ukuS
aku
KETENTUANPIDANAPEMILI
HAN
DALAM UNDANG-UNDANG
PEMILI
HANKEPALADAERAH
Di
visiHukum,Peni
ndakanPel
anggar
andan
SengketaBawasl
uKabupatenLi
ngga
Ketentuan Pidana Pemilihan
Dalam Undang-undang Pilkada
Divisi Hukum, Penindakan Pelanggaran dan Sengketa
Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Lingga
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN
DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Divisi Hukum, Penindakan Pelanggaran dan Sengketa
Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten Lingga
Pengarah:
Zamroni, S.H.,M.M.
Penyusun:
Alwendi Saputra, S.H.
Nurul Azmi, S.H.
Rekky Hermansyah
Penyunting:
Alwendi Saputra, S.H.
Diterbitkan Oleh:
i
Menjanjikan atau Memberikan Uang atau Materi Lainnya Sebagai
Imbalan untuk Mempengaruhi Pemilih; 5. Menerima Janji atau
Pemberian Uang atau Materi Lainnya Sebagai Imbalan; 6. Keputusan
dan/atau Tindakan yang Menguntungkan atau Merugikan Salah Satu
Pasangan Calon; 7. Larangan Melakukan Penggantian Pejabat 6
(Enam) Bulan Sebelum Tanggal Penetapan Pasangan Calon Sampai
Dengan Akhir Masa Jabatan; 8. Pemilihan Lanjutan dan/atau
Pemilihan Susulan; 9. Tidak Melaksanakan Putusan Pengadilan Yang
Telah Berkekuatan Hukum Tetap; dan 10. Tindak Kekerasan atau
Menghalang-Halangi Penyelenggara Pemilihan Dalam
Melaksanakan Tugasnya.
ii
Allah SWT dan dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk
memahami ketentuan pidana di Undang-undang Pilkada. Aamiin
iii
Daftar Isi ...
Kata Pengantar -- iv
iv
2. Memalsukan Data dan Daftar Pemilih -- 26
3. Tidak Melakukan Verifikasi dan Rekapitulasi Data dan
Daftar Pemilih -- 32
4. Menyebabkan Orang Lain Kehilangan Hak Pilih -- 35
5. Menghalang-halangi Seseorang untuk Terdaftar sebagai
Pemilih -- 36
B. Pencalonan -- 37
1. Menghilangkan Hak seseorang untuk Menjadi Calon
Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon
Wakil Bupati, dan Calon Walikota/Calon Wakil Walikota -
- 38
2. Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu bagi Persyaratan
untuk Menjadi Calon -- 50
3. Memalsukan Surat -- 51
4. Mengetahui Bahwa Suatu Surat Adalah Tidak Sah atau
Dipalsukan, Menggunakannya, atau Menyuruh Orang Lain
Menggunakannya Sebagai Surat Sah -- 52
5. Memberikan Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu bagi
Persyaratan untuk Mendukung Pasangan Calon
Perseorangan Menjadi Calon -- 52
6. Pemalsuan Daftar Dukungan Terhadap Calon Perseorangan
-- 53
7. Tidak Melakukan Verifikasi Dan Rekapitulasi Terhadap
Dukungan Calon Perseorangan -- 55
8. Pendaftaran Pasangan Calon Tidak Didasarkan pada Surat
Keputusan Pengurus Partai Politik Tingkat Pusat -- 61
9. Anggota Partai Politik atau Anggota Gabungan Partai
Politik yang Menerima Imbalan dalam Bentuk Apapun
Pada Proses Pencalonan -- 65
10.Setiap Orang atau Lembaga yang Memberi Imbalan pada
Proses Pencalonan -- 66
11.Pengunduran Diri – 68
v
C. Kampanye -- 70
1. Kampanye di Luar Jadwal -- 70
2. Larang PelaksanaKampanye (1) -- 71
3. Larangan Kampanye (2) -- 72
4. Mengacaukan, Menghalangi, Atau Mengganggu Jalannya
Kampanye -- 73
5. Melibatkan Pihak yang Dilarang Dalam Kampanye -- 73
D. Dana Kampanye -- 75
1. Memberi atau Menerima Dana Kampanye Melebihi
Batas -- 75
2. Menerima atau Memberi Dana Kampanye dari atau kepada
Pihak Yang Dilarang -- 76
3. Keterangan yang Tidak Benar – 78
4. Calon yang Tidak Melaporkan Sumbangan Dana
Kampanye -- 79
E. Perlengkapan Pemilihan – 80
F. Pemungutan Suara – 82
1. Mengaku Dirinya Sebagai Orang Lain Untuk
Menggunakan Hak Pilih -- 83
2. Memberikan Suaranya Lebih Dari Satu Kali Di Satu Atau
Lebih TPS -- 83
3. Tidak Berhak Memilih Memberikan Suaranya 1 (satu) Kali
Atau Lebih Pada 1 (satu) TPS Atau Lebih -- 84
4. Menyuruh Orang Yang Tidak Berhak Memilih
Memberikan Suaranya 1 (Satu) Kali Atau Lebih Pada 1
(Satu) TPS -- 85
5. Penyelenggara Menyuruh Orang Yang Tidak Berhak
Memilih Memberikan Suaranya 1 (Satu) Kali Atau Lebih
Pada 1 (Satu) TPS -- 85
6. Menggagalkan Pemungutan Suara -- 86
7. Memberi Keterangan Tidak Benar, Mengubah, Merusak,
Menghilangkan Hasil Pemungutan -- 87
8. Mendampingi Seorang Pemilih Yang Bukan Pemilih
Tunanetra, Tunadaksa, Atau Yang Mempunyai Halangan
vi
Fisik Lain -- 88
9. Menghalang-halangi Seseorang untuk Terdaftar sebagai
Pemilih -- 89
10.Tidak Memberikan Kesempatan Kepada Seorang Pekerja
Untuk Memberikan Suaranya -- 89
11.Tidak Menetapkan Pemungutan Dan/Atau Penghitungan
Suara Ulang Di TPS -- 90
12.Tidak Membuat dan/atau Menandatangani Berita Acara
Perolehan Pasangan Calon -- 93
13.Tidak Melaksanakan Ketetapan KPU Provinsi Dan KPU
Kabupaten/Kota Untuk Melaksanakan Pemungutan Suara
Ulang Di TPS -- 94
14.Tidak Memberikan Salinan 1 (Satu) Eksemplar Berita
Acara Pemungutan Dan Penghitungan Suara Dan/Atau
Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Pada Saksi -- 95
15.Tidak Menjaga, Mengamankan Keutuhan Kotak Suara,
Dan Menyerahkan Kotak Suara Tersegel Yang Berisi Surat
Suara, Berita Acara Pemungutan Suara, Dan Sertifikat
Hasil Penghitungan Suara -- 96
G. Perhitungan Suara -- 98
1. Memberi Keterangan Tidak Benar, Mengubah, Merusak,
Menghilangkan Hasil Pemungutan -- 98
2. Tidak Mengumumkan Hasil Penghitungan Suara Dari
Seluruh TPS di Wilayah Kerjanya -- 99
3. Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi
Penghitungan Suara Hasil Pemilihan -- 100
H. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara -- 102
1. Menggagalkan Pleno Penghitungan Suara Tahap Akhir --
102
2. Kekerasan Terkait dengan Penetapan Hasil Pemilihan --
102
3. Tidak Membuat dan/atau Menandatangani Berita Acara
Perolehan Pasangan Calon -- 103
4. Tidak Mengawasi Penyerahan Kotak Suara Tersegel
vii
Kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota -- 104
5. Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi
Penghitungan Suara Hasil Pemilihan -- 105
6. Tidak Menetapkan Perolehan Hasil Pemilihan -- 106
I. Partisipasi Masyarakat -- 107
viii
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Bagian I
Pidana Umum
1
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
2
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
2. Bawaslu Provinsi
Pasal 193B ayat (1)
“Ketua dan/atau anggota Bawaslu Provinsi yang melanggar kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh
empat juta rupiah)”
3
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
yang mengakibatkan
terganggunya penyelenggaraan
tahapan Pemilihan di tingkat
Provinsi; dan
f. Melaksanakan kewajiban lain
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. KPU Kabupaten/Kota
Pasal 193A ayat (2)
“Ketua dan/atau anggota KPU Kabupaten/Kota yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah)”.
4
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
5
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
3. Panwas Kabupaten/Kota
Pasal 193 B ayat (2)
“Ketua dan/atau anggota Panwas Kabupaten/Kota yang melanggar
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 144
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah)”.
6
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
7
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
B. Pemalsuan Surat
Pasal 179
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang menurut suatu
aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan untuk menjalankan suatu
perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain sebagai
seolah-olah surat sah atau tidak dipalsukan, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh
enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah)”.
8
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 181
“Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa suatu surat
adalah tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau menyuruh orang
lain menggunakannya sebagai surat sah, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh
dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.
9
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
10
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
11
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
12
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
13
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 188
“Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa
atau sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling
banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)”.
14
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
15
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
16
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
17
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
18
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 188
“Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa
atau sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling
banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).”
19
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
hakim ad hoc; f. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi; g.Penjabat Bupati/Walikota.
Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan; h. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; i. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; j.
Menteri dan jabatan setingkat menteri; k. Kepala perwakilan Republik(5) Dalam
Indonesia halyangGubernur
di luar negeri berkedudukan sebagai atauDuta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh; l. Gubernur dan wakil gubernur; m. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
n. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-undang. Wakil Gubernur, Bupati atau
Wakil Bupati, dan Walikota
atau Wakil Walikota selaku
petahana melanggar 20
ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3), petahana tersebut
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
21
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
22
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 198
“Ketua dan anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang tidak
melaksanakan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150 ayat (2), dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah).”
23
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 198A
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindak kekerasan atau
menghalang-halangi Penyelenggara Pemilihan dalam melaksanakan
tugasnya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas)
bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)”.
24
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Bagian II
Pidana Tentang Tahapan
Penyelenggaraan Pilkada
25
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
a. Setiap Orang
Pasal 177A ayat (1)
26
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
3
Yang dimaksud dengan “pemutakhiran” adalah menambah dan/atau mengurangi calon pemilih sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan, bukan untuk merubah elemen data yang bersumber dari DP4.
27
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
dilakukan rekapitulasi
daftar Pemilih tingkat
PPK.
(5) Rekapitulasi daftar
Pemilih hasil
pemutakhiran
sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diserahkan
oleh PPK kepada KPU
Kabupaten/Kota paling
lambat 3 (tiga) Hari
terhitung sejak selesainya
pemutakhiran untuk
dilakukan rekapitulasi
daftar Pemilih tingkat
kabupaten/kota, yang
kemudian ditetapkan
sebagai Daftar Pemilih
Sementara.
(6) Daftar Pemilih Sementara
sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) diumumkan
secara luas dan melalui
papan pengumuman rukun
tetangga dan rukun warga
atau sebutan lain oleh PPS
untuk mendapatkan
masukan dan tanggapan
dari masyarakat selama 10
(sepuluh) Hari.
(7) PPS memperbaiki Daftar
Pemilih Sementara
berdasarkan masukan dan
tanggapan dari masyarakat
paling lama 5 (lima) Hari
terhitung sejak masukan
dan tanggapan dari
masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6)
berakhir.
(8) Daftar Pemilih Sementara
28
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
b. Penyelenggara
Pasal 177A ayat (2)
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh penyelenggara Pemilihan dan/atau saksi pasangan calon dipidana
dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana maksimumnya.
29
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 58
(1) Daftar Pemilih Tetap
pemilihan umum terakhir
digunakan sebagai sumber
pemutakhiran data
pemilihan dengan
mempertimbangkan Daftar
Penduduk Potensial
Pemilih Pemilihan.
(2) Daftar Penduduk Potensial
Pemilih Pemilihan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari
Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Kabupaten/Kota yang
telah dikonsolidasikan,
diverifikasi, dan divalidasi
oleh Menteri digunakan
sebagai bahan penyusunan
daftar Pemilih untuk
Pemilihan.
(3) Daftar pemilih
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2)
oleh PPS dilakukan
4
pemutakhiran
berdasarkan perbaikan dari
rukun tetangga, rukun
warga, atau sebutan lain
dan tambahan Pemilih
4
Yang dimaksud dengan “pemutakhiran” adalah menambah dan/atau mengurangi calon pemilih sesuai dengan kondisi nyata di
lapangan, bukan untuk merubah elemen data yang bersumber dari DP4.
30
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
31
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 177B
“Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, dan
anggota KPU Provinsi yang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap data
32
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
33
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
34
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pemilih Sementara
berdasarkan masukan dan
tanggapan dari masyarakat
paling lama 5 (lima) Hari
terhitung sejak masukan dan
tanggapan dari masyarakat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) berakhir.
(8) Daftar Pemilih Sementara
yang telah diperbaiki
sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) diserahkan kepada
KPU Kabupaten/Kota untuk
ditetapkan sebagai Daftar
Pemilih Tetap dan
diumumkan oleh PPS paling
lama 2 (dua) Hari terhitung
sejak jangka waktu
penyusunan Daftar Pemilih
Tetap berakhir.
(9) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pemutakhiran data Pemilih
diatur dengan Peraturan
KPU.
35
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 182
“Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan
yang ada padanya saat pendaftaran pemilih menghalang-halangi
seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan menurut
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12
(dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda
paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”.
36
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
B. Pencalonan
Undang-undang Pilkada memuat 11 (sebelas) Ketentuan Pidana yang
berhubungan dengan Pencalonan. 11 (sebelas) ketentuan pidana tersebut
adalah: 1. Menghilangkan Hak untuk Menjadi Calon; 2. Memberikan
Keterangan Tidak Benar atau Surat Palsu untuk Persyaratan Menjadi
Calon; 3. Memalsukan Surat; 4. Mengetahui Bahwa Suatu Surat Adalah
Tidak Sah atau Dipalsukan, Menggunakannya, atau Menyuruh Orang Lain
Menggunakannya Sebagai Surat Sah; 5. Keterangan Tidak Benar atau Surat
Palsu bagi Persyaratan untuk Mendukung Pasangan Calon Perseorangan
Menjadi Calon; 6. Pemalsuan Daftar Dukungan Terhadap Calon
Perseorangan; 7. Tidak Melakukan Verifikasi Dan Rekapitulasi Terhadap
Dukungan Calon Perseorangan; 8. Pendaftaran Tidak Didasarkan pada
Surat Keputusan Pengurus Partai Politik Tingkat Pusat; 9. Anggota Partai
Politik atau Anggota Gabungan Partai Politik yang Menerima Imbalan
dalam Bentuk Apapun Pada Proses Pencalonan; 10. Setiap Orang atau
Lembaga yang Memberi Imbalan pada Proses Pencalonan; dan 11.
Pengunduran Diri Calon.
37
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
a. Setiap Orang
Pasal 180 ayat (1)
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan
hukum menghilangkan hak seseorang menjadi Calon Gubernur/Calon
Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon Wakil Bupati, dan Calon
Walikota/Calon Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah)”.
38
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
39
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
40
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
putusan pengadilan
yang telah
memperoleh kekuatan
hukum tetap atau bagi
mantan terpidana
telah secara terbuka
dan jujur
mengemukakan
kepada publik bahwa
yang bersangkutan
mantan terpidana;
h. Tidak sedang dicabut
hak pilihnya
berdasarkan putusan
pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan
hukum tetap;
i. Tidak pernah
melakukan perbuatan
tercela yang
dibuktikan dengan
surat keterangan
catatan kepolisian;
j. Menyerahkan daftar
kekayaan pribadi;
k. Tidak sedang
memiliki tanggungan
utang secara
perseorangan
dan/atau secara badan
hukum yang menjadi
tanggung jawabnya
yang merugikan
keuangan negara;
l. Tidak sedang
dinyatakan pailit
berdasarkan putusan
pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan
hukum tetap;
m. Memiliki Nomor
41
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
42
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
sebagai penjabat
Gubernur, penjabat
Bupati, dan penjabat
Walikota;
r. Dihapus;
s. Menyatakan secara
tertulis pengunduran
diri sebagai anggota
Dewan Perwakilan
Rakyat, anggota
Dewan Perwakilan
Daerah, dan anggota
Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah sejak
ditetapkan sebagai
pasangan calon
peserta Pemilihan;
t. Menyatakan secara
tertulis pengunduran
diri sebagai anggota
Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian
Negara Republik
Indonesia, dan
Pegawai Negeri Sipil
serta Kepala Desa
atau sebutan lain
sejak ditetapkan
sebagai pasangan
calon peserta
Pemilihan; dan
u. Berhenti dari jabatan
pada badan usaha
milik negara atau
badan usaha milik
daerah sejak
ditetapkan sebagai
calon.
43
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
44
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
ditetapkan oleh
KPU Provinsi atau
KPU
Kabupaten/Kota
sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf f;
2. Tidak pernah
sebagai terpidana
berdasarkan
putusan pengadilan
yang telah
memperoleh
kekuatan hukum
tetap dari
Pengadilan Negeri
yang wilayah
hukumnya meliputi
tempat tinggal
calon atau bagi
mantan terpidana
telah secara terbuka
dan jujur
mengemukakan
kepada publik
bahwa yang
bersangkutan
mantan terpidana
dari pemimpin
redaksi media
massa lokal atau
nasional dengan
disertai buktinya,
sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf g;
3. Tidak sedang
45
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
dicabut hak
pilihnya
berdasarkan
putusan pengadilan
yang telah
mempunyai
kekuatan hukum
tetap dari
Pengadilan Negeri
yang wilayah
hukumnya meliputi
tempat tinggal
calon, sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf h;
4. Tidak pernah
melakukan
perbuatan tercela
yang dibuktikan
dengan surat
keterangan catatan
kepolisian, sebagai
bukti pemenuhan
syarat calon
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf i;
5. Tidak sedang
memiliki
tanggungan utang
secara
perseorangan
dan/atau secara
badan hukum yang
menjadi
tanggungjawabnya
yang merugikan
keuangan negara,
dari Pengadilan
46
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Negeri yang
wilayah hukumnya
meliputi tempat
tinggal calon,
sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf k;
dan
6. Tidak dinyatakan
pailit dari
Pengadilan Negeri
yang wilayah
hukumnya meliputi
tempat tinggal
calon, sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf l.
c. Surat tanda terima
laporan kekayaan
calon dari instansi
yang berwenang
memeriksa laporan
kekayaan
penyelenggara
negara, sebagai bukti
pemenuhan syarat
calon sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf j;
d. Fotokopi:
1. Ijazah pendidikan
terakhir paling
rendah sekolah
lanjutan tingkat
atas atau sederajat
yang telah
dilegalisir oleh
47
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
pihak yang
berwenang, sebagai
bukti pemenuhan
syarat calon
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf c;
2. Kartu Nomor
Pokok Wajib Pajak
atas nama calon,
tanda terima
penyampaian surat
pemberitahuan
tahunan pajak
penghasilan wajib
pajak orang pribadi
atas nama calon,
untuk masa 5
(lima) tahun
terakhir, yang
dibuktikan dengan
surat keterangan
tidak mempunyai
tunggakan pajak
dari kantor
pelayanan pajak
tempat calon yang
bersangkutan
terdaftar, sebagai
bukti pemenuhan
syarat calon
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 7 huruf m;
3. Kartu Tanda
Penduduk
elektronik dengan
nomor induk
kependudukan.
e. Daftar riwayat hidup
calon yang dibuat dan
48
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
ditandatangani oleh
calon perseorangan
dan bagi calon yang
diusulkan dari Partai
Politik atau gabungan
Partai Politik
ditandatangani oleh
calon, pimpinan
Partai Politik atau
pimpinan gabungan
Partai Politik;
f. Pas foto terbaru
Calon Gubernur dan
Calon Wakil
Gubernur, Calon
Bupati dan Calon
Wakil Bupati, serta
Calon Walikota dan
Calon Wakil
Walikota;
g. Naskah visi, misi, dan
program Calon
Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur,
Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati,
serta Calon Walikota
dan Calon Wakil
Walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara
pemenuhan persyaratan
dan kelengkapan
dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan KPU.
49
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 184
“Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar atau menggunakan surat palsu seolah-olah sebagai surat yang sah
tentang suatu hal yang diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi Calon
Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati,
Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah)”.
50
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
3. Memalsukan Surat
Pasal 179
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang menurut
suatu aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan untuk menjalankan
suatu perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain
sebagai seolah-olah surat sah atau tidak dipalsukan, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling
lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.
51
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 181
“Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa suatu surat
adalah tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau menyuruh
orang lain menggunakannya sebagai surat sah, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah)”.
Pasal 185
“Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak
benar atau menggunakan identitas diri palsu untuk mendukung pasangan
calon perseorangan menjadi calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur,
calon Bupati dan calon Wakil Bupati, dan calon Walikota dan calon
52
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
a. Setiap Orang
Pasal 185A ayat (1)
“Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan daftar dukungan
terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan
denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)
dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah)”.
53
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
b. Penyelenggara
54
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
55
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 185B
Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota
KPU Provinsi, dan/atau petugas yang diberikan kewenangan melakukan
verifikasi dan rekapitulasi yang dengan sengaja melakukan perbuatan
melawan hukum tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap
dukungan calon perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam)
bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling
sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
56
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
6
Yang dimaksud dengan “KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan dapat berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Provinsi atau Kabupaten/Kota” antara lain dengan menggunakan sistem dan aplikasi yang bisa diperbantukan
atau dipinjamkan berupa peralatan dan tenaga teknis.
57
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
58
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
sebagaimana dimaksud
pada ayat (7), maka
dukungan calon
dinyatakan tidak
memenuhi syarat.
(9) Hasil verifikasi faktual
berdasarkan nama
sebagaimana dimaksud
pada ayat (6), ayat (7), dan
ayat (8) tidak diumumkan.
(10) Hasil verifikasi dokumen
syarat dukungan pasangan
calon perseorangan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), ayat (6),
ayat (7), dan ayat (8)
dituangkan dalam berita
acara yang selanjutnya
diteruskan kepada PPK
dan salinan hasil verifikasi
disampaikan kepada
pasangan calon.
(11) PPK melakukan verifikasi
dan rekapitulasi jumlah
dukungan pasangan calon
untuk menghindari adanya
seseorang yang
memberikan dukungan
kepada lebih dari 1 (satu)
pasangan calon dan
adanya informasi
manipulasi dukungan yang
dilaksanakan paling lama
7 (tujuh) Hari.
(12) Hasil verifikasi dukungan
pasangan calon
perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (11)
dituangkan dalam berita
acara yang selanjutnya
diteruskan kepada KPU
59
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Kabupaten/Kota dan
salinan hasil verifikasi dan
rekapitulasi disampaikan
kepada pasangan calon.
(13) Dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil
Gubernur, Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati,
dan Pemilihan Walikota
dan Wakil Walikota,
salinan hasil verifikasi dan
rekapitulasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (12)
dipergunakan oleh
pasangan calon
perseorangan sebagai
bukti pemenuhan
persyaratan dukungan
pencalonan.
(14) KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
melakukan verifikasi dan
rekapitulasi jumlah
dukungan pasangan calon
untuk menghindari adanya
seseorang yang
memberikan dukungan
kepada lebih dari 1 (satu)
pasangan calon dan
adanya informasi
manipulasi dukungan yang
dilaksanakan paling lama
7 (tujuh) Hari.
(15) Ketentuan lebih lanjut
mengenai mekanisme dan
tata cara verifikasi diatur
dalam Peraturan KPU.
60
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
61
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
62
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
63
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
b. Penyelenggara
64
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 187B
“Anggota Partai Politik atau anggota gabungan Partai Politik yang
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menerima imbalan
dalam bentuk apapun pada proses pencalonan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah)”.
65
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 187C
“Setiap orang atau lembaga yang terbukti dengan sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum memberi imbalan pada proses pencalonan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota maka penetapan sebagai calon, pasangan calon
terpilih, atau sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati,
Walikota atau Wakil Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
ayat (5), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh
empat) bulan dan pidana penjara paling lama 60 (enam puluh) bulan dan
66
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
denda paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.
67
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
a. Calon
Pasal 191 ayat (1)
“Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota yang dengan
sengaja mengundurkan diri setelah penetapan pasangan calon sampai
dengan pelaksanaan pemungutan suara, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling lama 60
(enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)”.
68
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling lama 60
(enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)”
69
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
C. Kampanye
Ada 5 (lima) Ketentuan Pidana yang berhubungan dengan Kampanye
dalam Undang-undang Pilkada. Lima ketentuan pidana tersebut ialah: 1.
Kampanye di Luar Jadwal, 2. Larangan Kampanye (1), 3. Larangan
Kampanye (2), 4. Mengacaukan, Menghalangi atau Mengganggu Jalannya
Kampanye.
70
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
71
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
72
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 189
“Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota yang dengan sengaja
melibatkan pejabat badan usaha milik negara, pejabat badan usaha milik
daerah, Aparatur Sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan kepala desa atau
sebutan lain/lurah serta perangkat desa atau sebutan lain/perangkat
73
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
74
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
D. Dana Kampanye
Dalam Undang-undang Pilkada, terdapat 5 (empat) ketentuan Pidana yang
mengatur tentang Dana Kampanye. Lima ketentuan tersebut ialah : 1.
Memberi atau Menerima Dana Kampanye Melebihi Batas; 2. Menerima atau
Memberi Dana Kampanye dari atau kepada Pihak Yang Dilarang; 3.
Memberikan Keterangan yang Tidak Benar, dan 4. Calon Yang Tidak
Melaporkan Dana Kampanye.
75
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
76
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
77
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
78
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
79
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
E. Perlengkapan Pemilihan
Terdapat 1 (satu) Ketentuan Pidana yang mengatur tentang Perlengkapan
Pemilihan dalam Undang-undang Pilkada. Ketentuan Pidana yang dimaksud
yakni Pasal 190A.
Pasal 190A
“Penyelenggara Pemilihan, atau perusahaan yang dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum merubah jumlah surat suara yang
dicetak sama dengan jumlah Pemilih tetap ditambah dengan 2,5% (dua
setengah persen) dari jumlah Pemilih tetap sebagai cadangan, yang
ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp7.500.000.000,00 (tujuh milyar lima ratus juta
rupiah).”
80
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
ditetapkan dengan
Keputusan KPU
Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 80 ayat (1)
81
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
F. Pemungutan Suara
Pengaturan Pemungutan Suara dalam Undang-undang Pilkada memuat 15
Ketentuan Pidana diantaranya: 1.Mengaku Dirinya Sebagai Orang Lain
Untuk Menggunakan Hak Pilih, 2.Memberikan Suaranya Lebih Dari Satu
Kali Di Satu Atau Lebih TPS (1), 3.Tidak Berhak Memilih Memberikan
Suarannya 1 (satu) kali atau lebih pada 1 (satu) TPS atau lebih, 4.Menyuruh
yang tidak berhak memilih memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih
pada 1 (satu) TPS, 5.Penyelenggara Menyuruh yang tidak berhak memilih
memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih pada 1 (satu) TPS.
6.Menggagalkan Pemungutan Suara, 7.Memberi Keterangan Tidak Benar,
Mengubah, Merusak, Menghilangkan Hasil Pemungutan, 8.Mendampingi
Seorang Pemilih Yang Bukan Pemilih Tunanetra, Tunadaksa, Atau Yang
Mempunyai Halangan Fisik Lain, 9.Menghalang-halangi Seseorang untuk
Terdaftar sebagai Pemilih, 10.Tidak Memberikan Kesempatan Kepada
Seorang Pekerja Untuk Memberikan Suaranya, 11.Tidak Menetapkan
Pemungutan atau Penghitungan Suara Ulang Di TPS, 12. Tidak Membuat
atau Menandatangani Berita Acara Perolehan Pasangan Calon, 13.Tidak
Melaksanakan Ketetapan KPU Provinsi Dan KPU Kabupaten/Kota Untuk
Melaksanakan Pemungutan Suara Ulang Di TPS, 14.Tidak Memberikan
Salinan 1 (Satu) Eksemplar Berita Acara Pemungutan Dan Penghitungan
Suara Dan/Atau Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Pada Saksi, 15.Tidak
Menjaga, Mengamankan Keutuhan Kotak Suara, Dan Menyerahkan Kotak
Suara Tersegel Yang Berisi Surat Suara, Berita Acara Pemungutan Suara,
Dan Sertifikat Hasil Penghitungan Suara.
82
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 178A
“Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum mengaku dirinya sebagai orang
lain untuk menggunakan hak pilih, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling lama 72 (tujuh
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh
empat juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
juta rupiah).”
Pasal 187B
“Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja
melakukan perbuatan melawan hukum memberikan suaranya lebih dari
satu kali di satu atau lebih TPS, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 108 (seratus
delapan) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh
83
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
84
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
85
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
86
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
a. Setiap Orang
Pasal 178E ayat (1)
“Setiap orang yang dengan sengaja memberi keterangan tidak benar,
mengubah, merusak, menghilangkan hasil pemungutan dan/atau hasil
penghitungan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 48
(empat puluh delapan) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp48.000.000,00 (empat
puluh delapan juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00
(seratus empat puluh empat juta rupiah).”
87
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 178G
“Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara
mendampingi seorang pemilih yang bukan pemilih tunanetra, tunadaksa,
atau yang mempunyai halangan fisik lain, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas
juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah).”
88
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 182
“Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan
yang ada padanya saat pendaftaran pemilih menghalang-halangi
seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan menurut
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12
(dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda
paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”
Pasal 182B
“Seorang majikan atau atasan yang tidak memberikan kesempatan
kepada seorang pekerja untuk memberikan suaranya, kecuali dengan
alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan diancam dengan
pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling
lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit
89
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
90
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
91
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
92
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
93
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”
94
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
95
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
96
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
97
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
G. Perhitungan Suara
Terdapat 3 (tiga) Ketentuan Pidana yang mengatur tentang Perhitungan
Suara. Tiga ketentuan Pidana tersebut ialah : 1.Memberi Keterangan Tidak
Benar, Mengubah, Merusak, Menghilangkan Hasil Pemungutan, 2.Tidak
Mengumumkan Hasil Penghitungan Suara Dari Seluruh TPS di Wilayah
Kerjanya, 3.Merusak, Mengganggu, Atau Mendistorsi Sistem Informasi
Penghitungan Suara Hasil Pemilihan.
a. Setiap Orang
Pasal 178E ayat (1)
Setiap orang yang dengan sengaja memberi keterangan tidak benar,
mengubah, merusak, menghilangkan hasil pemungutan dan/atau hasil
penghitungan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
48 (empat puluh delapan) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp48.000.000,00 (empat
puluh delapan juta rupiah) dan paling banyak Rp144.000.000,00
(seratus empat puluh empat juta rupiah).
98
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
99
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 195
“Setiap orang yang dengan sengaja merusak, mengganggu, atau
mendistorsi sistem informasi penghitungan suara hasil Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 60
(enam puluh) bulan dan paling lama 120 (seratus dua puluh) bulan dan
denda paling sedikit Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
100
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
101
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 183
“Setiap orang yang melakukan kekerasan terkait dengan penetapan hasil
Pemilihan menurut Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam)
bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)
dan paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah)”.
102
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
103
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 194
“Panwas Kecamatan yang tidak mengawasi penyerahan kotak suara
tersegel kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 huruf b, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah)”.
104
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
Pasal 195
“Setiap orang yang dengan sengaja merusak, mengganggu, atau
mendistorsi system informasi penghitungan suara hasil Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 60
(enam puluh) bulan dan paling lama 120 (seratus dua puluh) bulan dan
denda paling sedikit Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
105
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
106
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
I. Partisipasi Masyarakat
Pasal 187D
“Pengurus lembaga pemantau Pemilihan yang melanggar ketentuan
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).”
107
KETENTUAN PIDANA PEMILIHAN DALAM UNDANG-UNDANG PILKADA
108
KETENTUANPIDANAPEMILI
HAN
DALAM UNDANG-UNDANG
PEMILI
HANKEPALADAERAH
Bukuinihadiruntukmemudahkanmasyar akatmema-
hamiket entuanpidanadidalam Undang-undangnomor1
tahun 2015,sebagai mana dir
ubah terakhi
rkalimel al
ui
Undang- undang nomor10 t ahun 2016,tentang Penye-
l
enggar aan Pemi l
ihan Gubernur,Bupatidan Wal i
kota.
Buku i ni adalah pasal -pasal pidana di dal
am
Undang- undangPi l
kadayangber jumlah43Pasalyang
mengat urtentangketentuanpi dana.Pasal-pasalter
se-
butt er
diridariketentuan pidana yang bersif
atumum
danket entuanpidanatentangt ahapanpenyel enggaran
pi
lkada.Sel ai
ni t
ujugat erhadapket ent
uanpasalyang
di
rujuk,makan kamisandi ngkan dengan pasalyang
mengat urnya.
Jl
.EngkuAmanKel ang-
SawahIndahDaikLingga
KabupatenLinggaProvi
nsiKepulauanRi
au
E-
mail:bawasl
u.kab.l
ingga@gmail
.com KodePos:29872