Anda di halaman 1dari 112

HSE PLAN

NAMA KONTRAKTOR
CONTRACTOR’S NAME PT. RAMAI JAYA ABADI

NAMA PEKERJAAN SESUAI KONTRAK PENGGANTIAN TANGKI PRODUKSI


TYPE OF SERVICE AS STIPULATED IN THE
CONTRACT PT PERTAMINA EP ASSET 1 SP V, VI, VII
LIRIK FIELD

NOMOR KOLEKTIF
COLLECTIVE NUMBER EPK1-S15LL0019B-P2D

DURASI KONTRAK
CONTRACT PERIOD 230 HARI

HSE Dept.

Date: 27 Januari 2016

Page I
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
DAFTAR ISI
TABLE OF CONTENT

1. INFORMASI UMUM
1.1 DISKRIPSI PROYEK

1.2 DEFINISI & ISTILAH

2. KOMITMEN MANAJEMEN
2.1 KEBIJAKAN SMK3L
2.2 KOMITMEN HSE
2.3 KEPEMIMPINAN DALAM ASPEK HSE
2.4 KUNJUNGAN DEWAN DIREKSI KE LAPANGAN
2.5 RAPAT HSE DI LAPANGAN
2.6 LAMPIRAN
3. HSE PERFORMANCE INDIKATOR
3.1 HSE STATISTIK
4. ORGANISASI HSE
4.1 STRUKTUR ORGANISASI HSE
4.2 TANGGUNG JAWAB
4.3 TENAGA PROFESI HSE
4.4 TRAINING / PELATIHAN
4.5 PROGRAM RAPAT HSE

5. RISK ASSESSMENT
5.1 PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD
5.2 LAMPIRAN
6. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO
6.1 HSE MANUAL
7. JOURNEY MANAGEMENT PLAN
7.1 RUTE PERJALANAN
8. EMERGENCY RESPONSE PLAN
8.1 EMERGENCY RESPONSE PROCEDURE

Page II
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
9. INVESTIGASI INSIDEN
10. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUBKONTRAKTOR

10.1 CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT PROGRAM

11. INSPEKSI & AUDIT HSE

11.1 INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU

Page III
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
INFORMASI UMUM

1.1 Deskripsi Proyek


Secara umum pekerjaan ini mencakup “PENGGANTIAN TANGKI PRODUKSI PT PERTAMINA EP ASSET
1 SP V, VI, VII LIRIK FIELD”

1.2 Definisi dan Istilah


PT Pertamina EP Pertamina EP, merupakan pemilik pekerjaan dan pemberi
perintah kerja
Kontraktor PT. RAMAI JAYA ABADI yang ditunjuk sebagai pelaksana
pekerjaan
Vendor/Sub Kontraktor Lembaga, perorangan atau pihak ketiga yang menyediakan
bahan, jasa, produk untuk diolah atau dijual kembali atau
dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan
Manufaktur Pihak atau suatu cabang industri yang mengaplikasikan
mesin, peralatan dan tenaga kerja untuk mengubah bahan
mentah menjadi barang jadi untuk dijual ke Pertamina,
dibawah pengawasan Kontraktor

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
1. KOMITMENT MANAJEMEN
1.1 Komitmen HSE
PT. RAMAI JAYA ABADI berkomitmen untuk memastikan tempat kerja dan lingkungan yang
aman serta bertanggung jawab dan selalu akan memenuhi kewajiban hukum dan bertujuan
untuk terus meningkatkan keselamatan, kesehatan kerja dan kinerja lingkungan.
Partisipasi aktif dan keterbukaan dari pihak manajemen dalam pelaksanaan dan pencapaian
program pencegahan kerugian menyeluruh, mencakup penetapan kebijakan, sasaran & tujuan
tugas dan tanggung jawab serta mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, memberikan
orientasi dan pelatihan program, pencegahan kerugian, mengawasi dan memastikan agar
program pemeriksaan berkala selalu dilaksanakan.

PT. RAMAI JAYA ABADI berusaha untuk :

 Menjaga keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercipta “ZERO ACCIDENT”


 Manajemen melakukan Audit dan memimpin Safety Meeting di lokasi pekerjaan
untuk memberikan pengarahan K3.
 Memastikan jasa dan produk pelanggan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
 Mencegah pencemaran lingkungan pada setiap aktivitas perusahaan.
 Menjaga kesehatan dan melarang personilnya menggunakan, menyimpan serta
memperdagangkan minuman keras dan obat-obatan terlarang baik ditempat kerja maupun
dirumah.
 Mengutamakan keselamatan kerja dalam semua kegiatan.
 Komitmen Direktur yang diimplementasikan dalam rencana kegiatan.
 Jajaran Manajemen Direktur ( Oktavia Cokrodiharjo ) / HSE Coordinator ( M. Ichyan
Sahroni
) Kontraktor memantau penerapan HSE melalui Management Walkthrough, minimal 3 (tiga)
bulan 1 (satu) kali.
 Pelaksanaan HSE Meeting yang diikuti oleh seluruh karyawan dan dipimpin oleh Direktur
/ Project Manager / HSE Coordinator Kontraktor minimal 1 (satu) bulan sekali.

1.2 Kepemimpinan Dalam Aspek HSE


Manajemen PT. Ramai Jaya Abadi memberikan tauladan kepemimpinan terhadap pemenuhan
aspek HSSE dan bertanggungjawab penuh terhadap SMK3L, meliputi :
 Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa sistem manajemen K3 telah berjalan
dengan baik dengan memberikan komitmen dan menetapkan kebijakan termasuk
memberikan sumber daya yang diperlukan.
 Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebijakan HSSE telah efektif, sasarannya
tercapai, pelaksanaannya terkontrol, mengevaluasi hasilnya dengan menugaskan General
manager untuk mengontrol divisi manager di bawahnya.
Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Melakukan tinjauan manajemen secara berkala untuk melihat kinerja pelaksanaan SMK3
serta memberikan arahan dan peningkatan yang diperlukan secara berkesinambungan
 Meninjau organisasi SMK3L pada jangka waktu terencana
 Memberikan penghargaan terhadap pekerja yang aktif menerapkan SMK3L dan memberikan
sanksi begi pekerja yang melakukan pelanggaran SMK3L (disesuaikan dengan waktu dan jenis
pelanggaran)

1.3 Kunjungan Dewan Direksi ke Lapangan


Pelaksanaan kunjungan dewan direksi ke lapangan dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan.

1.4 Rapat HSE di Lapangan


Pelaksanaan rapat HSE sebagai berikut :
 Monthly HSE Proyek : dihadiri oleh manajemen proyek
 Weekly HSE Meeting : dihadiri komite HSE proyek
 Safety Talk : dihadiri oleh seluruh pekerja proyek
 Toolbox HSE meeting : dihadiri oleh pekerja terkait dan safety man di masing-masing
proyek setiap pagi
Dokumen pendukung terkait dengan kegiatan rapat HSE dilapangan adalah
foto/dokumentasi, daftar hadir, dan notulen rapat.

Page 3
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
FORMAT LAPORAN MWT
DOKUMENTASI MANAJEMEN VISIT

Tanggal : ..............................
Lokasi Kunjungan : ..............................

Gambar 1. Gambar 2.

Gambar 3. Gambar 4.

Keterangan :
Gambar 1. :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
Gambar 2. :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Gambar 3. :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Gambar 4 :

...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Page 4
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
2. HSE PERFORMANCE INDICATOR
HSE STATISTIK
MAX
NO ITEM TARGET PIC ACTUAL INDICATOR
SCORE

Jumlah Pekerja 30 Spv.


1.
Jumlah Jam Kerja 55.200 jam Spv. & HSE
2.
HSE & Spv. &
Fatality 0
3. HSE Pertamina

NOA 0 -
4.
P3K 0 HSE
5.
Near Miss 0 HSE
6.
Restricted Work Day
0 -
7. Case (RWDC)

Medical Treatment Case


0 -
8. (MTC)

Firs Aid Case (FAC) 0 -


9.
Total Recordable
0 -
10. Incident Rate (TRIR)

Oil Spill 0 -
11.
Tool Box Meeting 230 HSE
12.
HSE Observasi 230 -
13.
HSE Meeting 8 HSE & Spv.
14.
Management Visit /
3 Direktur / PM
15. MWT

Inspeksi APD 8 HSE & Spv.


16.
Inspeksi HSE 8 HSE & Spv.
17.
CSMS 100 % HSE
18.
TARGET 100 %

Page 5
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
FORMAT LAPORAN KINERJA HSE ( Template )

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
3. ORGANISASI HSE

3.1 STRUKTUR ORGABISASI HSE

Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
3.2 TANGGUNG JAWAB

Tugas dan tanggung jawab Direktur

 Bertindak sebagai Ketua HSE Komite proyek


 Meninjau dan memperbaharui HSE Plan
 Membuat kebijakan, sasaran dan target HSE serta memonitor implementasinya
 Mengkoordinasi seluruh masalah HSE serta menyesuaikannya ke dalam keseluruhan HSE
sistem proyek
 Menjalin hubungan baik dengan calon pelanggan, pelanggan, dan instansi.
 Mengelola semua subkontraktor untuk memenuhi persyaratan training dalam proyek
 Menetapkan kebijakan dan sasaran mutu, lingkungan & K3.
 Memantau dan mencapai sasaran mutu, lingkungan & K3.
 Memahami dan melaksanakan prosedur kerja.
 Memastikan komunikasi dan pemahaman diantara karyawan mengenai sistem
manajemen mutu, lingkungan dan K3.
 Menyusun prosedur, instruksi kerja serta dokumen lain yang berhubungan dengan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
 Memastikan komunikasi dan pemahaman diantara karyawan mengenai sistem
manajemen mutu, lingkungan dan K3.

Tugas dan tanggung jawab HSE Koordinator

 HSE Representative bertanggung jawab langsung kepada Direktur Tahu dan mengerti
semua syarat- syarat keselamatan yang diperlukan dan yang dapat dipakai untuk
perusahaan.
 Bersama-sama dengan staff manajemen lainnya, HSE Koordinator akan selalu
menyimpan pedoman tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja yang
berlaku untuk diimplementasikan diseluruh daerah kerja.
 Menyusun laporan bulanan, triwulan dan tahunan mengenai HSE sebagai bahan
masukan bagi manajemen.
 Mengkoordinir HSE meeting bulanan dan safety meeting lainnya.
 Mengkoordinasi HSE Officer dan safety man dilapangan
 Bekerja sama dengan bagian Logistik / Purchasing dalam hal pengadaan alat untuk
keselamatan dan keamanan pekerjaan serta menanda tangani permintaan barang sesuai
dengan material requisition yang telah dibuat baik untuk kepentingan bagian HSE
maupun permintaan barang dari bagian lain yang berhubungan dengan masalah HSE.

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Memonitor semua kegiatan HSE terimplimentasi di lapangan serta melakukan penilaian
kinerja subkontraktor melalui internal audit
 Memberikan masukan kepada Project manager mengenai kondisi yang tidak aman atau
pelanggaran yang terjadi dilapangan dan mencatatnya.
 Menentukan kontrol yang sesuai untuk dampak lingkungan dan resiko K3 agar dampak
dan resiko K3 dapat dikurangi dan dicegah.
 Memberikan saran kepada bagian lain tentang hal- hal yang dianggap tidak aman (baik
tindakan maupun kondisi) serta melakukan monitoring untuk meyakinkan bahwa setiap
karyawan mematuhi dan menggunakan alat keselamatan kerja dalam usaha
perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan untuk mencapai
“zero lost time accident dan zero property loss”.
 Menghadiri pertemuan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga, Management Coordination
Meeting dan Safety Committee.
 Melakukan investigasi terhadap kecelakaan, membahas serta mengambil langkah –
langkah yang perlu untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa yang serupa dan
memonitor tindak lanjutnya ( follow up ) terhadap rekomendasi yang dikeluarkan.
 Bersama- sama dengan team manajemen lainnya melakukan internal Audit masalah
HSE.
 Merencanakan program rapat - rapat keselamatan kerja, induksi keselamatan kepada
karyawan, tamu - tamu perusahaan bersama- sama dengan bagian terkait lainnya
tentang penggunaan alat keselamatan dan masalah keselamatan kerja umumnya.

Tugas dan tanggung jawab HSE Officer


 Mengidentifikasi aspek dan dampak lingkungan untuk tiap aktivitas, alat dan proses di
perusahaan.
 Mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko K3 untuk tiap aktivitas, alat dan proses di
perusahaan.
 Mengidentifikasi dan memastikan up date perundangan dan peraturan lainnya terkait
aspek lingkungan dan potensi bahaya K3 di perusahaan.
 Mengakses dan mengarsip perundangan perundangan dan peraturan lainnya terkait
aspek lingkungan dan potensi bahaya K3 di perusahaan.
 Merencanakan program lingkungan dan K3 untuk mencapai sasaran lingkungan dan K3.
 Melakukan sosialisasi ke seluruh karyawan tentang pentingnya pengendalian lingkungan
dan K3.
 Melakukan induksi pada karyawan baru, pengunjung dan subkontraktor.
 Membuat rencana lingkungan dan K3 untuk proyek yang berjalan.
 Memastikan ketersediaan rambu dan APD yang sesuai di area kantor maupun proyek.

Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Memimpin rapat mingguan untuk membahas pelaksanaan program lingkungan dan K3.
 Melakukan sosialisasi untuk mencegah pencemaran lingkungan dan mencegah
kecelakaan kerja.
 Melakukan inspeksi harian, mingguan dan bulanan sesuai ketentuan.
 Membuat dan melaksanakan rencana latihan tanggap darurat.
 Menyiapkan peralatan tanggap darurat.
 Menyiapkan draft laporan HSE, Mematuhi semua kebijakan K3, prosedur dan instruksi
kerja yang aman dalam melakukan kegiatan
 Memahami dan mentaati semua peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
serta aturan-aturan kerja lainnya yang ada
 Memberikan saran kepada bagian lain tentang hal- hal yang dianggap tidak aman (baik
tindakan maupun kondisi) serta melakukan monitoring untuk meyakinkan bahwa setiap
karyawan mematuhi dan menggunakan alat keselamatan kerja dalam usaha
perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan untuk mencapai
“zero lost time accident dan zero property loss”.
3.3 TENAGA PROFESI HSE

Semua calon karyawan PT. PT. RAMAI JAYA ABADI harus menjalani verifikasi untuk
menentukan kemampuan dan kompetensinya serta telah melakukan test kesehatan dan
mendapat rekomendasi sehat dari dokter untuk bertugas dilapangan. Personil yang mengisi
Department HSE diharuskan minimal mempunyai dasar pengetahuan dan telah mengerti
peraturan-peraturan HSE.

3.4 TRAINING / PELATIHAN

Manajemen PT. RAMAI JAYA ABADI juga menetapkan program dan pelatihan bagi seluruh
pekerja yang dirumuskan sesuai tuntutan pekerjaan sekarang dan yang akan datang serta
potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya. Pengelolaan pelatihan tersebut diatur dalam
prosedur pelatihan. Yang juga ditujukan untuk memastikan bahwa setiap karyawan pada setiap
level/fungsi sudah memahami tentang :
a. Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan K3 dan prosedur serta persyaratan-persyaratan
Manajemen K3;
b. Konsekuensi K3 yang aktual/ potensial dari kegiatannya dan manfaat peningkatan
kinerja perorangan terhadap Manajemen K3
c. Akibat yang mungkin terjadi bila prosedur tidak dilaksanakan.

Page 3
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Pelatihan Pengenalan HSSE

Seluruh karyawan PT. RAMAI JAYA ABADI , subkontraktor, tamu maupun vendor wajib
mengikuti pelatihan Pengenalan HSSE sebelum mereka ditempatkan untuk bekerja
dilapangan.
Isi pelatihan pengenalan :
 Orientasi umum
 Kebijakan dan target HSE PT. RAMAI JAYA ABADI
 Pengenalan kondisi lapangan dan tempat kerja
 Pengenalan lingkup kerja dan prosedur kerja
 Peraturan di area kerja
 Kewajiban mengikuti toolbox meeting
 Peraturan lalu lintas
 Tindakan dalam keadaan darurat
 Surat Ijin Kerja Aman
 Kewajiban memakai Alat Pelindung Diri
 Antisipasi masalah pencemaran lingkungan
 Fasilitas Pertolongan Pertama

3.5 PROGRAM RAPAT HSE

Rapat koordinasi HSE PT. RAMAI JAYA ABADI sebagai berikut :

Monthly HSSE Proyek ManajemenMeeting


Pertemuan HSE proyek manajemen meeting ini akan dilaksanakan setiap bulan yang dihadiri
oleh manajemen proyek. Hal-hal yang dibahas dalam rapat ini adalah HSSE performance,
permasalahan HSE dilapangan, kejadian-kejadian kecelakaan, pencemaran lingkungan, status
tindak lanjut permasalahan, pelatihan HSE dan tindak lanjut.
Weekly Meeting
Pertemuan ini akan dipimpin oleh Construction manager dan ajan diadakan seminggu sekali.
Hal-hal yang dibahas antara lain :
a. Sosialisasi tentang kondisi dan perilaku tidak aman
b. Sosialisasi mengenai insiden atau kecelakaan yang telah terjadi untuk proses koreksi dan
pencegahan serta pembelajaran;

Page 4
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
c. Diskusi untuk mendapat saran atau masukkan yang positif untuk pengembangan HSE
agar semakin baik
d. Kegiatan-kegiatan promosi HSE, prosedur kerja terkait, JSA dan SIKA
Internal HSSE Koordinasi Meeting
Pertemuan internal HSE akan langsung dipimpin oleh HSSE Koordinator PT. RAMAI JAYA
ABADI yang beranggotakan HSE officer, Security dan safety man subkontraktor.
Pertemuan ini bertujuan untuk :
 Melakukan inspeksi lapangan bersama sebelum melakukan pertemuan, dan
menyamankan persepsi tentang masalah HSE yang ditemukan dan langkah antisipasi
 Membahas temuan-temuan atau permasalahan dan langkah perbaikannya
 Laporan status dan pelaksanaan aktivitas HSE dari masing-masing subkontraktor
 Laporan dari status pelatihan HSE

Toolbox HSSE Meeting (setiap hari)


Toolbox meeting akan dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. Pertemuan dipimpin oleh
Supervisor, HSE officer dan dihadiri oleh semua orang yang terlibat dalam pekerjaan
termasuk perwakilan dari klien, terutama untuk zona berbahaya.Pembahasan mengenai
prosedur kerja, kemajuan proyek dari pekerjaan sebelumnya dan masalah muncul selama
pekerjaan jika ada, identifikasi bahaya dan penilaian risiko, peran dan tanggung jawab.
Laporan toolbox meeting dan daftar hadir dicatat dan disimpan oleh Supervisor HSE dan
diserahkan kepada HSE Koordinator
Rapat HSSE Committee
Rapat Komite HSSE dilakukan sebanyak 1 kali dalam 3 bulan atau pada saat mendadak jika
diperlukan, dan dipimpin oleh ketua Komite HSE. Dihadiri oleh seluruh anggota HSE.
Manajemen HSSE Subkontraktor
Secara umum, calon subkontraktor sebelum mengajukan penawaran atau dalam tahap
aanwijzing sudah di jelaskan tentang persyaratan/ketentuan Sistem K3LH jika nantinya
terpilih sebagai sub-kontraktor.

Secara khusus, sub-kontraktor terpilih wajib meminta persetujuan dari team PT. RAMAI JAYA
ABADI terhadap Rencana Pelaksanaan Sub-kontraktor dan dalam melaksanakan pekerjaan di
proyek wajib mengikuti peraturan yang ditentukan di PT. RAMAI JAYA ABADI .

Page 5
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
4. RISK ASSESSMENT
4.1 PROSEDUR HAZARD IDENTIFICATION WITH RISK ASSESSMENT & JSA METHOD

I. PENDAHULUAN

Untuk memperoleh kepastian akan keselamatan atas diri kita dan orang- orang yang berada disekitar
kita saat melakukan suatu pekerjaan, maka kita perlu untuk melakukan suatu identifikasi bahaya
(hazard identification), dimana bahaya- bahaya yang berada didalam atau disekitar kita harus benar-
benar kita kenali (identifikasi) untuk mengambil langkah yang tepat guna mencegah atau
menghindari terjadinya suatu kecelakaan.

Dalam hal kita akan melaksanakan tugas- tugas berbahaya disuatu tempat kerja, maka yang perlu
kita lakukan terlebih dahulu adalah melakukan penilaian resiko terhadap tugas- tugas berbahaya
tersebut. Hal ini perlu kita lakukan untuk menilai seberapa besar tingkat resiko (risk level) dari setiap
urutan langkah tugas berbahaya tersebut guna menentukan cara pengendalian atau kegiatan yang
diperlukan untuk mengatasi resiko- resiko yang ada pada pekerjaan tersebut.

II. BATASAN

Bahaya (hazard) adalah sifat-sifat yang ada dan melekat pada suatu bahan (material)/ kondisi atau
proses yang dapat mengakibatkan cidera atau kerusakan terhadap manusia, peralatan dan
lingkungan.

Suatu bahaya tidak berasal dari kegagalan benda itu sendiri. Bahaya dapat muncul dari beberapa
benda yang saling mempengaruhi satu sama lain (misalnya reaksi kimia)

Beberapa contoh bahaya dapat terlihat pada :

* Manusia - Sifat ceroboh seorang karyawan

* Bahan - Mudah terbakarnya suatu jenis bahan bakar minyak tertentu

* Lingkungan - Kondisi tempat kerja yang licin.

Resiko (risk) adalah besarnya kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan terhadap manusia,
peralatan atau lingkungan sebagai akibat dari adanya bahaya dan besarnya akibat yang dapat
ditimbulkannya (Consequences).

Consequences : Tingkat keparahan dari suatu kecelakaan yang mungkin terjadi.

II.1. Jenis dan contoh Bahaya (Type and example of hazard)

Untuk memudahkan kita dalam mengklasifikasikan macam bahaya yang ada ditempat kerja,
bahaya dapat dikelompokan dalam beberapa jenis.

Page 6
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
a. Bahaya dari tindakan tidak aman (unsafe act hazard) yaitu bahaya- bahaya yang timbul
sebagai akibat dilakukannya suatu tindakan tidak aman oleh seseorang atau karyawan
disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Pengemudi yang selalu menjalankan kendaraan melewati batas yang telah
ditentukan baik oleh aturan perusahaan maupun pemerintah setempat

b. Bahaya dari kondisi tidak aman (unsafe condition hazard) adalah bahaya- bahaya yang timbul
sebagai akibat adanya suatu kondisi yang tidak aman ditempat kerja.
Misalnya : Lantai yang licin.

c. Bahaya dari faktor pribadi manusia (personal factor hazard) yaitu bahaya yang timbul sebagai
akibat adanya faktor pribadi seorang manusia/ karyawan yang tidak seharusnya disuatu
tempat kerja.
Misalnya : Sikap seorang yang pemarah atau faktor pelalaiannya.

d. Bahaya dari faktor pekerjaan (job factor hazard) adalah bahaya yang timbul akibat adanya
suatu tugas atau pekerjaan yang tidak aman untuk dilaksanakan oleh seorang karyawan
disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Sulitnya suatu tugas untuk dilaksanakan atau karena tugas / pekerjaan
tersebut jarang dilakukan.

e. Bahaya dari Manajerial (Managerial Hazard) adalah bahaya yang timbul sebagai akibat
adanya kelemahan Sistim manajemen disuatu lingkungan kerja.
Misalnya : Tidak adanya system kontrol atau rencana kerja yang tidak layak.

II.2. Mengenali Bahaya (Hazard Identification)

Apakah identifikasi bahaya ?

Yang dimaksud dengan identifikasi bahaya adalah usaha- usaha untuk mengetahui, mengenal dan
memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistim (peralatan, unit kerja, prosedur dan
sebagainya). Pekerjaan itu meliputi kegiatan menganalisa dan menemukan bahaya pada bagian -
bagian dari sistim (sub-sistim), waktu, urutan aktifitas dan juga menghitung kemungkinan-
kemungkinan yang timbul dan akibat yang akan dihasilkan oleh bahaya tersebut.

Kegunaan identifikasi bahaya.


Identifikasi bahaya mempunyai kegunaan untuk :

a. Mengetahui bahaya- bahaya yang ada


b. Mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun kekerapan terjadinya
c. Mengetahui lokasi bahaya
d. Menunjukkan bahwa bahaya- bahaya tertentu telah dapat diberikan
perlindungan

Page 7
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
e. Menunjukkan bahwa bahaya- bahaya tertentu tidak akan menimbulkan akibat kecelakaan
sehingga tidak perlu diberikan perlindungan

II.3. Metode- Metode Mengidentifikasi Bahaya

Mengidentifikasi bahaya dilingkungan kerja merupakan suatu cara untuk melakukan salah satu
fungsi kontrol manajemen dengan tujuan untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi
resiko atau potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan yang berakibat cidera / kerusakan, baik
terhadap karyawan maupun asset perusahaan lainnya.

Berikut adalah beberapa kegiatan yang digunakan dalam mengidentifikasi bahaya didalam atau
disekitar lingkungan kerja :
a. Observasi (Observation) yaitu suatu kegiatan peninjauan umum dan tidak mendalam atas
suatu daerah atau proses kerja. Pada saat dilakukan observasi di suatu daerah atau proses
kerja, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi bahaya- bahaya yang
ada didaerah kerja tersebut.
Misalnya : Melaksanakan observasi sewaktu- waktu (unschedule observation) yang dilakukan
oleh seorang manajer atau pengawas terhadap situasi atau kondisi yang menjadi tanggung
jawabnya.
b. Inspeksi (Inspection) adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan secara umum,
secara berkala dan mendalam atas suatu objek atau daerah. Ketika dilakukan inspeksi atas
suatu daerah, secara langsung kita dapat memperhatikan atau mengidentifikasi bahaya-
bahaya yang terdapat pada objek atau daerah kerja tersebut.
Misalnya : Inspeksi bulanan dalam bentuk Joint Inspection Team yang dilaksanakan oleh
suatu team yang terdiri dari beberapa macam bagian.
c. Pengauditan (Auditing) adalah suatu kegiatan pengamatan secara komprehensif (umum,
menyeluruh, mendalam, berkala) yang merupakan suatu alat untuk mengukur kinerja K3
pada sistim operasi suatu perusahaan termasuk sistim administrasi yang mencakup PEME
disetiap elemen kegiatan perusahaan dengan menggunakan standar tertentu guna dapat
menilai dan memberikan rekomendasi- rekomendasi perbaikan.
Misalnya : Audit sistim pada suatu perusahaan dengan jangka waktu tertentu (1 tahun).

II.4. Metode Penetapan Tingkat Resiko

Setelah suatu bahaya teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisa
terhadap bahaya- bahaya yang telah teridentifikasi tersebut sehingga dapat diketahui “ tingkat
resiko “ (risk level) nya. Bilamana tingkat resiko tersebut sudah diketahui, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan evaluasi bahaya / resiko yang telah ada untuk menetapkan
metode pengendalian yang akan digunakan beserta skala prioritasnya. Kedua langkah tersebut
(Analisa Bahaya dan Evaluasi Resiko) disebut sebagai “ Penilaian Resiko “ (Risk Assessment).

Page 8
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
II.5. Analisa Resiko (risk analysis)

Analisa resiko adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko serta mengidentifikasi tindakan-
tindakan yang diperlukan guna menghilangkan atau mengurangi resiko sehinggga kondisi diatas
dapat dikategorikan sebagai “ Acceptable Risk ”.

Analisa resiko merupakan suatu alat (tool) yang sangat berguna sekali untuk melakukan
perbaikan- perbaikan dalam usaha keselamatan. Analisa resiko sangat tepat sekali apabila
digunakan sebelum melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya baru, misalnya dalam rangka
pengenalan untuk suatu mesin yang baru.

Analisa resiko dapat dilakukan melalui perorangan, namun akan lebih berhasil bila dilakukan oleh
suatu team (kelompok), dimana semua yang terlibat akan menyumbangkan pikiran dan
pengalamannya.

Pengontrolan bahaya tidak hanya dilakukan sebagai suatu reaksi terhadap suatu kecelakaan yang
terjadi atau akibat dari suatu inspeksi- inspeksi yang telah dilakukan ditempat kerja. Manajemen
dan para pekerja dapat lebih pro-aktif. Hal ini perlu untuk meyakinkan bahwa suatu hal yang
sangat penting harus dilakukan terlebih dahulu.

III. PENILAIAN RESIKO (RISK ASSESSMENT)

Risk Assessment adalah suatu proses analisa untuk menilai resiko, serta mengidentifikasi tindakan-
tindakan kontrol yang diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang ada sehinggga
kondisi diatas dapat dikategorikan sebagai “ acceptable risk ” (resiko yang masih dapat diterima
dalam batas-batas toleransi).

Didalam suatu aktifitas yang bersifat umum dimana mencakup beraneka ragam kegiatan, biasanya
ditemukan kesulitan-kesulitan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya (hazards) dan resiko (risk) yang
mungkin timbul, sehinggga pada akhirnya kita juga mendapat kesulitan untuk melakukan atau
memprioritaskan tindakan-tindakan pencegahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan.

Penilayan resiko harus dilakukan oleh personil kunci bagian operasional di semua tempat kerja
sebelum dimulainya pekerjaan. Penilaian resiko merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu
tim untuk menilai potensi bahaya dan dinyatakan melalui Tingkat Resiko (Risk Level) dari setiap
langkah- langkah tugas yang ada pada suatu jenis pekerjaan serta dilengkapi dengan suatu
rekomendasi teknik pengendalian atau kegiatan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu
kecelakaan yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau tugas- tugas berbahaya tersebut.

Page 9
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Pada bagian awal dari modul pelatihan ini kita telah membicarakan tentang bahaya ditempat kerja
dan setelah bahaya- bahaya tersebut teridentifikasi ditempat kerja, langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian resiko (risk assessment / RA). Kegiatan ini perlu dilakukan untuk menilai
seberapa besar “ tingkat resiko “ (risk level) yang ada dari setiap urutan langkah kerja serta untuk
menentukan cara pengendalian yang diperlukan guna mengatasi bahaya- bahaya yang terdapat pada
pekerjaan tersebut. Hal ini sangat berkaitan dengan kegiatan pengidentifikasian bahaya dan
penilaian resiko.

Tujuan dari Teknik Penilaian Resiko adalah memberikan tanggung jawab jajaran pengawas untuk
menerapkan teknik yang sesuai yang dapat diterima untuk Pengelolaan Resiko.
Mengorganisir Team Penilaian Resiko

Team penilaian resiko harus terdiri dari karyawan yang sesuai dengan pengalamannya. Ketua team
harus memiliki pengalaman dan pelatihan yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian Resiko.

Mereka yang bergabung dalam team tersebut adalah Manager, Supervisor yang memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakannya. Mereka bertanggung jawab terhadap tugas yang terkait dengan
produksi, kualitas, biaya, keselamatan kerja dan faktor- faktor lainnya, dan mereka yang lebih tahu
dibanding dengan karyawan luar tentang cara melaksanakan tugas tersebut.

Setiap anggota team harus diberi kesempatan menyiapkan diri lebih awal, dan selanjutnya akan
dilengkapi dengan prosedur, gambar- gambar, desain dan tata letak yang sesuai. Sebelum
melakukan penilaian resiko, bagian keselamatan supaya diberitahu dan dijelaskan mengenai ruang
lingkup penilaian resiko tersebut. Jika dianggap perlu, bagian keselamatan dapat mengikuti penilaian
resiko tersebut.

III.1. Langkah- Langkah Risk Assessment

Langkah pertama dalam risk assessment melibatkan identifikasi yang sistimatik dari berbagai
fungsi/ disiplin kerja yang ada di perusahaan. Secara tipikal akan melibatkan pengidentifikasian
jabatan dari masing-masing nama jabatan.

Langkah selanjutnya membutuhkan disiplin normal yang berkaitan dengan aktivitas kerja
teridentifikasi jelas dan dicatat dalam nama jabatan. Identifikasi aktivitasi kerja dan
penilaian resiko harus dilakukan sebagai praktek-prakek kerja bersama antara Supervisor dari
disiplin kerja yang ada dengan satu atau lebih banyak karyawan yang dipekerjakan oleh
perusahaan dibawah fungsi / disiplin yang selalu di evaluasi
Seluruh fungsi kerja yang relevan pada perusahaan dievaluasi dengan menggunakan Sistim
penilaian resiko (risk assessment), formulir-formulir yang sudah dilengkapi sesuai dengan disiplin

Page 10
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
kerja agar disediakan di tempat kerja dengan tembusan diberikan kepada bagian keselamatan
sebagai catatan.
Merupakan tanggung jawab jajaran Manager, Supervisor untuk memastikan bahwa keberadaan
penilaian resiko (risk assessment) untuk semua fungsi kerja secara langsung berada di bawah
pengaruhnya. Dalam hal ini mereka akan membantu bila diperlukan oleh Supervisor dan bagian
keselamatan
Pelaksanaan risk assessment selalu diawali dengan mengidentifikasi semua bahaya-bahaya
(hazards) yang ada ditempat yang akan dianalisa. Identifikasi bahaya merupakan hal yang sangat
penting didalam penilaian resiko (risk assessment) karena semua analisa akan berawal dari sini.

III.2. Penentuan Resiko

Setelah mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada, selanjutnya ditentukan besarnya kemungkinan


timbulnya suatu kecelakaan yang diakibatkan oleh suatu bahaya (Likelihood / Probability) dan
besarnya tingkat keparahan (Consequences) yang dapat diakibatkan oleh bahaya diatas.

Probability dalam pengertian penaksiran resiko (Risk Assessment) adalah keseringan munculnya
situasi tidak aman, yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi. Penentuan ‘Probability’
dan ‘Consequences’ dibagi atas tiga (3) tingkatan :

HIGH = Tinggi (H) , MEDIUM = Sedang (M) LOW = Rendah (L),


dimana masing- masing tingkatan tersebut memiliki nilai :
HIGH = 3, MEDIUM = 2, LOW =1

Untuk menentukan bagaimana memberikan nilai pada setiap bahaya, dapat dilihat pada table #.1.
dan table #.2. dibawah ini.
LIKELIHOOD / PROBABILITY = KEMUNGKINAN
Suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang (sering) atau terjadi sekali atau
3 HIGH lebih dalam setahun dan diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat
menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sering terjadi tetapi dengan kekerapan yang lebih jarang
2 MEDIUM (Kadang- kadang) atau terjadi sekali atau lebih dalam lima tahun dan
diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan masalah.
Suatu kejadian yang sulit/ sangat jarang terjadi (mungkin terjadi dalam
1 LOW kehidupan fasilitas tersebut) tetapi tetap diidentifikasikan sebagai sesuatu
yang dapat menimbulkan masalah.
Tabel #.1.

Page 11
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
KLASIFIKASI BAHAYA – BERDASARKAN KONSEKUENSI
(CONSEQUENCES = HAZARD EFFECT (TINGKAT KEPARAHAN)
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cacat tetap, kematian, kerusakan parah pada struktur bangunan
/ instalasi, bahan atau peralatan, dan kerusakan lingkungan yang
berkepanjangan. Misalnya :
Tidak adanya pelindung pada mesin berputar.
HIGH Pekerja pemeliharaan ditemukan masuk kedalam ruang terbatas tanpa
3
( KLAS A ) menggunakan ijin kerja
Terjadinya kebocoran minyak yang cukup berarti dan terserap ke
permukaan tanah atau terbawa air hujan.
Personnel - kecelakaan lost time (> 21 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan > US.$ 5.000
Production - Kehilangan produsi > US.$ 5.000
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat cidera serius atau sakit, (mengakibatkan tidak mampu
sementara), kerusakan lingkungan yang serius (dalam waktu singkat) atau
tidak mengikuti peraturan atau asset perusahaan terganggu, tetapi tidak
separah Klas A. Misalnya :
MEDIUM
2 Kondisi jalan yang licin ditemukan didaerah koridor kantor.
( KLAS B )
Anak tangga bagian bawah untuk masuk kekantor rusak.
Sisa bahan berbahaya ditemukan ditempat pembuangan sampah umum.
Personnel - kecelakaan lost time (antara 1 – 21 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan > US$ 500 – US $ 4,999.
Production - Kehilangan produsi > US$ 500 – US $ 4,999.
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan
berakibat ringan (tidak cidera) atau sakit. Tidak mengganggu asset
perusahaan, atau kerusakan lingkungannya kecil. Misalnya :
Tukang kayu ditemukan ketika menangani kayu tidak menggunakan sarung
LOW tangan.
1
( KLAS C ) Lapisan- lapisan berminyak ditemukan dipermukaan air yang tergenang,
menunjukkan terjadinya tumpahan minyak yang kecil.
Personnel - kecelakaan lost time (0 hari)
Equipment - Kerusakan peralatan < US.$ 500.
Production - Kehilangan produsi < US.$ 500.
Tabel #.2.
III.3. Tingkat resiko (Risk Level)
Adalah tingkatan resiko yang diakibatkan oleh adanya suatu hazard (bahaya). Setelah
menentukan besarnya ” Probability dan Consequences “ langkah selanjutnya adalah
mengalikan nilai-nilai dari “ Probability ” dengan “ Consequences ” sehinggga didapat suatu
nilai. Nilai inilah yang akan menentukan tingkatan dari suatu ‘ Risk ’ ( Resiko ) dengan
menggunakan alat bantu matrik.
Untuk lebih jelasnya perhatikan table #.3. berikut.

Page 12
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
TINGKAT RESIKO (RISK LEVEL)

H H H H
KEMUNGKINAN

M M H H
PROBABILITY

L L M H

L M H

AKIBAT BAHAYA = CONSEQUENCES / HAZARD EFFECT


Tabel #.3

Apabila hasil perkalian dari “Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 1 (satu), maka
tingkatan ini dikategorikan sebagai LOW. Selanjutnya apabila hasil perkalian dari “Probability”
dengan “Consequences” menghasilkan nilai 2 (dua), maka tingkatan ini dikategorikan sebagai
MEDIUM. Dan apabila hasil dari “Probability” dengan “Consequences” menghasilkan nilai 3
(tiga) atau lebih, resiko tersebut dikategorikan HIGH.

IV. MELAKUKAN PENAKSIRAN

Untuk menaksir (assesses), apakah suatu aktivitas aman untuk dikerjakan, kita perlu untuk
mengidentifikasi bahaya yang ada, akibat bahaya dan probability (kemungkinan tingkat terjadinya).
Untuk melakukan penaksiran, maka pertanyaan berikut ini harus dijawab :
* Apa yang salah ?
* Apa yang bisa terjadi ?
* Seberapa parah akibat yang ditimbulkan ?
* Bagaimana tingkat kemungkinan terjadinya ?

Dari jawaban pertanyaan tersebut di atas anda bisa mendapatkan :

* Resiko apa yang terkandung di dalam aktivitas tersebut


* Apakah pekerjaan tersebut aman untuk dikerjakan
* Apakah resiko yang ada bisa diterima

Tidak ada definisi yang pasti tentang resiko yang bisa diterima. Pada dasarnya resiko yang bisa
diterima adalah suatu kondisi yg telah diukur keberadaannya, akibatnya, keparahannya,
kemungkinan terjadinya, pengendaliaannya dan mampu menanggulangi atau mengatasinya.

Page 13
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
IV.1. Petunjuk Mengidentifikasi Bahaya

Pada saat melakukan pengujian aktivitas untuk mengidentifikasi bahaya, tanyakan pada diri
anda pertanyaan berikut :

¢ Apakah anda telah tahu pasti tentang apa yang akan dikerjakan ?
¢ Material apa yang terlibat ?
¢ Peralatan atau perkakas apa yang digunakan ?
¢ Kapan aktivitas ini dilakukan ? (siang, malam, hari libur dll)
¢ Dimana aktivitas ini dilakukan (diketinggian, ruang terbatas, dll)
¢ Apakah aktivitas ini membahayakan orang, peralatan atau aktivitas lain.
¢ Apakah aktivitas ini dipengaruhi / diakibatkan oleh orang, peralatan atau aktivitas lain.

Pelajari pengalaman kecelakaan yang pernah terjadi. berdasarkan analisa kecelakaan. Berikut adalah
jenis kejadian kontak yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan :

1. Menabrak (membentur) benda diam / bergerak


2. Ditabrak (terpukul/ tertubruk oleh benda diam atau bergerak
3. Jatuh ke level yang lebih rendah
4. Jatuh pada elevasi yang sama/ datar
5. Tertusuk (terkena benda runcing)
6. Tertangkap, terjerat atau terjebak pada (benda bergerak)
7. Terjebak diantara, didalam atau dibawah reruntuhan,
8. Kontak dengan (listrik, panas, kebisingan)
9. Terlalu tegang (over stress)
10. Kegagalan mesin / peralatan
11. Masalah pencemaran

Contoh penerapan mengukur efek bahaya pada :

“ Pengoperasian mesin pemotong rumput “


BAHAYA AKIBAT BAHAYA EFEK
Kaki terkena putaran pisau Jari kaki, tumit tersayat L
Jari, tumit terpotong M
Hubungan singkat Tersengat listrik H
Batu dan ranting terbang Tertusuk, tersayat L
Mata tertusuk H
Kabel power terputus Tersengat listrik H

Satu bahaya bisa menimbulkan beberapa efek bahaya yang tingkat Keparahanya berbeda-beda.
Logika penilaiannya adalah sebagai berikut :

Page 14
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
• Efek paling serius adalah tersengat listrik, yaitu bisa mengakibatkan kematian
• Efek serius berikutnya adalah kehilangan penglihatan akibat tertusuk lontaran batu atau
potongn ranting
• Efek serius berikutnya lagi adalah kaki terpotong oleh pisau putar
• Efek paling ringan adalah bagian tubuh terluka oleh lontaran batu atau potongan ranting

Kemudian, apa yang dimaksud dengan probability ?

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa probability adalah keseringan munculnya
situasi tidak aman, yang mengakibatkan efek yang telah teridentifikasi, maka kunci untuk
menilai probability adalah dengan menjawab pertanyaan berikut :

• Mungkinkah bahaya akan muncul setiap pekerjaan dilakukan, atau sekali dalam 5 atau 50
pekerjaan, atau sekali seumur hidup ?

• Jika situasi tidak aman muncul, apakah selalu menimbulkan akibat ?


• Pada saat mengerjakan suatu jenis pekerjaan, orang yang mengerjakan atau peralatan yang
digunakan yang memiliki efek pada probability ?

APAKAH RESIKO ITU ?


RESIKO DIDEFINISIKAN SEBAGAI : EFEK BAHAYA X PROBABILITY
Contoh penerapan mengukur Efek, Probability (P) dan Resiko (R) pada :

“ Pengoperasian mesin pemotong rumput “

BAHAYA AKIBAT BAHAYA E P R


Kaki terkena putaran pisau Jari kaki, tumit tersayat L L L
Jari, tumit terpotong M L M
Hubungan singkat Tersengat listrik H L H
Batu dan ranting terbang Tertusuk, tersayat L H H
Mata tertusuk H M H
Kabel power terputus Tersengat listrik H H H

Minimalkan Resiko Sisa Resiko


* Memakai safety shoes NIL
* Jangan bekerja pada kondisi hujan atau basah NIL
* Bersihkan batu dan ranting sebelum bekerja;
Jauhkan dari anak2 bermain; Pakai goggles. L

Page 15
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
* Jauhkan kabel dari mesin potong;
* Pasang grounding (Earth Leakage Circuit Breaker) NIL
Penaksiran Akhir :

Aktivitas penggunaan mesin pemotong rumput bisa terus dilaksanakan dengan menerapkan
pencegahan tsb di atas : L

V. URUTAN PENGENDALIAN RESIKO (RISK CONTROL)

Pengendalian resiko (risk control) harus dilakukan secara berurutan atau berdasarkan sesuai dengan
yang telah direkomendasikan. Pengendalian resiko tersebut harus dicoba dengan menggunakan
teknik pengendalian urutan pertama. Bila teknik pertama tersebut tidak memungkinkan dilakukan
maka harus dicoba dengan menggunakan teknik berikutnya sesuai dengan urutan- uratan yang
direkomendasikan. Demikian seterusnya sampai pada urutan terakhir.

Berikut adalah urutan- urutan cara pengendalian resiko yang telah direkomendasikan sesuai dengan
ketentuan dimana susunannya tidak boleh ditukar- tukar :

1. Identifikasi
2. Evaluasi
3. Pengendalian :

a. Teknik Eliminasi / Penghapusan (Elimination Technique) - Hilangkan benda, daerah atau


proses yang berbahaya
b. Teknik Substitusi / Penggantian (Substitution Technique) - Ganti benda, daerah atau proses
yang berbahaya tersebut dengan sesuatu yang kurang berbahaya
c. Teknik Pengendalian Rekayasa (Engineering Control Technique) - Isolasi atau pisahkan benda,
daerah atau proses yang berbahaya tersebut dari diri karyawan, peralatan atau lingkungan di
daerah kerja tersebut melalui teknik rekayasa yang ada
d. Teknik Pengendalian Administratif (Administrative Control Technique) - Kurangi resiko yang
ada dengan menggunakan teknik- teknik administrative, termasuk penetapan standar
keselamatan, prosedur, penilaian resiko (risk assessment), sistem ijin kerja (work permit
system), pelatihan (training), penolakan untuk melakukan pekerjaan (refusal to work)
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Wearing – Personal Protective Equipment) -
Penggunaan PPE merupakan cara terakhir yang harus dilakukan apabila cara- cara tersebut
diatas sudah tidak mungkin untuk dilakukan.

4. Monitoring - Inspeksi, uji (Competency)


Contoh kontrol adalah memperbaiki lingkungan kerja, pembuatan prosedur, penambahan
peralatan darurat, pelatihan pemadaman kebakaran, P3K dan lain lain.
Sedangkan program- program yang diperlukan untuk mengontrol bahaya antara lain adalah :

Page 16
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
1. Perencanaan
2. Menentukan sasaran yang diperlukan
3. Pelatihan
Contoh kontrol adalah memperbaiki lingkungan kerja, pembuatan prosedur, penambahan peralatan
darurat, pelatihan pemadaman kebakaran, P3K dan lain lain.

VI. ANALISA KESELAMATAN PEKERJAAN (Job Safety Analysis)


Analisa Keselamatan Pekerjaan merupakan salah satu cara selain metode Penilaian Resiko (Risk
Assessment) yang dapat digunakan untuk meneliti bahaya- bahaya yang ada pada tiap- tiap langkah
pekerjaan kemudian mencari penyelesaian dari masing- masing bahaya tersebut sehingga bahaya-
bahaya dimaksud dapat dilenyapkan atau dikendalikan.

Untuk membuat suatu analisa keselamatan pekerjaan ada 4 (empat) aspek tentang
keselamatan kerja yang perlu dipertimbangkan didalam perencanaan kerja yaitu :

 Adakah tempat kerja tersebut aman ?


 Adakah peralatan kerja yang dipergunakan memberikan keamanan ?
 Adakah prosedur- prosedur yang tersedia memberikan keamanan ?
 Adakah orang- orang dilatih untuk bekerja dengan aman ?

Analisa keselamatan pekerjaan biasanya dibuat berdasarkan pengamatan terhadap karyawan yang
berpengalaman dalam melakukan suatu jenis pekerjaan atau melalui diskusi dengan mereka.
Dengan cara ini dapat diketahui bagaimana urutan pekerjaan tersebut dan apa saja bahayanya.

Pada saat membuat suatu prosedur agar disebutkan seluruh tindakan- tindakan yang akan dilakukan
didalam suatu pekerjaan, pikirkan bahaya- bahaya yang mungkin timbul dari setiap tindakan dan
kemudian atasi bahaya- bahaya tersebut.

VI.1. Pembuatan J.S.A didasari pada pemikiran bahwa :

 Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya


 Setiap jenis pekerjaan atau tugas dapat diuraikan kedalam satu urutan tahapan yang
sederhana
 Setiap tahapan pekerjaan dapat diketahui bahayanya
 Setiap bahaya yang ada pada setiap tahapan pekerjaan tersebut dapat diatasi agar
tidak menyebabkan kecelakaan

Page 17
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
VI.2. Tanggung Jawab Pembuatan J.S.A

 Ia adalah orang yang paling menguasai dan paling mempunyai kepentingan langsung
dengan setiap jenis pekerjaan yang menjadi tugas bawahannya.
 Ia adalah orang yang paling mempunyai kepentingan langsung untuk menyelamatkan
bawahannya dari kecelakaan
 Ia adalah orang yang mempunyai catatan paling lengkap tentang kecelakaan atau
nearmiss (hampir celaka) yang terjadi pada setiap jenis pekerjaan tersebut
 Ia adalah orang yang paling menguasai prosedur dan peraturan kerja untuk jenis
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

VI.3. Langkah–langkah yang harus dilakukan untuk melakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan :

 Memilih suatu pekerjaan yang akan dianalisa


 Memerinci dan mendaftar semua bahaya- bahaya yang mungkin ada atau yang
potensial terjadinya kecelakaan
 Cari, teliti dan temukan serta kembangkanlah cara- cara melenyapkan bahaya- bahaya
yang telah terdaftar & terperinci tersebut.

VI.4. Memilih dan menyeleksi jenis pekerjaan yang akan dianalisa

Dalam hal memilih dan menyelesaikan jenis pekerjaan yang akan dianalisa serta memilih prioritas
pekerjaan tersebut, ada beberapa cara yang dapat dipakai sebagai pedoman yaitu :
 Memilih jumlah kecelakaan terbanyak.
Bila dalam suatu pekerjaan sering terjadi kecelakaan, maka pekerjaan tersebut baik sekali
didahulukan dalam J.S.A.nya.

 Menimbulkan cidera terparah


Pekerjaan- pekerjaan yang mengalami kecelakaan sampai termasuk jenis “ cidera parah “
hendaknya dipertimbangkan untuk didahulukan J.S.A.nya.

 Memilih potensi terjadinya kecelakaan tertinggi


Bagi pekerjaan- pekerjaan yang diketahui mempunyai potensi terjadi kecelakaan dengan
luka- luka parah, dianjurkan segera diadakan J.S.A

 Pekerjaan- pekerjaan baru ataupun pekerjaan yang sedang dalam masa perobahan

VI.4.1.Mencari titik rawan / bahaya


Berikut merupakan langkah- langkah yang dapat digunakan dalam menentukan suatu
bahaya:

Page 18
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Analisa tiap- tiap langkah untuk mencari, menemukan dan memerinci bahaya- bahaya
yang ada
 Catatlah yang ditemukan tersebut pada worksheet (kertas kerja).
 Bicarakan dengan orang yang akan dilibatkan dalam pembuatan job safety analysis
tersebut dan mintalah pendapatnya
 Bicarakan dan diskusikan dengan karyawan- karyawan lain yang mempunyai pengetahuan
tentang pekerjaan yang akan dianalisa tersebut.

VI.4.2. Mencari dan menemukan cara mengatasi bahaya

Bila bahaya telah ditemukan, langkah selanjutnya adalah mulai mencari dan menemukan
cara untuk mengatasi bahaya tersebut agar dapat dihilangkan atau dikendalikan.
Cara untuk mencari pengatasannya dengan menggunakan pertanyaan :

 Apakah
 Bagaimana
 Apakah dapat dikerjakan dengan cara lain ?
 Bagaimana seharusnya mengerjakan
 Bagaimana kalau dengan cara ini
 Apakah mesin ini tidak dapat digeser atau dilindungi ?

Jawaban atas pertanyaan harus berupa penyelesaian yang konkrit, jelas, terarah dan sangat
khusus.

Jawaban yang berupa kata- kata : hati – hati, agar lebih waspada atau lain- lain yang serupa
merupakan jawaban yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

VI.5. Mengenali Bahaya yang bisa timbul

Untuk mengenali bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan pekerjaan, biasanya setiap
tahapan pekerjaan tersebut harus kita amati untuk mengetahui bahaya apa saja yang bisa
timbul. Untuk itu kita perlu memakai sikap bertanya sebagai berikut :

a. Dapatkah para karyawan kontak dengan :


- Arus listrik
- Gas/ asap
- Barang yang terlalu panas/ dingin
b. Dapatkah karyawan terpukul oleh :

Page 19
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
- Benda yang bergerak/ melayang
- Benda yang jatuh
c. Dapatkah karyawan terbentur pada :
- Benda yang diam atau bergerak
- Benda yang tajam
d. Dapatkah karyawan terjepit diantara dua barang/ benda
e. Dapatkah karyawan jatuh :
- Pada tempat yang lebih rendah
- Pada tempat yang sama tingginya (tergelincir)
f. Terlalu memforsir tenaga ketika sedang :
- Mengangkat, mendorong, menarik.

VI.6. Mengatasi bahaya yang timbul

Setelah kita mengetahui dan mengenali tentang bahaya apa yang bisa timbul disetiap tahapan
pekerjaan, kemudian kita pikirkan langkah- langkah apa yang harus dilakukan agar bahaya
tersebut tidak mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan.

Bahaya bisa dicegah dengan cara :

a. Melakukan pekerjaan yang mempunyai bahaya terkecil :


- Merubah atau menyediakan peralatan kerja.
Misalnya : Menyiapkan “ kereta dorong “ untuk mengangkat barang.
b. Merubah kondisi fisik : misalnya : merevisi sistem engineering
c. Merubah prosedur kerja
a. Merubah frequency pelaksanaan pekerjaan
b. Menggunakan Alat pelindung diri

Bila telah terjadi perubahan tentang metode, peralatan dan lingkungan kerja serta untuk
menjaga dan menyesuaikan apakah J.S.A tersebut masih memadai untuk waktu sekarang, maka
JSA yang telah ada agar dilakukan perbaikan (revisi) untuk menjaga agar pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan- ketentuan dan yang lebih penting lagi adalah untuk mencegah
kecelakaan sedini mungkin.
J.S.A. yang sudah jadi adalah merupakan bahan meeting yang siap dibawakan pada
kegiatan-
kegiatan seperti tersebut dibawah ini :
- Safety meeting
- Training terhadap karyawan baru
- Safety Talks/ Toolbox meeting

Lampiran : Risk Assessment & JSA sesuai pekerjaan yang dilelangkan

Page 20
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
5. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO

I. Kontrol Masuk ( Access Control )


 Merupakan salah satu metode/cara untuk melakukan pendataan setiap
orang/pekerja/tamu yang akan memasuki area/lokasi proyek. Sehingga jika terjadi
Emergency pengentrolan jumlah orang yang berada dilokasi proyek tetap terpantau .
 Untuk Metode Acces Control tersebut dapat dilakukan sbb :
1. Setiap orang yang memasuki area lokasi proyek harus meninggalkan tanda pengenal
(ID Card/Bagde/Kartu Identitas) dan mengisi “BUKU TAMU”.
2. Setiap orang yang Keluar area lokasi proyek harus mengisi “BUKU TAMU” dan tanda
pengenal (ID Card/Bagde/Kartu Identitas) harus dibawa oleh orang tersebut.
BUKU
TAMU
( ACCESS
Nama Proyek :
Kontraktor :
Lokasi
:
JAM JAM
NO TANGGAL NAMA PERUSAHAAN KEPERLUAN KET
MASUK PARAF KELUAR PARAF

Page 21
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
II. Orientasi & Induksi HSE

Induksi dan orientasi keselamatan ini diberikan kepada karyawan tersebut pada saat hari pertama
karyawan mulai bekerja di bagian mana dipekerjakan.
Dalam induksi dan orientasi ini beberapa hal yang antara lain akan disampaikan adalah:

 Penjelasan tentang Organisasi Perusahaan, Peraturan Perusahaan, Peraturan Pemerintah


yang berhubungan dengan ketenaga kerjaan, Pernyataan kebijakan tentang Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L).

 Tanggung jawab setiap karyawan terhadap keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
(K3L).

 Fungsi tentang alat pelindung diri perorangan (Personal Protective Equipment) yang harus
dipakai oleh setiap orang untuk melakukan suatu pekerjaan.

 Penjelasan tentang prosedur - prosedur antara lain seperti :

- Laporan tentang kecelakaan, hampir kecelakaan dan penyimpangan (Anomaly).


- Bagaimana menangani barang dengan aman (material handling)
- Penggunaan alat pelindung diri perorangan (PPE)
- Mengemudikan kendaraan

III. Sertifikat Kompetensi & HSE


Lampiran Data / Sertifikat tenaga ahli yang terlibat di dalam project ini
IV. Sertifikasi Peralatan
Lampiran Sertifikat / SKPP peralatan yang akan digunakan di dalam project ini
V. SIKA & JSA
Lampiran contoh form SIKA dan JSA ( JSA sesuaikan dengan Project )
VI. LOTO
LOTO harus dipasang oleh pekerja yg memiliki otoritas terhadap mesin/peralatan
yang sedang dilakukan service/maintenance untuk mengisolasi sumber energy.
VII. MSDS ( Material Safety Data Sheet )
Dalam pekerjaan ini tidak menggunakan bahan kimia berbahaya

Page 22
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
VIII. Pengendalian & Pengelolaan Limbah
Prosedur pemusnahan sampah ini dibuat untuk keperluan agar kebersihan, kesehatan,
keamanan serta kenyamanan ditempat kerja dapat berlangsung secara terus menerus,
baik sebelum maupun setelah melakukan suatu pekerjaan.
Dalam pemusnahan atau penanganan sampah, pelaksanaannya dilakukan oleh seluruh
karyawan yang dikoordinir oleh HSE Departemen serta melibatkan pihak terkait lainnya
(pihak ketiga).
Prosedur pemusnahan sampah ini diberlakukan untuk semua karyawan perusahaan
tanpa terkecuali dan untuk semua lokasi kerja di wilayah operasi perusahaan.
Tujuan :
Prosedur pemusnahan sampah ini dibuat dengan tujuan untuk :
1. Sebagai suatu penegasan manajemen bahwa pelaksanaan program Lingkungan di
perusahaan merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh karyawan dan dilaksanakan
secara bersama- sama dengan suatu koordinasi serta terkontrol.
2. Menciptakan suatu tempat kerja yang bersih, ramah lingkungan, spesifik serta
tertata dengan baik, dengan demikian akan meningkatkan gairah kerja bagi karyawan
yang pada akhirnya akan mendatangkan suatu benefit baik bagi perusahaan maupun
karyawan sebagai asset perusahaan.
3. Untuk melakukan suatu tindakan yang tepat dan cepat dalam menangani berbagai
macam sampah sehingga kerugian bisa dicegah sedini mungkin.
PENGELOLAAN SAMPAH / LIMBAH :
Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah/ limbah disini adalah meliputi
pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau penanganan sampah/
limbah sedemikian rupa sehingga sampah/ limbah tersebut tidak menjadi gangguan baik
terhadap kesehatan para pekerja maupun lingkungan hidup.
Pengelolaan Sampah/ limbah yang dilakukan dilingkungan perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah/ Limbah :
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab setiap orang dari bagian masing-
masing dimana bagian tersebut menghasilkan sampah. Pada bagian masing- masing
telah diadakan tempat khusus untuk pengumpulan sampah/ limbah, dimana antara
sampah organik, an- organik, limbah B3 dan Metal, tempatnya dibedakan dan diberi
tanda dengan warna tertentu.
a. Sampah Organik :
Sampah organik setiap hari dikumpulkan dimasing- masing tempat kerja pada
penampungan sampah sementara (TPS) yang berwarna Hijau dan pada hari yang telah
ditentukan bersama- sama dengan sampah organik dari tempat kerja lainnya diangkut

Page 23
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
untuk selanjutnya dibuang pada Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang telah
ditentukan oleh perusahaan atau pemerintah setempat.
b. Sampah an-organik :
Sampah an-organik setiap hari dikumpulkan dimasing- masing tempat kerja pada tempat
penampungan sampah sementara (TPS) yang berwarna Kuning dan pada hari yang telah
ditentukan bersama- sama dengan sampah an-organik dari tempat kerja lainnya
diangkut untuk selanjutnya dibuang pada Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang telah
ditentukan oleh perusahaan atau pemerintah setempat.
c. Limbah B3 (Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 setiap hari dikumpulkan pada drum penampungan sementara (DPS) yang
berwarna Hitam dan pada hari yang telah ditentukan apabila volume limbah B3
tersebut sudah banyak (minimal 2 drum), maka limbah tersebut selanjutnya dikirim
pada perusahaan / badan yang berwenang untuk menangani limbah B3 dimaksud untuk
didaur ulang.
d. Limbah Metal :
Limbah Metal setiap hari dikumpulkan pada drum penampungan sementara (DPS) yang
berwarna Merah dan pada hari yang telah ditentukan apabila volume limbah metal
tersebut sudah banyak, maka limbah tersebut selanjutnya dikirim pada perusahaan /
badan yang berwenang untuk menampung limbah metal dimaksud untuk didaur ulang.
• Tempat sampah harus dilengkapi dengan penutup untuk mencegah agar air
hujan atau binatang tidak masuk kedalam dan tidak boleh ada lubang dibagian
bawahnya
• Pemakaian tong sampah yang berlebihan dan tidak dipelihara dengan baik agar
dihindari.
• Pastikan bahwa tempat sampah tidak diletakkan di daerah yang dapat menimbulkan
resiko bagi manusia dan lingkungan. Jangan meletakkan tempat sampah di depan
peralatan gawat darurat, pemadam kebakaran. Letakkan jauh dari sistem pembuangan.
• Sampah sisa makanan harus diambil setiap hari untuk menghindari binatang dan bau
yang tidak nyaman.
Pengambilan sampah dari bagian masing- masing (TPS) menuju ketempat pembuangan
akhir (TPA) dilakukan oleh bagian yang berwenang untuk menangani hal tersebut.

LIMBAH B3.
Pengertian Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 mengenai limbah dan limbah berbahaya
dan beracun, limbah adalah semua sisa aktifitas dan / atau proses produksi. Sampah B3
berarti setiap sampah yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun yang
disebabkan oleh karakteristiknya dan/ atau konsentrasinya dan/ atau jumlahnya, baik
langsung maupun tidak, dapat mencemarkan dan/ atau merusak lingkungan dan/ atau

Page 24
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
membahayakan makhluk hidup, kesehatan, keberadaan kehidupan manusia dan
organisme hidup lainnya.
Prinsip Umum
Jika suatu bahan telah disebut sebagai limbah, maka ia harus diberi tanda, label dan
disimpan sesuai dengan prosedur pembuangan limbah. Pastikan dokumen yang
diperlukan selesai sebelum menyimpan dan memindahkan limbah B3.
Semua limbah yang pernah berhubungan dengan limbah B3 biasanya menjadi limbah
B3. Drum bekas bahan kimia dikategorikan sebagai limbah B3 karena muatannya.
Limbah B3 (Umum)
• Potongan dan Serbuk Kayu (serbuk gergaji) yang tercemar minyak
Setiap sarung tangan kain, kayu, lap atau penyerap dan serbuk gergaji yang telah
berhubungan dengan minyak adalah limbah B3 dan harus diambil secara terpisah,
kemudian dikirim ke incinerator.
• Minyak dan Bekas Oli Lubrikasi
Minyak adalah B3 sesuai dengan definisinya, dan hal yang sama berlaku bagi limbah
minyak serta limbah Oli Lubrikasi. Limbah minyak serta limbah oli lubrikasi dapat
dibuang ditempat yang ditentukan (Pollution Control) bila ada. Bila tidak ada maka
dikirim ke perusahaan yang mempunyai ijin untuk mengelola minyak atau oli bekas
tersebut.

• Bahan Kimia Bekas


Bahan kimia kebanyakan merupakan bahan berbahaya sehingga bekasnyapun dianggap
sebagai sampah B3 yang harus di taruh kedalam penampungan (biasanya drum), diberi
label dan disimpan dengan baik serta jumlahnya harus dicatat.
Mencampur bahan kimia yang berbeda dalam suatu tempat penampungan “SANGAT
DILARANG“, terutama jika bahan kimia tersebut tidak sesuai antara satu dengan yang
lainnya.

TANGGUNG JAWAB
• Bagian yang bertanggung jawab untuk menangani sampah / limbah harus
memastikan bahwa semua sampah/ limbah telah ditangani dengan tepat dan benar dan
memastikan bahwa sampah benar- benar telah dibuang pada tempat pembuangan akhir
atau telah diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk menangani sampah/ limbah
tersebut.
• Para pengawas bertanggung jawab untuk memastikan diterapkannya rencana
pengelolaan sampah yang efektif di daerah mereka.

Page 25
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
• Para Pengawas harus memastikan bahwa jumlah tempat pengumpul limbah yang
memadai harus disediakan, dipelihara dan dikosongkan secara berkala.
• Setiap karyawan harus membuang sampah mereka dengan rasa tanggung jawab,
memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya dan membuangnya pada tempat sampah
yang telah ditentukan.

IX. HSE Meeting ( Safety Talk, Safety Stand Down, Safety Meeting Dll )
RAPAT KESELAMATAN (SAFETY MEETING)
Rapat - rapat keselamatan kerja harus dilakukan oleh setiap seksi / departemen yang
dipimpin oleh pengawas yang bersangkutan di lingkungan kerjanya masing - masing.
Rapat seperti ini harus diadakan secara berkala, sekurang - kurangnya sekali dalam
sebulan (monthly safety meeting) dan berlangsung selama 60 menit. Departemen HSE
akan memberikan petunjuk dan saran serta informasi tentang meeting dimaksud apabila
diminta.
Adapun tujuan dari rapat - rapat keselamatan tersebut adalah :
• Sebagai suatu forum, dimana masalah keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
dapat dibicarakan diantara para pengawas dan bawahan mereka, dan hal yang paling
penting adalah untuk mendapatkan saran - saran perbaikan.
• Untuk mengembangkan lingkungan kerja yang aman dan baik.
• Untuk membicarakan dan memberi saran - saran tentang kasus kecelakaan, insiden
dan memberi cara yang terbaik untuk pencegahannya.
• Untuk mengkoordinasikan suatu pelaksanaan latihan penanggulangan keadaan
darurat dan mendorong agar karyawan dapat melakukan kebiasaan bekerja dengan baik
dan aman serta teratur sesuai dengan ketentuan yang ada.
• Untuk menentukan praktek - praktek kerja dan kondisi yang tidak aman serta
mengambil tindakan atau langkah - langkah perbaikan yang diperlukan.
• Untuk mendukung pelaksanaan program K3L dilingkungan operasi Perusahaan.
Selain safety meeting yang dilaksanakan setidak- tidaknya sekali dalam tiap bulannya,
pertemuan untuk membicarakan masalah keselamatan harian (daily safety talks) juga
harus dilaksanakan setiap pagi sebelum melaksanakan pekerjaan dan waktunya selama
lebih kurang 5 - 10 menit.
Disamping monthly safety meeting dan daily safety talks, perusahaan juga
melaksanakan Management Coordination Meeting yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan
sekali dan dihadiri oleh para Manager serta Sr. Management.
Dalam hal apabila terjadi kecelakaan yang signifikan baik ditempat kerja dimana
karyawan perusahaan melakukan kegiatannya maupun ditempat kerja lain dimana ada
karyawan perusahaan lain yang mengalami kecelakaan, maka perusahaan akan
melakukan pertemuan dalam bentuk Stand Down Meeting sebagai “Learning
From

Page 26
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Events” yang dihadiri oleh Direktur atau yang mewakilinya serta seluruh karyawan
untuk membahas tentang apa sesungguhnya yang terjadi dan bagaimana hal tersebut
agar tidak terjadi lagi dikemudian hari diperusahaan dan ini merupakan satu masukan
bagi karyawan perusahaan sebagai suatu pelajaran.

X. Pengukuran Kualitas Lingkungan Kerja ( kebisingan, konsentrasi gas,


pencahayaan, radiasi, temperatur dll )

1.0 TUJUAN

Prosedur ini bertujuan untuk memberikan karyawan pemahaman yang lebih baik tentang
kerja fasilitas kebersihan yang disediakan untuk memenuhi persyaratan kebersihan diri

2.0 RUANG LINGKUP

2.0.1 Pemeriksaan Lingkungan Kerja


2.0.2 Penanganan bahan kimia berbahaya.
2.0.3 Pemeriksaan penggunaan pestisida
2.0.4 Pemeriksaan Hygine Industri
2.0.5 Pemeriksaan limbah industri di tempat kerja
2.0.6 Pemeriksaan alat pelindung diri

2.1 REFERENSI

2.1.1 UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja psl 2, psl 3 ayt 1, f, g, I, j, k, l, m psl
5, psl 8, psl 9 dan psl. 14
2.1.2 UU No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene
dalam perniagaan dan kantor psl 7
2.1.3 Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
2.1.4 Kepmenaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja
2.1.5 Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di
Tmp Kerja.
2.1.6 Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 ttg pengawasan atas peredaran Peyimpanan
dan penggunaan Pestisida
2.1.7 Permenaker No. 3 Tahun 1986 ttg syarat-syarat K3 di tempat kerja yg mengelola
pestisida
2.1.8 Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan APD
2.1.9 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 ttg NAB Faktor Kimia dll. Udara
Lingkungan Kerja
2.1.10 Permenaker No. 3 tahun 1985 ttg K3 pemakaian asbes

Page 27
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
3 DEFINISI

Hygiene industry merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga kerja dan sarana
untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang
disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab dan mampu bekerja secara produktif dan efisien.

4 PROSEDUR

I. Pemeriksaan Lingkungan Kerja

Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :


(1) Darat, dalam tanah, di Permukaan air, dalam air, Udara
(2) Rincian tempat kerja, terdapat sumber bahaya yg berkaitan dengan :
a. Keadaan mesin/ alat/ sifat bahan
b. Cara kerja, Sifat pekerjaan, tempat kerja
c. Lingkungan kerja
d. Proses produksi
(3) Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja

Syarat-syarat K3
(1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat K3  preventif
(2) Pengembangan syarat-syarat K3  IPTEK
(3) Penerapan syarat-syarat K3  sejak tahap perencanaan s/d pemeliharaan
(4) Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi teknis

Wewenang dan kewajiban :


 Direktur
 Peg. Pengawas
 Ahli K3

Kewajiban :
- Pengurus / Direktur  diwajibkan memeriksakan kesehatan TK
- Berkala  (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No. 03/Men/1982)

Pembinaan

(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan  TK baru


(2) Dinyatakan mampu dan memahami  pekerja

Page 28
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
(3) Pengurus wajib  pembinaan TK
(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3
Syarat-syarat Bangunan Perusahaan :

o Terhindar dari bahaya kebakaran dan kecelakaan


o Terhindar dari bahaya keracunan, dan penularan penyakit
o Memajukan kebersihan dan ketertiban
o Mendapat penerangan yang cukup
o Mendapat suhu dan peredaran udara yang baik
o Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau yang tidak menyenangkan
Persyaratan Khusus Gedung:

o Gedung harus kuat buatannya dan tidak boleh ada bagian yg mungkin rubuh
o Tangga harus kuat buatannya, aman dan tidak boleh licin karena untuk menghindari
terjadinya terpeleset
o Lantai, dinding, loteng dan atap harus selalu berada dalam keadaan terpelihara dan
bersih
o Dinding dan loteng serta bagian-bagian lainnya harus dikapuri minimal sekali dalam 5
tahun
o Dinding yang dicat harus dicuci minimal 1 kali setahun
Lantai harus dibersihkan sehingga selalu dalam keadaan bersih
Persyaratan Ruang Udara

 Setiap tempat kerja harus dibuat & diatur shg tiap orang yang berkerja mendapat
ruang udara (cubic space) yang minimal 10 m dan ideal adalah 15 m.
 Tinggi tempat kerja diukur dari lantai sampai daerah loteng harus minimal 3 m.
 Ruang udara yang memenuhi syarat adalah ruangan yang tidak mengganggu sirkulasi
udara.
 Luas tempat kerja harus sedemikian rupa sehingga tiap pekerja/buruh dapat tempat
yang cukup untuk bergerak secara bebas yaitu minimal 2 m buat seorang
pekerja/buruh.
 Atap tempat kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
perlindungan yg baik kepada pekerja/buruh dari panas dan hujan.
 Dinding tidak boleh basah atau lembab

Persyaratan Penyediaan Air


Air yg digunakan utk makan dan minum harus memenuhi syarat-syarat sbb :
 Air tidak boleh berbau & harus segar

Page 29
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Air tidak boleh berwarna & berasa
 Air tidak boleh mengandung binatang atau bakteri yg berbahaya
Persyaratan Kakus
 Jumlah kakus adalah sebagai berikut :
I. Untuk 1 – 15 orang buruh = 1 kakus
II. Untuk 16 – 30 orang buruh = 2 kakus
III. Untuk 31 – 45 orang buruh = 3 kakus
IV. Untuk 46 – 60 orang buruh = 4 kakus
V. Untuk 61 – 80 orang buruh = 5 kakus
VI. Untuk 81 – 100 orang buruh = 5 kakus
 Dan selanjutnya untuk tiap 100 orang = 6 kakus

Persyaratan Penyediaan dan Pemeliharaan Dapur :

 Lantai dapur harus dibersihkan pada waktu-waktu tertentu, sehingga selalu dalam
keadaan bersih

 Lantai tempat kerja hrs terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan kimia
yang merusak, datar & tidak licin

 Alat & bahan harus selalu disusun atau disimpan secara rapi dan tertib

 Susunan tersebut harus sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya


tertimpa atau mungkin menyebabkan buruh terjatuh.

 Buruh/tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan tertentu dapat diwajibkan


memakai pakaian kerja menurut syarat-syarat yang ditetapkan & disediakan oleh
majikan

 Dapur, kamar makan & alat keperluan makan harus selalu bersih & rapi

 Dapur & kamar makan serta kakus tidak boleh berhubungan langsung dengan
tempat kerja & letaknya harus dinyatakan jelas

 Alat-alat makan atau masak sesudah dipakai harus dibersihkan dengan sabun dan air
panas & dikeringkan. Alat-alat tersebut harus dibuat dari bahan-bahan yg mudah
dibersihkan

 Tempat duduk harus disesuaikan dengan postur tubuh pekerja/buruh agar nyaman
pada saat bekerja dan tidak menimbukan sakit pada tulang belakang dan sesuai
standart Ergonomi.

 Kakus-kakus harus selalu bersih terutama lantai dan dinding serta dibersihkan oleh
pegawai tertentu

Page 30
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Makanan yg disediakan untuk buruh harus menurut menu yg memenuhi syarat-
syarat kesehatan

 Semua pegawai yang mengerjakan dan melayani makanan atau minuman harus
bebas dari salah satu penyakit menular dan selalu harus menjaga kebersihan
badannya

Persyaratan Penerangan Gedung

 Tempat masuknya cahaya alami seperti: jendela, kaca dan lobang berkaca harus
dapat memasukan cahaya dan seluruhnya harus 1/6 dari pada luas lantai tempat
kerja dan diatur agar cahaya dapat masuk merata.

 Jika tempat kerja yang tidak tercukupi cahaya matahari atau untuk pekerja/buruhan
yang dilakukan pada malam hari maka harus diadakan penerangan buatan yang
aman dan cukup intensitasnya dan harus selalu menyediakan alat-alat penerangan
darurat.

 Apabila alat penerangan darurat menyebabkan kenaikan suhu dalam tempat kerja
0
maka tidak boleh melebihi 32 C.

Syarat Sumber Penerangan :

 Menghasilkan kadar penerangan yang tetap dan merata


 Tidak menimbulkan asap atau gas
 Tidak berkedap kedip
 Tidak menyilaukan atau menimbulkan bayangan kontras

Syarat Tempat Kerja yang wajib mempunyai penerangan darurat :

- Tempat kerja yang digunakan pada malam hari


- Jalan-jalan keluar atau gang

Syarat Penerangan Darurat

 Mempunyai sumber tenaga terpisah dari instalasi umum


 Ditempatkan pada tempat yang tidak menimbulkan bahaya
 Mempunyai kekuatan paling sedikit 5 Lux .
 Jalan atau gang di beri tanda pengenal dengan cat luminous , bahan-bahan
reflektif atau bahan fluorescence

Kadar penerangan diukur dengan alat pengukur cahaya yang baik, setinggi perut ( 1 meter)

Page 31
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Kekuatan
Cahaya
NO Jenis tempat kerja / pekerja/buruhan
Minimum
(lux)
1 Halaman & Jalan Lingkungan 20

Mengerjakan/menyisihkan barang kasar : gang-gang, gudang penyimpan


2 50
barang2x besar, tangga

Mengerjakan/membedakan barang kecil scr sepintas :


3 Penggilingan padi, pemisahan/pengupasan biji, kamar mesin/uap, 100
tempat menyimpan barang sedang/kecil, kakus/KM/tempat kencing

4 Membedakan barang-barang kecil agak teliti : pemasangan alat ukuran


200
sedang, pekerjaan mesin bubut, menjahit tekstil/kulit, pengemasan
daging
5 Membedakan barang kecil secara teliti : penenunan manual bahan
katun/wol dgn warna cerah, pekerjaan kantor (menulis, membaca, 300
pengarsipan)

6 Membedakan barang halus dan kontras sedang dalam waktu lama :


pemotongan gelas kaca, menjahit tekstil dengan warna tua, pekerjaan 500 - 1000
kantor (akuntan, mengetik manual)

7 Membedakan barang halus dan kontras rendah, dalam waktu lama :


1000
reparasi arloji, pengasahan intan, menjahit bahan pakaian warna tua

Kepmenaker :
No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja

Pasal 1
Ayat. 3
Nilai Aambang Batas : Standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

Ayat.4
Faktor Fisika adalah Iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu

Ayat.10

Page 32
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran

Pasal 3
Ayat 1
Nilai Ambang Batas Kebisingan : 85 dBA utk 8 jam

Pasal 4 :
2
Ayat.1 NAB getaran alat kerja/tidak langsung : 4 m/det

Pasal 7 :
Pengukuran dan penilaian faktor fisika di TK dilaksanakan oleh Pusat & atau balai Hiperkes atau
pihak-pihak yang ditunjuk

Pasal 9 :
Peninjauan NAB faktor fisika di TK dilakukan sesuai dengan perkembangan IPTEK

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Perusahaan, Potensi Bahaya Besar

 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :


- Sistem Kerja Non Shift min. 2 orang
- Sistem Kerja Shift min. 5 orang
 Mempekerjakan Ahli K3 Kimia min. 1 orang
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas, proses dan modifikasi instalasi)
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia min. 6 bulan sekali
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min. 2 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min. 1 tahun sekali

KEWAJIBAN PENGUSAHA ATAU PENGURUS


Perusahaan. Potensi Bahaya Menengah
 Mempekerjakan Petugas K3 Kimia :
- Sistem Kerja Non Shift min. 1 orang
- Sistem Kerja Shift min. 3 orang
 Membuat Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Menengah
 Melaporkan Setiap Perubahan (bahan, kuantitas, proses dan modifikasi instalasi)
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Faktor Kimia min. 1 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi min. 3 tahun sekali
 Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja min. 1 tahun sekali

Page 33
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
PETUGAS K3 KIMIA
Berkewajiban :
 Melakukan Identifikasi Bahaya
 Melaksanakan Prosedur Kerja Aman
 Melaksanakan Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
 Mengembangkan K3 Bidang Kimia

PETUGAS K3 KIMIA
Persyaratan Penunjukan :
 Bekerja pada Perusahaan ybs.
 Tidak Dalam Masa Percobaan
 Hubungan Kerja Tidak Didasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)
 Telah Mengikuti Diklat Tehnis K3 Kimia
 Pengajuan Permohonan Tertulis dari Pengusaha atau Pengurus kpd Menteri atau
Pejabat yg Ditunjuk

Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan APD


Instruksi kepada kadisnaker untuk memerintahkan kpd Bina Norma KK dan Hyperkes :
1. Mengawasi pemakaian APD
2. Mengawasi pengedaran dan pemakaian APD buatan dlm/luar negeri
3. Merekomendasi produk APD luar negeri yang bersertifikat kelayakan sebilai SNI

Objek pengawasan Lingkungan Kerja meliputi :


1. Pengendalian bahaya besar (pestisida, BKB, dll)
2. Hygine Perusahaan dan Sanitasi lingkungan
3. Faktor-faktor bahaya Lingkungan Kerja

PENGENDALIAN BAHAYA BESAR


1. Bahaya besar ( Major Hazard ) didefinisikan
sebagai suatu aktivitas industri yang menghasilkan atau menggunakan bahan berbahaya
dalam jumlah yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan luas dan kematian atau
mencederai orang-orang, baik yang ada di dalam atau di luar pabrik.
2. Pengendalian bahaya besar
menyangkut masalah pencegahan dan pengurangan akibat kecelakaan besar yaitu
kecelakaan yang dapat membahayakan orang-orang dan harta benda, tidak saja di tempat
kerja (TK, alat), tetapi juga di lingkungan sekeliling perusahaan tersebut.

Pengendalian bahaya besar meliputi :

Page 34
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
1. Kecelakaan besar yang terjadi karena bencana alam atau ulah manusia :
• Karena kekuatan alam ( gempa bumi, letusan gunung, banjir, taufan,dll).
• Karena ulah manusia ( kecelakaan kapal laut, tabrakan kereta api, jebolnya
bendungan air, jatuhnya pesawat terbang)
2. Kecelakaan besar akibat bahan kimia yang terdiri dari :
• Kebakaran dan peledakan, dan
• Awan beracun
Penanganan bahan kimia berbahaya
Faktor bahaya fisik
 SUARA : - tuli
 SUHU : – heat stroke, heat cramps, frosbite dsb
 RADIASI :
Elektromagnetis : mempengaruhi lensa mata
Radioaktif : susunan darah/syaraf; kematian jarinagn
 TEKANAN UDARA :
Caisson’s disease
 PENERANGAN : kelainan pada mata dan kelelahan
 GETARAN : reynond’s disease (penyempitan pembuluh darah)
 KELEMBABAN UDARA (baik 50 –70 %)
 VENTILASI : pertukaran udara

Faktor bahaya kimia


Pencemarkan udara :
 Fumes :
o Partikel logam
 Asap :
o Zat arang
 Gas :
o Menempati ruang tertutup
o Mudah menjalar/ menyebar
 Uap :
– Berbentuk padat/cairan
– Mudah menyebar
– Mudah bercampur dengan udara sekelilingnya

Bahan kimia berbahaya i


(Hazardous Chemical)

Page 35
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
1. Oxidazing materials :
Zat dengan zat lain reaksi sangat eksothermis;
Mis. : perokside
2. Explosive materials :
Zat yg apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan
ledakan; Mis. : TNT, NH4NO3, Glycerine dsb
3. Corrosive materials :
Zat yg dapat merusak kulit
Mis. : asam sulfat, asam chloride dsb.
4. Highly flammable materials :
- Bahan yang Flash Point < 21* C
- Flammable liquid, Flash Point 21 – 55* C
Mis. : Acetone, Ethyl methyl ketone dsb

Bahan kimia berbahaya II


(hazardous chemical)
1. Toxic materials :
Zat yg dapat menyebabkan efek serius, akut maupun khronik, bahkan kematian apabila
dihirup, ditelan, atau terserap melalui kulit;
Mis. : phosgen, TEL dsb.
2. Radioactive materials :
Mis. : Cobalt dsb.
3. Irritant materials :
Mengakibatkan peradangan selaput kiulit baik terjadi segera ataupun setelah
berkali- kali terjadi kontak.
4. Harmfull materials :
Mengakibatkan efek kesehatan secara terbatas
Faktor bahaya biologis :
– Virus
– Bakteri
– Jamur
– Serangga
– Cacing
– Parasit
– Binatang buas dll
ERGONOMI
– Sikap kerja yang tidak sesuai
– Peralatan yang tidak sesuai
– Kerja yang senantiasa duduk/ berdiri

Page 36
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
– Proses, sikap dan cara kerja yang monoton
– Beban kerja yang melebihi kemampuan dll.
PSIKOLOGIS
 Kerja yang Terpaksa/ Dipaksa Tidak Sesuai Kemampuan
 Suasana Kerja Tidak Menyenangkan
 Pikiran yang Senantiasa Tertekan
 Hubungan Kerja yang Tidak Baik
 Kerja yang Tidak Sesuai dengan Keinginan dll

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Setiap penyakit yang disebabkan oleh :


 pekerjaan atau
 lingkungan kerja

FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI


KESEHATAN TENAGA KERJA

LINGKUNGAN KERJA
KAPASITAS KERJA : • Fisik
• Keterampilan • Kimia
• Kesegaran Jasmani • Biologi
• Gizi • Fisiologi
• Kelamin • Psikologi
• Usia
• Ukuran Tubuh
• Motivasi

BEBAN KERJA
• Fisik
• Mental
• Sosial

Page 37
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
TUJUAN PENGAWASAN KESEHATAN KERJA

Upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain dari potensi bahaya yang berasal dari :
• Kondisi mesin, pesawat, alat kerja, bahan, energi
• Lingkungan kerja
• Sifat pekerjaan
• Cara kerja
• Proses produksi

UPAYA PENGENDALIAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)

PROMOTIF PREVENTIF KURATIF REHABILITATIF

Pemeliharaan Pemeriksaa Pengobatan Alat bantu dengar


kesehatan kerja n Kesehatan P3K Protese
Pembinaan Kerja Rawat jalan Mutasi
Gerakan OR Imunisasi Rawat Inap Kompensasi
Tdk merokok Penggunaan APD
Gizi seimbang Rotasi Kerja
Ergonomi Pengurangan
Pengendalian waktu kerja
Lingk.Kerja
Hygiene
sanitasi

Pelayanan kesehatan kerja PERMENNAKERTRANS no. 03/1982


TUGAS POKOK PELAYANAN KESEHATAN KERJA :
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Peneyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan dan pengawasan lingk. Kerja
4. Pembinaan dan pengawasan sanitair
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan utk kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan thd penyakit umum dan PAK

PELAYANAN KESEHATAN KERJA PERMENNAKERTRANS NO. 03/1982

Page 38
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
No Jumlah Tenaga Kerja Bentuk Penanggung Jawab

1. > 500 orang Klinik Dokter (fulltime)

2. 200 s/d < 500 orang Klinik Dokter (sekali 2 hr)


(risiko rendah) Paramedis (sehari2)

3. 200 s/d < 500 orang Klinik Dokter (full time)


(risiko tinggi)

4. 100 s/d < 200 orang Klinik Dokter (sekali 3 hr)


(risiko rendah) Paramedis (sehari2)

5. 100 s/d < 200 orang Klinik Dokter (sekali 2 hr)


(risiko tinggi) Paramedis (sehari2)

6. < 100 orang bersama-sama dgn


persh. lain

XI. Pemeriksaan Kesehatan Rutin


PROSEDUR STANDAR OPERASI PEMERIKSAAN KESEHATAN
(Standard Operating Procedure Medical Check Up)

Ruang Lingkup dan Tujuan


Prosedur standar operasi ini digunakan bagi seluruh karyawan yang bekerja didalam
wilayah operasi perusahaan dan dibuat sehubungan dengan upaya perlindungan
terhadap kesehatan kerja bagi karyawan sedangkan tujuannya adalah untuk :
• Menyiapkan perusahaan agar mempunyai panduan secara konsisten dan jelas
terhadap suatu standar yang diinginkan untuk pemeriksaan kesehatan terhadap
karyawan yang bekerja diperusahaan.
• Menjamin bahwa setiap karyawan yang bekerja diperusahaan benar-benar sehat
untuk melaksanakan tugasnya, tanpa mempunyai resiko baik terhadap pribadinya
maupun terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang lain.

Page 39
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Dasar Hukum
• Undang- Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-02/MEN/1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1981 tentang
Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
• Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja.

Definisi / Batasan :
• Karyawan adalah setiap tenaga kerja yang bekerja untuk perusahaan
• Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up) adalah pemeriksaan kesehatan untuk
mengetahui dan menilai tentang tingkat kesehatan tenaga kerja yang dilakukan oleh
dokter yang ditunjuk oleh perusahaan.
• Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
dokter yang ditunjuk oleh perusahaan dan yang mempunyai wewenang untuk itu,
sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
• Pemeriksaan Kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu- waktu
tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter yang berwenang.
• Pemeriksaan Kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter yang berwenang secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan Kesehatan akan selalu dilakukan 1 tahun 1 kali

XII. Kartu Observasi ( PEKA )


Lampiran Kartu Observasi
XIII. Rambu-rambu dan Promosi HSE
PROSEDUR
Konstruksi Manager di lokasi proyek harus menyediakan dan memelihara hambatan
(barikade, garis kuning) dan tanda-tanda keselamatan untuk digunakan di daerah
mereka

HSE Officer & Supervisor lapangan bertanggung jawab untuk memberikan saran dan
rekomendasi untuk penyediaan tanda-tanda keselamatan di tempat kerja.

Page 40
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Hambatan dan / atau tanda-tanda akan ditempatkan di sekitar :
daerah berbahaya Diduga, seperti: Penggalian / parit; Area Angkat Berat, daerah
Kebisingan yang berlebihan, Radiasi Kegiatan, Pengujian Tekanan, dll
• Situs Kecelakaan Major
• Daerah Dibatasi

Semua tanda-tanda peringatan harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Daerah dibarikade harus disediakan dengan kaset reflektif selama operasi malam hari.
Standad tanda keselamatan / safety signs standards sebagai :

A. Warna
CONTRASTING SYMBOL
MEANING OR PURPOSE SAFETY COLOR
COLOR (IF REQUIRED)

STOP/Prohibition Red White – Black

CAUTION Yellow Black – Black

MANDATORY Blue White – White

SAFE CONDITION Green White – White

B. Bentuk Geometrical dan Arti Tanda Keselamatan

Geometrical Arti / Makna

Lingkaran Tanda-tanda wajib dan larangan

Segitiga
Tanda-tanda peringatan

Empat persegi Darurat, informasi dan tanda-tanda


panjang
tambahan

Page 41
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Contoh Tanda / Rambu (safety sign)

A. Prohibition Signs / Tanda Larangan

B. Tanda Berbahaya / Warning Signs

C. Tanda Wajib / Mandatory Signs

D. Tanda Darurat / Emergency Signs

E. Tanda Pemadam Kebakaran / Fire Fighting Signs

Page 42
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
XIV. House Keeping
Dalam ruang lingkup kerja diartikan sebagai pembersihan atau pemeliharaan tempat
kerja, termasuk keteraturannya. House keeping dilakukan setiap hari kerja sebelum
meninggalkan lokasi pekerjaan.
I. DEFINISI TERATUR
Tempat/ kantor disebut teratur apabila tempat tersebut tidak ada barang- barang yang
tidak perlu dan semua barang- barang yang diperlukan berada pada tempat yang
semestinya
II. TUJUAN
Pada dasarnya tujuan dari house keeping adalah untuk menciptakan lingkungan kerja
yang bersih, rapi, aman dan indah sehingga tercapai sasaran :
• Safety adalah untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan bahaya
kebakaran
• Kwalitas adalah untuk menjaga agar kesehatan lebih terjamin, mempertinggi
moral sehingga lebih bergairah kerja
• Produktivitas agar hasil kerja lebih meningkat dari karyawan
• Biaya akan lebih efektif akibat dari ketiga faktor tersebut diatas.
III. PERSONAL YANG BERTANGGUNG JAWAB :
Semua personal / karyawan bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan didaerah
kerja masing- masing. Supervisor mengawasi dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
pemeliharaan tempat kerja.
IV. PRINSIP MELAKSANAKAN HOUSE KEEPING
Prinsip – Prinsip Memelihara Tempat Kerja Antara Lain :
1. Pembersihan
Bahan - bahan bekas dan yang tidak terpakai agar dibuang dan ditempatkan ketempat
khusus/ keranjang sampah. Agar diingatkan bahwa bahan - bahan bekas/ sampah jangan
sekali - kali dibakar ditempat sampah tersebut melainkan dikumpulkan pada tempat
pembuangan sampah yang sudah ditentukan.
2. Menempatkan Kembali
Barang - barang yang sudah digunakan agar sisanya yang masih dipakai dikembalikan
ketempat semula dan perkakas & alat kerja yang digunakan disimpan kembali
ketempatnya.

Page 43
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
3. Tumpahan Cairan Harus Dibersihkan
Cairan - cairan yang tumpah dilantai dapat membuat lantai menjadi licin, sehingga
merupakan suatu sumber kecelakaan, sedangkan cairan minyak dapat menimbulkan
“kebakaran” oleh sebab itu bersihkanlah segera cairan yang tumpah tersebut.
4. Merapikan Kabel - Kabel Listrik
Semua kabel - kabel listrik jangan diletakkan sembarangan dan malang melintang di
jalan - jalan atau gang - gang yang dilalui oleh karyawan atau pekerja supaya tidak
tersandung atau pun terbelit.
5. Merapikan Paku- Paku Atau Benda- Benda Yang Berserakan
Apabila ditemukan paku di balok- balok kayu, atau benda - benda lainnya yang
berserakan maka segeralah dibengkokkan/ dicabut maupun disingkirkan.
6. Penyusunan Alat - Alat Kerja Yang Terletak Diatas Tempat Kerja
Peralatan kerja harus diusahakan rapi dan teratur untuk mempermudah pencarian dan
tidak membahayakan orang lain.
7. Penutupan Lubang -Lubang
Semua lubang - lubang yang terdapat dilantai tempat kerja baik kecil mau pun besar
harus segera ditutup atau diberi penutup.
8. Parit -Parit Harus Bersih
Parit - parit harus terpelihara dengan baik, diusahakan agar pengalirannya selalu lancar,
oleh karena itu harus bersih dari sampah - sampah
9. Tempat Ganti Pakaian
Tempat tersebut harus dijaga agar tetap bersih, buanglah barang - barang yang tidak
diperlukan kedalam tempat sampah.
10. Kamar Kecil, Tempat Cuci Tangan
Jagalah tempat - tempat tersebut agar selalau dalam kondisi bersih, rapi dan memenuhi
syarat kesehatan.
V. KESIMPULAN
House keeping adalah salah satu aspek yang harus dilaksanakan di dalam program
keselamatan kerja karena dengan terpeliharanya tempat kerja itu maka kecelakaan dan
bahaya kebakaran dapat dihilangkan, gairah kerja diharapkan meningkat dan
produktivitas juga meningkat.
Contoh : Untuk Mengetahui Apakah Tempat Tersebut Bersih Atau Tidak.
1. Mesin Dan Peralatan.
a) Harus bersih dan bebas dari barang - barang yang mengganggu atau yang
bergantung.
b) Harus mempunyai pengaman (guard) dalam kondisi yang baik.

Page 44
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
2. Stock dan Material
• a) Harus diletakkan dengan baik dan di atur
• b) Harus dimuat yang rapi dalam baki/ rak.
• c) Menggunakan system
3. Peralatan Kerja
a) Harus ditempatkan dengan baik.
b) Harus bekerja dalam kondisi yang baik.
4. Gang
a) Harus tersedia cukup ruang untuk dapat bergerak dengan bebas saat bekerja.
b) Harus bebas dan aman dari segala rintangan.
c) Harus diberi tanda yang jelas.
5. Lantai
a) Harus mempunyai permukaan yang aman dan cocok digunakan saat bekerja.
b) Harus kering dan bersih dari barang - barang yang tidak berguna.
c) Harus mempunyai tempat sampah.
6. Gedung Dan Bangunan
a) Harus mempunyai dinding dan jendela, yang bersih dan bebas dari barang yang tidak
berguna.
b) Harus mempunyai sistem penerangan yang dipelihara dengan baik dan efisien.
c) Tangga harus selalu bersih, bebas dari bahaya dan terjaga kondisinya
d) Langit - langit ruangan harus selalu bersih dan lampu menyala dengan baik.

7. Halaman
Harus ditata dengan baik, bersih dari barang -barang yang tidak berguna.

Page 45
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
XV. Alat Pelindung Diri ( APD )

Standar Alat Pelindung Diri.

Sejak alat pelindung diri merupakan alat pelindung bagi para pekerja dimana ancaman bahaya phisik
maupun gangguan terhadap kesehatan tidak mungkin untuk dihilangkan disuatu tempat kerja, maka
alat pelindung tersebut harus disediakan. Adalah sangat penting bahwa alat pelindung diri yang
diperlukan harus digunakan sebagai suatu kesadaran bahwa alat pelindung diri yang tersedia adalah
untuk tujuan agar pekerja selalu bekerja dengan aman dan oleh karena itu maka bagian HSE akan :

a. Menetapkan standar minimum untuk alat pelindung diri yang dipergunakan oleh seluruh
karyawan yang bekerja dilapangan atau melaksanakan kegiatan perusahaan.

b. Melakukan survey identifikasi bahaya secara menyeluruh untuk seluruh kegiatan guna
menentukan spesifikasi, tambahan persyaratan- persyaratan alat pelindung diri untuk
kegiatan yang berbeda- beda.
c. Memberitahukan petunjuk- petunjuk alat pelindung diri perorangan kepada seluruh
karyawan perusahaan.

Adalah merupakan tanggung jawab bagian pembelian dan bagian HSE perusahaan untuk
menjamin bahwa semua persyaratan- persyaratan alat pelindung diri perorangan sesuai dengan
prosedur yang ditentukan dan diperinci secara jelas dalam setiap pembelian yang dilakukan oleh
perusahaan.

II.2. Penggunaan dan Seleksi Alat Pelindung Diri (PPE Selection and Use).

Seluruh karyawan akan didorong untuk ikut serta dalam menentukan alat pelindung diri
perorangan. Hal ini secara normal dilakukan melalui pertemuan kelompok (group meeting) atau
berdiskusi dengan pengawas kerja dan bagian HSE. Selama dalam penggunaannya seluruh
karyawan secara formal diinstruksikan untuk menjaga dan memelihara seluruh alat pelindung
diri yang telah disediakan untuknya. Untuk mendapatkan penggantian alat pelindung diri yang
baru karena yang lama telah rusak, maka alat pelindung diri yang telah rusak tersebut harus
dikembalikan ke bagian HSE tanpa terkecuali untuk dimusnahkan.

Page 46
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
II.3. Catatan Penyimpanan dan Pengeluaran Alat Pelindung Diri (PPE Issue and
Record
Keeping).

Semua alat pelindung diri yang dikeluarkan untuk para karyawan akan dicatat. Sebagai
tambahan, catatan pengeluaran tersebut juga akan digunakan sebagai bahan kontrol tentang
penggunaan, seleksi dan untuk stock alat pelindung diri .

II.4. Persyaratan dalam Penggunaan (Requirement for Use)

Persyaratan untuk menggunakan alat pelindung diri perorangan dalam suatu area yang
ditentukan adalah merupakan suatu keharusan. Adalah menjadi tanggung jawab baik setiap
karyawan maupun pengawas yang bersangkutan untuk menjamin bahwa ketentuan yang
dikeluarkan telah sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
Apabila ada karyawan yang dengan sengaja dan mengetahui tidak mengindahkan
ketentuan
ini akan dikenakan sanksi serta dikenakan tindakan tidak disiplin yang pada akhirnya
karyawan tersebut dapat dikeluarkan dari perusahaan.

I. PENGAKUAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(RECOGNITION OF USE)

Apabila tepat, lini manajemen harus meluangkan waktunya untuk memberi penghargaan kepada
karyawan untuk kebenarannya dalam menggunakan alat pelindung diri secara teratur dan benar.
Dalam hal dimana seorang karyawan telah terlibat dalam suatu kecelakaan dimana ia karena
menggunakan alat pelindung diri mengakibatkan tingkat keparahan akibat cidera menjadi kecil (atau
telah mencegah bagi yang lain), dalam peristiwa ini lini manajemen harus mempertimbangkan untuk
memberi pengakuan dan penghargaan secara tertulis kepada karyawan tersebut.

III.1. Evaluasi Alat Pelindung Diri (PPE Evaluation)

Bagian HSE, bekerja sama dengan manajemen lapangan akan melakukan evaluasi tahunan secara
menyeluruh tentang kecukupan dan keefektifan prosedur- prosedur serta kebijakan tentang alat
pelindung diri. Bilamana disadari ada perbedaan, langkah perbaikan sepatutnya akan
disampaikan kepada manajemen.

III.2. Analisa kebutuhan Alat Pelindung Diri (PPE Need


Analysis)

Alat pelindung diri merupakan suatu alat untuk mengurangi tingkat keparahan apabila terjadi
kecelakaan. Banyak kecelakaan terjadi yang antara lain disebabkan oleh kesalahan pekerja dalam
Page 47
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
menggunakan alat pelindung diri dengan tidak benar.

Page 48
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Hal tersebut diatas dapat terjadi antara lain karena pekerja itu sendiri yang kurang / atau tidak
mengetahui fungsi dari alat pelindung diri yang sebenarnya dan dilain pihak karena masih ada
perusahaan yang belum mempunyai analisa kebutuhan alat pelindung diri, sehingga dengan
demikian secara tidak langsung sering terjadi anggaran yang tidak berkecukupan khusus untuk
alat pelindung diri.

Analisa kebutuhan alat pelindung diri diadakan adalah untuk membantu perusahaan dalam
rangka menentukan kebutuhan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan sehingga dengan demikian keperluan alat pelindung diri pada suatu tempat kerja telah
sesuai dengan persyaratan- persyaratan yang diharuskan untuk bekerja pada tempat kerja dimana
tempat kerja tersebut ada keharusan menggunakan alat pelindung diri yang telah ditentukan.

Berikut adalah analisa alat pelindung diri berdasarkan jenis alat pelindung diri yang diperlukan
dan area pekerjaan :

ANALISA KEBUTUHAN ALAT PELINDUNG DIRI PERORANGAN


(PPE NEED ANALYSIS)

Pelindung Area Yang Memerlukan Jenis- Jenis Pelindung


(Protection) (Areas Needed) (Types of Protection)
Pelindung Mata Seluruh daerah kerja per- Pelindung Muka Menyeluruh
(Eye Protection) usahaan dimana disadari
(Full Face Shield)
terdapat gangguan bahaya
Kacamata (goggles)
terhadap mata, termasuk : Kacamata keselamatan
- Penanganan Bahan dilengkapi pelindung samping
berbahaya (Safety glasses with side
- Lain-lain yang telah protection)
ditentukan.
Semua peralatan tersebut harus
diakui dan disahkan sesuai
standar
ANSI/ ISEA Z87.1-2010
American National Standard for
Occupational and Educational
Personal Eye and Face
Protection Devices
Pelindung Kepala Seluruh daerah kerja Semua Pelindung Kepala yang
(Head Protection) perusahaan, kecuali : telah diakui dan disahkan sesuai
Daerah Kamp dan Perkantoran. standar

Page 49
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
ANSI/ISEA Z89.1-2009
American National Standard
for Industrial Head
Protection,
CA/ CSA Z94.1-2005
Head Protection
Pelampung Melakukan perjalanan diatas air Semua life jacket yang telah
(Life Jacket) dengan menggunakan alat diakui dan disahkan sesuai
transport untuk seluruh daerah standar
kerja perusahaan USCG Regulation Title 33 Chap
1.175.B
Personal Flotation Device
(PFD) type III: Flotation Aid.
Pelindung Tangan Seluruh daerah kerja per- Sarung tangan Katun
(Hand Protection) usahaan yang melakukan (Cotton gloves)
pekerjaan berikut ini : Sarung tangan Kulit
- Penanganan Material (Leather gloves)
- Menggunakan bahan- Sarung tangan Karet
bahan berbahaya (Rubber gloves)
- Menggunakan alat- alat
Sarung tangan untuk penahan
dan perlengkapan
panas (Heat resistant gloves)
Semua peralatan tersebut harus
diakui dan disahkan sesuai
standar
EN 388 -2003 Protective
gloves against mechanical
risks, EN 374-1:2003
Protective gloves against
chemicals and micro-
rganisms,
EN 659:2003
Protective gloves for
firefighters,
EN 12477-2001 Protective
gloves for welders
Pelindung Pernafasan Peralatan ini digunakan pada Semua pelindung pernafasan
(respiratory protection) tempat atau daerah kerja seperti yang telah diakui dan disahkan
: sesuai standar
-Pada tempat yang berdebu ANSI/ AIHA Z88.6: 2006

Page 56
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
-Pekerjaan pengecatan, Respiratory Protection
penyemprotan dengan bahan Respirator Use
kimia
-Daerah berasap atau daerah
dimana kekurangan oksigen

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
6. JOURNEY MANAGEMENT PLAN

 PT. PT. RAMAI JAYA ABADI, mewajibkan agar semua pekerja / karyawan selalu
membuat Route Assessment jika akan melakukan perjalanan darat / mobilisasi dari
lokasi awal ke lokasi tujuan.
 Untuk perjalanan udara menggunakan pesawat PT. PT. RAMAI JAYA ABADI mengikuti
Sistem Manajemen Keselamatan yang berlaku di tiap maskapai penerbangan di
Indonesia sesuai dengan ketentuan ICAO yang diatur dalam Annex 17 dan Annex 18.
 Supervisor akan melakukan pemeriksaan terhadap driver yang akan melakukan
perjalanan / yang akan digunakan / dipakai dari segi kesiapan mental, fisik dan juga
kesehatan dari driver tersebut.
 Terlampir Land Transportation Safety
7.1 ROUTE ASSESSMENT
7.2 JENIS ALAT TRANSPORTASI
7.3 Kompetensi Pengendara
7.4 Inspeksi Alat Transportasi
7.5 Pemeriksaan Kesehatan Pengendara ( Medical Check UP 1 Tahun 1 Kali )

I. UMUM

Salah satu yang terpenting dalam kegiatan operasi perusahaan adalah masalah Transportasi yang
dipergunakan sebagai sarana untuk mengangkut karyawan, peralatan, serta produk lainnya. Dalam
pelaksanaan operasi transport tersebut sangat berkaitan dengan masalah keselamatan, kesehatan
dan kesejahteraan para karyawan.

Dalam bab ini dijelaskan masalah keselamatan dan keamanan serta persyaratan yang diperlukan
sehubungan dengan transportasi darat dengan tujuan untuk menjamin agar kegiatan yang
berhubungan dengan masalah transportasi darat dapat direncanakan sesuai dengan yang
direncanakan, terorganisir, terarah dan terkontrol sehingga dapat mengurangi resiko dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku.

Pelaksanaan tentang manajemen transportasi ini disusun untuk


:

 Memberikan tanggung jawab terhadap masalah transportasi


 Menjamin terpenuhinya semua persyaratan- persyaratan yang ditentukan
 Mengurangi resiko akibat adanya suatu operasi transportasi darat
 Mengurangi luka- luka atau cidera disebabkan oleh kendaraan.
 Mengurangi kerusakan dan kontrol biaya apabila terjadi suatu insiden.

Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Mengembangkan dan menerapkan standar test dan seleksi untuk pengemudi.
 Mengembangkan dan menerapkan standar pemeliharaan kendaraan yang menjamin
semua kendaraan dipelihara dalam kondisi operasi yang aman.
 Mengembangkan dan menerapkan program- program dan prosedur pelatihan pengemudi.

II. KEBIJAKAN KESELAMATAN KENDARAAN BERMOTOR

Mengemudi merupakan resiko terbesar yang dihadapi oleh para karyawan. Guna memperkecil
resiko ini dan memastikan bahwa standar di seluruh daerah kerja untuk kualifikasi dan praktek
mengemudi diikuti, Kebijakan mengemudi Perusahaan ini ditetapkan dan berlaku terhadap seluruh
organisasi karyawan perusahaan.

Kualifikasi Pengemudi
Hanya karyawan yang telah disetujui saja yang diperbolehkan untuk mengemudikan kendaraan atas
nama perusahaan, termasuk kendaraan yang dimiliki maupun yang disewa oleh perusahaan.
Persetujuan hanya diberikan kepada para pengemudi yang telah mengikuti penilaian mengemudi
oleh perusahaan.

Sabuk Pengaman (seat belt)


Sebagai persyaratan hubungan kerja, seluruh karyawan harus mengenakan sabuk pengaman setiap
saat bilamana mengemudikan kendaraan, dan mereka harus memastikan bahwa semua penumpang
dikendaraannya juga mengenakan sabuk pengaman.

Minuman keras dan Obat- obat terlarang


Semua karyawan tanpa memandang apakah seorang pengemudi atau pelaksana kerja lainnya tidak
diperkenankan untuk meminum obat- obat terlarang atau meminum minuman yang beralkohol
selama melaksanakan pekerjaan. Apabila ditemukan karyawan melakukan hal tersebut diatas akan
langsung diberhentikan dari pekerjaan tanpa peringatan terlebih dahulu.
Manajemen Perjalanan

Semua lokasi kerja harus telah menyiapkan program Manajemen Perjalanan yang sesuai. Setiap
program Manajemen Perjalanan masing-masing lokasi harus mencakup seluruh kondisi mengemudi
setempat dan resiko yang telah diidentifikasi.

Keselamatan Mengemudi

Page 3
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Tujuan utama perjalanan dengan menggunakan kendaraan adalah untuk keselamatan setiap
orang, baik sebagai pengemudi maupun sebagai penumpang pada kendaraan yang diikuti.
Selamat ketempat tujuan dan selamat pula kembalinya adalah keinginan bagi setiap pengguna
kendaraan.
 Usahakan agar setiap penumpang dalam perjalanan merasa aman dan sampaikan kepada para
penumpang bahwa peraturan mengharuskan setiap penumpang untuk selalu memakai seat belt
saat dalam perjalanan dengan kendaraan
 Cari tempat yang aman apabila anda ingin memarkir kendaraan.

Keberhasilan program keselamatan kerja adalah merupakan tanggung jawab tiap- tiap karyawan
untuk menerima dan membuat agar pekerjaan yang dilakukannya bebas dari kecelakaan apakah
untuk mereka sendiri maupun karyawan lainnya.

Cepu, 20 Januari 2014


Terima kasih,

Oktavia Cokrodihardjo
Direktur

III. TANGGUNG JAWAB & PENGAWASAN

III.1. Manajemen
Kebijakan perusahaan adalah untuk melaksanakan semua kegiatan dalam hal bagaimana
melindungi keselamatan dan kesehatan para karyawan serta anggota masyarakat. Manajemen
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan- tindakan praktis dalam hal :

 Mengalokasikan sumber- sumber yang cukup terhadap masalah transportasi darat.


 Menjamin terpenuhinya Undang- Undang dan Peraturan- Peraturan yang berhubungan
dengan transportasi darat.
 Mengadakan kebijakan dan prosedur yang dapat meningkatkan keselamatan transportasi
darat dan disesuaikan dengan kebutuhan operasional perusahaan.
 Mengukur dan memonitor kinerja dari setiap unit aktifitas perusahaan dalam hal
keselamatan transportasi darat.
 Menyusun sasaran- sasaran, tujuan dan langkah- langkah kinerja untuk meningkatkan
keselamatan darat secara berkesinambungan.
 Mengevaluasi dan menyediakan peralatan kendaraan transportasi darat yang sesuai.

Page 4
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Memastikan semua kendaraan dan peralatan dirawat sesuai dengan standar keselamatan
yang disyaratkan oleh perusahaan.
 Memastikan bahwa transportasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berhubungan
dengan tanggung jawab terhadap lingkungan.

III.2. Supervisor
Pengawas merupakan kunci keselamatan transportasi darat. Pengawas harus melaksanakan
tanggung sebagai berikut :

 Harus familiar dengan Sistim Manajemen Keselamatan Transportasi Darat yang diterapkan
oleh perusahaan.
 Mengembangkan peraturan dan prosedur pelaksanaan Keselamatan Transportasi Darat.
 Menginformasikan peraturan- peraturan Keselamatan Transportasi Darat kepada seluruh
karyawan.
 Mengembangkan prosedur- prosedur untuk memonitor dan meninjau catatan tentang
pengemudi untuk memastikan bahwa pengemudi tetap melakukan tugasnya sesuai dengan
standar yang berlaku dan mengidentifikasi kemungkinan masalah yang timbul dilapangan.
 Mengembangkan dan melaksanakan prosedur untuk memonitor, mengawasi dan meninjau
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pengemudi transportasi darat.
Prosedur- prosedur ini minimum harus termasuk :Meminta para pengemudi untuk
melaporkan semua kejadian pelanggaran lalu lintas.

a. Membuat catatan permanen terhadap pelanggaran lalu lintas.


b. Meninjau setiap kecelakaan yang melibatkan pengemudi dan catatan pelanggaran-
pelanggaran secara berkala sekurang- kurangnya setiap tahun.

 Membuat dan menerapkan prosedur untuk memastikan jam kerja pengemudi transportasi
darat sesuai dengan Undang- Undang dan peraturan yang berlaku.
 Menyususn pelatihan yang sesuai bagi pengemudi.
 Menegaskan dalam pelaksanaan kebijakan, prosedur- prosedur dalam pelaksanaan
transportasi darat, termasuk undang- undang dan peraturan- peraturan yang berlaku.
 Membuat semua laporan tentang kejadian kecelakaan transportasi darat.
 Bersama- sama dengan “ Team yang dibentuk oleh Manajemen “, menyelidiki semua
kejadian- kejadian dan kecelakaan yang terjadi untuk menentukan akar masalah secara
terperinci, menganalisa dan menindak lanjuti langkah- langkah perbaikan yang disarankan

III.3. Karyawan (Pengemudi)

Para karyawan mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :

Page 5
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Harus terbiasa dengan porsi kerja sesuai dengan kebijaksanaan- kebijaksanaan , peraturan
dan prosedur-prosedeur yang ditarapkan.
 Konsultasi dengan supervisor untuk mendapatkan penjelasan tentang isi Kebijaksanaan
(policy) , peraturan-peraturan atau prosedur-prosedur yang berlaku.
 Dilarang keras mengoperasikan kendaraan dalam keadaan mabuk karena alkohol , obat-obat
terlarang atau pengobatan yang dapat mempengaruhi keselamatan dalam pengoperasian
kendaraan bermotor.
 Beritahukan supervisor apabila sedang mengkonsumsi obat yang beresep atau tidak beresep.
 Melakukan inpeksi keselamatan sebelum menjalankan kendaraan.
 Jangan operasikan kendaraan apabila didapati kondisi kendaraan yang tidak sesuai dengan
standar keselamatan.
 Laporkan segera kepada supervisor apabila ada aktivitas dan operasi kendaraan yang tidak
aman dan ambil tindakan yang tepat bila perlu.
 Berikan bantuan instruksi kepada karyawan baru.
 Segera laporkan setiap kecelakaan dan kejadian-kejadian kepada supervisor untuk ditindak
lanjuti sesuai dengan prosedur-prosedur yang diterapkan oleh perusahaan.
 Segera laporkan apabila ada pelanggaran terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan, peraturan-
peraturan atau prosedur-prosedur yang berlaku, juga berlaku terhadap undang-undang dan
prosedur-prosedur pemerintah.

IV. KEAMANAN MENGEMUDI.

 Setiap pengemudi harus memeriksa kendaraannya sebelum dihidupkan dan pastikan bahwa
kendaraan tersebut dalam keadaan baik dan aman.
 Usahakan mengetahui batasan dan spesifikasi peralatan yang dipakai. Peralatan pada
semua kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
 Semua pengemudi kendaraan harus dilengkapi dengan Surat Ijin Mengemudi kendaraan
bermotor dari Kepolisian Republik Indonesia yang masih berlaku (SIM A, BI, BII).
 Rem parkir harus dipasang bila kendaraan sedang diparkir.
 Sabuk pengaman harus dipakai.
 Para pengemudi dilarang menjalankan kendaraannya sebelum penumpang -
penumpangnya memenuhi persyaratan keselamatan.
 Jangan sekali - kali memundurkan kendaraan apabila pandangan kebelakang terhalang,
kecuali apabila :
 Kendaraan dilengkapi dengan alarm untuk berjalan mundur yang dapat digunakan, serta
dapat terdengar sejauh 200 feet diatas suara - suara disekelilingnya.
 Atau bila ada orang yang memberi isyarat bahwa aman untuk mundur.
 Pada saat mengisi bahan bakar, mesin kendaraan harus dimatikan dan penumpang tidak
dibolehkan merokok.

Page 6
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Pada saat mengemudi di jalan umum, peraturan lalu lintas jalan harus dipatuhi.
 Jangan memuat bahan yang mudah terbakar dibagasi kendaraan.
 Setiap pengemudi sama sekali tidak dijinkan untuk mengambil penumpang atau pejalan
kaki yang bukan karyawan. Hal ini untuk mencegah beban biaya dan tanggung jawab
perusahaan apabila terjadi kecelakaan.
 Apabila pengemudi bertingkah laku yang tidak sopan dalam mengemudikan kendaraannya,
seperti mengganggu pejalan kaki, memonopoli jalan, melanggar peraturan lalu lintas dan
bersikap ceroboh, maka perbuatan tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran.
 Setiap kecelakaan yang menyangkut kendaraan perusahaan, baik kecelakaan berat maupun
ringan, harus dilaporkan secepat mungkin kepada supervisor, dan formulir kecelakaan
harus diisi.
 Dilarang masuk atau keluar dari kendaraan yang sedang berjalan, demikian juga naik
kendaraan yang tidak dirancang untuk kendaraan penumpang . Jangan meninggalkan
kendaraan dengan mesin masih berjalan, atau mengemudi dengan pintu terbuka.
 Tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan kendaraan didaerah yang
udaranya mengandung gas atau didaerah yang mungkin terdapat akumulasi gas.
 Pada waktu hujan kadang-kadang pekerja berlindung didalam kendaraan bermotor yang
sedang diparkir, yang mesinnya masih hidup. Untuk menghindari keracunan karbon
monoksida, ventilasi atau jendela kendaraan harus dibuka lebar untuk menjamin
tersedianya udara segar cukup banyak.

V. TEHNIK MENGEMUDI SECARA DEFENSIF (DEFENSIVE DRIVER)

Defensive Driver adalah pengemudi yang dapat menghindari kecelakaan meskipun orang lain yang
bersalah dan pengemudi yang rela menggugurkan haknya demi untuk menghindari kecelakaan untuk
keselamatan.
Semua pengemudi kendaraan bermotor harus mempraktekkan tehnik mengemudi kendaraan secara
defensif dan ketika sedang bertugas memperhatikan hal- hal berikut ini :

1. Semua pengemudi kendaraan harus hafal dan patuh kepada peraturan-peraturan lalu lintas
baik umum maupun setempat
2. Pada semua kendaraan perusahaan harus dipasang sabuk pengaman. Semua penumpang
mobil perusahaan dan mobil pribadi yang digunakan untuk urusan kerja harus mengenakan
sabuk pengaman didalam kabin dan tidak diijinkan naik bak pick-up atau truk dijalan umum.
3. Pengendara harus membiasakan diri untuk melihat sekeliling guna melihat adanya
kemungkinan bahaya sebelum masuk kendaraan dan menjalankannya.
4. Jika terpaksa melakukan manuver kendaraan ditempat yang sempit, yakinkan bahwa jalan
telah kosong dan pengemudi dapat melihat ke seluruh daerah tersebut. Jika pandangan
pengemudi terhalang harus dibantu oleh orang lain yang pandangannya tidak terhalang.

Page 7
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
5. Jika pekerja yang mengemudikan kendaraan perusahaan mengantuk , harus digantikan oleh
pekerja yang bisa mengemudi. Jika tidak ada orang lain yang dapat mengemudi, pekerja
tersebut tidak boleh melanjutkan perjalanan sebelum dapat lagi mengemudi dengan aman.
6. Sebelum menghidupkan kendaraan di pagi hari , bersihkan dulu semua jendela . Jika hanya
membersihkan sebagian kaca depan dan sebagian kaca belakang saja tidak akan memberikan
pandangan yang luas.
7. Mengemudi adalah tugas utama. Pengemudi tidak boleh mengemudikan kendaraan sambil
melakukan kegiatan lain. Sebagai contoh : kendaraan harus dipinggirkan dan dihentikan pada
waktu menggunakan telpon mobil, atau membuat catatan.
8. Dilarang mengemudikan kendaraan secara tidak aman dan tidak sopan, misalnya mengemudi
secara ugal- ugalan, tidak menghormati hak pejalan kaki, melanggar peraturan lalu lintas dan
segala macam bentuk kecerobohan lainnya yang disengaja.
9. Pengendara peralatan otomotif yang bekerja didaerah operasi perusahaan harus mematuhi
peraturan lalu lintas yang berlaku.
10. Mengemudi pada batas kecepatan maksimum pada keadaan tertentu dapat membahayakan
keselamatan. Pengemudi kendaraan perusahaan harus mempertimbangkan baik- baik dan
mengatur kecepatan sesuai dengan kondisi kendaraan, lalu lintas jalan dan cuaca.

Pengemudi yang defensive mempunyai kriteria sebagai berikut :

a. Dapat menghindari kecelakaan


b. Mematuhi Peraturan
c. Sopan santun
d. Tepat waktu
e. Tidak menyalah gunakan kendaraan

Pengemudi yang waspada adalah :

1. Pengemudi yang mau dengan sengaja menggugurkan haknya untuk menghindari kecelakaan
2. Pengemudi yang selalu mengimbangi kekurang trampilan pengetahuan pengemudi lain
(lawan)
3. Pengemudi yang menyadari bahwa dia tidak mempunyai kemampuan untuk mengontrol
kelakuan yang tidak terduga dari pengemudi lain/ pengguna jalan ataupun kondisi jalan dan
cuaca.
4. Pengemudi yang mampu menghindari kesalahan- kesalahan dan jebakan- jebakan sewaktu
mengemudi
5. Pengemudi yang dapat menyesuaikan dirinya dengan kendaraan, jalan, keadaan dan cuaca.

Page 8
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Lima Sikap Pengamatan :

1. Pandangan jauh kedepan. Lihat sejauh mata memandang 30-120 detik kedepan.
Memposisikan mobil di tengah di jalur lalu-lintas, menempatkan pada posisi yang aman sejak
dini
Pandanglah sejauh mata anda memandang, Zona penglihatan di dalam kendaraan terbagi
menjadi 3 Zona / Daerah Penglihatan:
 ZONA PERENCANAAN : (MENGETAHUI ANCAMAN), daerah penglihatan yang akan anda
lintasi dalam 30 - 120 detik didepan
 ZONA PENELITIAN : (MEMPELAJARI ANCAMAN & SIAP MENGAMBIL KEPUTUSAN),
dimana ancaman terlihat jelas mulai jarak 12 - 15 detik di depan
 ZONA BERTINDAK : (MENGHINDARI ANCAMAN), dimana anda bertindak diketahui
dalam 4 - 6 detik di depan
2. Kuasai seluruh bidang pandang dengan cara melakukan pemeriksaan secara kontinu
terhadap kondisi sekeliling. Bergerak secara halus pada saat berhenti maupun saat menikung
tidak tersentak- sentak. Dengan cara ini anda akan mempunyai waktu yang cukup untuk
bereaksi. “ Jaga Jarak dan kuasai seluruh bidang ”
3. Gerakan mata anda kedepan - 2 detik. Periksa kaca spion belakang  setiap 5 - 8 detik. Hal
ini membuat anda terus WASPADA, menghindari tabrakan di persimpangan dan tabrakan
dari belakang.
4. Ruang untuk menghindar. Selalu menyediakan ruang untuk menghindar, jarak antar
kendaraan atau berada pada jalur yang benar bahkan keluar dari bahu kiri jalan.
Mempunyai ruang alternative pada keempat sisi, ingat selalu ke depan. Bersiaplah, antisipasi
apa yang tidak diperkirakan”.
5. Pastikan mereka melihat Anda. Berkomunikasilah dalam bahasa lalu-lintas: klakson, lampu,
isyarat. Manfaatnya adalah menjalin kontak mata langsung, menghindari pejalan kaki dan
tabrakan di pesimpangan.

VI. MANAJEMEN PERJALANAN

Tujuan dari prosedur manajemen perjalanan adalah untuk menjamin keselamatan bagi para
pengemudi, penumpang dan barang. Prosedur manajemen perjalanan meliputi antara lain :
a. Mengurangi kebutuhan terhadap transportasi darat yang kurang penting
b. Mengurangi lamanya perjalanan dan meningkatkan efisiensi
c. Memonitor kinerja
d. Menjamin pengemudi kendaraan menyadari setiap perencanaan perjalanan dan resiko
e. Mengurangi resiko operasi transportasi darat

Page 9
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Pengurangan Perjalanan

Elemen penting dalam perencanaan manajemen perjalanan adalah penilaian (assessment) terhadap
kebutuhan perjalanan transportasi darat. Mengurangi kebutuhan dengan transportasi dapat
mengurangi resiko transportasi bagi pengemudi, penumpang dan barang.

Setiap perjalanan transportasi darat harus dianalisa berdasarkan kebutuhan perjalanan business,
resiko pengemudi, penumpang dan barang serta alternatif praktis yang tersedia.

Beberapa cara mengurangi resiko perjalanan darat seperti:


a. Penggunaan alat transportasi alternatif seperti udara, air, kereta, dan lain- lain
b. Menggunakan metode komunikasi elektronik

VI.1. Pre- Trip Mental Inventory


Sebelum melakukan suatu perjalanan dengan menggunakan kendaraan, seorang pengemudi perlu
untuk melakukan suatu pertanyaan pada diri sendiri tentang :
 Siapkah mental dan fisik saya untuk mengemudi
 Dapatkah saya menduga hal-hal luar biasa dan tak terduga seperti cuaca, dan kondisi lalu lintas
 Bagaimanakah kondisi mobil yang saya kemudikan
Setelah menjawab pertanyaan ini dengan “ YA “, kenakan seat belt, hidupkan mesin dan siap
untuk mengadakan perjalanan.

VII. KEAMANAN KENDARAAN


Untuk mencegah suatu kecelakaan yang mungkin dapat terjadi serta guna memudahkan dalam
melakukan suatu perjalanan, berikut ada 12 hal yang mencakup dalam daftar Periksa sebelum
melakukan perjalanan guna mencegah kecelakaan sedini mungkin, yaitu :
 Periksa semua lampu.
 Periksa bahan bakar, minyak mesin, bahan pendingin mesin dan sabuk pengaman.
 Periksa apabila ada klem pelek yang kendur dan periksa pula ban untuk memastikan tekanan
udara dan kondisinya baik.
 Pastikan semua peralatan yang kendur telah dikencangkan.
 Periksa peralatan pengaman yang diisyaratkan oleh perusahaan dan peraturan Pemerintah
yang antara lain meliputi :
 Sabuk Pengaman
 Penyapu kaca depan
 Alat Pemadam kebakaran
 Segitiga Pengaman

Page 10
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Kotak P3K
 Kunci, dan lain-lain.
 Singkirkan semua benda lepas seperti botol minuman atau bahan berbahaya dari tempat
pengemudi.
 Pastikan kaca depan dan jendela sisi bersih dan bahwa kaca spion belakang bersih dan telah
distel untuk pandangan yang benar.
 Hidupkan mesin dan amati seluruh instrumen, meter pengukur dan lampu indicator guna
memastikan pengoperasian yang benar.
 Pastikan bahwa system rem bekerja dengan baik
 Periksa penyapu kaca depan dan klason.
 Pastikan bahwa seluruh dokumentasi yang disyaratkan ada, termasuk namun tidak terbatas
pada : Surat Ijin Mengemudi, STNK, lain-lain.
 Kencangkan sabuk pengaman.

VII.1. Cara Mundur Yang Aman

 Amankan Lokasi di belakang dan di samping kendaraan anda


 Bunyikan klakson sebelum mundur
 Apabila yakin keadaan aman, mundur segera dan ingat di belakang Anda bisa berubah
 Mundur dengan cara perlahan-lahan
 Pada saat mundur lihat kaca spion
 Jangan mundur melebihi jarak yang diperlukan
 Selalu mundur ke sisi pengemudi
 Gunakan pemandu
 Parkir kendaraan dengan posisi siap maju

VIII. MENGEMUDI SAMBIL BERKOMENTAR (COMMENTARY DRIVE)

Mengemudi sambil berkomentar (commentary drive) adalah suatu tes kelayakan mengemudi
berdasarkan cara mengemudi yang defensif (benar & aman) dengan menggunakan teknik 5 SIKAP
PENGAMATAN yang gunanya meninjau keterampilan dan kebiasaan mengemudi.
Sedangkan tujuan mengemudi sambil berkomentar adalah untuk :
 Meningkatkan perhatian & konsentrasi pada saat mengemudi
 Mengetahui kekurangan-kekurangan diri sendiri
 Selalu memprioritaskan ancaman-ancaman bahaya
 Meningkatkan dasar-dasar 5 SIKAP PENGAMATAN
 Meningkatkan kebiasaan kontak mata
 Menggunakan prinsip ruang dan bidang pandang

Page 11
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Dalam mengemudi sambil berkomentar, maka hal-hal yang harus dilaksanakan dalam prakteknya
adalah :

 Saat berhenti dibelakang kendaraan : roda belakang dapat dilihat


 Dipersimpangan : periksa kanan - kiri - kanan sebelum melintasinya
 Hitung penundaan 1,2,3 setelah kendaraan di depan mulai bergerak
 Jarak aman waktu mengikuti (4 - 6) detik untuk kendaraan kecil
 Jarak aman waktu mengikuti (6 - 8) detik untuk kendaraan besar
 Pengecekan kaca spion lima sampai delapan detik
 Saat- saat dilampu hijau - titik keputusan
 Periksa ruang kemudi kendaraan yang diparkir
 Periksa kaca spion ketika mengerem / berhenti
 Menoleh kesamping - mengamankan bidang pandang
 Jalin kontak mata
 Gunakan jauh kedepan (30 - 120 detik kedepan)
 Posisi tangan yang tepat adalah ( 10 - 2 )
 Pengecekan kendaraan
 Gunakan putaran mesin yang sesuai / mengemudi tidak kasar

IX. PERAWATAN KENDARAAN

Perawatan kendaraan merupakan bagian yang penting dalam menunjang masalah keselamatan
transportasi darat. Perawatan yang benar terhadap kendaraan transportasi darat akan mengurangi
kecelakaan, kejadian- kejadian dan kerusakan yang fatal.

Semua kendaraan harus dirawat sesuai dengan prosedur yang benar. Perawatan rutin yang
dimonitor dan dilakukan pada basis “ per-kilometer per-hari “ atau konsumsi bahan bakar sesuai
kendaraan yang beroprasi. Perawatan yang rutin harus dijadwalkan untuk memaksimalkan
keselamatan dan kegunaan. Bagian Pemeliharaan (Maintenance) mempunyai tanggung jawab utama
terhadap perawatan kendaraan transportasi darat. Team pemakai dan operator mempunyai
tanggung jawab untuk mengidentifikasi perawatan dan persyaratan keselamatan. Untuk setiap
kendaraan bus dan kendaraan cadangan penumpang, pre-trip inspection harus dilakukan dan
didokumentasikan oleh operator setiap sebelum melakukan perjalanan.

Kendaraan transportasi darat harus sesuai dengan standar lingkungan minimal, undang- undang dan
peraturan yang berlaku. Kendaraan yang dioperasikan harus tetap memperhatikan standar
keselamatan, kesehatan dan lingkungan kendaraan, misalnya tingkat emisi udara.

X. PROSEDUR LAPORAN KECELAKAAN / INSIDEN TRANSPORTASI DARAT

Page 12
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Laporan dan prosedur- prosedur perbaikan sangat penting untuk laporan penanganan serta
penyelidikan kecelakaan/ insiden.

X.1. Laporan

Suatu Laporan awal tentang kecelakaan sangat diperlukan untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi tentang kecelakaan tersebut. Laporan yang cepat yang dilakukan pengemudi
terhadap pihak yang bertanggung jawab setelah kecelakaan dapat dilakukan melalui telepon,
radio atau peralatan komunikasi lainnya.
Adapun bahan yang dilaporkan adalah sebagai berikut :
 Identitas pengemudi dan kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan.
 Waktu dan lokasi kecelakaan.
 Tingkat kerusakan atau cidera
 Jenis dan keadaan barang atau penumpang
 Keadaan cuaca
 Petugas kepolisian atau aparat keamanan yang terkait
 Kondisi kendaraan
 Keterangan singkat tentang peristiwa yang menyebabkan kecelakaan
 Pendukung tambahan yang diperlukan ditempat kejadian
 Laporan tertulis dan pernyataan pengemudi serta saksi.

Penanganan di Tempat Kejadian

Masalah berikut ini sebaiknya dimasukkan kedalam prosedur penanganan kejadian serta dalam
suatu perencanaan :

 Prosedur- prosedur laporan untuk pelayanan keadaan darurat


 Prosedur untuk laporan dan tindakan penanganan kecelakaan dan sumber- sumber
terkait lainnya dalam keadaan darurat
 Pengenalan bahaya lalu lintas
 Perlengkapan darurat/ sumber- sumber yang ada ditempat kejadian
 Perawatan cidera dan sumber- sumber perawatan yang ada
 Muatan barang dan prosedur penanganannya termasuk benda- benda berbahaya
 Tindakan team penyelidikan kecelakaan.

X.2. Penyelidikan Kecelakaan

Semua kecelakaan transportasi darat yang terjadi harus diselidiki sesuai dengan prosedur standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh pimpinan
terkait dan HSE Departemen.

Page 13
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Sebagai tambahan terhadap hal- hal standar yang diperlukan dalam penyelidikan kecelakaan, hal
khusus berikut yang berkenaan dengan kecelakaan harus pula diselidiki, yaitu :

 Jenis permukaan jalan (seperti beraspal, beton, batu krikil)


 Keadaan permukaan jalan (rata, kasar lembab, berpasir)
 Gerakan roda yang menggelincir atau jejak ban (ukur dan di photo jika mungkin)
 Kecepatan kendaraan yang bersangkutan
 Pengamatan dari segala sisi (tanjakan, bukit, bangunan yang menghalangi pandangan dan
lain- lain, jika perlu diphoto.
 Batas pandangan sesuai dengan waktu atau cuaca (hujan lebat, kegelapan, kabut, asap) dan
lain- lain.
 Pernyataan saksi- saksi dan pihak- pihak yang terkait
 Kondisi pengemudi yang bersangkutan (kelelahan, pengaruh alcohol, obat- obat terlarang
dan lain- lain)
 Diagram tempat terjadinya kecelakaan
 Photo- photo tempat terjadinya kecelakaan
 Seluruh jam mengemudi dari pengemudi sejak periode terakhir.

Page 14
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
7. EMERGENCY RESPONSE PLAN
7.1 EMERGENCY RESPONSE PROCEDURE

1. Penanggulangan Keadaan Darurat Kecelakaan Kerja:


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah tindakan pertolongan sementara yang diberikan
kepada seseorang yang mendapat kecelakaan, sampai korban kecelakaan mendapat perawatan
kesehatan lanjut atau dibawa ke Rumah Sakit.

2. Penanggulangan Keadaan Darurat Kebakaran:


Untuk menghindari terjadinya kebakaran di tempat kerja maka semua pekerja diharapkan dapat
selalu memperhatikan hal-hal di bawah ini :
• Bila anda meninggalkan lokasi kerja perhatikan bahwa semua peralatan yang menggunakan
listrik seperti mesin tik listrik, mesin fotocopy, komputer, water dispenser, alat pemanas, termasuk
penerangan telah diputuskan hubungan listriknya.
• Merokok di tempat yang telah ditentukan, pastikan bahwa puntung rokok tersebut tidak ada
bara api sebelum dibuang ke asbak / tempat pembuangan
• Dilarang membawa masuk/menyimpan barang-barang yang mudah terbakar kedalam bangunan
• Jika mendapatkan kerusakan atau gangguan instalasi listrik segera menghubungi petugas
yang terkait
• Jangan membebani muatan pada satu stop kontak secara berlebihan, satu stop kontak hanya
dapat dibebani maksimum 2.200 watt atau 10 ampere
Untuk pekerjaan yang memerlukan izin kerja:
• Ikuti semua petunjuk yang tertera dan tertulis dalam ijin kerja
• Basahkan/semprot dengan air, daerah-daerah dekat pengelasan dan pemotongan.
• Putuskan sistem pelindung kathodik sebelum pekerjaan pemotongan atau pemisahan pipa-pipa
dan segera difungsikan kembali setelah pekerjaan selesai.
• Jika pekerjaan telah selesai, yakinkan bahwa semua area kerja telah bersih dari kemungkinan
kebakaran sebelum ijin kerja ditutup.
• Hentikan segera semua kegiatan atau pekerjaan jika kondisi akan membahayakan yang
menimbulkan terjadi kebakaran atau jika mendengar sirene darurat.
• Yakinkan bahwa seorang pemerhati kebakaran (fire watcher) telah berada di area, sebelum
pekerjaan dimulai.

Untuk memudahkan penanggulangan kebakaran dan evakuasi dalam keadaan darurat di tempat
kerja maka semua pekerja diharapkan dapat selalu memperhatikan hal-hal di bawah ini :
• Alat Pemadam Api Ringan harus dilaksanakan pemeriksaan secara berkala.
• Alat pemadam api ringan dalam kondisi yang siap untuk dioperasikan harus dipasang pada
tempat yang telah ditentukan setiap saat.
• Jauhkan/usahakan daerah lokasi kerja bebas dari puing-puing yang berserakan.

Page 15
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
• Pelihara koridor-koridor yang menuju sarana jalan keluar/darurat selalu tetap bebas hambatan.
• Pastikan tidak ada barang-barang di depan Hidran Box atau APAR yang dapat menghalangi
dalam mencapainya.
• Pelajari lokasi alat pemadam api dan bagaimana memakainya.
• Pelajari jalan keluar.
• Lakukan Pelatihan Evakuasi secara berkala.

3. Penanggulangan Keadaan Darurat Bencana Alam ( Banjir, Gempa Bumi, dll ) :


a. Menghentikan pekerjaan dan merapihkan alat-alat kerja apabila dimungkinkan.
b. Menginstruksikan untuk dapat menyelamatkan diri, melalui pintu-pintu ataupun jalan
yang sudah ditetapkan melalui supervisior lapangan.
c. Mencari bantuan melalui instansi terkait.

4. Penanggulangan Keadaan Darurat Gangguan Masyarakat (Di dalam Area Pekerjaan):


Apabila terjadi huru-hara, Demontrasi, maka akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghentikan sementara pekerjaan.
b. Memberikan arahan kepada pekerja agar tidak terpancing provokasi melalui supervisior
lapangan.
c. Melakukan koordinasi kepada petugas keamanan setempat.
d. Melaporkan adanya keadaan darurat kepada polisi wilayah setempat.

5. Penanggulangan Pencemaran
Melakukan pengumpulan data dan laporan lengkap, pengawas wilayah setempat segera
melaksanakan tindakan sebagai berikut :

Mengamankan daerah sekitar pencemaran terhadap sumber api dan meminta bantuan Keamanan
(Security) untuk menutup daerah tersebut dari lalu lintas umum dan dari orang - orang yang tidak
bertanggung jawab,

Membantu korban yang mungkin ada,


Menghentikan, memperbaiki dan mengisolir sumber pencemaran.

Page 16
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
7.2 Tim Emergency Respond

( Format Terlampir )

7.3 Tim Medical Evacuation

( Format Terlampir )

7.4 MOU dengan Rumah Sakit ( Lakukan kerjasama dengan RS terdekat dari lokasi Project )

7.5 Emergency Contact Number

RENCANA PERSIAPAN KEADAAN DARURAT


EMERGENCY PREPAREDNESS PLAN

PUSAT PENGENDALIAN KEADAAN DARURAT


(EMERGENCY- CONTROL CENTER)

OFFICE : 0296-422255
021-83783323
REGU LUAR (EXTERNAL TEAM)
PMK (Fire Brigade) :

POLISI : 0769-41033 REGU TANGGAP DARURAT (EMERGENCY TEAM)


RUMAH SAKIT : 0761-493380 TRANSPORT
HSE DEPT. : 021- 83783323
HRD. DEPT. : 0296-422255

LOGISTIC DEPT.
0296-422255

PEMILIK / OWNER :

Pernyataan kepada karyawan


untuk Evakuasi ke tempat DIREKTUR Oktavia Cokrodiharjo
berkumpul 021- 83783323
(Muster Point)
HP : 081331168333

Page 17
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
PERSONAL CONTACT NUMBER & EMERGENCY CALL
PHONE (OFFICE): 0296- 422255
TELEPHONE
NO NAMA JABATAN
MOBILE
1 Oktavia Cokrodiharjo Direktur PT. RJA 081331168333
2 Hartik PS General Manager 081325609560
3 Maya Puspita Procurement 085327370022
4 Dedhy Pratama HSE Officer 082178005702
5 Khafid Sahroni Site Manager 081275180185
6 M. Ichyan Sahroni HSE Dept. 082377656999
7 D. Novrizal Santoso HSE Dept. 081327720000
8 Dedi Setyawan Spv. Construction 085290305891
9 Iman Rizki Pengawas PEP 081285637421
10
11
12

No EMERGENCY FACILITY PHONE

1 Klinik Utama Budi Mulya 0761-493380


2 Puskesmas Lirik 08136565577
3 Polsek Lirik 0769-41033

8.6 Jadwal Pelatihan ( Emergency Drill )

 Jadwal pelaksanaan pelatihan dilakukan 1 kali sebelum kegiatan proyek dimulai, dengan
terlebih dahulu mensosialisasikan ke seluruh pekerja yang terlibat di proyek tersebut.

Page 18
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
8.7 Peralatan Emergency ( Standar)

NAMA
No TYPE KAPASITAS KEGUNAAN PENEMPATAN
PERALATAN

1 APAR POWDER 6 KG – 9 KG Alat Pemadam Api Lokasi Proyek

Penanggulangan
2 Tempat Sampah - 20 Liter Lokasi Proyek
Pencemaran

3 Hand Phone (HP) Standar - Alat Komunikasi Tim Dilapangan

4 KOTAK P3K Standar Pertolongan Pertama Lokasi Proyek

5 Tandu Standar Evakuasi Lokasi Proyek

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
8. INVESTIGASI INSIDEN
8.1 ANOMALY ANG ACCIDENT REPORT AND INVESTIGATION PROCEDURE

Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua karyawan perusahaan memahami
perlunya suatu penanganan kecelakaan, insiden/near miss/ hampir celaka, anomaly/ penyimpangan
dan bahwa setiap kecelakaan, insiden dan penyimpangan/ anomaly yang mungkin terjadi ditempat
kerja ditangani dengan sebaik - baiknya.
Sebagai suatu acuan standar, prosedur ini dapat membantu kita melaksanakan pelaporan dan
penyelidikan untuk suatu kecelakaan, insiden/ near miss dan anomaly sesuai dengan ketentuan
Perusahaan.

Dengan pemahaman yang mendalam atas prosedur pelaporan dan penyelidikan ini, kita menuju ke
suatu sasaran Perusahaan dalam masalah keselamatan kerja, meminimalkan kecelakaan, korban luka-
luka dan kerugian Perusahaan yang mungkin dapat terjadi.

II. BATASAN DAN


PENGERTIAN

Kecelakaan (Accident ): adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak diinginkan yang
berakibat luka - luka, cidera, cacat ataupun kematian pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada
peralatan atau lingkungan sekitar.

Insiden (Incident) adalah suatu kejadian yang tidak terencana yang tidak mengakibatkan suatu
kerugian, namun apabila hal tersebut terjadi pada kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan
luka - luka pada manusia, kerugian proses, kerusakan pada peralatan atau lingkungan sekitar.
Definisi ini selalu digunakan dalam istilah keselamatan kerja dan kadang - kadang disebut Near Miss
atau lebih tepatnya Near Accident (DNV/ILCI).
Penyimpangan (Anomaly) :

Penyimpangan dari suatu ketentuan/ prosedur (Anomaly) adalah suatu keadaan berbahaya yang
disebabkan oleh karena adanya tindakan dibawah standar, yang mengakibatkan terjadinya kondisi
dibawah standar, yang apabila tidak diatasi dengan segera akan dapat mengakibatkan
terjadinya suatu kecelakaan atau insiden. Anomaly merupakan suatu situasi yang mempunyai
potensi untuk memperbesar terjadinya suatu insiden.
Apabila terjadi suatu penyimpangan (anomaly), semua kegiatan harus segera dihentikan (STOP
=
Safety Training Observation Program) untuk selanjutnya segera diadakan perbaikan sampai kondisi
tersebut telah dinyatakan aman oleh pihak yang berwenang.

Kecelakaan dengan Hari Hilang (Lost Time Accident) : adalah suatu kecelakaan yang mengakibatkan
luka atau sakit akibat kerja sehingga karyawan yang bersangkutan tidak mampu untuk bekerja seperti
semula pada shift berikutnya

Hari Hilang adalah hari dimana pekerja tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja tambang,
dihitung mulai pada jadwal kerja hari berikutnya sampai dengan mampu bekerja kembali. Selama
Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
proses medis untuk kepentingan observasi tidak dianggap sebagai hari hilang, kecuali hasil observasi
tersebut positif bahwa pekerja tidak mampu bekerja. Hari minggu, hari libur dan hari besar yang
terdapat dalam kurun waktu tidak mampu kerja dianggap sebagai hari hilang.

Kasus Pertolongan Pertama (First aid cases) adalah setiap peristiwa kecelakan yang tidak
menyebabkan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan.

Jumlah korban fatal (Number of Fatalities) adalah jumlah korban sebenarnya yang meninggal akibat
suatu kecelakaan kerja

Fatal Accident Rate adalah ukuran terjadinya kecelakaan yang bersifat fatal per dua ratus ribu jam
kerja dalam periode tertentu.

Kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injuries) adalah jumlah keseluruhan korban
meninggal, cacat permanen total, cacat permanen sebagian dan kasus-kasus hilangnya hari kerja.

Keseluruhan Incident Rate yang Tercatat (Total Recordable Incident /TRI) adalah jumlah seluruh
kasus kecelakaan yang berhubungan dengan cidera atau penyakit akibat kerja, disebabkan oleh :

Kasus kehilangan hari kerja (Lost Workday Cases), seperti :


 Kecelakaan Fatal (Fatal Accident) adalah suatu kecelakaan kerja tambang yang menyebabkan
kematian tanpa memperhitungkan tenggang waktu antara terjadinya kecelakaan dengan
meninggalnya korban.
 Kasus Meninggalkan Hari Kerja (Days Away from Work Cases) : Kasus- kasus dimana
karyawan atau kontraktor pergi meninggalkan pekerjaan sehari atau atau lebih setelah hari
kerjanya sehubungan dengan cidera atau sakit akibat kerja.
 Kasus Hari Kerja yang Terbatas (Restricted Work Day Cases) adalah setiap kecelakaan kerja
yang menyebabkan pemberian tugas di luar tugas yang biasa dikerjakan sebagai
pekerjaannya setelah hari terjadinya kecelakaan. Tugas terbaik yang diberikan harus
mempunyai arti dan ditentukan lebih dahulu atau merupakan bagian besar suatu jabatan.

Keseluruhan Incident Rate yang tercatat selama 1 (satu) tahun (Total Recordable Incident Rate for
Each Year) adalah jumlah keseluruhan kasus Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI)
ditambah dengan kasus hari kerja yang terbatas (RWDC) dan Kasus Perawatan Medis (MTC)
setiap dua ratus ribu jam kerja selama jangka waktu 1 (satu) tahun.

(LTI + RWDC + MTC) x 200,000


TRIR = -------------------------------------------
Jumlah Jam Kerja karyawan

Kasus Perawatan Medis (Medical Treatment Cases) adalah setiap kecelakaan kerja yang tidak
menyebabkan kehilangan hari kerja atau hari kerja yang terbatas (RWDC) tetapi
membutuhkan perawatan oleh, atau dibawah pengawasan khusus dari seorang Dokter karena
diperlukan perawatan yang melebihi dari pengobatan First Aid.

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Frekuensi kecelakaan berakibat hilangnya hari kerja (Lost Time Injury Frequency) adalah jumlah
Kecelakaan dengan Hari Hilang (LTI) setiap dua ratus ribu jam.

LTI x 200,000
LTIF = -----------------------------------
Jumlah Jam Kerja Karyawan

Severity Rate (tingkat keparahan) yaitu jumlah keseluruhan kehilangan hari kerja selama masa
jangka waktu tersebut dikalikan 1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.

Frequncy Rate (tingkat kekerapan) yaitu jumlah keseluruhan kasus “lost time accident”
dikalikan
1,000,000 dan dibagi dengan jumlah jam kerja terpapar.

Tingkat kekerapan tabrakan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Crash Frequency Rate) adalah
setiap peristiwa yang melibatkan semua kendaraan berat dan ringan, termasuk bus atau kereta
(gerbong), dan kendaraan bermotor ( hak milik, sewa, atau yang disewa oleh perusahaan - atau
kendaraan pribadi yang digunakan untuk kepentingan perusahaan) yang berakibat kematian, cidera
atau kerusakan hak milik, kecuali seperti kendaraan yang diparkir dengan benar pada saat kejadian.

Jumlah Kendaraan Bermotor yang Bertabrakan x 1,000,000


MVCFR =
-----------------------------------------------------
------------------- Kilometer Kendaraan yang
digunakan

III. PROSEDUR & ALUR PELAPORAN KECELAKAAN

Setiap kecelakaan, insiden/ near miss ataupun penyimpangan - penyimpangan (anomalies)


akibat adanya suatu tindakan dibawah standar wajib segera dilaporkan kepada atasan langsung yang
terkait.

Adapun pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam prosedur laporan ini adalah sebagai berikut
:

III.1. Supervisor/ Atasan Langsung

Dalam hal kecelakaan fatal, berat atau kecelakaan dengan hari hilang :

 Pastikan bahwa semua korban telah mendapatkan perawatan medis.


 Pastikan bahwa lokasi terjadinya kecelakaan tidak diubah dan telah dilakukan pengamanan

Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
yang diperlukan
 Beritahukan kecelakaan tersebut kepada pengawas langsung yang bersangkutan,
Departemen HSE dan Direktur

Page 3
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Informasikan kepada Departemen HSE hal - hal yang diperlukan guna membuat laporan
pendahuluan (Faxcimile) untuk pihak ketiga yang terkait.
 Lakukan tindakan pencegahan dengan segera agar kecelakaan tidak terjadi lagi sampai
kecelakaan tersebut diselidiki dengan sepenuhnya dan rencana tindakan perbaikan telah
dilakukan.
 Lakukan penyelidikan ditempat kejadian, lengkapi form laporan kecelakaan dan laporan
penyelidikan kecelakaan tersebut dikirimkan ke Departemen HSE secepatnya.

Dalam hal kecelakaan ringan :

 Pastikan bahwa semua korban telah mendapatkan perawatan medis, dan lakukan
pengamanan yang diperlukan terhadap semua yang terlibat.
 Beritahukan kecelakaan tersebut kepada Departemen HSE dan pengawas langsung yang
bersangkutan.
 Lengkapi form laporan penyelidikan kecelakaan dan kirimkan ke Departemen HSE.
 Lakukan tindakan perbaikan untuk mencegah agar kecelakaan tersebut tidak terjadi lagi.

Dalam hal terjadi insiden/ near miss :

 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana terjadi insiden/ near miss dilakukan
penghentian sementara sampai kondisi dinyatakan normal kembali untuk mencegah agar
tidak terjadi kecelakaan.
 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, ketahui jenis tindakan yang segera diperlukan
dan selanjutnya lakukan tindakan - tindakan perbaikan.
 Buat laporan kejadian, sebutkan tindakan yang dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman dan bicarakan dengan kepala bagian.
 Tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya agar dikirimkan ke Departemen HSE.
 Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox dan weekly departemen meeting.

Catatan :
“Adalah sangat penting bahwa semua Insiden/ Near Miss, Penyimpangan/ Anomaly dilaporkan dan
diselidiki dengan cara yang sama seperti kecelakaan yang sebenarnya”.

Dalam hal adanya Penyimpangan - Penyimpangan (Anomalies)


 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana ada penyimpangan - penyimpangan
dilakukan penghentian (penundaan pelaksanaan pekerjaan) untuk mencegah agar tidak
terjadi kecelakaan.

 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut, lakukan tindakan perbaikan yang diperlukan
sampai keadaan telah benar - benar dinyatakan aman baik untuk lokasi dimana pekerjaan
akan dilanjutkan maupun keadaan sekitarnya.

 Buat laporan, sebutkan tindakan yang telah dilakukan sehingga keadaan tersebut benar -
benar telah menjadi aman.

Page 4
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Bicarakan dengan pengawas langsung, tanda tangani laporan kejadiannya, dan salinannya
agar dikirimkan ke Departemen HSE.

 Sampaikan hal tersebut kedalam daily toolbox meeting.

III.2. HSE Supervisor

Dalam hal kecelakaan Fatal, Berat atau kecelakaan dengan Hari Hilang :

 Segera ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, membuat photo dan mencari
serta mengumpulkan bahan - bahan yang diperlukan untuk penyelidikan .

 Bekerja sama dengan bagian Human Resources (HRD) menyiapkan telex/ faxcimile laporan
pendahuluan untuk pihak ketiga yang terkait.

 Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa


diantaranya untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/ atau menampilkannya dalam
monthly / weekly safety meeting.

Dalam hal Kecelakaan Ringan :

 Kirimkan petugas HSE Officer ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan, mencari
serta mengumpulkan bahan- bahan yang diperlukan untuk penyidikan.
 Memeriksa laporan penyelidikan kecelakaan dan membuat ringkasannya, memilih beberapa
diantaranya untuk dipasang di bulletin keselamatan kerja dan/ atau menampilkannya dalam
weekly safety meeting.

Dalam hal terjadi Insiden/ Near Miss :

 Diskusikan dengan segera laporan tersebut dengan HSE Officer


 Pastikan bahwa kegiatan ditempat kerja dimana terjadi insiden/ near miss telah dilakukan
perbaikan untuk mencegah agar tidak terjadi kecelakaan.
 Pastikan bahwa laporan kejadian telah dibuat dan salinannya telah diterima untuk dievaluasi
dan dimasukkan kedalam laporan bulanan.
 Sampaikan hal tersebut kedalam departemen meeting.

Dalam hal terjadi Penyimpangan- penyimpangan (Anomalies)

 Diskusikan dengan segera keadaan tersebut dengan pengawas terkait, bicarakan hal- hal
yang diperlukan dan lakukan tindakan perbaikan dengan segera serta berikan pengarahan
tentang pelaksanaan kerja yang benar.
 Sampaikan hal tersebut kedalam safety meeting.

Page 5
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
III.3. HRD Supervisor

Apabila diberitahu adanya suatu kecelakaan yang mengakibatkan cidera dan hari hilang bagi
karyawan, HRD Supervisor akan menghubungi HSE Supervisor dan bertanggung jawab untuk
melengkapi laporan dalam bentuk KK2 dan seterusnya sesuai dengan ketentuan yang akan
disampaikan ke Departemen Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat dimana terjadi kecelakaan.

Bentuk KK2 – Laporan Kecelakaan, sudah harus diserahkan ke Departemen Tenaga Kerja/
Jamsostek oleh bagian HRD dalam waktu 2 x 24 jam setelah terjadinya kecelakaan.

IV.PENYELIDIKAN KECELAKAAN

Setiap kecelakaan yang terjadi tanpa memandang apakah kecelakaan tersebut bersifat berat atau
ringan harus dilakukan penyelidikan dengan seksama, hal ini merupakan kelengkapan dari suatu
laporan kecelakaan.

Dalam melakukan penyelidikan adalah sangat penting untuk melakukan wawancara - wawancara dan
meminta pernyataan - pernyataan tertulis dengan segera dan secepat mungkin setelah peristiwa
tersebut terjadi dan ini harus dilakukan sebelum para saksi - saksi meninggalkan tempat kejadian /
lokasi. Hal ini harus menjadi pertimbangan bagi orang yang berkepentingan untuk melakukan
penyelidikan kecelakaan.

IV.1. Team Penyelidik

Suatu team penyelidik yang independen harus segera ditunjuk oleh manajemen dengan tugas
utama mencari temuan - temuan yang diperlukan untuk menentukan penyebab kecelakaan.
Team penyelidik sebaiknya di koordinir oleh Manager dan terdiri dari (paling tidak) bagian
yang
bersangkutan dengan kecelakaan, Departemen HSE dan anggota ahli dari bagian
lain.

Dalam hal Kecelakaan Fatal dan Berat :

Dalam hal terjadi kecelakaan yang bersifat fatal atau berat, Direktur atau yang mewakilinya
membentuk team penyelidik yang terdiri dari Manager, Supervisor terkait dengan kecelakaan,
HSE Supervisor serta anggota ahli dari bagian lain.

Laporan penyelidikan terdiri dari :

 Waktu kecelakaan : tanggal, hari, jam, bulan dan tahun,


 Tempat kecelakaan,
 Korban kecelakaan : nama, jenis kelamin, umur, status, jabatan, nama perusahaan,
 Klasifikasi kecelakaan : meninggal/ fatal, berat, sedang, ringan,
 Cerita kejadian yang jelas, keadaan cuaca & kondisi umum,

Page 6
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Urutan hal yang terjadi, faktor penyebab,

Page 7
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Perkiraan kerugian/ biaya, bahan - bahan yang rusak,
 Analisa, kesimpulan dan rekomendasi.

Hal- hal Penunjang :

 Temuan – temuan,
 Laporan Kecelakaan/ Insiden,
 Pernyataan saksi mata, Photo – photo,
 Sketsa/ gambar, Keterangan medis.

Hasil penyelidikan yang lengkap harus diberikan kepada Direktur melalui General Manager
untuk mendukung tindakan - tindakan yang diamati.

IV.2. Team Penyelidik Independen

Team penyelidik terdiri dari Manager, HSE Supervisor, Supervisor yang bersangkutan dan
tenaga ahli yang
sesuai dengan kasus kejadian.

IV.3. Laporan Rekomendasi

Direktur akan mendelegasikan rekomendasi perbaikan sesuai saran- saran dari hasil Team
Penyelidikan kepada Manager/ Supervisor yang bersangkutan dimana terjadi kecelakaan untuk
segera menindak lanjutinya.

Manager/ Supervisor yang bersangkutan akan menindak lanjuti rekomendasi dan melaporkan
kepada Direktur melalui General Manager sampai tindakan perbaikan selesai dilakukan.

IV.4. Pertemuan Manajemen (Management Meeting)

Semua laporan kecelakaan fatal, berat, sedang ataupun ringan akan dibicarakan dalam
coordination meeting, monthly meeting, sampai semua rekomendasi telah selesai ditindak lanjuti.
Dalam hal terjadi insiden yang serius suatu meeting khusus harus dilakukan.

IV.5. Kerugian akibat kecelakaan

Semua team penyelidik akan mengidentifikasi seluruh biaya - biaya/ kerugian akibat
kecelakaan, seperti :
 Jumlah Jam Kerja yang hilang
 Kerugian peralatan,
 Kerugian lain – lain (evakuasi, penggunaan transport, bantuan dan lain-
lain),
 Kehilangan produksi,
 Kerugian - kerugian lain (penalti, denda dan lain -
lain).

Page 8
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Kerugian yang teridentifikasi akan dicatat dalam laporan penyelidikan dan apabila mungkin
akan diperiksa/ diuji untuk ketepatan.

V. TINDAK LANJUT PENYELIDIKAN KECELAKAAN / INSIDEN

Adalah merupakan tanggung jawab bagian HSE untuk menjamin bahwa semua kecelakaan atau
insiden yang terjadi benar- benar diselidiki sesuai dengan prosedur.

Petunjuk teknis untuk pelaksanaan penyelidikan kecelakaan beserta Teknik Menganalisa Penyebab
dengan Sistematis (Systematic Cause Analysis Technique) mengacu pada International Safety Rating
th
System (ISRS 7 edition).

Bagian HSE akan menangani semua laporan kecelakaan yang diterimanya setelah selesai ditanda
tangani oleh pengawas yang berhubungan dengan kecelakaan. HSE Supervisor akan melaporkan
tentang status rekomendasi yang dibuat dalam pertemuan kelompok bulanan (monthly meeting) dan
akan dicatat kedalam notulen meeting sampai semua rekomendasi selesai dilaksanakan.

Bagian HSE melalui Direktur juga bertanggung jawab untuk melaporkan setiap kecelakaan yang
menimpa karyawannya kepada Perusahaan pemberi kerja atau mitra kerja dari perusahaan apabila
terjadi kecelakaan dan laporan ini selain dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam setelah terjadi kecelakaan
kepada mitra kerja juga akan dilaporkan setiap bulannya melalui laporan bulanan.

VI. TEKNIK MENGANALISA PENYEBAB KECELAKAAN DENGAN SISTEMATIS :

VI.1. Keterangan Tentang Kecelakaan

 Tulis dengan singkat, lengkap dan jelas tentang peristiwa terjadinya kecelakaan
 Type/ Jenis kerugian :
 Manusia
 Harta Hak Milik Perusahaan (Property / Asset)
 Proses
 Reputasi

Penilaian dari suatu potensi kerugian bila tidak dikontrol


 Tentukan :
 Potensi kerugian (Besar, Sedang, kecil)
 Kemungkinan berulangnya suatu kejadian :
 Tidak mungkin (1 kali dalam 10 tahun)
 Mungkin (1 kali dalam 5 tahun)
 Sangat mungkin (1 kali dalam 1 tahun)

 Tentukan satu type dari type kontak yang ada. Lihat deretan angka yang tertulis
dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan penyebab langsung (immediate cause)
yang terjadi.

Page 9
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Temukan beberapa penyebab langsung (immediate cause / gejala) yang sesuai dengan
kejadian. Lihat deretan angka yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan
penyebab dasar (basic cause) yang terjadi.

 Cari beberapa penyebab dasar (basic cause / penyakit) yang terjadi. Lihat deretan angka
yang tertulis dibelakangnya yang menunjukkan kemungkinan kegagalan program standar
yang terjadi.

 Buat rekomendasi untuk mengoreksi fungsi kontrol manajemen.

9.2 Tim Investigasi


Tim Penyelidikan Kejadian

Nama Fungsi / Jabatan TANDA TANGAN TANGGAL


Khafid Sahroni Site Manager
M. Ichyan Sahroni HSE Coordinator

Dedhi Pratama HSE Officer

Dedi Setyawan Supervisor

Review Pimpinan Tertinggi

Tanggal : Tanda Tangan,

Oktavia Cokrodiharjo
Direktur

Page 10
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
9. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUB-KONTRAKTOR
10.1 CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT PROGRAM

Untuk pekerjaan ini PT. Ramai Jaya Abadi tidak menggunakan jasa Sub Kontraktor

I. PENDAHULUAN

SMK3L Kontraktor dirancang untuk memperbaiki kinerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Perusahaan serta Kontraktor. Partisipasi aktif yang terus-menerus dari perusahaan dan
Kontraktor sangat penting untuk mencapai sasaran ini. Sementara masing-masing mempunyai
peranan yang khusus, secara terus-menerus dalam memastikan keselamatan setiap orang yang
terlibat, terbuka kesempatan untuk lebih lanjut memperbaiki hubungan perusahaan dan para
Kontraktor dengan menjelaskan secara rinci peran dan tanggung jawab, membangun harapan &
menjaga komunikasi dalam hubungan keseluruhan.

II. LINGKUP DAN PEDOMAN KEBIJAKAN

Sesuai dengan kebijakan manajemen tentang K3L ( Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan )
di mana : “ Prioritas utama bagi perusahaan adalah menjalankan semua pekerjaan secara aman,
tanpa membahayakan orang dan merusak lingkungan ”, maka, perusahaan mempunyai komitmen
untuk melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kontraktor
(SMK3L Kontraktor). SMK3L Kontraktor perusahaan ini adalah dokumen yang dinamis dan akan selalu
diperbaiki.

Pedoman ini dikembangkan untuk Kontrak, Line Manager, Dept. Head dan jabatan-jabatan utama
lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan Kontraktor.
Hal ini dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pelaksanaan dalam seluruh operasi perusahaan
dalam hal menangani Keselamatan Kontraktor.

Ruang lingkup pedoman ini diutamakan bagi semua operasi perusahaan, fasilitas, hak milik atau
daerah lain yang ditentukan di bawah tanggung jawab perusahaan. Pedoman ini tidak perlu dipatuhi
di daerah tanggung jawab Kontraktor maupun di daerah tanggung jawab lain yang bukan milik
perusahaan. Akan tetapi perusahaan akan mendorong Kontraktor untuk mengikuti dan
melaksanakan prosedur ini di kalangan mereka sendiri jika mereka tidak mempunyai prosedur
serupa.

Daftar Periksa dari pedoman ini dikelompokkan terpisah di bawah judul Daftar Pertanyaan
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Kontraktor yang tertulis pada lampiran 1 dari
Program Manajemen Keselamatan Kontraktor ini. Daftar periksa mungkin tidak mencakup

Page 11
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
keseluruhan aspek K3L dalam kegiatan anda yang spesifik. Bila demikian, anda disarankan
untuk mengembangkan daftar periksa tambahan agar sesuai dengan kegiatan anda yang spesifik
tersebut.

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Pedoman ini dirancang untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan pada kinerja K3 di
tempat kerja dengan memfasilitasi perusahaan dan Kontraktor dalam pengaturan program K3 yang
efektif pada kontrak.
Pedoman ini harus melindungi karyawan- karyawan perusahaan maupun karyawan- karyawan
Kontraktor dari cidera dan penyakit di tempat kerja, begitupun juga dari kerugian yang berhubungan
dengan kecelakaan serta menjaga hubungan Kontraktor yang independen.

IV. PROSEDUR

Ada enam (6) langkah dalam SMK3L Kontraktor yang dibagi dalam dua grup, yang masing-masingnya
terdiri dari tiga (3) langkah :
a. Tahap Kualifikasi
1. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menggali kebutuhan akan langkah-langkah SMK3L Kontraktor
selanjutnya. Pekerjaan yang mengandung resiko yang diklasifikasikan sebagai resiko tinggi harus
berlangsung melalui proses pra-kualifikasi mutlak.
2. Pra-kualifikasi merupakan suatu langkah untuk menyaring Kontraktor yang potensial untuk
memastikan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan
tertentu dengan cara yang aman, peduli lingkungan dan mempunyai kesadaran akan dampak
sosialnya terhadap masyarakat sekitarnya dan hal ini mungkin termasuk inspeksi dan audit K3.
3. Seleksi adalah suatu langkah untuk menilai apakah program K3 yang spesifik untuk tingkat resiko
dari pekerjaan dan kriteria evaluasi lelang sudah dipenuhi serta untuk memilih pemenang lelang.
Bila perlu dengan dasar rapat-rapat klarifikasi dan inspeksi dimana tujuannya adalah untuk mengukur
kinerja rencana peserta lelang yang diajukan untuk persyaratan lelang yang spesifik.

b. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Tahap pelaksanaan di lapangan ditujukan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar-standar K3


perusahaan sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan pekerjaan. Tahap ini terdiri dari langkah-
langkah berikut ini :
1. Aktivitas Awal Pekerjaan, di mana semua aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak
dan semua aspek K3 dari kontrak dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum
pelaksanaan kontrak.
2. Pekerjaan Sedang Berlangsung, di mana pelaksanaan pekerjaan yang sebenarnya diperiksa dan
dinilai. Termasuk dalam tahap ini adalah persyaratan mutlak untuk Line Manager yang bertanggung

Page 12
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
jawab dalam pekerjaan untuk melakukan kunjungan-kunjungan ke lokasi-lokasi yang dikelola
Kontraktor dalam waktu tujuh hari hari setelah pekerjaan dimulai (start-up).
3. Penilaian Akhir adalah langkah untuk menyelesaikan keseluruhan kinerja K3 Kontraktor selama
tahap pelaksanaan. Hasilnya akan digunakan sebagai pertimbangan untuk menggunakan Kontraktor
bersangkutan pada projek-projek di masa mendatang.

V. TAHAP KUALIFIKASI

A. Penilaian Resiko
1. Tujuan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dilakukan dan
menilai resiko-resiko K3 yang terkait dengan pekerjaan.

2. Proses Penilaian Resiko

Perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian awal dari resiko-resiko K3 yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini akan membantu Kontraktor dan perusahaan
dalam mengembangkan program-program dan cara kerja yang aman untuk melindungi semua
pekerja. Fokus penilaian harus berupa penilaian terhadap bahaya yang tidak bisa dipisahkan dalam
melakukan pekerjaan. End-user bertanggung jawab melakukan penilaian resiko.

Penilaian resiko harus menyertakan pertimbangan-pertimbangan berikut ini :


• Jenis Pekerjaan
• Pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan oleh Kontraktor yang berbeda
• Lokasi pekerjaan
• Lamanya pekerjaan
• Material/ peralatan yang digunakan
• Konsekuensi Insiden yang potensial
• Potensi paparan (exposure) terhadap bahaya di tempat kerja
• Pengalaman Kontraktor
• Potensi paparan terhadap bahaya untuk semua personil
• Paparan terhadap dampak sosial negatif pada masyarakat setempat

Pra kualifikasi
1. Tujuan
Pra kualifikasi adalah langkah paling penting dalam SMK3L Kontraktor untuk menyaring Kontraktor
yang berpotensi untuk menetapkan bahwa mereka mempunyai pengalaman dan kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang dimaksud dengan aman, dengan cara yang

Page 13
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
mengindahkan lingkungan dan mempunyai kesadaran terhadap dampak sosial terhadap masyarakat
setempat. Semua Kontraktor yang ikut pra kualifikasi harus mampu sepenuhnya dalam mengelola
semua aspek K3 dari pekerjaan. Langkah ini mempunyai kepentingan untuk mengukur kinerja
Kontraktor di masa lalu.
2. Proses Pra kualifikasi
Semua Kontraktor harus mengikuti Pra-kualifikasi. Hanya Kontraktor yang lulus pra kualifikasi SMK3L
Kontraktor yang akan dimasukkan ke dalam daftar peserta lelang untuk proses-proses pelelangan
selanjutnya. Pada umumnya, proses pra kualifikasi dimaksudkan untuk memberikan informasi dasar
mengenai kompetensi Kontraktor di masa lampau, seperti :
• Komitmen dan kepemimpinan Kontraktor dalam hal K3
• Komunikasi K3, pelatihan dan sertifikasi, manajemen Kontraktor dan standar kinerja
• Perencanaan dan prosedur
• Pemantauan atas pelaksanaan dan kinerja
• Prosedur audit, inspeksi dan peninjauan
• Nilai pra kualifikasi terdahulu dalam hal aspek K3
Bila Kontraktor telah lulus dalam proses pra kualifikasi awal, selanjutnya inspeksi terhadap fasilitas
Kontraktor dan audit pada kepatuhan Kontraktor terhadap dokumen pra kualifikasi mungkin
dilakukan. Kebijakan dalam audit K3 disediakan terpisah dari bagian K3.
Kontraktor yang tidak lulus dalam proses pra kualifikasi akan diberikan umpan balik untuk
memberitahukan mereka mengenai alasan kenapa mereka tidak memenuhi syarat dan memberitahu
mereka mengenai tindakan koreksi terhadap kekurangan yang ditemukan. Feedback kepada
Kontraktor akan diberikan oleh Tim Evaluasi. Kontraktor tersebut bisa diberi kesempatan untuk
pekerjaan-pekerjaan di masa datang hanya bila mereka telah membuktikan perbaikan -
perbaikan yang disarankan.
B. Seleksi
1. Tujuan
Tujuan dari tahap seleksi ini adalah untuk menilai apakah Rencana K3 dan kriteria evaluasi
lelang telah dipenuhi dan untuk memilih pemenang lelang, bila perlu melalui rapat-rapat klarifikasi.
2. Penyiapan Dokumen kontrak
Dalam mempersiapkan dokumen kontrak, ada beberapa pertimbangan yang perlu diambil :
• Kontraktor mempunyai tanggung jawab sendiri terhadap rencana K3 nya, dokumen-dokumen
harus menjelaskan ketentuan yang jelas bagi perusahaan untuk melaksanakan audit K3 terhadap
Kontraktor untuk menilai kepatuhannya.
• Dokumen-dokumen harus menyertakan ketentuan bagi perusahaan untuk menunda pekerjaan
jika Kontraktor tidak memenuhi kriteria K3 yang di jelaskan di dalam rencana kontrak. Khusus pada
saat mobilisasi, Perusahaan dapat menahan izin memulai pekerjaan dan menunda pembayaran
hingga semua audit awal pekerjaan sudah mencapai tingkat memuaskan. Namun demikian, sebelum
menunda suatu pekerjaan, perusahaan harus berhubungan dengan Kontraktor untuk memberi
mereka kesempatan guna memperbaiki ketidak-patuhannya.

Page 14
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Perusahaan harus memastikan bahwa tahap mobilisasi dan demobilisasi tercantum di dalam
Rencana K3. Pentingnya persyaratan-persyaratan SMK3 Kontraktor harus dikomunikasikan kepada
semua peserta lelang selama waktu berlangsungnya rapat-rapat klarifikasi pre-bid.
3. Pre-Bid dan Kunjungan Lapangan
Klarifikasi lelang diperlukan untuk memastikan adanya pengertian peserta lelang yang jelas mengenai
persyaratan-persyaratan lelang, tempat kerja, dan aturan-aturan serta persyaratan-persyaratan yang
dikenakan. Persyaratan-persyaratan lelang harus menyertakan aspek-aspek K3. Rapat-rapat pre-bid
dan kunjungan lapangan ditetapkan sebagai suatu yang mutlak untuk diikuti oleh peserta lelang.
Ketidak hadiran dalam rapat-rapat pre-bid dan kunjungan lapangan akan mengakibatkan peserta
lelang di diskualifikasi.

4. Evaluasi Lelang, Peninjauan Lokasi dan Audit


Selama masa evaluasi lelang, End User, Wakil dari departemen K3 dan Kontraktor harus
menyelenggarakan pertemuan-pertemuan untuk berkonsentrasi dalam membahas program K3 yang
dibuat oleh Kontraktor dan menilai seberapa efektif Kontraktor telah memberikan jaminan bahwa
semua bahaya sudah dikenali. Apa yang telah di evaluasi selama proses Pra kualifikasi bisa saja di
evaluasi ulang dan dibandingkan satu sama lain dengan semua peserta lelang, kalau-kalau terdapat
inkonsistensi dengan dokumen Pra kualifikasi peserta lelang.
Rapat-rapat klarifikasi antara perusahaan dan Kontraktor juga harus dilakukan untuk mengklarifikasi
dan menilai selanjutnya kecocokan antara rencana-rencana K3 Kontraktor dan bagaimana rencana
tersebut berinteraksi dengan program K3 perusahaan. Setelah masalah-masalah K3 di evaluasi dan
diberikan nilai, selanjutnya hal ini akan dimasukkan ke dalam evaluasi teknis secara keseluruhan.
Penilaian ini harus didokumentasikan sebab merupakan kondisi yang sangat penting untuk
memenangkan kontrak.
Inspeksi lapangan mungkin dilakukan untuk memastikan kepatuhan terhadap apa yang
telah
diajukan peserta lelang. Wakil-wakil K3 akan membantu dengan menyediakan jaminan K3 dan
memberikan rekomendasi yang diperlukan.

VI. TAHAP PELAKSANAAN DI LAPANGAN

A. Aktivitas Awal Pekerjaan (Pre Job Activities)


1. Tujuan
Tujuan aktifitas awal pekerjaan adalah untuk memastikan bahwa aspek-aspek yang relevan dengan
penilaian resiko kontrak dan semua aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dimengerti
oleh semua pihak sebelum pelaksanaan kontrak.

2. Langkah-langkah Aktivitas Awal Pekerjaan


Aktivitas Awal Pekerjaan terdiri dari dua langkah :
• Aktifitas Pre-mobilisasi

Page 15
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
• Aktifitas Mobilisasi.

2.1. Pra-mobilisasi
Selama masa pra-mobilisasi, semua aspek yang relevan dengan penilaian resiko kontrak dan semua
aspek K3 lainnya dari kontrak dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak sebelum pelaksanaan
kontrak. Termasuk di dalam kegiatan ini adalah kick-off meetings, inspeksi, audit, orientasi lapangan,
dan briefing K3. Topik yang dibahas selama aktivitas ini adalah : diskusi rencana kerja, peninjauan
semua bahaya yang potensial dan masalah-masalah K3, pemeriksaan kesiapan dari semua peralatan
yang diperlukan, alat-alat dan PPE, pembuatan prosedur darurat. Wakil-wakil dari departemen yang
mengajukan kontrak melakukan inspeksi dan bila perlu, dengan bantuan Wakil K3 yang ditunjuk.

2.1.1. Kick-off Meeting


Kick-off meeting harus dilakukan segera setelah kontrak dimenangkan, sebelum pekerjaan dimulai.
Kick-off meeting dilakukan untuk memberi kesempatan kepada Kontraktor untuk mengenali lokasi
kerja perusahaan, fasilitas, orang-orangnya, dan informasi kerja lainnya. Kick-off meeting dipimpin
oleh masing-masing Line Manager dan orang-orang di bawahnya yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan. Dari pihak Kontraktor, personil kunci Kontraktor harus menghadiri kick-off meeting ini.
Jika Kontraktor melakukan kegiatan di daerah kerja perusahaan, kick-off meeting bisa dilakukan di
tempat, baik di kantor perusahaan maupun di kantor proyek Kontraktor. Atau, mungkin juga perlu
diadakan kick-off meeting awal di kantor pusat Kontraktor. Line Manager akan menentukan lokasi
kick-off meeting ini.

Topik yang dibahas dalam kick-off meeting setidak-tidaknya terdiri dari :


• Peninjauan bahaya besar yang mungkin terjadi,
• Konfirmasi rencana K3 yang harus dilakukan termasuk konfirmasi bahwa peranan dan tanggung
jawab telah dijelaskan dengan baik dan dimengerti.
• Distribusi dan penjelasan mengenai program K3 perusahaan, aturan-aturan dasar K3, dan
prosedur kerja serta semua aturan yang berlaku.
• Konfirmasi mengenai tersedianya prosedur darurat Kontraktor.
• Briefing bagi Kontraktor mengenai persyaratan-persyaratan K3.
• Pelaporan Kecelakaan/ Insiden dan prosedur penyelidikan.
• Mengenali aspek-aspek lingkungan.
• Mengenali dampak sosial terhadap masyarakat setempat.
Rapat-rapat ini juga harus digunakan sebagai kesempatan untuk memberi klarifikasi atau
mengangkat masalah K3 yang mungkin belum tercakup dalam dokumen kontrak.

2.1.2. Orientasi Lapangan K3


Orientasi lapangan dilakukan untuk membuat Kontraktor kenal dengan lingkungan kerja, fasilitas,
dan daerah evakuasi kebakaran, keselamatan, dan keadaan darurat. Semua bahaya yang potensial

Page 16
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
dan masalah-masalah K3 lainnya yang ditemukan selama kick-off meeting harus dikomunikasikan
dengan baik selama orientasi ini.

2.1.3. Pelatihan K3
Kontraktor bertanggung jawab untuk melatih dan memberi briefing karyawan-karyawannya sendiri
mengenai semua bahaya yang potensial dan masalah K3 yang berhubungan dengan pekerjaan.
Seorang petugas keselamatan harus mempunyai pengetahuan minimum K3 dan tentang hal-hal yang
mutlak dalam keselamatan seperti Pemadaman Kebakaran, Penggunaan dan Fungsi Alat Pelindung
Diri, P3K serta Penilaian Resiko. Perusahaan akan memeriksa apakah pelatihan tersebut dilakukan
dan didokumentasikan dengan baik. Suatu metoda untuk menentukan pengertian mengenai bahan
pelatihan, misalnya ujian lisan atau tertulis, peragaan, evaluasi di tempat kerja, mungkin digunakan
oleh perusahaan. Pelatihan dan briefing mungkin diperlukan bila pengetahuan yang diperlihatkan
masih di bawah harapan.

2.2. Mobilisasi
Selama mobilisasi, rencana K3 harus dikomunikasikan kepada semua personil perusahaan dan
Kontraktor yang terkait. Kontraktor menjamin bahwa masing-masing menetapkan metoda operasi
yang sesuai dengan rencana K3 yang telah disepakati. Pada tahap inilah pelaksanaan dari rencana K3
oleh Kontraktor secara resmi dimulai. Tergantung dari keadaan, petugas pengawasan tambahan dari
Kontraktor mungkin diperlukan untuk memungkinkan penyusunan dan pelaksanaan rencana K3 yang
lancar.
Selama masa permulaan dari tahap mobilisasi, semua personil kunci yang ditugaskan dalam
pekerjaan harus menghadiri program orientasi K3 yang harus digunakan untuk mengkomunikasikan
rencana K3 dan semua aspek penting K3 lainnya dari kontrak. Progress meeting selanjutnya harus
digunakan sebagai metoda formal untuk meninjau pelaksanaan K3.
B. Pekerjaan Sedang Berlangsung (Work In Progress)
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana K3 yang telah disepakati, dan bahwa kebutuhan K3 tambahan yang ditemukan selama
pekerjaan, diperhatikan dengan benar.

2. Kunjungan Line Manager


• Dalam waktu tujuh hari setelah mobilisasi atau start up, Line Manager yang berwenang akan
mengadakan kunjungan kerja ke semua lokasi yang dikelola Kontraktor.
• Meeting untuk mengkomunikasikan harapan manajemen terhadap semua personil lapangan.
• Aktivitas Audit.

Page 17
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Selain kunjungan keselamatan kerja yang telah disebutkan sebelumnya, masing-masing Line
Manager juga akan melakukan inspeksi berkala atau sewaktu-waktu untuk memastikan semua
kewajiban K3 telah dipenuhi

Apabila tanggung jawab pengawasan dipegang oleh Kontraktor, peranan perusahaan adalah untuk
memantau kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan kontrak dan sistem yang telah dijelaskan di
dalam kontrak. Kecuali bila End-user selalu berada di tempat, masing-masing Line Manager harus
memantau dan memastikan bahwa semua kewajiban K3 dipenuhi. Saran dari Wakil K3 bisa diperoleh
bila diperlukan, akan tetapi, kewenangan tehadap K3 kontrak berada di tangan End-user.

3. Jaminan Kecakapan
Selama masa pelaksanaan End-user harus memantau kecakapan Kontraktor yang mantap, yaitu
pelaksanaan semua komitmen pelatihan yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan. Pemantauan
juga harus menyertakan pemeriksaan bahwa Kontraktor tunduk kepada sistem manajemennya yang
mungkin termasuk :

• Kecakapan dan pemantauan dekat terhadap penggantian personil,


• Pelaksanaan rapat induksi yang diperlukan,
• Pelatihan personil Kontraktor dalam aktivitas yang berhubungan dengan
pekerjaan,
• Penyelesaian semua pelatihan K3 yang telah disepakati, termasuk semua pelatihan mengenai
aturan hukum yang spesifik.
• Tersedianya dokumen-dokumen K3, brosur instruksi dan informasi yang dikemas dalam pesan-
pesan visual yang sederhana.
4. Inspeksi, Audit K3 dan Evaluasi Sementara
Inspeksi dan audit menyajikan metoda untuk memantau aktivitas K3 Kontraktor. Kinerja Kontraktor
yang telah lulus tahap kualifikasi dengan memuaskan dan terencana sangat baik selama aktivitas
Awal Pekerjaan (Pre-Job Activities) tidak bisa dijamin bila tidak diawasi dan di evaluasi dengan baik.
Oleh karena itu, evaluasi dan inspeksi berkala mutlak harus dilakukan. Frekuensi evaluasi seperti itu
tergantung dari jenis pekerjaan, besarnya pekerjaan, dan resiko yang terlibat dan/ atau lamanya
kontrak dan dicatat di dalam sistem administrasi Perusahaan.
Perusahaan maupun Kontraktor harus melakukan inspeksi dan audit. Setiap temuan dari inspeksi dan
audit harus diberitahukan satu sama lain antara perusahaan dan Kontraktor dengan komitmen positif
dari kedua belah pihak untuk menggunakan temuan-temuan tersebut guna memperbaiki kinerja.
Kontraktor menindak lanjuti dengan tindakan perbaikan terhadap setiap kekurangan yang
ditemukan. Kelalaian dalam melaksanakan hal ini atau kurangnya tindakan perbaikan mungkin akan
mengakibatkan catatan negatif dalam evaluasi akhir. Hal ini akan mempengaruhi kesempatan
Kontraktor untuk ikut serta dalam pekerjaan-pekerjaan lain di masa datang, dikeluarkannya

Page 18
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
peringatan lisan maupun tertulis, pemberhentian personil, penundaan kontrak, atau bahkan
penghentian kontrak.

5. Rencana K3
End-user dan Kontraktor secara bersama-sama bertanggung jawab atas pelaksanaan dan perbaikan
dari rencana K3. Pelaksanaan rencana K3 yang berhasil akan ditentukan oleh keberhasilan
pemantauan, evaluasi, dan dilakukannya tindakan perbaikan.
6. Rapat-rapat K3 (K3 Meetings)

Kontraktor secara bersama-sama dengan karyawannya harus melakukan rapat-rapat K3 secara


teratur. Apabila dianggap perlu, Kontraktor dapat meminta wakil Perusahaan untuk hadir dalam
rapat K3 tersebut dengan memberitahukan rencana tersebut beberapa waktu sebelumnya kepada
Perusahaan. Rapat-rapat ini dimaksudkan untuk memberikan pelatihan sambil bekerja dan
mengkomunikasikan masalah-masalah K3 dan harus dicatat dan didokumentasikan.

7. Promosi K3

Promosi K3 penting, meskipun tempat kerja telah dirancang sebagai tempat yang aman, prosedur
kerja sudah dibuat seaman mungkin, karyawan semua sudah terlatih dengan baik, dan prosedur kerja
yang aman telah diterapkan dengan konsisten.

8. Pengawasan dan Komunikasi K3 Karyawan

Pengawas-pengawas atau karyawan Kontraktor memastikan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan
tidak berbahaya baik terhadap diri mereka sendiri, bagi orang lain, atau bagi perusahaan. Kontraktor
harus memastikan bahwa karyawan Kontraktor mampu mengkomunikasikan setiap masalah yang
menyangkut K3 kepada manajemen mereka.

9. Latihan dan Emergency Drills


Kontraktor harus melakukan atau berpartisipasi dalam setiap latihan keadaan darurat ketika bekerja
pada atau berkunjung ke fasilitas perusahaan. Prosedur Darurat Kontraktor mungkin ditinjau dan
diperbaiki bilamana perlu. Kontraktor juga harus familiar dengan semua sistem emergency
perusahaan.

10. Investigasi/Pelaporan Kecelakaan dan Insiden

Semua cidera, kecelakaan di tempat kerja dan near miss yang berkaitan dengan pekerjaan Kontraktor
di lapangan harus segera dilaporkan kepada perusahaan dan akan dicatat. Setelah kecelakaan atau
insiden dilaporkan, perusahaan dan Kontraktor bisa melakukan penyelidikan bersama. Setiap

Page 19
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
kecelakaan dan insiden, apakah itu kecelakaan/ insiden paling kecil seperti kasus -kasus first aid
harus dicatat dan dilaporkan ke bagian HSE perusahaan.
C. Evaluasi Akhir dan Close Out
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah untuk melakukan evaluasi bersama terhadap kinerja K3
Kontraktor dan perusahaan dan untuk memberikan feedback kepada Kontraktor dan perusahaan
yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk pekerjaan di masa depan.

2. Evaluasi Akhir dan Laporan

Semua kontrak harus diakhiri dengan laporan mengenai kinerja K3, yang memberikan feedback
untuk pengetahuan dan pelajaran di masa depan.

Page 20
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
10. INSPEKSI & AUDIT HSE
10.1 INSPEKSI KESELAMATAN KERJA, AUDIT INTERNAL, & PENGAMATAN TUGAS DAN PERILAKU

INSPEKSI KESELAMATAN KERJA (SAFETY INSPECTION)

Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang
tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan berbahaya tersebut
menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan.

Jika ada pertanyaan kapan anda melakukan inspeksi keselamatan kerja, jawaban yang
diperoleh umumnya adalah “ tiap hari Senin”, dua minggu sekali atau bahkan sebulan
sekali. Jawaban yang tepat seharusnya adalah “ Saya melakukan inspeksi setiap saat “.
Banyak yang berpendapat salah tentang inspeksi keselamatan kerja, dimana mereka menganggap
bahwa masalah inspeksi keselamatan kerja merupakan tugas dari departemen HSE saja, atau bahkan
beranggapan bahwa inspeksi keselamatan kerja hanya bisa dilakukan apabila ada waktu saja atau
apabila tidak ada pekerjaan lain yang mendesak atau kalau tidak sibuk.

Dalam kegiatan rutin sehari- hari seorang pengawas selalu melakukan inspeksi terhadap kelancaran
produksi atau pekerjaan bawahan yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan kegiatan ini dilakukan
berkali- kali dalam sehari atau bahkan sepanjang bawahannya bertugas. Dengan demikian
seharusnya kalau para pengawas tersebut telah memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan
inspeksi keselamatan kerja, ia dapat secara otomatis melakukannya bersama tugas rutinnya.
Sehingga inspeksi keselamatan kerja bukan lagi menjadi beban yang sering kali dianggap sebagai
penghambat produksi.

I.1. Tujuan Inspeksi Keselamatan Kerja

Inspeksi keselamatan kerja bertujuan untuk meniadakan kecelakaan dengan jalan mengamati
penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan perbaikan sebelum kecelakaan
terjadi. Setiap melakukan inspeksi keselamatan kerja harus mampu mengamati baik kondisi
yang berbahaya maupun tindakan yang tidak aman.

TANGGUNG JAWAB INSPEKSI KESELAMATAN KERJA


Menurut tanggung jawabnya inspeksi keselamatan kerja dapat dibagi menjadi :

A. Inspeksi Ekstern yaitu suatu inspeksi yang dilakukan oleh pihak luar
seperti :
a. Inspeksi rutin dari bagian HSE
b. Inspeksi dari pihak asuransi.
Untuk inspeksi yang dilakukan oleh petugas dari luar ini usahakan agar mereka
didampingi selama melaksanakan inspeksi tersebut.

B. Inspeksi Intern adalah suatu inspeksi yang dilakukan oleh leadhand atau pengawas
seperti:
a. Inspeksi tempat kerja sendiri
b. Inspeksi kegiatan bawahan sendiri

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
C. Inspeksi yang didelegasikan kepada karyawan seperti :
a. Inspeksi kendaraan setiap saat sebelum dijalankan
b. Inspeksi peralatan sebelum mulai dipergunakan

II.1 Jenis Inspeksi Keselamatan Kerja

Menurut pelaksanaannya inspeksi keselamatan kerja terbagi atas :

Inspeksi yang tidak terencana yaitu suatu inspeksi yang dilakukan hanya
sepintas lalu, sehingga umumnya bersifat dangkal dan tidak sistematis, seperti
:
a. Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman
b. Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering terlewati.
c. Tidak tercatat
d. Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak secara menyeluruh sampai ke penyebab
dasar

Inspeksi terencana yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala dan inspeksi
ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
a. Mengetahui bagian daerah mana saja yang akan diinspeksi
b. Bersifat sengaja sehingga bisa dilakukan secara menyeluruh
c. Mengetahui kondisi dan tindakan bagaimana yang dicari dalam inspeksi tersebut
d. Mengetahui seberapa sering suatu daerah kerja harus diinspeksi
e. Tercatat
f. Tindakan pembetulan dan pencegahan secara menyeluruh sampai ke penyebab dasar

Adapun inspeksi terencana terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Observasi atau Pengamatan


Adalah suatu pengamatan yang secara terus menerus dilakukan oleh seorang pengawas
sepanjang bekerja ia memimpin bawahannya.

b. Inspeksi Periodik
Suatu inspeksi keselamatan kerja yang dilakukan secara berkala atau dalam waktu yang
telah ditentukan seperti harian, mingguan, bulanan dan sebagainya.

II.2. Teknik Inspeksi


1. Persiapan Inspeksi :
a. Membuat daftar daerah yang akan diinspeksi
b. Membuat checklist inspeksi yang berisi :
- Apa saja di tiap tempat kerja yang perlu diinspeksi
- Bagian mana saja dari setiap pekerjaan yang akan diinspeksi
- Menentukan kondisi atau tindakan tidak aman yang bagaimana yang dicari dalam
inspeksi

Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
2. Melaksanakan Inspeksi
Dengan memepergunakan checklist yang telah tersedia, mulailah melaksanakan
inspeksi yaitu :
a. Memutuskan untuk melakukan inspeksi disuatu tempat kerja
b. Berhenti didepan suatu tempat kerja, segera setelah itu amati apa yang sedang
berlangsung disana
c. Bertindak untuk :
- Menghentikan tindakan berbahaya yang ditemui
- Melakukan atau mendiskusikan tindakan pembetulan apa yang perlu diambil
untuk menghilangkan kondisi dan tindakan tidak aman agar tidak terulang
kembali dikemudian hari.

3. Laporan dan Tindak Lanjut

a. Buat laporan kepada atasan tentang apa saja yang ditemui dalam inspeksi tersebut.
b. Adakan tindak lanjut terhadap rekomendasi yang diberikan dan selalu dimonitor
sampai rekomendasi tersebut selesai dilaksanakan.

III. AUDIT INTERNAL K3L

Tujuan

Untuk menilai efektifitas penerapan semua kegiatan yang berhubungan dengan sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Audit K3L menyeluruh akan membuktikan apakah
program K3L serta sarana fisik yang ada telah sesuai dengan standar.

Ruang Lingkup

Prosedur ini berlaku untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan yang ada di daerah operasi
Perusahaan.

Prosedur ini menerangkan kegiatan / tindakan dan kontrol yang diperlukan untuk menjamin bahwa
Internal Audit dilaksanakan oleh auditor yang terlatih.

III.1. Penanggung Jawab

Direktur menunjuk HSE Supervisor bertanggung jawab untuk :

a. Menunjuk auditor yang independen dan tidak memihak.


b. Merencanakan dan melakukan internal audit pada semua unit operasi yang digunakan
oleh perusahaan.
c. Menganalisa hasil dari semua audit internal, ketidak sesuaian dan kegiatan perbaikan /
koreksinya.
d. Memastikan bahwa audit mencakup semua aspek yang berkaitan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.

Page 3
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Auditor yang ditunjuk bertanggung jawab untuk merencakan audit dan melaporkan setiap ketidak
sesuaian yang ditemukan. Bila mungkin, auditor yang sama melakukan tindak- lanjut dan
memverifikasi setiap kegiatan perbaikan / koreksi.

IV.PROSEDUR

IV.1. Waktu Pelaksanaan Internal Audit

Bagian HSE merencanakan jadwal internal audit unit kerja terkait di daerah operasi
perusahaan dan dilakukan setidak- tidaknya sekali dalam setahun. Bagian HSE dapat melakukan
audit tambahan bila dipandang perlu.
Jadwal internal audit yang telah disusun dan ditanda-tangani oleh Direktur disirkulasikan kepada
masing-masimg unit kerja sebagai informasi kesiapan pelaksanaan internal audit.
Direktur melalui HSE Supervisor akan memberikan instruksi untuk melaksanakan internal audit
untuk semua unit di perusahaan yang terkait dengan Sistem Manajemem Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan.

Pelaksanaan internal Audit bisa lebih sering dilakukan terhadap unit kerja yang terkait
apabila terjadi hal-hal berikut ini :
a. Apabila Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
disempurnakan atau dilakukan revisi.
b. Apabila banyak ketidak sesuaian ditemukan dalam satu unit kerja.
c. Bilamana ada usulan dari Manager, Supervisor terkait.

HSE Supervisor akan meninjau jadwal audit secara regular / teratur dan meningkatkan frekuensi
audit apabila hasilnya menunjukan kebutuhan atau atas pengarahan / perintah dari Direktur.

IV.2. Team Internal Auditor atau Auditor

Internal Audit dilakukan oleh auditor yang ditunjuk oleh Direktur melalui HSE Supervisor atau
HSE Supervisor dapat bertindak sebagai auditor. Internal audit dapat dilakukan oleh satu orang
internal auditor atau suatu team internal auditor, hal ini tergantung besar dan kompleksitas unit
kerja yang akan di audit.

Auditor yang ditunjuk untuk melaksanakan Internal Audit mempunyai persyaratan


:

a. Memahami dan mengerti tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan yang dipergunakan oleh perusahaan.
b. Telah mengikuti pelatihan tentang tata cara melakukan audit.
c. Memahami aspek- aspek operasional pada suatu unit kerja.
d. Independen dan tidak ada hubungan kerja langsung dengan unit kerja yang
diperiksa.
e. Membuat rencana audit dan memberitahu kepada unit kerja yang akan diaudit. Rencana audit
tersebut harus meliputi seluruh prosedur yang berkaitan dengan unit kerja yang akan diaudit.
Perencanaan audit tersebut, meliputi :
 Jadwal tanggal audit pada masing-masing bagian.
 Auditor yang bertugas.

Page 4
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
 Lingkup Audit yang direncanakan.

Sebelum rencana internal audit dilaksanakan, HSE Supervisor akan memberitahukan kepada
Manager / Supervisor yang bersangkutan tentang kepastian pelaksanaan dengan
sepengetahuan auditor yang ditunjuk.

IV.3. Pelaksanaan Internal Audit

Pelaksanaan Audit K3L dilakukan dengan :


a. Berdasarkan petunjuk yang jelas dan pasti.
b. Menggunakan metode observasi, wawancara, contoh, pengawasan fisik serta tinjauan
data- data dokumentasi.
c. Dilaksanakan oleh kelompok wakil dari perusahaan yang tidak mempunyai kepentingan
pribadi atau tidak mendapat tekanan dari pihak- pihak manapun juga dan dapat memberikan
pendapat yang objektif serta “ tidak berprasangka “.
d. Hal- hal yang tidak sesuai akan diperhatikan dan ditindak
lanjuti.
e. Dalam hal ditemukan kekurangan atau ketidak sesuaian pada saat dilakukan audit, maka
auditor akan membuat laporan dalam bentuk ” Laporan ketidak-sesuaian ” kepada bagian
yang bersangkutan dan bagian yang bersangkutan diminta untuk menindak lanjuti hasil
temuan tersebut dengan menggunakan ” Action Tracking Register ”.

IV.4. Pelaporan Internal Audit & Tindakan Perbaikan.

Setelah melaksanakan Internal Audit, Auditor menyampaikan laporan Internal Audit kepada
Direktur dengan tembusan kepada General Manager, Manager, Pengawas yang
terkait.

Laporan internal audit berisikan :


a. Tanggal Audit
b. Nama Auditor.
c. Nama Manager atau Kepala Bagian yang diaudit.
d. Ringkasan hasil pemeriksaan.
e. Ketidak sesuaian yang ditemukan pada saat audit.
f. Rekomendasi tindakan perbaikan terhadap ketidak sesuaian.

Hasil audit disimpan oleh masing- masing dari unit kerja terkait dengan tembusan ke bagian
HSE, dicatat dalam Catatan Hasil Internal Audit.

Tindak lanjut dari temuan adalah menetapkan langkah perbaikan dan pencegahan yang
dilakukan dalam waktu yang telah disepakati.

Bila jadwal tindak lanjut audit dalam waktu yang disepakati tidak dapat dilaksanakan, Manager/
Supervisor harus melaporkan kemajuan dari kegiatan koreksi/ perbaikan yang telah dilakukan
dan melaporkannya secara efektif.

Bagian HSE mencatat semua hasil internal audit kedalam buku catatan Internal Audit dan
semua ketidak- sesuaian yang ditemukan.

Page 5
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Direktur akan menginstruksikan kepada pengawas unit kerja terkait bahwa ketidak sesuaian yang
ditemukan oleh Auditor segera diperbaiki sebagaimana mestinya. Semua pengawas unit kerja yang
terlibat dengan hasil audit yang ditemukan akan melaporkan hasil tindakan perbaikan kepada
Direktur pada saat Rapat Tinjauan Manajemen (Management Review Meeting).

Petunjuk teknis untuk pelaksanaan audit beserta daftar pertanyaannya mengacu pada Undang-
Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970, Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. 05/
MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Peraturan
Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3, serta International Safety Rating System
th
(ISRS 7 ) - DNV.
V. MELACAK / MENGUKUR BAHAYA (Hazard Tracking)
Kegiatan- kegiatan yang didiskusikan untuk melacak / mengukur bahaya ini dimaksudkan untuk
menjaga kepedulian tentang keselamatan dan menyelidiki bahaya serta kecelakaan yang mungkin
terjadi akibat banyaknya hal- hal yang tidak sesuai berhubungan dengan masalah keselamatan,
dimana mungkin hal yang tidak sesuai tersebut tidak langsung diperbaiki dengan segera. Untuk
mengatasinya perlu dilakukan pertemuan untuk membicarakan hal tersebut dan dalam
pelaksanaannya perlu keterlibatan dari tingkat Direktur, General Manager, Manager, Pengawas,
Perwakilan Keselamatan dan pelaksana tugasnya.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk melacak/ mengukur serta menyelesaikan langkah-
langkah
perbaikan dalam waktu yang telah di tentukan dalam bentuk “ Action Points “ yang dikumpulkan
kedalam satu dokumen, sehingga tidak satupun temuan- temuan yang tidak sesuai (non-
conformance) yang ditemukan pada saat pelaksanaan Audit atau Inspeksi yang terlupakan. Istilah
Action Points kadang- kadang juga dikenal dengan istilah “ Action Tracking Register atau Action
Follow Up “.

Action Tracking Register merupakan suatu daftar untuk melacak/ mengukur langkah- langkah
yang dilakukan dengan maksud untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya yang ditemukan pada saat Inspeksi, Audit, Pengamatan atau saat Team Manajemen
melakukan perjalanan (Management Tour) ke lapangan.
Dalam membuat Action Tracking Register sebaiknya keterangan tentang hal- hal berikut ini
dimasukkan kedalam suatu bentuk (format). Hal- hal yang dimaksud antara lain adalah :
a. Apa pokok permasalahanya
b. Siapa / Bagian apa yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
c. Tanggal berapa ditemukannya permasalahan tersebut (saat Audit, Inspeksi, Pengamatan
lapangan, Management Tour), dan lain- lain.
d. Tanggal berapa permasalahan tersebut diselesaikan.
e. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam
proses).
f. Termasuk kelompok bahaya kelas apa permasalahan tersebut dan bagaimana skala prioritas
penyelesaian masalahnya. (daftar kelompok bahaya dapat dilihat pada table #.1, halaman
berikut).
g. Bagaimana status permasalahan tersebut (sudah selesai atau dalam proses).

Page 6
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
V.1. Klasifikasi Bahaya – Berdasarkan tingkat Konsekuensi

KLASIFIKASI BAHAYA – BERDASARKAN KONSEKUENSI


(CONSEQUENCES = HAZARD EFFECT (TINGKAT KEPARAHAN)
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat cacat
tetap, kematian, kerusakan parah pada struktur bangunan / instalasi, bahan atau
peralatan, dan kerusakan lingkungan yang berkepanjangan. Misalnya :
 Tidak adanya pelindung pada mesin berputar.
 Pekerja pemeliharaan ditemukan masuk kedalam ruang terbatas tanpa
HIGH
3 menggunakan ijin kerja
(KLAS A)
 Terjadinya kebocoran minyak yang cukup berarti dan terserap ke permukaan
tanah atau terbawa air hujan.
 Personnel - kecelakaan lost time (> 21 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan > US.$ 5.000
 Production - Kehilangan produsi > US.$ 5.000
Suatu kondisi atau praktek yang mungkin menyebabkan kecelakaan berakibat cidera
serius atau sakit, (mengakibatkan tidak mampu sementara), kerusakan lingkungan
yang serius (dalam waktu singkat) atau tidak mengikuti peraturan atau asset
perusahaan terganggu, tetapi tidak separah Klas A. Misalnya :
MEDIUM  Kondisi jalan yang licin ditemukan didaerah koridor
2
(KLAS B) kantor.
 Anak tangga bagian bawah untuk masuk kantor rusak.
 Sisa bahan berbahaya ditemukan ditempat pembuangan sampah
umum.
 Personnel - kecelakaan lost time (antara 1 – 21 hari)
Suatu
Equipment
kondisi- atau
Kerusakan peralatan
praktek > US$ 500menyebabkan
yang mungkin – US $ 4,999. kecelakaan berakibat
ringan (tidak cidera) atau sakit. Tidak mengganggu asset perusahaan, atau
kerusakan lingkungannya kecil. Misalnya :
 Tukang kayu ditemukan ketika menangani kayu tidak menggunakan
LOW sarung
1
(KLAS C) tangan.
 Lapisan- lapisan berminyak ditemukan dipermukaan air yang
tergenang, menunjukkan terjadinya tumpahan minyak yang kecil.
 Personnel - kecelakaan lost time (0 hari)
 Equipment - Kerusakan peralatan < US.$ 500.
 Production - Kehilangan
Tabelprodusi
#.1. < US.$ 500.

Page 7
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
10.2 Jadwal Inspeksi Audit ( Harap disesuaikan Audit yang akan dilakukan )

Tanggal
Ditindak
Audit / Batas
Pokok Permasalahan lanjuti Status / Keterangan /
No. Inspeksi Waktu /
/Agenda Item oleh / Status Remarks
Date of Deadline
Action By
Audit/
Inspection

10.3 Tim Inspeksi Audit


Direktur menunjuk HSE Supervisor / HSE Coordinator bertanggung jawab untuk :
a. Menunjuk auditor yang independen dan tidak memihak.
b. Merencanakan dan melakukan internal audit pada semua unit operasi yang
digunakan oleh perusahaan.
c. Menganalisa hasil dari semua audit internal, ketidak sesuaian dan kegiatan perbaikan
/ koreksinya.
d. Memastikan bahwa audit mencakup semua aspek yang berkaitan dengan Sistem
Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
Auditor yang ditunjuk bertanggung jawab untuk merencakan audit dan melaporkan
setiap ketidak sesuaian yang ditemukan. Bila mungkin, auditor yang sama melakukan
tindak- lanjut dan memverifikasi setiap kegiatan perbaikan / koreksi.

Page 8
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
10.4 Form Laporan Hasil Inspeksi & Audit

Diperiksa Substandar
No PPE/APD
/Checked
Saran /Comment
d
1. Topi Keselamatan / Hard Hat
2 Kacamata Pengaman / Safety
Glasses
3. Sepatu Keselamatan / Safety Shoe
4. Pelindung Pendengaran / Hearing
Protection
5. Sarung Tangan / Gloves
6. Pelindung Pernafasan / Respirator
7. Lain-lain / Other

Equipment & Safety Signs /


Diperiksa
No Perlengkapan & Tanda Substandard Saran /Comment
/Checked
Pengaman
1 Alat Pemadam Api
(Fire Extinguisher)
2 Lampu (Lighting)
3 Tanda-Tanda Evakuasi
(Evacuation Signs)
4 Tanda-Tanda Larangan
(Dangers Signs)
5 Kabel Listrik (Electrical Cables)
6 Perlengkapan Pertolongan Pertama
(First Aid Kit)
7 Penguncian-Pelabelan (Tag-Label)

No Kebersihan / Housekeeping Diperiksa Substandard Saran


(Checked) (Comment)
1 Tangga
(Ladders)
2 Penampungan Sampah
(Trash Storage)
3 Lantai
(Floor)
Keterangan / remarks :

Page 1
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
10.5 Monitoring

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran / Rekomendasi

1. Apakah perusahaan mempunyai


pernyataan kebijakan K3L yang
ditanda tangani oleh Sr. Manajemen.
Bila ya, apakah kebijakan tersebut
diberi tanggal dan bagaimana cara
mensosialisasikannya. Apakah selalu
diperbaharui.

2 Apakah perusahaan mempunyai


target kinerja untuk K3L seperti :
LTIF = 0 TRIR = 0 Fatality = 0
Apakah target tersebut dipasang
pada papan pengumuman K3L untuk
diketahui oleh seluruh karyawan.

3 Apakah Manajemen Senior terlibat


dalam kunjungan / inspeksi
kelapangan (manajemen tour)

4 Apakah perusahaan mempunyai


pengaturan tentang waste
management. Jenis apa saja yang
dikelola

5 Apakah Internal Audit dilakukan dan


bagaimana dengan tindak lanjutnya.

6 Apakah perusahaan mempunyai


program pelatihan K3L, apakah
karyawan telah dilatih tentang K3L
dan apakah dilengkapi dengan
Sertifikatnya.

7 Apakah perusahaan mempunyai ERP


(emergency response procedure) dan
apakah pelatihan keadaan darurat/
dilaksanakan

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran / Rekomendasi

8 Apakah ada program pertemuan


kelompok untuk keselamatan seperti :

Page 2
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
Manajemen, Monthly meeting, Safety
talks, Learning from Events.

9 Apakah perusahaan mempunyai


program tentang menyelidiki,
melaporkan, dan mencatat
kecelakaan atau peristiwa hampir
celaka
10 Apakah perusahaan mempunyai
program tentang pemeriksaan
kesehatan karyawan sebelum
dipekerjakan, Apakah pemeriksaan
berkala untuk karyawan
dilaksanakan (Medical Check Up)

11 Apakah perusahaan saudara memiliki


program tentang transportasi darat
untuk pencegahan kecelakaan
lalulintas

12 Apakah perusahaan mempunyai


program oientasi K3, untuk tenaga
yang baru di pekerjakan dan tenaga
pengawas yang baru dipekerjakan
atau dinaikkan pangkatnya.

13 Apakah setiap karyawan yang telah


menerima induksi keselamatan telah
menerima buku saku (hand book) -
apakah bukti penerimaannya tersedia.

14 Apakah perusahaan mengelola


peralatan operasi dengan sistem
perawatan (untuk kendaraan), apakah
tersedia preventive maintenance
schedule kendaraan yang digunakan
saat ini

No Pertanyaan Temuan - Temuan Saran / Rekomendasi

15 Apakah perusahaan mempunyai


kebijakan tentang Minuman keras
dan Obat terlarang

16 Apakah Inspeksi Keselamatan Kerja


dilakukan (Housekeeping, PPE,
APAR).

Page 105
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D
17 Apakah Warning & Safety Signs
tersedia dilokasi kerja.

18 Apakah ada program tentang PPE,


apakah karyawan dilengkapi dengan
alat pelindung diri (PPE) yang cukup

19 Apakah statistik untuk kecelakaan,


Jam / Hari Kerja Aman tersedia

20 Apakah perusahaan mempunyai


prosdeur penilaian untuk kontraktor

Page 106
HSE Plan PT. Ramai Jaya Abadi - EPK1-S15LL0019B-P2D

Anda mungkin juga menyukai