Anda di halaman 1dari 3

Nama : Robiyatul Adawiyah

NRP : 5005211061
Kelas : A

Introduction to Invasive Species

Suatu spesies yang diintroduksi dapat menjadi spesies invasif dengan melalui beberapa
tahapan yaitu initial introduction, escape, naturalization and establishment, kemudian
invasive (Zulharman, 2017). Sebelum itu, tidak semua tanaman berhasil melewati setiap
langkah atau step menjadi spesies invasif. Langkah langkah tersebut sebagai filter. Tidak
semua tumbuhan dan semua spesies yang diintroduksi dapat escape atau lepas. Lepas disini
berarti spesies tersebut dapat bereproduksi sendiri. Tidak semua spesies mampu
menaturalisasi dan membangun serta membentuk populasi yang hidup bebas. Pada spesies
yang telah berhasil membentuk populasi, tidak semua juga yang mampu tumbuh ke tingkat
selanjutnya atau membangun ke tingkat selanjutnya dan menyebar. Kemudian ke tingkat
yang dimana spesies tersebut mulai menyebabkan kerusakan dan spesies tersebut dianggap
spesies invasif.
Pada faktanya dilihat dari meta analisis dari semua invasif dan semua spesies eksotis
muncul aturan puluhan. Secara umum sepuluh persen spesise, tidak hanya tumbuhan, tetapi
spesies eksotik mampu melewati fase transisi ini yaitu dari introduksi ke invasif (Nursanti &
Adriadi, 2018). Masing masing tahapan adalah filter dan menghilangkan 90% spesies.
Misalnya jika terdapat 1000 spesies yang diintroduksi rata rata 10% atau hanya 100 spesies
yang dapat lepas atau bereproduksi sendiri pada tahap escape. Serta juga 10% dari tahap
escape yaitu 10 spesies yang dapat melakukan naturalisasi. Kemudian dari 10 spesies yang
dapat melakukan naturalisasi maka hanya 10% nya atau 1 spesies yang akan menjadi spesies
invasif.
Banyak spesies invasif melewati fase lag. Fase lag berarti bahwa ada periode waktu,
seringkali dalam jangka waktu yang lama, setelah spesies itu diintroduksi dan tidak langsung
menunjukkan kecenderungan invasif (Hasanah, 2018). Fase lag ini akan tetap berada pada
tingkatan rendah, namun ketika ada pemicu, maka akan terjadi pertumbuhan secara
eksponensial. Contohnya spesies privet yang terdapat di tenggara yang dimana spesies ini ada
selama serratus tahun sebelum benar benar menjadi masalah atau menjadi spesies invasif.
Ada beberapa tingkat fase lag sehingga dapat memprediksi invasif atau untu menemukan
suatu spesies invasif lebih awal sebelum terjadi fase lag itu cukup sulit.
Mengapa suatu spesies menjadi invasif di lingkungan barunya daripada di tempat
mereka ditemukan secara alami. Maka dari itu ada beberapa teori di balik hal tersebut.
Pertama yaitu gagasan tentang hipotesis pelepasan musuh. Pada dasarnya setiap spesies
dalam system asalnya telah berevolusi dengan sekelompok organisme lain yang berinteraksi
dengan spesies tersebut (Buchori, 2007). Misalnya pada tanaman, yang mungkin dimakan
oleh serangga, dimana ada penyakit yang diinang tanaman itu, organisme yang berinteraksi
dengan tanaman itu dan tanaman tersebut telah menemukan beberapa tingkat keseimbangan
selama bertahun tahun. Hal yang dilakukan tersebut membuat tanaman tersebut sedikit
terkendali. Lalu jika organisme tersebut diambil atau dipindahkan dan
mentranspalantasikannya ke lingkungan baru yang bebas dari interaksi tersebut. Teori kedua
mengapa suatu spesies menjadi invasif adalah gagasan mengenai evolusi yang cepat atau
rapid evolution. Suatu spesies di lingkungan baru memiliki serangkaian tekanan seleksi yang
berbeda. Tekanan tekanan baru itu menyebabkan populasi itu berubah cukup cepat untuk
beradaptasi dengan lingkungan baru dan kemudian hamper menciptakan populasi spesies
yang sangat kompetitif. Gagasan di balik evolusi cepat ini, salah satu contohnya yaitu gulma
di Amerika Serikat yang resisten terhadap herbisida. Spesies tersebut dapat dengan cepat
berevolusi ke seleksi baru untuk mengembangkan resistensi. Suatu spesies harus cukup
plastis dalam hal genetika dan mampu beradaptasi dengan cepat, contohnya pada loosestrife
ungu yaitu spesies lahan basah di Eropa. Kemudian, salah satu syarat penting untuk suatu
spesies menjadi invasif adalah harus memiliki iklim yang sesuai. Suatu spesies yaitu pada
tanaman misalnya sangat membutuhkan air, nutrisi sinar matahari dan ruang untuk tumbuh.
Spesies invasif dapat beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan air, nutrisi sinar matahari,
dan ruang untuk tumbuh, contohnya mawar multiflora.
DAFTAR PUSTAKA

Buchori, D., 2007. Dampak Non-target Pengendalian Hayati Spesies Asing terhadap
Ekosistem. Jurnal Entomologi Indonesia, 4(1), pp. 54-59.
Hasanah, U., 2018. KURVA PERTUMBUHAN JAMUR ENDOFIT ANTIJAMUR
CANDIDA DARI TUMBUHAN RARU (Cotylelobium melanoxylon) GENUS
Aspergillus. JURNAL BIOSAINS, 4(2), pp. 102-108.
Nursanti & Adriadi, A., 2018. KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN INVASIF DI
KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA SULTAN THAHA SAIFUDDIN, JAMBI.
Media Konservasi, 23(1), pp. 85-91.
Zulharman, 2017. Analisis Vegetasi Tumbuhan Asing Invasif (Invasive Species) pada
Kawasan Revitalisasi Hutan, Blok Argowulan, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Natural B, 4(1), pp. 78-88.

Anda mungkin juga menyukai