Anda di halaman 1dari 14

GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY

VOLUME 3, NO. 1, 2017: 45-58


ISSN: 2407-7798

Peran Ketidakpuasan Kerja terhadap Intensi Turnover Karyawan


dengan Stabilitas Anchor sebagai Moderator

Vera Ratna Pratiwi¹ & Bagus Riyono²


Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada

Abstract. This study was designed to measure how big the role of job dissatisfaction (job
dissatisfaction) to the employee's desire to leave his work (turnover intention) with
moderated by stability of anchors. Method used in this present study is quantitative
method by distributing questionnaire. The questionnaire consists of job dissatisfaction
scale, turnover intention scale, and anchor scale to discover anchor stability. Subjects of
the study are 267 permanent employees who work in banking sector. The results of the
study indicate that anchor stabilization is not evidenced to influence relationship between
job dissatisfaction and turnover intention. However, anchors such as materials, others and
virtues are believed to influence relationship between job dissatisfaction and employees'
turnover intention. Factor of job dissatisfaction which most influences turnover intention
in this study is employee dissatisfaction with salary or rewards.

Keywords : anchor; anchor stability; job dissatisfaction; turnover intention

Abstrak. Penelitian ini dirancang untuk mengukur seberapa besar peranan dari
ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) terhadap keinginan karyawan untuk
meninggalkan pekerjaannya (turnover intention) dengan dimoderatori oleh stabilitas
anchors. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan
menyebarkan kuesioner secara acak pada karyawan yang bekerja di sektor perbankan.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi dengan
moderator. Subjek dalam penelitian ini merupakan karyawan yang bekerja di sektor
perbankan dan berjumlah 267 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anchor secara
stabilitas dalam penelitian ini tidak menunjukkan peranannya sebagai moderator
terhadap ketidakpuasan kerja dan intensi turnover karyawan. Berdasarkan hasil penelitian
ini ketidakpuasan kerja memiliki peranan yang besar terhadap terjadinya intensi turnover,
ketidakpuasan karyawan terhadap gaji atau imbalan merupakan faktor yang paling
memengaruhi intensi turnover.

Kata kunci: intensi turnover; ketidakpuasan kerja; stabilitas anchor

Dewasa ini pergantian karyawan dalam usaha. Lebih lanjut berdasarkan hasil
bentuk turnover sedang marak terjadi tidak survey yang dilakukan lembaga
hanya di dalam negeri, hal ini juga terjadi Pricewaterhouse Coopers (PwC) Indonesia
di beberapa negara terutama di kawasan pada tahun 2015 terhadap sektor
Asia Pasifik. Peningkatan angka turnover perbankan di Indonesia menunjukkan
ini terjadi hampir pada semua sektor bahwa keluar masuknya karyawan
(turnover) di industri ini mencapai 15% -
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat di-
20%. Jumlah persentase tersebut
lakukan melalui vera.ratna.p@mail.ugm.ac.id
2 Atau melalui bagus@ugm.ac.id

E-JURNAL GAMA JOP 45


KETIDAKPUASAN KERJA, INTENSI TURNOVER, STABILITAS ANCHOR

merupakan yang tertinggi dibandingkan Perilaku-perilaku tersebut diantara-


sektor lainnya. nya adalah datang terlambat tanpa merasa
Beberapa penelitian menjelaskan bersalah, kurang serius dalam bekerja, dan
bahwa tingginya tingkat intensi turnover menggunakan waktu kerja untuk
karyawan di sektor perbankan terjadi kegiatan-kegiatan lain seperti bermain
karena tidak terpenuhinya faktor-faktor game atau membuka social media. Intensi
ketidakpuasan kerja atau hygiene factors turnover juga dianggap mampu
(Fareed & Jan, 2016; Shukla & Sinha, 2013). menurunkan semangat kerja karyawan
Leider et al. (2016) dan Houkes, Jansen, dan menimbulkan kecenderungan untuk
Jonge dan Baker (2003) menyebutkan mangkir kerja dan bermalas-malasan yang
dalam hasil penelitiannya bahwa sebagian berujung pada menurunnya produktivitas
besar karyawan menyenangi pekerjaannya kerja (Kurniati, Rustam & Martini, 2007).
namun banyak di antara mereka merasa Banyaknya dampak negatif yang
tidak puas terhadap pembayaran (gaji) ditimbulkan atas munculnya intensi
yang diberikan, sehingga mereka turnover karyawan dan tentunya membe-
cenderung untuk keluar (turnover) dan rikan kerugian bagi perusahaan. Turunnya
mencari pekerjaan lain. produktivitas beberapa orang karyawan
Turnover sendiri memiliki pengertian mampu menghambat optimalisasi pro-
berhentinya sejumlah karyawan dari duktivitas perusahaan secara umum. Hal
organisasi secara suka rela. Proses turnover ini dikarenakan kinerja antar individu dan
umumnya diawali dengan hasrat atau antar bagian diperusahaan saling
keinginan untuk berhenti atau yang berkaitan dan terintegrasi. Lebih jauh hal
disebut dengan intention (Mobley, 1979). ini dapat menurunkan kemampuan
Wickramasinghe dan Wickramasinghe perusahaan dalam bersaing dengan
(2011) menyatakan bahwa turnover perusahaan sejenis.
intention merupakan kecenderungan atau Timbulnya intensi turnover pada
niat karyawan untuk berhenti dari karyawan dalam sebuah perusahaan,
organisasi secara sukarela menurut sangat berkaitan erat dengan kepuasan
pilihannya sendiri. dan ketidakpuasan karyawan terhadap
Turnover intention merupakan tanda pekerjaannya. Hal tersebut dikarenakan
awal munculnya perilaku turnover atau menurut Mobley, Horner dan
actual turnover, karena terdapat hubungan Hollingsworth (1978) proses terjadinya
yang signifikan antara turnover intention intensi turnover karyawan diawali oleh
dan turnover yang terjadi (Mobley, munculnya ketidakpuasan karyawan
Griffeth, Hand, & Meglino 1979). terhadap pekerjaannya. Ketidakpuasan
Tingginya tingkat turnover karyawan terhadap pekerjaan tersebut kemudian
dapat menimbulkan banyak permasalahan memunculkan intensi turnover berupa
dan memberikan konsekuensi negatif pikiran untuk keluar dari perusahaan,
terhadap organisasi, salah satunya adalah niatan untuk mencari pekerjaan lain, serta
biaya kerugian yang harus ditanggung niatan untuk keluar dari perusahaan.
perusahaan dari hilangnya seorang Kepuasan dan ketidakpuasan kerja
karyawan (Slavianska, 2012). Kerugian pada karyawan menurut Herzberg,
lain dari intensi turnover yang mungkin Mausner dan Synderman (2010) muncul
muncul menurut Kurnia (2010) adalah dari faktor yang berbeda. Kepuasan kerja
perilaku kontra produktif karyawan muncul dari faktor-faktor yang bersifat
dalam bekerja. intrinsik yaitu prestasi, pengakuan,

46 E-JURNAL GAMA JOP


PRATIWI & RIYONO

tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, dan yang berdampak pada meningkatnya
pengendalian diri. Sementara ke- turnover intention (Cordes & Dougherty,
tidakpuasan kerja muncul dari faktor- 1993; Cotton & Tuttle, 1986; Huang,
faktor yang bersifat ekstrinsik yaitu gaji, Chuang, & Lin, 2003; Jeswani & Dave,
kebijakan perusahaan, keamanan kerja, 2012). Sehingga permasalahan-
hubungan dengan rekan kerja, hubungan permasalahan psikologis yang muncul
dengan atasan, dan kondisi kerja. Kedua akibat ketidakpuasan kerja diduga
faktor-faktor tersebut juga memberikan memunculkan ketidakstabilan psikologis
dampak yang berbeda, kepuasan kerja yang berujung pada intensi turnover
yang bersifat intrinsik dianggap mampu karyawan.
memotivasi karyawan dalam bekerja, Sesuatu yang dapat memberikan
sementara ketidakpuasan kerja yang kestabilan dalam diri individu pada setiap
bersifat ekstrinsik dianggap mampu situasi maupun kondisi dalam kehi-
memberikan kestabilan dan kenyamanan dupannya disebut dengan anchor (Riyono,
dalam bekerja. 2012). Seorang individu menjadikan anchor
Pemenuhan ketidakpuasan kerja sebagai pegangan atau andalan saat
harus dilakukan terlebih dahulu, karena menghadapi permasalahan maupun
dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan sebagai pandangan hidupnya. Setiap
dasar dalam pekerjaan, setelah ketidak- individu memiliki anchor yang berbeda-
puasan terhadap pekerjaan terpenuhi, beda, bahkan bagi seorang individu anchor
barulah hal-hal mengenai kepuasan kerja dapat berubah-ubah dan tidak pasti.
yang bersifat memotivasi dapat diberikan Riyono (2012) menjelaskan bahwa anchor
(Luthans, 2006). Herzberg et al. (2010) akan dipersepsi berdasarkan tingkat
mengelompokkan faktor-faktor ketidak- pemahaman yang bersangkutan, dengan
puasan kerja ke dalam hygiene factors atau berkembangnya tingkat pemahaman
faktor pemeliharaan dan sering disebut seorang individu maka berkembang pula
juga dengan dissatisfier. Sedangkan faktor- persepsinya terhadap anchor tersebut.
faktor kepuasan kerja dikelompokkan Riyono (2012) menyatakan bahwa
sebagai motivator factors yang sering perbedaan anchor yang dimiliki
disebut satisfier. Beberapa penelitian lain dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu usia,
juga menunjukkan bahwa kepuasan dan lingkungan, serta tingkat pemahaman
ketidakpuasan kerja merupakan faktor maupun keyakinan yang dimiliki seorang
yang berbeda (Fareed, & Jan, 2016; Teck- individu.
Hong, & Amma, 2011; Brener, Carmark, & Kestabilan sebuah andalan atau
Weinstein, 1971; Maidani, 1991). anchor yang dimiliki seseorang di-
Ketidakpuasan kerja menurut de asumsikan dapat mengurangi dampak
Castro, Gee dan Takeuchi (2008) dapat negatif dari permasalahan-permasalahan
memberikan pengaruh terhadap masalah- psikologis yang muncul akibat ketidak-
masalah psikologis seperti kelelahan puasan kerja karyawan. Sehingga
emosi, burnout, depresi, kecemasan, dan pemilihan anchor yang tepat dan mampu
amarah. memberikan kestabilan psikologis dapat
Beberapa penelitian-penelitian ter- mengurangi dampak negatif yang muncul
dahulu menyebutkan bahwa penyebab dari permasalahan-permasalahan psiko-
intensi turnover seringkali dikaitkan logis akibat tidak terpenuhinya
dengan faktor organisasi, karakteristik ketidakpuasan kerja. Hal ini tentunya
individu dan ketidakstabilan psikologis dapat memengaruhi hubungan ketidak-

E-JURNAL GAMA JOP 47


KETIDAKPUASAN KERJA, INTENSI TURNOVER, STABILITAS ANCHOR

puasan kerja dengan intensi turnover Perbedaan anchor dapat dika-


karyawan. tegorikan ke dalam empat lapisan yang
Berdasarkan fakta-fakta di atas tersusun berdasarkan tingkat abstrak-
diketahui bahwa pemenuhan hygiene sinya. Lapisan tertinggi adalah Tuhan
factors berupa faktor-faktor penyebab (God), lapisan ini merupakan lapisan yang
ketidakpuasan kerja karyawan mampu paling abstrak. Lapisan-lapisan se-
menurunkan intensi atau keinginan lanjutnya terdiri dari virtues, self, others dan
karyawan untuk keluar dari perusahaan. materials yang merupakan lapisan anchor
Namun faktor lain seperti kestabilan yang paling kongkrit (Riyono, 2012).
dimiliki individu juga memberikan Terdapat beberapa karakteristik
pengaruh terhadap hubungan individu yang memiliki anchor yang stabil
ketidakpuasan kerja dengan intensi atau memiliki stabilitas anchor yang tinggi,
turnover. Sehingga dengan tingkat yaitu individu akan mengandalkan virtues
ketidakpuasan yang sama karyawan yang (nilai-nilai kebenaran, kebaikan, cinta,
memiliki kestabilan psikologis yang baik kasih dan lain-lain) sebagai andalan utama
akan lebih mampu untuk bertahan dan atau pegangan dalam pemecahan masalah
tidak meninggalkan perusahaan yang dihadapinya. Individu akan
dibandingkan dengan karyawan yang memposisikan dirinya setara dengan
tidak memiliki kestabilan psikologis. orang lain atau bersifat equal dan egaliter,
Anchor merupakan teori baru di serta tidak membeda-bedakan status, ras,
ranah psikologi, namun konsep anchor gender dan lain-lain. Bagi individu dengan
sendiri pada dasarnya telah ada dalam anchor yang stabil hal-hal yang bersifat
kajian-kajian psikologi. Segala hal pada material tentu saja diperlukan, namun hal
dasarnya dapat dijadikan anchor. Sehingga tersebut bukanlah prioritas utama, bahkan
anchor dapat berupa materi, kondisi, sifat, hal-hal yang bersifat materi itu dijadikan
orang lain (yang dianggap penting), suatu sebagai prioritas terakhir dibandingkan
kekuatan, dan lain-lain. Pandangan dengan virtues dan hubungan dengan
Freudian menjadikan “pleasure” sebagai orang lain. Selain itu individu dengan
konsep anchor, sementara Maslow di aliran anchor yang stabil menjadikan tujuan
humanistik menempatkan “self hidupnya untuk memberikan keber-
actualization”, aliran behaviorisme baik manfaatan terhadap lingkungannya,
Bandura maupun Skinerian menjadikan bukan semata-mata untuk mengejar
“control” sebagai sebuah anchors (Riyono, kekayaan maupun kepemilikan.
2012). Karyawan yang memiliki stabilitas
Proses pencarian terhadap anchor anchor yang rendah akan sulit untuk
bersifat kontinu (in search), sehingga menstabilkan kondisi psikologisnya.
individu senantiasa akan terus mencari Ketidakmampuan karyawan untuk
anchor yang dirasa tepat bagi dirinya menstabilkan kondisi psikologisnya
sesuai dengan tingkat pemahamannya dan tersebut diasumsikan mampu me-
juga keyakinan dirinya. Riyono (2012) mengaruhi ketidakpuasan karyawan
menyatakan bahwa kesalahan mem- terhadap pekerjaannya. Hal tersebut
posisikan anchor akan menimbulkan tentunya dapat meningkatkan keinginan
ketidakstabilan psikologis. Ketidakstabilan karyawan untuk meninggalkan peru-
psikologis tentunya dapat memengaruhi sahaan tempatnya bekerja.
berbagai macam hal dalam diri individu
salah satunya adalah intensi turnover.

48 E-JURNAL GAMA JOP


PRATIWI & RIYONO

Berdasarkan hal tersebut dapat dapat diperkuat maupun diperlemah


diasumsikan bahwa seorang karyawan dengan adanya peran stabilitas anchor
dengan stabilitas anchor yang tinggikan sebagai moderator.
memiliki intensi turnover yang rendah,

STABILITAS
ANCHOR

KETIDAKPUASAN INTENSI
KERJA TURNOVER

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

sebab anchor yang stabil mampu Metode


memberikan kestabilan psikologis yang
baik bagi karyawan. Kestabilan psikologis Penelitian ini menggunakan metode
yang didapat tersebut mampu survey dengan subjek penelitian
meminimalkan dampak yang disebabkan merupakan karyawan yang bekerja di
oleh ketidakpuasan kerja karyawan. sektor perbankan dan berjumlah 267
Seorang karyawan yang terpenuhi orang. Instrumen yang digunakan dalam
ketidakpuasan kerjanya atau hygiene penelitian ini adalah skala ketidakpuasan
factors-nya akan memiliki tingkat intensi kerja yang terdiri atas ketidakpuasan
turnover yang rendah. terhadap hubungan dengan rekan kerja,
Gambar 1 menunujukkan bahwa terhadap besarnya gaji atau imbalan yang
hubungan intensi turnover yang muncul diberikan, terhadp kebijakan perusahaan,
akibat adanya ketidakstabilan psikologis terhadap kondisi kerja, serta terhadap
yang disebabkan oleh ketidakpuasan kerja hubungan dengan atasan. Penelitian ini
karyawan, dapat diperkuat maupun juga menggunakan skala intensi turnover
diperlemah oleh stabilitas anchor. Intensi yang terdiri dari berpikir untuk
turnover diasumsikan dapat menurun meninggalkan perusahaan, keinginan
ketika karyawan memiliki stabilitas anchor untuk mencari alternatif pekerjaan, dan
yang tinggi karna mampu meminimalisir keinginan untuk meninggalkan pekerjaan.
terjadinya ketidakstabilan psikologis yang Instrumen lain yang digunakan adalah
muncul sebagai dampak ketidakpuasan skala anchor, yang teridiri atas dimensi-
kerja. Sebaliknya intensi turnover dimensi yang mewakili struktur anchor,
diasumsikan meningkat ketika stabilitas yaitu materials, self, others dan virtues.
anchor rendah, karena semakin mem- Analisis data penelitian dilakukan
perkuat ketidakstabilan psikologis yang menggunakan regresi berganda meng-
muncul akibat ketidakpuasan kerja. gunakan moderator dengan bantuan SPSS
Berdasarkan pemaparan di atas, 19.
maka hipotesis yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah peran
ketidakpuasan kerja dan intensi turnover

E-JURNAL GAMA JOP 49


KETIDAKPUASAN KERJA, INTENSI TURNOVER, STABILITAS ANCHOR

Hasil atas 37,1% karyawan pria dan 62,9%


karyawan wanita. Rata-rata karyawan
Berdasarkan hasil uji coba alat ukur berusia dibawah 29 tahun yakni sebanyak
diketahui bahwa skala ketidakpuasan 84,6%, dengan masa kerja kurang dari satu
kerja memiliki nilai koefisien reliabilitas tahun sebanyak 10,1%, 1-3 tahun sebanyak
sebesar 0,903, serta valid secara konstruk, 37,5%, 4-5 tahun sebanyak 31,1% dan lebih
karena setiap aitem berada pada dimensi dari 5 tahun sebanyak 21,3%. Berdasarkan
yang sesuai dengan blueprint. Skala intensi jenis bank tempat bekerja, sebanyak 84,3%
turnover memiliki nilai reliabilitas sebesar berasal dari bank dengan basis konven-
0,954, juga valid secara konstruk, karena sional dan 15,7% lainnya berasal dari bank
setiap item berada pada dimensi yang dengan basis syariah.
sesuai dengan blueprint. Pada skala anchor, Hasil analisis regresi pada tabel 2
masing-masing dimensi anchor memiliki menunjukkan bahwa peran ketidakpuasan
nilai koefiseien reliabilitas sebagai berikut: kerja terhadap intensi turnover signifikan
1) materials sebesar 0,846; 2) self sebesar dengan koefisien regresi (R) 0,429, dan
0,739; 3) others sebesar 0,816; dan 4) virtues nilai F sebesar 59,791; p<0,01. Berdasarkan
sebesar 0,861. Secara konstruk item-item nilai R square nya diketahui bahwa ketika
pada skala anchor sudah berada sesuai prediktor lain dikontrol ketidakpuasan
dengan dimensinya masing-masing, kerja dapat berperan memprediksi intensi
kecuali item nomor 2 pada dimensi others, turnover sebesar 18,4% yang berarti 81,6%
namun kemudian item tersebut diperbaiki diprediksi oleh variabel bebas lainnya.
berdasarkan hasil diskusi dengan para Pada saat ketidakpuasan kerja secara
expert. bersama-sama dengan stabilitas anchor

Tabel 1.
Deskripsi subjek penelitian
Jenis
Usia (%) Masa Kerja (%) Jenis Bank (%)
Kelamin (%)
Pria 37,1 ≤ 29 tahun 84,6 < 1 tahun 10,1 Konvensional 84,3
Wanita 62,9 30-39 tahun 13,5 1-3 tahun 37,5 Syariah 15,7
40-49 tahun 1,1 4-5 tahun 31,1
>49 tahun 0,7 >5 tahun 21,3

Tabel 2
Uji moderasi variabel ketidakpuasan kerja, intensi turnover, dan
stabilitias anchor (moderator)
Intensi Turnover
Prediktor R R Square F Beta P
Ketidakpuasan kerja 0,429 0,184 59,791 0,429 p<0,01
Ketidakpuasan kerja 0,430
0,432 0,187 0,814 p>0,05
Stabilitas anchor 0,050
Ketidakpuasan kerja
Stabilitas anchor 0,430
0,432 0,187 0,0001 0,049 p>0,05
Ketidakpuasan kerja *Stabilitas 0,001
anchor (product)

Berdasarkan Tabel 1 dapat terlihat memprediksi intensi turnover, hasilnya


bahwa subjek dalam penelitian ini terdiri tidak menunjukkan adanya peran secara

50 E-JURNAL GAMA JOP


PRATIWI & RIYONO

signifikan dengan nilai koefisien korelasi memberikan pengaruh terhadap intensi


(R) 0,432, dan nilai F 0,814; p>0,05. turnover karyawan.
Begitupula interaksi stabilitas anchor Berdasarkan Tabel 3 diketahui
sebagai moderator dalam hubungan bahwa seluruh aspek dalam variabel
antara ketidakpuasan kerja dengan intensi ketidakpuasan kerja diketahui berperan
turnover, hasilnya tidak menunjukkan signifikan terhadap variabel dependen
adanya peran secara signifikan. Nilai intensi turnover (p<0,01). Dilihat dari nilai
koefisien korelasi (R) 0,432, dan nilai F R squarenya aspek dalam ketidakpuasan
0,0001; p>0,05. Berdasarkan data yang kerja yang memberikan sumbangan efektif
diperoleh tidak terdapat perbedaan antara paling besar adalah aspek imbalan atau
subjek dengan stabilitas anchor yang gaji yaitu sebesar 19,9%, F=65,729; p<0,01,
rendah maupun tinggi dalam perannya selanjutnya aspek hubungan dengan rekan
memengaruhi hubungan ketidakpuasan kerja sebesar 12,3%, F=37,325; p<0,01,
kerja karyawan dengan intensi turnover. aspek hubungan dengan atasan sebesar

Tabel 3.
Peran masing-masing aspek ketidakpuasan kerja terhadap intensi turnover
Intensi Turnover
Prediktor R R Square F P
Hubungan dengan rekan kerja 0,351 0,123 37,325 p<0,01
Imbalan/ Gaji 0,446 0,199 65,729 p<0,01
Kebijakan perusahaan 0,308 0,095 27,756 p<0,01
Kondisi kerja 0,228 0,052 14,585 p<0,01
Hubungan dengan atasan 0,324 0,105 30,977 p<0,01

Tabel. 4
Peran anchor materials terhadap ketidakpuasan kerja dan intensi turnover
Intensi Turnover
Prediktor R R Square F Beta P
Ketidakpuasan kerja 0,429 0,184 59,791 0,429 p<0,01
Ketidakpuasan kerja 0,439
0,462 0,214 10,006 p<0,01
Anchor materials 0,173
Ketidakpuasan kerja
Anchor materials 1,182
0,484 0,235 7,088 0,827 p<0,01
Ketidakpuasan kerja * Anchor -0,971
Materials (product)

Pada penelitian ini hipotesis yang 10,5%, F=30,977; p<0,01, aspek kebijakan
terbukti hanya hipotesis bahwa perusahaan sebesar 9,5%, F=27,756; p<0,01
ketidakpuasan kerja dapat berperan positif dan aspek kondisi kerja sebesar 5,2%,
terhadap intensi turnover, atau tidak F=14,585; p<0,01.
terpenuhinya ketidakpuasan kerja dapat Anchor mengklasifikasikan individu
meningkatkan intensi turnover pada ke dalam empat kategori anchor dominan
karyawan. yang dimiliki yaitu materials, self, others
Berikut ini merupakan hasil dari dan virtues. Pada keempat kategori
analisis regresi, untuk mengetahui faktor tersebut seorang individu dapat dilihat
ketidakpuasan kerja yang paling besar stabilitas anchornya dengan cara melihat

E-JURNAL GAMA JOP 51


KETIDAKPUASAN KERJA, INTENSI TURNOVER, STABILITAS ANCHOR

Tabel. 5
Peran anchor self terhadap ketidakpuasan kerja dan intensi turnover
Intensi Turnover
Prediktor R R Square F Beta P
Ketidakpuasan kerja 0,429 0,184 59,791 0,429 p<0,01
Ketidakpuasan kerja 0,480
0,493 0,243 20,642 p<0,01
Anchor self 0,248
Ketidakpuasan kerja
Anchor self 1,130
0,501 0,251 2,842 0,760 p>0,01
-0,720
Ketidakpuasan kerja * Anchor self (product)

Tabel. 6
Peran anchor others terhadap ketidakpuasan kerja dan intensi turnover
Intensi Turnover
Prediktor R R Square F Beta P
Ketidakpuasan kerja 0,429 0,184 59,791 0,429 p<0,01
Ketidakpuasan kerja 0,477
0,513 0,264 28,476 p<0,01
Anchor others 0,286
Ketidakpuasan kerja
Anchor others 1,100
0,525 0,276 4,542 0,800 p<0,05
Ketidakpuasan kerja * Anchor others -0,746
(product)

hasil pengurangan skor virtues dan berarti 76,5% diprediksi oleh variabel
materials dikurangi skor mutlak dari bebas lainnya.
pengurangan skor others dan self. Namun Pada tabel 5 merupakan hasil
selain dilihat sebagai stabilitas anchor, analisis regresi untuk melihat peran anchor
variabel anchor juga dapat dilihat sebagai self dalam memoderasi ketidakpuasan
anchor dominan yang dipegang oleh kerja terhadap intensi turnover.
inidvidu. Berdasarkan perbedaan anchor Berdasarkan Tabel 5 diketahui
tersebut akan dilihat anchor mana yang bahwa ketidakpuasan kerja terhadap
mampu memengaruhi hubungan antara intensi turnover signifikan pada taraf
ketidakpuasan kerja dan intensi turnover signifikansi p<0,01. Anchor self terhadap
pada karyawan. intensi turnover juga diketahui signifikan
Berdasarkan Tabel 4 diketahui (p<0,01). Berbeda dengan interaksi antara
bahwa ketidakpuasan kerja terhadap ketidakpuasan kerja dan anchor materials
intensi turnover signifikan pada taraf diketahui tidak signifikan (p>0,01) atau
signifikansi p<0,01. Anchor materials dapat diartikan anchor berupa self dalam
terhadap intensi turnover juga diketahui penelitian ini tidak menunjukkan peran
signifikan (p<0,01). Begitupula interaksi sebagai moderator antara ketidakpuasan
antara ketidakpuasan kerja dan anchor kerja dan intensi turnover.
materials diketahui signifikan atau dapat Pada Tabel 6 hasil analisis regresi
diartikan anchor berupa materials dapat untuk melihat peran anchor others dalam
berperan menjadi moderator antara memoderasi ketidakpuasan kerja terhadap
ketidakpuasan kerja dan intensi turnover. intensi turnover.
Sumbangan efektif product (ketidakpuasan Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa
kerja*anchor materials) sebesar 23,5% yang ketidakpuasan kerja terhadap intensi

52 E-JURNAL GAMA JOP


PRATIWI & RIYONO

turnover signifikan pada taraf signifikansi Diskusi


p<0,01. Anchor others terhadap intensi
turnover juga diketahui signifikan (p<0,01). Intensi turnover atau keinginan karyawan
Begitu pula interaksi antara ketidakpuasan untuk meninggalkan perusahaan me-
kerja dan anchor others diketahui signifikan rupakan fenomena yang sedang marak
(p<0,05) atau dapat diartikan anchor dihadapi oleh beberapa organisasi saat ini,
berupa others mampu berperan menjadi terlebih dengan tingginya talent war atau
moderator antara ketidakpuasan kerja dan perebutan sumber daya manusia antar
intensi turnover. Sumbangan efektif product perusahaan, hal tersebut mampu
(ketidakpuasan kerja*anchor others) sebesar mengakibatkan tingginya angka
27,6% yang berarti 72,4% diprediksi oleh perpindahan karyawan. Terdapat banyak
variabel bebas lainnya. sekali faktor yang diduga mampu
Pada tabel berikut ini merupakan meningkatkan intensi turnover pada
hasil analisis regresi untuk melihat peran karyawan, salah satu faktor yang
anchor virtues dalam memoderasi dianggap sangat erat dengan intensi
ketidakpuasan kerja terhadap intensi turnover adalah faktor kepuasan dan
turnover.

Tabel. 7
Peran anchor virtues terhadap ketidakpuasan kerja dan intensi turnover
Intensi Turnover
Prediktor R R Square F Beta P
Ketidakpuasan kerja 0,429 0,184 59,791 0,429 p<0,01
Ketidakpuasan kerja 0,451
0,467 0,218 11,623 p<0,01
Anchor virtues 0,187
Ketidakpuasan kerja
Anchor virtues 1,654
0,485 0,235 5,695 0,886 p<0,05
Ketidakpuasan kerja * Anchor -1,324
virtues (product)

Berdasarkan Tabel 7 diketahui ketidakpuasan karyawan terhadap


bahwa ketidakpuasan kerja terhadap pekerjaannya (Mobley et al., 1978).
intensi turnover signifikan pada taraf Tingginya ketidakpuasan karyawan
signifikansi p<0,01. Anchor virtues terhadap terhadap pekerjaan diduga dapat
intensi turnover juga diketahui signifikan meningkatkan intensi turnover pada
(p<0,01). Begitupula interaksi antara karyawan (Deconink & Bachman, 2007;
ketidakpuasan kerja dan anchor virtues Kessler, 2014; Leider, et al, 2016;
diketahui signifikan (p<0,05) atau dapat Alsararieh, 2014; Bright, 2008; Zagladi, et
diartikan anchor berupa virtues mampu al, 2015; Kim, 2012).
berperan menjadi moderator antara Hasil penelitian ini menunjukkan
ketidakpuasan kerja dan intensi turnover. adanya peranan ketidakpuasan kerja
Sumbangan efektif product (ketidakpuasan terhadap intensi turnover karyawan pada
kerja*anchor virtues) sebesar 23,5% yang sektor perbankan (Beta=0,429, p<0,01).
berarti 76,5% diprediksi oleh variabel Karyawan bank yang memiliki
bebas lainnya. ketidakpuasan kerja yang tinggi
cenderung memiliki intensi untuk
meninggalkan pekerjaannya. Pemenuhan

E-JURNAL GAMA JOP 53


KETIDAKPUASAN KERJA, INTENSI TURNOVER, STABILITAS ANCHOR

faktor-faktor yang dianggap menyebabkan turnover. Sedangkan anchor berupa self dan
ketidakpuasan kerja menjadi hal yang virtues dalam penelitian ini tidak dapat
penting untuk dilakukan terlebih bagi memengaruhi hubungan ketidakpuasan
perusahaan yang bergerak di sektor kerja dengan intensi turnover (p>0,05).
perbankan. Berdasarkan teori Riyono (2012),
Faktor besarnya imbalan atau gaji seorang karyawan dengan anchor berupa
dalam penelitian ini merupakan faktor materials akan menjadikan uang, imbalan,
yang memberikan sumbangan terbesar serta benda-benda berharga lainnya
dalam peran ketidakpuasan kerja terhadap sebagai pegangan dalam memecahkan
intensi turnover. Hal tersebut diperkuat masalah. Sehingga ketika faktor-faktor
oleh beberapa penelitian sebelumnya yang ketidakpuasan kerja berupa materi tidak
menyebutkan bahwa ketidakpuasan terpenuhi, seorang karyawan dengan
terhadap pembayaran (gaji) atau imbalan anchor dominan berupa materials akan
yang diberikan pihak perusahaan lebih tinggi tingkat intensi turnovernya
merupakan aspek yang memberikan dibandingkan dengan individu dengan
pengaruh paling besar terhadap terjadinya anchor yang lain. Hal tersebut dikarenakan
intensi turnover karyawan (Leider et al., faktor ketidakpuasan kerja muncul dari
2016; Houkes et al., 2003). faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik dan
Terkait dengan stabilitas anchor yang terdiri dari hal yang bersifat material
dianggap mampu memperlemah seperti besaran gaji, fasilitas perusahaan
hubungan ketidakpuasan kerja dengan dan lain-lain (Herzberg, Mausner dan
intensi turnover dalam penelitian ini tidak Synderman, 2010).
menunjukkan peranannya sebagai Seorang karyawan dengan anchor
moderator. Hal tersebut berarti individu dominan berupa others menurut Riyono
dengan stabilitas anchor yang tinggi (2012) akan cenderung untuk
maupun yang rendah tidak dapat menggantungkan diri pada orang lain.
memengaruhi hubungan ketidakpuasan Sehingga individu dengan anchor others
kerja dan intensi turnover karyawan. akan lebih mudah menyerah dalam
Stabilitas anchor dalam penelitian ini juga menghadapi keadaan ketika individu
tidak dapat menurunkan ketidakpuasan tersebut tidak memiliki sosok-sosok yang
kerja pada karyawan, sehingga tidak memberikan dukungan atau dapat
terdapat perbedaan tingkat ketidakpuasan dijadikan sebagai tempat bergantung. Hal
kerja yang dimiliki karyawan dengan ini juga sejalan dengan Herzberg et al
stabilitas anchor yang tinggi maupun yang (2010) yang menyatakan bahwa faktor
rendah. ketidakpuasan kerja salah satunya terdiri
Selain dilihat dari stabilitas atas ketidakpuasan terhadap hubungan
anchornya, variabel anchor juga dapat dengan rekan kerja dan ketidakpuasan
dianalisis dengan melihat kategori terhadap hubungan dengan atasan.
masing-masing anchor yang terdiri dari Sehingga ketika karyawan dengan anchor
anchor materials, anchor self, anchor others others merasa tidak memiliki hubungan
dan anchor virtues. Berdasarkan data yang yang dianggap memuaskan baik dengan
diperoleh diketahui bahwa anchor berupa rekan kerja maupun dengan atasan, maka
materials, others dan virtues dapat berperan karyawan tersebut akan lebih tinggi
terhadap intensi turnover, serta dapat tingkat intensi turnovernya dibandingkan
memengaruhi hubungan antara dengan karyawan dengan anchor lain.
ketidakpuasan kerja dengan intensi

54 E-JURNAL GAMA JOP


PRATIWI & RIYONO

Anchor berupa virtues seharusnya pekerjaannya. Sebab masing-masing divisi


lebih mampu memberikan kestabilan atau bagian dalam perusahaan memiliki
psikologis kepada karyawan dan beban kerja dan tanggung jawab yang
menurunkan intensi turnover, karena berbeda dan mungkin dapat
menurut Riyono (2012) anchor virtues memengaruhi tingkat ketidakpuasan kerja
bertolak belakang dengan anchor materials, serta tingkat intensi turnover pada
sedangkan anchor materials sejalan dengan karyawan.
ketidakpuasan kerja yang faktor-faktornya
didominasi oleh hal-hal yang bersifat Kesimpulan
materialistik. Pada penelitian ini diketahui
bahwa anchor berupa virtues benar mampu Berdasarkan hasil penelitian dan
memengaruhi hubungan ketidakpuasan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
kerja dengan intensi turnover, namun disimpulkan bahwa stabilitas anchor dalam
bukan menurunkan intensi turnover tapi penelitian ini tidak menunjukkan peran
meningkatkan intensi turnover. Hal ini sebagai moderator antara ketidakpuasan
diduga karena karyawan mempersepsikan kerja dengan intensi turnover. Hal tersebut
nilai-nilai yang ada di perusahaan tidak bermakna bahwa stabilitas anchor yang
sejalan dengan virtues yang mereka dimiliki karyawan tidak dapat mem-
pegang. Sehingga seseorang dengan perkuat maupun memperlemah hubungan
virtues yang tinggi atau dominan akan dari ketidakpuasan kerja dan intensi
merasa tidak nyaman dan cenderung turnover pada karyawan.
memiliki keinginan untuk meninggalkan Sejalan dengan penelitian-penelitian
organisasi. Hal tersebut sejalan dengan terdahulu, diketahui bahwa ketidak-
hasil penelitian George dan Jones (1996) puasan kerja yang rendah dapat berperan
yang menyebutkan bahwa hubungan menurunkan tingkat intensi turnover pada
kepuasan kerja dengan intensi turnover karyawan. Pada penelitian ini idak
yang paling kuat adalah saat perusahaan terpenuhinya kepuasan terhadap imbalan
tidak membantu atau mendukung atau pembayaran, merupakan aspek yang
pencapaian nilai-nilai utama (terminal paling besar dalam memberikan pengaruh
values) karyawan. munculnya intensi turnover pada
Beberapa keterbatasan terdapat karyawan.
dalam penelitian ini. Pertama, pada
penelitian ini, peneliti tidak mengukur Saran
persepsi karyawan terhadap nilai-nilai Saran bagi perusahaan adalah untuk
yang ada di perusahaan, apakah nilai itu menggunakan hasil penelitian ini sebagai
sejalan dengan virtues yang mereka acuan untuk mengurangi tingkat intensi
pegang ataukah tidak sejalan. Sebab jika turnover pada karyawan dengan peme-
ternyata tidak sejalan dengan virtues yang nuhan aspek-aspek ketidakpuasan kerja.
mereka pegang, maka semakin tinggi Perusahaan perlu mengkaji aspek-aspek
anchor virtues yang dimiliki karyawan ketidakpuasan kerja yang ada agar tidak
akan semakin meningkatkan intensi terjadi kesenjangan antara harapan
turnover. Kedua, pada penelitian ini subjek karyawan terhadap perusahaan dengan
penelitian merupakan karyawan tetap kenyataan yang mereka terima.
yang bekerja di bank, peneliti tidak Saran untuk peneliti lain adalah
mengelompokkan karyawan berdasarkan dengan menambahkan variabel persepsi
deskripsi pekerjaannya atau divisi/bagian karyawan terhadap nilai-nilai perusahaan,

E-JURNAL GAMA JOP 55


KETIDAKPUASAN KERJA, INTENSI TURNOVER, STABILITAS ANCHOR

agar peneliti dapat mengetahui apakah Management Review, 18, 621-656. doi:
nilai-nilai yang ada diperusahaan sudah 10.1177/0018726712462614.
sejalan dengan virtues yang dimiliki. Cotton, J., & Tuttle, J. (1986). Employee
Karena hal tersebut diduga dapat turnover: A meta-analysis and
berpengaruh terhadap stabilitas anchor review with implications for
yang dimiliki. Ketika nilai-nilai research. Academy of Management
perusahaan itu tidak sejalan maka Review, 11, 55-70. doi: 10.5465/
tingginya stabilitas anchor yang dimiliki amr.1986.4282625
akan meningkatkan intensi turnover De Castro, AB., Gee, Gilbert & Takeuchi,
karyawan, namun ketika sejalan dengan David. (2008). Relationship between
virtues yang dimiliki, stabilitas anchor yang job dissatisfaction and physical and
tinggi dapat menurunkan intensi turnover psychological health among Filipino
karyawan. Peneliti selanjutnya sebaiknya immigrants. AAOHN Journal
melakukan penelitian pendahuluan 56(1):33-40. doi: 10.3928/08910162-
mengenai kelompok kerja atau divisi 20080101-01
mana dalam perusahaan yang memiliki DeConinck J., & Bachmann, D. (2007). The
tingkat intensi turnover yang paling tinggi, impact of equity sensitivity and pay
sehingga peneliti dapat memfokuskan fairness on marketing managers’ job
penelitian terhadap kelompok tersebut. satisfaction, organizational
commitment and turnover
Kepustakaan intentions. Marketing Management
Journal, 17(2), 134–141. doi: 10.19030/
Alsararieh, F., Griffin, M. T. Q ., Ziehm, S. jabr.v10i3.5928
R., Fitzpatrick, J. J. (2014). Job Fareed, K., & Jan, F. A. (2016). Cross-
satisfaction, and turnover intention cultural validation test of herzberg’s
among Jordanian nurses in two factor theory: An analysis of
psychiatric units. International Journal bank officers working in khyber
of Mental Health Nursing, 23, 460–467. pakhtunkhwa. Journal of Managerial
doi: 10.1111/inm.12070. Sciences, 10(2), 285-300.
Brener, V. C., Carmark, C. W., & Ghozali, I. (2011). Aplikasi analisis
Weinstein, M. G. (1971). An multivariate dengan program SPSS.
empirical test of the motivation- Semarang: Badan Penerbit
hygiene theory. Journal of Accounting Universitas Dipenogoro.
Research, 9(2), 359-366. doi: 10.2307/ George, J. M., & Jones, G. R. (1996). The
2489939. experience of work and turnover
Bright, L. (2008). Does public service intentions: Interactive effects of
motivation really make a difference value attainment, job satisfaction
on the job satisfaction and turnover and positive mood. Journal of Applied
intentions of public employees?. Psychology, 81(6), 318-325. doi: 0021-
American Review Of Public 9010/16/83.00.
Administration, 38, 149-166. doi: Herzberg, F., Mausner, B., & Synderman,
10.1177/0275074008317248. B. (2010). The motivation to work.
Cordes, C. L., & Dougherty, T. W. (1993). Piscataway, New Jersey: Transaction
A review and an integration of Publishers, Rutgers-The State
research on job burnout. Academy of University of New Jersey.

56 E-JURNAL GAMA JOP


PRATIWI & RIYONO

Houkes, I., Janssen, P., Jonge, J., & Bakker, Leider, J. P., Harper, E., Shon, W. J., Sellers,
A. (2003). Specific determinants of K., Castrucci, B. C. (2016). AJPH,
intrinsic work motivation, emotional october 106(10). doi: 10.2105/ ajph.
exhaustion and turnover intention: A 2016.303305
multisample longitudinal study. Luthans, F. (2006). Perilaku organisasi edisi
Journal of Occupational and 10. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Organizational Psychology, 76, 427- Maidani, E. A. (1991). Comparative study
450. doi: 10.1348 / 096317 9033 2259 of Herzberg’s two-factor theory of
1578 job satisfaction among public and
Huang, I., Chuang, C. J., & Lin, H. (2003). private sectors. Public Personnel
The role of burnout in the Management, 2(4), 441-448. doi: 10.
relationship between per- ceptions of 1177/009102609102000405.
organizational politics and turnover Mobley, W. H., Griffeth, R. W., Hand, H.
intentions. Public Personnel H., & Meglino, B. M. (1979). Review
Management, 32, 519-531. doi: 10.1177 and conceptual analysis of the
/009102600303200404 employee turnover process.
Jeswani, S., & Dave, S. (2012). Impact of Psychological Bulletin, 86(3), 493-522.
individual personality on turnover doi: 10.1037//0033-2909.86.3.493
intention, a study on faculty Mobley, W. H., Horner, S., &
members. Management and labour Hollingsworth, A. T. (1978). An
studies. 37(3), 253-265. doi: 10.1177/ evaluation of precusors of hospital
0258042X13484837 employee turnover, Journal of Applied
Kessler, L. L. (2014). The effect of job Psychology, 63(4), 408-414. doi: 10.
satisfaction on it employees turnover 1037/0021-9010.63.4.408
intention in Israel. International Riyono, B. (1991). Peran orientasi nilai
conference on marketing, marketing budaya dalam kepuasan kerja pada
from information to decision, 6th ed., karyawan PT. Stanvac Indonesia.
cluj-napoca, 08-09 nov, 102-113. Skripsi: tidak diterbitkan. Fakultas
Kim, S. (2012). The impact of human Psikologi Universitas Gadjah Mada.
resource management on state Riyono, B. (2012). Motivasi dengan perspektif
government it employee turnover psikologi islami. Yogyakarta: Quality
intentions. Public Personnel Publishing.
Management, 41(2), 257-279. doi: 10. Riyono, B., Himam, F., & Subandi. (2012).
11770/ 009102601204100204 In search for anchors the
Kurnia, R. (2010). Pengaruh kepuasan fundamental motivational force in
kerja terhadap intensi keluar, compensating for human
dengan komitmen organisasi sebagai vulnerability. Gadjah Mada
moderating variabel. Ultima International Journal of Business, 14(3),
Accounting, 2(1). 229-252.
Kurniati D. H., S., Rustam, A., & Partini. Shukla, S.,& Sinha, A. (2013). Employee
(2007). Hubungan antara persepsi turnover in banking sector:
terhadap kecenderungan Empirical evidence. IOSR Journal of
kepemimpinan otoriter dengan Humanities And Social Science (IOSR-
intensi turnover. Indigenous, Jurnal JHSS), 11(5), 57-61. doi: 10.9790/0837-
Ilmiah Berkala Psikologi, 9, 84–91. 1155761

E-JURNAL GAMA JOP 57


KETIDAKPUASAN KERJA, INTENSI TURNOVER, STABILITAS ANCHOR

Slavianska, V. (2012). Measuring the Wickramasinghe, D., & Wickramasinghe,


impact of human resource V. (2011). Effects of perceived
management practices on employee organizational support on
turnover. Problems of Management In participation in decision making,
The 21st Century, 4(64), Retrieved affective commitment and job
from satisfaction in lean production in Sri
http://web.a.ebscohost.com.ezproxy. Lanka. Journal of Manufacturing
ugm.ac.id/ehost/pdfviewer/pdfviewe Technology Management, 23(2), 157-
r?sid=cb9ce135-e5e7-4c2a-b2f7- 177. doi: 817-810.10.1108/1741
84a91fa06d31%40sessionmgr4007&vi 0381211202179
d=6&hid=4112 Zagladi, A. N., Hadiwidjojo, D., Mintarti,
Teck-Hong, Tan., Waheed, A. (2011). R,. & Noermijati. (2015). The role of
Herzberg's motivation-hygiene job satisfaction and power distance
theory and job satisfaction in the in determining the influence of
Malaysian retail sector: The organizational justice toward the
mediating effect of love of money. turnover intention. Procedia – Social
Asian Academy of Management Journal, & Behavioral Sciences, 211, 42-48. doi:
16(1), 73-94. 10.1016/j.sbspro.2015.11.007

58 E-JURNAL GAMA JOP

Anda mungkin juga menyukai