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

dari masyarakat selama 10


(sepuluh) Hari.
(7) PPS memperbaiki Daftar
Pemilih Sementara
berdasarkan masukan dan
tanggapan dari masyarakat
paling lama 5 (lima) Hari
terhitung sejak masukan
dan tanggapan dari
masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6)
berakhir.
(8) Daftar Pemilih Sementara
yang telah diperbaiki
sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) diserahkan
kepada KPU
Kabupaten/Kota untuk
ditetapkan sebagai Daftar
Pemilih Tetap dan
diumumkan oleh PPS
paling lama 2 (dua) Hari
terhitung sejak jangka
waktu penyusunan Daftar
Pemilih Tetap berakhir.
(9) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pemutakhiran data Pemilih
diatur dengan Peraturan
KPU.

3. Tidak Melakukan Verifikasi dan Rekapitulasi Data dan Daftar


Pemilih

Pasal 177B
“Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, dan
anggota KPU Provinsi yang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap data

32
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

dan daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dipidana


dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp
24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) dan paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Anggota  Pidana penjara Pasal 58
PPS, anggota paling singkat 24 (1) Daftar Pemilih Tetap
PPK, (dua puluh empat) pemilihan umum terakhir
anggota bulan dan paling digunakan sebagai sumber
KPU lama 72 (tujuh puluh pemutakhiran data
Kabupaten/K dua) bulan; pemilihan dengan
ota, dan  Denda paling sedikit mempertimbangkan Daftar
anggota Rp24.000.000,00 Penduduk Potensial Pemilih
KPU (dua puluh empat Pemilihan.
Provinsi juta rupiah) dan (2) Daftar Penduduk Potensial
 Dengan paling banyak Pemilih Pemilihan
sengaja Rp72.000.000,00. sebagaimana dimaksud pada
 Melakukan ayat (1) berasal dari Dinas
perbuatan Kependudukan dan
melawan Pencatatan Sipil
hukum tidak Kabupaten/Kota yang telah
melakukan dikonsolidasikan,
verifikasi diverifikasi, dan divalidasi
dan oleh Menteri digunakan
rekapitulasi sebagai bahan penyusunan
terhadap data daftar Pemilih untuk
dan daftar Pemilihan.
pemilih (3) Daftar pemilih sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
dimaksud ayat (2) oleh PPS dilakukan
dalam Pasal pemutakhiran5 berdasarkan
58. perbaikan dari rukun
tetangga, rukun warga, atau
sebutan lain dan tambahan
5
Yang dimaksud dengan “pemutakhiran” adalah menambah dan/atau mengurangi calon pemilih sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan, bukan untuk merubah elemen data yang bersumber dari DP4.

33
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pemilih yang telah


memenuhi persyaratan
sebagai Pemilih paling
lambat 14 (empat belas)
Hari terhitung sejak
diterimanya hasil
konsolidasi, verifikasi, dan
validasi
(4) Daftar Pemilih hasil
pemutakhiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
diserahkan kepada PPK
untuk dilakukan rekapitulasi
daftar Pemilih tingkat PPK.
(5) Rekapitulasi daftar Pemilih
hasil pemutakhiran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diserahkan oleh
PPK kepada KPU
Kabupaten/Kota paling
lambat 3 (tiga) Hari
terhitung sejak selesainya
pemutakhiran untuk
dilakukan rekapitulasi daftar
Pemilih tingkat
kabupaten/kota, yang
kemudian ditetapkan
sebagai Daftar Pemilih
Sementara.
(6) Daftar Pemilih Sementara
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diumumkan secara
luas dan melalui papan
pengumuman rukun
tetangga dan rukun warga
atau sebutan lain oleh PPS
untuk mendapatkan
masukan dan tanggapan dari
masyarakat selama 10
(sepuluh) Hari.
(7) PPS memperbaiki Daftar

34
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pemilih Sementara
berdasarkan masukan dan
tanggapan dari masyarakat
paling lama 5 (lima) Hari
terhitung sejak masukan dan
tanggapan dari masyarakat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) berakhir.
(8) Daftar Pemilih Sementara
yang telah diperbaiki
sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) diserahkan kepada
KPU Kabupaten/Kota untuk
ditetapkan sebagai Daftar
Pemilih Tetap dan
diumumkan oleh PPS paling
lama 2 (dua) Hari terhitung
sejak jangka waktu
penyusunan Daftar Pemilih
Tetap berakhir.
(9) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pemutakhiran data Pemilih
diatur dengan Peraturan
KPU.

4. Menyebabkan Orang Lain Kehilangan Hak Pilih


Pasal 178
“Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan
hak pilihnya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua
belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda
paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)”

35
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Menyebabkan orang lain kehilangan hak
 Dengan sengaja pilihnya
 Menyebabkan orang  Denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua
lain kehilangan hak belas juta rupiah) dan paling banyak
pilihnya Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah)

5. Menghalang-halangi Seseorang untuk Terdaftar sebagai


Pemilih

Pasal 182
“Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan
yang ada padanya saat pendaftaran pemilih menghalang-halangi
seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan menurut
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12
(dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda
paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang dengan kekerasan  Pidana penjara paling singkat 12
atau dengan ancaman (dua belas) bulan dan paling lama 36
kekuasaan yang ada padanya (tiga puluh enam) bulan.
saat pendaftaran pemilih  Denda paling sedikit
menghalang-halangi seseorang Rp12.000.000,00 (dua belas juta
dengan untuk terdaftar sebagai rupiah) dan paling banyak
pemilih dalam Pemilihan Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
menurut Undang-Undang ini juta rupiah).

36
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

B. Pencalonan
Undang-undang Pilkada memuat 11 (sebelas) Ketentuan Pidana yang
berhubungan dengan Pencalonan. 11 (sebelas) ketentuan pidana tersebut
adalah: 1. Menghilangkan Hak untuk Menjadi Calon; 2. Memberikan
Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu untuk Persyaratan Menjadi
Calon; 3. Memalsukan Surat; 4. Mengetahui Bahwa Suatu Surat Adalah
Tidak Sah atau Dipalsukan, Menggunakannya, atau Menyuruh Orang Lain
Menggunakannya Sebagai Surat Sah; 5. Keterangan Tidak Benar atau Surat
Palsu bagi Persyaratan untuk Mendukung Pasangan Calon Perseorangan
Menjadi Calon; 6. Pemalsuan Daftar Dukungan Terhadap Calon
Perseorangan; 7. Tidak Melakukan Verifikasi Dan Rekapitulasi Terhadap
Dukungan Calon Perseorangan; 8. Pendaftaran Tidak Didasarkan pada
Surat Keputusan Pengurus Partai Politik Tingkat Pusat; 9. Anggota Partai
Politik atau Anggota Gabungan Partai Politik yang Menerima Imbalan
dalam Bentuk Apapun Pada Proses Pencalonan; 10. Setiap Orang atau
Lembaga yang Memberi Imbalan pada Proses Pencalonan; dan 11.
Pengunduran Diri Calon.

37
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

1. Menghilangkan Hak seseorang untuk Menjadi Calon


Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon Wakil
Bupati, dan Calon Walikota/Calon Wakil Walikota

a. Setiap Orang
Pasal 180 ayat (1)
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan
hukum menghilangkan hak seseorang menjadi Calon Gubernur/Calon
Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon Wakil Bupati, dan Calon
Walikota/Calon Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang;  Pidana penjara paling singkat 36
 Dengan Sengaja; (tiga puluh enam) bulan dan
 Melakukan perbuatan melawan paling lama 72 (tujuh puluh
hukum menghilangkan hak dua) bulan
seseorang menjadi Calon  Denda paling sedikit
Gubernur/Calon Wakil Rp36.000.000,00 (tiga puluh
Gubernur, Calon Bupati/Calon enam juta rupiah) dan paling
Wakil Bupati, dan Calon banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
Walikota/Calon Wakil puluh dua juta rupiah).
Walikota

38
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

b. Setiap Orang yang Karena Jabatannya


Pasal 180 ayat (2)
“Setiap orang yang karena jabatannya dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum menghilangkan hak seseorang menjadi
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil
Walikota atau meloloskan calon dan/atau pasangan calon yang tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan
Pasal 45, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan paling lama 96 (sembilan puluh enam) bulan
dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah) dan paling banyak Rp96.000.000,00 (sembilan puluh enam
juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang;  Pidana penjara Pasal 7 (UU 10/2016)
 Karena paling singkat 36 1) Setiap warga negara
jabatannya (tiga puluh berhak memperoleh
dengan sengaja; enam) bulan dan kesempatan yang sama
 Melakukan paling lama 96 untuk mencalonkan diri
perbuatan (sembilan puluh dan dicalonkan sebagai
melawan hukum enam) bulan; Calon Gubernur dan
menghilangkan  Denda paling Calon Wakil Gubernur,
hak seseorang sedikit Calon Bupati dan Calon
menjadi Rp36.000.000,00 Wakil Bupati, serta
Gubernur/Wakil (tiga puluh enam Calon Walikota dan
Gubernur, juta rupiah) dan Calon Wakil Walikota.
Bupati/Wakil paling banyak 2) Calon Gubernur dan
Bupati, dan Rp96.000.000,00 Calon Wakil Gubernur,
Walikota/Wakil (sembilan puluh Calon Bupati dan Calon
Walikota atau enam juta Wakil Bupati, serta
meloloskan rupiah) Calon Walikota dan
calon dan/atau Calon Wakil Walikota
pasangan calon sebagaimana dimaksud
yang tidak pada ayat (1) harus
memenuhi memenuhi persyaratan

39
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

persyaratan sebagai berikut:


sebagaimana a. Bertakwa kepada
dimaksud dalam Tuhan Yang Maha
Pasal 7 dan Esa;
Pasal 45 b. Setia kepada
Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara
Republik Indonesia
Tahun 1945, cita-cita
Proklamasi
Kemerdekaan 17
Agustus 1945, dan
Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. berpendidikan paling
rendah sekolah
lanjutan tingkat atas
atau sederajat;
d. Dihapus;
e. Berusia paling rendah
30 (tiga puluh) tahun
untuk Calon
Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur serta
25 (dua puluh lima)
tahun untuk Calon
Bupati dan Calon
Wakil Bupati serta
Calon Walikota dan
Calon Wakil
Walikota;
f. Mampu secara
jasmani, rohani, dan
bebas dari
penyalahgunaan
narkotika berdasarkan
hasil pemeriksaan
kesehatan
menyeluruh dari tim;
g. Tidak pernah sebagai
terpidana berdasarkan

40
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

putusan pengadilan
yang telah
memperoleh kekuatan
hukum tetap atau bagi
mantan terpidana
telah secara terbuka
dan jujur
mengemukakan
kepada publik bahwa
yang bersangkutan
mantan terpidana;
h. Tidak sedang dicabut
hak pilihnya
berdasarkan putusan
pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan
hukum tetap;
i. Tidak pernah
melakukan perbuatan
tercela yang
dibuktikan dengan
surat keterangan
catatan kepolisian;
j. Menyerahkan daftar
kekayaan pribadi;
k. Tidak sedang
memiliki tanggungan
utang secara
perseorangan
dan/atau secara badan
hukum yang menjadi
tanggung jawabnya
yang merugikan
keuangan negara;
l. Tidak sedang
dinyatakan pailit
berdasarkan putusan
pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan
hukum tetap;
m. Memiliki Nomor

41
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pokok Wajib Pajak


dan memiliki laporan
pajak pribadi;
n. Belum pernah
menjabat sebagai
Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati,
Wakil Bupati,
Walikota, dan Wakil
Walikota selama 2
(dua) kali masa
jabatan dalam jabatan
yang sama untuk
Calon Gubernur,
Calon Wakil
Gubernur, Calon
Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon
Walikota, dan Calon
Wakil Walikota;
o. Belum pernah
menjabat sebagai
Gubernur untuk calon
Wakil Gubernur, atau
Bupati/Walikota
untuk Calon Wakil
Bupati/Calon Wakil
Walikota pada daerah
yang sama;
p. Berhenti dari
jabatannya bagi
Gubernur, Wakil
Gubernur, Bupati,
Wakil Bupati,
Walikota, dan Wakil
Walikota yang
mencalonkan diri di
daerah lain sejak
ditetapkan sebagai
calon;
q. Tidak berstatus

42
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

sebagai penjabat
Gubernur, penjabat
Bupati, dan penjabat
Walikota;
r. Dihapus;
s. Menyatakan secara
tertulis pengunduran
diri sebagai anggota
Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota
Dewan Perwakilan
Daerah, dan anggota
Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah sejak
ditetapkan sebagai
pasangan calon
peserta Pemilihan;
t. Menyatakan secara
tertulis pengunduran
diri sebagai anggota
Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian
Negara Republik
Indonesia, dan
Pegawai Negeri Sipil
serta Kepala Desa
atau sebutan lain
sejak ditetapkan
sebagai pasangan
calon peserta
Pemilihan; dan
u. Berhenti dari jabatan
pada badan usaha
milik negara atau
badan usaha milik
daerah sejak
ditetapkan sebagai
calon.

43
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 45 (UU 10/2016)


(1) Pendaftaran pasangan
Calon Gubernur dan
Calon Wakil Gubernur,
pasangan Calon Bupati
dan Calon Wakil
Bupati, serta pasangan
Calon Walikota dan
Calon Wakil Walikota
disertai dengan
penyampaian
kelengkapan dokumen
persyaratan.
(2) Dokumen persyaratan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Surat pernyataan,
yang dibuat dan
ditandatangani oleh
calon sendiri, sebagai
bukti pemenuhan
syarat calon
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf a, huruf
b, huruf g, huruf n,
huruf o, huruf p,
huruf q, huruf s, huruf
t, dan huruf u;
b. Surat keterangan:
1. hasil pemeriksaan
kemampuan secara
jasmani, rohani,
dan bebas
penyalahgunaan
narkotika dari tim
yang terdiri dari
dokter, ahli
psikologi, dan
Badan Narkotika
Nasional, yang

44
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

ditetapkan oleh
KPU Provinsi atau
KPU
Kabupaten/Kota
sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf f;
2. Tidak pernah
sebagai terpidana
berdasarkan
putusan pengadilan
yang telah
memperoleh
kekuatan hukum
tetap dari
Pengadilan Negeri
yang wilayah
hukumnya meliputi
tempat tinggal
calon atau bagi
mantan terpidana
telah secara terbuka
dan jujur
mengemukakan
kepada publik
bahwa yang
bersangkutan
mantan terpidana
dari pemimpin
redaksi media
massa lokal atau
nasional dengan
disertai buktinya,
sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf g;
3. Tidak sedang

45
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

dicabut hak
pilihnya
berdasarkan
putusan pengadilan
yang telah
mempunyai
kekuatan hukum
tetap dari
Pengadilan Negeri
yang wilayah
hukumnya meliputi
tempat tinggal
calon, sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf h;
4. Tidak pernah
melakukan
perbuatan tercela
yang dibuktikan
dengan surat
keterangan catatan
kepolisian, sebagai
bukti pemenuhan
syarat calon
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf i;
5. Tidak sedang
memiliki
tanggungan utang
secara
perseorangan
dan/atau secara
badan hukum yang
menjadi
tanggungjawabnya
yang merugikan
keuangan negara,
dari Pengadilan

46
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Negeri yang
wilayah hukumnya
meliputi tempat
tinggal calon,
sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf k;
dan
6. Tidak dinyatakan
pailit dari
Pengadilan Negeri
yang wilayah
hukumnya meliputi
tempat tinggal
calon, sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf l.
c. Surat tanda terima
laporan kekayaan
calon dari instansi
yang berwenang
memeriksa laporan
kekayaan
penyelenggara
negara, sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf j;
d. Fotokopi:
1. Ijazah pendidikan
terakhir paling
rendah sekolah
lanjutan tingkat
atas atau sederajat
yang telah
dilegalisir oleh

47
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

pihak yang
berwenang, sebagai
bukti pemenuhan
syarat calon
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf c;
2. Kartu Nomor
Pokok Wajib Pajak
atas nama calon,
tanda terima
penyampaian surat
pemberitahuan
tahunan pajak
penghasilan wajib
pajak orang pribadi
atas nama calon,
untuk masa 5
(lima) tahun
terakhir, yang
dibuktikan dengan
surat keterangan
tidak mempunyai
tunggakan pajak
dari kantor
pelayanan pajak
tempat calon yang
bersangkutan
terdaftar, sebagai
bukti pemenuhan
syarat calon
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf m;
3. Kartu Tanda
Penduduk
elektronik dengan
nomor induk
kependudukan.
e. Daftar riwayat hidup
calon yang dibuat dan

48
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

ditandatangani oleh
calon perseorangan
dan bagi calon yang
diusulkan dari Partai
Politik atau gabungan
Partai Politik
ditandatangani oleh
calon, pimpinan
Partai Politik atau
pimpinan gabungan
Partai Politik;
f. Pas foto terbaru
Calon Gubernur dan
Calon Wakil
Gubernur, Calon
Bupati dan Calon
Wakil Bupati, serta
Calon Walikota dan
Calon Wakil
Walikota;
g. Naskah visi, misi, dan
program Calon
Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur,
Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati,
serta Calon Walikota
dan Calon Wakil
Walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pemenuhan persyaratan
dan kelengkapan
dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan KPU.

49
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

2. Memberikan Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu bagi


Persyaratan untuk Menjadi Calon

Pasal 184
“Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar atau menggunakan surat palsu seolah-olah sebagai surat yang sah
tentang suatu hal yang diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi Calon
Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati,
Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang;  Pidana penjara paling singkat 36
 Dengan Sengaja; (tiga puluh enam) bulan dan paling
 Memberikan keterangan yang lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
tidak benar atau menggunakan dan denda paling sedikit
surat palsu seolah-olah sebagai Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
surat yang sah tentang suatu hal juta rupiah);
yang diperlukan bagi  Denda paling sedikit
persyaratan untuk menjadi Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
Calon Gubernur, Calon Wakil juta rupiah) dan paling banyak
Gubernur, Calon Bupati, Calon Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
Wakil Bupati, Calon Walikota, juta rupiah)
dan Calon Wakil Walikota;

50
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

3. Memalsukan Surat

Pasal 179
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang menurut
suatu aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan untuk menjalankan
suatu perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain
sebagai seolah-olah surat sah atau tidak dipalsukan, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling
lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang;  Pidana penjara paling singkat 36
 Dengan Sengaja; (tiga puluh enam) bulan dan paling
 Memalsukan surat yang lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
menurut suatu aturan dalam dan denda paling sedikit
Undang-Undang ini Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
 Diperlukan untuk menjalankan juta rupiah);
suatu perbuatan dengan  Denda paling sedikit
maksud untuk digunakan Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
sendiri atau orang lain sebagai juta rupiah) dan paling banyak
seolah-olah surat sah atau tidak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
dipalsukan juta rupiah)

51
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

4. Mengetahui Suatu Surat Tidak Sah atau Dipalsukan,


Menggunakannya, atau Menyuruh Orang Lain
Menggunakannya Sebagai Surat Sah

Pasal 181
“Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa suatu surat
adalah tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau menyuruh
orang lain menggunakannya sebagai surat sah, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang;  Pidana penjara paling singkat 36
 Dengan Sengaja; (tiga puluh enam) bulan dan paling
 Mengetahui bahwa suatu surat lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
adalah tidak sah atau  Denda paling sedikit Rp
dipalsukan, menggunakannya, 36.000.000,00 (tiga puluh enam
atau menyuruh orang lain juta rupiah) dan paling banyak Rp
menggunakannya sebagai surat 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
sah rupiah)

5. Memberikan Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu bagi


Persyaratan untuk Mendukung Pasangan Calon Perseorangan
Menjadi Calon

Pasal 185
“Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar atau menggunakan identitas diri palsu untuk mendukung pasangan
calon perseorangan menjadi calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur,
calon Bupati dan calon Wakil Bupati, dan calon Walikota dan calon

52
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Wakil Walikota dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua


belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda
paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang;  Pidana penjara paling singkat
 Dengan Sengaja; 12 (dua belas) bulan dan
 Memberikan keterangan yang tidak paling lama 36 (tiga puluh
benar atau menggunakan identitas enam) bulan
diri palsu  Denda paling sedikit
 Untuk mendukung pasangan calon Rp12.000.000,00 (dua belas
perseorangan menjadi calon juta rupiah) dan paling
Gubernur dan calon Wakil Gubernur, banyak Rp36.000.000,00 (tiga
calon Bupati dan calon Wakil puluh enam juta rupiah)
Bupati, dan calon Walikota dan
calon Wakil Walikota.

6. Pemalsuan Daftar Dukungan Terhadap Calon Perseorangan

a. Setiap Orang
Pasal 185A ayat (1)
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan daftar dukungan
terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan
denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)
dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.

53
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang;  Pidana penjara paling singkat 36 (tiga
 Dengan Sengaja; puluh enam) bulan dan paling lama 72
 Memalsukan daftar (tujuh puluh dua) bulan
dukungan terhadap  Denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
calon perseorangan puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
sebagaimana diatur Rp72.000.000,00
dalam Undang-
Undang ini

b. Penyelenggara

Pasal 185A ayat (2)


“Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana maksimumnya.”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Tindak pidana  Pidana yang Pasal 185A ayat (1)
sebagaimana sama Setiap orang yang dengan
dimaksud pada sebagaimana sengaja memalsukan daftar
ayat (1) dimaksud pada dukungan terhadap calon
dilakukan oleh ayat (1) dengan perseorangan sebagaimana
penyelenggara ditambah 1/3 diatur dalam Undang-Undang
Pemilihan (sepertiga) dari ini, dipidana dengan pidana
ancaman pidana penjara paling singkat 36 (tiga
maksimumnya. puluh enam) bulan dan paling
lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit
Rp36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah) dan paling
banyak Rp72.000.000,00
(tujuh puluh dua juta rupiah).

54
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 186 ayat (1)


“Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, dan
anggota KPU Provinsi yang dengan sengaja memalsukan daftar
dukungan terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
dan denda paling sedikit Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah) dan paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah)”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Anggota PPS, anggota PPK,  Pidana penjara paling singkat 36
anggota KPU Kabupaten/Kota, (tiga puluh enam) bulan dan
dan anggota KPU Provinsi; paling lama 72 (tujuh puluh dua)
 Dengan sengaja; bulan;
 Memalsukan Daftar Dukungan  Denda paling sedikit
Terhadap Calon Perseorangan Rp36.000.000,00 (tiga puluh
Sebagaimana Diatur Dalam enam juta rupiah) dan paling
Undang-Undang Ini banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah)

7. Penyelenggara Pemilihan Tidak Melakukan Verifikasi Dan


Rekapitulasi Dukungan Calon Perseorangan

Penyelenggara baik itu KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK sampai


di tingkat PPS, yang tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap
dukungan calon perseorangan diancam dengan 2 (dua) ketentuan pidana
yaitu Pasal 185B dan Pasal 186 ayat (2).

55
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 185B
Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota
KPU Provinsi, dan/atau petugas yang diberikan kewenangan melakukan
verifikasi dan rekapitulasi yang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap
dukungan calon perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam)
bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling
sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Anggota  Pidana penjara Pasal 48 (UU 10/2016)
PPS, anggota paling singkat 36 (1) Pasangan calon atau tim
PPK, (tiga puluh enam) yang diberikan kuasa oleh
anggota bulan dan paling pasangan calon
KPU lama 72 (tujuh menyerahkan dokumen
Kabupaten/K puluh dua) bulan syarat dukungan
ota, anggota  Denda paling sedikit pencalonan untuk
KPU Rp36.000.000,00 Pemilihan Gubernur dan
Provinsi, (tiga puluh enam Wakil Gubernur kepada
dan/atau juta rupiah) dan KPU Provinsi dan untuk
petugas yang paling banyak Pemilihan Bupati dan
diberikan Rp72.000.000,00 Wakil Bupati serta
kewenangan (tujuh puluh dua Pemilihan Walikota dan
melakukan juta rupiah) Wakil Walikota kepada
verifikasi KPU Kabupaten/Kota
dan untuk dilakukan verifikasi
rekapitulasi administrasi dan dibantu
 Dengan oleh PPK dan PPS.
sengaja (2) Verifikasi administrasi
 Melakukan sebagaimana dimaksud
perbuatan pada ayat (1) dilakukan
melawan dengan:
hukum a. Mencocokkan dan
meneliti berdasarkan

56
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

 Tidak nomor induk


melakukan kependudukan, nama,
verifikasi jenis kelamin, tempat
dan dan tanggal lahir, dan
rekapitulasi alamat dengan
terhadap mendasarkan pada
dukungan Kartu Tanda Penduduk
calon Elektronik atau surat
perseorangan keterangan yang
sebagaimana diterbitkan oleh dinas
dimaksud kependudukan dan
dalam Pasal catatan sipil; dan ;
48 b. Berdasarkan Daftar
Pemilih Tetap pemilu
terakhir dan Daftar
Penduduk Potensial
Pemilih Pemilihan dari
Kementerian Dalam
Negeri.
(3) Verifikasi administrasi
sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan
KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota dan dapat
berkoordinasi6 dengan
Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi
atau Kabupaten/Kota;
(4) KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota dibantu
oleh pasangan calon
perseorangan atau tim
yang diberikan kuasa oleh
pasangan calon
menyerahkan dokumen
syarat dukungan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada PPS

6
Yang dimaksud dengan “KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan dapat berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi atau Kabupaten/Kota” antara lain dengan menggunakan sistem dan aplikasi yang bisa diperbantukan
atau dipinjamkan berupa peralatan dan tenaga teknis.

57
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

untuk dilakukan verifikasi


faktual paling lambat 28
(dua puluh delapan) Hari
sebelum waktu
pendaftaran pasangan
calon dimulai.
(5) Verifikasi faktual
sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan
paling lama 14 (empat
belas) Hari terhitung sejak
dokumen syarat dukungan
pasangan calon
perseorangan diserahkan
ke PPS.
(6) Verifikasi faktual
sebagaimana dimaksud
pada ayat dan ayat (5)
dilakukan dengan metode
sensus dengan menemui
langsung setiap
pendukung calon.
(7) Verifikasi faktual
sebagaimana dimaksud
pada ayat dan ayat (5),
terhadap pendukung calon
yang tidak dapat ditemui
pada saat verifikasi
faktual, pasangan calon
kesempatan untuk
menghadirkan pendukung
calon yang dimaksud di
kantor PPS paling lambat
3 (tiga) Hari terhitung
sejak PPS tidak dapat
menemui pendukung
tersebut.
(8) Jika pasangan calon tidak
dapat menghadirkan
pendukung calon dalam
verifikasi faktual

58
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

sebagaimana dimaksud
pada ayat (7), maka
dukungan calon
dinyatakan tidak
memenuhi syarat.
(9) Hasil verifikasi faktual
berdasarkan nama
sebagaimana dimaksud
pada ayat (6), ayat (7), dan
ayat (8) tidak diumumkan.
(10) Hasil verifikasi dokumen
syarat dukungan pasangan
calon perseorangan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), ayat (6),
ayat (7), dan ayat (8)
dituangkan dalam berita
acara yang selanjutnya
diteruskan kepada PPK
dan salinan hasil verifikasi
disampaikan kepada
pasangan calon.
(11) PPK melakukan verifikasi
dan rekapitulasi jumlah
dukungan pasangan calon
untuk menghindari adanya
seseorang yang
memberikan dukungan
kepada lebih dari 1 (satu)
pasangan calon dan
adanya informasi
manipulasi dukungan yang
dilaksanakan paling lama
7 (tujuh) Hari.
(12) Hasil verifikasi dukungan
pasangan calon
perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (11)
dituangkan dalam berita
acara yang selanjutnya
diteruskan kepada KPU

59
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Kabupaten/Kota dan
salinan hasil verifikasi dan
rekapitulasi disampaikan
kepada pasangan calon.
(13) Dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil
Gubernur, Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati,
dan Pemilihan Walikota
dan Wakil Walikota,
salinan hasil verifikasi dan
rekapitulasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (12)
dipergunakan oleh
pasangan calon
perseorangan sebagai
bukti pemenuhan
persyaratan dukungan
pencalonan.
(14) KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
melakukan verifikasi dan
rekapitulasi jumlah
dukungan pasangan calon
untuk menghindari adanya
seseorang yang
memberikan dukungan
kepada lebih dari 1 (satu)
pasangan calon dan
adanya informasi
manipulasi dukungan yang
dilaksanakan paling lama
7 (tujuh) Hari.
(15) Ketentuan lebih lanjut
mengenai mekanisme dan
tata cara verifikasi diatur
dalam Peraturan KPU.

60
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 186 ayat (2)


“Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, dan
anggota KPU Provinsi yang dengan sengaja tidak melakukan verifikasi
dan rekapitulasi terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36
(tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan
denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Anggota PPS, anggota PPK,  Pidana penjara paling singkat 36 (tiga
anggota KPU puluh enam) bulan dan paling lama
Kabupaten/Kota, dan 72 (tujuh puluh dua) bulan
anggota KPU Provinsi;  Denda paling sedikit Rp
 Dengan sengaja; 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
 Tidak melakukan verifikasi rupiah) dan paling banyak Rp
dan rekapitulasi terhadap 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
calon perseorangan rupiah)
 Sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini

8. Pendaftaran Pasangan Calon Tidak Didasarkan pada Surat


Keputusan Pengurus Partai Politik Tingkat Pusat

a. Ketua dan sekretaris Partai Politik tingkat Provinsi dan/atau


tingkat Kabupaten/Kota

Pasal 186A ayat (1)


“Ketua dan sekretaris Partai Politik tingkat Provinsi dan/atau tingkat
Kabupaten/Kota yang mendaftarkan pasangan calon sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) yang tidak
didasarkan pada surat keputusan pengurus Partai Politik tingkat

61
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pusat tentang Persetujuan atas calon yang diusulkan oleh pengurus


Partai Politik tingkat Provinsi dan/atau pengurus Partai Politik
tingkat Kabupaten/Kota, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh
dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Ketua dan  Pidana penjara Pasal 42 ayat (4), ayat (5),
sekretaris Partai paling singkat dan ayat (6) (UU 10/2016) :
Politik tingkat 36 (tiga puluh (4) Pendaftaran pasangan
Provinsi enam) bulan Calon Gubernur dan Calon
dan/atau tingkat dan paling Wakil Gubernur oleh Partai
Kabupaten/Kota lama 72 (tujuh Politik ditandatangani oleh
 Mendaftarkan puluh dua) ketua Partai Politik dan
pasangan calon bulan; sekretaris Partai Politik
sebagaimana  Denda paling tingkat Provinsi disertai
dimaksud dalam sedikit Surat Keputusan Pengurus
Pasal 42 ayat Rp36.000.000, Partai Politik tingkat Pusat
(4), ayat (5), 00 (tiga puluh tentang Persetujuan atas
dan ayat (6) enam juta calon yang diusulkan oleh
yang tidak rupiah) dan Pengurus Partai Politik
didasarkan pada paling banyak tingkat Provinsi.
surat keputusan Rp72.000.000, (4a)Dalam hal pendaftaran
pengurus Partai 00 (tujuh pasangan calon
Politik tingkat puluh dua juta sebagaimana dimaksud
Pusat tentang rupiah) pada ayat (4) tidak
Persetujuan atas dilaksanakan oleh
calon yang pimpinan Partai Politik
diusulkan oleh tingkat Provinsi,
pengurus Partai pendaftaran pasangan calon
Politik tingkat yang telah disetujui Partai
Provinsi Politik tingkat Pusat, dapat
dan/atau dilaksanakan oleh
pengurus Partai pimpinan Partai Politik
Politik tingkat tingkat Pusat.

62
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Kabupaten/Kota (5) Pendaftaran pasangan


Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati serta
pasangan Calon Walikota
dan Calon Wakil Walikota
oleh Partai Politik
ditandatangani oleh ketua
Partai Politik dan sekretaris
Partai Politik tingkat
Kabupaten/Kota disertai
Surat Keputusan Pengurus
Partai Politik tingkat Pusat
tentang Persetujuan atas
calon yang diusulkan oleh
Pengurus Partai Politik
tingkat Provinsi.
(5a)Dalam hal pendaftaran
pasangan calon
sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) tidak
dilaksanakan oleh
pimpinan Partai Politik
tingkat Kabupaten/Kota,
pendaftaran pasangan calon
yang telah disetujui Partai
Politik tingkat Pusat, dapat
dilaksanakan oleh
pimpinan Partai Politik
tingkat Pusat
(6) Pendaftaran pasangan
Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur, pasangan
Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati, serta
pasangan Calon Walikota
dan Calon Wakil Walikota
oleh gabungan Partai
Politik ditandatangani oleh
para ketua Partai Politik
dan para sekretaris Partai
Politik di tingkat Provinsi

63
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

atau para ketua Partai


Politik dan para sekretaris
Partai Politik di tingkat
Kabupaten/Kota disertai
Surat Keputusan masing-
masing Pengurus Partai
Politik tingkat Pusat
tentang Persetujuan atas
calon yang diusulkan oleh
Pengurus Partai Politik
tingkat Provinsi dan/atau
Pengurus Partai Politik
tingkat Kabupaten/Kota.

b. Penyelenggara

Pasal 186A ayat (2)


Penyelenggara Pemilihan yang menetapkan pasangan calon yang
didaftarkan sebagai peserta Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana maksimumnya.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Penyelenggara  Pidana yang sama Pasal 186A ayat (1)
Pemilihan sebagaimana “Ketua dan sekretaris
yang dimaksud pada ayat Partai Politik tingkat
menetapkan (1) ditambah 1/3 Provinsi dan/atau tingkat
pasangan (sepertiga) dari Kabupaten/Kota yang
calon yang ancaman pidana mendaftarkan pasangan
didaftarkan maksimumnya. calon sebagaimana
sebagai dimaksud dalam Pasal 42
peserta ayat (4), ayat (5), dan ayat
Pemilihan (6) yang tidak didasarkan
sebagaimana pada surat keputusan
dimaksud pada pengurus Partai Politik
ayat (1) tingkat Pusat tentang

64
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Persetujuan atas calon yang


diusulkan oleh pengurus
Partai Politik tingkat
Provinsi dan/atau pengurus
Partai Politik tingkat
Kabupaten/Kota, dipidana
dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan
paling lama 72 (tujuh puluh
dua) bulan dan denda
paling sedikit
Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah)
dan paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah)”

9. Anggota Partai Politik atau Anggota Gabungan Partai Politik


yang Menerima Imbalan dalam Bentuk Apapun Pada Proses
Pencalonan

Pasal 187B
“Anggota Partai Politik atau anggota gabungan Partai Politik yang
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menerima imbalan
dalam bentuk apapun pada proses pencalonan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah)”.

65
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Anggota Partai  Pidana penjara Pasal 47 ayat (1)
Politik atau anggota paling singkat 36 (UU 8/2015)
gabungan Partai (tiga puluh enam) Partai Politik atau
Politik bulan dan paling gabungan Partai
 Dengan sengaja lama 72 (tujuh puluh Politik dilarang
 Melakukan perbuatan dua) bulan menerima imbalan
melawan hukum  Denda paling sedikit dalam bentuk apapun
menerima imbalan Rp300.000.000,00 pada proses
dalam bentuk apapun (tiga ratus juta pencalonan Gubernur
pada proses rupiah) dan paling dan Wakil Gubernur,
pencalonan Gubernur banyak Bupati dan Wakil
dan Wakil Gubernur, Rp1.000.000.000,00 Bupati, serta
Bupati dan Wakil (satu milyar rupiah) Walikota dan Wakil
Bupati, serta Walikota.
Walikota dan Wakil
Walikota
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (1)

10. Setiap Orang atau Lembaga yang Memberi Imbalan pada


Proses Pencalonan

Pasal 187C
“Setiap orang atau lembaga yang terbukti dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum memberi imbalan pada proses pencalonan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota maka penetapan sebagai calon, pasangan calon
terpilih, atau sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,
Walikota atau Wakil Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
ayat (5), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh
empat) bulan dan pidana penjara paling lama 60 (enam puluh) bulan dan

66
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

denda paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang atau  Pidana penjara Pasal 47 ayat (5)
lembaga paling singkat 24 (UU 8/2015)
 Terbukti dengan (dua puluh empat) Dalam hal putusan
sengaja bulan dan pidana pengadilan yang telah
 Melakukan perbuatan penjara paling lama memperoleh kekuatan
melawan hukum 60 (enam puluh) hukum tetap
memberi imbalan bulan menyatakan setiap
pada proses  Denda paling sedikit orang atau lembaga
pencalonan Gubernur Rp300.000.000,00 terbukti memberi
dan Wakil Gubernur, (tiga ratus juta imbalan pada proses
Bupati dan Wakil rupiah) dan paling pencalonan Gubernur
Bupati, serta banyak dan Wakil Gubernur,
Walikota dan Wakil Rp1.000.000.000,00 Bupati dan Wakil
Walikota maka (satu milyar rupiah) Bupati, serta
penetapan sebagai Walikota dan Wakil
calon, pasangan calon Walikota maka
terpilih, atau sebagai penetapan sebagai
Gubernur, Wakil calon, pasangan calon
Gubernur, Bupati, terpilih, atau sebagai
Wakil Bupati, Gubernur, Wakil
Walikota atau Wakil Gubernur, Bupati,
Walikota Wakil Bupati,
sebagaimana Walikota atau Wakil
dimaksud dalam Walikota dibatalkan
Pasal 47 ayat (5)

67
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

11. Pengunduran Diri

a. Calon
Pasal 191 ayat (1)
“Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota yang dengan
sengaja mengundurkan diri setelah penetapan pasangan calon sampai
dengan pelaksanaan pemungutan suara, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling lama 60
(enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Calon Gubernur, Calon Wakil  Pidana penjara paling singkat 24
Gubernur, Calon Bupati, Calon (dua puluh empat) bulan dan
Wakil Bupati, Calon Walikota, paling lama 60 (enam puluh)
dan Calon Wakil Walikota bulan
 Dengan sengaja  Denda paling sedikit
 Mengundurkan diri setelah Rp25.000.000.000,00 (dua puluh
penetapan pasangan calon lima miliar rupiah) dan paling
sampai dengan pelaksanaan banyak Rp50.000.000.000,00
pemungutan suara (lima puluh miliar rupiah)

b. Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan Partai


Politik
Pasal 191 ayat (2)
“Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan Partai Politik yang
dengan sengaja menarik pasangan calonnya dan/atau pasangan calon
perseorangan yang dengan sengaja mengundurkan diri setelah
ditetapkan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sampai
dengan pelaksanaan pemungutan suara, dipidana dengan pidana

68
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling lama 60
(enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Pimpinan Partai Politik atau  Pidana penjara paling singkat
gabungan pimpinan Partai Politik 24 (dua puluh empat) bulan
 Dengan sengaja dan paling lama 60 (enam
 Menarik pasangan calonnya puluh) bulan dan;
dan/atau pasangan calon  Denda paling sedikit
perseorangan Rp25.000.000.000,00 (dua
 Dengan sengaja puluh lima miliar rupiah) dan
 Mengundurkan diri setelah paling banyak
ditetapkan oleh KPU Provinsi dan Rp50.000.000.000,00
KPU Kabupaten/Kota sampai
dengan pelaksanaan pemungutan
suara

69
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

C. Kampanye
Ada 5 (lima) Ketentuan Pidana yang berhubungan dengan Kampanye
dalam Undang-undang Pilkada. Lima ketentuan pidana tersebut ialah: 1.
Kampanye di Luar Jadwal, 2. Larangan Kampanye (1), 3. Larangan
Kampanye (2), 4. Mengacaukan, Menghalangi atau Mengganggu Jalannya
Kampanye.

1. Kampanye di Luar Jadwal


Pasal 187 ayat (1)
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Kampanye di luar jadwal
waktu yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
untuk masing-masing calon, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 15 (lima belas) hari atau paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau paling
banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang  Pidana penjara paling Pasal 69
 Dengan Sengaja singkat 15 (lima Dalam Kampanye
 Melakukan belas) hari atau dilarang:
Kampanye di paling lama 3 (tiga) k. melakukan kegiatan
luar jadwal bulan dan/atau; Kampanye di luar
waktu yang telah  Denda paling sedikit jadwal yang telah
ditetapkan oleh Rp100.000,00 ditetapkan oleh KPU
KPU Provinsi (seratus ribu rupiah) Provinsi dan KPU
dan KPU atau paling banyak Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota Rp1.000.000,00 (satu
untuk masing- juta rupiah).
masing calon

70
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

2. Larang PelaksanaKampanye (1)


Pasal 187 ayat (2)
“Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan larangan
pelaksanaan Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, atau huruf f dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 18 (delapan belas)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp600.000.00 (enam ratus ribu
rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000.00 (enam juta rupiah)”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang  pidana penjara Pasal 69
 Dengan paling singkat 3 huruf a-f (UU 8/2015)
Sengaja (tiga) bulan atau a. Mempersoalkan dasar negara
 melanggar paling lama 18 Pancasila dan Pembukaan
ketentuan (delapan belas) Undang-Undang Dasar
larangan bulan dan/atau Negara Republik Indonesia
pelaksanaan  denda paling Tahun 1945;
Kampanye sedikit b. Menghina seseorang, agama,
 sebagaimana Rp600.000.00 suku, ras, golongan, Calon
dimaksud (enam ratus ribu Gubernur, Calon Wakil
dalam Pasal rupiah) atau Gubernur, Calon Bupati,
69 huruf a, paling banyak Calon Wakil Bupati, Calon
huruf b, Rp6.000.000.00 Walikota, Calon Wakil
huruf c, huruf (enam juta rupiah) Walikota, dan/atau Partai;
d, huruf e, c. Melakukan Kampanye berupa
atau huruf f menghasut, memfitnah,
mengadu domba Partai
Politik, perseorangan,
dan/ataukelompok
masyarakat7;
d. Menggunakan kekerasan,
ancaman kekerasan atau
menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada
perseorangan, kelompok
7
Ketentuan dalam huruf ini dikenal dengan istilah Kampanye hitam atau black campaign.

71
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

masyarakat dan/atau Partai


Politik;
e. Mengganggu keamanan,
ketenteraman, dan ketertiban
umum;
f. Fmengancam dan
menganjurkan penggunaan
kekerasan untuk mengambil
alih kekuasaan dari
pemerintahan yang sah;

3. Larangan Kampanye (2)


Pasal 187 ayat (3)
“Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan larangan
pelaksanaan Kampanye Pemilihan Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 huruf g, huruf h, huruf i, atau huruf j dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6
(enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp100.000,00 (seratus ribu
rupiah) atau paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang  Pidana penjara Pasal 69 huruf g-j (UU
 Dengan Sengaja paling singkat 1 8/2015) :
 melanggar ketentuan (satu) bulan atau g. Merusak dan/atau
larangan pelaksanaan paling lama 6 menghilangkan alat
Kampanye Pemilihan (enam) bulan peraga Kampanye;
Bupati/Walikota dan/atau; h. Menggunakan fasilitas
 sebagaimana  Denda paling dan anggaran
dimaksud dalam Pasal sedikit Pemerintah dan
69 huruf g, huruf h, Rp100.000,00 Pemerintah Daerah;
huruf i, atau huruf j (seratus ribu i. Menggunakan tempat
rupiah) atau ibadah dan tempat
paling banyak pendidikan;
Rp1.000.000,00 j. Melakukan pawai yang
(satu juta rupiah) dilakukan dengan

72
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

berjalan kaki dan/atau


dengan kendaraan di
jalan raya; dan/atau

4. Mengacaukan, Menghalangi, Atau Mengganggu Jalannya


Kampanye

Pasal 187 ayat (4)


“Setiap orang yang dengan sengaja mengacaukan, menghalangi, atau
mengganggu jalannya Kampanye, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu ruplah) atau paling banyak
Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 1 (satu)
 Dengan Sengaja bulan atau paling lama 6 (enam) bulan
 Mengacaukan, dan/atau
menghalangi, atau  Denda paling sedikit Rp 600.000,00 (enam
mengganggu jalannya ratus ribu ruplah) atau paling banyak Rp
Kampanye 6.000.000,00 (enam juta rupiah)

5. Melibatkan Pihak yang Dilarang Dalam Kampanye

Pasal 189
“Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota yang dengan sengaja
melibatkan pejabat badan usaha milik negara, pejabat badan usaha milik
daerah, Aparatur Sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan kepala desa atau
sebutan lain/lurah serta perangkat desa atau sebutan lain/perangkat

73
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1), dipidana


dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6
(enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus
ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Calon Gubernur,  Pidana penjara Pasal 70 ayat (1) (UU
Calon Wakil paling singkat 1 10/2016)
Gubernur, Calon (satu) bulan atau (1) Dalam kampanye,
Bupati, Calon Wakil paling lama 6 pasangan calon
Bupati, Calon (enam) bulan dilarang melibatkan:
Walikota, dan Calon dan/atau; a. pejabat badan usaha
Wakil Walikota;  Denda paling milik negara/badan
 dengan sengaja; sedikit usaha milik daerah;
 melibatkan pejabat Rp600.000,00 b. aparatur sipil
badan usaha milik (enam ratus ribu Negara, anggota
negara, pejabat rupiah) atau Kepolisian Negara
badan usaha milik paling banyak Republik Indonesia,
daerah, Aparatur Rp6.000.000,00 dan anggota Tentara
Sipil Negara, (enam juta Nasional Indonesia;
anggota Kepolisian rupiah). dan
Negara Republik c. Kepala Desa atau
Indonesia, anggota sebutan lain/Lurah
Tentara Nasional dan perangkat Desa
Indonesia, dan atau sebutan
kepala desa atau lain/perangkat
sebutan lain/lurah Kelurahan.
serta perangkat desa
atau sebutan
lain/perangkat
kelurahan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 70 ayat (1)

74
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

D. Dana Kampanye
Dalam Undang-undang Pilkada, terdapat 5 (empat) ketentuan Pidana yang
mengatur tentang Dana Kampanye. Lima ketentuan tersebut ialah : 1.
Memberi atau Menerima Dana Kampanye Melebihi Batas; 2. Menerima atau
Memberi Dana Kampanye dari atau kepada Pihak Yang Dilarang; 3.
Memberikan Keterangan yang Tidak Benar, dan 4. Calon Yang Tidak
Melaporkan Dana Kampanye.

1. Memberi atau Menerima Dana Kampanye Melebihi Batas


Pasal 187 ayat (5)
Setiap orang yang memberi atau menerima dana Kampanye melebihi
batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (5),
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang  Pidana penjara Pasal 74 ayat (5) (UU
 Memberi atau paling singkat 4 10/2016)
menerima (empat) bulan atau “Sumbangan dana Kampanye
dana paling lama 24 (dua sebagaimana dimaksud pada
Kampanye puluh empat) bulan ayat (1) huruf c dan ayat (2)
melebihi batas dan/atau; dari perseorangan paling
yang  Denda paling sedikit banyak Rp75.000.000,00
ditentukan Rp200.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah)
 Sebagaimana (dua ratus juta dan dari badan hukum swasta
dimaksud rupiah) atau paling paling banyak
dalam Pasal banyak 750.000.000,00 (tujuh ratus
74 ayat (5) Rp1.000.000.000,00 lima puluh juta rupiah)”
(satu miliar rupiah).

75
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

2. Menerima atau Memberi Dana Kampanye dari atau kepada


Pihak Yang Dilarang

Pasal 187 ayat (6)


“Setiap orang yang dengan sengaja menerima atau memberi dana
Kampanye dari atau kepada pihak yang dilarang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (1) dan/atau tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) bulan atau paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) atau paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”

Unsur pasal Sanksi pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap orang  Pidana penjara Pasal 76 ayat (1) (uu 8/2015)
 Dengan sengaja paling singkat 4 Partai politik dan/atau
 Menerima atau (empat) bulan atau gabungan partai politik yang
memberi dana paling lama 24 mengusulkan pasangan calon
kampanye dari (dua puluh empat) dan pasangan calon
atau kepada bulan dan/atau; perseorangan dilarang
pihak yang  Denda paling menerima sumbangan atau
dilarang sedikit bantuan lain untuk kampanye
 Sebagaimana Rp200.000.000,00 yang berasal dari:
dimaksud dalam (dua ratus juta a. Negara asing, lembaga
pasal 76 ayat (1) rupiah) atau paling swasta asing, lembaga
dan/atau banyak swadaya masyarakat asing
 Tidak Rp1.000.000.000, dan warga negara asing;
memenuhi 00 (satu miliar b. Penyumbang atau pemberi
kewajiban rupiah). bantuan yang tidak jelas
sebagaimana identitasnya;
dimaksud dalam c. Pemerintah dan pemerintah
pasal 71 daerah; dan
d. Badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah,
dan badan usaha milik desa
atau sebutan lain.

76
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Pasal 71 (uu 10/2016)


(1) Pejabat negara, pejabat
daerah, pejabat aparatur
sipil negara, anggota
tni/polri, dan kepala desa
atau sebutan lain/lurah
dilarang membuat
keputusan dan/atau
tindakan yang
menguntungkan atau
merugikan salah satu
pasangan calon
(2) Gubernur atau wakil
gubernur, bupati atau
wakil bupati, dan walikota
atau wakil walikota
dilarang melakukan
penggantian pejabat 6
(enam) bulan sebelum
tanggal penetapan
pasangan calon sampai
dengan akhir masa jabatan
kecuali mendapat
persetujuan tertulis dari
menteri.
(3) Gubernur atau wakil
gubernur, bupati atau
wakil bupati, dan walikota
atau wakil walikota
dilarang menggunakan
kewenangan, program, dan
kegiatan yang
menguntungkan atau
merugikan salah satu
pasangan calon baik di
daerah sendiri maupun di
daerah lain dalam waktu 6
(enam) bulan sebelum
tanggal penetapan
pasangan calon sampai
dengan penetapan

77
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

pasangan calon terpilih.


(4) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3)
berlaku juga untuk
penjabat gubernur atau
penjabat bupati/walikota.
(5) Dalam hal gubernur atau
wakil gubernur, bupati
atau wakil bupati, dan
walikota atau wakil
walikota selaku petahana
melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3),
petahana tersebut dikenai
sanksi pembatalan sebagai
calon oleh kpu provinsi
atau kpu kabupaten/kota.
(6) Sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (3)
yang bukan petahana
diatur sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3. Keterangan yang Tidak Benar

Pasal 187 ayat (7)


“Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar dalam laporan dana Kampanye sebagaimana diwajibkan oleh
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) bulan atau paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)”.

78
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 2 (dua)
 Dengan sengaja bulan atau paling lama 12 (dua belas)
 Memberikan keterangan yang bulan dan/atau
tidak benar dalam laporan  Denda paling sedikit Rp1.000.000,00
dana Kampanye sebagaimana (satu juta rupiah) atau paling banyak
diwajibkan oleh Undang- Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
Undang ini rupiah)

4. Calon yang Tidak Melaporkan Sumbangan Dana Kampanye

Pasal 187 ayat (8)


“Calon yang menerima sumbangan dana Kampanye dan tidak
melaporkan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dan/atau
tidak menyetorkan ke kas negara, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 48 (empat puluh delapan)
bulan dan denda sebanyak 3 (tiga) kali dari jumlah sumbangan yang
diterima”.
Unsur Pasal Sanksi Pidana
(1) (2)
 Calon yang menerima  Pidana penjara paling singkat 12
sumbangan dana Kampanye (dua belas) bulan dan paling lama
dan tidak melaporkan kepada 48 (empat puluh delapan) bulan
KPU Provinsi dan KPU dan
Kabupaten/Kota dan/atau tidak  Denda sebanyak 3 (tiga) kali dari
menyetorkan ke kas negara jumlah sumbangan yang diterima

79
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

E. Perlengkapan Pemilihan
Terdapat 1 (satu) Ketentuan Pidana yang mengatur tentang Perlengkapan
Pemilihan dalam Undang-undang Pilkada. Ketentuan Pidana yang dimaksud
yakni Pasal 190A.

Pasal 190A
“Penyelenggara Pemilihan, atau perusahaan yang dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum merubah jumlah surat suara yang
dicetak sama dengan jumlah Pemilih tetap ditambah dengan 2,5% (dua
setengah persen) dari jumlah Pemilih tetap sebagai cadangan, yang
ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp7.500.000.000,00 (tujuh milyar lima ratus juta
rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Penyelenggara  Pidana penjara paling Pasal 80 ayat (1) (UU
Pemilihan, atau singkat 36 (tiga puluh 1/2015)
perusahaan enam) bulan dan Jumlah surat suara yang
 Dengan sengaja paling lama 72 (tujuh dicetak sama dengan
 Melakukan perbuatan puluh dua) bulan jumlah Pemilih tetap
melawan hukum  Denda paling sedikit ditambah dengan 2,5%
merubah jumlah surat Rp 500.000.000,00 (dua setengah persen)
suara yang dicetak (lima ratus juta dari jumlah Pemilih
sama dengan jumlah rupiah) dan paling tetap sebagai cadangan,
Pemilih tetap banyak yang ditetapkan dengan
ditambah dengan Rp7.500.000.000,00 Keputusan KPU
2,5% (dua setengah (tujuh milyar lima Provinsi dan KPU
persen) dari jumlah ratus juta rupiah). Kabupaten/Kota.
Pemilih tetap sebagai
cadangan, yang

80
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

ditetapkan dengan
Keputusan KPU
Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
 sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 80 ayat (1)

81
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

F. Pemungutan Suara
Pengaturan Pemungutan Suara dalam Undang-undang Pilkada memuat 15
Ketentuan Pidana diantaranya: 1.Mengaku Dirinya Sebagai Orang Lain
Untuk Menggunakan Hak Pilih, 2.Memberikan Suaranya Lebih Dari Satu
Kali Di Satu Atau Lebih TPS (1), 3.Tidak Berhak Memilih Memberikan
Suarannya 1 (satu) kali atau lebih pada 1 (satu) TPS atau lebih, 4.Menyuruh
yang tidak berhak memilih memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih
pada 1 (satu) TPS, 5.Penyelenggara Menyuruh yang tidak berhak memilih
memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih pada 1 (satu) TPS.
6.Menggagalkan Pemungutan Suara, 7.Memberi Keterangan Tidak Benar,
Mengubah, Merusak, Menghilangkan Hasil Pemungutan, 8.Mendampingi
Seorang Pemilih Yang Bukan Pemilih Tunanetra, Tunadaksa, Atau Yang
Mempunyai Halangan Fisik Lain, 9.Menghalang-halangi Seseorang untuk
Terdaftar sebagai Pemilih, 10.Tidak Memberikan Kesempatan Kepada
Seorang Pekerja Untuk Memberikan Suaranya, 11.Tidak Menetapkan
Pemungutan atau Penghitungan Suara Ulang Di TPS, 12. Tidak Membuat
atau Menandatangani Berita Acara Perolehan Pasangan Calon, 13.Tidak
Melaksanakan Ketetapan KPU Provinsi Dan KPU Kabupaten/Kota Untuk
Melaksanakan Pemungutan Suara Ulang Di TPS, 14.Tidak Memberikan
Salinan 1 (Satu) Eksemplar Berita Acara Pemungutan Dan Penghitungan
Suara Dan/Atau Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Pada Saksi, 15.Tidak
Menjaga, Mengamankan Keutuhan Kotak Suara, Dan Menyerahkan Kotak
Suara Tersegel Yang Berisi Surat Suara, Berita Acara Pemungutan Suara,
Dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara.

82
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

1. Mengaku Dirinya Sebagai Orang Lain Untuk Menggunakan


Hak Pilih

Pasal 178A
“Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum mengaku dirinya sebagai orang
lain untuk menggunakan hak pilih, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh
empat juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 24
 Pada waktu pemungutan (dua puluh empat) bulan dan paling
suara lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
 Dengan sengaja  Denda paling sedikit
 Melakukan perbuatan Rp24.000.000,00 (dua puluh empat
melawan hukum mengaku juta rupiah) dan paling banyak
dirinya sebagai orang lain Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
untuk menggunakan hak pilih juta rupiah

2. Memberikan Suaranya Lebih Dari Satu Kali Di Satu Atau Lebih


TPS

Pasal 187B
“Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum memberikan suaranya lebih dari
satu kali di satu atau lebih TPS, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 108 (seratus
delapan) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh

83
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

enam juta rupiah) dan paling banyak Rp108.000.000,00 (seratus delapan


juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 24
 Pada waktu pemungutan (dua puluh empat) bulan dan paling
suara lama 72 (tujuh puluh dua) bulan
 Dengan sengaja  Denda paling sedikit
 Melakukan perbuatan Rp24.000.000,00 (dua puluh empat
melawan hukum mengaku juta rupiah) dan paling banyak
dirinya sebagai orang lain Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
untuk menggunakan hak pilih juta rupiah

3. Tidak Berhak Memilih Memberikan Suaranya 1 (satu) Kali Atau


Lebih Pada 1 (satu) TPS Atau Lebih

Pasal 178C ayat (1)


“Setiap orang yang tidak berhak memilih yang dengan sengaja pada saat
pemungutan suara memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih pada 1
(satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36
(tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan
denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 36 (tiga
 Yang tidak berhak memilih puluh enam) bulan dan paling lama 72
 Dengan sengaja (tujuh puluh dua) bulan
 Pada saat pemungutan  Denda paling sedikit Rp36.000.000,00
suara memberikan suaranya (tiga puluh enam juta rupiah) dan
1 (satu) kali atau lebih pada paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
1 (satu) TPS atau lebih puluh dua juta rupiah).

84
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

4. Menyuruh Orang Yang Tidak Berhak Memilih Memberikan


Suaranya 1 (Satu) Kali Atau Lebih Pada 1 (Satu) TPS

Pasal 178C ayat (2)


“Setiap orang yang dengan sengaja menyuruh orang yang tidak berhak
memilih memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih pada 1 (satu) TPS
atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh
enam) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan
denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta
rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 36 (tiga
 Dengan sengaja puluh enam) bulan dan paling lama 144
 Menyuruh orang yang (seratus empat puluh empat) bulan
tidak berhak memilih  Denda paling sedikit Rp36.000.000,00
memberikan (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling
 suaranya 1 (satu) kali banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat
atau lebih pada 1 (satu) puluh empat juta rupiah).
TPS atau lebih.

5. Penyelenggara Menyuruh Orang Yang Tidak Berhak Memilih


Memberikan Suaranya 1 (Satu) Kali Atau Lebih Pada 1 (Satu)
TPS

Pasal 178C ayat (3)


“Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari
ancaman pidana maksimumnya.”

85
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Penyelenggara Pemilihan  Pidana yang sama sebagaimana
 Dengan sengaja dimaksud pada ayat (1)
 Menyuruh orang yang tidak berhak ditambah 1/3 (sepertiga) dari
memilih memberikan ancaman pidana
 suaranya 1 (satu) kali atau lebih maksimumnya.
pada 1 (satu) TPS atau lebih.

6. Menggagalkan Pemungutan Suara


Pasal 178D
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan
hukum menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 108
(seratus delapan) bulan dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 36 (tiga
 Dengan sengaja puluh enam) bulan dan paling lama 108
 Melakukan perbuatan (seratus delapan) bulan
melawan hukum  Denda paling sedikit Rp100.000.000,00
menggagalkan (seratus juta rupiah) dan paling banyak
pemungutan suara Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

86
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

7. Memberi Keterangan Tidak Benar, Mengubah, Merusak,


Menghilangkan Hasil Pemungutan

a. Setiap Orang
Pasal 178E ayat (1)
“Setiap orang yang dengan sengaja memberi keterangan tidak benar,
mengubah, merusak, menghilangkan hasil pemungutan dan/atau hasil
penghitungan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 48
(empat puluh delapan) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp48.000.000,00 (empat
puluh delapan juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00
(seratus empat puluh empat juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 48
 Dengan sengaja (empat puluh delapan) bulan dan
 Memberi keterangan tidak paling lama 144 (seratus empat puluh
benar, mengubah, merusak, empat) bulan dan
menghilangkan hasil  Denda paling sedikit
pemungutan dan/atau hasil Rp,48.000.000,00 (empat puluh
penghitungan suara delapan juta rupiah)

b. Penyelenggara Pemilihan atau Saksi Pasangan Calon


Pasal 178E ayat (2)
“Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dan/atau saksi pasangan
calon dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
maksimumnya.”

87
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Penyelenggara Pemilihan atau Saksi  pidana yang sama
Pasangan Calon sebagaimana dimaksud
 Dengan sengaja pada ayat (1) ditambah
 Memberi keterangan tidak benar, 1/3 (sepertiga) dari
mengubah, merusak, menghilangkan ancaman pidana
hasil pemungutan dan/atau hasil maksimumnya.”
penghitungan suara

8. Mendampingi Seorang Pemilih Yang Bukan Pemilih


Tunanetra, Tunadaksa, Atau Yang Mempunyai Halangan Fisik
Lain

Pasal 178G
“Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara
mendampingi seorang pemilih yang bukan pemilih tunanetra, tunadaksa,
atau yang mempunyai halangan fisik lain, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 12
 Dengan sengaja (dua belas) bulan dan paling lama
 Pada waktu pemungutan 24 (dua puluh empat) bulan
suara mendampingi seorang  Denda paling sedikit
pemilih yang bukan pemilih Rp12.000.000,00 (dua belas juta
tunanetra, tunadaksa, atau rupiah) dan paling banyak
yang mempunyai halangan Rp24.000.000,00 (dua puluh empat
fisik lain juta rupiah).

88
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

9. Menghalang-halangi Seseorang untuk Terdaftar sebagai


Pemilih

Pasal 182
“Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan
yang ada padanya saat pendaftaran pemilih menghalang-halangi
seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan menurut
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12
(dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda
paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 12
 dengan kekerasan atau dengan (dua belas) bulan dan paling lama
ancaman kekuasaan yang ada 36 (tiga puluh enam) bulan dan;
padanya saat pendaftaran  Denda paling sedikit
pemilih menghalang-halangi Rp12.000.000,00 (dua belas juta
seseorang untuk terdaftar rupiah) dan paling banyak
sebagai pemilih dalam Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
Pemilihan menurut Undang- juta rupiah).
Undang ini

10. Tidak Memberikan Kesempatan Kepada Seorang Pekerja


Untuk Memberikan Suaranya

Pasal 182B
“Seorang majikan atau atasan yang tidak memberikan kesempatan
kepada seorang pekerja untuk memberikan suaranya, kecuali dengan
alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan diancam dengan
pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling
lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit

89
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) dan paling banyak


Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Seorang majikan atau atasan  Pidana penjara paling singkat 24 (dua
 Tidak memberikan puluh empat) bulan dan paling lama 72
kesempatan kepada seorang (tujuh puluh dua) bulan
pekerja untuk memberikan  Denda paling sedikit Rp24.000.000,00
suaranya, kecuali dengan (dua puluh empat juta rupiah) dan
alasan bahwa pekerjaan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
tersebut tidak bisa puluh dua juta rupiah).
ditinggalkan

11. Tidak Menetapkan Pemungutan Dan/Atau Penghitungan Suara


Ulang Di TPS

Pasal 193 ayat (1)


“Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tidak menetapkan
pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang di TPS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 112 dan Pasal 113 berdasarkan putusan Bawaslu
Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota tanpa alasan yang dibenarkan
berdasarkan Undang-Undang ini, anggota KPU Provinsi dan anggota
KPU Kabupaten/Kota dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36
(tiga puluh enam) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh
empat) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam
juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh
empat juta rupiah).”

90
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 KPU Provinsi  Pidana penjara Pasal 112 (UU 1/2015)
dan KPU paling singkat 36 (1) Pemungutan suara di TPS
Kabupaten/Kot (tiga puluh dapat diulang jika terjadi
a enam) bulan dan gangguan keamanan yang
 Tidak paling lama 144 mengakibatkan hasil
menetapkan (seratus empat pemungutan suara tidak
pemungutan puluh empat) dapat digunakan atau
dan/atau bulan penghitungan suara tidak
penghitungan  Denda paling dapat dilakukan.
suara ulang di sedikit (2) Pemungutan suara di TPS
TPS. Rp36.000.000,00 dapat diulang jika dari hasil
 Sebagaimana (tiga puluh enam penelitian dan pemeriksaan
dimaksud juta rupiah) dan Panwas Kecamatan terbukti
dalam Pasal paling banyak terdapat 1 (satu) atau lebih
112 dan Pasal Rp144.000.000,0 keadaan sebagai berikut:
113 0 (seratus empat a. Pembukaan kotak suara
berdasarkan puluh empat juta dan/atau berkas
putusan rupiah) pemungutan dan
Bawaslu penghitungan suara tidak
Provinsi atau dilakukan menurut tata
Panwas cara yang ditetapkan
Kabupaten/Kot dalam peraturan
a tanpa alasan perundang-undangan;
yang b. Petugas kpps meminta
dibenarkan pemilih memberi tanda
berdasarkan khusus,menandatangani,
Undang- atau menulis nama atau
Undang ini. alamatnya pada surat
suara yang sudah
digunakan;
c. Petugas kpps merusak
lebih dari satu surat suara
yang sudah digunakan
oleh pemilih sehingga
surat suara tersebut
menjadi tidak sah;
d. Lebih dari seorang
pemilih menggunakan
hak pilih lebih dari satu

91
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

kali, pada tps yang sama


atau tps yang berbeda;
dan/atau
e. Lebih dari seorang
pemilih yang tidak
terdaftar sebagai pemilih,
mendapat kesempatan
memberikan suara pada
TPS.

Pasal 113 (UU 1/2015)


(1) Penghitungan suara ulang
meliputi:
a. Penghitungan ulang surat
suara di TPS; atau
b. Penghitungan ulang surat
suara di PPS.
(2) Penghitungan ulang suara di
TPS dilakukan seketika itu
juga jika:
a. Penghitungan suara
dilakukan secara tertutup;
b. Penghitungan suara
dilakukan di tempat yang
kurang terang atau yang
kurang mendapat
penerangan cahaya;
c. Penghitungan suara
dilakukan dengan suara
yang kurang jelas;
d. Penghitungan suara
dicatat dengan tulisan
yang kurang jelas;
e. saksi calon, PPL, dan
masyarakat tidak dapat
menyaksikan proses
penghitungan suara secara
jelas;
f. penghitungan suara
dilakukan di tempat lain

92
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

atau waktu lain dari yang


telah ditentukan; dan/atau
g. terjadi ketidakkonsistenan
dalam menentukan surat
suara yang sah dan surat
suara yang tidak sah.
(3) Dalam hal terjadi keadaan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), saksi calon atau
PPL dapat mengusulkan
penghitungan ulang surat
suara di TPS yang
bersangkutan.
(4) Dalam hal TPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak
dapat melakukan
penghitungan suara ulang,
saksi calon atau PPL dapat
mengusulkan penghitungan
ulang surat suara di PPS.
(5) Penghitungan ulang surat
suara di TPS atau PPS harus
dilaksanakan dan selesai
pada hari yang sama

12. Tidak Membuat dan/atau Menandatangani Berita Acara


Perolehan Pasangan Calon

Pasal 193 ayat (3)


“Ketua dan anggota KPPS, ketua dan anggota PPK, ketua dan anggota
KPU Kabupaten/Kota, atau ketua dan anggota KPU Provinsi yang
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum tidak membuat
dan/atau menandatangani berita acara perolehan pasangan Calon
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota,

93
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Ketua dan anggota KPPS, ketua dan  Pidana penjara paling
anggota PPK, ketua dan anggota KPU singkat 12 (dua belas)
Kabupaten/Kota, atau ketua dan anggota bulan dan paling lama 60
KPU Provinsi; (enam puluh) bulan
 Dengan sengaja;  Denda paling sedikit
 Melakukan perbuatan melawan hukum;  Rp12.000.000,00 (dua
 Tidak membuat dan/atau belas juta rupiah) dan
menandatangani berita acara perolehan paling banyak
pasangan Calon Gubernur dan Calon Rp60.000.000,00 (enam
Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati puluh juta rupiah).
dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan
Calon Walikota dan Calon Wakil
Walikota

13. Tidak Melaksanakan Ketetapan KPU Provinsi Dan KPU


Kabupaten/Kota Untuk Melaksanakan Pemungutan Suara
Ulang Di TPS

Pasal 193 ayat 4


“Ketua dan anggota KPPS yang dengan sengaja tidak melaksanakan
ketetapan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan
pemungutan suara ulang di TPS, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan
denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling
banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”

94
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Ketua dan anggota KPPS  Pidana penjara paling singkat 12 (dua
 Dengan sengaja belas) bulan dan paling lama 60 (enam
 Tidak melaksanakan puluh) bulan
ketetapan KPU Provinsi dan  Denda paling sedikit Rp12.000.000,00
KPU Kabupaten/Kota untuk (dua belas juta rupiah) dan paling
melaksanakan pemungutan banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh
suara ulang di TPS. juta rupiah).

14. Tidak Memberikan Salinan 1 (Satu) Eksemplar Berita Acara


Pemungutan Dan Penghitungan Suara Dan/Atau Sertifikat
Hasil Penghitungan Suara Pada Saksi

Pasal 193 ayat (5)


“Setiap KPPS yang dengan sengaja tidak memberikan salinan 1 (satu)
eksemplar berita acara pemungutan dan penghitungan suara dan/atau
sertifikat hasil penghitungan suara pada saksi calon Gubernur dan calon
Wakil Gubernur, calon Bupati dan calon Wakil Bupati, serta calon
Walikota dan calon Wakil Walikota, PPL, PPS dan PPK melalui PPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (12) dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 60
(enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah).”

95
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap KPPS  Pidana penjara Pasal 98 ayat (12) (UU
 Dengan sengaja paling singkat 12 8/2015)
 Tidak memberikan (dua belas) bulan KPPS wajib memberikan I
salinan 1 (satu) dan paling lama (satu) eksemplar salinan
eksemplar berita 60 (enam puluh) berita acara dan sertifikat
acara pemungutan bulan hasil penghitungan suara
dan penghitungan  Denda paling kepada saksi pasangan
suara dan/atau sedikit calon, PPL, PPS, PPK
sertifikat hasil Rp12.000.000,00 melalui PPS serta
penghitungan suara (dua belas juta menempelkan 1 (satu)
pada saksi calon rupiah) dan eksemplar sertifikat hasil
Gubernur dan calon paling banyak penghitungan · suara pada
Wakil Gubernur, Rp60.000.000,00 tempat pengumuman di
calon Bupati dan (enam puluh juta TPS selama 7 (tujuh) hari.
calon Wakil Bupati, rupiah)
serta calon
 Walikota dan calon
Wakil Walikota,
PPL, PPS dan PPK
melalui PPS
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 98 ayat (12).

15. Tidak Menjaga, Mengamankan Keutuhan Kotak Suara, Dan


Menyerahkan Kotak Suara Tersegel Yang Berisi Surat Suara,
Berita Acara Pemungutan Suara, Dan Sertifikat Hasil
Penghitungan Suara

Pasal 193 ayat (6)


“Setiap KPPS yang tidak menjaga, mengamankan keutuhan kotak suara,
dan menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara, berita
acara pemungutan suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada
PPK pada Hari yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf
q, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan

96
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap KPPS  Pidana penjara Pasal 20 huruf q
 Tidak menjaga, paling singkat 12 (UU 10/2016)
mengamankan (dua belas) bulan Menjaga dan
keutuhan kotak suara, dan paling lama 60 mengamankan
dan menyerahkan kotak (enam puluh) bulan; keutuhan kotak
suara tersegel yang  Denda paling sedikit suara setelah
berisi surat suara, berita Rp12.000.000,00 penghitungan suara
acara pemungutan (dua belas juta dan setelah kotak
suara, dan sertifikat rupiah) dan paling suara disegel;
hasil penghitungan banyak
suara kepada PPK pada Rp60.000.000,00
Hari yang sama (enam puluh juta
sebagaimana dimaksud rupiah).
dalam Pasal 20 huruf q

97
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

G. Perhitungan Suara
Terdapat 3 (tiga) Ketentuan Pidana yang mengatur tentang Perhitungan
Suara. Tiga ketentuan Pidana tersebut ialah : 1.Memberi Keterangan Tidak
Benar, Mengubah, Merusak, Menghilangkan Hasil Pemungutan, 2.Tidak
Mengumumkan Hasil Penghitungan Suara Dari Seluruh TPS di Wilayah
Kerjanya, 3.Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi
Penghitungan Suara Hasil Pemilihan.

1. Memberi Keterangan Tidak Benar, Mengubah, Merusak,


Menghilangkan Hasil Pemungutan

a. Setiap Orang
Pasal 178E ayat (1)
Setiap orang yang dengan sengaja memberi keterangan tidak benar,
mengubah, merusak, menghilangkan hasil pemungutan dan/atau hasil
penghitungan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
48 (empat puluh delapan) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp48.000.000,00 (empat
puluh delapan juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00
(seratus empat puluh empat juta rupiah).

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 12
 Dengan sengaja (dua belas) bulan dan paling lama 60
 Memberi keterangan (enam puluh) bulan;
tidak benar, mengubah,  Denda paling sedikit
merusak, menghilangkan Rp12.000.000,00 (dua belas juta
hasil pemungutan rupiah) dan paling banyak
dan/atau hasil Rp60.000.000,00 (enam puluh juta
penghitungan suara rupiah).

98
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

b. Penyelenggara atau Saksi Pasangan Calon


Pasal 178E ayat (2)
“Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dan/atau saksi pasangan
calon dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
maksimumnya”.

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Penyelenggara Pemilihan dan/atau  Pidana yang sama
saksi pasangan calon sebagaimana dimaksud pada
 Dengan sengaja ayat (1) ditambah 1/3
 Memberi keterangan tidak benar, (sepertiga) dari ancaman
mengubah, merusak, pidana maksimumnya.
menghilangkan hasil pemungutan
dan/atau hasil penghitungan suara

2. Tidak Mengumumkan Hasil Penghitungan Suara Dari Seluruh


TPS di Wilayah Kerjanya

Pasal 193 ayat (7)


“Setiap PPS yang tidak mengumumkan hasil penghitungan suara dari
seluruh TPS di wilayah kerjanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”

99
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Setiap PPS  Pidana penjara paling Pasal 99 (UU 1/2015)
 Tidak singkat 12 (dua belas) PPS wajib
mengumumkan bulan dan paling lama mengumumkan salinan
hasil 60 (enam puluh) sertifikat hasil
penghitungan bulan penghitungan suara
suara dari seluruh  Denda paling sedikit sebagaimana dimaksud
TPS di wilayah Rp12.000.000,00 dalam Pasal 98 ayat (11)
kerjanya (dua belas juta dari seluruh TPS di
sebagaimana rupiah) dan paling wilayah kerjanya dengan
dimaksud dalam banyak menempelkan salinan
Pasal 99 Rp60.000.000,00 tersebut di tempat umum
(enam puluh juta selama 7 (tujuh) hari.
rupiah).

3. Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi


Penghitungan Suara Hasil Pemilihan

Pasal 195
“Setiap orang yang dengan sengaja merusak, mengganggu, atau
mendistorsi sistem informasi penghitungan suara hasil Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 60
(enam puluh) bulan dan paling lama 120 (seratus dua puluh) bulan dan
denda paling sedikit Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

100
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 60
 Dengan sengaja (enam puluh) bulan dan paling
 Merusak, mengganggu, atau lama 120 (seratus dua puluh)
mendistorsi sistem informasi bulan dan
penghitungan suara hasil  Denda paling sedikit
Pemilihan Gubernur dan Wakil Rp2.500.000.000,00 (dua miliar
Gubernur, Bupati dan Wakil lima ratus juta rupiah) dan paling
Bupati, serta Walikota dan Wakil banyak Rp5.000.000.000,00
Walikota (lima miliar rupiah)

101
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

H. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara

1. Menggagalkan Pleno Penghitungan Suara Tahap Akhir


Pasal 178F
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbutan melawan hukum
menggagalkan pleno penghitungan suara tahap akhir yang dilakukan di
KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota pemungutan suara dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan
paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling
sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 36
 Dengan sengaja (tiga puluh enam) bulan dan paling
 Melakukan perbutan melawan lama 144 (seratus empat puluh
hukum menggagalkan pleno empat) bulan dan
penghitungan suara tahap  Denda paling sedikit
akhir yang dilakukan di KPU Rp100.000.000,00 (seratus juta
Provinsi atau KPU rupiah) dan paling banyak
Kabupaten/Kota pemungutan Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
suara rupiah)

2. Kekerasan Terkait dengan Penetapan Hasil Pemilihan

Pasal 183
“Setiap orang yang melakukan kekerasan terkait dengan penetapan hasil
Pemilihan menurut Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam)
bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)
dan paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”.

102
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 12 (dua belas)
 Melakukan bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam)
kekerasan terkait bulan dan
dengan penetapan  Denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua
hasil Pemilihan belas juta rupiah) dan paling banyak
menurut Undang- Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
Undang ini rupiah).”

3. Tidak Membuat dan/atau Menandatangani Berita Acara


Perolehan Pasangan Calon

Pasal 193 ayat (3)


“Ketua dan anggota KPPS, ketua dan anggota PPK, ketua dan anggota
KPU Kabupaten/Kota, atau ketua dan anggota KPU Provinsi yang
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum tidak membuat
dan/atau menandatangani berita acara perolehan pasangan Calon
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”

103
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Ketua dan anggota KPPS, ketua dan  Pidana penjara paling singkat
anggota PPK, ketua dan anggota 12 (dua belas) bulan dan
KPU Kabupaten/Kota, atau ketua paling lama 60 (enam puluh)
dan anggota KPU Provinsi bulan dan
 Dengan sengaja  Denda paling sedikit
 Melakukan perbuatan melawan Rp12.000.000,00 (dua belas
hukum juta rupiah) dan paling
 Tidak membuat dan/atau banyak Rp60.000.000,00
menandatangani berita acara (enam puluh juta rupiah).
perolehan pasangan Calon Gubernur
dan Calon Wakil Gubernur,
pasangan Calon Bupati dan Calon
Wakil Bupati, serta pasangan Calon
Walikota dan Calon Wakil Walikota

4. Tidak Mengawasi Penyerahan Kotak Suara Tersegel Kepada


KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota

Pasal 194
“Panwas Kecamatan yang tidak mengawasi penyerahan kotak suara
tersegel kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 huruf b, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)”.

104
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Panwas  Pidana penjara paling Pasal 33 huruf b (UU
kecamatan singkat 6 (enam) bulan 10/2016)
 Tidak mengawasi dan paling lama 24 Mengawasi penyerahan
penyerahan kotak (dua puluh empat) kotak suara
suara tersegel bulan dan tersegel kepada KPU
kepada kpu  Denda paling sedikit Provinsi dan KPU
provinsi dan kpu Rp6.000.000,00 (enam Kabupaten/Kota;
kabupaten/kota juta rupiah) dan paling
sebagaimana banyak
dimaksud dalam Rp24.000.000,00 (dua
pasal 33 huruf b puluh empat juta
rupiah).”

5. Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi


Penghitungan Suara Hasil Pemilihan

Pasal 195
“Setiap orang yang dengan sengaja merusak, mengganggu, atau
mendistorsi system informasi penghitungan suara hasil Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 60
(enam puluh) bulan dan paling lama 120 (seratus dua puluh) bulan dan
denda paling sedikit Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)
 Setiap orang  Pidana penjara paling singkat 60
 Dengan sengaja (enam puluh) bulan dan paling lama
 Merusak, mengganggu, atau 120 (seratus dua puluh) bulan dan;
mendistorsi system  Denda paling sedikit
informasi penghitungan Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima
suara hasil Pemilihan ratus juta rupiah)
Gubernur dan Wakil dan paling banyak

105
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Gubernur, Bupati dan Wakil Rp5.000.000.000,00 (lima miliar


Bupati, serta Walikota dan rupiah).
Wakil Walikota

6. Tidak Menetapkan Perolehan Hasil Pemilihan

Pasal 197 ayat (1)


“Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tidak menetapkan
perolehan hasil Pemilihan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini, anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling
lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp240.000.000,00
(dua ratus empat puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana


(1) (2)

 KPU Provinsi dan KPU  Pidana penjara paling singkat 24 (dua


Kabupaten/Kota puluh empat) bulan dan paling lama 60
 Tidak menetapkan (enam puluh) bulan dan
perolehan hasil Pemilihan  Denda paling sedikit Rp240.000.000,00
 Sebagaimana diatur (dua ratus empat puluh juta rupiah) dan
dalam Undang-Undang paling banyak Rp600.000.000,00 (enam
ini ratus juta rupiah

106
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

I. Partisipasi Masyarakat

Pasal 187D
“Pengurus lembaga pemantau Pemilihan yang melanggar ketentuan
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).”

Unsur Pasal Sanksi Pidana Keterangan


(1) (2) (3)
 Pengurus  Pidana penjara Pasal 128 (UU 1/2015)
lembaga paling singkat 36 Lembaga pemantau Pemilihan
pemantau (tiga puluh enam) dilarang:
Pemilihan bulan dan paling
 Melanggar lama 72 (tujuh a. Melakukan kegiatan yang
ketentuan puluh dua) bulan mengganggu proses pelaksanaan
larangan dan Pemilihan;
sebagaimana  Denda paling b. Mempengaruhi Pemilih dalam
dimaksud sedikit menggunakan haknya untuk
dalam Pasal Rp36.000.000,00 memilih;
128 (tiga puluh enam c. Mencampuri pelaksanaan tugas
juta rupiah) dan dan wewenang penyelenggara
paling banyak Pemilihan;
Rp72.000.000,00 d. Memihak kepada peserta
(tujuh puluh dua Pemilihan tertentu;
juta rupiah). e. Menggunakan seragam, warna,
atau atribut lain yang
memberikan kesan mendukung
atau menolak peserta Pemilihan;
f. Menerima atau memberikan
hadiah, imbalan, atau fasilitas
apapun dari atau kepada peserta
Pemilihan;
g. Mencampuri dengan cara
apapun urusan politik dan
Pemerintahan dalam negeri

107
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA

Indonesia dalam hal pemantau


merupakan pemantau Pemilihan
asing;
h. Membawa senjata, bahan
peledak, dan/atau bahan
berbahaya lainnya selama
melakukan pemantauan;
i. Masuk ke dalam TPS;
j. Menyentuh perlengkapan/alat
pelaksanaan Pemilihan termasuk
surat suara tanpa persetujuan
petugas Pemilihan; dan
k. Melakukan kegiatan lain selain
yang berkaitan dengan
pemantauan Pemilihan

108
KETENTUANPIDANAPEMILI
HAN
DALAM UNDANG-UNDANG
PEMILI
HANKEPALADAERAH

Bukuinihadiruntukmemudahkanmasyar akatmema-
hamiket entuanpidanadidalam Undang-undangnomor1
tahun 2015,sebagai mana dir
ubah terakhi
rkalimel al
ui
Undang- undang nomor10 t ahun 2016,tentang Penye-
l
enggar aan Pemi l
ihan Gubernur,Bupatidan Wal i
kota.
Buku i ni adalah pasal -pasal pidana di dal
am
Undang- undangPi l
kadayangber jumlah43Pasalyang
mengat urtentangketentuanpi dana.Pasal-pasalter
se-
butt er
diridariketentuan pidana yang bersif
atumum
danket entuanpidanatentangt ahapanpenyel enggaran
pi
lkada.Sel ai
ni t
ujugat erhadapket ent
uanpasalyang
di
rujuk,makan kamisandi ngkan dengan pasalyang
mengat urnya.

Jl
.EngkuAmanKel ang-
SawahIndahDaikLingga
KabupatenLinggaProvi
nsiKepulauanRi
au
E-
mail:bawasl
u.kab.l
ingga@gmail
.com KodePos:29872

Anda mungkin juga menyukai