NIM : B1021221028
Kelas : Manajemen /C
Mata Kuliah : Dasar Dasar Perpajakan
Dosen : Ana Fitriana, SE, MM
3. PPh Pasal 23
Pajak penghasilan yang mekanisme pelunasannya adalah dipotong oleh pemberi
penghasilan. Dalam hal ini, penerima penghasilan berhak memperoleh bukti pemotongan
tidak melakukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23.
Pemotong PPh Pasal 23 :
- Badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negri lainnya.
- Wajib pajak orang pribadi dalam negri yang ditunjuk sebagai pemotong PPh 23,
yaitu: Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT)
kecuali PPAT tersebut adalah camat, Pengacara, dan konsiultan, yang melakukan
pekerjaan bebas. Dan juga orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan.
Objek PPh pasal 23
- Dividen
- Bunga
- Royalty
- Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenis selain yang dipotong pasal 21
- Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah
dan/ atau bangunan.
- Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi
5. PPh Pasal 29
Pajak penghasilan kurang bayar yang terdapat pada SPT tahunan PPh yaitu sisa dari PPh
yang terutang dalam tahun pajak yang bersangkutan dikurangi dengan kredit PPh (PPh
Pasal 21, 22, 23, dan 24) da PPh pasal 25 dengan dasar hokum UU No. 36 Tahun 2008.
Subjek PPh 29 adalah wajib pajak pribadi dan wajib pajak badan. Sementara itu, objek
dari pajak PPh 29 adalah penghasilan yang kurang bayar pajak dari SPT tahunan WP
pribadi dan badan bersangkutan.
STELSEL ANGGARAN
Stelsel anggaran adalah system pemungutan pajak yang perhitungannya
berdasarkan anggapan yang diatur oleh undang-undang. Contohnya seperti dalam
kaitannya pajak penghasilan, umumnya anggapan yang digunakan perhitungannya adalah
penghasilan tahun ini sama dengan penghasilan sebelumnya. Oleh karena itu, pada awal
tahun pajak sudah dapat ditetapkan berdasarkan besaran pajak terutang untuk tahun ini.
Contoh penerepannya di Indonesia adalah PPh pasal 25 atau kita kenal dengan istilah
angsuran pajak tahun berjalan. PPh Pasal 25 adalah pembayaran pajak atas penghasilan
yang dibayarkan secara angsuran tiap bulannya dengan tujuan untuk meringankan beban
wajib pajak yang kesulitan untuk melunasi pajak terutang dalam
STELSEL CAMPURAN
Stelsel Campuran ialah kombinasi atau gabungan dari stelsel nyata dengan stelsel
anggapan. Artinya pemungutan pajak yang dilakukan terdapat 2 waktu yang berbeda,
yaitu pada selama tahun berjalan dan pada akhir tahun setelah tutup buku. Untuk lebih
jelasnya, Stelsel Campuran ialah pemungutan pajak yang dilakukan pada awal tahun,
pada saat itu pajak sudah dapat diperhitungkan berdasarkan anggapan besarnya
penghasilan selama 1 tahun yang diatur oleh undang-undang. Tapi pada akhir tahun
(setelah tutup buku), perhitungan pemungutan pajak akan dilakukan kembali berdasarkan
keadaan sebenarnya. Kemudian, pada akhir tahun jika besarnya pajak terutang lebih besar
dari pada angsuran pajak tahun berjalan (PPh Pasal 25), maka wajib pajak harus
menambah pembayaran atas keadaan sebenarnya (PPh Pasal 29). Dan begitu juga
sebaliknya, apabila pada akhir tahun perhitungan besarnya pajak terutang lebih kecil dari
pada angsuran pajak tahun berjalan (PPh Pasal 25), maka wajib pajak bisa meminta
kembali kelebihan pembayarannya (restitusi).