(Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover
ditandai dengan suatu kondisi yang disebut dengan turnover intention atau niat
pada perusahaan akan terlihat menarik diri dari perusahaan yang pada akhirnya
dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai potensi biaya bagi perusahaan.
Biaya yang paling umum dikeluarkan adalah terkait dengan biaya rekrutmen serta
seleksi, biaya kompensasi atau tunjangan, tingkat kinerja yang dikorbankan, serta
biaya rekrutmen secara langsung (Kumar et al., 2011). Menurut Kadiman (2012)
karena mengeluarkan biaya yang lebih besar pada program rekrutmen karyawan
1
umumnya didahului oleh niat karyawan yang dipicu antara lain oleh ketidakpuasan
Perpindahan itu dapat terjadi secara sukarela (voluntary turnover) maupun tidak
ini dan tersedia alternatif pekerjaan lain. Sedangkan involuntary turnover terjadi
karena terjadi pemecatan oleh atasan dan bersifat uncontrollable bagi karyawan
yang mengalami. Keinginan untuk pindah adalah mengacu pada hasil evaluasi
karyawan untuk keluar dari organisasinya. Ada pendapat lain dari Utami et al.
mencari alternatif pekerjaan lain yang belum diwujudkan dalam bentuk tindakan
2
nyata. Aziz et al. (2010) menyimpulkan bahwa turnover intention adalah keputusan
adalah suatu keinginan untuk berpindah tempat kerja atau pekerjaan dari seorang
karyawan yang didahului oleh ketidakpuasan terhadap pekerjaan atau tempat kerja
Moore (2002), Arnold et al. (2010) factor-faktor tersebut adalah kepuasan kerja,
komitmen organisasi dari karyawan, kepercayaan dari organisasi, job insecurity dan
job stress. Triaryati (2003) menyebutkan bahwa masalah keluarga secara langsung
mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan
kepuasan kerja sebagai Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang
kegiatan tersebut.
kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude) yang dimiliki
3
oleh pegawai. Sikap yang dimaksud disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kondisi kerja, pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak
merugikan, hubungan sosial dalam pekerjaan yang baik, penyelesaian yang cepat
pegawai.
Jurges (2003) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah hasil yang penting dalam
aktivitas pasar tenaga kerja. Upah hanya merupakan salah satu pilihan
dari pekerjaannya dan espektasi yang telah diberikan, perasaan senang atau emosi
positif yang diperoleh dari pengalaman kerja yang menyangkut individu bukan
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah suatu sikap umum karyawan baik
4
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Sedangkan
perasaan yang mendukung atau tidak mendukung diri pegawai yang yang
didapatkan pengertian dari kepuasan kerja adalah suatu sikap emosional yang
sehingga individu tersebut dapat bertahan atau keluar dari suatu pekerjaannya.
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik karena terbukti besar
Survey yang dilakukan Herzberg dalam Hartati (2011) disimpulkan bahwa faktor-
menimbulkan ketidakpuasan.
kerja adalah:
jawab.
5
2) Gaji, yaitu imbalan finansial yang diterima yang dianggap pantas oleh
lain.
kerja yaitu:
6
10) Menimbulkan kematangan psikologi.
memperbaiki kondisi.
akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan seperti perasaan tidak aman dalam
7
dalam penelitiannya menemukan beberapa dampak pada karyawan dan organisasi
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurutya, dalam jangka pendek
pemimpin dan bawahan dalam hal pendapat. Sedangkan dalam jangka panjang akan
berdampak terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, performa kerja, dan intensi
rasa binggung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi lingkungan yang
jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau pekerjaan kontrak. Makin banyaknya jenis
pekerjaan dengan durasi waktu yang sementara atau tidak permanen, menyebabkan
Adkins et al. (2001) menyatakan beberapa dimensi dari job insecurity yaitu:
8
pegawai karena penurunan produksi berarti penurunan jumlah beban kerja
karir mereka.
sangat mungkin terancam, gelisah, dan tidak aman karena adanya perubahan untuk
tingginya kepuasan kerja dipengaruhi oleh rendahnya job insecurity yang dirasakan
amanan kerja serta menunjukan dirinya sendiri sebagai ketidakpuasan kerja dan
depresi.
H1: Terdapat pengaruh negatif antara Job insecurity terhadap kepuasan kerja
9
terancam. Dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi, karyawan
sangat mungkin terancam, gelisah, dan tidak aman karena adanya perubahan untuk
pindah kerja karyawan, karena ketidakamanan kerja yang terjadi secara terus
menerus akan mempengaruhi kondisi psikologis karyawan. Jika masalah rasa tidak
aman dalam bekerja terus menerus dihadapi karyawan, maka akan menstimulasi
munculnya keinginan untuk berpindah kerja atau intensi turnover. Berdasar pada
pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan Jang et al. (2012), Lai et al. (2012) dan
Ucho et al. (2012) mendapatkan variabel kepuasan kerja berpengaruh negatif dan
10
dirasakan karyawan, semakin rendah keinginan untuk keluar dari organisasi begitu
tinggi keinginan karyawan untuk keluar dari organisasi (Azemm, 2010). Handaru
dan Nailul (2012) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja seorang karyawan
hipotesis.
Kepuasan
Kerja (Y1)
H1 H3
Job H2 Turnover
Insecurity Intention
(X) (Y2)
11
BAB II
(Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover
ditandai dengan suatu kondisi yang disebut dengan turnover intention atau niat
pada perusahaan akan terlihat menarik diri dari perusahaan yang pada akhirnya
dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai potensi biaya bagi perusahaan.
Biaya yang paling umum dikeluarkan adalah terkait dengan biaya rekrutmen serta
seleksi, biaya kompensasi atau tunjangan, tingkat kinerja yang dikorbankan, serta
biaya rekrutmen secara langsung (Kumar et al., 2011). Menurut Kadiman (2012)
karena mengeluarkan biaya yang lebih besar pada program rekrutmen karyawan
umumnya didahului oleh niat karyawan yang dipicu antara lain oleh ketidakpuasan
12
karyawan terhadap pekerjaan serta rendahnya komitmen karyawan untuk
Perpindahan itu dapat terjadi secara sukarela (voluntary turnover) maupun tidak
ini dan tersedia alternatif pekerjaan lain. Sedangkan involuntary turnover terjadi
karena terjadi pemecatan oleh atasan dan bersifat uncontrollable bagi karyawan
yang mengalami. Keinginan untuk pindah adalah mengacu pada hasil evaluasi
karyawan untuk keluar dari organisasinya. Ada pendapat lain dari Utami et al.
mencari alternatif pekerjaan lain yang belum diwujudkan dalam bentuk tindakan
nyata. Aziz et al. (2010) menyimpulkan bahwa turnover intention adalah keputusan
13
individu tentang keanggotaannya dalam suatu organisasi. Jadi turnover intention
adalah suatu keinginan untuk berpindah tempat kerja atau pekerjaan dari seorang
karyawan yang didahului oleh ketidakpuasan terhadap pekerjaan atau tempat kerja
Moore (2002), Arnold et al. (2010) factor-faktor tersebut adalah kepuasan kerja,
komitmen organisasi dari karyawan, kepercayaan dari organisasi, job insecurity dan
job stress. Triaryati (2003) menyebutkan bahwa masalah keluarga secara langsung
mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan
kepuasan kerja sebagai Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang
kegiatan tersebut.
kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude) yang dimiliki
oleh pegawai. Sikap yang dimaksud disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan
14
pekerjaan berserta factor-faktor yang spesifik seperti pengawasan/supervise, gaji
kondisi kerja, pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak
merugikan, hubungan sosial dalam pekerjaan yang baik, penyelesaian yang cepat
pegawai.
Jurges (2003) berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah hasil yang penting dalam
aktivitas pasar tenaga kerja. Upah hanya merupakan salah satu pilihan
dari pekerjaannya dan espektasi yang telah diberikan, perasaan senang atau emosi
positif yang diperoleh dari pengalaman kerja yang menyangkut individu bukan
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah suatu sikap umum karyawan baik
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Sedangkan
15
Mangkunegara (2005: 117) menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai suatu
perasaan yang mendukung atau tidak mendukung diri pegawai yang yang
didapatkan pengertian dari kepuasan kerja adalah suatu sikap emosional yang
sehingga individu tersebut dapat bertahan atau keluar dari suatu pekerjaannya.
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik karena terbukti besar
Survey yang dilakukan Herzberg dalam Hartati (2011) disimpulkan bahwa faktor-
menimbulkan ketidakpuasan.
kerja adalah:
jawab.
16
8) Gaji, yaitu imbalan finansial yang diterima yang dianggap pantas oleh
lain.
11) Kelompok kerja, yaitu interaksi dengan rekan kerja, atasan, bawahan
12) Kondisi kerja, yaitu keadaan lingkungan kerja karyawan yang dapat
kerja yaitu:
14) Pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku pegawai.
17
21) Menimbulkan kematangan psikologi.
memperbaiki kondisi.
akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan seperti perasaan tidak aman dalam
18
dalam penelitiannya menemukan beberapa dampak pada karyawan dan organisasi
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurutya, dalam jangka pendek
pemimpin dan bawahan dalam hal pendapat. Sedangkan dalam jangka panjang akan
berdampak terhadap kesehatan fisik, kesehatan mental, performa kerja, dan intensi
rasa binggung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi lingkungan yang
jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau pekerjaan kontrak. Makin banyaknya jenis
pekerjaan dengan durasi waktu yang sementara atau tidak permanen, menyebabkan
Adkins et al. (2001) menyatakan beberapa dimensi dari job insecurity yaitu:
19
pegawai karena penurunan produksi berarti penurunan jumlah beban kerja
karir mereka.
sangat mungkin terancam, gelisah, dan tidak aman karena adanya perubahan untuk
tingginya kepuasan kerja dipengaruhi oleh rendahnya job insecurity yang dirasakan
amanan kerja serta menunjukan dirinya sendiri sebagai ketidakpuasan kerja dan
depresi.
H1: Terdapat pengaruh negatif antara Job insecurity terhadap kepuasan kerja
20
terancam. Dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi, karyawan
sangat mungkin terancam, gelisah, dan tidak aman karena adanya perubahan untuk
pindah kerja karyawan, karena ketidakamanan kerja yang terjadi secara terus
menerus akan mempengaruhi kondisi psikologis karyawan. Jika masalah rasa tidak
aman dalam bekerja terus menerus dihadapi karyawan, maka akan menstimulasi
munculnya keinginan untuk berpindah kerja atau intensi turnover. Berdasar pada
pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan Jang et al. (2012), Lai et al. (2012) dan
Ucho et al. (2012) mendapatkan variabel kepuasan kerja berpengaruh negatif dan
21
dirasakan karyawan, semakin rendah keinginan untuk keluar dari organisasi begitu
tinggi keinginan karyawan untuk keluar dari organisasi (Azemm, 2010). Handaru
dan Nailul (2012) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja seorang karyawan
hipotesis.
Kepuasan
Kerja (Y1)
H1 H3
Job H2 Turnover
Insecurity Intention
(X) (Y2)
22