Anda di halaman 1dari 68

EKSISTENSI TAMAN WISATA ALAM DENGAN LEGENDA

DANAU SICIKE-CIKE (STUDI FOKLOR LISAN) DI


KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI

Oleh:
Sulastri Sitanggang
3172122006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang hubungan antara


Legenda Danau Sicike-cike dengan eksisitensi Taman Wisata Alam Danau
Sicike-cike dan untuk mendeskripsikan motif-motif cerita lisan yang ada dalam
Legenda Danau Sicike-cike. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan mengambil 13 informan. Hasil dalam penelitian ini adalah terdapat
Legenda danau Sicike-cike menceritakan sikap pelayan yang berperilaku tidak
hormat kepada tuannya yaitu memberikan makanan sisa kepada tuannya,
sehingga tuannya murka dan mengutuk perbuatan yang tercela ini dengan
sumpah serapah dan terjadi bencana besar hingga menenggelamkan
perkampungan Sicike-cike dan membentuk tiga genangan yang kini disebut
dengan Danau Sicike-cike. Hubungan legenda danau Sicike-cike dengan
keberadaan Taman Wisata Alam Sicike-cike mengakibatkan kurang mengalami
kemajuan karena sering tersesat, ada pengalaman aneh yang dialami
pengunjung ketika berwisata kesana, dan juga Sipitu marga menjadikan tempat
ini keramat untuk melakukan ritual sehingga hal ini membuat masyarakat
mengundurkan niat untuk pergi kesana. Terdapat motif-motif cerita rakyat pada
legenda Danau Sicike-cike yaitu motif kekurangan, motif larangan, motif
pelanggaran, motif akibat yang ditimbulkan, motif menghindari akibat yang
terjadi dan motif kekurangan dapat diatasi. Berdasarkan hal ini, Legenda Danau
Sicike-cike memiliki cerita yang sangat kompleks yang mana di dalamnya
terdapat kombinasi dari keenam motif tersebut yang di mulai dari motif
kekurangan yang merupakan awal cerita tersebut hingga pada motif kekurangan
dapat diatasi.

Kata kunci: Legenda Danau Sicike-Cike, Eksistensi Taman Wisata Alam, Studi
Foklor
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
2.1 Penelitian relevan ....................................................................................... 6
2.2 Landasan Teoretis ....................................................................................... 8
2.3 Kerangka Konseptual .................................................................................. 9
2.3.1 Eksistensi ............................................................................................ 9
2.3.2 Legenda ............................................................................................. 10
2.3.3 Motif-Motif Cerita Rakyat Menurut Alan Dundes .............................. 11
2.3.4 Sicike-Cike ........................................................................................ 11
2.3.5 Taman Wisata Alam .......................................................................... 11
2.4 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 14
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 14
3.2 Lokasi Penelitian ...................................................................................... 14
3.3 Informan Penelitian................................................................................... 15
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 15
3.4.1 Observasi ........................................................................................... 16
3.4.2 Wawancara ........................................................................................ 16
3.4.3 Dokumentasi...................................................................................... 17
3.4.4 Teknik Analisis Data ......................................................................... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 19
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................. 19
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian.................................................................... 19
4.1.2 Hubungan Legenda Danau Sicike-cike Dengan Perkembangan Taman
Wisata Alam Sicike-cike .................................................................................. 32
4.1.3 Motif-Motif Cerita Rakyat Pada Legenda Danau Sicike-Cike .................. 38
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 45
5.1 Simpulan .................................................................................................. 45
5.2 Saran ........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 47
PROFIL INFORMAN............................................................................................. 49
PEDOMAN WAWANCARA ................................................................................. 52
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sarana (Bangunan) Yang Ada di TWA Danau Sicike-Cike .................... 26

Tabel 4.2 Prasarana TWA Danau Sicike-Cike ........................................................ 27

Tabel 4.3 Data Pengunjung TWA Sicike - Cike 2018-2020 ..................................... 31


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Danau yang ada di Sicike-cike ............................................................. 28

Gambar 4.2: Bagan Versi Pertama tentang Legenda Danau Sicike-cike ................. 58

Gambar 4.3: Bagan Versi Kedua tentang Legenda Danau Sicike-cike .................... 59
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sicike-cike adalah nama sebuah Taman Wisata Alam (TWA) yang
membentang antara Kecamatan Parbuluan dan Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi
serta Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Sebagai salah satu jenis Taman
Wisata Alam, Sicike-cike terdapat banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang beraneka
ragam, seperti tanaman Paku, Anggrek, Kantong Semar, Lumut, dan beraneka ragam
pohon. Sicike-cike tidak hanya memiliki banyak jenis tumbuh-tumbuhan, tetapi juga
memiliki banyak jenis hewan yaitu angsa, burung-burung dan lain-lain. Sicike-cike
juga memiliki keindahan alam yang luar biasa, yaitu memiliki tiga danau dan satu air
terjun.

Dalam penelitian Suyono, dkk (2017) dijelaskan bahwa Taman Wisata Alam
Sicike-Cike dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Kementeriaan Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara. Dari
pengamatan awal, penulis melihat bahwa pengunjung Taman Wisata Alam Sicike-
cike ini lebih banyak dari luar, yaitu orang yang melakukan penelitian kajian biologi
karena Taman Wisata ini sangat kaya dengan jenis tumbuh-tumbuhan seperti tanaman
paku-pakuan, Angrek, lumut, kantong semar, dan jenis pohon lainnya. Sedangkan
masyarakat lokal atau masyarakat sekitaran Taman Wisata Alam Sicike-cike, begitu
minim karena adanya larangan orangtua terhadap anak-anaknya untuk berkunjung ke
tempat wisata tersebut.

Dari pengamatan awal yang dilakukan penulis sebelum penelitian bahwa


masyarakat menganggap tempat ini sebuat tempat keramat, mistis dan bukan sebagai
tempat wisata. Dalam pengamatan awal juga ada salah seorang masyarakat
menyatakan demikian;

“ Si Pitu Marga memiliki kebiasaan untuk menghormati danau Sicike-cike


untuk menemukan pusat peradapan Raja Naga Jambe yang telah mewariskan
2

pusara kehidupan bagi keturunannya. Tradisi yang tetap dilakukan marga


pakpak tersebut adalah tradisi Mihon, yaitu permisi sebelum memasuki
sebuah tempat suci. Marga-marga Pakpak yang tinggal di Dairi, khususnya Si
Pitu Marga sudah memiliki tradisi berdoa ke Sicike-cike, mengenakan
pakaian adat dan membawa berbagai macam hasil bumi yang terbaik, meliputi
itak tata (tepung berwarna putih melambangkan kesucian), itak gurgur
(tepung yang sudah di olah dengan tambahan kepala parut dan gula merah lalu
dibentuk sesuai gengaman tangan manusia sebagai symbol-simbol warna-
warni kehidupan yang bersatu menjadi satu rasa dan arah), gatap (daun sirih),
galuh (buah pisang), pelleng (nasi kuning), pella tinggi engket rimo mungkur
(air nira dan cawan putih berisi perasaan jeruk purut).”
Dalam hal ini, dapat dijelaskan bahwa Taman Wisata Alam Sicike-cike itu
merupakan tempat yang sangat dihormati oleh Sipitu Marga yang merupakan
keturunan suku Pakpak yang asal muasalnya dari Sicike-cike ini. Mereka melakukan
Tradisi Mihon untuk menghormati nenek moyangnya yang ada di Sicike-cike. Hal ini
membuat masyarakat sekitar tidak mengenal lebih dalam Sicike-cike, karena
menganggap tempat ini sebagai tempat keramat.

Terdapat kisah terjadinya Sicike-cike yaitu berdasarkan pengamatan awal


dimana penulis bertemu dengan salah seorang masyarakat menyatakan demikian;

“Menurut ceritanya, zaman dulu ada musim menanam padi di perkampungan


Sicike-cike yang dipimpin oleh seorang Raja Naga Jambe. Mereka
mempunyai tradisi bahwa setiap masa bercocok tanam segala semua aktivitas
dilakukan di ladang termasuk memasak dan menyajikan hidangan bagi semua
orang yang ikut bekerja. Para penduduk menanamkan padi, sedangkan Anak
dari raja tersebut pergi berburu rusa, mengolah dan memasaknya dengan
racikan amat nikmat dan tak lupa untuk mengambil sebagian dari hidangan
bahkan bagian paling istimewa yakni hati dan daging rusa untuk dihantar
kepada orangtuanya yang tinggal di rumah. Dia mengutus dua orang
hambanya membawa makanan untuk Orangtuanya sebab usia yang sudah tua
membuat ia pantas menerima banyak perhatian. Lalu orangtuanya terkejut
melihat makanan yang dikirim oleh keluarganya hanya kumpulan tulang-
belulang Rusa. Ternyata kedua hamba yang membawa makanan itu telah
berhianat, mereka sudah melahap makanan tuanya hingga menyisahkan sisa-
sisa yang tak pantas untuk diberikan kepada manusia. Merasa diperlakukan
tidak hormat, orantuanya murka dan mengutuk perbuatan tercela ini dengan
sumpah serapah. Kemurkaan beru Saraan berujung dengan meledaknya badai
yang dasyat: petir sambar-menyambar, kilat sambung-menyambung dan
3

hempasan hujan amat lebat yang tak berkesusahan. Namun, hujan semakin
lama semakin deras hingga menenggelamkan seluruh wilayah perkampungan
Sicike-cike dan membentuk tiga genangan besar yang kini disebut dengan
Danau Sicike-cike dan melahirkan Sipitu marga”.
Dari hasil wawancara awal tersebut, dapat dijelaskan bahwa asal usul dari
Sicike-cike ini adalah kemurkaan orangtua kepada hamba-hambanya akibat tidak
menghormatinya yang mengakibatkan bencana yang luar bias sehingga pada akhirnya
kampong tersebut terbentuk jadi tiga danau. sehingga dari legenda ini, bias dilihat
alasan Sipitu Marga melakukan ritual di Sicike-cike ini karena asal mereka lahir
adalah dari bencana tersebut.

Menurut Kamus Besar Indonesia, pengertian wisata adalah bepergian secara


bersama-sama dengan tujuan untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan dan
lain-lain. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa berwisata itu untuk menyenangkan hati
pengunjung. Sebagai tempat wisata seharusnya Taman Wisata Alam ini dikenal oleh
banyak orang, khususnya dikenal juga oleh masyarakat setempat itu sendiri. Akan
tetapi, berbeda dengan Taman Wisata Alam Sicike-cike yang mana pengunjung yang
datang kesana kebanyakan yang melakukan penelitian dan untuk melakukan ritual
yang dilakukan oleh Sipitu Marga dan juga banyak masyarakat sekitarnya belum
mengenal Sicike-cike bahkan mereka tidak tau bahwa Sicike-cike adalah sebuah
taman wisata. Jadi sangat tidak relevan, jika suatu tempat wisata sedikit
pengunjungnya dan tujuan untuk pergi kesan bukan untuk berwisata melainkan ada
faktor lain.

Dari fenomena tersebut, penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang


hubungan antara legenda Sicike-cike dengan perkembangan taman wisata alam
Sicike-cike. Legenda merupakan sebuah cerita rakyat yang dipercayai oleh
masyarakat setempat dan juga sebagai sejarah kolektif ditempat tersebut. Dalam
legenda pasti ada alur peristiwa terjadi yang berhubungan dengan para tokoh yang
ada dalam cerita tersebut dan tentunya terjadi peristiwa konflik yang mana ada
pemicu dan dampak dari konflik tersebut. Contohnya seperti legenda danau toba,
4

yang mana tokohnya adalah Si toba, ikan mas dan anaknya. Legenda ini terjadi
karena Sitoba melanggar perjanjian dengan ikan mas (istrinya) sehingga terjadi
danau toba. begitu juga dengan legenda Danau Sicike-cike, pasti ada alur ceritanya
yang didalamnya seperti ada peraturan atau pantanga atau hala-hal yang sudah terikat
janji tapi dilanggar dan membuahkan hasil yang daspat dilihat secara nyata. Jadi,
penulis juga ingin menelusuri tentang legenda Sicike-cike tersebut dengan studi
foklor yang didalamnya ada motif-motif cerita.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang disebutkan diatas maka dapat di temukan masalah yang
dijadikan acuan untuk proposal ini yakni:

1. Bagaimana hubungan Legenda Danau Sicike-cike dengan keberadaan Taman


Wisata Alam Sicike-cike Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi?
2. Bagaimana motif-motif cerita rakyat yang ada pada legenda danau di Taman
Wisata Alam Sicike-cike Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan Legenda Danau Sicike-cike dengan


keberadaan Taman Wisata Alam Sicike-cike Kecamatan Parbuluan,
Kabupaten Dairi.
2. Untuk mendeskripsikan motif-motif cerita rakyat yang ada pada legenda
danau di Taman Wisata Alam Sicike-cike Kecamatan Parbuluan,
Kabupaten Dairi.
5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian memberikan manfaat, baik teoritis dan praktis, keduanya


diuraikan di bawah ini.
1.4.1 Manfaat secara teoritis dari penelitian ini:

a. Sebagai bahan perbandingan bagi penulis lain yang ingin melakukan


penelitian yang sama, namun lokasi penelitian yang berbeda.
b. Secara akademik untuk menambah reverensi pada bidang kajian serupa
sehingga dapat menambah khasanah dalam bidang ilmu Antropologi.

1.4.2 Manfaat secara praktis dari penelitian ini:

a. Bagi masyarakat, menambah informasi tentang pesan budaya yang terdapat


dalam legenda ini.
b. Sebagai bahan bagi mahasiswa terkhususnya pada bidang Antropologi yang
ingin mengkaji tentang legenda yang ada dalam masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian relevan
Kajian pustaka terdahulu dibuat guna untuk melihat kajian sebelumnya, dimana
kajian pustaka terdahulu dapat digunakan sebagai penelitian selanjutnya atau melihat
focus penelitian di penelitian sebelumnya, atau juga dapat sebagai acuan.

Penelitian Kanzunnuddin (2020) hasil penelitian menjelaskan bahwa cerita


“Dua Orang Sunan Beradu Jago” mempunyai enam motif kombinasi sehingga
termasuk dalam kategori cerita yang memiliki struktur yang kompleks. Berdasarkan
kombinasi enam motif tersebut, cerita “Dua Orang Sunan Beradu Jago” juga dapat
dinyatakan sebagai cerita yang terjadi dari keadaan ketidakseimbangan (yang
dirumuskan sebagai kekurangan: lack) menuju keadaan keseimbangan (yang
dirumuskan sebagai kekurangan hilangkan: lack liquidated). Oleh sebab itu, cerita
“Dua Orang Sunan Beradu Jago”, berdasarkan unsur motif sangat menarik. Hal ini
dikarenakan motif-motif tersebut menggerakkan cerita menuju puncak peristiwa.

Peneliti mengacu hasil penelitian Kanzunnuddin sebagai kajian pustaka karena


dalam penelitian ini membahas tentang motif-motif dari cerita rakyat, begitu juga
dengan peneliti meneliti tentang motif-motif dari legenda setempat yang berkaitan
dengan keeksisan Sicike-cike. Terdapat persamaan pembahasan hasil penelitian
Kanzunnuddin dengan peneliti, yaitu sama-sama meneliti tentang motif-motif dari
cerita rakyat yang menurut Aland Dundes. Sedangkan perbedaannya terletak pada
focus kajian dan lokasi penelitian, yaitu pada penelitian Kanzunnuddin fokus
kajiannya adalah menjelaskan tentang motif-motif cerita lisan “Dua Orang Sunan
Beradu Jago” dan pada penelitian ini berfokus pada motif-motif cerita rakyat
(legenda) yang berpengaruh pada keeksisan Taman Wisata Alam Sicike-cike.

Penelitian Susilo dkk (2018) bahwa berbagai potensi folklor erat kaitannya
dengan material dan immaterial herritage adalah bermakna baik dan layak untuk
dikembangkan dalam pembangunan kepariwisataan. Tingginya motivasi masyarakat
7

mengindikasikan besarnya antusiasme pengembangan ekowisata budaya di Mappi.


Hal berbeda jika dipandang dari segi preferensi dan partisipasi menghasilkan skor
jauh dari nilai baik. Hal ini mengindikasikan rendahnya pengetahuan masyarakat
lokal akan pentingnya pemanfaatan budaya dan folklor sebagai sumberdaya
ekowisata. Atas hal itu, maka dibutuhkan integrasi parapihak untuk mengoptimasi
berbagai pengembangan ekowisata budaya agar mampu memberikan multiplier effect.
Strategi pengembangan ekowisata budaya di Mappi yang harus dilakukan adalah
dengan mengoptimasi perspektif pembangunan kewilayahan, perspektif sosial
budaya, perspektif pemasaran dan perspektif kegiatan dan program ekowisata.

Berdasarkan penelitian diatas terdapat persamaan antara penelitian ini dengan


penelitian yang dilakukan, yaitu sama sama membahas tentang bagian foklor yang
mana pada penelitian yang akan dilakukan lebih membahas pada legenda setempat.
Terdapat perbedaan antara hasil penelitian Susilo dkk dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti, yaitu pada penelitian Susilo dkk berfokus pada pemanfaatan foklor
sebagai sumberdaya wisata, sedangkan penelitian berfokus untuk menjelaskan
keterhubungan legenda sicike-cike dengan tempat wisata Sicike cike dan ingin
mengkaji tentang motif motif dari cerita lisan Alan Dundes.

Suyono dkk (2017) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
bahwa persepsi masyarakat Desa Lae Hole II dalam Pengelolaan TWA Sicike-Cike
adalah TWA Sicike-Cike memiliki fungsi majemuk (fungsi ekologi, ekonomi dan
sosial), 84% masyarakat mengatakan fungsi eksisting hutan masih berfungsi dengan
baik, 88% masyarakat mengetahui tentang undang-undang kehutanan dan 94%
masyarakat mengetahui fungsi kawasan hutan, 82% masyarakat menyatakan adanya
lembaga pengelolaan hutan dan 82% masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutan,
hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Lae Hole II mengetahui tentang taman
wisata alam,fungsi dan undang-undang yang mengaturnya serta menganggap
keberadaannya perlu dijaga dan dipertahankan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
8

persepsi masyarakat di Desa Lae Hole II dalam pengelolaan TWA secara ekologi,
ekonomi dan sosial mendukung upaya kelestarian taman wisata alam.

Berdasarkan penelitian di atas persamaan antara penelitian ini dengan penelitian


yang dilakukan adalah berdasarkan lokasi penelitian yaitu di Taman Wisata Alam
Sicike-cike. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus kajian penelitian yang
dilakukan oleh peneliti berfokus pada keterhubungan legenda setempat dengan
tempat wisata Sicike-cike dan motif-motif dari cerita rakyat dari Sicike-cike tersebut,
sedangkan penelitian di atas berfokus pada persepsi masyarakat dalam pengelolaan
Taman Wisata Alam Sicike-cike.

2.2 Landasan Teoretis


Landasan teoretis dalam skripsi ini digunakan untuk membantu penulis dan
pembaca memahami permasalahan yang dibahas. Teori dalam kbbi.web.id,
didefinisikan sebagai pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan yang
didukung oleh data dan argumentasi. Merujuk pengertian di atas, penulis
menggunakan pendapat Danandjaja sebagai dasar dalam memahami permasalahan
yang diteliti.

Menurut Alan Dundes, folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri
pengenal fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-
kelompok lainnya. Hasil kegiatan dan penciptaan dalam batin manusia dapat terlihat
seperti kepercayaan, kesenian dan batin masyarakat. Folklore hanya sebagian dari
kebudayaan melalui tutur kata lisan. Tradisi lisan merupakan bagian dari folklore
yang sama-sama diturunkan secara lisan. Berbicara tentang folklore, ini bersifat
anonim artinya tidak ada pengarang. Bentuk-bentuk dari folklore adalah lisan (tradisi
lisan), sebagian lisan dan tidak lisan (Danandjaja 1984:1-4).

Menurut William R. Bascom, legenda termasuk kedalam golongan cerita


prosa rakyat yang secara jelas dikatakan bahwa cerita rakyat dibagi kedalam tiga
golongan besar, yaitu mite (myth), legenda (legend) dan dongeng (folktale). Menurut
9

Bascom sendiri, mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi
serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite juga mengisahkan tentang
terjadinya semesat alam, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas
bintang, betuk topografi, gejala alam dan sebagainya. Selanjutnya legenda adalah
cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai suatu kejadian uang
suingguh-sungguh pernah terjadi. Legenda hampir sama dengan mite, akan tetapi
perbedaannya adalah legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang
belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
Terakhir jenis cerita rakyat adalah dongeng yang merupakan cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan atau dapat dikatan tidak benar-benar terjadi yang berwujud
binatang maupun manusia (Dananjaja 1982:50-84)

Penelitian mengkaji tentang legenda yang ada di Sicike-cike yaitu yang sering
disebut dengan Legenda Danau Sicike-cike. Dalam hal ini, penulis menelusuri
berbagai informasi tentang legenda Sicike-cike dengan berpedoman pada pendapat
ahli-ahli yang sudah dijelaskan sebelumnya dan juga akan menelusuri tentang motif-
motif dalam legenda tersebut melalui wawancara dengan beberapa informan.

2.3 Kerangka Konseptual


2.3.1 Eksistensi
Eksistensi berasal dari kata exist dalam bahasa Inggris yang artinya ada.
Eksistensi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yang diartikan sebagai
keberadaan akan suatu hal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksistensi
adalah hal berada, keberadaan partai-partai yang memang tidak dapat dipertahankan
lagi, dipersilakan mundur dari pencaturan politik.eksistensi yang dimaksud peneliti
dalam kajian yang diteliti adalah keterhubungan antara tempat wisata Sicike-cike
dengan legenda setempat yang berdampak pada ke eksissan tempat wisata tersebut
(Andyani 2013: 8).
10

2.3.2 Legenda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, legenda adalah cerita rakyat pada
zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah, hidup tokoh cerita
yang masih hidup. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang
empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
Menurut Alan Dundes, ada kemungkinan besar bahwa sejumlah legenda di setiap
kebudayaan jauh lebih banyak daripada mite atau dongeng. Selanjutnya Alan Dundes
pun mengatakan bahwa dongeng jika dibandingkan dengan legenda sangat terbatas
jumlahnya, karena kebanyakan dongeng bukan sebenarnya dongeng baru, merupakan
versi baru dari yang lama. Sebaliknya legenda dapat tercipta yang baru, apabila
seorang tokoh, tempat atau kejadian dianggap berharga oleh kolektifnya untuk
diabadaikan menjadi legenda (Danandjaja, 1982:66-67).

Menurut Jan Harold Brunvand dalam Danandjaja (1982:66-67) terdapat


beberapa jenis legenda, yakni: (1) Legenda keagamaan (religious legends) adalah
legenda orang-orang suci (saints), (2) Legenda alam gaib (supernatural legends)
adalah legenda berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami
seseorang dan fungsi legenda ini adalah untuk meneguhkan kebenaran “takhyul” atau
kepercayaan rakyat. (3) Legenda perseorangan (personal legends) adalah cerita
mengenai tokoh tertentu, yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar
pernah terjadi, dan (4) legenda setempat (local legends) yaitu cerita yang
berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi, yakni bentuk
permukaan suatu daerah, apakah bukit-bukit berjurang dan sebagainya.

Kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan, penelitian tentang legenda


setempat yang ada di TWA Sicike-cike termasuk ke dalam jenis legenda setempat.
Alasan utama dapat disebut sebagai legenda setempat, karena legenda danau Sicike-
cike menceritakan tentang terjadi danau tersebut di Taman Wisata Alam Sicike-cike
tersebut.
11

2.3.3 Motif-Motif Cerita Rakyat Menurut Alan Dundes


Dalam penelitian Kanzanuddin (2020) berisikan bahwa Alan Dundes
menjelaskan motif - motif cerita rakyat yaitu (1) motif kekurangan (lack), (2) motif
larangan (interdiction), (3) motif pelanggaran (violation), (4) motif akibat yang
ditimbulkan (consequence), (5) motif menghindari akibat yang terjadi (attempted
escape/AE), dan (6) motif kekurangan dapat diatasi (lack liquidated). Legenda danau
Sicike-cike merupakan bagian dari cerita rakyat (foklor) yang didalamnya terdapat
beberapa motif yang menjelaskan alur ceritanya. setiap motif-motif dalam cerita
harus berkaitan karena sudah satu alur. motif ini dimulai dari motif kekurangan pada
cerita hingga motif kekurangan yang dapat diatasi.

2.3.4 Sicike-Cike
Dalam penelitian Suyono, dkk (2017) TWA Sicike-Cike ditetapkan
berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. 78/Kpts-II/1989 tanggal 7
Februari 1989 dengan luas 575 Ha, secara geografis terbentang antara 98°20’ Bujur
Timur – 98°30’ Lintang Utara, dan berada pada ketinggian 1600 meter di atas
permukaan laut. TWA Sicike-Cike memiliki objek wisata alam yang sangat potensial
dikembangkan sebagai tempat tujuan wisata alam karena memiliki keanekaragaman
flora dan fauna serta terdapat beberapa obyek wisata yang dapat dinikmati seperti
danau dan air terjun.

2.3.5 Taman Wisata Alam


Taman wisata alam adalah kawasan hutan koservasi yang bisa dimanfaatkan
untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi. Kegiatan yang dilaksanakan di kawasan ini
tidak boleh bertentangan dengan prinsip konservasi dan perlindungan alam. Defenisi
Taman Wisata Alam (TWA) Menurut peraturan undang-undang No. 5 Tahun 1990,
tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan
pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pariwisata dalam rekreasi alam.

Tempat ini memiliki keindahan alam dengan keanekaragaman yang harus


tetap dijaga. Keanekaragaman tersebut tidak hanya digunakan sebagai sarana
12

rekreasi, tapi juga untuk melestarikan flora dan fauna. Oleh karena itu, TWA tetap
harus memiliki prinsip konservasi dan perlindungan alam sehingga flora dan fauna
tetap lestari keberadaanya. Selain untuk kegiatan pariwisata, kawasan ini mempunyai
fungsi melindungi sistem penyangga kehidupan bagi daerah sekitarnya. Bisa juga
menjadi tempat pendidikan alam dan pengembangan ilmu pengetahuan. Segala
pemanfaatan sumber daya hayati di areal ini harus dimanfaatkan secara lestari
(Septyan: 2019).

2.4 Kerangka Pemikiran


Agar memudahkan kegiatan penelitian serta untuk memperjelas akar
pemikiran dalam penelitian ini, maka perlu adanya sebuah kerangka berfikir. Hal ini
dilakukan guna menghindari terjadinya perluasan masalah yang menyebabkan
ketidakfokusan penulis terhadap objek penelitian, oleh sebab itu disusunlah sebuah
kerangka berfikir. Alur kerangka berfikir dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai
berikut:

Legenda

Taman Wisata Alam Sicike-cike

Legenda Danau Sicike-Cike Motif-Motif Cerita Rakyat Dari Legenda

Danau Sicike-cike

Eksistensi TWA Sicike-cike


Kerangka berpikir ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan masyarakat
terdapat legenda yang berhubungan tempat wisata Taman Wisata Alam Sicike-cike.
Penulis menelusuri legenda yang disebut dengan Legenda Danau Sicike-Cike, lalu
melihat motif-motif dari legenda tersebut serta melihat keterhubungan antara legenda
tersebut dengan keeksisan tempat wisata tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti Eksistensi Taman Wisata Alam
Sicike-Cike Dengan Legenda Setempat Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Kirk &
Miller ( Anggito dan Setiawan, 2018: 7) mengungkapkan bahwa, penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya. Hal tersebut mengindentifikasi hal-hal yang relevan dengan makna
baik dalam beragamnya keadaan dunia keberagaman manusia, beragam tindakan,
beragam kepercayaan dan minat dengan berfokus pada perbedaan bentuk-bentuk hal
yang menimbulkan perbedaan makna.

Berdasarkan pendapat di atas penulis menggunakan jenis penelitian tersebut


untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dengan gambaran yang sejelas-jelasnya
mengenai Eksistensi Taman Wisata Alam Dengan Legenda Danau Sicike-cike (Studi
Foklor Lisan) Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Dengan demikian
permasalahan yang diteliti mengenai Eksistensi Taman Wisata Alam Dengan
Legenda Danau Sicike-cike (Studi Foklor Lisan) Kecamatan Parbuluan Kabupaten
Dairi dapat dikaji secara mendalam serta diuraikan secara sistematis dan faktual.

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian penulis adalah di TWA Sicike-cike Kecamatan Parbuluan,
Kabupaten Dairi. Taman Wisata Alam ini merupakan salah satu tempat wisata di
Kabupaten Dairi. Sicike-cike mempunyai keindahan alam yang luar biasa, yaitu
berisikan banyak jenis tumbuhan Anggrek dan Paku-pakuan dan memiliki tiga danau,
satu air terjun. Lokasi penelitian ini juga merupakan tempat tinggal penulis yang
15

mana penulis tinggal di satu Kecamatan Parbuluan yang berbeda hanyalah beda
Desanya. Secara tidak langsung, hal ini memudahkan penulis untuk penelitian dan
mendapat berbagai informasi terkait dengan penelitian

3.3 Informan Penelitian


Penulis dalam penelitian ini menentukan informan dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sample
sumber data dengan menggunakan pertimbangan tertentu, seperti orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan dalam penelitian atau mungkin
dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek yang
akan diteliti (Sugiyono, 2013).

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka penulis menetapkan beberapa


informan yaitu:

 Penetua adat Pakpak (1 orang)


 Pemandu TWA Sicike-cike (2 orang)
 Masyarakat sekitar dan masyarakat yang tidak mau berkunjung ke Sicike-cike
(10 orang)

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data agar tujuan penelitian tersebut menjadi mudah dan sistematis.
Pada tahap teknik pengumpulan data penulis melakukan suatu cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data-data penelitiannya. Untuk mendapatkan data secara
menyeluruh dan integratif yang terkait dengan tujuan penelitian, maka penulis
menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Untuk mendapatkan data tersebut penelitian dilakukan dari bulan Maret
hingga bulan Juni 2021.
16

3.4.1 Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fakta-fakta yang diselidiki. Menurut Sugiyono (2013: 226)
observasi adalah metode ilmiah yang diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Jadi kesimpulannya observasi
adalah melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk mengamati dan
mengetahui situasi dan keadaan di lokasi penelitian agar memperoleh hasil yang
objektif sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Adapun observasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
obsevasi non partisipasi, karena penulis hanya sebagai pengamat saja sehingga
penulis mengamati tentang seberapa tau masyarakat setempat tentang Taman Wisata
Alam Sicike-cike, kondisi pengunjung dan sarana prasarana yang disediakan oleh
pihak yang bertugas di Sicike-cike tersebut. Observasi yang dilakukan penulis
sebanyak 3 kali, yaitu satu kali sebelum penelitian dan dua kali selama penelitian.

3.4.2 Wawancara
Dalam buku Ihromi (2016: 64) wawancara adalah satu-satunya teknik yang
dapat digunakan untuk memperoleh keterangan tentang kejadian yang oleh ahli
antropologi tak dapat diamati sendiri secara langsung, baik karena itu terjadinya di
masa lampau ataupun karena dia tidak diperbolehkan untuk hadir ditempat kejadian
itu. Wawancara yang penulis pakai yaitu wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (Indepth Interview) adalah proses mengumpulkan sejumlah data dan
informasi secara mendalam dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara
atau melakukan kontak langsung dengan informan yang diteliti secara mendalam,
utuh da terperinci. Data yang terkumpul dicatat, direkam dan dijadikan sebagai suatu
kesimpulan yang dapat memberikan suatu gambaran dari keterangan tersebut.
Wawancara dilakukan dengan informan di tempat yang akan disepakati. Wawancara
yang dilakukan dengan beberapa informan yang mengulas lebih dalam tentang
17

Legenda Danau Sicike-cike, keadaaan pengunjung, pendapat masyarakat terhadap


Taman Wisata Alam Sicike-cike.

3.4.3 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013: 240) dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam hal ini penulis melakukan kajian-kajian terhadap
dokumen-dokumen untuk memperdalam penelitian yang berhubungan dengan Sicike-
cike, serta membaca literatur-literatur yang terkait dengan studi. Teknik ini dilakukan
dengan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti buku-buku, foto,
jurnal ilmiah dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam dokumentasi, penulis melampirkan berbagai gambar yang mendukung


data yang diperoleh penulis seperti plang dan poster tentang Taman Wisata Alam
Sicike-cike, gambar kantor resortnya, keadaan alam Sicike-cike yang didapatkan dari
informan, dan juga penulis mendapat foto dengan setiap informan yang bertujuan
memperkenalkan informan kepada pembaca dan sebagai bukti bahwasanya penulis
sudah melakukan penelitian dilapangan.

3.4.4 Teknik Analisis Data


3.4.4.1 Reduksi Data
Mereduksi data dalam penelitian ini artinya merangkum atau mencari pokok-
pokok yang penting dari setiap data yang diperoleh. Jika data yang diperoleh di
lapangan semakin banyak maka peneliti harus memfokuskan pokok
permasalahannya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan (Sugiyono, 2013: 247).

Data yang penulis peroleh dalam lapangan ditulis dalam bentuk laporan atau
uraian yang rinci, kemudian di sederhanakan dan difokuskan pada hal yang penting
18

dan dilakukan kategorisasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Dalam mereduksi
data penulis melakukan seleksi, membuat ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkan data untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus dan
kemudian membuang data yang tidak diperlukan. Dalam hal ini, yang penulis
lakukan sendiri adalah dengan menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dimengerti
hal yang di dapat agar tidak terjadi kejanggalan dalam pembahasan yang ada.

3.4.4.2 Penyajian Data


Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah mendisplaykan data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2013:
249). Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan
kemungkinan-kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penulis mengembangkan data yang didapat dari hasil penelitian dalam sebuah
deskripsi dan bentuk teks naratif.

3.4.4.3 Conclusion Drawing/Verification


Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan awal dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat penulis kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Penelitian
4.1.1.1 Kawasan Taman Wisata Alam Sicike-Cike
Kawasan Sicike-Cike berada di wilayah Desa Laehole II, Kecamatan
Parbuluan, Kabupaten Dairi. Jika bepergian ke Taman Wisata Alam ini, jalan
masuknya dari Desa Bangun yang berada di jalan lintas Sidikalang-Dolok Sanggul.
Taman Wisata Sicike-cike tepatnya berada di sebelah Barat Desa Bangun dengan
jarak tempuh kurang lebih 5000 m (5 km). Untuk kendaraan yang tersedia hanya
ada pada hari Rabu dan Sabtu saja, sedangkan diluar hari tersebut disarankan untuk
menyewa kendaraan umum yang lainnya. Kendaraan ini hanya bisa sampai di kantor
resort, yaitu tempat pengurus dan penjaga Taman Wisata Alam ini dan dari sini
pengunjung akan berjalan kaki sekitar 2,5 km dengan waktu tempuh 20-30 menit
hingga sampai ke Taman Wisata Alam Sicike-cike.

Taman Wisata Alam Sicike-cike berada di bawah Pengelolaan Balai Besar


Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara. Tempat wisata ini
memiliki kantor khusus untuk melayani pengunjung yang datang mengunjungi
Taman Wisata alam sicike-cike yaitu Kantor Resort Konservasi Taman Wisata Alam
Sicike-cike yang berada di Desa Laehole II. Kawasan Sicike-cike ditetapkan menjadi
Taman Wisata Alam tanggal 7 Februari 1989 melalui SK.Menteri Kehutanan No.
78/KPTS-II/1989 dan disahkan pada tahun 2014 dengan luas 513,02 ha dalam Surat
Keputusan Menhut No. Sk. 4184/MENHUT-VII/KUH/2014. Hal ini juga sejalan
perkataan oleh Bapak Bergiat Sembiring (54 tahun sebagai Kepala Resort TWA
Danau Sicike-cike) yang mengatakan:
20

“Kita ada di bawah kementerian kehutanan. Sicike-cike dijadikan tempat


wisata karena potensi alamnya dan tempat religi bagi suku Pakpak dan itu
harus kita lindungi. “

Secara geografis letak Taman Wisata Alam Sicike-cike berada antara 98°20´-
98°30´ BT dan 2°35´-2°41´ LU, dengan ketinggian 1350-1500 mdpl, sehingga
keadaan iklim di tempat tersebut dingin dan sejuk. Dalam kawasan Taman Wisata
Alam Danau Sicike-cike terdapat sarana dan prasana yang disediakan yaitu sebagai
berikut:

Tabel 4.1 Prasarana TWA Danau Sicike-Cike

Nama
No Uraian Keterangan
Prasarana

1. Air terjun ada 3 Air terjun pertama ± 50 m, air terjun kedua -


± 30 m dan air terjun ketiga ± 20 m

2. Tanaman Hias Tanaman hias yang sudah diidentifikasi ada -


74 spesis

3. Nepenthes Nepenthes yang sudah diidentifikasi 5 spesis -

4. Pohon Pohon ada 68 jenis -

5. Satwa liar Satwa liar ada 17 jenis -


6. Burung Burung ada 19 jenis -
Sumber: Kantor Kepala Resort TWA Danau Sicike-Cike

Sebagaimana pada tabel 4.1 diatas, Taman Wisata Alam Sicike-cike memiliki
potensi lain seperti air terjunnya ada 3 (air terjun pertama ± 50 m, air terjun kedua ±
30 m dan air terjun ketiga ± 20 m), tanaman hias yang sudah diidentifikasi ada 74
spesis, Nepenthes yang sudah diidentifikasi 5 spesis, pohon ada 68 jenis, Satwa liar
ada 17 jenis, Burung ada 19 jenis.
21

4.1.1.2 Keadaan Alam Kawasan Sicike-Cike


Dikawasan Sicike-cike terdapat sungai-sungai kecil, air terjun, danau dan
berbagai jenis tumbuhan dan hewan hidup disana. Menurut data yang diperoleh
penulis, ada beberapa foto yang didapatkan dari informan yang bernama Bapak
Hotber Sianturi (umur 42 tahun sebagai Tenaga Pengaman Hutan Lainya), yaitu
sebagai berikut:

Gambar 4.1 Danau yang ada di Sicike-cike

Sumber: Dokumentasi Informan, 2021

Taman Wisata Alam Sicike-cike memiliki tiga danau yang berbeda tempat.
Ketika memasuki kawasan Sicike-cike, kita akan melihat Danau yang berbagi tempat
yang mana danau yang pertama kali ditemukan disebut dengan danau pertama, dan
danau kedua adalah danau yang ditemukan setelah danau pertama, begitu pula dengan
danau ketiga. Ketiga danau tersebut memiliki luas yang berbeda-beda, yaitu danau
pertama dengan luas ± 1,5 ha, danau kedua dengan luas ± 1 ha dan danau ketiga
dengan luas ± 1,8 ha. Dari tiga danau tersebut ada danau yang dianggap sebagai
22

tempat sakral oleh etnis Pakpak, yaitu danau yang ketiga. Danau ini dianggap sakral
sehingga oleh etnis Pakpak dijadikan tempat untuk melakukan ritual dan penziarahan.

Selain danau tersebut ada juga berbagai jenis tumbuhan-tumbuhan unik dan
langka seperti berbagai jenis anggrek, paku-pakuan dan jamur. Terdapat beberapa
nama anggrek yaitu Tumbuhan Phainus, Bulbophyllum, Bulbophyllum uniflorum,
Calanthe, Anggrek Eria spp, Thrixspermum, Oberonia, Chalanthe. Hal ini sejalan
dengan yang dikatakan oleh Hotber Sianturi (42 tahun) sebagai salah satu pengurus di
Kantor Resort Konservasi yaitu sebagai TPHL (Tenaga Pengaman Hutan Lainnya)
menjelaskan bahwa terdapat 120 jenis tumbuhan anggrek di Taman Wisata Sicike-
cike tersebut. Selaian tumbuhan anggrek yang sudah dijelaskan, terdapat juga
tumbuhan yang langka yaitu Rafflesia Meijeri. Tumbuhan tersebut tumbuh secara
alami yaitu diatas pohon, tanah tanpa ada campur tangan manusia.

Pada zaman dahulu kala ada orang yang tinggal di Sicike-cike yaitu seorang
raja dengan masyarakatnya, lalu ada bencana yang menimpa mereka, sehingga
mereka meninggalkan tempat tersebut dan sicike-cike menjadi kosong tidak
berpenghuni. Setelah tempat ini kosong maka sicike-cike menjadi wilayah yang
keramat. Tapi akhirnya, seiring berjalannya waktu karena ada berbagai keunikan di
Sicike-cike ini seperti banyaknya tumbuhan anggrek, paku-pakuan atau jamur,
sehingga Sicike-cike dijadikan sebagai tempat wisata.

4.1.1.3 Legenda Danau Sicike-cike


Sicike-cike adalah taman wisata alam yang memiliki keindahan alam yang
begitu indah dan menyegarkan mata. Terdapat keunikan dalam taman wisata alam
tersebut, yaitu dalam Sicike-cike ada tiga danau yang tempatnya terpisah. Ketiga
danau tersebut mempunyai legenda yang menceritakan alasan adanya ketiga danau
tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan, penulis mendapat berbagai data dari informan
tentang Sicike-cike. Informan peneliti menjelaskan tentang legenda terjadinya Sicike-
23

cike. Menurut Oppung Jabbang (Konstantin Capah, 70 tahun sebagai seorang petani
dalam wawancara tanggal 19 April 2021) sebagai ketua adat yang ikut meresmikan
TWA Sicike-cike mengatakan bahwa:

Najolo di daerah sicike-cike i, adong ma sada keluarga namargoar Raja


Jambe, adong muse mandok Raja Naga Jagur. Raja on istrina boru Saraan
dohot boru Padang. Karejona manuan eme di hauma. Raja on namalo dohot
na marbinotoan, baru adong pembantu ni halaki. Mula ni cerita legenda
Sicike-cike i, pas musim pangordangon ma najolo i, sesuai dohot arina
mangordang do. Inna ma, “nunga musim pangordangan sonari. Bah boi raja
nami, papungu ma akka dongan ta. Jei aha do ikkan ta oppung? Lao ma hamu
rodo annongan i. jadi lao ma halaki, baru marmang mang (martonggo) attor
ro do rusa i”. Dipature ma rusai lao allangon ni pangordang i. jadi disuruh
ma pembantuna lao manuruhon siallangon ni oppung i, dibungkus ma utok-
otukna, ate-atena, daging khas na bagak. Haroa dung di tonga dalan di
allang halaki ma sipanganon i. Sahat ma tu oppung on, so marnida be oppung
doli dohot oppung boru, jei di pasahat ma. “Mangan hamuna oppung”,
katanya di jalo oppung i. di raba-raba hape holan tulang tulang nama. Ro
oppung doli inna ma” inang tangkup jo huting silinggom i buat jo sanggar
dohot lambe”. “Ai boasa songoni” inna oppung boru on. “Songon na bosan
halaki mamereng hita, dang lomo rohana mangolu hita” inna Oppung Doli i.
Adong han do tagading na di ginjang kan, sambil main sambil ma martonggo
ibana, jei langsung doras ma udan, banjir ma terjadima danau I tolusa. Alai
anggo halaki godang do namate. Aning mangalomba oppung rohana, hape
tong dang boi dapotsa. Jadi na pinoppar sipirtu marga ima Boru Padang
Dohot Boru Saraan. Debata kase-kase-purba haji, guru pakpak, baru pe asa
adong mar-marga jolma. Goar ido mulani marga. Adong marputar putar di
aek i, dibaen ma goarna Sinamo. Molo Kudadiri na markudakan dirina,
tarangkat ma ibana tu capah i, jadi marganai. Molo Berampu, artina
mangappu.
Artinya….Pada waktu dulu di daerah Sicike-cike, ada satu keluarga yang
rajanya bernama Raja Jambe, ada pula yang bilang Raja Naga Jagur. Raja ini
mempunyai istri yaitu boru Saraan dan Boru Padang. Pekerjaan mereka adalah
menanam padi. raja ini pintar dan memiliki kepintaran, lalu ada pembantu
mereka. awal cerita legenda Sicike-cike ini adalah pada musim menugal
waktu dulu sesuai dengan waktu yang ditentukan. Katanya “ sudah musim
menugal sekarang. Nah iya Raja kami, kumpulkan saja kawan kita. Jadi nanti
apa ikan kita Oppung? Pergilah kalian nanti datangnya itu”. Lalu mereka pergi
dan melakukan ritual dan langsung datang Rusa itu. Waktu ritual tersebut,
mereka meminta supaya apa yang mereka kerjakan berhasil, dan agar hama-
hama dan burung-burung yang merusak tanaman padi atau apapun yang
24

merusak padi pergi. Rusa tersebut mereka masak untuk makanan penugal. Jadi
disuruhlah pembantunya itu untuk mengantar makanan untuk oppung itu.
Makanan itu dibungkus yang berisikan otak, hati dan daging khas rusa
tersebut dengan bagus. Mungkin waktu di tengah jalan, nmereka memakan
makanan itu. Sampai ke tempat Oppung itu, Oppung doli dan Oppung boru
tidak bisa lagi melihat lalu diberikan “makan kalian Oppung”. Di raba-raba
makanan ini, ternyata yang ada hanya tulang-tulangnya saja. Datang Oppung
Doli itu katanya “Inang, tangkap dulu kucing yang berwana hitam dan ambil
dulu pimping dan daun enau”. “O kenapa seperti itu” kata Oppung Boru itu.”
Sepertinya mereka sudah bosan melihat kita, mereka tidak suka kita hidup”
kata Oppung Doli itu. Ada Tadaging Oppung itu di bagian atas rumahnya,
sembari memainkan tadaging tersebut oppung itu juga melakukan ritual, jadi
langsung datang hujan yang deras dan terjadi banjir hingga terbentuk danau
ketiga tersebut. Akan tetapi, mereka banyak yang mati. Mau menyamperin
Oppung itu dalam hatinya, padahal tidak bisa juga mereka menyelamatkanya.
Jadi Sipitu Marga itu adalah keturunan dari Boru Padang dan Boru Saraan.
Mualanya dari Debata Kase-kase, Purba Haji, Guru Pakpak lalu ada marga-
marga orang. Nama itu mulanya Marga. Ada yang berputar-putar di dalam
Air, jadi dibuat namanya Sinamo. Kalau kudadiri yang berkudakan dirinya,
terangkat dia ke capah itu dan jadi marganya itu. Kalau Berampu artinya
menyambut atau memangku.

Selanjutnya hasil wawancara dengan Ibu Mariani Sitorus (61 tahun, sebagai
seorang petani dalam wawancara tanggal 16 April 2021) yang menjelaskan tentang
legenda Danau Sicike-cike adalah:

Mulani Sicike-cike on, mangula ma pinopparna adong ma hatoban na. lao ma


hamuna tu ladang inna oppung on, disini ma bereng hamu attor adong do
annongan i. dapot ma rusa, lak disseat ma. Dung diseat, di lean ma sude na
tabo lao boanon ni hatoban on tu huta, hape diganti hatoban non, ujung
mamurai ma oppung on. Na so adat do pambaenan ni gelleng ta on. Lungun
ma roha ni oppung. Lak ro ma udan, gabe tao ma. Molo oppung doli on
attong marga Naibaho do. Marga capah, diboan capah tu pinggir. Hape dang
alani gelleng na, alani hatoban na on do attong na magatti gabe napu-
napuna.
Artinya….Awalnya terjadinya danau Sicike-Cike, waktu ini keturanan oppung
itu bekerja di ladang, ada banyak pembantunya. “Pergilah kalian ke ladang.
Disitu nanti kalian lihat akan ada binatang yang akan menjadi makanan kita”
kata oppung ini dan binatang tersebut pun dipotong. Siap di potong, diberikan
25

semua yang paling enak untuk dibawa pembantunya ke kampung. Padahal


diganti pembantu ini menjadi makanan sisa-sisa, akhirnya oppung itu marah.
“Apakah kita tidak di harga (naso maradat do gelleng ta on)” kata oppung ini
dan mereka pun sedih hingga akhirnya terjadi bencana, jadilah Danau di situ.
Oppung itu marga Naibaho. Dan kejadian tersebut, maka lahirlah Sipitu
marga, yaitu Capah, pada saat bencana terjadi dia dibawa capah (piring)
kepinggir. Padahal bukan perbuatan anaknya akan tetapi pembatunya yang
mengantar makanan kepada oppung itu, makanya terjadi bencana tersebut.

Ibu Mesdika Boru Capah (52 tahun, sebagai seorang petani dalam
wawancara tanggal 17 April 2021 ) bercerita tentang terjadinya danau Sicike-cike
adalah:

Nion ma ceritana han na jolo di dokkon Bapa nami. Najolo adong ma sada
keluarga di Sicike-cike na mangula di juma na. Di keluarga on adong ma
natua-tua na nunga matua, rambonon baru dang boi be mardalan jala di
jou ma oppung, baru adong ma anakna dohot hatobanna. Pas musim
pangordangan, mangordang ma akka gellengna dohot hatobanna di juma,
alai oppung on tinggal dihuta. Sahat ma dijuma, juppang ni halaki ma
ursa/hambing jadina disseat ma asa adong allangon ni halaki. Nunga masak
be loppa-loppa non, dungi di papulik ma lao allangon ni Oppung na dihuta
sinakkaningan i, ima ate-atena dohot sibuk-sibuk ni jagal on jala ditaruhon
hatoban na on ma siallangaon i. Hape ditonga dalan, diallangi halakima
sipangananon i jala ditinggalhon ma holan holi-holina. “Oppung, nyon
inna indahan mu” inna. Dungi di dadapi ma alana nunga rambonon holan
holi-holi dang adong sibuk-sibukna. Tangis ma oppung na on, “bah lea nai
au di baen ho anakku” inna. Datung tu pembantu on tangis alai dikira
attong anak nan do na mambaen holi-holi on, hape di allangi hatoban nai i
do di dalan dabah. Bah anakku, lak on ma jabbar hu na mangalu on. Tangis
ma oppung on dibuat ma hutingna, di lean ma holi-holina on tu hutingna on,
huhut di partor-tori huting na on, lak ro ma udan an doras maccapur angina
dungi jadi ma sicike-cike. Sian I ma attong adong Sipitu Marga, ima Capah,
Angkat, Ujung, Gajah Manik, Kudadiri, Sinamo, Bintang. Ido makana di
dokkon unang di pator-tor huting, hape Oppung i na huhut do tangis alani i.
Sipitu marga i terjadi, adong ma na mangolu kan alai adong ma alat alat ni
dapur na ima capah. Piring do attong capah na dihata Pak-pak hon do
gabe capah ima di tiop-tiop asa mumbang jadi ma Capah. Jei adong ma
muse akka na disini ala di bereng cahaya ni bintang on, sai di lumba-lumba
lak sahat tu pinggir jadi ma Bintang. Adong ma hoda saik ma sada jadi ma
Kudadiri. Namo akka rumput-rumput godang lak ni dalan kaluar jadi ma
26

Sinamo. Molo na jolo goarna do attong marga na. Baru muse adong jolo di
angkat baru kaluar, lak i ma si Angkat goarna. Molo Ujung attong na sian
ujung do ibana dapot alani dibaor aek i. Taringot danau I, akka namboru
nami nama na mangingani i.
Artinya… Ini ceritanya yang dulu di sampaikan oleh Bapa kami. Waktu dulu
ada keluarga di Sicike-cike yang bertani di ladangnya. Dalam keluarga ini
ada orangtua yang sudah tua, rabun dan tidak bisa berjalan lagi, dan disebut
dengan Oppung, ada juga anak dan pembantunya. Pada musim menugal
padi, maka pergilah anak dan pembantunya ke ladang untuk menanam padi,
akan tetapi Oppung itu tinggal dikampung. Sesampai diladang, mereka
mendapat rusa/kambing lalu dipotong dan dimasak supaya ada makanan
mereka. Sudah masak makanan mereka, lalu mereka memisahkan makanan
untuk Oppung mereka, yaitu ada hati dan daging special dan diantar oleh
pembantuna. Akan tetapi, waktu ditengah jalan pembantunya itu memakan
makanan tersebut dan menyisakan tulang-tulangnya saja. “Oppung, ini
katanya manan mu” kata pembantunya ini. Lalu Oppung ini meraba
makanan tersebut yang ada hanya tulang-tulang dari sisa makanan.
Menangislah oppung ini, (Bah, rendah sekali aku dibuat anakku ini” kata
oppung itu. Oppung ini menangis bukan kepada pembantu ini, karena
mengira bahwa makanan tersebut adalah ulah anaknya sendiri. Bah anakku,
inikah bagian ku yang hidup ini. Menangislah oppung ini, diberikan tulang
tulang nya itu kepada kucingnya, lalu elus elus membuat kucingnya ini
menari-nari hingga akhirnya jadilah Danau Sicike-Cike. Dari sinilah lahirnya
Sipitu marga, yaitu Capah, Angkat, Ujung, Bintang, Sinamo, Gajah Manik,
Kudadiri. Maka itulah sebabnya dilarang untuk membuat kucing menari dan
memandikan kucing, padahal yang kesal hati oppung itu makanya dibuat
seperti itu. Kalau sekarang, jika kita buat kucing menari-nari langsung apa
rupanya yang terjadi. Dia yang sambil nangis dan hatinya kesal gara-gara
tulang tulang itu. Sipitu marga terjadi, ada yang hidup setelah bencana itu
terjadi. Ada alat-alat dapur waktu itu seperti chapah (piring), benda ini di
pegang biar tidak tenggelam dan jadi marga Capah. Lalu ada yang melihat
cahaya bintang, itu menjadi arah untuk sampai ke pinggir air, jadi marga
Bintang. Ada Kuda dan naik satu, jadi Marga Kudadiri. Namo artinya
tumpukan rumput rumput, itu jalannnya keluar dari air tersebut jadi marga
Sinamo. Kalau dulu namanya itu adalah marganya. Baru ada yang harus
diangkat baru bisa keluar dari air tersebut, jadi marga Angkat. Lalu ada yang
dapat di ujung karena terbawa arus jadi di buat namanya marga Ujung.
Waktu dulu marga itu nama nya, beda dengan sekarang ada nama dan
marga. Kalau danau tersebut adalah tempat Namboru kami.
Menurut Ibu Tianggur Malau (67 tahun, sebagai petani dalam wawancara
tanggal 18 April 2021) bercerita tentang terjadinya legenda danau Sicike-cike, yaitu:
27

Oppung i dua ma najolo inna, sada di Toba roma ibana tu sicike-cike,


marhuta ma oppung i disi. Mareme najolo. Mangordang ma pomaran
oppungi di sada ladang dohot akka budakna. Taruhon jo indahan ni oppung
on, hape nunga di allangi pembantu on di tonga dalan. Baru sahat ma ibana
tu juma, dibereng ma holan holi-holina. Jei hera mangamuk ma oppung on.
Bah, langsung dibuat ma huting na golap, baru dibaen manontori uhut tangis-
tangis oppung i, lak jadima danau natolu i. Capah ima panganan di toba, boi
ma marsolu huddul di capah on malua ma oppung nami on. Molo oppung on,
dua ma oppung na diuli oppung on. Beru Saraan Dan Beru Padang. Baru
Boru Saraan Dan Boru Padang pitu ma gelleng na dua on ima Capah,
Kudadiri, Angkat, Sinamo, Ujung, Gajah Manik, Bintang.
Artinya… Katanya Oppung itu dulunya ada dua, satu di Toba lalu datang ke
Sicike-cike dan Oppung itu bertempat tinggal disana. Waktu dulu mereka
menanam padi. Menugal untuk lubang padi Oppung itu di ladang bersama-
sama dengan pembantunya. Antar dulu makanan oppung ini ke ladang,
dilihatlah hanya tulang-tulang. Jadi seperti marahlah oppung ini. Lalu di ambil
lah kucing yang berwarna hitam dan dibuat menari-nari lalu langsung datang
danau yang tiga itu. Capah itu adalah tempat makanan di Toba (piring), bisa
dipakai untuk bersampan dan duduk di capah ini dan bisa selamat Oppung
kami ini. Kalau Oppung ini mempunyai dua istri yaitu Beru Saraan Dan Beru
Padang. Lalu keturunan Beru Saraan Dan Beru Padang ada tujuh yaitu Capah,
Kudadiri, Angkat, Sinamo, Ujung, Gajah Manik, Bintang. Bisanya masuk ke
dalam Sicike-cike ini, tapi jangan ketawa-ketawa waktu masuk ke dalam dan
harus mengucapkkan “Santabi” artinya permisi kepada tempat tersebut.
Wawancara: 18 April 2021

Oppung Apolonia Capah (67 tahun, sebagai petani dalam wawancara tanggal
18 April 20201 ) menjelaskan tentang perjalanan Raja yang mempimpin kampung
Sicike-cike dan menceritakan legenda terjadinya danau Sicike-cike, yaitu

Sejarah ni oppu on na jolo, adong na margoar oppung on han dua jolo sian
Raja Baho (si Raja Batak do di dokkon goarna on), namar porhas sada si
akkangan sada si anggian di daerah Samosir. Jala goar ni on didokma Si
Porhas Jakjak dohot Si Porhas Daling. Namarbada do marga Sitanggang
Simbolon (on ma laena kandung dohot boruna alana otik dope hajolma on na
jolo i). Parjolo na mangido tano do Sitanggang Simbolon, manang songon dia
pe hula-hula nami sandok ikkon adong do tano lao ulaon nami. Jei ro halakon
nadua ala poso dope jadi dang di attusi dibaen ma tano on tu bagasan gajuk-
gajuk, di buan tano on tu jabu marga Sitanggang Simbolon on. Hape dang
28

songoni na dipangido, lao tano ulaon do maksudni Sitanggang dohot


Simbolon on. Jadina mulak ma halaki tu huta, ai dang songoni na tapangido,
nasabolak ni tano ondo nyan di hita. Jadi tubu ma sada politik, “songon on
ma tabaen asa ditinggalhon huta on tar habiari biari ma pakke hua ni
napuran on. Molo borngin annongan, tabaen ma gertak tu halaki, tadokkon
ma nunga adong porang, nunga godang diseat jolma, tasaburhon ma hua ni
napuran on” inna marga Sitanggang Simbolon on. Sai i diberitahon halaki
ma, ujungna di tinggalhon halaki ma huta i, lao ma Siporhas Daling dohot
Siporhas Jakjak mangalu-alu tu jabu ni tulang na di Limbong, inna songon on
tulang nunga adong porang di huta nami jala nunga godang marmatean, ido
dalan na asa ro hami tuson. Alai holan sada do na tinggal di jabu tulang na
on, sada nai borhat ma lao sahat ma tu Tele, mardalam pat najolo di dalani
mai sahat ma, lak tinggal ma di Sicike-cike, nima Siporhas Daling on.

Marjuma ma Siporhas Daling i disi, dungi mangoli ma ibana dohot boru dairi
ima boru Saraan dohot boru Padang. Ala nunga matua Siporhas Daling on
jala godang pinomparna, dijou ma ibana Opppung. Ala na manuan eme
halaki, musim ma masa pangordangon. Dungi di suru Oppung on ma anakna
lao mangordang eme tu juma, huhut mambuan akka pangurupina. Lao
allangon sogot, di sukkun anak na on ma, “marsogot nama hita mangordang
aha baen on ta allangon ni pangurupi inna”. Jei ro inna oppung mandokkon
ai songon mai lao ma hamu tu juma, alai molo akka si allangon ikkan na
disima dapothon hamu, langsung loppa hamu ma. Lao halaki pas ma na di
dokkon oppung on, attor adong di juma Ursa on goppang songon na loja. Jei
dipature ma Ursa on lao allangon pangurupi baru di buan tu huta lao tu
oppung i dihuta. Di oto-otoi pembantu na on ma, di allangi ma na tabo lao tu
oppung i ima ate-atena dohot bagian na tabo. Di buan ma naso si boan on, di
papungu naso si panpungguon ni ma di patudu tu oppung on. Mangan ma
oppung on, baru di dokkon ma lak songon on ma jabbar nami nunga matua
hami, boha baenonan nami mangallang on. Makkatai hatai ma oppung i, attor
makkuling ronggur, dobar ma udan sagogo ni gogo na, adong ma huting na
di pator-tor di baen baju bajuna bagak, margondang babbab ma inna oppung
doli on, roma oppung boru padang di pator-tor ma huting on, gabe hancur
ma huta i, lak jadi tao ma huta i.
Artinya…Sejarah oppung ini dulu, ada dua oppung dari Raja Baho (biasa
dipanggil Si Raja Batak) yang memiliki ada kembar di daerah Samosir dan
namanya adalah Si Porhas Jakjak dan Siporhas Daling. Mulanya adalah
Sitanggang Simbolon (on ma laena kandung dohot boruna alana otik dope
hajolma on na jolo i) meminta tanah untuk dikelola kepada Si Porhas Jakjak
dan Si Porhas Daling, katannya “bagaimana pun hula hula kami, harus ada
tanah untuk kami kelola”. Datang mereka berdua karena masih kecil, mereka
membawa tanah di atas tempat sirih ke rumah Sitanggang Simbolon. Akan
29

tetapi, permintaan mereka tidak sesuai dengan keinginan mereka. Jadi mereka
berpolitik “begini saja kita buat supaya kampung ini ditinggalkan, kita takut-
takuti mereka dengan air bekas daun sirih. Kalau bulan purnama nanti, kita
buat pengumuman bahwa ada perang dan banyak orang sudah dibunuh, kita
tumpahkan air sisa makan sirih” kata Sitanggang Simbolon. Setelah hal itu
diberitakan, maka mereka pergi meninggalkan kampung tersebut dan Si
Porhas Daling dan Siporhas Jakjak mengadu ke rumah tulangnya Si Jonggi
Manaon (Limbong), katanya “begini tulang ada perang di kampung kami dan
sudah banyak yang meninggal, dan itu alasan kami datang”. Akan tetapi,
hanya satu yang tinggal di rumah tulannya ini. Satu pergi dan sampai ke Tele
jalan kaki hingga sampai ke Sicike-cike dan tinggal di tempat tersebut.
Siporhas Daling akhirnya berladang di tempat itu, lalu menikah dengan boru
Dairi yaitu boru Saraan dan Boru Padang. Karena Siporhas Daling ini sudah
tua dan mempunyai banyak keturunan, maka disebutlah dia sebagai Oppung.
Karena mereka menanam padi, maka pada saat itu ada musim menugal padi.
Lalu, Oppung ini menyuruh anaknya untuk menugal padi di lading dengan
mmebawa para pembantunya. Untuk makanan besok, anaknya ini bertanya “
besok kita menugal padi, apakah makanan untuk penanam padi nanti?”.
Datang oppung itu berkata “begini pergi saja kalian ke ladang, kalau masalah
makanan disitu nanti akan kalian dapatkan dan langsung kalian masak.
Mereka pergi dan betul mereka menemukan Rusa sudah bergetuk lutut seperti
sudah kelelahan. Rusa tersebut dimasak untuk dihidangkan kepada pekerja
dan diantarkan kepada oppung di kampung. Pembantunya ini menipu,
dimakani makanan yang enak yaitu hati, bagian daging yang enak. Akhirnya
dibawa sisa makanan dan diberikan kepada Oppung itu. Makan oppung itu,
lalu berkata “beginikah bagian kami yang sudah tua ini, bagaimana caranya
memakan ini”. Oppung itu bersungut-sungut, hingga ada suara petir dan hujan
datang dengan sangat deras, ada kucing mereka yang dibuat menari-nari
dengan baju yang bagus, oppung itu memukul gendang dan oppung boru
yang menarikan kucingnya, akhirnya kampung tersebut hancur dan kampung
tersebut menjadi danau .

Ibu Romla Capah (36 tahun) menjelaskan tentang terjadinya legenda danau
Sicike-cike, yaitu sebagai berikut:

Pada saat sekolah ada atraksi tentang terjadinya sicike-cike. Ada satu
rumah tangga, seperti orang kaya yang memiliki pembantu. Jadi mangula
ma tuan nya ini dan istrinya ini, lalu datang anaknya berkata apa makanan
kita untuk siang ini karena tidak ada lagi makanan kita. Eheh, tidak usah
30

khawatir masalah makanan, makanan itu tidak ada yang susah didapatkan
katanya. Padahal itulah langsung lewat rusa, di bunuhlah rusa ini untuk
makanan siang. Di suruh anaknya ini, inilah bawa dan masak. Hanya ku
bilang sudah langsung adanya kan, memang kalau masalah makanna tidak
pernah sulit untuk mendapatnya. Akhirnya dimasak dengan baik, dan
disuruh pembantunya mengantar kepada orangtuanya itu. Padahal waktu di
jalan pembantu ini memakan makanan tersebut dan menyisakan sisa sisa
makanan itu yaitu tulang tulangnya diberikan kepada orangtuanya ini. Dan
akhirnya sedih hati orangtua tersebut “nasib ku ini yang mempunyai anak
itu, sanggup memberikan kami makanan sisa yang hanya tulang-tulangnya
saja.” Sedih hatinya dan dibuat kucingnya menari sambil bernyanyi nyanyi
(ber uning-uningan) krena sakit hatinya dan ada bencana besar seperti petir
yang sangat kuat dan hujan yang sangat deras hingga terjadilah danau
Sicike-Cike.

Berdasarkan keterangan dari beberapa informan dijelaskan bahwa sejarah


legenda Sicike-cike adalah bermula dari dua orang saudara kembar yang berasal dari
daerah Toba. Sebelum adanya Sicike-cike, Oppung itu berasal dari Toba seperti yang
diceritakan oleh Bapak Apolonia Capah, yang mana dulunya ada sebuah
perkampungan di Toba yang dipimpin oleh Raja Bahon. Raja Bahon memiliki dua
anak kembar yaitu Siporhas Daling dan Siporhas Jakjak, dan Raja Baho juga
memiliki lae/boru yaitu Sitanggang dan Simbolon dan tulangnya Si Jonggi Manaon
(Limbong). Pada waktu itu terjadi permasalahan tentang tanah, yang mana
laenya/boru Sitanggang dan Simbolon meminta tanah untuk mereka kelola kepada
Siporhas Daling dan Siporhas Jakjak, namun karena mereka masih kecil, jadi mereka
tidak mengerti apa maksud dari Laenya itu dan mereka memberi tanah diatas gajut
(Tas tempat sirih). Sitanggang dan Simbolon berfikir mereka merasa dihina, karena
tanah yang mereka maksud tidak sesuai dengan permintaan mereka. Akhirnya
Sitanggang dan Simbolon membuat strategi untuk menguasai tanah tersebut. Di
kampung tersebut masyarakat sangat suka memakan sirih, Sitanggang dan Simbolon
mengumpulkan air liur dari makan daun sirih yang dijadikan sebagai tumpahan darah,
dan memberitakan bahwa sudah terjadi perang dan banyak yang telah meninggal.
31

Hingga akhirnya Siporhas Daling dan Jakjak meninggalkan kampung tersebut karena
takut dan mengadu kepada tulangnya yaitu Sijonggi Manaon (Limbong). Mereka
tinggal bersama tulangnya, namun Siporhas Daling tidak ingin tetap tinggal di rumah
tulangnya dan Dia pergi mencari tempat tinggal hingga sampai di Sicike-cike. Dari
cerita ini, orang pertama yang ada di Sicike-cike ini adalah Siporhas Daling yang
beristrikan boru Saraan dan boru Padang dan dikaitkan dengan hasil wawancara yang
lain Dialah Raja Naga Jambe atau Raja Naga Jagur.

Legenda Sicike-cike dimulai pada musim menugal padi (mangordang eme),


yang dimana ada seorang raja/oppung yang memerintahkan anaknya supaya
mengumpulkan para pekerja untuk menanam padi. Sebelum anaknya ini
mengumpulkan para pekerja, dia bertanya tentang ketersediaan makanan untuk
mereka dan oppung itu memerintahkan untuk membuat ritual di ladang tersebut
hingga ada binatang yang dapat menjadi makanan mereka saat bekerja di ladang.
Setelah mereka mendapat binatang tersebut langsung mengolah nya. Mereka
membedakan makanan untuk para pekerja dan untuk raja/oppung yang tinggal
dikampung, anak raja ini memerintahkan pembantu untuk mengantarkan makanan
untuk oppung itu. Makanan yang dibuat adalah bagian hati, otak daging yang
khas/enak dari binatang tersebut dibungkus dengan baik. Pada waktu di perjalanan
ternyata para pembantu yang mengantar makanan tersebut telah menyantap makanan
untuk Raja/Oppung dan menyisahkan tulang-tulang daging dan hanya meninggalkan
sisa-sisa makanan. Akhirnya sang Raja/Oppung pun marah dan kecewa akibat sajian
makanan yang diberikan dan merasa tidak lagi dihormati oleh anaknya sendiri, maka
Sang Raja memerintahkan istrinya untuk mencari kucing yang berwarna hitam dan
membuatkan baju kucing tersebut. Sang raja berdoa sambil memainkan gendang dan
sang istri menarikan kucingnya, hingga muncul suara petir yang kuat disusul dengan
hujan deras hinggal kampung tersebut hancur dan masyarakat di kampung tersebut
banyak yang tenggelam.
32

Hal ini dapat diketahui bahwa penyebab terjadinya danau Sicike-cike adalah
sifat pembantu yang tidak sopan dan tidak menghormati Rajanya, pembantu ini
berani memberikan makanan sisa kepada Raja/Oppung dan Rajanya ini berprasangka
buruk bahwa itu adalah perbuatan anaknya sendiri, hingga pada akhirnya
Raja/Oppung berfikir bahwa mereka tidak lagi dihormati dan dihargai oleh anaknya
sendiri, sehingga dia bersedih dan meluapkan rasa sedihnya dengan memainkan
gendang, memakaian baju pada kucingnya dan membuat kucing itu menari-nari,
hingga alam pun seperti ikut mengespresikan di dengan petir yang kuat dan hujan
yang sangat lebat yang mengakibatkan kampung tersebut tenggelam dan akhirnya
terjadi danau Sicike-cike tersebut.

Pada saat bencana tersebut terjadi ada beberapa orang yang selamat. Orang
yang selamat itu adalah marga yang ada di Sipitu Marga, yaitu Capah, Angkat,
Sinamo, Gajah Manik, Kudadiri, Ujung dan Bintang. Terdapat alasan mereka
mempunyai nama-nama tersebut, yaitu pertama Capah dibuat karena orang tersebut
berlindung dari genangan air di atas piring yang besar (dalam bahasa Pakpak adalah
Capah), kedua dibuat namanya Angkat karena dia dibantu keluar dari air tersebut
dengan mengangkatnya. Ketiga dibuat namanya Sinamo, karena dia terapung diatas
daun namo-namo dan ada juga informan yang mengatakan karena dia berputar seperti
dynamo hingga sampai ke tepian air. Keempat dan kelima ada marga Gajah Manik
dan Kudadiri, alasannya hampir sama mereka berdiri dibadannya sendiri. Keenam
ada Ujung dengan alasan ditemukan di ujung air dan terakhir adalah Bintang karena
dia mengikuti Sinar bintang hingga sampai ketepian.

4.1.2 Hubungan Legenda Danau Sicike-cike Dengan Keberadaan Taman Wisata


Alam Sicike-cike
Salah satu masyarakat yang didapati oleh penulis adalah Oppung Dippos
Sihombing (77 Tahun, sebagai masyarakat setempat, wawancara tanggal 16 April
2021) mengatakan:
33

Au terakhir tusi pas poso dope, alana si dao Sicike-cike on. Lao pe hami
narhai tusi dang sude boi di dalani hami, alana ujui hurang takkas dope
dalannya mabiar hami lilu ai holan hau do dibagasan. Baru baru on muse
hubereng nunga jadi inganan ni mardalani ni jolma Sicike-cike on. Sicike-
cike on attong puna ni Pakpak do, jadi nyon tano asli ni halaki, jadi di jaga
dope makana agak seram attong. Olo do halaki mambaen sibaenon tu
oppung ni halaki disi.

Artinya….terakhir aku pergi ke tempat itu pada waktu masih muda, karena
Sicike-cike ini sangat jauh. Pergi pun kami kesitu tidak semua bisa kami
jelajahi, karena waktu dulu masih kurang jelas jalanya, kami takut tersesat di
dalam, cuman pohon yang ada di dalam. Pada masa sekarang kulihat sickie-
cike ini sudah menjadi tempat orang berwisata. Sicike-cike ini adalah punya
orang Pakpak, jadi ini asli milik mereka, jadi tempat ini masih terjaga
makanya kelihatan seram. Orang itu mau membuat sesuatu untuk
persembahan kepada oppung mereka.

Selanjutnya penulis juga mewawancarai Oppung Rusmedi boru Siregar (64


tahun, menjelaskan tentang alasan dia melarang anaknya untuk pergi ke Sicike-cike,
wawancara tanggal 19 April 2021), yaitu:

Sebenarna mabiar do au mamereng Sicike-cike on, makana dang hu paloas


gellenghu lao tusi. Alai tong do jugul gelleng hu tong lao tusi mardalani
sarappak dongan na. Hu urai pe gelleng ku tusi, alana hea hu bege kabar
adong parsidikalang lilu dibagasan dang dapot sampe 3 ari. Jolo turun pe
marga capah lao tusi asa dapot ibana. Jadi dang pos rohaku mamereng
gellenghon molo lao tusi alana hera na seram tempat on.
Artinya….Sebenarnya saya takut melihat Sicike-cike ini, makanya saya
tidak memperbolehkan anak saya untuk pergi kesitu. Tapi memang anak
saya ini tetap nekat untuk pergi kesana untuk jalan-jalan bersama kawannya.
Saya larang pun anak saya pergi kesitu, karena saya pernah mendengar kabar
bahwa ada orang Sidikang yang tersesat di dalam dan ditemukan setelah 3
hari. Tunggu datang pun marga Capah, biar di dapat ditemukan. Jadi aku
tidak tenang ketika melihat anak ku pergi kesitu, karena tempat ini lumayan
seram.
34

Pendapat Oppung Siregar sejalan dengan Ibu Mariani Sitorus (61 tahun,
sebgai petani, wawancara tanggal 16 April 2021) juga memberikan pendapat, yaitu:

Molo asing dalan dalan na, dang jolo di hormati olo ma gabe marsahit, lilu.
Molo lao tusi attong ikkon marpanukkun do, unang gijjang roha, unang
mekkel-mekkel. Ikkon ias roha.
Artinya….Kalau terjadi sesuatu atau dikatakan seram tempat ini, itu karena
aneh aneh perbuatannya dan jangan tinggi hati, apalagi untuk anak muda mau
juga yang kesasar. Anakku waktu dulu, pernah mau ke situ tapi tidak jadi
karena ketakutan untuk memasukinya.

Berikut hasil wawancara dengan informan Bapak Apolonia Capah (67 tahun,
sebagai petani dalam wawancara tanggal 18 April 2021) mengenai kemistisan Sicike-
cike, yaitu:

Jei olo do attong jolma na mabiar tusi. Eme na sikkaningan adong dope di
Sicike-cike. Bah, molo boi dibereng eme i, oloma molo adong eme na
mamereng i gabe bagak hasilna. Alai dang sude boi mamereng I, alana holan
jolma na beruntung do boi mamereng i. Hunsina adong rohana hera na
martamiang i. Baru molo masuk tu bagasan, najolo jolma sipata holan boi
mamereng sada anggo dang dua dohot tolu tao i. Alai molo masa sonari
nunga bebas. Pas au poso sering do au lao tusi Alana hami marga capah hea
manuan ikan mas di tao i. Baru ala didokkon nunga nampuna pemerintah,
adong ma dalan tu bagas baru petting do dilestarihon. Molo lao tusi, denggan
marsatabbi baru unang lao sahalak niba ikkon mardongan do.
Jadi mau ada orang yang takut ke situ. Padi yang tadi tetap masih ada di
Sicike-cike tersebut. Bah, kalau ada yang bisa melihat padi tersebut,
kemungkinan padi milik yang melihat tadi akan berbuah hasil yang baik. Tapi
itu tidak semua orang bisa melihatnya, karena hanya memang dia yang
beruntung dapat melihatnya. Kuncinya ada niat sama seperti berdoa. Dan juga
ketika masuk kedalam, waktu dulu kadang orang hanya bisa melihat satu
danau atau dua danau dan juga ketiga danau tersebut. Tapi zaman sekarang
udah bisa bebas. Waktu saya masih muda sering pergi ke situ, dan kami marga
capah pernah manuan ikan mas di danau tersebut. Dan karena dibilang milik
pemerintah, akhirnya ada jalan ke dalam dan perlu dilestarikan. Kalau pergi
ke situ, permisi dengan baik jangan pergi sendiri, harus tetap memiliki teman.
35

Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak Hotber Sianturi (42 tahun,


sebagai pengurus di kantor resort konservasi dalam wawancara tanggal 15 Maret
2021) mengenai kemistisan ketika memasuki kawasan Sicike-cike, yaitu:

Pas najolo, molo marfoto olo do attong adong maneppel bayangan, kadang
bohi kan alai cuman dang jelas, olo bulan, olo muse do matahari, selalu ma
attong na tartakkup kamera. Alai najolo doi waktu baru mamukka tempat on,
jei ima attong na sai taringot-ingot natua-tua makana dilarang-larang
gellengna. Molo songon au mulai tahun 1994 nunga dison au karejo sampe
sahat tu sadarion, berarti hampir 15 tahun dang adong, alana iba kaluar
masuk do, modom disi pe nunga jadi aman do. Holan ketulusan do molo
masuk tu bagasan. Selalu do kebaikan na ro. Aman aman do sude. Molo
masalah mistis nai memang adong do nyan. Alai najolo doi anggo sonari
dang adong be. Kadang molo lain lain pikkirana olo juppang na ulok, lipan.
Molo songon au berprinsip goarna pe hutan, jadi na kebetulan do attong,
salah perbuatan i attor juppang. Alai memang waktu anak USU na ro tu son
halaki PKL 120 halak. Pas ma di group rombongan ku 15 halak ma hu kawal.
Di antara na 15 halak on, adong na marselisih paham, sada group pe halakon
dang sada pendapat. Memang adong do keanehan, boi ma 16 halak do hami
di tamba au kan, muba do sahalak ibana mamereng ulok hami na 15 halak
dang adong mamereng. Jadi disi ma attong mistis na di dokkon nai. Alai molo
au berprinsip, mungkin mata ni ibana do na salah, dang mungkin mata nami
na 15 halak salah maralohon ibana. Sahalak ibana mandokkon ulok hape
hami na 15 halak mamereng akar ni hau na balga, ai dang jelas bei. “Na dia
do ulok i?” dikku. Di patudu do akar ni hau do. Berarti ima aatong ujian I
asa unang adong permasalahan. Hudok ma tu halaki “molo adong dope di
hamuna akka masalah, marsogot dang boi be hita masuk tuson. Cerita ma
dongan non, “memang halakon do pak dang sada pendapat”. Jei mulai sian i
gabe dirokker ma tu kelompok lain unang adong terjadi masalah.
Artinya….Waktu dulu, ketika orang berfoto di Sicike-cike mau ada bayangan,
mau seperti wajah samar, bulan kadang matahari, selalu tertangkap oleh
kamera ketika berfoto. Akan tetapi itu pada zaman dulu, waktu tempat ini
belum diresmikan, jadi ini yang membuat masyarakat menjadi teringat-ingat
orangtuanya, makanya anaknya dilarang untuk masuk kedalam Sicike-cike
tersebut. Saya disini sudah bekerja muali dari 1994 sampai sekarang, hamper
15 tahun, tidak pernah saya alami kejadian aneh waktu memasuki Sicike-cike,
karena saya sering keluar masuk sicike-cike, jadi aman nya. Yang kita harus
miliki adalah ketulusan hati, pasti selalu kebaikan yang datang. Jadi kalau
36

masalah mistisnya ada waktu dulu, tapi sekarang tidak lagi. Seandainya, salah
salah melangkah kalau lain-lain pikkirannya mau bertemu dengan ular, lipan.
Tapi kalau aku berprinsip, namanya hutan disitulah tempatnya. Mungkin itu
kebetulan saja, salah perbuatannya langsung jumpa. Tapi memang, waktu
anak USU datang PKL berjumlah 120 orang ada 15 orang yang ku kawal. Di
antara mereka ada yang selisih paham, satu group orang ini tidak sependapat,
memang ada keanehan. Bisa kami 16 orang ditambah saya, ada satu orang
bisa melihat Ular besar, kami yang 15 orang tidak melihat ular tersebut. Jadi
disitulah mitos nya itu, tapi kalau aku berprinsip, mungkin mata dia yang
salah. Gak mungkin mata kami yang 15 orang salah dibandingkan dia sendiri.
“Jadi dimana ular nya itu?” saya tanya, lalu dia menunjuk pada akar besar
pohon. Berarti disini akan ujian, supaya tidak ada permasalahan. Jadi saya
bilang kepada mereka, kalau masih ada tetap selisih paham di antara kalian,
besok kita tidak bisa lagi masuk ke hutan ini, itulah saya bilang sama orang
itu. Cerita lah kawannya, memang ada permasalahannnya pak, ada yang tidak
satu pendapat. Yah, jadinya yang bermasalah tadi ditukar dengan kelompok
lain, supaya tidak terjadi masalah.

Selain para informan diatas penulis juga menemukan informasi dari teman
penulis sebelum meneliti yaitu Hileri Situmorang (21 tahun dalam wawancara bulan
8 2020), mengatakan:

“Seram kali Sicike-cike itu Las. Ada satu orang dikeluarga kami, dia masih
anak gadis pernah pergi kesana. Pulang-pulang dia kesurupan dan sampai
sekarang belum sembuh-sembuh. Sudah dibawa berobat kemana-mana tapi
gak ada yang bias menyebuhkanya. Makanya kami pun dilarang pergi
kesana”.
Pengalaman penulis, ketika mengajak teman yaitu Andrikus Simbolon (umur
21 tahun) untuk pergi ke Sicike-cike, mengatakan:

“Ah gak berani aku Las, takut aku kesana seram kali, nanti tersesat kita.
Mendingan kita pergi ke tempat lain kalau mau jalan-jalan”.
Dari hasil wawancara beberapa informan diatas dapat diketahui beberapa hal
yang membuat TWA Sicike-cike kurang diminati pengunjung, yaitu:
37

1. Lokasi Sicike-cike relative jauh dari jalan umum dengan jarak 5km dan juga
angkutan umum pun jarang (hanya ada sekali seminggu) yang hanya sampai
di kantor resort Sicike-cike dan sesampai disini pengunjung harus berjalan
kaki kurang lebih 2km lagi untuk sampai dikawasan Sicike-cike. Selain itu
medannya sukar ditempuh dan juga belum beraspal dan banyak lubang-
lubang.
2. Seperti yang dialami bapak Apolonia, beliau melihat hamparan padi , padahal
dikawasan itu tidak ada orang yang menanam padi. Hal ini membuktikan
bahwa Sicike-cike merupakan tempat mistis, karena melihat kejadian aneh
yaitu melihat hamparan padi tersebut.
3. Sicike-cike dijadikan tempat untuk membuat pemujaan karena dianggap
keramat. Jika ada masalah-,masalah yang dihadapi Sipitu marga seperti
permintaan keturunan, permintaan hujan dan supaya tanaman bertumbuh baik,
mereka akan melakukan ritual tepatnya di Danau 3 Sicike-cike. Dalam
legenda danau Sicike-cike melahirkan Sipitu Marga yaitu Capah, Angkat,
Sinamo, Gajah Manik, Kudadiri, Ujung dan Bintang. Hal ini mengakibatkan
persepsi masyarakat sekitaran Sicike-cike, bahwa tempat ini sangat sakral dan
sebagai tempat keramat untuk menghormati dan menjalankan adat yang telah
dipegang oleh orang Pakpak.
4. Seringnya pengunjung melihat dan mengalami kejadian aneh, seperti melihat
ular yang sangat besar, ada bayangan saat berfoto dan juga ada orang yang
kesurupan setelah keluar dari sana.
5. Disicike-cike pengunjung sering mengalami kehilangan arah (tersesat)
sehingga tidak bisa pulang untuk beberapa lama.
6. Untuk mengobati orang sakit yang telah keluar dari Sicike-cike dan untuk
menemukan orang yang tersesat hanya bisa dilakukan oleh Sipitu marga
dengan mengadakan ritual.
38

7. Memasuki kawanan Sicike-cikie tidak boleh bertingkah laku sembarangan.


Harus benar-benar menjaga tata karma, kesopanan, artinya kesana terikat
orang yang berekreasi ingin bebas.

Penulis juga mengamati masyarakat setempat pada saat melakukan penelitian


bahwa masih banyak masyarakat yang belum pernah kesana, padahal sudah cukup
lama tinggal di dekat kawasan Sicike-cike tersebut. Mereka beralasan lokasi Sicike-
Cike yang jauh dan takut pergi kesana karena menurut mereka tempat ini sangat
angker dan mendengar kabar tempat ini sangat dihormati oleh suku Pakpak yang ada
di Dairi. Jadi dapat dikatakan bahwa legenda Danau Sicike-cike masih hidup dalam
pikiran masyarakat, sehingga membuat masyarakat takut kesana dan mengurungkan
niat untuk pergi ke tempat wisata tersebut.

Terdapat hubungan eksistensi Taman Wisata Sicike-cike dengan legenda


danau Sicike-cike yaitu legenda yang masih hidup dalam masyarakat dan segala
kejadian aneh yang dialami masyarakat ketika memasuki kesana seperti sering
kehingan arah. Melihat sesuatu yang aneh, dan ada yang mengalami sakit parah yang
contohnya adalah kesurupan dan sakit-sakitan. Hal ini membuat masyarakat
mengundurkan niat untuk bepergian ketempat wisata Sicike-cike ini. Selain itu,
taman wisata alam Sicike-cike ini berada di bawah pengawasan Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Sumut, sehingga sebenarnya hutan ini sangat
dilindungi dan hal ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
pengunjung kebanyakan untuk penelitian dan bukan untuk berekreasi seperti yang
dibayangkan yang ramai pengujungnya, ingin bersenang-senang dan lain sebagainya.

4.1.3 Motif-Motif Cerita Rakyat Pada Legenda Danau Sicike-Cike


Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, bahwa dalam legenda Danau
Sicike, motif-motif ini terbagi menjadi dua bagian karena sebelum kisah legenda
Danau Sicike-cike, penulis juga mendapat informasi tentang asal muasal Raja/
39

Oppung yang memerintah di Sicike-cike. Motif-motif dalam legenda Danau Sicike-


cike dapat diketahui sebagai berikut:

1. Motif Kekurangan (Lack)


Motif kekurangan (lack) dalam Legenda Danau Sicike-cike dapat
diungkapkan dalam dua kejadian yaitu pertama, marga Sitanggang dan
Simbolon menjadi serakah karena Si Porhas Jakjak dan Si porhas Daling tidak
memberikan yang mereka mau. Kedua, pelayan menyantap makanan Raja
karena mereka tidak pernah memakan makanan yang enak seperti yang
disajikan kepada Raja.
2. Motif Larangan (Interdection)
Motif larangan (interdection) dalam Legenda Danau Sicike-cike dapat
diungkapkan dalam dua kejadian yaitu pertama, Sitanggang dan Simbolon
ingin menguasai tanah yang dimiliki oleh Si Porhas Daling dan Siporhas
Jakjak yang merupakan anak Tulangnya sendiri. motif larangan kedua, yaitu
anak dari raja Naga Jambe membedakan makanan untuk para pekerja dan
untuk raja/oppung yang tinggal dikampung. Makanan yang dibuat adalah
bagian hati, otak daging yang khas/enak dari binatang tersebut dibungkus
dengan baik dan anak raja ini memerintahkan pembantu untuk mengantarkan
makanan untuk oppung itu.
3. Motif Pelanggaran (Violation)
Motif pelanggaran (violation) dalam Legenda Danau Sicike-cike dapat
diungkapkan dalam dua kejadian yaitu pertama, Sitanggang dan Simbolon
membuat strategi supaya Siporhas Daling dan Si Porhas Jakjak meninggalkan
kampung tersebut dengan cara mengumpulkan air liur dari makan daun sirih
yang dijadikan sebagai tumpahan darah, dan memberitakan bahwa sudah
terjadi perang dan banyak yang telah meninggal. Motif pelanggaran kedua
adalah pelayan yang tidak bertanggungjawab kepada tugasnya. Mereka
memakan makanan tuannya pada waktu mengantar makanan kepada orangtua
40

tuanya. Hal tersebut terjadi karena para pelayan tidak pernah memakan
makanan yang enak dan akhirnya mereka memakan makanan tuanya.
4. Motif Akibat Yang Akan Ditimbulkan (Consequence)
Motif akibat yang akan ditimbulkan (consequence) dalam Legenda Danau
Sicike-Cike adalah raja tersebut merasa diperlakukan tidak hormat, dan Dia
pun murka dan mengutuk perbuatan tercela ini dengan sumpah serapah.
Kemurkaan raja tersebut berujung dengan meledaknya badai yang dasyat:
petir sambar-menyambar, kilat sambung-menyambung dan hempasan hujan
amat lebat yang tak berkesusahan, hingga semakin lama semakin deras hingga
menenggelamkan seluruh wilayah perkampungan Sicike-cike dan membentuk
tiga genangan besar yang kini disebut dengan Danau Sicike-cike.
5. Motif Menghindari Akibat Yang Terjadi (Attemped Escape)
Motif menghindari akibat yang terjadi (attemped escape) dalam Legenda
Danau Sicike-Cike adalah pada saat bencana terjadi ada beberapa marga yang
selamat yaitu pertama Capah tersebut berlindung dari genangan air di atas
piring yang besar (dalam bahasa Pakpak adalah Capah), kedua dibuat
namanya Angkat yang dibantu keluar dari air tersebut dengan
mengangkatnya. Ketiga dibuat namanya Sinamo, dia terapung diatas daun
namo-namo dan ada juga informan yang mengatakan karena dia berputar
seperti dynamo hingga sampai ke tepian air. Keempat dan kelima ada marga
Gajah Manik dan Kudadiri, bisa selamat karena berdiri dibadannya sendiri.
Keenam ada Ujung ditemukan di ujung air dan terakhir adalah Bintang
selamat karena dia mengikuti Sinar bintang hingga sampai ketepian.
6. Motif Kekurangan Dapat Diatasi (Lack Liquated)
Motif kekurangan dapat diatasi (lack liquated) dalam Legenda Danau Sicike-
Cike adalah ketika Si Pitu Marga selamat dari bencana tersebut, mereka
meninggalkan Sicike-cike dan menyebar diberbagai di daerah Dairi dengan
tempat yang berbeda. Marga Capah mereka berada di Desa Bangun, marga
Angkat berada di daerah Sidikalang kota, marga Kudadiri berada di daerah
41

Desa Sitinjo, marga Bintang berada di daerah desa Bintang dan marga Sinamo
dan Gajah Manik di daerah Pakpak Barat.

4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian penulis, legenda Danau Sicike-cike merupakan salah satu
bagian folklor yang mana didukung dengan ciri khas folklor yaitu diturunkan secara
turun-temurun dalam bentuk lisan (disampaikan dari mulut ke mulut) dan tidak ada
pengarangnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Alan Dundes yang sudah penulis
jelaskan pada bab sebelumnya. Dalam proses penelitian penulis mendapati bahwa
memang pada masyarakat yang ada disekitar Taman Wisata Alam tersebut
mengetahui legenda Sicike-cike hanya dari mulut ke mulut, hal ini dapat dibuktikan
bahwa tidak semua orang yang ada di sekitar Sicike-cike ini maupun orang Pakpak
itu sendiri mengetahui secara rinci tentang legenda tersebut dan juga penuturan atau
penceritaan legenda tersebut dari setiap orang berbeda beda. Pada hasil wawancara
hal ini terslihat jelas, yaitu legenda Danau Sicike-cike menurut Oppung Konstantin
Capah dengan Oppung Apolonia Capah berbeda jika dilihat dari penjelasan nama dari
Raja/Oppung yang memerintah pada zaman dulu. Selain itu legenda ini juga tidak
memiliki pengarang, hal ini dapat dilihat bahwa tidak ada satu sumber yang
menceritakan legenda tersebut akan tetapi legenda tersebut ada pada masyarakat
dengan berbagai versei namun memiliki kesamaan.

Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita prosa rakyat yang


dianggap oleh empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah
terjadi. Legenda hampir sama dengan mite, akan tetapi perbedaanya adalah legenda
bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan
bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Berdasarkan hasil penelitian,
bahwa menurut masyarakat setempat dan orang Pakpak legenda Danau Sicike-cike
sungguh-sungguh pernah terjadi. Hal ini dapat dilihat dengan adanya ketiga danau
yang berada di Sicike-cike dengan tempat yang berbeda. Masyarakat setempat dan
42

Orang Pakpak juga menganggap tempat ini adalah asal muasal Si Pitu Marga dan
mereka akan melakukan berbagai ritual untuk menghormati nenek moyang mereka
yang dulu. Legenda ini juga bersifat duniawi, yang dapat di ketahui dari ceritanya -
bahwa ketidaksopanan dan ketidaktaan seorang pembantu kepada raja. Hal ini juga
dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari kita bahwa harus menghormati orang yang
lebih tua dari kita dan apabila kita tidak meiliki sopan santun maka aka nada sangsi
yang kita terima walaupun tidak secara langsung. Contohnya adalah ketika kita tidak
menghormati orangtua kita, maka kemungkinan akan terjadi sesuatu yang tidak
diingkan atau biasa disebut dengan karma.

Sebagaimana dari pembahasan sebelumnya telah dijelaskan tentang legenda


Danau Sicike-cike yang telah didapatkan dari beberapa informan. Penulis mengamati
dari hasil cerita semua informan tentang legenda Sicike-cike ini memiliki kesamaan,
akan tetapi memiliki perbedaan juga. Ada informan yang menceritakan asal usul Raja
yang memimpin Sicike-cike tersebut sampai dengan terjadinya legenda, yaitu Bapak
Apolonia Capah. Berbeda lagi dengan Oppung Kontantin Capah yang menceritakan
legenda Sicike-cike dengan menyebutkan nama Raja dan menceritakan alur cerita
dengan jelas. Sementara informan lainnya yaitu Ibu Mariani Sitorus, Ibu Mesdika
Boru Capah, Ibu Tianggur Malau dan Ibu Romla Capah, menurut penulis hanya
menceritakan hanya inti dari legenda Sicike-cike, hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara bahwa mereka tidak menyebutkan nama raja tersebut dan banyak yang
dari mereka bercerita secara singkat. Untuk mengetahui dua versi yang berbeda
tentang Legenda Danau Sicike-cike, penulis membuat bagan berikut:
43

Gambar 4.2: Bagan Versi Pertama tentang Legenda Danau Sicike-cike

Punya keturunan yang Siporhas memiliki


Raja dari marporhas (anak kembar) lae yaitu
toba (raja yaitu Siporhas Daling dan Sitanggang dan
batak) Siporhas Jakjak Simbolon

Sitanggang dan Siporhas Sitanggang dan


Simbolon kecewa, memberikan Simbolon meminta
membuat rencana untuk tanah diatas tanah kepada
mengusir Siporhas gajuk Siporhas

Siporhas Daling ingin


Menaburkan air bekas Siporhas lari ke
merantau, dari toba ke
sirih disekeliling kampung tempat Tulangnya
tele dan sampai ke
itu dan memberitakan marga Limbong
Sicike-cike
kabar perang

Anaknya
menyuruh Musim Siporhas menikahi
pembantu mangordang Perkampungan boru Dairi yaitu
menghantarkan eme (menugal Sicike-cike boru Padang dan
makanan untuk padi) di Boru Saraan.
raja ladang

Sisa Bencana,
Pembantu Raja sedih, hingga
makanan meraung-
memakan kampung
diberikan raung
makanan raja jadi danau
kepada raja

Lahir Sipirtu
Marga.
44

Gambar 4.3: Bagan Versi Kedua tentang Legenda Danau Sicike-cike

Raja Jambe/Raja Naga Jagur, mempunyai


istri dua, yaitu boru Padang dan boru
Sebuah perkampungan hidup Saraan dan Anak serta memiliki banyak
satu Keluarga pembantu.

Musim
Raja menyuruh anaknya Raja sudah tua, mangordang
untuk memerintah para rabun dan susah eme (menugal
pembantu pergi ke ladang. berjalan padi)

Raja berpesan, untuk


melakukan ritual untuk Anaknya
mendapat Menyuruh pembantu
membungkus mengantarkan
Rusa/Kambing di makanan yang
ladang untuk mereka makanan untuk raja
khusus untuk Raja
makan.

Raja meraba-raba Pembantu memberikan Diperjalanan pembantu


makanan tersebut. sisa makanan kepada menyantap makanan
Ternyata hanya Raja untuk Raja
talng-tulang saja

Raja Datang bencana,


Raja sedih dan hujan deras dan petir
merasa tidak memainkan
tagading dan dan terjadi banjir
dihormati hingga terbentuk
anaknya menarikan
kucingnya ketiga danau

Lahir Sipitu
marga
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Eksistensi Taman
Wisata Alam Dengan Legenda Danau Sicike-Cike (Studi Foklor Lisan) Di
Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, maka penulis menarik beberapa kesimpulan
yaitu:

1. Legenda danau Sicike-cike menceritakan sikap pelayan yang berperilaku tidak


hormat kepada tuannya yaitu memberikan makanan sisa kepada tuannya,
sehingga tuannya murka dan mengutuk perbuatan yang tercela ini dengan
sumpah serapah dan terjadi bencana besar hingga menenggelamkan
perkampungan Sicike-cike dan membentuk tiga genangan yang kini disebut
dengan Danau Sicike-cike.
2. Sicike-cike sebagai kawasan wisata alam hanya mayoritas dikunjungi oleh para
peneliti yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu dari lembaga-lembaga
penelitian tentang tanaman.
3. Hubungan legenda danau Sicike-cike dengan keberadaan Taman Wisata Alam
Sicike-cike mengakibatkan kurang mengalami kemajuan karena sering tersesat,
ada pengalaman aneh yang dialami pengunjung ketika berwisata kesana, dan
juga Sipitu marga menjadikan tempat ini keramat untuk melakukan ritual
sehingga hal ini membuat masyarakat mengundurkan niat untuk pergi kesana.
4. Terdapat motif-motif cerita rakyat pada legenda Danau Sicike-cike yaitu motif
kekurangan, motif larangan, motif pelanggaran, motif akibat yang ditimbulkan,
motif menghindari akibat yang terjadi dan motif kekurangan dapat diatasi.
Berdasarkan hal ini, Legenda Danau Sicike-cike memiliki cerita yang sangat
46

kompleks yang mana di dalamnya terdapat kombinasi dari keenam motif


tersebut yang di mulai dari motif kekurangan yang merupakan awal cerita
tersebut hingga pada motif kekurangan dapat diatasi.

5.2 Saran

1. Pihak Resort Konservasi Taman Wisata Alam Sicike-cike, untuk


menghidupkan sebagai kawasan wisata ada beberapa saran, yaitu:
 Harus melibatkan pihak pariwisata supaya dapat dikelola dan dikenal
oleh banyak orang.
 Harus dibuat pos kesehatan supaya pengunjung merasa aman.
 Melibatkan keturunan Sipitu marga sebagai pengelola agar dapat
memberikan pengunjung arahan yang baik supaya tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.
 Membuat poster tentang legenda Danau Sicike-cike.
2. Untuk pihak desa, penulis memberikan saran untuk membuat UKMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah) sebagai pemasukan dana yaitu dengan
menjual makanan yang terhindar dari sampah anorganik dan untuk
mengindari penyebaran sampah di sekitaran Sicike-cike.
3. Untuk masyarakatnya hendaknya tidak selalu menceritakan hal-hal mistis
tentang Sicike-cike demi perkembangan tempat wisata tersebut, supaya anak
muda khususnya di sekitaran Sicike-cike mengenal dan melestarikanya dan
juga masyarakat hendaknya mengunjungi tempat tersebut untuk membuat
pemikiran mereka tidak negatif dengan Taman wisata Sicike-cike ini.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Natalia Tri. 2013. Eksistensi Tradisi Sarapan Pada Masyarakat Desa
Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. (T.Thn.).

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: Cv
Jejak .

Danandjaja, J. (1984). Folklor Indonesia . Jakarta: Pt Pustaka Gratifipers.

Ihromi , T. (2016). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor


Indonesia.

Kanzunnudin, M. (2020). Cerita Lisan Dua Orang Sunan Beradu Jago Dalam Kajian
Struktural Dan Fungsi Alan Dundes. Kredo: Jurnal Ilmiah Bahasa Dan
Sastra, 235-248.

Miles, M. B., & Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif . Jakarta: Ui-Press.

Septyan Ananda Rizky. (2019). Taman Wisata Alam: Pengertian, Fungsi, Manfaat
Dan Peraturan. Dipetik Oktober 31, 2019, Dari Foresteract Online:
Https://Foresteract.Com/Taman-Wisata-Alam/

Setiawan, E. (2012-2021). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dipetik Juli 19, 2021,
Dari Kbbi Online: Http://Kbbi.Web.Id

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


Alfabeta, Cv.
48

Susilo, B. E., Avenzora, R., & Hermawan , R. (2018). Potensi Folklor Untuk
Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Mappi Provinsi Papua. Media
Konservasi, 18-27.

Suyono, Harahap, R. H., & Aththorick, T. A. (2017). Persepsi Masyarat Desa Lae
Hole II Dalam Pengelolaan Taman Wisata Alam (Twa) Sicike-Cike. Jeumpa,
67-79.
49

PROFIL INFORMAN

A. Informan Penetua Adat


Nama : Konstantin Capah (Oppung Jabbang)
Usia : 70 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun Induk

B. Pengurus di Kantor Resort TWA Danau Sicike-cike


1. Nama : Bergiat Sembiring
Usia : 54 Tahun
Jabatan : Kepala Resort TWA Danau Sicike-cike
Alamat :-

2. Nama : Hotber Sianturi


Usia : 42 Tahun
Jabatan : TPHL (Tenaga Pengaman Hutan Lainnya)
Alamat : Desa Laehole II

C. Masyarakat Setempat
1. Nama : Apolonia Capah
Usia : 67 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II

2. Nama : Mariana Sitorus


Usia : 60 Tahun
50

Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II

3. Nama : Romla Capah


Usia : 36 Tahun
Pekerjaan : Sekretaris Desa Bangun
Alamat : Desa Bangun II

4. Nama : Tianggur Malau (Oppung Jalomo boru)


Usia : 67 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun

5. Nama : Mesdika Boru Capah


Usia : 52 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II

6. Nama : Oppung Dippos Sihombing


Usia : 70 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Laehole II

7. Nama : Apolonia Capah


Usia : 67 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II
8. Nama : Rusmedi Siregar ( Oppung Borreg)
Usia : 64 Tahun
51

Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bangun II

9. Nama : Hileri Situmorang


Usia : 21Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Desa Bangun II

10. Nama : Andrikus Simbolon


Usia : 21Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sitinjo
52

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Informan Penelitian

Nama Informan :

Umur :

Pekerjaan :

A. Pedoman Wawancara untuk Tokoh Adat


1. Menurut Oppung, bagaimana asal mula kisah terjadinya legenda Danau
Sicike-cike?
2. Apakah ada makna atau arti dari Sicike-cike?
3. Apakah legenda itu ada hubungannya dengan suku Pakpak?
4. Mengapa Sicike-cike dianggap masyarakat sebagai tempat sakral?
5. Menurut Oppung, apakah Sicike-cike ini merupakan tempat mistis?
6. Mengapa tempat ini dikatakan sebagai tempat mistis?
7. Apakah ada larangan-larangan yang ada di Sicike-cike?
8. Apa saja larangan-larangan yang harus kita hindari?

B. Pemandu wisata di Taman Wisata Alam Sicike-cike


1. Menurut Bapak, apakah pengunjung wisata ini ramai?
2. Apa penyebab pengunjung sicike-cike tidak ramai?
3. Kalau dalam pengamatan Bapak, ada berapa banyak pengunjung yang datang
dalam perbulan?
4. Dalam pengamatan Bapak , apakah alasan pengunjung datang ke Sicike-cike
tersebut?
5. Menurut informan, mengapa pengunjung TWA ini kebanyakan dari luar
daerah Sicike-cike ini?
53

6. Apakah ada pantangan ketika masuk kedalam kawasan Sicike-cike tersebut?


7. Jika pantangan tersebut dilakukan oleh pengunjung, apa akibat yang akan
terjadi?
8. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan di TWA Danau Sicike-cike
tersebut?
9. Apakah informan pernah mengalami kejadian yang mistis ketika membawa
pengunjung masuk kedalam Sicike-cike?
10. Bagaimana cara pihak pengurus Twa ini dalam menangani kejadian mistis
teresebut?

C. Masyarakat Setempat
1. Apakah informan pernah memasuki Taman Wisata Alam Sicike-cike?
2. Mengapa bapak/ibu tidak mau pergi kesana, padahal tempat tersebut sudah
dijadikan tempat wisata?
3. Apakah informan pernah kejadian aneh saat memasuki Taman Wisata Alam
Sicike-cike tersebut?
4. Apakah informan mengetahui tentang legenda Sicike-cike?
5. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap Legenda yang ada di Sicike-cike?
6. Mengapa Sicike-cike dianggap masyarakat sebagai tempat sakral?
7. Menurut informan, bagaimana sikap yang baik supaya bisa memasuki tempat
wisata tersebut?
54

LAMPIRAN

Gambar 1: Kantor Resort Taman Wisata Alam Sicike-cike

Sumber: Dokumentasi Penulis (15 Maret 2021)

Gambar 2: Plang yang berada di simpang untuk memasuki kawasan Sicike-cike


55

Sumber: dokumentasi penulis (10 Juni 2021)

Gambar 3: Poster Penetapan Taman Wisata Alam Sicike-Cike

Sumber: Dokumentasi Penulis ( 15 Maret 2021)


56

Gambar 4: Poster Pengesahan Taman Wisata Alam Sicike-Cike

Sumber: Dokumentasi Penulis (15 Maret 2021)

`Gambar 5 dan 6: Tumbuhan Anggrek yang tumbuh dikawasan TWA Sicike-


cike (Tumbuhan Phainus, Bulbophyllum)

Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
57

Gambar 7 dan 8: Tumbuhan Anggrek yang tumbuh dikawasan TWA Sicike-


cike (Bulbophyllum uniflorum, Calanthe)

Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)

Gambar 9 dan 10: Tumbuhan Anggrek yang tumbuh dikawasan TWA Sicike-
cike (Anggrek Eria spp, Thrixspermum)

Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
58

Gambar 11 dan 12: Tumbuhan Anggrek yang tumbuh dikawasan TWA Sicike-
cike (Oberonia, Chalanthe)

Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)
59

Gambar 13 Dan 14: Tanaman Langka Yang Tumbuhan Dikawasan Sicike-Cike


(Balanophora Fungosa /Balanophoraceae, Rafflesia Meijeri)

Sumber: Dokumentasi Informan dari Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)

Gambar 15 dan 16 : Jumlah Pengunjung TWA Danau Sicike-Cike Dari Tahun


2018 Sampai 2020.
Sumber: Sumber: Dokumentasi Dari Kantor Resort TWA Sicike-cike (29 Juni 2021)
60

Gambar 17 dan 18: Bapak Kepala Desa Laehole II (Riswan Sihombing) dan
petugas di Kantor Resort TWA Sicike-cike (Bapak Hotber Sianturi)
Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Bapak Kepala Desa (16 April 2021) dan
dengan Bapak Hotber Sianturi (15 Maret 2021)

Gambar 19 dan 20: Penetua adat Oppung (Konstantin Capah) dan Ibu Mesdika
boru Capah
61

Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Oppung Konstantin (19 April 2021) dan Ibu
Mesdika (17 April 2021)

Gambar 21 dan 22: Oppung Dippos Sihombing dan Bapak Apolonia Capah

Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Oppung Dippos (16 April 2021) dan Bapak
Apolonia (18 April 2021)
62

Gambar 23 dan 24: Ibu Mariani Sitorus dan Ibu Tianggur Malau
Sumber: Dokumentasi Penulis, dengan Ibu Mariani dan Ibu Tianggur (18 April
2021)

Gambar 25 dan 26: Ibu Romla Capah dan Ibu Rusmedi Siregar
Sumber: Dokumentasi Penulis dengan Ibu Romla (18 April 2021) dan Ibu Rusmedi
(19 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai