Anda di halaman 1dari 7

TUGAS EKONOMI, PANGAN DAN GIZI

“Hukum Engel, Hukum Bennet, Dan Distribusi Pendapatan Dan Gizi”

Dosen Pengampu:
Dina Fitriyah, S.Si., M. Si

Disusun Oleh:
Tahmid Bendoro Gorin
G42201285
Golongan B

PROGRAM STUDI GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
1. Hukum Engel
“Semakin miskin sebuah keluarga, semakin besar proporsi dari total pengeluaran [pengeluaran
keluarga] yang harus digunakan untuk makan. Proporsi pengeluaran yang digunakan untuk
makanan, hal-hal lain dianggap sama adalah ukuran terbaik dari standar materi kehidupan suatu
populasi.” (Engel dalam Zimmerman, 1932).
Hukum Engel menyatakan bahwa pendapatan meningkat, maka pengeluaran konsumsi
makanan akan berkurang. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom dan statistisi
Jerman, Ernst Engel (1821-1896). Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki pendapatan
tinggi, persentase pengeluaran konsumsi untuk makanan lebih kecil dibandingkan rumah tangga
yang berpendapatan rendah (Deaton dan Muellbauer, 1980). Deaton and Muellbauer (1980)
menyatakan bahwa semakin tinggi kesejahteraan masyarakat suatu negara, maka proporsi
pengeluaran pangan penduduknya akan semakin kecil, demikian sebaliknya. Pengeluaran pangan
rumah tangga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan, akan tetapi proporsi
pengeluaran pangan tersebut dari total pendapatan akan menurun, fenomena ini yang dikenal
dengan Hukum Engel.
Hukum Engel mengacu pada pendapatan atau total pengeluaran dan share anggaran untuk
pangan (food share) pada rumah tangga yang berbeda dalam suatu populasi tertentu, pada suatu
periode waktu tertentu dan tidak berubah (berbeda) pendapatan rumah tangga tertentu (BPS,
2019). Food share merupakan pengeluaran konsumsi pada harga sekarang (current prices) untuk
barang pangan dibagi dengan pendapatan, serta sebagai pengeluaran konsumsi untuk barang
pangan dibagi dengan “total pengeluaran”. Total pengeluaran didefinisikan sebagai pengeluaran
pada suatu kelas besar konsumsi barang dan jasa (Chakrabarty & Hildenbrand 2009).
a. Kurva Engel
Kurva Engel merupakan suatu fungsi dimana untuk menghubungkan keseimbangan jumlah
komoditi yang dibeli konsumen pada berbagai tingkat pendapatan. Kurva Engel juga menjadi
salah satu konsep yang sangat penting dalam membahas kesejahteraan ekonomi (economic
walfare) dengan menganalisis pola pengeluaran rumah tangga (Nicholson, 1997).
Kurva Engel adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah suatu barang
yang dikonsumsi dan pendapatan. Pada grafik 1, barang yang dikonsumsi (misalnya makanan)
adalah barang normal sehingga kurva Engel miring ke atas. Pada grafik 2, hamburger adalah
barang normal untuk pendapatan kurang dari 20 dollar per bulan dan barang inferior untuk
pendapatan lebih dari 20 dollar per bulan.
Grafik 1. Kurva Engel pada Barang Normal

Grafik 2. Hamburger barang normal, ketika pendapatan >20 menjadi barang inferior

Gambar 1. Kurva Engel barang normal (a) dan barang mewah (b)
Sumber: Nicholson, 1997
Kurva Engel menunjukkan hubungan antara berbagai barang dan jasa yang akan dibeli
pada berbagai tingkat pendapatan yang dimiliki. Kurva Engel menggambarkan hubungan antara
kuantitas barang yang dikonsumsi dengan besarnya pendapatan. Sehingga kurva engel dapat
didefinisikan sebagai kurva yang menggambarkan hubungan jumlah komoditi barang dan jasa
yang dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat pendapatan yang dimiliki cateris paribus
(benda lain tetap).
Hukum Engel menghasilkan empat kesimpulan, yaitu:
1) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk konsumsi pangan semakin
kecil.
2) Persentase pengeluaran untuk konsumsi pakaian relatif tetap dan tidak tergantung pada
tingkat pendapatan.
3) Persentase pengeluaran konsumsi untuk pengeluaran rumah relatif tetap dan tidak
tergantung pada tingkat pendapatan.
4) Jika pendapatan meningkat, maka persentase pengeluaran untuk Pendidikan, Kesehatan,
rekreasi, barang mewah, dan tabungan semakin meningkat.

2. Hukum Bennet
Hukum Bennett merupakan salah satu hukum ekonomi lain yang berkaitan dengan pola
konsumsi pangan. Bennett’s Law menyatakan bahwa semakin kaya suatu masyarakat maka akan
terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut yang awalnya hanya didominasi oleh bahan
pangan pokok seperti jenis simple strachy plant (tepung) menjadi lebih bervariasi seperti
mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan vitamin (buah dan sayur) serta protein yaitu
susu dan daging (Godfray, 2011).
Cirera and Masset (2010) menjelaskan bahwa terdapat 2 jenis produk yang berkaitan
dengan pendapatan yaitu barang pokok dan barang mewah. Barang pokok adalah produk pangan
yang proporsional konsumsinya meningkat lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan.
Berbeda dengan barang mewah yaitu produk pangan yang proporsional konsumsinya meningkat
lebih besar daripada pendapatan. Sebagai contoh di rumah tangga, jika share pengeluaran pangan
untuk daging meningkat lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan, maka
komoditas daging dapat dikategorikan sebagai barang mewah. Berbeda jika share pengeluaran
pangan yang kecil untuk daging maka merupakan contoh dari adanya perbedaan selera atau
kemiskinan pada rumah tangga tersebut.
a. Kurva Bennet

Gambar 2. Kurva Hukum Bennet


Sumber: Cirera & Masset, 2010

3. Distribusi Pendapatan dan Gizi


Pendapatan dapat mempengaruhi konsumsi dan gizi. Besar pendapatan mampu menentukan
akses pangan, daya beli, jumlah dan kualitas pangan. Distribusi pendapatan yang baik akan
mengurangi kesenjangan ekonomi antar keluarga sehingga akan mengurangi kesenjangan gizi.
Distribusi pendapatan dan gizi dibedakan menjadi dua:
1) Distribusi personal (distribusi ukuran): digunakan untuk melihat pembagian pendapatan
per kapita dari total pendapatan, biasanya dikelompokkan menurut kelas pendapatan,
menurut wilayah, profesi, pendidikan dan waktu.
2) Distribusi fungsional : digunakan sebagai alat analisis untuk melihat pembagian
pendapatan suatu wilayah berdasarkan sumber-sumber pendapatan atau faktor produksi,
misal: berapa persen andil sektor perdagangan dalam GNP nasional dll.
Distribusi pendapatan pada rumah tangga yang tidak merata menimbulkan kesenjangan
dalam pendapatan dan konsumsi pangan/gizi. Kesenjangan pendapatan yang tinggi menunjukkan
ada masyarakat yang berpendapatan tinggi dan ada masyarakat yang berpendapatan rendah,
sehingga dapat meningkatkan kesenjangan sosial dan konsumsi.
Penyebab kesenjangan pendapatan dan gizi menurut Procovicth disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, perkembangan kota dan desa. Ukuran
kesenjangan pendapatan dan konsumsi dapat dibagi menjadi 3, yaitu metode statistik murni:
simpang baku, koefisien variasi, ukuran selang (desil, kuantil, kuartil, persentil dll), metode
grafik: Kurva Lorenz, dan metode gabungan: bilangan Gini dan Kuznets indeks. Mengukur
kesenjangan metode grafik kurva lorenz adalah kurva yang menggambarkan persen komulatif
penerima pendapatan dan persen komulatif pendapatan yang diterima. Kesenjangan diukur dari
jarak kurva Laurenz dengan garis kesamarataan. Kesenjangan tinggi jika jarak antara kurva
Laurenz dengan garis kesamarataan semakin jauh.
a. Kurva Lorenz

Gambar 3. Kurva Laurenz


DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2019. Pola Konsumsi Penduduk Provinsi Lampung 2019. Badan Pusat
Statistika Provinsi Lampung. Lampung.
Chakrabarty, M., and W. Hildenbrand. 2009. Engel’s Law Reconsidered. University of Bonn
Kaiserstrasse
Cirera X dan E. Masset. 2010. Income distribution trends and future food demand. Philosophical
Transactions R. Soc. B 365 (2010): 2821-2834.
Deaton, A. & Muellbauer, J. (1980). Economics and Consumer Behavior. Cambridge:
Cambridge University Press.
Godfray, H.C.J. 2011. Food for thought. PNAS (Proceedings of the National Academy of
Sciences) 108 (50): 1-2.
Nicholson, W. 1997. Intermediet Micro Economics and Its Aplication 7th Edition. The dryden
press.
Suyatno. (n.d.). Distribusi Pendapatan dan Gizi.
Wan, Guang H. (1996). Income Elasticities of Household Demand in Rural China (Estimates
from Cross sectional Survey Data). Journal of Economic Studies 23(3), 18-33.
Zimmerman, C. 1932. “Ernst Engel’s law of expenditures for food”. The Quarterly Journal of
Economics. Vol. 47, No. 1 (Nov.), pp 78-101.

Anda mungkin juga menyukai