Anda di halaman 1dari 82

SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN


TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI
DARUSSALAM
PRESS PONDOK MODERN DARUSSALAM
GONTOR

M Bayu Adi Pradana


NIM. 37.2016.73.1477

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
PONOROGO
2020
ANALISIS HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN
TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI
DARUSSALAM PRESS
PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Disusun Oleh
M Bayu Adi Pradana
37.2016.73.1477

Dosen Pembimbing
Dian Afif Arifah, S.ST., M.Kes.
NIY. 160566

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
PONOROGO
2020
ANALISIS HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN TINGKAT KELELAHAN
KERJA PADA PEKERJA DI DARUSSALAM PRESS PONDOK
MODERN DARUSSALAM GONTOR

M Bayu Adi Pradana


Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor
(m.bayuap19@gmail.com)

ABSTRAK

Berdasarakan data International Labour Organization (ILO), di seluruh dunia terjadi


lebih dari 337 juta kecelakaan dalam pekerjaan per tahun. Salah satu faktor yaitu kelelahan
dalam bekerja. Penyebab kelelahan kerja umumnya berkaitan dengan sifat pekerjaan
yang monoton (kurang bervariasi), postur kerja yang kurang ergonomis, intensitas kerja,
ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi, keadaan lingkungan kerja (cuaca kerja,
radiasi, pencahayaan, dan kebisingan), sebab mental, status gizi, status kesehatan dan
beban kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan postur kerja terhadap
tingkat kelelahan kerja pada pekerja di Darussalam Press.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan desain penelitian
cross-sectional. Subjek penelitian ini menggunakan total populasi yaitu 35 pekerja
Darussalam Press. Pengukuran kelelahan kerja menggunakan subjectif self rating test.
Pengukuran postur kerja menggunakan REBA. Teknik analisis data menggunakan uji chi-
square dalam program SPSS.
Berdasarkan hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa postur kerja tertinggi yaitu
pada bagian mesin cetak dengan nilai 8.3 dan hasil terendah pada bagian layout dengan
nilai 6.5. Sedangkan tingkat kelelahan tertinggi pada bagian layout dengan nilai 44 dan hasil
terendah pada bagian collator dengan nilai 23. Hasil analisis uji chi-square mendapatkan
nilai p-value (0.220) sehingga postur kerja tidak berhubungan secara signifikan dengan
kelelahan kerja pada pekerja Darussalam Press.
Saran dari peneliti adalah sebagai berikut yaitu: para pekerja agar mengurangi postur
kerja membungkuk pada setiap pekerjaan. Melakukan upaya pencegahan seperti rileksasi
dan beristirahat dengan melakukan peregangan otot serta meningkatkan pengetahuan
tentang sikap kerja yang ergonomi. Dilakukan penelitian tentang faktor lain yang
mempengaruhi kelelahan kerja. Membuat poster tentang postur kerja yang baik dan benar,
sesuai dengan jenis pekerjaanya. Untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang
antropometri.
Kata kunci : kelelahan kerja, postur kerja, Darussalam press

iv
ANALYSIS OF THE RELATIONSHIP OF WORK POSTURE WITH THE LEVEL
OF WORK FATIGUE IN WORKERS IN DARUSSALAM PRESS PONDOK
MODERN DARUSSALAM GONTOR

M Bayu Adi Pradana


Study Program of D4 Occupational Safety and Health
Faculty of Health Sciene, University of Darussalam Gontor
(m.bayuap19@gmail.com)

ABSTRACT

Based on data from the International Labor Organization (ILO), worldwide there
are more than 337 million accidents at work per year. One factor is fatigue at work. The
cause of work fatigue is generally related to the nature of the work that is monotonous
(less varied), lack of ergonomic work posture, work intensity, high mental and physical
endurance, work environment (work weather, radiation, lighting, and noise), mental causes,
nutritional status, health status and workload. This study aims to analyze the relationship of
work posture to the level of work fatigue in workers in Darussalam Press.
This study was an analytic observational study with a cross-sectional research
design. The subjects of this study used a total population of 35 Darussalam Press workers.
Measurement of work fatigue using a subjective self rating test. Measurement of work
posture using REBA. Data analysis techniques used the chi-square test in the SPSS
program.
Based on the measurement results, it can be seen that the highest working posture is
on the printing press with a value of 8.3 and the lowest result on the layout with a value
of 6.5. While the highest level of fatigue is in the layout section with a value of 44 and
the lowest result is in the collator section with a value of 23. The results of the chi-square
analysis get a p-value (0.220) so that the work posture is not significantly related to work
fatigue in Darussalam Press workers.
Suggestions from researchers are as follows: workers to reduce the work posture bent
on each job. Make efforts to reduce such as relaxation and rest by stretching muscles and
increasing knowledge about ergonomic work attitudes. Related research on other factors
that influence work improvement. Make posters about good and correct work postures,
according to the type of work. For future researchers, conduct research on anthropometry.
Keywords: work fatigue, work posture, darussalam press

v
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini,
Nama. : M Bayu Adi Pradana
NIM. : 37.2016.73.1477
Fakultas. : Ilmu Kesehatan
Program Studi. : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul. :Analisis Hubungan Postur Kerja Dengan Tingkat
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Darussalam Press
Pondok Modern Darussalam Gontor

Saya menyatakan bahwa skripsi ini asli hasil penelitian sendiri dan
belum pernah diajukan pada Perguruan Tinggi lainnya. Penelitian ini belum
pernah dipublikasikan sebelumnya kecuali pada bagian tertentu dengan
referensi aslinya.
Oleh karena itu, apabila ditemukan plagiarisme di dalam skripsi ini,
saya siap menerima sanksi secara akademis.
Ponorogo, 15 Maret 2020
Penulis,

M Bayu Adi Pradana


NIM. 37.2016.73.1477

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan
karunia Allah Subhanahu Wata’ala, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul “Analisis Hubungan Postur Kerja Dengan
Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Darussalam Press Pondok Modern
Darussalam Gontor”.
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan kelulusan studi di
Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Darussalam Gontor Ponorogo.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis berterima kasih atas dukungan
dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa ide, tenaga maupun
material. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Amal Fadholah, S.Si., M.Si. Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Darussalam Gontor.
2. Ibu Eka Rosanti, S.ST., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Darussalam Gontor.
3. Ibu Ratih Andhika Akbar Rahma, S.ST., M.Si., selaku Ketua Program
Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Darussalam Gontor.
4. Ibu Dian Afif Arifah, S.ST., M.Kes., selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Ani Asriani Basri, S.KM., M.KKK., selaku penguji I.
6. Bapak M. Rifki Taufik, S.Si, M.Sc., selaku penguji II.

ix
7. Ayah, ibu serta adik saya yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar.
8. Pondok Modern Darussalam Gontor dan seluruh pekerja dan pengurus
di Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor yang turut
memberikan bantuan dan partisipasi dalam penelitian hingga dapat
tersusunnya skripsi ini.
9. Keluarga besar Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang telah memberikan saya banyak dukungan dan bantuan selama
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik atas kekurangan skripsi
ini masih akan sangat membantu. Akhir kata penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ponorogo, 15 Maret 2020
Penulis,

M Bayu Adi Pradana


NIM. 37.2016.73.1477

x
DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................. iv
ABSTRACT............................................................................................ v
PENGESAHAN...................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................. vii
KATA PENGANTAR............................................................................. ix
DAFTAR ISI........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xiv

BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 3
1.4.1 Bagi Peneliti............................................................................ 3
1.4.2 Bagi Perusahaan...................................................................... 4
1.4.3 Bagi Instansi............................................................................ 4

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Penelitian Terdahulu...................................................................... 5
2.2. Landasan Teori .............................................................................. 6
2.2.1 Definisi Kelelahan Kerja......................................................... 6
2.2.2 Jenis-jenis Kelelahan .............................................................. 8
2.2.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelelahan.......................... 11
2.2.4 Pengukuran Kelelahan Kerja................................................... 16
2.2.5 Definisi Postur Kerja .............................................................. 19
2.2.6 Pengukuran Postur Kerja......................................................... 20

xi
2.3. Kerangka Teori .............................................................................. 24
2.4. Kerangka Konsep........................................................................... 26
2.5. Hipotesis Penelitian........................................................................ 27

BAB III: METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian............................................................................... 29
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 29
3.3. Populasi dan Subjek Penelitian..................................................... 29
3.4. Definisi Operasional....................................................................... 30
3.5. Teknik Pengambilan Data............................................................. 31
3.6. Analisis Data................................................................................... 31
3.7. Tahap Penelitian............................................................................. 32

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian............................................................................... 33
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian...................................... 33
4.1.2 Karakteristik Responden......................................................... 38
4.1.3 Analisis Postur dan Kelelahan Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan. 41
4.2.Pembahasan.................................................................................... 43
4.2.1 Variabel Independent............................................................... 44
4.2.2 Variabel Dependent................................................................. 45
4.2.3 Analisis Hubungan Postur Kerja Dengan Tingkat Kelelahan Kerja 47

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.Kesimpulan....................................................................................... 49
5.2.Saran................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 50
LAMPIRAN............................................................................................ 54

xii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Kategori IMT........................................................................... 13


Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Berdasarkan Total Skor Individu. 18
Tabel 2.3 Skoring Risiko Menurut REBA .............................................. 23
Tabel 3.1 Variable yang Diteliti............................................................... 30
Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Darussalam Press.................................. 39
Tabel 4.2 Kategori Postur Kerja............................................................... 40
Tabel 4.3 Kategori Kelelahan Kerja......................................................... 41
Tabel 4.4 Hasil Analisis Hubungan Postur Kerja dengan Kelelahan Kerja... 42

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-langkah Perhitungan REBA.................................. 23


Gambar 2.2 Kerangka Teori..................................................................... 25
Gambar 2.3 Kerangka Konsep................................................................. 26
Gambar 3.1 Tahap Penelitian................................................................... 32
Gambar 4.1 Peta Lokasi Darussalam Press.............................................. 33
Gambar 4.2 Pembutan Desain Cover dan Pembuatan Plat Acuan Cetak. 34
Gambar 4.3 Proses Percetakan................................................................. 35
Gambar 4.4 Pemotongan Kertas ............................................................. 36
Gambar 4.5 Penyusunan Halaman dan Pelipatan Kertas......................... 37
Gambar 4.6 Proses Finishing................................................................... 38
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Postur Kerja di Darussalam Press........... 41
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Di Darussalam Press.... 42

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan industri di Indonesia yang terus meningkat,
mengupayakan tenaga kerja untuk selalu sehat. Akan tetapi dengan
berkembangnya industrialisasi akan berpengaruh pada kehidupan para
pelaksananya yaitu pekerjanya. Masalah yang timbul antara lain kecelakaan
akibat kerja (KAK) dan penyakit akibat kerja (PAK) yang menimbulkan
kecacatan dan bahkan kematian (Suma’mur, 1996). Diperkirakan separuh
jumlah penduduk Indonesia adalah pekerja dan sebagian besar (70-80%)
bekerja di sektor informal (Depkes RI, 2003).
Berdasarakan data International Labour Organization (ILO) tahun
2010, di seluruh dunia terjadi lebih dari 337 juta kecelakaan dalam pekerjaan
per tahun. Salah satu faktor yaitu kelelahan dalam bekerja, menurut data
ILO tahun 2010, setiap tahun sebanyak 2,3 juta pekerja meninggal dunia
karena kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh faktor kelelahan. Menurut
Setyawan (2007), kelelahan kerja memberikan kontribusi 50% terhadap
terjadinya kecelakaan kerja.
Menurut Depnakertrans, data tetang kecelakaan kerja pada tahun
2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, dimana
27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi, lebih kurang 9,5% atau
setara 39 orang mengalami cacat.
Kelelahan kerja merupakan salah satu persoalan yang sering dialami
beberapa pekerja. Menurut Sritomo Wighjosoebroto (2003) kelelahan akibat
kerja kerap diartikan sebagai reaksi menurunnya kemampuan kerja dan
berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan. Semua jenis pekerjaan dapat menimbulkan
kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat menyebabkan seseorang kehilangan

1
2

konsentrasi ketika bekerja, sehingga produktifitas kerja dapat menurun dan


dapat menyebaabkan kecelakaan kerja (Putri, 2008).
Penyebab kelelahan kerja umumnya berkaitan dengan sifat pekerjaan
yang monoton (kurang bervariasi), postur kerja yang kurang ergonomis,
intensitas kerja, ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi, keadaan
lingkungan kerja (cuaca kerja, radiasi, pencahayaan, dan kebisingan), sebab
mental, status gizi, status kesehatan dan beban kerja (Suma’mur P.K 2009).
Berdasarkan hasil penelitian dari Nurrina (2017) di PT Terminal
Peti Kemas Semarang terhadap 42 pekerja menunjukkan bahwa sebanyak
35 pekerja (83,3%) mengalami kelelahan kategori sedang dan sebanyak
7 pekerja (16,7%) mengalami kelelahan kategori ringan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kelelahan kerja dapat dipengaruhi oleh postur
kerja pada operator container crane PT Terminal Peti Kemas Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian dari Bukhori (2010) terdapat sebanyak 38
pekerja (79,2%) tukang angkut beban penambang emas di kecamatan
Cilograng yang mengalami kelelahan pada otot pinggang hal ini disebabkan
oleh postur kerja yang membungkuk dan dilakukan secara berulang-ulang.
Berdasarkan hasil penelitian dari Abdan Majid (2018) di Darussalam
Press Pondok Modern Darussalam Gontor terhadap 30 pekerja menunjukkan
rata-rata postur kerja pada pekerja Darussalam Press termasuk dalam
kategori tingkat risiko “sedang” hal ini bermakna membutuhkan langkah
pembetulan.
Darussalam Press merupakan salah satu industri informal yang
dimiliki Pondok Modern Darussalam Gontor yang bergerak di bidang
percetakan buku dan memiliki 35 pekerja. Para pekerja mulai bekerja dari
jam 06.00-16.00 dengan tanpa adanya sift kerja dan dilanjut setelah isya
bagi yang ingin lembur. Memiliki beberapa pekerjaan antara lain: layout,
plat maker, mesin cetak (offseter), pemotongan kertas otomatis, mesin lipat
dan mesin collator, finishing dan pemotong 3 sisi.
Jenis pekerjaan di Darussalam Press memiliki cara kerja statis dan
dinamis. Ada beberapa posisi yang tidak ergonomis, yaitu pungggung yang
3

telalu membungkuk. Salah satu pekerjaan dinamis yaitu pada bagian offseter
dan finisher yang bertugas dalam mencetak buku dan menjilid buku, proses
pemindahan kertas ke mesin cetak dengan beban 3-7 kg dan tata letak mesin
yag kurang ergonomis sehingga memerlukan gerakan yang lebih sehingga
mudah lelah. Pekerjaan statis yaitu pada bagian administrasi dan lay out.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini
untuk menganalisis hubungan postur kerja terhadap tingkat kelelahan kerja
pada pekerja di Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana analisis hubungan postur kerja terhadap tingkat kelelahan
kerja pada pekerja di Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Menganalisis hubungan postur kerja dengan tingkat kelelahan
kerja pada pekerja di Darussalam Press Pondok Modern Darussalam
Press.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Gambaran postur kerja pada pekerja di Darussalam Press Pondok
Modern Darussalam Gontor
b. Gambaran tingkat kelelahan kerja pada pekerja di Darussalam
Press Pondok Modern Darussalam Press.
c. Menganalisis hubungan postur kerja denga tingkat kelelahan kerja
pada pekerja di Darussalam Press.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti


Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman dalam
mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah khususnya tentang
hubungan postur kerja terhadap tingkat kelelahan kerja.
4

1.4.2 Bagi Perusahaan


a. Sebagai bahan masukan bagi unit usaha Darussalam Press dalam
meningkatkan kesehatan pekerjanya dan untuk mengurangi dampak
kecelakaan kerja akibat kelelahan kerja.
b. Sebagai masukan dari hasil temuan kekurangan yang ada di
Darussalam Press.

1.4.3 Bagi Instansi


Sebagai tambahan referensi dalam bidang keilmuan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya tentang hubungan postur kerja
terhadap tingkat kelelahan kerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


1. Tiara Tidy pada tahun 2017 melaksanakan penelitian mengenai
hubungan postur kerja dengan kelelahan kerja pada aktivitas
pengamplasan bagian finishing di PT Ebako Nusantara Semarang.
Pengukuran kelelahan dilakukan menggunakan Deary Liewald
Reaction Time Task dan postur kerja menggunakan REBA. Hasil
pengukuran menunjukkan ada hubungan antara postur kerja
dengan kelelahan kerja (p=0.02). Perbedaannya antara lain: alat
ukur kelelahan berbeda yaitu mengggunakan Subjectif Self Rating
Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).
2. Tri Nugroho pada tahun 2015 melakukan penelitian tentang
hubungan sikap kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja laundry
di Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. Pengukuran
dilakukan menggunakan kuesioner KAUPK 2 dan check list
sikap kerja. Hasil pengukuran menunjukkan ada hubungan antara
sikap kerja dengan kelelahan di bagian penyetrikaan dengan hasil
(p= 0,003<α = 0,05) dan tidak ada hubungan antara sikap kerja
dibagian penimbangan, pencuucian, pengeringan, dan penyetrikaan
dengan kelelahan di bagian penimbangan. Perbedaan antara lain
menentukan jenis pekerjaan yang memiliki postur kerja dan
kelelahan kerja yang tinggi. Kemudian menghubungkan postur
kerja terhadap kelelahan kerja. Perbedaannya antara lain: alat ukur
postur kerja yaitu REBA.
3. Nurrina Riska Amalia pada tahun 2017 melakukan penelitian
tentang hubungan postur kerja dengan keluhan kelelahan kerja
pada operator container crane PT. Terminal Peti Kemas Semarang.
Pengukuran data kelelahan kerja dikumpulkan menggunakan

5
6

kuesioner KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan


Kerja) untuk mengumpulkan data postur kerja dilakukan dengan
dokumentasi postur dan dihitung menggunakan formulir RULA.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara postur kerja
dengan kelelahan kerja pada operator container crane PT. Terminal
Peti Kemas Semarang dengan nilai signifikasi 0,0001. Perbedaannya
antara lain menentukan jenis pekerjaan yang memiliki postur kerja
dan kelelahan kerja yang tinggi dan kemudian menghubungkan
postur kerja terhadap kelelahan kerja. Perbedaan antar lain: alat
ukur kelelahan yaitu (Subjectif Self Rating Test) dari Industrial
Fatigue Research Committee (IFRC), dan postur kerja REBA.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lainnya
adalah alat ukur kelelahan berbeda yaitu Subjectif Self Rating
Test (SSRT) dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).
SSRT menentukan jenis pekerjaan yang memiliki postur kerja dan
kelelahan kerja yang tinggi dan kemudian menghubungkan postur
kerja terhadap kelelahan kerja. Perbedaannya antara lain: alat ukur
postur kerja yaitu REBA serta menggambarkan hubungan kelelahan
dan postur kerja dengan jenis kegiatan pekerja menggunakan uji
ANOVA.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi Kelelahan Kerja


Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Semua gerak
dan kesibukan manusia mempunyai arti bagi mereka. Apabila dalam
beberapa waktu lamanya kita melakukan suatu pekerjaan, baik
pekerjaan itu berhubungan dengan jasmani maupun yang berhubungan
dengan rohani, maka kita akan merasa lelah. Dampak dari kelelahan
itu akan dirasakan oleh seluruh bagian tubuh kita (Suma’mur, 2009).
Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental
yang berbeda tetapi semuanya berdampak kepada penurunan daya
7

kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Terbagi dua


jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan
otot diakibatkan antara lain oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat
pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan
untuk bekerja yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral
atau kondisi psikis-psikologis. Penyebab kelelahan umum adalah
monotonnya pekerjaan, ketelitian, dan lamanya kerja mental serta fisik
yang tidak sejalan dengan keinginan tenaga kerja yang bersangkutan.
Selain itu penyebab yang lain adalah keadaan lingkungan yang berbeda
dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran
yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh
tenaga kerja (Suma’mur, 2009).
Menurut Mississauga yang dikutip oleh Adelina (2014) kelelahan
adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas,
atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja. Menurut Workplace
Safety and Health Council (WSHC) yang dikutip oleh Adelina (2014)
kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah secara
fisik dan/atau mental, yang dapat disebabkan oleh:
1. Jam kerja yang panjang tanpa istirahat/periode penyembuhan.
2. Aktivitas fisik yang kuat dan berkelanjutan.
3. Usaha mental yang kuat dan berkelanjutan.
4. Bekerja selama beberapa atau semua waktu alami untuk tidur
(sebagai akibat dari shift atau bekerja untuk waktu yang panjang).
5. Tidur dan istirahat yang kurang cukup.
Menurut Tarwaka (2015), kelelahan adalah suatu prosedur
perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih lanjut
sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral
oleh otak. Pada susunan saraf ada sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi
(bersifat parasimpatis). Kata kelelahan biasanya menyatakan keadaan yang
berlainan pada setiap individu namun semua bermuara kepada kehilangan
kemampuan dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
8

Menurut Wignjosoebroto (2008), kelelahan kerja tergolong


suatu kelompok indikasi yang berhubungan dengan adanya penurunan
kemampuan kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau
kebosanan. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah,
output menurun, dan kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas
yang berlebihan. Kelelahan akibat kerja kerap kali diartikan sebagai
berkurangnya performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau
ketahanan fisik tubuh untuk terus meneruskan pekerjaan.

2.2.2 Jenis-jenis Kelelahan


Menurut Muchinsky yang dikutip oleh Putri (2008), ada
beberapa tipe kelelahan akibat kerja, yakni:
1. Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang
membutuhkan tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe
ini berhubungan dengan perubahan biokimia tubuh dan dirasakan
individu dalam bentuk sakit yang akut pada otot. Kelelahan ini
dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru yang
melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya
dengan mendesain ulang peralatan atau penemuan alatalat baru
serta melakukan sikap kerja yang lebih efisien.
2. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas
kerja yang monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu
kehilangan kendali akan pikiran dan perasaan, individu menjadi
kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang lain, pikiran dan
perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan
konflik dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan.
Kelelahan ini dikendalikan dengan mendesain ulang pekerjaan
sehingga membuat karyawan lebih bersemangat dan tertantang
untuk menyelesaikan pekerjaan.
3. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres
yang hebat dan umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan
9

ini bermula dari faktor-faktor luar di tempat kerja. Perusahaan


dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan penyuluhan
bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan karyawan
dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.
4. Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan
menurunnya perhatian pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot
atau pengontrol lalu lintas udara. Pada kelelahan tipe ini standar
ketelitian dan penampilan kerja menurun secara konservatif.
Penurunan ini menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan
mobil dan pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi
dan diusahakan agar terhindar dari kelelahan ini dengan memberi
waktu istirahat yang cukup.
Ada beberapa pengkategorian kelelahan berdasarkan faktor
penyebabnya, menurut Soetomo yang dikutip oleh Adiningsari (2009)
yaitu:
1. Kelelahan Fisik (physical/muscular fatigue)
Kelelahan fisik disebabkan oleh kelemahan pada otot. Suplai darah yang
mencukupi dan aliran darah ke otot sangat penting, dikarenakan
menentukan kemampuan metabolisme dan memungkinkan kontraksi
otot tetap berjalan. Kontraksi otot yang kuat mengakibatkan tekanan
pada otot dan dapat menghentikan aliran darah. Sehingga kontraksi
maksimal hanya dapat berlangsung beberapa detik. Gangguan pada
aliran darah dapat menyebabkan kelelahan otot yang berakibat otot
tidak dapat berkontraksi, meskipun rangsangan syaraf motorik
masih berjalan.
2. Kelelahan Psikologi
Kelelahan psikologi berkaitan dengan depresi, gugup, dan kondisi
psikologi lainya. Kelelahan jenis ini diperburuk dengan adanya
stress.
3. Kelelahan Mental (Mental Fatigue)
Kelelahan mental disebabkan karena faktor psikis. Pekerja memiliki
10

persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan dan menyebabkan


stress psikis.
4. Kelelahan Keterampilan (Skill Fatigue)
Kelelahan ini terjadi karena adanya tugas-tugas yang memerlukan
ketelitian dan penyelesaian permasalahan cukup sulit.
Menurut Silaban yang dikutip oleh Putri (2009) menerangkan
mengenai jenis-jenis kelelahan terbagi 3 yaitu, proses dalam otot,
waktu terjadi kelelahan, dan penyebabnya yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan waktu kejadian
a. Kelelahan akut
Kelelahan akut terjadi pada aktifitas tubuh terutama
yang banyak menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena
suatu organ atau seluruh tubuh bekerja secara terus menerus
dan berlebihan. Kelelahan dengan jenis ini dapat hilang dengan
beristirahat cukup dan menghilangkan gangguan-gangguannya.
b. Kelelahan kronis
Kelelahan kronis sebenarnya adalah kelelahan akut
yang bertumpuk-tumpuk. Hal ini disebabkan oleh adanya tugas
terus-menerus tanpa penataan jarak tugas yang baik dan teratur.
Kelelahan yang diperoleh dari tugas-tugas terdahulu belum
hilang dan disusul lagi dengan tugas berikutnya. Pekerja yang
mengalami kelelahan kronis ini sudah merasa lelah sebelum
memulai pekerjaan, ketika bangun tidur perasaan lelah masih
ada. Jika kondisi ini dibiarkan maka dapat membahayakan tugas
yang sedang dilakukannya atau dalam jangka waktu panjang
dapat menyebabkan kecelakaan.
2. Berdasarkan proses dalam otot
a. Kelelahan otot
Kelahan otot yaitu menurunya kinerja setelah mengalami
stress tertentu yang ditandai dengan menurunya kekuatan dan
kelambatan gerak.
11

b. Kelelahan umum
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya
keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh persyarafan
ataupun psikis. Kelelahan umum ialah suatu perasaan yang
menyebar dan disertai dengan penurunan kesiagaan dan
kelambatan pada setiap aktivitas. Kelelahan umum pada
dasarnya adalah gejala penyakit dan erat hubungannya dengan
faktor psikologis seperti penurunan motivasi, dan kejenuhan
yang mengakibatkan menurunya kapsitas kerja seseorang.
3. Berdasarkan penyebabnya
a. Kelelahan fisiologis yaitu penambahan dari benda toksin (asam
laktat) dalam darah dan faktor psikologis yaitu konflik yang
menyebabkan stress emosional yang berkepanjangan.
b. Kelelahan fisik (kelelahan karena kerja fisik), kelelahan
patologis (kelelahan yang ada hubunganya dengan penyakit),
ada hubunganya dengan faktor psikososial.dan kelelahan
psikologis yang diatandai dengan menurunya prestasi kerja, dan
rasa lelah.

2.2.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelelahan


Beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan
yaitu:
1. Faktor Internal
a. Usia
Menurut Setyawati (2010), subjek yang berusia lebih
muda mempunyai kekuatan fisik dan cadangan tenaga lebih
besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi pada subjek yang
lebih tua lebih mudah melalui hambatan. Tenaga kerja yang
berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan
dibandingkan tenaga kerja yang relatif lebih muda (Oentoro,
2004).
12

b. Kesehatan
Menurut Suma’mur (2009), kesehatan dapat
mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat dari riwayat
penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang dapat
mempengaruhi kelelahan, yaitu:
1. Penyakit Jantung
2. Penyakit Gangguan Ginjal
3. Penyakit Asma
4. Tekanan darah rendah
5. Hipertensi
c. Psikis
Menurut Budiono (2003), tenaga kerja yang mempunyai
masalah psikologis sangat mudah mengalami suatu bentuk
kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis
adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu kerja yang
berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu
tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya
dilakukan oleh suatu produksi yang besar.
d. Status pernikahan
Menurut Intan (2012), pekerja yang sudah berkeluarga
dituntut untuk memenuhi tanggung jawab tidak hanya dalam
hal pekerjaan melainkan juga dalam hal urusan rumah tangga
sehingga resiko mengalami kelelahan kerja juga akan bertambah.
e. Status Gizi (IMT)
Menurut Suma’mur (2009), kesehatan dan daya kerja
sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh
memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh,
perbaikan kerusakan sel, dan jaringan. Zat makanan tersebut
diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan
lebih beratnya pekerjaan. Menurut hasil riset Oentoro (2004)
menunjukkan bahwa secara klinis terdapat hubungan antara
13

status gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan.


Orang yang berada dalam kondisi gizi yang kurang baik dalam
arti intakemakanan dalam tubuh kurang maupun berlebih dari
normal maka akan lebih mudah mengalami kelelahan kerja.
Status gizi bisa dihitung salah satunya dengan menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:
IMT = Berat badan (kg)
(Tinggi badan) ² (m)²
Table 2.1 Kategori IMT

IMT Kategori
<18,5 Berat badan kurang
18,5-22,9 Berat badan normal
23,0 Kelebihan berat badan
23,0-24,9 Berisiko menjadi obesitas
25,0-29,9 Obesitas I
>30 Obesitas II
(Sumber: Centre for Obesity Research and Education, 2007)

f. Sikap kerja atau Postur Kerja


Menurut Budiono (2003), hubungan tenaga kerja dalam
sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan
efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh
yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau
barang yang melebihi jangkauan tangan, harus dihindarkan.
Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang
mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk
yang terlalu tinggi, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan. Menurut
Nurmianto (2004), postur kerja atau sikap kerja adalah suatu
tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan,
terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja:
14

1. Sikap Kerja Duduk


Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja duduk
menimbulkan masalah musculoskeletal terutama masalah
punggung karena terdapat tekanan pada tulang belakang
(Salvendy, 2012). Keuntungan bekerja dengan sikap duduk
adalah mengurangi beban statis pada kaki dan berkurangnya
pemakaian energi (Nurmianto, 2004).
2. Sikap Kerja Berdiri
Menurut Santosi (2013), sikap kerja berdiri
menggambarkan sikap siaga baik sikap fisik dan mental.
Sehingga aktivitas kerja dilakukan lebih cepat, kuat, dan
teliti. Akan tetapi ada beberapa masalah seperti kelelahan,
nyeri dan terjadi faktur pada otot tulang belakang.
3. Sikap Kerja Duduk Berdiri
Menurut Tarwaka (2010), sikap kerja duduk berdiri
merupakan kombinasi kedua sikap kerja untuk mengurangi
kelelahan otot, karena sikap paksa dalam satu posisi
kerja. Posisi duduk berdiri merupakan posisi yang lebih
baik dibandingkan posisi duduk atau posisi berdiri saja.
Penerapan sikap kerja ini mempunyai manfaat di sektor
industri, karena tekanan pada tulang belakang dan pinggang
30% lebih rendah dibanding dengan posisi duduk maupun
berdiri saja terus-menerus.
2. Faktor Eksternal
a. Masa Kerja
Menurut Setyawati (2010), seseorang yang bekerja
dengan masa kerja yang lama lebih banyak memiliki
pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja dengan masa
kerja yang tidak terlalu lama. Orang yang bekerja lama sudah
terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya sehingga tidak
menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya.
15

b. Beban Kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.
Beban yang dimaksud fisik, mental, atau sosial. Seorang tenaga
kerja mempunyai keahlian tersendiri dalam hubungannya
dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok
untuk beban fisik mental ataupun sosial (Suma’mur, 2009).
Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal
itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan
(Budiono, 2003).
c. Penerangan
Menurut Suma’mur (2009), penerangan yang baik
memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang dikerjakan
secara jelas cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlukan.
Lebih dari itu penerangan yang memadai memberikan kesan
pemandangan yang lebih baik dan keadaan linkungan yang
menyegarkan. Penerangan yang buruk bisa menyebabkan
kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja,
keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala, kerusakan indera
mata serta kelelahan mental dan memicu terjadinya kecelakaan
(Budiono, 2003).
d. Kebisingan
Menurut Setiarto (2002), kebisingan adalah suara
atau bunyi yang tidak diinginkan karena pada tingkat atau
intensitas tertentu dapat menyebabkan gangguan, yaitu merusak
alat pendengaran. Kebisingan mempengaruhi faal tubuh
semacam gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan
bertambahnya metabolisme dan bertambahnya tegangan otot
sehingga mempercepat kelelahan.
16

e. Iklim kerja
Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan
kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan
suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan akibat
menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung, dan tekanan
darah meningkat. Selain itu aktivitas organ-organ pencernaan
menurun, suhu tubuh meningkat dan produksi keringat
meningkat (Inta, 2012).

2.2.4 Pengukuran Kelelahan Kerja


Menurut Tarwaka (2015), belum ada metode pengukuran
kelelahan kerja yang tetap karena kelelahan merupakan suatu perasaan
yang subjektif. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-
beda dalam mendefinisikan kelelahan sehingga sulit untuk diukur.
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
hanya berupa indiktor yang menunjukan kelelahan akibat kerja, antar
lain:
1. Uji Performa Mental
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu
pendekatan yang digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan
menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test merupakan
alat yang digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan
konsentrasi. Hasil tes menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang
maka tingkat kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi akan semakin
rendah dan sebaliknya (Grandjean, 1997 dalam Andiningsari,
2009).
2. Uji Psiko-motor (Psychomotor test)
Menurut Tarwaka (2015), pada metode ini melibatkan
fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi motor. Cara yang dapat
digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi
adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu
saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan. Dalam uji waktu
17

reaksi dapat menggunakan sentuhan kulit atau goyangan badan,


nyala lampu, ataupun denting suara. Waktu reaksi terpendek biasa
antara 150-200 millidetik. Waktu reaksi tergantung dan stimuli
yang dibuat, intensitas lamanya rangsangan, dan umur subjek.
3. Pengukuran kelelahan secara subjektif
Menurut Tarwaka (2015), kuesioner kelelahan subjektif
(Subjectif Self Rating Test) dari Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC) merupakan kuesioner untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif. Berisi 30 daftar pertanyaan dimana pernyataan
nomor 1 sampai 10 mengenai pelemahan kegiatan: perasaan berat
di kepala, lelah di seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran
kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan
kaku, berdiri tidak stabil, dan ingin berbaring. Pertanyaan 11
sampai 20 pelemahan motivasi pertanyaan: susah berfikir, lelah
untuk bicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit untuk memusatkan,
perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas,
sulit mengontrol sikap, dan tidak tekun dalam pekerjaan. Pertanyaan
21 sampai 30 untuk gambaran kelelahan fisik sakit dikepala, kaku
di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa
pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan
merasa kurang sehat. Dimana setiap pertanyaan diberi scoring
dengan skala Likert (4 skala) dimana:
a. Skor 1 = Tidak pernah merasakan
b. Skor 2 = Kadang-kadang merasakan
c. Skor 3 = Sering merasakan
d. Skor 4 = Sering sekali merasakan
Dimana untuk menentukan klasifikasi kelelahan subjektif
berdasarkan total skor individu menggunakan pedoman:
18

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Berdasarkan Total


Skor Individu
Tingkat Total Skor Klasifikasi
Tindakan Perbaikan
Kelelahan Individu Kelelahan
0 0-21 Rendah Belum diperlukan adanya
tindakan perbaikan
1 22-44 Sedang Mungkin diperlukan
tindakan kemudian hari
2 45-67 Tinggi Diperlukan tindakan
segera
3 68-90 Saangat Tinggi Diperlukan tindakan
menyeluruh sesegera
mungkin
Sumber: Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)

4. Kualitas dan kuantitas kerja


Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu
jumlah proses kerja (waktu yang digunakan dalam setiap item) atau
proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Kelelahan dan
rata-rata jumlah produksi tentunya saling berhubungan. Namun uji
ini tidak dapat dilakukan secara langsung mengingat banyaknya
faktor yang harus dipertimbangkan seperti: target produksi, faktor
sosial, dan psikologis dalam kerja (Tarwaka, 2015).
5. Mengukur frekuensi subjektif kelipan mata (Flicker fusion eyes)
Dalam kondisi lelah, kapabilitas tenaga kerja untuk melihat
kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang
waktu yang dibutuhkan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan,
disamping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan
kewaspadaan tenaga kerja (Tarwaka, 2004: 111). Bagi orang yang
tidak lelah, frekuensi ambang bernilai 2 Hz jika menggunakan
cahaya pendek atau 0.6 Hz. Pada orang yang lelah sekali atau
setelah menghadapi pekerjaan monoton, angka frekunsi kerling
mulus bisa antara 0.5 Hz atau dibawah dari angka frekuensi kerling
mulus orang yang tidak lelah (Suyanto dalam Andiningsari, 2009).
19

2.2.5 Definisi Postur Kerja


Postur kerja merupakan titik penentu dalam mengidentifikasi
keefektifan suatu pekerjaan. Akan tetapi bila postur kerja pekerja
tersebut tidak ergonomis maka pekerja tersebut akan mudah kelelahan
dan sebaliknya apabila postur kerja yang dilakukan oleh pekerja
sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh
oleh pekerja tersebut akan baik. Apabila pekerja mudah mengalami
kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan pekerja akan mengalami
penurunan dan tidak sesuai dengan target (Susihono, 2012).
Menurut Grandjean 1993 dalam Abdul Rahman (2017), sikap
kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian
tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi
bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan
otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya terjadi karena
ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja. Secara alamiah
postur tubuh dapat terbagi menjadi:
1. Statis
Pada postur statis persendian tidak bergerak dan beban yang
ada adalah beban statis. Dengan keadaan statis simpanan nutrisi
kebagian tubuh akan terganggu begitupula dengan suplai oksigen
dan proses metabolisme pembuangan tubuh. Sebagai contoh
pekerjaan statis berupa duduk terus menerus akan menyebabkan
gangguan pada tulang belakang manusia.
2. Dinamis
Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral.
Pekerjaan yang dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya
ketika tubuh melakukan pergerakan yang terlalu ekstrim sehingga
energi yang dikeluarkan oleh otot menjadi sangat besar. Atau tubuh
menahan beban yang cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga
yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menimbulkan cedera Aryanto
(2008) dalam Abdul Rahman (2017).
20

Menurut Nurmianto (2004), postur kerja atau sikap kerja


merupakan suatu tindakan yang diambil pekerja dalam melakukan
pekerjan terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja:
1. Sikap Kerja Duduk
Menjalankan pekerjaan dengan sikap kerja duduk
menimbulkan masalah muskuluskeletal terutama masalah
punggung karena terdapat tekanan pada tulang belakang
(Salvendy, 2012). Menurut Nurmianto (2004), keuntungan
bekerja dengan sikap kerja duduk adalah mengurangi beban
statis pada kaki dan berkurangnya pemakaian energi.
2. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik sikap
fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja dilakukan lebih
cepat, kuat, dan teliti namun berbagai masalah bekerja dengan
sikap kerja berdiri dapat menyebabkan kelelahan, nyeri, dan
terjadi fraktur pada otot tulang belakang (Santoso, 2013).
3. Sikap Kerja Duduk Berdiri
Sikap kerja duduk berdiri merupakan kombinasi kedua
sikap kerja untuk mengurangi kelelahan otot karena sikap paksa
dalam satu posisi kerja. Posisi duduk berdiri merupakan posisi
yang lebih baik dibandingkan posisi duduk atau posisi berdiri
saja. Penerapan sikap kerja ini mempunyai manfaat di sektor
industri, karena tekanan pada tulang belakang dan pinggang
30% lebih rendah dibanding dengan posisi duduk maupun
berdiri saja terus-menerus (Tarwaka, 2010),

2.2.6 Pengukuran Postur Kerja


Menurut Tarwaka (2010), ada beberapa cara yang telah
diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui
sikap kerja atau postur kerja yang berhubungan antara tekanan fisik
dengan risiko keluhan kelelahan kerja. Alat ukur keluhan terhadap
21

postur kerja atau sikap kerja yang digunakan cukup banyak dan
bervariasi. Menurut Tarwaka (2010), beberapa metode observasi postur
tubuh antar lain:
1. Metode Ovako Woking Analysis System (OWAS)
Metode OWAS merupakan metode yang digunakan untuk
mengevaluasi postur kerja dengan kriteria untuk merancang metode
kerja dan tempat kerja. Penggunaan metode OWAS untuk postur
kerja statis, dinamis, dan mengangkat beban dengan durasi yang
singkat (Carayon P, 2012).
2. Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA)
Menurut David (2005), fitur utama REBA adalah
mengkategorikan dan menilai risiko postur pada seluruh bagian
tubuh pekerja. REBA dapat diaplikasikan untuk menilai risiko
postur tubuh keseluruhan, baik statis, dinamis, ataupun yang tidak
stabil, serta untuk menilai efektivitas dari modifikasi desain stasiun
kerja dengan menilai skor REBA pada pekerja sebelum dan sesudah
perubahan (Sptono, 2009). Prosedur penggunaan REBA memiliki 6
langkah yaitu:
a. Mengobservasi tugas pekerja
b. Memilih postur tubuh yang akan dinilai. Dalam memilih postur
tubuh beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk pemilihan
yaitu postur yang paling sering terulang atau diaplikasikan
pekerja, posisi tubuh yang paling lama dipertahankan, postur
yang memerlukan aktivitas otot paling banyak, postur yang
diketahui dapat menyebabkan gangguan, dan postur janggal.
c. Menilai Postur
Dalam menilai postur tubuh menggunakan REBA,
pertama dikelompokan dalam kelompok A (batang tubuh, leher,
dan kaki) dan B (lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan).
22

d. Memproses skor penilaian REBA


Langkah- langkah prosesnya sebagai berikut
1. Kelompok A
a. Langkah 1-3: menilai skor leher, tubuh dan kaki.
b. Langkah 4: menggunakan nilai skor pada langkah 1-3,
periksa skor pada langkah ini di tabel A.
c. Langkah 5: tambahkan nilai beban.
d. Langkah 6: tambahkan nilai pada langkah 4 dan 5 untuk
menentukan skor kelompok A.
2. Kelompok B.
a. Langkah 7-9: analisis skor lengan dan pergelangan
tangan.
b. Langkah 10: menggunakan hasil pada langkah ke 7-9
tentukan skor menggunakan tabel B.
c. Langkah 11: tambahkan skor coupling.
d. Langkah 12: tambahkan hasil skor 10 dan 11 lalu
tentukan skor 12 pada tabel C.
e. Langkah 13: tentukan skor aktivitas.
e. Menentukan skor akhir REBA.
Menambahkan skor pada langkah sebelumnya dengan
skor aktivitas.
23

Gambar 2.1 Langkah-langkah Perhitungan REBA

Sumber: Hignett, S., McAtamney, L. (2000)


f. Mengkonfirmasi tingkat risiko postur kerja
Tabel 2.3 Skoring Risiko Menurut REBA

Skor Level
Level Risiko Tindakan
REBA Tindakan
Dapat
1 0 Tidak perlu tindakan
diabaikan
2-3 Rendah 1 Mungkin diperlukan tindakan
4-7 Sedang 2 Perlu tindakan

8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan secepatnya

11-15 Sangat tinggi 4 Perlu tindakan sekarang juga

Sumber: (Stanton, 2005)


24

3. Metode Rapid Upper Analysis System (RULA)


RULA adalah metode yang dikembangkan untuk menilai
risiko ergonomi dari postur kerja yang dilakukan ekstremitas
dan bagian atas tubuh. RULA pertama kali diperkenalkan oleh
McAtamney dan Corlett pada tahun 1993. RULA dirancang
untuk menilai operator yang mungkin terpapar beban kerja yang
mengakibatkan gangguan terhadap ekstremitas atas (Stanton,
2005).
Skoring risiko menurut RULA:
a. Skor 1-2: Negligible risk, tidak diperlukan aksi.
b. Skor 3-4: Low Risk, mungkin dibutuhkan perubahan.
c. Skor 5-6: Medium Risk, diperlukan investigasi lebih lanjut.
d. Skor > 6: High Risk, perlu dilakukan perubahan segera.

2.3 Kerangka Teori


Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya
efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik
tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Berdasarkan
dari penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan teoritik sebagai berikut.
25

Gambar 2.2 Kerangka Teori

(Teori Suma’mur, 2009)


26

2.4 Kerangka Konsep


Berdasarkan dari teoritik diatas peneliti dapat menyusun kerangka
konsep sebagai berikut.
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
27

2.5 Hipotesis Penelitian


1. Hipotesis Null (Ho): Tidak ada hubungan antara postur kerja dan
kelelahan kerja pada pekerja di Darussalam Press Pondok Modern
Darussalam Gontor.
2. Hipotesis Alternatif (H1): Ada hubungan antara postur kerja dan
kelelahan kerja pada pekerja di Darussalam Press Pondok Modern
Darussalam Gontor.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan
desain penelitian cross-sectional dimana kedua variabel diteliti dalam
waktu yang bersamaan. Hasil penelitian disajikan secara analitik dengan
analisis univariat dan bivariat.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Kegiatan penelitian berlangsung selama 2 bulan terhitung mulai dari
Bulan Januari 2020 - Februari 2020, dan berlokasi di Percetakan Darussalam
Press Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Desa Gontor,
Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja Darussalam Press
Pondok Modern Darussalam Gontor yang berjumlah 35 orang, yang
seluruhnya dilibatkan sebagai responden pada penelitian ini.

29
30

3.4 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Variable yang Diteliti

Jenis Skala
Definisi Instrument Keterangan
Variabel Data
Kelelahan Kondisi yang Ordinal Subjectif 1. Skor 0-21
Kerja memiliki tanda self Rating (rendah).
berkurangnya test 2. Skor 22-44
kapasitas (sedang).
yang dimiliki 3. Skor 45-67
seseorang (tinggi).
dan biasanya 4. Skor 68-90
disertai dengan (sangat tinggi).
pelemahan Industrial
kegiatan, Fatique Rating
pelemahan Committee
motivasi, (IFRC).
pelemahan
fisik pekerja
Darussalam
Press saat
bekerja.
Postur Sikap maupun Ordinal REBA 1. Skor
Kerja posisi tubuh 1 (sangat
statis dan rendah).
dinamis pekerja 2. Skor 2-3
di Darussalam (rendah).
Press saat 3. Skor 4-7
bekerja. (sedang).
4. Skor 8-10
(tinggi).
5. Skor 11-15
(sangat tinggi).
Hignett, S.,
McAtamney, L.
(2000).
31

3.5 Teknik Pengambilan Data


Data yang dipakai pada penelitian ini menurut sumbernya dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Data primer yang berupa data hasil observasi dengan instrumen
berupa:
a. Subjectif Self Rating Test sebagai metode penilaian kelelahan.
b. REBA sebagai metode penilaian sikap kerja atau postur keja.
2. Data sekunder berupa data jumlah dan profil tenaga kerja di
Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor.

3.6 Analisis Data


Analisis data pada penelitian ini melalui beberapa tahapan, antara
lain:
a. Editing
Editing dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang
terkumpul dari penyebaran kuesioner. Langkah tersebut dilakukan
untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah valid.
b. Koding Data
Pemberian kode pada data mengubah data ke dalam kode-
kode yang biasanya dalam bentuk angka. Tujuannya adalah untuk
dapat dipindahkan ke dalam komputer.
c. Tabulasi
Tabulasi adalah kegiatan menggambarkan jawaban
responden dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan
untuk menciptakan statistik deskriptif terhadap variabel yang
diteliti atau variabel yang akan di tabulasi silang.
d. Uji Statistik
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi-
square. Uji chi-square adalah satu jenis uji komparatif nonparametris yang
dilakukan pada dua variabel dan biasa digunakan untuk uji perbandingan
dan assosiasi dengan skala pengukuran nominal dan ordinal.
32

3.7 Tahap Penelitian


Gambar 3.1 Tahap Penelitian

3.7 Tahap Penelitian Identifikasi Masalah

Studi literatur.
Pemilihan metode yang digunakan,
penetuan variabel yang akan
dianalisis, batasan batasan Survey awal tempat penelitian
penelitian. untuk mendapatkan data awal

Tahap Penelitian

Pengajuan dan pembuatan proposal penelitian

Perizinan tempat penelitian

Pengumpulan data responden

Tahap Pelaksanaan

Melakukan pengukuran kelelahan Melakukan pengukuran postur kerja

Analisis data

Tahap Evaluasi
Kesimpulan dan saran

Laporan

32
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


Darussalam Press merupakan salah satu industri informal
yang dimiliki Pondok Modern Darussalam Gontor dan berdiri pada
tahun 1983. Darussalam Press bergerak sebagai jasa percetakan yang
meliputi percetakan buku pelajaran Kuliyyatul Muallimin Al-Islamiah
(KMI), kalender duduk, wardun, notebook, lembar ujian Kuliyyatul
Muallimin Al-Islamiah (KMI). Alamat Darussalam Press di Desa
Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Gambar 4.1 Peta Lokasi Darussalam Press

Sumber: Google Maps

33
34

Proses produksi yang dilakukan di Darussalam Press, memiliki


jenis pekerjaan yang berbeda-beda, terdapat pekerjaan statis dan
dinamis serta kegiatan yang dilakukan secara berulang (repetitive).
Rangkaian proses produksi yang dilakukan di Darussalam Press
sebagai berikut:
1. Layout: membuat desain cover buku. Plat Maker: Pembuat plat
atau acuan cetak offset melakukan persiapan sebelum cetak.
Gambar 4.2 Pembutan Desain Cover dan Pembuatan Plat Acuan
Cetak

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada kegiatan layout, pekerja bekerja dalam posisi duduk


dengan menghadap komputer dengan sedikit membungkuk dengan
durasi waktu 8 jam dan kemudian istirahat. Pada kegiatan plat
maker, pekerja bekerja dalam posisi duduk untuk mengukur ukuran
plat acuan cetak kemudian berdiri untuk mencetak hasil ukuran plat
acuan cetak.
35

2. Mesin cetak: peralatan yang digunakan untuk mencetak dalam


jumlah banyak yang digunakan dalam bidang usaha percetakan.
Gambar 4.3 Proses Percetakan

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Pada kegiatan percetakan, pekerja bekerja dalam posisi
berdiri dan duduk dengan menghadap mesin percetakan. Pada
posisi berdiri pekerja mengoperasikan mesin cetak untuk setting
ukuran kertas dan posisi duduk untuk menunggu hasil cetakan
dengan sedikit membungkuk untuk mengecek hasil cetakan dengan
durasi waktu kerja 8 jam dan kemudian istirahat.
36

3. Mesin potong otomatis (wohlenberg): mesin yang digunakan untuk


meotong kertas dengan ketebalan 1 rim dengan sensor otomatis.
Gambar 4.4 Pemotongan Kertas

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Pada kegiatan pemotongan, pekerja bekerja dalam posisi
berdiri dengan menghadap mesin potong. Pada posisi berdiri
pekerja mengoperasikan mesin pemotong untuk menyusun kertas
hasil cetakan yang ingin di potong, kemudian setting ukuran
pemotongan. Durasi waktu kerja 8.
37

4. Mesin collator: mesin yang digunakan untuk menyusun


halaman yang telah dicetak. Mesin lipat: alat yang digunakan
untuk melipat kertas dan memiliki hasil yang presisi tanpa
harus mengukur kertasnya terlebih dahulu. Hanya dengan
menempatkan kertas pada papan mesin lipat, lalu mengatur
ukuran lipatan yang sudah tersedia.
Gambar 4.5 Penyusunan Halaman dan Pelipatan Kertas

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Pada kegiatan collator, pekerja bekerja dalam posisi duduk
dengan menghadap mesin collator. Pada posisi duduk pekerja
memasukkan kertas sesuai loker halaman, kemudian menekan
tombol pada mesil collator untuk mengeluarkan kertas yang sudah
urut. Kemudian dimasukkan ke mesin lipat untuk kemudian dijilid.
Durasi waktu kerja 8 jam.
5. Finishing
a. Teknik jilid buku lem panas (perfect binding): digunakan untuk
menjilid buku yang tebal. Kelebihan teknik jilid lem panas yaitu
lebih kuat dibanding teknik jilid yang lain. Jilid lem panas, dapat
dikombinasikan dengan teknik jilid lain, yaitu jilid benang atau
jilid kawat.
b. Teknik jilid buku spiral (comb binding): untuk penjilidan
dokumen yang tidak terlalu tebal (di bawah 100 halaman).
38

Biasanya, pada bagian sampul depan dan belakang ditambahi


dengan lapisan plastik mika atau kertas berwarna agar terlihat
lebih bagus.
c. Teknik jilid buku kawat (staples): teknik jilid yang paling
gampang dilakukan, biasanya digunakan untuk menjilid buku
atau dokumen dengan ketebalan yang tipis antara 4-80 halaman.
d. Mesin potong 3 sisi: mesin ini dapat memotong tiga (3) sisi
sekaligus, sehingga pekerjaan cetak menjadi lebih efisien.
Gambar 4.6 Proses Finishing

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Pada kegiatan finishing, pekerja bekerja dalam posisi duduk
dan berdiri sesuai dengan jenis jilidan, dengan menghadap kertas
yang mau dijilid. Durasi waktu kerja 8 jam.

4.1.2 Karakteristik Responden


Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini
meliputi umur dan masa kerja. Karakteristik responden penelitian
dapat dilihat pada table berikut ini:
39

Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Darussalam Press


Standar
Karakteristik Responden Mean Min Max
Deviasi
Umur 35 38.2 12.1 21 61
Masa Kerja 35 12.2 10.3 2 37
Kelalahan 35 7.6 9 13 44
Postur 35 27.2 7 6 9
1. Umur
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur pekerja Darussalam
Press Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki rata-rata 38.2
dari 35 responden, dan standar deviasi 12.1 dengan umur minimum
21 tahun dan umur maksimum 61 tahun.
2. Masa Kerja
Pada di tabel 4.1 menunjukkan bahwa masa kerja pekerja
Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki
rata-rata 12.2 dari 35 responden, dan standar deviasi 10.3 dengan
masa kerja minimum 2 tahun dan umur maksimum 37 tahun.
3. Postur Kerja
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa postur kerja pekerja
Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki
rata-rata 7.6 dari 35 responden, dan standr deviasi 7 dengan postur
kerja minimum 6 dan maksimum 9.
Untuk mengetahui kategori postur pekerja berdasarkan
tingkatannya, dapat dilihat pada tebel berikut:
40

Tabel 4.2 Kategori Postur Kerja

Kategori Jumlah Presentase Tindakan


Bisa Diabaikan Tidak ada tindakan yang
0 0% diperlukan
Rendah Mungkin diperlukan
0 0% tindakan
Sedang 16 45,7% Diperlukan tindakan
Tinggi Diperlukan tindakan
19 54,3% segera
Sangat tinggi Diperlukan tindakan
0 0% sesegera mungkin
Jumlah 35 100 %
Hasil pada table 4.2 tentang kategori postur kerja pada
pekerja Darussalam Press menunjukkan bawa mayoritas pekerja
bekerja pada postur dengan skor tinggi 19 orang (54,3%) sehingga
diperlukan tindakan segera, sebesar 16 orang (45 %) bekerja
pada postur sedang. Tidak ada pekerja yang memiliki postur bisa
diabaikan dan rendah sehingga semua pekerja memerlukan tindakan
untuk memperbaiki posturnya.
4. Kelelahan Kerja
Pada table 4.1 menunjukkan bahwa kelelahan kerja pekerja
Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki
rata-rata 27.2 dari 35 responden, dan standar deviasi 13 dengan
kelelahan kerja minimum 13 dan maksimum 44.
Untuk mengetahui kategori postur pekerja berdasarkan
tingkatannya, dapat dilihat pada tebel berikut:
41

Tabel 4.3 Kategori Kelelahan Kerja

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 13 37,2%
Sedang 21 60%
Tinggi 1 2,8%
Sangat Tinggi 0 0%
Jumlah 35 100%
Hasil pada table 4.3 tentang kategori kelelahan kerja pada
pekerja Darussalam Press menunjukkan bawa mayoritas pekerja
bekerja pada kelelahan dengan skor sedang 21 orang (60 %), sebesar
13 orang (37,2 %) bekerja pada kelelahan rendah, dan 1 orang (2.8
%) bekerja pada kelelahan tinggi. Tidak ada pekerja yang memiliki
kelelahan kerja yang sangat tinggi.

4.1.3 Analisis Postur dan Kelelahan Kerja Berdasarkan Jenis


Kegiatan
4.1.3.1 Postur Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Postur Kerja di Darussalam Press

Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa postur kerja


tertinggi yaitu pada bagian mesin cetak dengan nilai 8.3 dan hasil
terendah pada bagian layout dengan nilai 6.5.
42

4.1.3.2 Kelelahan Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan


Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Di Darussalam Press

Gambar 4.3 hasil dari kuesioner yang diberikan kepada 35


orang pekerja di Darussalam Press Pondok Modern Darussalam
Gontor pada setiap bagian mendapat hasil tertinggi pada bagian
layout dengan nilai 44 dan hasil terendah pada bagian collator
dengan nilai 23.
4.1.3.3 Analisis Hubungan Postur Kerja dengan Kelelahan Kerja
Tabel 4.4 Hasil Analisis Hubungan Postur Kerja dengan Kelelahan
Kerja
Kelelahan
Postur Rendah Sedang Tinggi Total P
n % n % N %  
Sedang 8 50.00% 8 50.00% 0 0.00% 16  
Tinggi 5 26,.3% 13 68.40% 1 5.30% 19 0.220
35
Total 13 37.10% 21 60.00% 1 2.90%
100%
Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa hasil analisis
hubungan postur kerja dengan kelelahan kerja mendapat nilai
signifikansi (p-value = 0.220) sehingga H0 diterima. Hasil ini
menunjukkan bahwa postur kerja tidak berhubungan secara
signifikan dengan kelelahan kerja pada pekerja Darussalam Press.
43

4.2 Pembahasan
Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental
yang berbeda tetapi semuanya berdampak kepada penurunan daya kerja dan
berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Terbagi dua jenis kelelahan,
yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot diakibatkan antara
lain oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum
ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja yang penyebabnya
adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis. Penyebab
kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan, ketelitian, dan lamanya
kerja mental serta fisik yang tidak sejalan dengan keinginan tenaga
kerja yang bersangkutan. Selain itu penyebab yang lain adalah keadaan
lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung
jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit
yang diderita oleh tenaga kerja (Suma’mur, 2009).
Suma’mur (2009), umur merupakan proses menjadi tua disertai
kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada alat-
alat tubuh, sistem kardiovaskular dan hormonal. Menurunnya kemampuan
kerja alat-alat tubuh akan menyebabkan tenaga kerja semakin mudah
mengalami kelelahan. Semakin usia bertambah makan akan semakin mudah
tenaga kerja mengalami kelelahan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pekerja
Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki rata-rata
38.2 dari 35 responden, dan standar deviasi 12.1 dengan umur minimum 21
tahun dan umur maksimum 61 tahun.
Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama
bekerja hingga saat penelitian dilakukan dihitung dalam tahun. Semakin
lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi juga tingkat kelelahan,
karena semakin lama bekerja menimbulkan perasaan jenuh akibat kerja
monoton akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialami
(Setyawati, 2010).
44

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja pekerja


Darussalam Press Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki rata-
rata 12.2 dari 35 responden, dan standar deviasi 10.3 dengan masa kerja
minimum 2 tahun dan umur maksimum 37 tahun.

4.2.1 Variabel Independent


Postur kerja adalah suatu tindakan yang diambil pekerja
dalam melakukan pekerjaan, Postur kerja juga diartikan sebagai
kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas terhadap
pekerjaannya (Nurmianto, 2004).
Menurut Grandjean 1993 dalam Abdul Rahman (2017), sikap
kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan bagian
tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi
bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan
otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya terjadi karena
ketidaksesuaian pekerjaan dengan kemampuan pekerja. Secara alamiah
postur tubuh dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Statis
Pada postur statis persendian tidak bergerak dan beban yang
ada adalah beban statis. Dengan keadaan statis simpanan nutrisi
kebagian tubuh akan terganggu begitupula dengan suplai oksigen
dan proses metabolisme pembuangan tubuh. Sebagai contoh
pekerjaan statis berupa duduk terus menerus akan menyebabkan
gangguan pada tulang belakang manusia.
2. Dinamis
Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral.
Pekerjaan yang dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya
ketika tubuh melakukan pergerakan yang terlalu ekstrim sehingga
energi yang dikeluarkan oleh otot menjadi sangat besar. Atau tubuh
menahan beban yang cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga
yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menimbulkan cedera Aryanto
(2008) dalam Abdul Rahman (2017).
45

Berdasarkan hasil pengukuran postur kerja para pekerja


Darussalam Press, diketahui bahwa rata-rata pekerja bekerja pada
postur sedang dan tinggi dengan presentase kategori tinggi 54,3%
yaitu 19 orang dan sedang 45,7% yaitu 16 orang. Sehingga diperlukan
tindakan untuk memperbaiki postur pekerja dalam bekerja.
Berdasarkan hasil pengukuran postur kerja tiap kegiatan
mendapatkan nilai, layout 6.5, pemotongan 7.5, mesin cetak 8.3,
collator 7.6, dan finishing 7.3. Hasil ini menjelaskan bahwa postur
kerja tertinggi yaitu pada bagian mesin cetak yaitu 8.3 dan postur kerja
terendah yaitu pada bagian layout 6.5.
Pada kegiatan percetakan, pekerja bekerja dalam posisi berdiri
dan duduk dengan menghadap mesin percetakan. Pada posisi berdiri
pekerja mengoperasikan mesin cetak untuk setting ukuran kertas
dan posisi duduk untuk menunggu hasil cetakan dengan sedikit
membungkuk untuk mengecek hasil cetakan. Pekerjaan tersebut
termasuk pekerjaan dinamis dimana pekerja melakukan pergerakan
yang terlalu ekstrim sehingga energi yang dikeluarkan oleh otot
menjadi sangat besar. Pekerjaan yang melakukan banyak gerakan atau
perubahan tubuh menyebabkan kelelahan (Grandjean 1993 dalam
Abdul Rahman 2017).
Pada kegiatan layout, pekerja bekerja dalam posisi duduk
dengan menghadap komputer. Pekerjaan tersebut termasuk pekerjaan
statis yaitu postur yang tetap atau sama hampir disepanjang waktu. Pada
postur statis hampir tidak terjadi pergrakan otot dan sendi, sehingga
beban yang ada adalah beban statis.

4.2.2 Variabel Dependent


Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu
keadaan yang secara umum terjadi pada setiap orang, yang telah tidak
sanggup lagi untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan (Sedarmayanti,
2009).
46

Menurut Tarwaka (2015), kelelahan adalah suatu prosedur


perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih
lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur
secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf ada sistem aktivasi (bersifat
simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Kata kelelahan biasanya
menyatakan keadaan yang berlainan pada setiap individu namun semua
bermuara kepada kehilangan kemampuan dan penurunan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh.
Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan kerja para pekerja
Darussalam Press, diketahui bahwa rata-rata pekerja bekerja pada
kelelahan rendah, sedang, dan tinggi dengan presentase kategori
sedang 60 % yaitu 21 orang, rendah 37,2 % yaitu 13 orang, dan tinggi
2,8 % yaitu 1 orang. Tidak ada pekerja yang memiliki kelelahan kerja
yang sangat tinggi, rata – rata bekerja pada tinggkat kelelahan sedang
yaitu 60 %.
Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan kerja tiap kegiatan
mendapatkan nilai, layout 44, pemotongan 33, mesin cetak 30, collator
23, dan finishing 22.6. Hasil ini menjelaskan bahwa kelelahan kerja
tertinggi yaitu pada bagian layout yaitu sebesar 44 dan kelelahan kerja
terendah yaitu pada bagian collator sebesar 23.
Pada kegiatan layout, pekerja bekerja dalam posisi duduk
dengan menghadap komputer dengan sedikit membungkuk dengan
durasi waktu minimal 8 jam per hari. Pekerjaan ini membutuhkan
keterampilan dan ketelitian yang tinggi, monotonnya pekerjaan, dan
lamanya kerja mental serta fisik sehingga berpotensi menyebabkan
penurunan kinerja dan berkurangnya energi untuk bekerja dan
mengakibatkan kelelahan. Menurut Suma’mur (2009), kelelahan
umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja yang
penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-
psikologis. Penyebab kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan,
intensitas, dan lamanya kerja mental serta fisik yang tidak sejalan
47

dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan. Selain itu bisa


juga disebabkan oleh keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi
semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam,
dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.
Menurut Soetomo yang dikutip oleh Adiningsari (2009), kelelahan
keterampilan (Skill Fatigue) terjadi karena adanya tugas-tugas yang
memerlukan ketelitian dan penyelesaian permasalahan cukup sulit.
Permasalahan dalam pekerjaan statis adalah postur yang sama dalam
jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan stress atau
teekanan pada tubuh tertentu (ILO 1998).
Pada kegiatan collator, pekerja bekerja dalam posisi duduk
menghadap mesin collator. Pada posisi duduk pekerja memasukkan
kertas hasil cetakan dengan sesuai loker halaman. Beban yang ada
tidak berat, sehingga tidak mengeluarkan tenaga atau energi yang
terlalu banyak.

4.2.3 Analisis Hubungan Postur Kerja Dengan Tingkat


Kelelahan Kerja
Menurut Budiono (2003), posisi tubuh dalam bekerja adalah
sikap yang ergonomi, sehingga dicapai efisien kerja dan produktivitas
yang optimal dengan memberikan rasa nyaman dalam bekerja. Apabila
dalam melakukan pekerjaan posisi tubuh salah, maka akan mempenaruhi
kelelahan kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja,
misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan,
harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh
orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap
duduk yang terlalu tinggi, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan.
Berdasarkan hasil analisis hubungan postur kerja dengan
kelelahan kerja mendapat nilai signifikansi (p-value = 0.220) sehingga
H0 diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa postur kerja tidak
berhubungan secara signifikan dengan kelelahan kerja pada pekerja
48

Darussalam Press. Hasil pada penelitian ini serupa dengan penelitian


Akhadia (2010) tentang hubungan antara postur kerja dengan kelelahan
kerja perawat di ruang igd, icu, dan ibs rumah sakit “x” Gresik. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar
psotur kerja dengan kelelahan kerja dengan nilai p-value (0,27).
Hasil tabulasi silang ada 2 cell (33 %) yang memiliki expected
count kurang dari 5, sehingga menggunakan rumus likelihood ratio
dengan nilain p-value (0,220). Hasil ini menunjukan bahwa tidak
ada hubungan antara postur kerja dengan kelelahan kerja karena
kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja yaitu
usia, jenis kelamin, kesehatan, status pernikahan, status gizi, masa kerja,
beban kerja, shif kerja, penerangan, kebisingan, iklim kerja. Seperti
hasil yang telah diteliti oleh Andi (2014) bahwa terdapat hubungan
status gizi terhadap kelelahan kerja pada tenaga kerja bagian weaving
di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Hal ini dibuktikan
dengan ρ value sebesar 0,000 < 0,05.
Pada tabulasi dilang, mayoritas postur kerja yang berada pada
kategori tinggi yang di kategorikan kelelahan sedang yaitu 13 orang
(68.40%). berdasarkan hasil observasi pada pekerja, para pekerja
bekerja pada posisi berdiri terlebih dahulu kemudian ada beberapa
proses pekerjaan yang mengharuskan pekerja untuk duduk, dengan
posisi duduk pekerja dapat beristirahat sejenak, sehingga dapat
mengurangi tingkat kelelahan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian tentang analisis hubungan postur kerja dengan
tingkat kelelahan kerja pada pekerja di Darussalam Press Pondok Modern
Darussalam Gontor dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Skor postur kerja tertinggi yaitu pada bagian mesin cetak dengan
nilai 8,3 dan hasil terendah pada bagian layout dengan nilai 6,5.
2. Berasarkan pengukuran kelelahan didapatkan bahwa jenis kegiatan
pekerja yang menghasilkan tingkat kelelahan tertinggi yaitu pada
bagian layout dengan nilai 44 dan terendah pada bagian collator
dengan nilai 23.
3. Hasil uji chi-square menghasilkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara postur kerja dengan kelelahan kerja (nilai
sig./p-value = 0.220), sehingga H0 diterima, sehingga kelelahan
pekerja tidak dipengaruhi oleh postur.

5.2 Saran
Saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
1. Para pekerja agar mengurangi postur kerja membungkuk pada
setiap pekerjaan.
2. Diharapkan bagi pekerja untuk melakukan upaya pencegahan
seperti rileksasi dan beristirahat dengan melakukan peregangan
otot serta meningkatkan pengetahuan tentang sikap kerja yang
ergonomi.
3. Dilakukan penelitian selanjutnya tentang faktor lain yang
mempengaruhi kelelahan kerja.
4. Membuat poster tentang postur kerja yang baik dan benar, sesuai
dengan jenis pekerjaanya.
5. Untuk peneliti selanjutnya, melakukan penelitian tentang
antropometri.

49
50

DAFTAR PUSTAKA

Abdan Majid. (2018). Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Menggunakan


Metode REBA Pada Pekerja Percetakan Darussalam Press.
(Skripsi). Universitas Darussalam Gontor.
Adelina, E (2014). Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan
Ibu Hamil Mengahapi Persalinan di Puskesmas Turi Sleman.
(Skripsi). Universitas Alma Ata.
Andjarwani Putri Widjajanti. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja Manajerial Bank Perkreditsn Rakyat (BPR)
Di Kota Surakarta. Jurnal Excellent, Vol 1 No. 2 September 2008.
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Adiningsari, Pratiwi. (2009). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal
Pengemudi Terhadap Tingkat Kelelahan Pada Pengemudi X-Trans.
FKM UI.
Al Rizal, M. Hanif dan Ratnawati, Intan. 2012. Pengaruh Budaya
Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Pada Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Kota Semarang). Jurnal
Manajemen Diponegoro Volume 1.
Akhadia, Farah Ayu (2008). Hubungan Antara Postur Kerja Dengan
Kelelahan Perawat Di Ruang Igd, Icu Dan Ibs Rumah Sakit “X”
Gresik. (Skripsi). Universitas Diponegoro.
Bukhori Endang. (2010). Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan Dengan
Terjadinya Keluhan Musculosketal Disordern (MSDs) Pada Tukang
Angkut Beban Penambang Emas Di Kecamatan Cilograng kabupaten
Lebak. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Budiono, Sugeng, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
51

Belia Perwitasari Maharani (2015). Usulan Perbaikan Postur Kerja


Karyawan Cv Atham Toy’s Mainan Kayu (Atmk) Dengan Metode
Quick Exposure Check. Program Studi Teknik Industri, Universitas
Al Azhar Indonesia.
Budi Aribowo (2015). Usulan Perbaikan Postur Kerja Karyawan Cv Atham
Toy’s Mainan Kayu (Atmk) Dengan Metode Quick Exposure Check.
Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia.
Carayon dan Alvarado. (2012). Workload and Patient Safety Among Critical
Care Nurses. Critical Care Nursing Clinics of North America.
Volume 19 (2); 121-129.
Depkes RI. (2003). Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Depkes RI.
David, Fred R. 2005. Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta: Salemba
Empat.
Grandjean, E., 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed Taylor & Francis.
Inc. London.
Hignett, S., & McAtamney, L. (2000). Rapid entire body assessment
(REBA).
Applied Ergonomics, 31(2), 201–205.
ILO. 2010. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. 4th edition
Vol 1-2-4.
Nurmianto, E. (2003). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
Guna Widya.
Notoatmodjo Soekidjo. “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2010.
Nurrina Riska Amalia, Ida Wahyuni, Ekawati. (2017). Hubungan Postur
Kerja Dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada Operator Container
Crane PT. Terminal Peti Kemas Semarang. (Jurnal). Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
52

Putri, Duhita Pangesti. (2008). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal


Pekerja Terhadap Kelelahan Pada Operator Alat Besar PT.
Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Periode Tahun
2008. (Skripsi). Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
S Wignjosoebroto, “Ergonomi, Studi Gerak dan waktu teknik analisis untuk
peningkatan produktivitas kerja”, Surabaya: gunawidya, 2003.
Santoso G. 2013. Ergonomi Terapan; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
S Oentoro, kampanye atasi kelelahan mental dan fisik, Jakarta: UI Press,
2004.
Saptono. 2009. Analisa Postur Kerja dengan Menggunakan Metode REBA
(Rapid Entire Body Assessment). Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Stanton, N. I. (2005). Handbook of Human Factors and Ergonomics
Methods. Washington, D.C.: CRC Press LLC
Setyawati, Lintje Kusuma Maurits. 2011. Selintas Tentang Kelelahan Kerja.
Amara Books, Yogyakarta.
S Wignjosoebroto, “Ergonomi, Studi Gerak dan waktu teknik analisis untuk
peningkatan produktivitas kerja”, Surabaya: gunawidya, 2003.
Suma’mur, P.K. (1992). Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
Suma’mur, P.K. (1996). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT. Toko Gunung Agung.
Suma’mur, P.K. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto.
Tarwaka, Sholichul, & Lilik, S. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.
Tarwaka.2010. Ergonomi Industri “Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi
Dan Aplikasi Di Tempat Kerja”; Jakarta: Harapan Press.
53

Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi
dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tiara Tidy, Baju Widjasena, Siswi Jayanti9. (2017). Hubungan Postur
Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Aktivitas Pengamplasan
Bagian Finishing PT Ebako Nusantara Semarang. (Jurnal). Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Tri Nugroho, Nur Ulfah, Siti Harwanti. (2015). Hubungan Sikap Kerja
Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Laundry Di Kecamatan
Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. (Jurnal). Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jendral
Soedirman.
54

LAMPIRAN
55
56

Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER KELELAHAN

I. Karakteristik Responden
Nama.:
Umur.:
Masa Kerja. :
Bagian.:

II. Gejala Kelelahan


Petunjuk. : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi
tanda check-list dan memberi jawaban yang paling sesuai
dengan apa yang dialami.
Keterangan:
1. (0) tidak pernah : tidak pernah terasa
2. (1) kadang-kadang : jika 1-2 hari terasa dalam 1 minggu
3. (2) sering : jika 3-4 hari terasa dalam 1 minggu
4. (3) sangat sering : jika hampir tiap hari terasa

Skoring
Pertanyaan Tentang
Kadang- Sering Sangat
NO

Tidak
Pelemahan Kegiatan pernah 0 kadang 1 2 Sering 3
1. Apakah saudara mengalami
lelah di bagian kepala saat
bekerja?
2. Apakan saudara mengalami
lelah pada seluruh badan
saat bekerja?
3. Apakah saudara mengalami
berat di kaki saat bekerja?
4. Apakah saudara sering
menguap saat bekerja?
57

5. Apakah saudara mengalami


pikiran yang kacau saat
bekerja?
6. Apakah saudara mengantuk
saat bekerja?
7. Apakah saudara mengalami
beban pada mata saat
bekerja?
8. Apakah saudara mengalami
kaku/canggung dalam
bergerak saat bekerja?
9. Apakah saudara mengalami
berdiri yang tidak stabil
setelah bekerja?
10. Apakah saudara ingin
berbaring saat bekerja?

Skoring
Pertanyaan Tentang Tidak Sangat
Kadang- Sering
NO

Pelemahan Motivasi pernah seing


kadang 1 2
0 3
1. Apakah saudara susah
berfikir saat bekerja?
2. Apakah saudara lelah
untuk berbicara saat
bekerja?
3. Apakah saudara menjadi
gugup saat bekerja?
4. Apakah saudara tidak
bisa berkonsentrasi saat
bekerja?
5. Apakah saudara tidak bisa
memusatkan perhatian
terhadap sesuatu saat
bekerja?
6. Apakah saudara punya
kecenderungan untuk lupa
saat bekerja?
58

7. Apakah saudara merasa


kurang percaya diri saat
bekerja?
8. Apakah saudara cemas
terhadap sesuatu saat
bekerja?
9. Apakah saudara tidak bisa
mengontrol sikap saat
bekerja?
10. Apakah saudara tidak
dapat tekun dalam
pekerjaan saat bekerja?

Skoring
Pertanyaan Tentang Sangat
Tidak Kadang- Sering
NO

Pelemahan fisik seing


pernah 0 kadang 1 2
3
Apakah saudara
1.
mengalami sakit di kepala?
Apakah saudara
2. mengalami kaku di bagian
bahu setelah bekerja?
Apakah saudara
3. mengalami nyeri di
punggung setelah bekerja?
Apakah nafas saudara
4.
tertekan saat bekerja?
Apakah saudara sangat
5.
haus setelah bekerja?
Apakah suara saudara
6. menjadi serak setelah
bekerja?
Apakah saudara
7. mengalami pusing setelah
bekerja?
Apakah kelopak mata
8. saudara menjadi berat
setelah berkerja?
59

Apakah anggota badan


9. saudara bergetar saat
bekerja?
Apakah saudara kurang
10.
sehat saat bekerja?

Tingkat Total Skor Klasifikasi


Tindakan Perbaikan
Kelelahan Individu Kelelahan
Belum diperlukan adanya
0 0-21 Rendah
tindakan perbaikan
Mungkin diperlukan
1 22-44 Sedang
tindakan kemudian hari
2 45-67 Tinggi Diperlukan tindakan segera
Diperlukan tindakan
Saangat
3 68-90 menyeluruh sesegera
Tinggi
mungkin
60

Lembar Penilaian REBA

Nama.:
Bagian.:
Tanggal.:

Group A Group B
Postur/Range Checklist Postur/Range Checklist
BADAN LENGAN Kiri Kanan
Tegak   Fleksi : 0-20    

Fleksi : 0-20   Extensi : 0-20    

Extensi : 0-20 Fleksi : 21-45    

Fleksi : 20-60   Extensi : >20    

Extensi : >20   Flexi : 46-90    

Flexi : > 60   Fleksi : >90    

Memuntir   Bahu diangkat    

    Lengan diangkat    

    Lengan ditopang    

LEHER LENGAN BAWAH Kiri Kanan


Fleksi : 0-20   Fleksi : 60-100    

Fleksi : > 20   Fleksi : <60    

Extensi : >20   Fleksi : >100    

Memuntir        
KAKI PERGELANGAN TANGAN Kiri Kanan
Berpijak   Fleksi : 0-15    

Satu terangkat   Fleksi : 0-15    

Fleksi : 30-60   Fleksi : >15    

Flexi : > 60   Fleksi : >15    

    Torsi/deviasi    
61

BEBAN COUPLING Kiri Kanan

< 5kg   Bagus    


5-10 kg   Sedang    
> 10 kg   Kurang Baik    
Jelek    
SKOR A
    Kiri Kanan
AKTIVITAS SKOR B    
Statis > 1 menit   SKOR C    
Berulang > 4/m AKTIVITAS    
Perubahan tidak
SKOR REBA
signifikan      

Skor Tingkat Tingkat Tindakan


Akhir Aksi Risiko
1 0 Sangat Tidak ada tindakan yang diperlukan
Rendah
2-3 1 Rendah Mungkin diperlukan tindakan
4-7 2 Sedang Diperlukan tindakan
8-10 3 Tinggi Diperlukan tindakan segera
11-15 4 Sangat Diperlukan tindakan sesegera mungkin
Tinggi
62
63

Lampiran 2. Analisis Data

Tabel 1. Data Karyawan dan Skor Postur dan Kelelahan


Masa Skor Skor
NO Bagian Nama Umur
Kerja Kelelahan Postur
1. Layout Bawi Dwi Abidin 29 6 44 6

2. Erwan Yulianto 40 18 44 7

3. Mesin cetak Son Haji 49 16 19 9

4. Sariyono 40 18 36 8

5. Irshat Marqa M 25 9 19 8

6. Khoirurohman 38 13 36 8

7. Endra 27 2 24 8

8. Harun Styawan 36 13 30 9

9. Poniran 53 13 40 9

10. Andri Setiawan 30 2 28 8

11. Agung Kuncoro 30 6 47 8

12. Ahmad Setiawan 25 2 31 9

13. Faizal 20 2 23 8

14. Sumani 54 24 34 8

15. Mesin Potong Wildan Qoharuddin 35 7 38 8

16. M Asrori 45 9 28 7

17. collator Ali Mudhofir 47 20 21 7

18. Avin Rasapta Saipul 21 5 20 7

19. Nanang H 36 13 28 8

20. Finishing Hanif 24 2 20 7

21. Fauzi Nur 26 9 20 7


64

22. Abdi Suwito 53 37 20 8

23. Agus Bachtiar 49 19 40 8

24. Munir 22 2 21 7

25. Margono 42 5 29 7

26. Suprapto 39 5 16 8

27. Sugito 61 37 23 7

28. Sunaryo 65 25 22 8

29. Purnomo 50 25 19 7

30. Purwanto 48 2 30 7

31. Suyono 55 37 17 7

32. Hariyadi 31 9 13 7

33. Avero 28 3 28 8

34. Haryanto 40 9 21 7

35. Didik 27 6 23 7

Tabel 2. Uji Chi-Square


 
kelelahan
Total
  rendah sedang tinggi
Count 8 8 0 16
sedang % within
50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
postur
postur
Count 5 13 1 19
tinggi % within
26.3% 68.4% 5.3% 100.0%
postur
Count 13 21 1 35
Total % within
37.1% 60.0% 2.9% 100.0%
postur
65

Chi-Square Tests
Asymptotic
  Value df Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.645a 2 0.266
Likelihood Ratio 3.029 2 0.220
Linear-by-Linear
2.503 1 0.114
Association
N of Valid Cases 35    

Tabel 4. Rata-rata Postur


Report
Postur      
Jenis Kegiatan Mean N Std. Deviation
lay out 6.5000 2 0.70711
pemotongan 7.5000 2 0.70711
mesin cetk 8.3333 12 0.49237
collator 7.6667 3 0.57735
finishing 7.3125 16 0.47871
Total 7.6571 35 0.72529

Tabel 5. Rata-rata Kelelahan


Report
Kelelahan
Jenis Kegiatan Mean N Std. Deviation
lay out 44.0000 2 0.00000
pemotongan 33.0000 2 7.07107

mesin cetak 30.5833 12 8.55419


collator 23.0000 3 4.35890
finishing 22.6250 16 6.50000
Total 27.2000 35 8.88422
66

Lampiran 3. Dokumentasi
1. Darussalam Press

2. Proses pemotongan kertas

3. Proses percetakan
67

4. Proses finishing
68

5. Persiapan Percetakan

Anda mungkin juga menyukai