Anda di halaman 1dari 10

INTUISI 12 (3) (2020)

INTUISI
JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI
Terindeks DOAJ: 2541-2965

WORK ENGAGEMENT DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN


Krisna Satya Cahyana, Sowanya Ardi Prahara
Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Kampus 3, Sleman, Yogyakarta, Indonesia
Info Artikel Abstrak.
Sejarah Artikel: Ketidaksanggupan suatu perusahaan untuk mempertahankan karyawan dapat berdampak
Diterima
pada tingginya tingkat intensi turnover pada karyawan yang pada akhirnya akan
20 September 2020
Disetujui 21 Oktober merugikan perusahaan. Karyawan dengan kualitas yang baik tetapi tidak didukung oleh
2020 perusahaan dengan memberikan masa depan yang baik, membuat karyawan keluar dari
Dipublikasikan pekerjaanya. Tujuan penelitian ini untuk mengungkap keterkaitan work engagement
29 November 2020
dengan intensi turnover pada karyawan. Metode purposive sampling dipilih sebagai cara
Keywords: yang digunakan untuk mengambil subjek penelitian. Skala Work Engagement dan Skala
Work engagement,
Turnover intention.
Intensi Turnover digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson. Hasil koefisien
korelasi (rxy) antara variabel work engagement dan internsi turnover sebesar -0,328
(p<0,005). Hipotesis dalam penelitian ini diterima, hal ini ditunjukkan dari hasil
tersebut. Artinya work engagement dengan intensi turnover pada karyawan memiliki
hubungan yang negatif.

Abstract.
The inability of a company to retain employees can have an impact on the high level of
turnover intention for employees which in turn will harm the company. Employees with
good quality but not supported by the company by providing a good future, make
employees quit their jobs. The purpose of this study was to reveal the relationship between
work engagement and turnover intentions in employees. The purposive sampling method
was chosen as the method used to take research subjects. The Work Engagement Scale
and the Turnover Intention Scale were used to collect research data, then analyzed using
Karl Pearson's product moment correlation technique. The result of the correlation
coefficient (rxy) between work engagement and internal turnover variables is -0.328 (p
<0.005). The hypothesis in this study is accepted, this is indicated by these results. This
means that work engagement with employee turnover intentions has a negative
relationship.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2086-0803
Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Mercu e-ISSN 2541-2965
Buana Yogyakarta
Kampus 3, Sleman, Yogyakarta, Indonesia
Sowanya_hara@yahoo.com

285
PENDAHULUAN yang mudah. Sulitnya mempertahankan
Ketidaksanggupan suatu perusahaan karyawan tersebut telah ditunjukkan melalui
untuk mempertahankan karyawan dapat hasil survei pada karyawan di seluruh dunia
berdampak pada tingginya tingkat intensi termasuk di Indonesia yang dilakukan oleh
turnover pada karyawan (Ridlo, 2012) yang Towers Watson (2014) yang merupakan
pada akhirnya akan merugikan perusahaan. perusahaan manajemen resiko dan konsultasi
Menurut Pisneacova (2011) adanya turnover sumber daya manusia dalam Global
yang tinggi pada perusahaan membuat Workforce Study (GWS) menunjukkan bahwa
penilaian orang terhadap perusahaan menjadi karyawan di Indonesia yang memiliki
negatif dan hal itu membuat orang yang keinginan berhenti dari pekerjaannya selama
sedang mencari pekerjaan kurang percaya dua tahun ini sebesar 66%. Hasil penelitian
terhadap perusahaan tersebut. Hal serupa juga dari Arbianingsih, Hidayah dan Taufiq (2016)
diungkapkan oleh (Mobley, 2011) bahwa menyatakan bahwa tuntutan kerja yang tinggi
karyawan yang mempunyai intensi turnover membuat karyawan mempunyai keinginan
akan merugikan perusahaan karena untuk berpindah pekerjaan (melakukan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan turnover) sebanyak 68%. Karyawan dengan
perusahaan tersebut. Ridlo (2012) kualitas yang baik tetapi tidak didukung oleh
menyebutkan bahwa keluarnya karyawan perusahaan dengan memberikan masa depan
merupakan hal yang sangat merugikan untuk yang baik bagi karyawan, membuat karyawan
perusahaan. Pergantian karyawan berdampak keluar dari pekerjaanya (Putra & Prihatsanti,
negatif pada perusahaan karena ketika ada 2016).
karyawan yang keluar dari perusahaan Terdapat perbedaan antara turnover
penggantiannya memerlukan biaya, dengan intensi turnover, turnover merupakan
diantaranya biaya perekrutan, biaya pelatihan tindakan pengunduran diri yang sebenarnya,
dan biaya administratif lainnya. Mobley sementara intensi turnover merupakan niat
(2011) menjelaskan menurunnya semangat untuk mengundurkan diri, dengan kata lain
kerja karyawan, hilangnya efisiensi karena ada sebelum seorang karyawan benar-benar keluar
jabatan yang kosong, pola komunikasi yang dari perusahaan tempatnya bekerja (turnover),
menjadi terganggu dan biaya yang harus karyawan tersebut mempunyai keinginan atau
dikeluarkan untuk melakukan perekrutan, intensi yang mendasari perilakunya untuk
penempatan, dan pelatihan merupakan keluar (Hwang & Chang, 2008). Menurut
dampak negatif dari intensi turnover. Mobley (2011) intensi turnover merupakan
Penjelasan tersebut senada dengan penelitian tekad yang dimiliki oleh seseorang untuk
yang dilaksanakan oleh Fitri (2017) yang berhenti sebagai anggota organisasi. Issa,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang Ahmad dan Gelaidan (2013) menyatakan
negatif antara intensi turnover dengan kinerja intensi turnover merupakan kecenderungan
karyawan. Hal ini di artikan bahwa apabila individu keluar dari perusahannya secara
tingkat intensi turnover meningkat makan mandiri, di mana hal tersebut dapat
akan menyebabkan menurunnya kinerja berpengaruh pada produktifitas karyawan,
karyawan, sebaliknya intensi turnover kebijakan organisasi dan status perusahaan.
mempunyai hubungan positif dengan absensi. Mobley, Horner dan Hollingsworth (1978)
Artinya, jika tingkat intensi turnover pada mengatakan bahwa intensi turnover memiliki
karyawan tinggi maka akan tinggi juga tingkat tiga aspek-aspek yaitu, karyawan mempunyai
absensi atau ketidakhadiran pada karyawan. pikiran mengundurkan diri (thingking of
Mempertahankan karyawan agar tetap quitting), karyawan mempunyai intensi atau
setia pada perusahaan bukanlah sesuatu hal niat menemukan pekerjaan lain (intention to

286
search) dan karyawan mempunyai hasrat atau mengurangi ketidakhadiran, meningkatkan
niat mengundurkan diri (intention to quit). kepuasan konsumen, mengurangi pencurian
Faktor terkuat yang dapat dan penipuan karyawan, mengurangi
mempengaruhi intensi turnover pada kecelakaan kerja dan menghasilkan pekerjaan
karyawan adalah work engagement (Mobley, berkualitas tinggi. Bakker dan Leiter (2010)
2011). Schaufeli, Bakker dan Salanova (2006) menambahkan bahwa kayawan yang
mendefinisikan work engagement mempunyai tingkat work engagement yang
(keterlibatan kerja) merupakan suatu pikiran tinggi tidak akan berpikir untuk keluar
positif seorang karyawan di mana karyawan perusahaan atau tidak akan berpikir untuk
merasa semangat dalam bekerja, adanya pindah ke perusahaan lain.
kebermaknaan dan rasa menyatu dengan Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pekerjaannya. Menurut Schaufeli, Bakker dan karyawan dengan work engagement rendah
Salanova (2006) work engagement memiliki akan menimbulkan counterproductive work
dimensi-dimensi antara lain vigor yang behaviour (Bakker & Leiter, 2010). Karyawan
merupakan keadaan di mana karyawan dengan tingkat work engagement rendah tidak
memberikan setiap energinya sehingga dapat mempunyai semangat dalam melaksanakan
menyelesaikan pekerjaan dengan maksimal, pekerjaannya, pesimis dengan tanggung jawab
karyawan juga merasa senang dan gembira yang diberikan, tidak dapat memenuhi
dengan pekerjaan yang ada, dedication tuntutan pekerjaan secara maksimal dan
merupakan keadaan di mana karyawan merasa adanya tingkat absensi yang tinggi. Karyawan
antusias, merasa bangga dengan pekerjaannya, yang tidak dapat memenuhi tuntutan
merasa tertantang ketika menyelesaikan pekerjaan dikarenakan adanya tuntutan kerja
pekerjaan dan mendapatkan inspirasi untuk yang tinggi membuat karyawan memiliki
dirinya sehingga karyawan merasa telibat kuat keinginan untuk berpindah pekerjaan.
dengan pekerjannya dan absorption Dijelaskan lebih lanjut bahwa meningkatnya
merupakan keadaan di mana karyawan merasa penentangan terhadap pimpinan perusahaan,
antusias, merasa bangga dengan pekerjaannya, pelanggaran aturan kerja yang terus
merasa tertantang ketika menyelesaikan meningkat, karyawan yang sudah tidak
pekerjaan dan mendapatkan inspirasi untuk bersemangat dalam bekerja, meningkatnya
dirinya sehingga karyawan merasa telibat kuat ketidakhadiran karyawan dan perbedaan
dengan pekerjannya. perilaku baik karyawan yang terlihat sangat
Hermawan, Hartika dan Simarmata mencolok dari biasanya merupakan tanda
(2017), Kartono (2017), dan Ridlo (2012) akan adanya adanya intensi turnover
menyatakan bahwa work engagement (Harnoto, 2002). Penelitian sebelumnya yang
mempunyai hubungan yang bersifat negatif dilakukan oleh Hermawan, Hartika dan
dengan intensi turnover. Bakker dan Leiter Simarmata (2017) yang meneliti mengenai
(2010) menjelaskan bahwa work engagement hubungan antara work engagement dengan
akan secara positif berhubungan dengan intensi turnover berbeda dengan penelitian ini.
kinerja, komitmen organisasi, dan kesehatan, Hal ini tidak disebutkan dan dijelaskan aspek-
sebaliknya, work engagement akan secara aspek dari intensi turnover. Perbedaan lainnya
negatif berhubungan dengan intensi turnover. yaitu pada subjek penelitian, penelitian yang
Menurut Marciano (2010) seseorang pekerja dilakukan oleh Hermawan, Hartika dan
yang memiliki rasa terlibat (engaged) Simarmata pada tahun 2017 dengan subjek
memiliki beberapa keuntungan yaitu karyawan PT.X Bandara Internasional Ngurah
menurunkan turnover, meningkatkan Rai Bali sementara pada penelitian ini
produktivitas, efisiensi dan keuntungan, dilakukan pada tahun 2020 pada karyawan

287
bagian beauty advisor PT. Aneka Prima Sejati kerja < 3 tahun, karena pergantian karyawan
Yogyakarta. lebih banyak terjadi di kalangan karyawan-
Penelitian ini dilakukan untuk mencari karyawan baru (Mobley, 2011). Guna
tahu hubungan antara work engagement mengukur variabel yang dilibatkan dalam
dengan intensi turnover. Manfaat teoritis pada penelitian ini, peneliti menggunkan alat ukur
penelitian ini dapat memperkaya ilmu psikologi yang berupa skala antara lain Skala
pengetahuan dan wawasan bagi penelitian Intensi Turnover yang disusun oleh peneliti
selanjutnya pada karyawan mengenai work berdasarkan dimensi-dimensi dari Mobley,
engagement dan intensi turnover. Secara Horner dan Hollingsworth (1978) dan Skala
praktis, bermanfaat dalam meningkatkan Work Engagement yang disusun oleh (Susilo
sumbangan pemikiran bagi perusahaan untuk & Prahara, 2019).
menurunkan intensi turnover pada karyawan Penyusunan Skala Intensi Turnover
dengan cara meningkatkan work engagement. didasarkan pada aspek-aspek dari intensi
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada turnover. Intensi turnover mempunyai 3
hubungan negatif antara work engagement aspek, yaitu thingking of quitting, intention to
dengan intensi turnover pada karyawan, search dan intention to quit (Mobley, Horner
semakin tinggi work engagement akan diikuti dan Hollingsworth,1978). Skala Work
dengan rendahnya intensi turnover pada Engagement disusun berdasarkan dimensi-
karyawan, demikian juga sebaliknya, semakin dimensi work engagement yang terdiri dari
rendah work engagement akan diikuti dengan tiga aspek yaitu vigor, dedication, dan
tingginya intensi turnover pada karyawan. absorption (Schaufeli, Bakker dan Salanova,
2006). Skala Intensi Turnover dan Skala Work
METODE Engagement masing-masing berjumlah 15
Terdapat dua variabel yang diteliti, aitem favourable. Daya beda aitem akan
yaitu work engagement dan intensi turnover. dianggap memuaskan jika mempunyai batas
Dalam hal ini work engagement menjadi kriteria 0,30. Apabila masih terdapat banyak
variabel factor yang menyebabkan munculnya aitem yang gugur atau tidak sahih dan belum
intensi turnover. Work engagement memenuhi jumlah aitem yang dibutuhkan,
merupakan suatu pikiran positif seorang maka peneliti maka peneliti dapat mengubah
karyawan di mana karyawan merasa semangat dan mengurangi batas kriteria menjadi 0,25,
dalam bekerja, adanya kebermaknaan dan rasa sangat tidak disarankan untuk menurunkan
menyatu dengan pekerjaannya. Intensi atau mengurangi batas kriteria kurang dari
turnover merupakan hasrat individu untuk 0,20 (Azwar, 2018).
berhenti sebagai anggota suatu organisasi Dalam penelitian ini peneliti akan
secara sukarela serta perilaku mencari menggunakan indeks daya beda dengan batas
pekerjaan baru dengan keinginan kriteria 0,30. Dari hasil perhitungan Skala
mendapatkan profesi yang lebih menjanjikan Intensi Turnover diperoleh rentang
akan tetapi keinginan tersebut belum diskriminasi aitem 0,433-0,823 sehingga
dimunculkan ke dalam perilaku. dapat dinyatakan bahwa dari 15 aitem yang
Sebanyak 60 orang Karyawan PT. ada dalam skala tersebut tidak terdapat aitem
Aneka Prima Sejati bagian beauty advisor di yang gugur. Koefisien reliabilitas alpha
Yogyakarta dijadikan subjek penelitian. berada pada 0,939 menunjukkan bahwa Skala
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Intensi Turnover merupakan skala yang
purposive sampling sebagai teknik pemilihan reliabel. Dari hasil perhitungan Skala Work
subjeknya. Karakteristik subjek yang Engagement diperoleh rentang diskriminasi
digunakan adalah karyawan dengan masa aitem 0,353-0,598 sehingga dapat dinyatakan

288
bahwa dari 15 aitem yang ada dalam skala HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut tidak terdapat aitem yang gugur. Menurut Hadi (2015) terdapat beberapa
Koefisien reliabilitas alpha berada pada 0,854 persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
menunjukkan bahwa Skala Work Engagement melakukan analisis hipotesis, yaitu harus lolos
merupakan skala yang reliabel. uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas
Teknik analisis korelasi product dilakukan untuk mengetahui apakah
moment digunakan sebagai teknik analisis persebaran data intensi turnover dan work
data untuk membuktikan bahwa hipotesis engagement mempunyai sebaran data yang
yang diajukan tersebut diterima. Adapaun normal atau tidak normal. Model one sample
keterkaitan antara work engagement dan kolmogorov-smirnov (KS-Z) adalah satu
intensi turnover inilah yang akan di buktikan. diantara teknik analisis yang digunakan untuk
Teknik analisis korelasi product moment uji normalitas data. Menurut Hadi (2015)
dianggap tepat dalam pengujian dugaan apabila nilai signifikansi KS-Z lebih dari
keterkaitan antara dua variabel (Azwar, 2017). 0,050 (> 0,050) maka data tersebut dikatakan
Sehingga peneliti menggunakan teknik ini. terdistribusi normal, sebaliknya apabila nilai
Data dalam penelitian ini dianalisis signifikansi KS-Z kurang dari sama dengan
menggunakan aplikasi analisis statistik 0,050 (≤ 0,050) maka dikatakan sebaran data
komputer. tidak normal.
Tabel 1.
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Work_Engagement .122 60 .028 .900 60 .000
Intensi_Turnover .119 60 .035 .978 60 .364
a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 1 menunjukkan output uji pada hasil akhir penelitian, baik hasilnya
normalitas variabel intensi turnover di mana terdistribusi normal atau tidak. Hal ini
memperoleh KS-Z = 0.119 (p>0.05) dan dikuatkan oleh Nurudin, Mara dan Kusnandar
untuk variabel work engagement memperoleh (2014) bahwa data tetap dikatakan
KS-Z = 0.122 (p>0.05). Skor yang ada pada terdistribusi normal jika total subjek penelitian
data tersebut menunjukkan bahwa variabel di atas 30 orang. Berdasarkan penjelasan di
intensi turnover dan variabel work atas, maka variabel intensi turnover dan work
engagement pada karyawan PT. Aneka Prima engagement dapat digunakan pada langkah
Sejati di Yogyakarta tidak terdistribusi secara selanjutnya, yaitu uji hipotesis dikarenakan
normal. peneliti menggunakan 60 subjek dalam
Hadi (2015) menyatakan bahwa hasil penelitian ini.
uji normalitas tidak berpengaruh pada besar
Tabel 2.
Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Kombinasi) 1833.550 21 87.312 1.280 .248
Linearity 476.758 1 476.758 6.988 .012
Intensi_Turnover * Antar group
Deviation from
Work_Engagement 1356.792 20 67.840 .994 .490
Linearity
Within Groups 2592.633 38 68.227

289
Total 4426.183 59
Uji linieritas digunakan sebagai tujuan 2015). Pada tabel di atas hasil dari uji
untuk mengetahui apakah data yang dimiliki linieritas menunjukkan bahwa F=6,988 dan
terletak pada garis yang lurus antara data dari p=0,012 maka dari itu dapat diambil
variabel bebas dan data variabel tergantung. kesimpulan bahwa keterkaitan antara intensi
Pedoman yang digunakan yaitu p<0,050 yang turnover dengan work engagement meiliki
berarti bahwa data dari kedua variabel keterkaitan yang linier.
penelitian berada pada garis yang linier (Hadi,
Tabel 3.
Hasil Uji Hipotesis
Correlations
Work_Engagement Intensi_Turnover
Korelasi pearson 1 -.328**
Work_Engagement Signifikansi. (1-ekor) .005
N 60 60
Korelasi pearson -.328** 1
Intensi_Turnover Signifikansi. (1-ekor) .005
N 60 60
**. Korelasi signifikan pada level 0.01 (1-ekor).

Hasil uji hipotesis atau keterkaitan karyawan merasa semangat dalam bekerja,
menunjukkan nilai rxy antara variabel work adanya kebermaknaan dan rasa menyatu
engagement dan variabel intensi turnover dengan pekerjaannya (Schaufeli, dkk., 2002).
adalah -0,328 (p<0.05). berdasarkan hasil Work engagement dalam suatu perusahaan
tersebut, hipotesis atau dugaan penelitian sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan
diterima yaitu terdapat keterkaitan yang kinerja dan produktifitas serta memperkecil
negatif antara work engagement dan intensi tingkat intensi turnover (Kartono, 2017).
turnover pada karyawan PT. Aneka Prima Mobley (2011) mengatakana bahwa work
Sejati di Yogyakarta diterima. Artinya apabila engagement merupakan satu diantara variabel
work engagement tinggi pada karyawan maka yang dapat berpengaruh pada intensi turnover
intensi turnover pada karyawan semakin pada karyawan. Schaufeli, Bakker dan
rendah. Sebaliknya, apabila work engagement Salanova (2006) mengemukakan bahwa vigor,
karyawan rendah maka akan diikuti dengan dedication dan absorption merupakan
tingginya intensi turnover. Hasil analisis dimensi-dimensi dari work engagement.
penelitian ini menguatkan hasil penelitian Melihat lebih jauh mengenai dimensi work
sebelumnya oleh Hermawan, Hartika dan engagement dan intensi turnover, Park dan
Simarmata (2017) dan hasil penelitian Gursoy (2012) menyatakan baik vigor,
Rachmatan dan Kusbatini (2018) yang dedication maupun absorption semuanya
menyatakan bahwa work engagement dan mempunyai pengaruh negatif terhadap intensi
intensi turnover saling berhubungan negatif, turnover.
di apabila work engagement tinggi pada Dimensi pertama yaitu vigor, Menurut
karyawan maka intensi turnover pada Schaufeli, Bakker dan Salanova (2006) vigor
karyawan semakin rendah. Sebaliknya, merupakan keadaan di mana karyawan
apabila work engagement karyawan rendah memberikan setiap energinya sehingga dapat
maka akan diikuti dengan tingginya intensi menyelesaikan pekerjaan dengan maksimal,
turnover. karyawan juga merasa senang dan gembira
Work engagement merupakan suatu dengan pekerjaan yang ada. Karyawan
pikiran positif seorang karyawan di mana mempunyai ketahanan mental yang lebih

290
tangguh saat menghadapi masalah dalam mampu untuk terlibat secara kuat dengan
bekerja dan karyawan mempunyai kerelaan pekerjaannya dan memiliki antusiasme dalam
atau kesediaan untuk memberikan kinerja bekerja, individu akan menemukan
yang maksimal. Keterlibatan kerja dalam studi kebanggaan, inspirasi, tantangan dan makna
organisasi sangat penting dan dapat dikaitkan dari pekerjaannya, sehingga keinginan
dengan fakta bahwa karyawan yang antusias individu untuk meninggalkan pekerjaan
sering mengalami kasih sayang dan emosi semakin kecil.
yang lebih positif seperti kebahagiaan, Hal ini dikuatkan dengan hasil lapangan
kenikmatan dan kegembiraan, mempunyai yang menunjukkan bahwa karyawan merasa
kesehatan mental dan fisik yang jauh lebih bangga dengan pekerjaannya saat ini, adanya
baik, dan dapat mentransfer keterlibatan kerja hal baru di dalam proses bekerja membuat
yang dimilikinya kepada orang lain (Bakker & karyawan merasa tertantang dan karyawan
Schaufeli, 2008). Penjelasan tersebut sejalan merasa bertanggung jawab penuh dalam
dengan apa yang diungkapkan oleh Ghandi, menyelesaikan setiap pekerjaan yang
Hejazi dan Ghandi (2017) bahwa individu diberikan. Hal tersebut yang membuat
dengan ketahanan mental mampu bekerja karyawan tidak akan mencari pekerjaan baru
keras, tidak pernah merasa bosan dengan dalam waktu dekat dan karyawan tidak
berbagai macam tugas yang diberikan, mempunyai keinginan untuk mencari
cenderung memiliki stres yang lebih rendah informasi pekerjaan lain.
dan dapat meningkatkan produktifitas Dimensi ketiga yaitu absorption,
sehingga karyawan tidak akan berpikiran menurut Schaufeli, Bakker dan Salanova
untuk meninggalkan perusahaannya. (2006) absorption merupakan keadaan di
Hal ini dikuatkan dengan hasil lapangan mana karyawan telah larut dalam
yang menyatakan bahwa karyawan berusaha pekerjaannya sehingga karyawan merasa
mempertahankan semangat dalam waktu berputar dengan cepat. Ketika
menyelesaikan pekerjaan, karyawan karyawan merasa larut dengan pekerjaannya
bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan karyawan akan berkonsentrasi dengan penuh
masalah yang berkaitan dengan pekerjaannya, dan merasa senang untuk terus bekerja
tetap bertahan menyelesaikan pekerjaan sehingga sulit untuk meninggalkan
walaupun mengalami kesulitan. Hal pekerjaannya. Penjelasan mengenai rasa
tersebutlah yang membuat karyawan tidak kebahagiaan karyawan terhadap pekerjaannya
terbersit untuk meninggalkan perusahaan tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari
dimana karyawan berada saat ini. (Singh & Jain, 2013) bahwa pekerja yang
Dimensi kedua yaitu dedication, merasa bahagia adalah pekerja produktif dan
Menurut Schaufeli, Bakker dan Salanova pekerja produktif cenderung merasa bahagia.
(2006) dedication merupakan keadaan di Kepuasan kerja karyawan sangat penting
mana karyawan merasa antusias, merasa untuk menghadapi tantangan yang dinamis
bangga dengan pekerjaannya, merasa dan terus meningkat. Menjaga produktivitas
tertantang ketika menyelesaikan pekerjaan dan organisasi dengan cara menjaga karyawan
mendapatkan inspirasi untuk dirinya sehingga dalam perusahaan terus terlibat dan
karyawan merasa telibat kuat dengan termotivasi, hal tersebut dapat berdampak
pekerjannya. Mengenai karyawan yang pada berkurangnya keinginan karyawan untuk
merasa antusias dalam bekerja lebih lanjut keluar dari organisasi.
dijelaskan dalam penelitian Hermawan, Hal tersebut sesuai dengan hasil
Hartika dan Simarmata (2017) yang lapangan yang peneliti peroleh yang
menyatakan bahwa ketika individu sudah menunjukkan bahwa karyawan mencurahkan

291
energinya dalam menyelesaikan pekerjaan, karyawan saat ini. Dari pemaparan di atas
kemudian karyawan merasa dapat melupakan dapat disimpulkan bahwa work engagement
hal lain di luar pekerjaan yang sedang yang tinggi pada seorang karyawan dapat
diselesaikan. Hal tersebut membuat karyawan mengurangi tingkat intensi turnover.
tidak mempunyai keinginan atau niat untuk Kelemahan dalam penelitian ini
meninggalkan perusahaannya sekarang. ditunjukkan pada hasil koefisiensi determinasi
Hal ini juga didukung oleh Bakker, (R²) yaitu diketahui nilainya 0.108.
Dwmerouti dan Brummelhuis (2012) yang berdasarkan nilai tersebut, intensi turnover
menyatakan bahwa karyawan yang yang dialami oleh karyawan perusahaan hanya
mempunyai work engagement tinggi akan dipengaruhi 10.8% saja oleh variabel work
memberikan energi yang besar, merasa engagement. dan nilai sebesar 89,2% yang
antusias ketika mengerjakan tugasnya, merasa mempengaruhi munculnya intensi turnover
tertantang dan senang dengan pekerjaan- pada karywan dipengaruhi oleh hal-hal lain
pekerjaan yang ditanggungjawabkan yang tidak diteliti oleh peneliti. Kemudian,
kepadanya, memiliki tingkat pemusatan pada saat proses pengambilan data selain
perhatian yang lebih baik pada pekerjaan, dan waktu yang singkat pengaruh lingkungan
merasa pekerjaan yang dilakukan sangat subjek saat mengisi skala mempengaruhi
berarti. Ketika karyawan mampu untuk pilihan jawaban subjek untuk menjawab
menemukan makna dari pekerjaannya, mampu dengan sebaik-baiknya.
bertahan pada setiap tekanan kerja yang
dihadapi serta dapat terlibat penuh dalam SIMPULAN
waktu kerja yang panjang, hal ini akan Kesimpulan yang didapatkan dari
berpengaruh pada keinginan untuk mundur penelitian ini menunjukkan bahwa work
atau meninggalkan pekerjaan akan semakin engagement memiliki hubungan bagi
kecil sehingga tingkat turnover juga menurun munculnya intensi turnover pada karyawan,
karena karyawan dapat menikmati yaitu apabila skor work engagement tinggi
pekerjaannya Hermawan, Hartika dan pada karyawan maka skor intensi turnover
Simarmata (2017). Sejalan dengan Prawitasari pada karyawan semakin rendah. Sebaliknya,
(2016) yang menyatakan bahwa apabila apabila work engagement karyawan rendah
karyawan dalam perusahaan merasa nyaman maka akan diikuti dengan tingginya intensi
dan merasa mempunyai keterlibatan khusus, turnover. Hal ini tercermin dari dimensi-
maka intensi turnover tidak akan terjadi. dimensi work engagement yang dapat
Hal positif lain juga dijelaskan pada mempengaruhi munculnya intensi turnover
penelitian Gupta dan Shaheen (2017) yang pada karyawan.
menunjukkan work engagement secara negatif Peneliti selanjutnya sebaiknya lebih
mempengaruhi intensi turnover dan memperhatikan variabel lain diantaranya
pentingnya work engagement dalam kepuasan gaji, efikasi diri, kepuasan kerja,
mengurangi intensi turnover untuk stres kerja, komitmen organisasi atau beban
menghemat biaya dalam merekut kandidat kerja, sehingga diharapkan hasil penelitian
baru dan kehilangan karyawan yang dapat mengukur secara luas variabel-variabel
berpengalaman. Manajer suatu perusahaan yang berhubungan dengan intensi turnover.
dapat membuat mekanisme untuk mengukur Pada saat proses pengambilan data diharapkan
work engagement setidaknya dari karyawan dapat mempersiapkan tempat dan waktu
utama perusahaan secara teratur. Pengukuran sebaik mungkin sehingga subjek dapat
tersebut akan membantu organisasi berpartisipasi dengan nyaman. Bagi
mengidentifikasi tingkat work engagement perusahaan agar intensi turnover pada

292
karyawan semakin rendah maka perusahaan Gupta, M., & Shaheen, M. (2017). Impact of
perlu meningkatkan work engagement pada work engagement on turnover intention:
karyawan. Moderation by psychological capital in
India. Business: Theory and Practice,
18(1), 136–143. Doi:
DAFTAR PUSTAKA 10.3846/btp.2017.014
Arbianingsih, Hidayah, N., & Taufiq. (2016).
Hubungan beban kerja dengan turnover Hadi, S. (2015). Metodologi riset.
pada perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Faisal Makassar. Journal of Islamic
Nursing, 1(1), 10. Harnoto. (2002). Manajemen sumber daya
manusia. Jakarta: Prehallindo.
Azwar, S. (2017). Metode penelitian (2nd
ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hermawan, I. P. D., Hartika, L. D., &
Simarmata, N. (2017). Hubungan work
Azwar, S. (2018). Penyusunan skala psikologi engagement dengan turnover intention:
(2nd ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Studi pada karyawan PT . X. Jurnal
Psikologi Mandala, 1(2), 16–22.
Bakker, A. B., Demerouti, E., &
Brummelhuis, L. L. T. (2012). Work Hwang, J.-I., & Chang, H. (2008). Explaining
engagement, performance, and active turnover intention in Korean Public
learning: The role of conscientiousness. Community Hospitals: Occupational
Journal of Vocational Behavior, 80(2), differences. International Journal of
15. https://doi.org/10.21009/jmp.08112 Health Planning and Management,
23(2), 119–138. Doi: 10.1002/hpm.862
Bakker, A. B., & Leiter, M. P. (2010). Work
engagement: A handbook of essential Issa, D. A. R. M., Ahmad, F., & Gelaidan, H.
theory and research. In Work M. (2013). Job satisfaction and turnover
Engagement: A Handbook of Essential intention based on sales person
Theory and Research. Doi: standpoint. Middle East Journal of
10.4324/9780203853047 Scientific Research, 14(4), 525–531.
Doi:
Bakker, A. B., & Schaufeli, W. B. (2008). 10.5829/idosi.mejsr.2013.14.4.11172
Positive organizational behavior:
Engaged employees in flourishing Kartono. (2017). Pendekatan dalam melihat
organizations. Journal of Organizational turnover intention. Yogyakarta:
Behavior, 29, 147–154. Doi: Deepublish.
10.1002/job.515
Marciano, P. L. (2010). Carrots and sticks
Fitri, M. A. (2017). Pengaruh intensi turnover don’t work: build a culture of employee
dan ketidakhadiran terhadap kinerja engagement with the principles of
pegawai dinas pendidikan DKI Jakarta. respect. New York: McGraw Hill.
Jurnal Manajemen Pendidikan, 8(2), 15.
Mobley, W. H. (2011). Pergantian karyawan:
Ghandi, P., Hejazi, E., & Ghandi, N. (2017). Sebab akibat dan pengendaliannya
A study on the relationship between (Terjemahan). Jakarta: PT. Pustaka
resilience and turnover intention: With Binaman Pressindo.
an emphasis on the mediating roles of
job satisfaction and job stress. Bulletin Mobley, W. H., Horner, S. O., &
de La Société Royale Des Sciences de Hollingsworth, A. T. (1978). An
Liège, 86, 189–200. Doi: evaluation of precursors of hospital
10.25518/0037-9565.6659 employee turnover. Journal of Applied
Psychology, 63(4), 408–414. Doi:

293
10.1037/0021-9010.63.4.408 karyawan swalayan di Banda Aceh.
Jurnal Psikogenesis, 6(1), 1–10.
Nurudin, M., Mara, M. N., & Kusnandar, D.
(2014). Ukuran sampel dan distribusi Ridlo, I. A. (2012). Turnover karyawan:
sampling dari beberapa variabel random Kajian literatur. Surabaya: Public Health
kontinu. Buletin Ilmiah Mat. Stat. Dan Movement Publication.
Terapannya (Bimaster), 03(1), 1–6.
Schaufeli, W. B., Bakker, A. B., & Salanova,
Park, J., & Gursoy, D. (2012). Generation M. (2006). No Title. Journal of
effects on work engagement among U.S. Educational and Psychological
hotel employees. International Journal Measurement, 66(4), 701–716. Doi:
of Hospitality Management, 31(4), 10.1177/0013164405282471
1195–1202. Doi:
10.1016/j.ijhm.2012.02.007 Schaufeli, W. B., Salanova, M., Gonzalez-
Roma, V., & Bakker, A. B. (2002). The
Pisneacova, X. (2011). Motivation in measurement of engagement and
organizations. Retrieved October 22, burnout: A two sample confirmatory
2019, from factor analytic approach. Journal of
http://offadm.no/uploads/fagressurser/oa Happines Studies, 71–92.
dm1001/Semesteroppgavemotivationino
rganizations.pdf Singh, J. K., & Jain, M. (2013). A study of
employees‟ job satisfaction and its
Prawitasari, A. (2016). Faktor-faktor yang impact on their performance. Journal of
mempengaruhi turnover intention Indian Research, 1(4), 105–111.
karyawan pada PT. Mandiri Tunas
Finance Bengkulu. Ekombis Review, Susilo, D. F. Z., & Prahara, S. A. (2019).
4(2), 177–186. Work-family enrichment dan work
engagement pada karyawan yang sudah
Putra, M. T., & Prihatsanti, U. (2016). menikah. Mediapsi, 5(2), 108–116.
Hubungan antara beban kerja dengan
intensi turnover pada karyawan di PT. X. Towers Watson. (2014). Global workforce
Jurnal Empati, 6(1), 1–10. Doi: study at a glance. Retrieved March 7,
10.24854/jps.v6i1.628 2019, from
https://www.towerswatson.com/assets/jls
Rachmatan, R., & Kusbatini, S. (2018). /2014_global_workforce_study_at_a_gla
Hubungan antara keterikatan kerja nce_emea.pdf
dengan intensi keluar kerja pada

294

Anda mungkin juga menyukai