Oleh:
Sulastri Sitanggang
3172122006
Kata kunci: Legenda Danau Sicike-Cike, Eksistensi Taman Wisata Alam, Studi
Foklor
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
2.1 Penelitian relevan ....................................................................................... 6
2.2 Landasan Teoretis ....................................................................................... 8
2.3 Kerangka Konseptual .................................................................................. 9
2.3.1 Eksistensi ............................................................................................ 9
2.3.2 Legenda ............................................................................................. 10
2.3.3 Motif-Motif Cerita Rakyat Menurut Alan Dundes .............................. 11
2.3.4 Sicike-Cike ........................................................................................ 11
2.3.5 Taman Wisata Alam .......................................................................... 11
2.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 14
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 14
3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 14
3.3 Informan Penelitian................................................................................... 15
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 15
3.4.1 Observasi ........................................................................................... 16
3.4.2 Wawancara ........................................................................................ 16
3.4.3 Dokumentasi...................................................................................... 17
3.4.4 Teknik Analisis Data ......................................................................... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 19
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 19
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian.................................................................... 19
4.1.2 Hubungan Legenda Danau Sicike-cike Dengan Perkembangan Taman
Wisata Alam Sicike-cike .................................................................................. 32
4.1.3 Motif-Motif Cerita Rakyat Pada Legenda Danau Sicike-Cike .................. 38
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 45
5.1 Simpulan .................................................................................................. 45
5.2 Saran ........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 47
PROFIL INFORMAN............................................................................................. 49
PEDOMAN WAWANCARA ................................................................................. 52
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Sarana (Bangunan) Yang Ada di TWA Danau Sicike-Cike .................... 26
Gambar 4.2: Bagan Versi Pertama tentang Legenda Danau Sicike-cike ................. 58
Gambar 4.3: Bagan Versi Kedua tentang Legenda Danau Sicike-cike .................... 59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sicike-cike adalah nama sebuah Taman Wisata Alam (TWA) yang
membentang antara Kecamatan Parbuluan dan Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi
serta Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Sebagai salah satu jenis Taman
Wisata Alam, Sicike-cike terdapat banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang beraneka
ragam, seperti tanaman Paku, Anggrek, Kantong Semar, Lumut, dan beraneka ragam
pohon. Sicike-cike tidak hanya memiliki banyak jenis tumbuh-tumbuhan, tetapi juga
memiliki banyak jenis hewan yaitu angsa, burung-burung dan lain-lain. Sicike-cike
juga memiliki keindahan alam yang luar biasa, yaitu memiliki tiga danau dan satu air
terjun.
Dalam penelitian Suyono, dkk (2017) dijelaskan bahwa Taman Wisata Alam
Sicike-Cike dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Kementeriaan Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara. Dari
pengamatan awal, penulis melihat bahwa pengunjung Taman Wisata Alam Sicike-
cike ini lebih banyak dari luar, yaitu orang yang melakukan penelitian kajian biologi
karena Taman Wisata ini sangat kaya dengan jenis tumbuh-tumbuhan seperti tanaman
paku-pakuan, Angrek, lumut, kantong semar, dan jenis pohon lainnya. Sedangkan
masyarakat lokal atau masyarakat sekitaran Taman Wisata Alam Sicike-cike, begitu
minim karena adanya larangan orangtua terhadap anak-anaknya untuk berkunjung ke
tempat wisata tersebut.
hempasan hujan amat lebat yang tak berkesusahan. Namun, hujan semakin
lama semakin deras hingga menenggelamkan seluruh wilayah perkampungan
Sicike-cike dan membentuk tiga genangan besar yang kini disebut dengan
Danau Sicike-cike dan melahirkan Sipitu marga”.
Dari hasil wawancara awal tersebut, dapat dijelaskan bahwa asal usul dari
Sicike-cike ini adalah kemurkaan orangtua kepada hamba-hambanya akibat tidak
menghormatinya yang mengakibatkan bencana yang luar bias sehingga pada akhirnya
kampong tersebut terbentuk jadi tiga danau. sehingga dari legenda ini, bias dilihat
alasan Sipitu Marga melakukan ritual di Sicike-cike ini karena asal mereka lahir
adalah dari bencana tersebut.
yang mana tokohnya adalah Si toba, ikan mas dan anaknya. Legenda ini terjadi
karena Sitoba melanggar perjanjian dengan ikan mas (istrinya) sehingga terjadi
danau toba. begitu juga dengan legenda Danau Sicike-cike, pasti ada alur ceritanya
yang didalamnya seperti ada peraturan atau pantanga atau hala-hal yang sudah terikat
janji tapi dilanggar dan membuahkan hasil yang daspat dilihat secara nyata. Jadi,
penulis juga ingin menelusuri tentang legenda Sicike-cike tersebut dengan studi
foklor yang didalamnya ada motif-motif cerita.
Dari latar belakang yang disebutkan diatas maka dapat di temukan masalah yang
dijadikan acuan untuk proposal ini yakni:
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian Susilo dkk (2018) bahwa berbagai potensi folklor erat kaitannya
dengan material dan immaterial herritage adalah bermakna baik dan layak untuk
dikembangkan dalam pembangunan kepariwisataan. Tingginya motivasi masyarakat
7
Suyono dkk (2017) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
bahwa persepsi masyarakat Desa Lae Hole II dalam Pengelolaan TWA Sicike-Cike
adalah TWA Sicike-Cike memiliki fungsi majemuk (fungsi ekologi, ekonomi dan
sosial), 84% masyarakat mengatakan fungsi eksisting hutan masih berfungsi dengan
baik, 88% masyarakat mengetahui tentang undang-undang kehutanan dan 94%
masyarakat mengetahui fungsi kawasan hutan, 82% masyarakat menyatakan adanya
lembaga pengelolaan hutan dan 82% masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutan,
hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Lae Hole II mengetahui tentang taman
wisata alam,fungsi dan undang-undang yang mengaturnya serta menganggap
keberadaannya perlu dijaga dan dipertahankan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
8
persepsi masyarakat di Desa Lae Hole II dalam pengelolaan TWA secara ekologi,
ekonomi dan sosial mendukung upaya kelestarian taman wisata alam.
Menurut Alan Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri
pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-
kelompok lainnya. Hasil kegiatan dan penciptaan dalam batin manusia dapat terlihat
seperti kepercayaan, kesenian dan batin masyarakat. Folklore hanya sebagian dari
kebudayaan melalui tutur kata lisan. Tradisi lisan merupakan bagian dari folklore
yang sama-sama diturunkan secara lisan. Berbicara tentang folklore, ini bersifat
anonim artinya tidak ada pengarang. Bentuk-bentuk dari folklore adalah lisan (tradisi
lisan), sebagian lisan dan tidak lisan (Danandjaja 1984:1-4).
Bascom sendiri, mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi
serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite juga mengisahkan tentang
terjadinya semesat alam, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas
bintang, betuk topografi, gejala alam dan sebagainya. Selanjutnya legenda adalah
cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai suatu kejadian uang
suingguh-sungguh pernah terjadi. Legenda hampir sama dengan mite, akan tetapi
perbedaannya adalah legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang
belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
Terakhir jenis cerita rakyat adalah dongeng yang merupakan cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan atau dapat dikatan tidak benar-benar terjadi yang berwujud
binatang maupun manusia (Dananjaja 1982:50-84)
Penelitian mengkaji tentang legenda yang ada di Sicike-cike yaitu yang sering
disebut dengan Legenda Danau Sicike-cike. Dalam hal ini, penulis menelusuri
berbagai informasi tentang legenda Sicike-cike dengan berpedoman pada pendapat
ahli-ahli yang sudah dijelaskan sebelumnya dan juga akan menelusuri tentang motif-
motif dalam legenda tersebut melalui wawancara dengan beberapa informan.
2.3.2 Legenda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, legenda adalah cerita rakyat pada
zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah, hidup tokoh cerita
yang masih hidup. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang
empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
Menurut Alan Dundes, ada kemungkinan besar bahwa sejumlah legenda di setiap
kebudayaan jauh lebih banyak daripada mite atau dongeng. Selanjutnya Alan Dundes
pun mengatakan bahwa dongeng jika dibandingkan dengan legenda sangat terbatas
jumlahnya, karena kebanyakan dongeng bukan sebenarnya dongeng baru, merupakan
versi baru dari yang lama. Sebaliknya legenda dapat tercipta yang baru, apabila
seorang tokoh, tempat atau kejadian dianggap berharga oleh kolektifnya untuk
diabadaikan menjadi legenda (Danandjaja, 1982:66-67).
2.3.4 Sicike-Cike
Dalam penelitian Suyono, dkk (2017) TWA Sicike-Cike ditetapkan
berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. 78/Kpts-II/1989 tanggal 7
Februari 1989 dengan luas 575 Ha, secara geografis terbentang antara 98°20’ Bujur
Timur – 98°30’ Lintang Utara, dan berada pada ketinggian 1600 meter di atas
permukaan laut. TWA Sicike-Cike memiliki objek wisata alam yang sangat potensial
dikembangkan sebagai tempat tujuan wisata alam karena memiliki keanekaragaman
flora dan fauna serta terdapat beberapa obyek wisata yang dapat dinikmati seperti
danau dan air terjun.
rekreasi, tapi juga untuk melestarikan flora dan fauna. Oleh karena itu, TWA tetap
harus memiliki prinsip konservasi dan perlindungan alam sehingga flora dan fauna
tetap lestari keberadaanya. Selain untuk kegiatan pariwisata, kawasan ini mempunyai
fungsi melindungi sistem penyangga kehidupan bagi daerah sekitarnya. Bisa juga
menjadi tempat pendidikan alam dan pengembangan ilmu pengetahuan. Segala
pemanfaatan sumber daya hayati di areal ini harus dimanfaatkan secara lestari
(Septyan: 2019).
Legenda
Danau Sicike-cike
mana penulis tinggal di satu Kecamatan Parbuluan yang berbeda hanyalah beda
Desanya. Secara tidak langsung, hal ini memudahkan penulis untuk penelitian dan
mendapat berbagai informasi terkait dengan penelitian
3.4.1 Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fakta-fakta yang diselidiki. Menurut Sugiyono (2013: 226)
observasi adalah metode ilmiah yang diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Jadi kesimpulannya observasi
adalah melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk mengamati dan
mengetahui situasi dan keadaan di lokasi penelitian agar memperoleh hasil yang
objektif sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Adapun observasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
obsevasi non partisipasi, karena penulis hanya sebagai pengamat saja sehingga
penulis mengamati tentang seberapa tau masyarakat setempat tentang Taman Wisata
Alam Sicike-cike, kondisi pengunjung dan sarana prasarana yang disediakan oleh
pihak yang bertugas di Sicike-cike tersebut. Observasi yang dilakukan penulis
sebanyak 3 kali, yaitu satu kali sebelum penelitian dan dua kali selama penelitian.
3.4.2 Wawancara
Dalam buku Ihromi (2016: 64) wawancara adalah satu-satunya teknik yang
dapat digunakan untuk memperoleh keterangan tentang kejadian yang oleh ahli
antropologi tak dapat diamati sendiri secara langsung, baik karena itu terjadinya di
masa lampau ataupun karena dia tidak diperbolehkan untuk hadir ditempat kejadian
itu. Wawancara yang penulis pakai yaitu wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (Indepth Interview) adalah proses mengumpulkan sejumlah data dan
informasi secara mendalam dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara
atau melakukan kontak langsung dengan informan yang diteliti secara mendalam,
utuh da terperinci. Data yang terkumpul dicatat, direkam dan dijadikan sebagai suatu
kesimpulan yang dapat memberikan suatu gambaran dari keterangan tersebut.
Wawancara dilakukan dengan informan di tempat yang akan disepakati. Wawancara
yang dilakukan dengan beberapa informan yang mengulas lebih dalam tentang
17
3.4.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013: 240) dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam hal ini penulis melakukan kajian-kajian terhadap
dokumen-dokumen untuk memperdalam penelitian yang berhubungan dengan Sicike-
cike, serta membaca literatur-literatur yang terkait dengan studi. Teknik ini dilakukan
dengan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti buku-buku, foto,
jurnal ilmiah dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Data yang penulis peroleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk laporan atau
uraian yang rinci, kemudian di sederhanakan dan difokuskan pada hal yang penting
18
dan dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Dalam mereduksi
data penulis melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkan data untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus dan
kemudian membuang data yang tidak diperlukan. Dalam hal ini, yang penulis
lakukan sendiri adalah dengan menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dimengerti
hal yang di dapat agar tidak terjadi kejanggalan dalam pembahasan yang ada.
Secara geografis letak Taman Wisata Alam Sicike-cike berada antara 98°20´-
98°30´ BT dan 2°35´-2°41´ LU, dengan ketinggian 1350-1500 mdpl, sehingga
keadaan iklim di tempat tersebut dingin dan sejuk. Dalam kawasan Taman Wisata
Alam Danau Sicike-cike terdapat sarana dan prasana yang disediakan yaitu sebagai
berikut:
Nama
No Uraian Keterangan
Prasarana
Sebagaimana pada tabel 4.1 diatas, Taman Wisata Alam Sicike-cike memiliki
potensi lain seperti air terjunnya ada 3 (air terjun pertama ± 50 m, air terjun kedua ±
30 m dan air terjun ketiga ± 20 m), tanaman hias yang sudah diidentifikasi ada 74
spesis, Nepenthes yang sudah diidentifikasi 5 spesis, pohon ada 68 jenis, Satwa liar
ada 17 jenis, Burung ada 19 jenis.
21
Taman Wisata Alam Sicike-cike memiliki tiga danau yang berbeda tempat.
Ketika memasuki kawasan Sicike-cike, kita akan melihat Danau yang berbagi tempat
yang mana danau yang pertama kali ditemukan disebut dengan danau pertama, dan
danau kedua adalah danau yang ditemukan setelah danau pertama, begitu pula dengan
danau ketiga. Ketiga danau tersebut memiliki luas yang berbeda-beda, yaitu danau
pertama dengan luas ± 1,5 ha, danau kedua dengan luas ± 1 ha dan danau ketiga
dengan luas ± 1,8 ha. Dari tiga danau tersebut ada danau yang dianggap sebagai
22
tempat sakral oleh etnis Pakpak, yaitu danau yang ketiga. Danau ini dianggap sakral
sehingga oleh etnis Pakpak dijadikan tempat untuk melakukan ritual dan penziarahan.
Selain danau tersebut ada juga berbagai jenis tumbuhan-tumbuhan unik dan
langka seperti berbagai jenis anggrek, paku-pakuan dan jamur. Terdapat beberapa
nama anggrek yaitu Tumbuhan Phainus, Bulbophyllum, Bulbophyllum uniflorum,
Calanthe, Anggrek Eria spp, Thrixspermum, Oberonia, Chalanthe. Hal ini sejalan
dengan yang dikatakan oleh Hotber Sianturi (42 tahun) sebagai salah satu pengurus di
Kantor Resort Konservasi yaitu sebagai TPHL (Tenaga Pengaman Hutan Lainnya)
menjelaskan bahwa terdapat 120 jenis tumbuhan anggrek di Taman Wisata Sicike-
cike tersebut. Selaian tumbuhan anggrek yang sudah dijelaskan, terdapat juga
tumbuhan yang langka yaitu Rafflesia Meijeri. Tumbuhan tersebut tumbuh secara
alami yaitu diatas pohon, tanah tanpa ada campur tangan manusia.
Pada zaman dahulu kala ada orang yang tinggal di Sicike-cike yaitu seorang
raja dengan masyarakatnya, lalu ada bencana yang menimpa mereka, sehingga
mereka meninggalkan tempat tersebut dan sicike-cike menjadi kosong tidak
berpenghuni. Setelah tempat ini kosong maka sicike-cike menjadi wilayah yang
keramat. Tapi akhirnya, seiring berjalannya waktu karena ada berbagai keunikan di
Sicike-cike ini seperti banyaknya tumbuhan anggrek, paku-pakuan atau jamur,
sehingga Sicike-cike dijadikan sebagai tempat wisata.
Pada penelitian yang dilakukan, penulis mendapat berbagai data dari informan
tentang Sicike-cike. Informan peneliti menjelaskan tentang legenda terjadinya Sicike-
23
cike. Menurut Oppung Jabbang (Konstantin Capah, 70 tahun sebagai seorang petani
dalam wawancara tanggal 19 April 2021) sebagai ketua adat yang ikut meresmikan
TWA Sicike-cike mengatakan bahwa:
merusak padi pergi. Rusa tersebut mereka masak untuk makanan penugal. Jadi
disuruhlah pembantunya itu untuk mengantar makanan untuk oppung itu.
Makanan itu dibungkus yang berisikan otak, hati dan daging khas rusa
tersebut dengan bagus. Mungkin waktu di tengah jalan, nmereka memakan
makanan itu. Sampai ke tempat Oppung itu, Oppung doli dan Oppung boru
tidak bisa lagi melihat lalu diberikan “makan kalian Oppung”. Di raba-raba
makanan ini, ternyata yang ada hanya tulang-tulangnya saja. Datang Oppung
Doli itu katanya “Inang, tangkap dulu kucing yang berwana hitam dan ambil
dulu pimping dan daun enau”. “O kenapa seperti itu” kata Oppung Boru itu.”
Sepertinya mereka sudah bosan melihat kita, mereka tidak suka kita hidup”
kata Oppung Doli itu. Ada Tadaging Oppung itu di bagian atas rumahnya,
sembari memainkan tadaging tersebut oppung itu juga melakukan ritual, jadi
langsung datang hujan yang deras dan terjadi banjir hingga terbentuk danau
ketiga tersebut. Akan tetapi, mereka banyak yang mati. Mau menyamperin
Oppung itu dalam hatinya, padahal tidak bisa juga mereka menyelamatkanya.
Jadi Sipitu Marga itu adalah keturunan dari Boru Padang dan Boru Saraan.
Mualanya dari Debata Kase-kase, Purba Haji, Guru Pakpak lalu ada marga-
marga orang. Nama itu mulanya Marga. Ada yang berputar-putar di dalam
Air, jadi dibuat namanya Sinamo. Kalau kudadiri yang berkudakan dirinya,
terangkat dia ke capah itu dan jadi marganya itu. Kalau Berampu artinya
menyambut atau memangku.
Selanjutnya hasil wawancara dengan Ibu Mariani Sitorus (61 tahun, sebagai
seorang petani dalam wawancara tanggal 16 April 2021) yang menjelaskan tentang
legenda Danau Sicike-cike adalah:
Ibu Mesdika Boru Capah (52 tahun, sebagai seorang petani dalam
wawancara tanggal 17 April 2021 ) bercerita tentang terjadinya danau Sicike-cike
adalah:
Nion ma ceritana han na jolo di dokkon Bapa nami. Najolo adong ma sada
keluarga di Sicike-cike na mangula di juma na. Di keluarga on adong ma
natua-tua na nunga matua, rambonon baru dang boi be mardalan jala di
jou ma oppung, baru adong ma anakna dohot hatobanna. Pas musim
pangordangan, mangordang ma akka gellengna dohot hatobanna di juma,
alai oppung on tinggal dihuta. Sahat ma dijuma, juppang ni halaki ma
ursa/hambing jadina disseat ma asa adong allangon ni halaki. Nunga masak
be loppa-loppa non, dungi di papulik ma lao allangon ni Oppung na dihuta
sinakkaningan i, ima ate-atena dohot sibuk-sibuk ni jagal on jala ditaruhon
hatoban na on ma siallangaon i. Hape ditonga dalan, diallangi halakima
sipangananon i jala ditinggalhon ma holan holi-holina. “Oppung, nyon
inna indahan mu” inna. Dungi di dadapi ma alana nunga rambonon holan
holi-holi dang adong sibuk-sibukna. Tangis ma oppung na on, “bah lea nai
au di baen ho anakku” inna. Datung tu pembantu on tangis alai dikira
attong anak nan do na mambaen holi-holi on, hape di allangi hatoban nai i
do di dalan dabah. Bah anakku, lak on ma jabbar hu na mangalu on. Tangis
ma oppung on dibuat ma hutingna, di lean ma holi-holina on tu hutingna on,
huhut di partor-tori huting na on, lak ro ma udan an doras maccapur angina
dungi jadi ma sicike-cike. Sian I ma attong adong Sipitu Marga, ima Capah,
Angkat, Ujung, Gajah Manik, Kudadiri, Sinamo, Bintang. Ido makana di
dokkon unang di pator-tor huting, hape Oppung i na huhut do tangis alani i.
Sipitu marga i terjadi, adong ma na mangolu kan alai adong ma alat alat ni
dapur na ima capah. Piring do attong capah na dihata Pak-pak hon do
gabe capah ima di tiop-tiop asa mumbang jadi ma Capah. Jei adong ma
muse akka na disini ala di bereng cahaya ni bintang on, sai di lumba-lumba
lak sahat tu pinggir jadi ma Bintang. Adong ma hoda saik ma sada jadi ma
Kudadiri. Namo akka rumput-rumput godang lak ni dalan kaluar jadi ma
26
Sinamo. Molo na jolo goarna do attong marga na. Baru muse adong jolo di
angkat baru kaluar, lak i ma si Angkat goarna. Molo Ujung attong na sian
ujung do ibana dapot alani dibaor aek i. Taringot danau I, akka namboru
nami nama na mangingani i.
Artinya… Ini ceritanya yang dulu di sampaikan oleh Bapa kami. Waktu dulu
ada keluarga di Sicike-cike yang bertani di ladangnya. Dalam keluarga ini
ada orangtua yang sudah tua, rabun dan tidak bisa berjalan lagi, dan disebut
dengan Oppung, ada juga anak dan pembantunya. Pada musim menugal
padi, maka pergilah anak dan pembantunya ke ladang untuk menanam padi,
akan tetapi Oppung itu tinggal dikampung. Sesampai diladang, mereka
mendapat rusa/kambing lalu dipotong dan dimasak supaya ada makanan
mereka. Sudah masak makanan mereka, lalu mereka memisahkan makanan
untuk Oppung mereka, yaitu ada hati dan daging special dan diantar oleh
pembantuna. Akan tetapi, waktu ditengah jalan pembantunya itu memakan
makanan tersebut dan menyisakan tulang-tulangnya saja. “Oppung, ini
katanya manan mu” kata pembantunya ini. Lalu Oppung ini meraba
makanan tersebut yang ada hanya tulang-tulang dari sisa makanan.
Menangislah oppung ini, (Bah, rendah sekali aku dibuat anakku ini” kata
oppung itu. Oppung ini menangis bukan kepada pembantu ini, karena
mengira bahwa makanan tersebut adalah ulah anaknya sendiri. Bah anakku,
inikah bagian ku yang hidup ini. Menangislah oppung ini, diberikan tulang
tulang nya itu kepada kucingnya, lalu elus elus membuat kucingnya ini
menari-nari hingga akhirnya jadilah Danau Sicike-Cike. Dari sinilah lahirnya
Sipitu marga, yaitu Capah, Angkat, Ujung, Bintang, Sinamo, Gajah Manik,
Kudadiri. Maka itulah sebabnya dilarang untuk membuat kucing menari dan
memandikan kucing, padahal yang kesal hati oppung itu makanya dibuat
seperti itu. Kalau sekarang, jika kita buat kucing menari-nari langsung apa
rupanya yang terjadi. Dia yang sambil nangis dan hatinya kesal gara-gara
tulang tulang itu. Sipitu marga terjadi, ada yang hidup setelah bencana itu
terjadi. Ada alat-alat dapur waktu itu seperti chapah (piring), benda ini di
pegang biar tidak tenggelam dan jadi marga Capah. Lalu ada yang melihat
cahaya bintang, itu menjadi arah untuk sampai ke pinggir air, jadi marga
Bintang. Ada Kuda dan naik satu, jadi Marga Kudadiri. Namo artinya
tumpukan rumput rumput, itu jalannnya keluar dari air tersebut jadi marga
Sinamo. Kalau dulu namanya itu adalah marganya. Baru ada yang harus
diangkat baru bisa keluar dari air tersebut, jadi marga Angkat. Lalu ada yang
dapat di ujung karena terbawa arus jadi di buat namanya marga Ujung.
Waktu dulu marga itu nama nya, beda dengan sekarang ada nama dan
marga. Kalau danau tersebut adalah tempat Namboru kami.
Menurut Ibu Tianggur Malau (67 tahun, sebagai petani dalam wawancara
tanggal 18 April 2021) bercerita tentang terjadinya legenda danau Sicike-cike, yaitu:
27
Oppung Apolonia Capah (67 tahun, sebagai petani dalam wawancara tanggal
18 April 20201 ) menjelaskan tentang perjalanan Raja yang mempimpin kampung
Sicike-cike dan menceritakan legenda terjadinya danau Sicike-cike, yaitu
Sejarah ni oppu on na jolo, adong na margoar oppung on han dua jolo sian
Raja Baho (si Raja Batak do di dokkon goarna on), namar porhas sada si
akkangan sada si anggian di daerah Samosir. Jala goar ni on didokma Si
Porhas Jakjak dohot Si Porhas Daling. Namarbada do marga Sitanggang
Simbolon (on ma laena kandung dohot boruna alana otik dope hajolma on na
jolo i). Parjolo na mangido tano do Sitanggang Simbolon, manang songon dia
pe hula-hula nami sandok ikkon adong do tano lao ulaon nami. Jei ro halakon
nadua ala poso dope jadi dang di attusi dibaen ma tano on tu bagasan gajuk-
gajuk, di buan tano on tu jabu marga Sitanggang Simbolon on. Hape dang
28
Marjuma ma Siporhas Daling i disi, dungi mangoli ma ibana dohot boru dairi
ima boru Saraan dohot boru Padang. Ala nunga matua Siporhas Daling on
jala godang pinomparna, dijou ma ibana Opppung. Ala na manuan eme
halaki, musim ma masa pangordangon. Dungi di suru Oppung on ma anakna
lao mangordang eme tu juma, huhut mambuan akka pangurupina. Lao
allangon sogot, di sukkun anak na on ma, “marsogot nama hita mangordang
aha baen on ta allangon ni pangurupi inna”. Jei ro inna oppung mandokkon
ai songon mai lao ma hamu tu juma, alai molo akka si allangon ikkan na
disima dapothon hamu, langsung loppa hamu ma. Lao halaki pas ma na di
dokkon oppung on, attor adong di juma Ursa on goppang songon na loja. Jei
dipature ma Ursa on lao allangon pangurupi baru di buan tu huta lao tu
oppung i dihuta. Di oto-otoi pembantu na on ma, di allangi ma na tabo lao tu
oppung i ima ate-atena dohot bagian na tabo. Di buan ma naso si boan on, di
papungu naso si panpungguon ni ma di patudu tu oppung on. Mangan ma
oppung on, baru di dokkon ma lak songon on ma jabbar nami nunga matua
hami, boha baenonan nami mangallang on. Makkatai hatai ma oppung i, attor
makkuling ronggur, dobar ma udan sagogo ni gogo na, adong ma huting na
di pator-tor di baen baju bajuna bagak, margondang babbab ma inna oppung
doli on, roma oppung boru padang di pator-tor ma huting on, gabe hancur
ma huta i, lak jadi tao ma huta i.
Artinya…Sejarah oppung ini dulu, ada dua oppung dari Raja Baho (biasa
dipanggil Si Raja Batak) yang memiliki ada kembar di daerah Samosir dan
namanya adalah Si Porhas Jakjak dan Siporhas Daling. Mulanya adalah
Sitanggang Simbolon (on ma laena kandung dohot boruna alana otik dope
hajolma on na jolo i) meminta tanah untuk dikelola kepada Si Porhas Jakjak
dan Si Porhas Daling, katannya “bagaimana pun hula hula kami, harus ada
tanah untuk kami kelola”. Datang mereka berdua karena masih kecil, mereka
membawa tanah di atas tempat sirih ke rumah Sitanggang Simbolon. Akan
29
tetapi, permintaan mereka tidak sesuai dengan keinginan mereka. Jadi mereka
berpolitik “begini saja kita buat supaya kampung ini ditinggalkan, kita takut-
takuti mereka dengan air bekas daun sirih. Kalau bulan purnama nanti, kita
buat pengumuman bahwa ada perang dan banyak orang sudah dibunuh, kita
tumpahkan air sisa makan sirih” kata Sitanggang Simbolon. Setelah hal itu
diberitakan, maka mereka pergi meninggalkan kampung tersebut dan Si
Porhas Daling dan Siporhas Jakjak mengadu ke rumah tulangnya Si Jonggi
Manaon (Limbong), katanya “begini tulang ada perang di kampung kami dan
sudah banyak yang meninggal, dan itu alasan kami datang”. Akan tetapi,
hanya satu yang tinggal di rumah tulannya ini. Satu pergi dan sampai ke Tele
jalan kaki hingga sampai ke Sicike-cike dan tinggal di tempat tersebut.
Siporhas Daling akhirnya berladang di tempat itu, lalu menikah dengan boru
Dairi yaitu boru Saraan dan Boru Padang. Karena Siporhas Daling ini sudah
tua dan mempunyai banyak keturunan, maka disebutlah dia sebagai Oppung.
Karena mereka menanam padi, maka pada saat itu ada musim menugal padi.
Lalu, Oppung ini menyuruh anaknya untuk menugal padi di lading dengan
mmebawa para pembantunya. Untuk makanan besok, anaknya ini bertanya “
besok kita menugal padi, apakah makanan untuk penanam padi nanti?”.
Datang oppung itu berkata “begini pergi saja kalian ke ladang, kalau masalah
makanan disitu nanti akan kalian dapatkan dan langsung kalian masak.
Mereka pergi dan betul mereka menemukan Rusa sudah bergetuk lutut seperti
sudah kelelahan. Rusa tersebut dimasak untuk dihidangkan kepada pekerja
dan diantarkan kepada oppung di kampung. Pembantunya ini menipu,
dimakani makanan yang enak yaitu hati, bagian daging yang enak. Akhirnya
dibawa sisa makanan dan diberikan kepada Oppung itu. Makan oppung itu,
lalu berkata “beginikah bagian kami yang sudah tua ini, bagaimana caranya
memakan ini”. Oppung itu bersungut-sungut, hingga ada suara petir dan hujan
datang dengan sangat deras, ada kucing mereka yang dibuat menari-nari
dengan baju yang bagus, oppung itu memukul gendang dan oppung boru
yang menarikan kucingnya, akhirnya kampung tersebut hancur dan kampung
tersebut menjadi danau .
Ibu Romla Capah (36 tahun) menjelaskan tentang terjadinya legenda danau
Sicike-cike, yaitu sebagai berikut:
Pada saat sekolah ada atraksi tentang terjadinya sicike-cike. Ada satu
rumah tangga, seperti orang kaya yang memiliki pembantu. Jadi mangula
ma tuan nya ini dan istrinya ini, lalu datang anaknya berkata apa makanan
kita untuk siang ini karena tidak ada lagi makanan kita. Eheh, tidak usah
30
khawatir masalah makanan, makanan itu tidak ada yang susah didapatkan
katanya. Padahal itulah langsung lewat rusa, di bunuhlah rusa ini untuk
makanan siang. Di suruh anaknya ini, inilah bawa dan masak. Hanya ku
bilang sudah langsung adanya kan, memang kalau masalah makanna tidak
pernah sulit untuk mendapatnya. Akhirnya dimasak dengan baik, dan
disuruh pembantunya mengantar kepada orangtuanya itu. Padahal waktu di
jalan pembantu ini memakan makanan tersebut dan menyisakan sisa sisa
makanan itu yaitu tulang tulangnya diberikan kepada orangtuanya ini. Dan
akhirnya sedih hati orangtua tersebut “nasib ku ini yang mempunyai anak
itu, sanggup memberikan kami makanan sisa yang hanya tulang-tulangnya
saja.” Sedih hatinya dan dibuat kucingnya menari sambil bernyanyi nyanyi
(ber uning-uningan) krena sakit hatinya dan ada bencana besar seperti petir
yang sangat kuat dan hujan yang sangat deras hingga terjadilah danau
Sicike-Cike.
Hingga akhirnya Siporhas Daling dan Jakjak meninggalkan kampung tersebut karena
takut dan mengadu kepada tulangnya yaitu Sijonggi Manaon (Limbong). Mereka
tinggal bersama tulangnya, namun Siporhas Daling tidak ingin tetap tinggal di rumah
tulangnya dan Dia pergi mencari tempat tinggal hingga sampai di Sicike-cike. Dari
cerita ini, orang pertama yang ada di Sicike-cike ini adalah Siporhas Daling yang
beristrikan boru Saraan dan boru Padang dan dikaitkan dengan hasil wawancara yang
lain Dialah Raja Naga Jambe atau Raja Naga Jagur.
Hal ini dapat diketahui bahwa penyebab terjadinya danau Sicike-cike adalah
sifat pembantu yang tidak sopan dan tidak menghormati Rajanya, pembantu ini
berani memberikan makanan sisa kepada Raja/Oppung dan Rajanya ini berprasangka
buruk bahwa itu adalah perbuatan anaknya sendiri, hingga pada akhirnya
Raja/Oppung berfikir bahwa mereka tidak lagi dihormati dan dihargai oleh anaknya
sendiri, sehingga dia bersedih dan meluapkan rasa sedihnya dengan memainkan
gendang, memakaian baju pada kucingnya dan membuat kucing itu menari-nari,
hingga alam pun seperti ikut mengespresikan di dengan petir yang kuat dan hujan
yang sangat lebat yang mengakibatkan kampung tersebut tenggelam dan akhirnya
terjadi danau Sicike-cike tersebut.
Pada saat bencana tersebut terjadi ada beberapa orang yang selamat. Orang
yang selamat itu adalah marga yang ada di Sipitu Marga, yaitu Capah, Angkat,
Sinamo, Gajah Manik, Kudadiri, Ujung dan Bintang. Terdapat alasan mereka
mempunyai nama-nama tersebut, yaitu pertama Capah dibuat karena orang tersebut
berlindung dari genangan air di atas piring yang besar (dalam bahasa Pakpak adalah
Capah), kedua dibuat namanya Angkat karena dia dibantu keluar dari air tersebut
dengan mengangkatnya. Ketiga dibuat namanya Sinamo, karena dia terapung diatas
daun namo-namo dan ada juga informan yang mengatakan karena dia berputar seperti
dynamo hingga sampai ke tepian air. Keempat dan kelima ada marga Gajah Manik
dan Kudadiri, alasannya hampir sama mereka berdiri dibadannya sendiri. Keenam
ada Ujung dengan alasan ditemukan di ujung air dan terakhir adalah Bintang karena
dia mengikuti Sinar bintang hingga sampai ketepian.
Au terakhir tusi pas poso dope, alana si dao Sicike-cike on. Lao pe hami
narhai tusi dang sude boi di dalani hami, alana ujui hurang takkas dope
dalannya mabiar hami lilu ai holan hau do dibagasan. Baru baru on muse
hubereng nunga jadi inganan ni mardalani ni jolma Sicike-cike on. Sicike-
cike on attong puna ni Pakpak do, jadi nyon tano asli ni halaki, jadi di jaga
dope makana agak seram attong. Olo do halaki mambaen sibaenon tu
oppung ni halaki disi.
Artinya….terakhir aku pergi ke tempat itu pada waktu masih muda, karena
Sicike-cike ini sangat jauh. Pergi pun kami kesitu tidak semua bisa kami
jelajahi, karena waktu dulu masih kurang jelas jalanya, kami takut tersesat di
dalam, cuman pohon yang ada di dalam. Pada masa sekarang kulihat sickie-
cike ini sudah menjadi tempat orang berwisata. Sicike-cike ini adalah punya
orang Pakpak, jadi ini asli milik mereka, jadi tempat ini masih terjaga
makanya kelihatan seram. Orang itu mau membuat sesuatu untuk
persembahan kepada oppung mereka.
Pendapat Oppung Siregar sejalan dengan Ibu Mariani Sitorus (61 tahun,
sebgai petani, wawancara tanggal 16 April 2021) juga memberikan pendapat, yaitu:
Molo asing dalan dalan na, dang jolo di hormati olo ma gabe marsahit, lilu.
Molo lao tusi attong ikkon marpanukkun do, unang gijjang roha, unang
mekkel-mekkel. Ikkon ias roha.
Artinya….Kalau terjadi sesuatu atau dikatakan seram tempat ini, itu karena
aneh aneh perbuatannya dan jangan tinggi hati, apalagi untuk anak muda mau
juga yang kesasar. Anakku waktu dulu, pernah mau ke situ tapi tidak jadi
karena ketakutan untuk memasukinya.
Berikut hasil wawancara dengan informan Bapak Apolonia Capah (67 tahun,
sebagai petani dalam wawancara tanggal 18 April 2021) mengenai kemistisan Sicike-
cike, yaitu:
Jei olo do attong jolma na mabiar tusi. Eme na sikkaningan adong dope di
Sicike-cike. Bah, molo boi dibereng eme i, oloma molo adong eme na
mamereng i gabe bagak hasilna. Alai dang sude boi mamereng I, alana holan
jolma na beruntung do boi mamereng i. Hunsina adong rohana hera na
martamiang i. Baru molo masuk tu bagasan, najolo jolma sipata holan boi
mamereng sada anggo dang dua dohot tolu tao i. Alai molo masa sonari
nunga bebas. Pas au poso sering do au lao tusi Alana hami marga capah hea
manuan ikan mas di tao i. Baru ala didokkon nunga nampuna pemerintah,
adong ma dalan tu bagas baru petting do dilestarihon. Molo lao tusi, denggan
marsatabbi baru unang lao sahalak niba ikkon mardongan do.
Jadi mau ada orang yang takut ke situ. Padi yang tadi tetap masih ada di
Sicike-cike tersebut. Bah, kalau ada yang bisa melihat padi tersebut,
kemungkinan padi milik yang melihat tadi akan berbuah hasil yang baik. Tapi
itu tidak semua orang bisa melihatnya, karena hanya memang dia yang
beruntung dapat melihatnya. Kuncinya ada niat sama seperti berdoa. Dan juga
ketika masuk kedalam, waktu dulu kadang orang hanya bisa melihat satu
danau atau dua danau dan juga ketiga danau tersebut. Tapi zaman sekarang
udah bisa bebas. Waktu saya masih muda sering pergi ke situ, dan kami marga
capah pernah manuan ikan mas di danau tersebut. Dan karena dibilang milik
pemerintah, akhirnya ada jalan ke dalam dan perlu dilestarikan. Kalau pergi
ke situ, permisi dengan baik jangan pergi sendiri, harus tetap memiliki teman.
35
Pas najolo, molo marfoto olo do attong adong maneppel bayangan, kadang
bohi kan alai cuman dang jelas, olo bulan, olo muse do matahari, selalu ma
attong na tartakkup kamera. Alai najolo doi waktu baru mamukka tempat on,
jei ima attong na sai taringot-ingot natua-tua makana dilarang-larang
gellengna. Molo songon au mulai tahun 1994 nunga dison au karejo sampe
sahat tu sadarion, berarti hampir 15 tahun dang adong, alana iba kaluar
masuk do, modom disi pe nunga jadi aman do. Holan ketulusan do molo
masuk tu bagasan. Selalu do kebaikan na ro. Aman aman do sude. Molo
masalah mistis nai memang adong do nyan. Alai najolo doi anggo sonari
dang adong be. Kadang molo lain lain pikkirana olo juppang na ulok, lipan.
Molo songon au berprinsip goarna pe hutan, jadi na kebetulan do attong,
salah perbuatan i attor juppang. Alai memang waktu anak USU na ro tu son
halaki PKL 120 halak. Pas ma di group rombongan ku 15 halak ma hu kawal.
Di antara na 15 halak on, adong na marselisih paham, sada group pe halakon
dang sada pendapat. Memang adong do keanehan, boi ma 16 halak do hami
di tamba au kan, muba do sahalak ibana mamereng ulok hami na 15 halak
dang adong mamereng. Jadi disi ma attong mistis na di dokkon nai. Alai molo
au berprinsip, mungkin mata ni ibana do na salah, dang mungkin mata nami
na 15 halak salah maralohon ibana. Sahalak ibana mandokkon ulok hape
hami na 15 halak mamereng akar ni hau na balga, ai dang jelas bei. “Na dia
do ulok i?” dikku. Di patudu do akar ni hau do. Berarti ima aatong ujian I
asa unang adong permasalahan. Hudok ma tu halaki “molo adong dope di
hamuna akka masalah, marsogot dang boi be hita masuk tuson. Cerita ma
dongan non, “memang halakon do pak dang sada pendapat”. Jei mulai sian i
gabe dirokker ma tu kelompok lain unang adong terjadi masalah.
Artinya….Waktu dulu, ketika orang berfoto di Sicike-cike mau ada bayangan,
mau seperti wajah samar, bulan kadang matahari, selalu tertangkap oleh
kamera ketika berfoto. Akan tetapi itu pada zaman dulu, waktu tempat ini
belum diresmikan, jadi ini yang membuat masyarakat menjadi teringat-ingat
orangtuanya, makanya anaknya dilarang untuk masuk kedalam Sicike-cike
tersebut. Saya disini sudah bekerja muali dari 1994 sampai sekarang, hamper
15 tahun, tidak pernah saya alami kejadian aneh waktu memasuki Sicike-cike,
karena saya sering keluar masuk sicike-cike, jadi aman nya. Yang kita harus
miliki adalah ketulusan hati, pasti selalu kebaikan yang datang. Jadi kalau
36
masalah mistisnya ada waktu dulu, tapi sekarang tidak lagi. Seandainya, salah
salah melangkah kalau lain-lain pikkirannya mau bertemu dengan ular, lipan.
Tapi kalau aku berprinsip, namanya hutan disitulah tempatnya. Mungkin itu
kebetulan saja, salah perbuatannya langsung jumpa. Tapi memang, waktu
anak USU datang PKL berjumlah 120 orang ada 15 orang yang ku kawal. Di
antara mereka ada yang selisih paham, satu group orang ini tidak sependapat,
memang ada keanehan. Bisa kami 16 orang ditambah saya, ada satu orang
bisa melihat Ular besar, kami yang 15 orang tidak melihat ular tersebut. Jadi
disitulah mitos nya itu, tapi kalau aku berprinsip, mungkin mata dia yang
salah. Gak mungkin mata kami yang 15 orang salah dibandingkan dia sendiri.
“Jadi dimana ular nya itu?” saya tanya, lalu dia menunjuk pada akar besar
pohon. Berarti disini akan ujian, supaya tidak ada permasalahan. Jadi saya
bilang kepada mereka, kalau masih ada tetap selisih paham di antara kalian,
besok kita tidak bisa lagi masuk ke hutan ini, itulah saya bilang sama orang
itu. Cerita lah kawannya, memang ada permasalahannnya pak, ada yang tidak
satu pendapat. Yah, jadinya yang bermasalah tadi ditukar dengan kelompok
lain, supaya tidak terjadi masalah.
Selain para informan diatas penulis juga menemukan informasi dari teman
penulis sebelum meneliti yaitu Hileri Situmorang (21 tahun dalam wawancara bulan
8 2020), mengatakan:
“Seram kali Sicike-cike itu Las. Ada satu orang dikeluarga kami, dia masih
anak gadis pernah pergi kesana. Pulang-pulang dia kesurupan dan sampai
sekarang belum sembuh-sembuh. Sudah dibawa berobat kemana-mana tapi
gak ada yang bias menyebuhkanya. Makanya kami pun dilarang pergi
kesana”.
Pengalaman penulis, ketika mengajak teman yaitu Andrikus Simbolon (umur
21 tahun) untuk pergi ke Sicike-cike, mengatakan:
“Ah gak berani aku Las, takut aku kesana seram kali, nanti tersesat kita.
Mendingan kita pergi ke tempat lain kalau mau jalan-jalan”.
Dari hasil wawancara beberapa informan diatas dapat diketahui beberapa hal
yang membuat TWA Sicike-cike kurang diminati pengunjung, yaitu:
37
1. Lokasi Sicike-cike relative jauh dari jalan umum dengan jarak 5km dan juga
angkutan umum pun jarang (hanya ada sekali seminggu) yang hanya sampai
di kantor resort Sicike-cike dan sesampai disini pengunjung harus berjalan
kaki kurang lebih 2km lagi untuk sampai dikawasan Sicike-cike. Selain itu
medannya sukar ditempuh dan juga belum beraspal dan banyak lubang-
lubang.
2. Seperti yang dialami bapak Apolonia, beliau melihat hamparan padi , padahal
dikawasan itu tidak ada orang yang menanam padi. Hal ini membuktikan
bahwa Sicike-cike merupakan tempat mistis, karena melihat kejadian aneh
yaitu melihat hamparan padi tersebut.
3. Sicike-cike dijadikan tempat untuk membuat pemujaan karena dianggap
keramat. Jika ada masalah-,masalah yang dihadapi Sipitu marga seperti
permintaan keturunan, permintaan hujan dan supaya tanaman bertumbuh baik,
mereka akan melakukan ritual tepatnya di Danau 3 Sicike-cike. Dalam
legenda danau Sicike-cike melahirkan Sipitu Marga yaitu Capah, Angkat,
Sinamo, Gajah Manik, Kudadiri, Ujung dan Bintang. Hal ini mengakibatkan
persepsi masyarakat sekitaran Sicike-cike, bahwa tempat ini sangat sakral dan
sebagai tempat keramat untuk menghormati dan menjalankan adat yang telah
dipegang oleh orang Pakpak.
4. Seringnya pengunjung melihat dan mengalami kejadian aneh, seperti melihat
ular yang sangat besar, ada bayangan saat berfoto dan juga ada orang yang
kesurupan setelah keluar dari sana.
5. Disicike-cike pengunjung sering mengalami kehilangan arah (tersesat)
sehingga tidak bisa pulang untuk beberapa lama.
6. Untuk mengobati orang sakit yang telah keluar dari Sicike-cike dan untuk
menemukan orang yang tersesat hanya bisa dilakukan oleh Sipitu marga
dengan mengadakan ritual.
38
tuanya. Hal tersebut terjadi karena para pelayan tidak pernah memakan
makanan yang enak dan akhirnya mereka memakan makanan tuanya.
4. Motif Akibat Yang Akan Ditimbulkan (Consequence)
Motif akibat yang akan ditimbulkan (consequence) dalam Legenda Danau
Sicike-Cike adalah raja tersebut merasa diperlakukan tidak hormat, dan Dia
pun murka dan mengutuk perbuatan tercela ini dengan sumpah serapah.
Kemurkaan raja tersebut berujung dengan meledaknya badai yang dasyat:
petir sambar-menyambar, kilat sambung-menyambung dan hempasan hujan
amat lebat yang tak berkesusahan, hingga semakin lama semakin deras hingga
menenggelamkan seluruh wilayah perkampungan Sicike-cike dan membentuk
tiga genangan besar yang kini disebut dengan Danau Sicike-cike.
5. Motif Menghindari Akibat Yang Terjadi (Attemped Escape)
Motif menghindari akibat yang terjadi (attemped escape) dalam Legenda
Danau Sicike-Cike adalah pada saat bencana terjadi ada beberapa marga yang
selamat yaitu pertama Capah tersebut berlindung dari genangan air di atas
piring yang besar (dalam bahasa Pakpak adalah Capah), kedua dibuat
namanya Angkat yang dibantu keluar dari air tersebut dengan
mengangkatnya. Ketiga dibuat namanya Sinamo, dia terapung diatas daun
namo-namo dan ada juga informan yang mengatakan karena dia berputar
seperti dynamo hingga sampai ke tepian air. Keempat dan kelima ada marga
Gajah Manik dan Kudadiri, bisa selamat karena berdiri dibadannya sendiri.
Keenam ada Ujung ditemukan di ujung air dan terakhir adalah Bintang
selamat karena dia mengikuti Sinar bintang hingga sampai ketepian.
6. Motif Kekurangan Dapat Diatasi (Lack Liquated)
Motif kekurangan dapat diatasi (lack liquated) dalam Legenda Danau Sicike-
Cike adalah ketika Si Pitu Marga selamat dari bencana tersebut, mereka
meninggalkan Sicike-cike dan menyebar diberbagai di daerah Dairi dengan
tempat yang berbeda. Marga Capah mereka berada di Desa Bangun, marga
Angkat berada di daerah Sidikalang kota, marga Kudadiri berada di daerah
41
Desa Sitinjo, marga Bintang berada di daerah desa Bintang dan marga Sinamo
dan Gajah Manik di daerah Pakpak Barat.
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian penulis, legenda Danau Sicike-cike merupakan salah satu
bagian folklor yang mana didukung dengan ciri khas folklor yaitu diturunkan secara
turun-temurun dalam bentuk lisan (disampaikan dari mulut ke mulut) dan tidak ada
pengarangnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Alan Dundes yang sudah penulis
jelaskan pada bab sebelumnya. Dalam proses penelitian penulis mendapati bahwa
memang pada masyarakat yang ada disekitar Taman Wisata Alam tersebut
mengetahui legenda Sicike-cike hanya dari mulut ke mulut, hal ini dapat dibuktikan
bahwa tidak semua orang yang ada di sekitar Sicike-cike ini maupun orang Pakpak
itu sendiri mengetahui secara rinci tentang legenda tersebut dan juga penuturan atau
penceritaan legenda tersebut dari setiap orang berbeda beda. Pada hasil wawancara
hal ini terslihat jelas, yaitu legenda Danau Sicike-cike menurut Oppung Konstantin
Capah dengan Oppung Apolonia Capah berbeda jika dilihat dari penjelasan nama dari
Raja/Oppung yang memerintah pada zaman dulu. Selain itu legenda ini juga tidak
memiliki pengarang, hal ini dapat dilihat bahwa tidak ada satu sumber yang
menceritakan legenda tersebut akan tetapi legenda tersebut ada pada masyarakat
dengan berbagai versei namun memiliki kesamaan.
Orang Pakpak juga menganggap tempat ini adalah asal muasal Si Pitu Marga dan
mereka akan melakukan berbagai ritual untuk menghormati nenek moyang mereka
yang dulu. Legenda ini juga bersifat duniawi, yang dapat di ketahui dari ceritanya -
bahwa ketidaksopanan dan ketidaktaan seorang pembantu kepada raja. Hal ini juga
dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari kita bahwa harus menghormati orang yang
lebih tua dari kita dan apabila kita tidak meiliki sopan santun maka aka nada sangsi
yang kita terima walaupun tidak secara langsung. Contohnya adalah ketika kita tidak
menghormati orangtua kita, maka kemungkinan akan terjadi sesuatu yang tidak
diingkan atau biasa disebut dengan karma.
Anaknya
menyuruh Musim Siporhas menikahi
pembantu mangordang Perkampungan boru Dairi yaitu
menghantarkan eme (menugal Sicike-cike boru Padang dan
makanan untuk padi) di Boru Saraan.
raja ladang
Sisa Bencana,
Pembantu Raja sedih, hingga
makanan meraung-
memakan kampung
diberikan raung
makanan raja jadi danau
kepada raja
Lahir Sipirtu
Marga.
44
Musim
Raja menyuruh anaknya Raja sudah tua, mangordang
untuk memerintah para rabun dan susah eme (menugal
pembantu pergi ke ladang. berjalan padi)
Lahir Sipitu
marga
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Eksistensi Taman
Wisata Alam Dengan Legenda Danau Sicike-Cike (Studi Foklor Lisan) Di
Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, maka penulis menarik beberapa kesimpulan
yaitu:
5.2 Saran
Andayani, Natalia Tri. 2013. Eksistensi Tradisi Sarapan Pada Masyarakat Desa
Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. (T.Thn.).
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: Cv
Jejak .
Kanzunnudin, M. (2020). Cerita Lisan Dua Orang Sunan Beradu Jago Dalam Kajian
Struktural Dan Fungsi Alan Dundes. Kredo: Jurnal Ilmiah Bahasa Dan
Sastra, 235-248.
Miles, M. B., & Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif . Jakarta: Ui-Press.
Septyan Ananda Rizky. (2019). Taman Wisata Alam: Pengertian, Fungsi, Manfaat
Dan Peraturan. Dipetik Oktober 31, 2019, Dari Foresteract Online:
Https://Foresteract.Com/Taman-Wisata-Alam/
Setiawan, E. (2012-2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dipetik Juli 19, 2021,
Dari Kbbi Online: Http://Kbbi.Web.Id
Susilo, B. E., Avenzora, R., & Hermawan , R. (2018). Potensi Folklor Untuk
Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Mappi Provinsi Papua. Media
Konservasi, 18-27.
Suyono, Harahap, R. H., & Aththorick, T. A. (2017). Persepsi Masyarat Desa Lae
Hole II Dalam Pengelolaan Taman Wisata Alam (Twa) Sicike-Cike. Jeumpa,
67-79.
49
PROFIL INFORMAN
C. Masyarakat Setempat
1. Nama : Apolonia Capah
Usia : 67 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Informan :
Umur :
Pekerjaan :
C. Masyarakat Setempat
1. Apakah informan pernah memasuki Taman Wisata Alam Sicike-cike?
2. Mengapa bapak/ibu tidak mau pergi kesana, padahal tempat tersebut sudah
dijadikan tempat wisata?
3. Apakah informan pernah kejadian aneh saat memasuki Taman Wisata Alam
Sicike-cike tersebut?
4. Apakah informan mengetahui tentang legenda Sicike-cike?
5. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap Legenda yang ada di Sicike-cike?
6. Mengapa Sicike-cike dianggap masyarakat sebagai tempat sakral?
7. Menurut informan, bagaimana sikap yang baik supaya bisa memasuki tempat
wisata tersebut?
54
LAMPIRAN
Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
57
Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
Gambar 9 dan 10: Tumbuhan Anggrek yang tumbuh dikawasan TWA Sicike-
cike (Anggrek Eria spp, Thrixspermum)
Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
58
Gambar 11 dan 12: Tumbuhan Anggrek yang tumbuh dikawasan TWA Sicike-
cike (Oberonia, Chalanthe)
Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
59
Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
Gambar 17 dan 18: Bapak Kepala Desa Laehole II (Riswan Sihombing) dan
petugas di Kantor Resort TWA Sicike-cike (Bapak Hotber Sianturi)
Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Bapak Kepala Desa (16 April 2021) dan
dengan Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
Gambar 19 dan 20: Penetua adat Oppung (Konstantin Capah) dan Ibu Mesdika
boru Capah
61
Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Oppung Konstantin (19 April 2021) dan Ibu
Mesdika (17 April 2021)
Gambar 21 dan 22: Oppung Dippos Sihombing dan Bapak Apolonia Capah
Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Oppung Dippos (16 April 2021) dan Bapak
Apolonia (18 April 2021)
62
Gambar 23 dan 24: Ibu Mariani Sitorus dan Ibu Tianggur Malau
Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Ibu Mariani dan Ibu Tianggur (18 April
2021)
Gambar 25 dan 26: Ibu Romla Capah dan Ibu Rusmedi Siregar
Sumber: Dokumentasi Penulis dengan Ibu Romla (18 April 2021) dan Ibu Rusmedi
(19 April 2021)