Professional Identity Sebagai Mediasi. Pada Karyawan Generasi Millenial PT Bank Muamalat
Wilayah Jakarta West
Driyati Nur Anika dan Mafizatun Nurhayati
Correspondence Author : mafizatun.nurhayati@mercubuana.ac.id
Faculty of Economics and Business, Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia
1. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia harus lebih membekali diri menunjukkan bahwa identitas professional juga dianggap
dengan hard skill, soft skill dan brain skill (Siswanto et al, sebagai faktor yang berpengaruh dalam keterlibatan
2020). PT Bank Muamalat secara kontinu selama rentan karyawa (Zhou et al, 2018). Wang et al, (2020)
tahun 2017 - 2019 menggunakan konsultan eksternal mengemukakan hubungan antara identitas professional dan
dalam melakukan survey keterkaitan karyawan dan keterlibatan karyawan namun dilakukan dalam konteks
menghasilkan score di level moderat selama 3 tahun industry medis dan pendidikan.
(Laporan tahunan bank muamalat, 2019). Terdapat Beberapa penelitian telah menyelidiki beberapa konsep
perbedaan yang signifikan antara generasi boby boomers, mengenai employee engagement diantaran yaitu Deviyanti
generation x dan generation y, terutama generasi Y yang dan Sasono (2015) serta Malinowska dan Tokarz (2019)
menunjukkan tingkat keterlibatannya yang paling rendah yang menunjukkan bahwa sumber daya pekerjaan
(Ferreira, 2020). Tingkat keterlibatan tenaga kerja milenial berpengaruh positif terhadap keterkaitan karyawan,
di Indonesia hanya 25% yang terlibat sebagian, 9% Herlina & Mujib (2020) serta Sharma & Kumra (2020)
karyawan menolak terlibat dan 66% tenaga kerja milenial yang menyatakan bahwa spiritualitas ditempat kerja
terlibat sebagian (Dale Carnegie Indonesia (DCI), 2016) memiliki pengaruh terhadap employee engagement, Wang
hal ini dapat diartikan bahwa tenaga kerja milenial lebih et al, (2020) serta Zhang et al, (2020) memberikan hasil
berkonsentrasi pada pekerjaan tugas (asal selesai) – bukan bahwa professional identity berpengaruh positif terhadap
mutu hasilnya, enggan menerima masukan serta employee engagement. Namun tidak dengan hasil yang
berorientasi pada gaji saja (Siregar, 2016). dihasilkan oleh Ayu, et al (2015) serta Nikolova, et al,
Menurut (Schaufeli, et al¸2008) menyatakan bahwa (2019) bahwa job resources tidak memiliki pengaruh
sumber daya pekerjaan dapat mempengaruhi keterlibatan terhadap employee engagement.
dimasa depan, yang dimana nantinya akan memprediksi Dengan adanya research gap yang ditemukan pada
komitmen organisasi. Sumber daya pekerjaan meliputi penelitian terdahulu, maka penelitian ini dilakukan dengan
aspek fisik, psikologi, sosial dan organisasi dari pekerjaan tujuan untuk meninjau kembali hubungan langsung dan
(Bakker dan Demerouti, 2006) sumber daya pekerjaan juga hubungan langsung antara job resources dan employee
merupakan aspek lingkungan kerja yang membantu dalam engagement dalam praktik karyawan perbankan.
mencapai tujuan kerja, merangsang pertumbuhan pribadi,
2. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
pembelajaran dan pengembangan atau mengurangi
HIPOTESIS
tuntutan pekerjaan (Bickerton, GR et al, 2014). Sebuah
studi mengenai anggota staf pendidikan tinggi
2.1. Employee Engagement memiliki perasaan batin yang kuat antar karyawan dan rasa
percaya antar karyawan yang tinggi, dan positive
Keterikatan seorang karyawan dipengaruhi secara
organizational purpose yang merujuk pada karyawan yang
psikologis yang dapat terhubung dan berkomitmen untuk
merasakan nilai – nilai positif yang ada diperusahaan,
menyelesaikan pekerjaannya (Dessler, 2016) serta
perlakukan adil dalam organisasi dan memiliki tujuan yang
digerakan oleh a. organisasi yang memiliki keterbukaan,
sama dengan organisasi.
sikap supportive, keadilan dan kepercayaan serta
komunikasi yang baik antar rekan kerja, b. Teknik 2.4. Professional Identity
berkomunikasi, memberikan feedback dan teknik penilian Perkembangan identitas professional merupakan
kinerja yang dimiliki oleh manajemen dan kepemimpinan, proses dinamis yang menghubungkan peran pekerjaan
c. Lingkungan kerja yang memiliki keadilan (Sridevi, dengan persepsi diri yang jelas termasuk minat,
2010). Dalam mengukur keterikatan karyawan digunakan keterampilan, tujuan dan nilai profesional, serta memberi
vigor, ketangguhan mental ketika bekerja, keterlibatan makna dan orientasi pada profesi seseorang (Zang, 2018).
dalam pekerjaan dan ketahanan dalam menghadapi Dan juga merupakan proses pengembangan diri antara
kesulitan, dedication, rasa antusias menginspirasi dan perasaan emosi, keyakinan dan perilaku yang terkait
memiliki kebangaan dan tantangan serta absorbtion yaitu dengan pekerjaan dan karir yang ada didalam pribadi
berkonsentrasi penuh dan senang terhadap pekerjaan sendiri (Ibanescua, 2015), identitas professional juga
(Schaufeli & Bakker, 2010). mengambarkan seseorang dengan identifikasi seseorang
dengan kelompok dan kategori sosial yang dimiliki
2.2. Job Resources
berdasarkan pekerjaannya (Tiziana, 2015). Ketika
Sumber daya pekerjaan memprediksi sumber daya
seseorang memiliki identitas professional didalam dirinya
pribadi seperti efikasi diri, optimisme dan harga diri serta
maka mereka akan lebih cenderung memberikan lebih
keterlibatan kerja (Xanthopoulou, et al 2009), sumber daya
banyak lagi energy dan antusiasme dalam pekerjaan
pekerjaan juga dapat secara ekstrinsik memotivasi ketika
meskipun terdapat ketidakpuasan pekerjaan yang
dapat memenuhi keinginan dasar karyawan (Xantopoulou
karenakan oleh lingkungan kerja (Coetzee, 2017). Mancini
& Bekker, 2012) selain itu sumber daya pekejaan juga
& Caricati, 2015 dalam Wang et al, (2020) menggunakan
dapat mempengaruhi keterlibatan di masa depan, dimana
5 (lima) alat ukur dalam mengukur professional identity
nantinya akan memprediksi komitmen organisasi
yaitu Affirmation merupakan pentingnya suatu pekerjaan
(Schaufeli, et al 2008). Dalam mengukur sumber daya
dan rasa senang terhadap pekerjaan, In-dept exploration
pekerjaan digunakan otonomi dimana karyawan dapat
dimana karyawan akan memekirkan keuntungan dan
memutuskan bagaimana – termasuk kapan dan di mana
kerugian menjadi karyawan serta mencocokkan kembali
mereka melakukan pekerjaan mereka (Roger D, 2015),
profesi yang ada, Practies dimana karyawan akan mencari
variasi keterampilan dimana pekerjaan menuntut
informasi mengenai pekerjaan dan berpartisipasi dalam
keragaman kegiatan yang berbeda sehingga dapat
konferensi / seminar mengenai profesi pekerjaan sekarang,
menggunakan sejumlah keterampilan dan kemampuan
Identification with commitment karyawan memiliki rasa
yang berbeda yang nantinya akan menghilangkan
percaya diri dan rasa memahami diri sendiri ketika bekerja
kejenuhan atas pekerjaan yang rutin, umpan balik dimana
serta Reconsideration of Commitment yang menyatakan
penyedia karyawan mendapatkan informasi serta
bahwa karyawan akan mempersiapkan diri untuk karir
mendapatkan dorongan dan pujian saat bekerja (Amstrong,
yang lain dan akan mengubah pikirannya untuk menjadi
2009) serta peluang untuk berkembang yang diantaranya
karyawan di perusahaan lain.
mendapatkan promosi jabatan serta mendapatkan pelatihan
yang sesuai dengan bidangnya (Bekker & demerouti, 2.5. Pengembangan Hipotesis
2016). Adanya perbedaan hasil penelitian yang ditemukan
pada penelitian-penelitian sebelumnya serta berdasarkan
2.3. Workplace Spirituality
kajian teori sebelumnya maka peneliti merumuskan
Spiritualitas tempat kerja terkait dengan afiliasi
hipotesis pada model konseptual pada Gab.1.
karyawan yang kuat, komitmen karyawan dan keterkaitan
Job resources dapat meningkatkan employee
karyawan karena rasa keutuhan dan keterlibatan penuh dari
engagement dimana job resources memiliki faktor – faktor
diri sendiri saat menjalankan peran pekerjaan (Sharma &
yang diantaranya adalah otonomi, variasi keahlihan dan
Kumra, 2020), menurut Stiadi et al, (2017), workplace
kesempatan berkembang (Bakker & Demerouti, 2016). Job
spirituality adalah persepsi seseorang mengenai tempat
resources juga dapat secara ekstirnsik memotivasi ketika
kerja dimana dapat membantu mereka menemukan tujuan
dapat memenuhi keinginan dasar karyawan (Deviyanti &
hidup, mengembangkan hubungan dengan pekerjaan dan
Sasono, 2015) selain itu karyawan akan lebih terikat
memiliki keselarasan antara organisasi dan karyawan.
dengan pekerjaan apabila mereka diberikan otonomi dan
Untuk mengukur spiritualitas di tempat kerja maka
diberikan pelatihan yang lebih baik (Xanthopoulou &
digunakan alat ukur menurut Anvari et al (2017)
Bekker, 2012), menurut Schaufeli, et al (2008)
diantaranya meaningful work dimana karyawan akan
menyatakan bahwa sumber daya pekerjaan mempengaruhi
memiliki sikap merasa nyaman dalam bekerja, merasa
keterlibatan di masa depan hal ini sejalan dengan hasil
bersemangat saat bekerja dan merasa diperlakukan dengan
penelitian yang dilakukan Albrecht & Marty (2017) dan
baik oleh perusahaan, sense of community yang
Malinowska & Tokarz (2019) bahwa job resources
membuktikan bahwa adanya keterbukaan antar karyawan,
berpengaruh positif terhadap employee engagement, H4: Workplace spirituality mampu memediasi
sehingga pada penelitian ini untuk hipotesis pertama: pengaruh job resources terhadap empoyee engagement.
H1 : Job resources berpengaruh positif terhadap
Sumber daya pekerjaan dapat memprediksi sumber
employee engagement.
daya pribadi seperti optimisme dalam melakukan
Makna utama job resources adalah bahwa permintaan pekerjaan dan efikasi diri atau kepercayaan individu setiap
dan sumber daya memulai dua proses yang relatif karyawan akan kemampuannya untuk sukses dalam
independen dan menjelaskan kesejahteraan di tempat kerja melakukan pekerjaan (Xanthopoulou et al, 2009).
Schaufei & Bekker (2004) sehingga spiritualitas di tempat Sedangkan identitas professional merupakan suatu proses
bukan lagi hanya sekedar kebutuhan batin pekerja, tetapi nilai-nilai professional yang ada didalam seorang
tentang kebutuhan rasa memiliki untuk menjadi bagian karyawan, identitas dengan pekerjaan seseorang dan
dari komunitas Ashmos Duchon (2005) begitu pula dengan penyatuan psikologis didalam diri (Trade et al, 2012).
Bickerton, GR et al (2014) yang menyatakan bahwa job Penelitian yang dilakukan Keyko et al (2016) menyatakan
resources adalah aspek lingkungan kerja yang membantu hasil bahwa job resources berpengaruh positif terhadap
dalam mencapai tujuan kerja, memberikan pertumbuhan professional identity, maka untuk hipotesis kelima adalah:
pribadi, pembelajaran dan pengembangan atau mengurangi H5: Job resources berpengaruh positif terhadap
tuntutan pekerjaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh professional identity
Bickerton, et al (2015) menyatakan bahwa job resources
Sebagai konsep diri, identitas professional mengacu
memiliki pengaruh positif terhadap workplace spirituality,
pada pemahaman individu tentang dampak sosial dari
sehingga untuk hipotesis kedua adalah:
profesi dan pentingnya pekerjaan individu yang
H2 : Job resources berpengaruh positif terhadap
merupakan dasar psikologi bagi sesorang dalam
workplace spirituality.
melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga mencapai
Spiritualitas di tempat kerja adalah suatu pengenalan tujuan organisasi. Bothma, et al (2018) mengungkapkan
bahwa karyawan memiliki tujuan dan makna dalam bahwa professional identity memiliki pengaruh yang
pekerjaan mereka, dimana spiritualitas kerja bukan tentang positif terhadap employee engagement kajian teori di atas
agama, walaupun orang terkadang mengekspresikan diperkuat dengan hasil peneletian yang dilakukan oleh
kepercayaan agama mereka ditempat kerja Shohib & Hadi Wang, et al (2020) dan penelitian yang dilakukan oleh
(2020). Terlepasnya dari pekerjaan yang biasa atau Zhang et al (2018) yang memiliki hasil yang sama dimana
menarik spiritualitas di tempat kerja terkait afiliasi professional identity memiliki pengaruh positif terhadap
karyawan yang kuat, komitmen karyawan dan keterkaitan employee engagement, sehingga hipotesis yang akan
karyawan (Sharma & Kumra, 2020). Teroi diatas sejalan digunakann adalah sebagai berikut:
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suci Aprilia & H6 : professional identity berpengaruh positif
Palupiningdyah (2019) dan Milliman et al (2018) yang terhadap employee engagement.
menyatakan bahwa workplace spirituality berpengaruh
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi employee
positif terhadap employee engagement, maka untuk
engagement terdapat dalam beberapa tingkatan yang
hipotesis ketiga adalah:
dimulai dengan iklim organisasi yang luas, faktor
H3: Workplace spirituality berpengaruh positif
pekerjaan tertentu, professional dan sumber daya pribadi
terhadap employee engagement
Keyko, et al (2016) Organisasi yang luas serta faktor
Employee engagement dipengaruhi oleh 2 faktor pekerjaan terttentu termasuk aspek yang ada didalam job
yaitu situasi dan invidu, faktor situasi yang dimaksud resources Bakker & Demerouti (2016) sedangkan identitas
adalah sumber daya pekerjaan (Job resources) yang professional menggambarkan seseorang sebagai pekerja
merupakan aspek sosial dan organisasi dalam mencapai yang melakukan pekerjaan tertentu dan identifikasi
tujuan dan mendorong pertumbuhan serta perkembangan seseoranng dengan kelompok berdasarkan pekerjaannya
pribadi dan faktor individu yaitu sumber daya personal (Tiziana, 2015). Hasil penelitian yang dilakukan Kamble
(spiritualitas kerja) (Bekker dan Demerouti, 2016) dimana & Mulla (2019) menyatakan bahwa ada hubungan positif
perusahaan mengakui bahwa karyawan memiliki anatara professionan identity terhadap work engagement
kehidupan batin yang terpelihara dan dipelihara oleh dan hasil penelitian yang dilakukan Keyko, et al (2016)
pekerjaan (Ashmos & Duchon, 2005). Hasil penelitian menyatakan bahwa job resources berpengaruh positif
yang dilakukan oleh Milliman et al (2018) menyatakan terhadap professional identity sehingga berdasarkan hasil
bahwa workplace spirituality berpengaruh positif terhadap dari kedua penelitian di atas dapat dikatakan bahwa
employee engagement dan penelitian yang dilakukan oleh professional identity dapat memediasi job resources
Bickerton, et al (2015) memberikan hasil bahwa job terhadap employee engagement.maka untuk hipotesis ke
resources berpengaruh positif terhadap employee tujuh adalah:
engagement sehingga berdasarkan hasil dari kedua H7: Professional identity mampu berperan
penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa workplace memediasi pengaruh job resources terhadap employee
sipirtuality dapat memediasi job resources terhadap engagement.
employee engagement, maka untuk hipotesis keempat
adalah:
dengan mengevaluasi model pengukuran dan model
structural Hair et al (2010).
4. HASIL PENELITIAN
a. Analisis statistik deskriptif karakteristik responden
dan variabel
Tabel 1 dan 2 merupakan hasil tanggapan dari 96
responden, dimana tabel 2 akan menyajikan
kecenderungan jawaban pada kuesioner sesuai kategori
jawaban dengan melihat nilai mean pada masing-masing
pernyataan dengan berpedoman pada Five Box Methode
Ferdinand, (2014), yaitu sangat rendah (1 – 1.80), rendah
(1.81-2.60), cukup (2.61-3.40), tinggi (3.41-4.20), sangat
tinggi (4.21 – 5.00).
Gab. 1. Model Penelitian
Tabel 1. Deskriptif Responden
3. METODOLOGI PENELITIAN Frekuensi Prosentase
Kategori Uraian
(Orang) (%)
Desian penelitian yang digunakan adalah Laki - laki 45 47%
asosiatif/hubungan yang bertujuan untuk mengetahui Jenis Kelamin Perempuan 51 53%
hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih dan Total 96 100%
sejauh mana hubungan variabel independen mempengaruhi < 25 T ahun 25 26%
Usia 25 - 35 T ahun 71 74%
variabel dependen serta mengetahui variabel mediasi
Total 96 100%
secara langsung/tidak langsung (Sugiyono, 2014). Variabel
Staff 54 56%
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kepala Bagian 13 14%
job resources yang merupakan aspek fisik, psikologis dan Jabatan
Asisten / Manager 29 30%
sosial yang akan diukur melalui dimensi otonomi, variasi Total 96 100%
keahlihan, umpan balik kinerja dan kesempatan untuk SMA 3 3%
berkembang (Bakker & Demerouti, 2017). Variabel D3 15 16%
Pendidikan
dependen yang diteliti adalah employee engagement yaitu T erakhir
S1 70 73%
suatu keadaan psikologis karyawan untuk berfikir positif S2 8 8%
terhadap pekerjaan dan organisasi yang dilakukan dengan Total 96 100%
pengukuran melalui dimensi vigor, dedication dan Bintaro 28 29%
Fatmawati 23 24%
absorption (Schaufeli, 2010). Variabel mediasi yang Kantor Cabang
BSD 25 26%
diteliti adalah workplace spirituality yaitu persepsi Utama
Roxy 20 21%
sesorang mengenai tempat mereka bekerja yang dapat Total 96 100%
membantu menemukan tujuan hidup dan memiliki Sumber: Data diolah peneliti tahun 2021
keselarasan antara karyawan dan perusahaan Stiadi, et al Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
(2017) yang akan diukur melalui dimensi meaningful didominasi perempuan sebesar 53%, usia didominasi 25 –
work, sense of community dan positive organizational 35 tahun sebesar 74%, jabatan didominasi staff sebesar
purpose (Anvari, et al 2017) dan mediasi lainnya adalah 56%, pendidikan terakhir S1 sebesar 73% dan Kantor
professional identity yaitu penggabungan peran pekerjaan cabang utama fatmawati sebesar 29%.
seseorang sebagai pekerja dengan perasaan emosi, minat Pada tabel 2 menunjukkan kecenderungan jawaban
dan keterampilan untuk melakukan pekerjaannya yang pada kuesioner sesuai masing-masing pernyataan melalui
akan diukur melalui mediasi affirmation, in-dept nilai mean indikator pada kategori tinggi yaitu (3.41-4.20),
exploration, practies, identification with commitment, dan pada variabel job resources dapat terlihat bahwa nilai
reconsideration of commitment (Mancini & Caricati, mean yang paling tinggi sebesar 3.85 adalah indikator
2015). mendapat promosi jabatan (JR8), workplace spirituality
Pengambilan data dilakukan dengan metode sampel nilai mean yang paling tinggi sebesar 4.03 adalah indikator
jenuh yang dimana seluruh anggota populasi sebanyak 96 rasa percaya antar karyawan (WS6) dan merasakan adanya
karyawan akan digunakan sebagai sampel Sugiyono nilai positif di perusahaan (WS7), professional identity
(2014) populasi yang digunakan dalam penelitian ini nilai mean yang paling tinggi sebesar 4.05 adalah indikator
adalah seluruh karyawan kantor cabang utama untuk berpartisipasi dalam konferensi/seminar mengenai profesi
wilayah Jakarta west dengan karakteristik bahwa karyawan pekerjaan, employee engagement nilai mean paling tinggi
tersebut karyawan tetap dan karyawan milenial melalui adalah sebesar 3.89 adalah indikator ketangguhan mental
kuesioner yang akan diberikan melalui google form, dan ketika bekerja
akan diukur dengan skala likert 1 – 5 (Sugiyono, 2013).
Analis data akan dilakukan dengan Structural
Equation Model – Partial Least Square (SEM – PLS)
b. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) (WS2), professional identity dengan indikator pentingnya
Pada Tabel 2 menunjukkan pengujian outer model suatu pekerjaan (PI1) dan rasa senang terhadap pekerjaan
yang akan menguji validitas dan reliabilitas dari model (PI2) dan employee engagement pada indikator senang
pengujian validitas akan dievaluasi melalui convergent terhadap pekerjaan (EE8) berikutnya pada tabel 2 pada
validity dengan melihat nilai loading factor dengan syarat bagian AVE sudah memenuhi nilai AVE > 0.50, sehingga
nilai yang masih diterima > 0.60 serta nilai AVE > 0.50 dapat disimpulkan seluruh konstruk telah memenuhi syarat
Ghozali & Latan (2015). Loading factor yang memiliki validitas secara convergent validity.
nilai < 0.6 akan dikeluarkan dari model penelitian yaitu Dan untuk pengujian reliabilitas akan dievaluasi
pada job resources dengan indikator memiliki kemampuan melalui nilai composite reliability dan cronbach’s alpha >
inovasi (JR1), kesempatan menentukan tempat kerja (JR2), 0.70 Ghozali & Latan (2015) sehingga dengan melihat
mendapatkan dorongan dan pujian (JR7) serta tabel 2 dapat disimpulkan bahwa nilai dari seluruh
mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan bidangnya konstruk yang dilihat dari nilai composite reliability dan
(JR9), workplace spirituality pada indikator rasa nyaman cronbach’s alpha dapat dinyatakan reliable karena
dalam bekerja (WS1) dan Bersemangat dalam bekerja memiliki nilai > 0.7
Tabel 2. Hasil Analisis Mean, Factor Loading > 0.60, AVE > 0.5, Composite Reliability > 0.7, Cronbach’s Alpha > 0.7
Factor Composite Cronbach's Mean Standard
Dimensi Kode Indikator AVE
Loading Reliability Alpha Indikator Deviation
JR 3 Kesempatan mengerjakan pekerjaan yang lain 0.604 0.503 0.893 0.753 3.52 1.20
Job Resources
JR 4 Tingkatan keterampilan 0.696 3.75 1.08
Mendapatkan umpan balik dari pekerjaan yang
JR 5 0.738 3.81
dilakukan 0.98
JR 6 Mendapatkan informasi 0.764 3.72 1.16
JR 8 Mendapatkan promosi jabatan 0.733 3.85 1.04
WS 3 Rasa diperlakukan dengan baik 0.657 0.503 0.876 0.834 3.75 0.95
Workplace WS 4 Rasa keterbukaan antar karyawan 0.715 3.90 0.98
Spirituality WS 5 Hubungan yang kuat antar karyawan 0.739 3.96 0.74
WS 6 Rasa percaya antar karyawan 0.765 4.03 0.78
WS 7 Merasakan adanya nilai positif di perusahaan 0.673 4.03 0.71
WS 8 Perlakuan adil dalam organisasi 0.668 3.97 0.85
WS 9 Memiliki tujuan yang sama dengan organisasi 0.738 3.94 0.75
PI 3 Pemikiran akan keuntungan dan kerugian menjadi 0.704 0.531 0.900 0.873 3.97 0.81
Professional
karyawan
Identity
PI 4 Apakah profesi ini sudah paling cocok 0.637 3.81 0.96
PI 5 Mencari informasi mengenai pekerjaan 0.710 3.92 0.97
PI 6 Berpartipasi dalam konferensi / seminar mengenai 0.724 4.05 0.80
profesi pekerjaan
PI 7 Rasa percaya diri terhadap pekerjaan 0.791 3.90 0.85
PI 8 Rasa memahami diri sendiri ketika bekerja 0.829 3.94 0.81
PI 9 Mempersiapkan diri untuk karir yang lain 0.739 3.94 1.00
Mengubah pilihan menjadi karyawan di perusahaan
PI 10 4.03
lain 0.680 0.85
EE 1 Ketangguhan mental ketika bekerja 0.672 0.546 0.893 0.860 3.89 0.85
Employee
EE 2 Keterlibatan dalam pekerjaan 0.645 3.81 0.89
Engagement
EE 3 Ketahanan dalam menghadapi kesulitan 0.728 3.81 0.88
EE 4 Antusias 0.818 3.60 0.92
EE 5 Inspirasi 0.719 3.45 1.09
EE 6 Kebanggaan dan Tantangan 0.781 3.78 0.94
EE 7 Konsentrasi penuh 0.795 3.72 0.96
Sumber: Hasil analisis data menggunakan SmartPLS Versi 3.2.9 (2021)