Anda di halaman 1dari 9

Kegiatan ke 2

Serangga Nokturnal

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan lampu perangkap (light
trap)
2. Mahasiswa dapat mengamati jenis serangga malam yang aktif pada malam
hari.

B. Kajian Pustaka
Serangga mempunyai arti yang penting bagi manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Serangga yang menguntungkan misalnya sebagai penyerbukan tanaman,
penghasil madu, dan juga sebagai musuh alami dari serangga-serangga hama,
sedangkan serangga yang merugikan manusia seperti serangga hama, parasit,
penular penyakit dan sebagainya. Serangga adalah salah satu kelas dari
sekumpulan besar hewan dalam filum Arthropoda mempunyai lapisan penutup
luar yang kukuh dan beralur membentuk segmen badan. Serangga juga
merupakan hewan yang keanekaragamannya paling tinggi serta mempunyai
jumlah yang paling banyak Lebih dari 72% hewan termasuk golongan
serangga. Serangga dapat dijumpai pada semua daerah di permukaan bumi, di
darat, laut, dan udara. Serangga juga merupakan salah satu hewan tidak
mempunyai tulang belakang yang memiliki sayap (Tutiliana, 2016: 40).
Kurang lebih 1 juta spesies serangga telah dideskripsikan (dikenal dalam
ilmu pengetahuan), dan hal ini merupakan petunjuk bahwa serangga
merupakan makhluk hidup yang mendominasi bumi, diperkirakan masih ada
10 juta spesies serangga yang belum dideskripsikan. Serangga ada yang aktif
pada siang hari (diurnal) dan ada juga yang aktif pada malam hari (nokturnal).
Serangga yang aktif dimalam hari ini disebut serangga malam. Dalam
aktifitasnya, serangga malam memerlukan sedikit cahaya sebagai penunjuk
2

jalannya dalam beraktivitas. Serangga malam sangat tertarik dengan cahaya


yang agak terang karena serangga beranggapan bahwa warna lampu tersebut
sesuai dengan warna makanannya (Tutiliana, 2016: 40).
Serangga merupakan salah satu organisme yang ditemukan hamper di
seluruh permukaan bumi, hal ini dikarenakan serangga adalah organisme yang
paling beragam dan lebih dari setengah dari semua makhluk hidup di dunia ini
adalah serangga. Dalam perkembangbiakannya, tinggi rendahnya populasi
serangga tersebut ditentukan oleh serangga itu sendiri atau disebut dengan
faktor dalam dan juga oleh keadaan lingkungan atau disebut dengan faktor luar.
Fluktuasi populasi dari waktu ke waktu disebut dengan dinamika populasi
(Maisyaroh, 2014: 16).
Serangga diurnal merupakan serangga yang membutuhkan intensitas cahaya
tinggi, sehingga aktif pada siang hari dan tidak aktif pada malam hari.
Serangga krepskular adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya
sedang atau saat remang-remang selama peralihan hari yaitu waktu senja dan
fajar. Serangga nokturnal merupakan kebalikan dari serangga diurnal yaitu
serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah sehingga aktif pada
malam hari dan tidak aktif pada siang hari (Kautsar, 2015: 125).
Serangga nokturnal merupakan bagian dari jaring-jaring rantai makanan
pada ekosistem di Kebun Botani. Serangga nokturnal memiliki peranan yang
penting dalam menjaga dan melindungi fungsi ekosistem dan berjasa dalam
proses dekomposisi serasah dedaunan, pembatas laju pertumbuhan tanaman
dan sebagai mangsa dari hewan lain. Serangga nokturnal juga berperan sebagai
polinator bagi tumbuhan dengan bunga yang mekar pada malam hari seperti
pada Hylocereus costaricensis atau buah naga (Kautsar, 2015: 125)
Faktor luar yang dapat mempengaruhi keberadaan dan distribusi serangga
meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi faktor intraspesifik
dan interspesifik. Faktor intraspesifik muncul karena kepadatan populasi
bertambah dengan cepat sehingga kebutuhan akan makanan, tempat tinggal dan
kebutuhan hidup lainnya tidak mencukupi lagi. Faktor interspesifik ini
merupakan faktor-faktor hidup yang ada di lingkungan yang dapat berupa
3

serangga, binatang lainnya, bakteri, jamur, virus dan lain-lain. Organisme


tersebut daoat menganggu atau menghambat perkembangbiakan serangga,
karena membunuh atau menekannya, memparasiti atau menjadi penyakit atau
karena bersaing (berkompetisi) dalam mencari makanan atau berkompetisi
dalam gerak ruang hidup (Maisyaroh, 2014: 17).
Perangkap prinsip dasarnya adalah menjebak hama menggunakan pemikat
tertentu. Ngengat dan serangga nokturnal aktif di malam hari dan tertarik pada
nyala api atau lampu. Serangga nokturnal menjadikan cahaya dominan disuatu
tempat sebagai panduan utama. Mereka akan terbang mendekat begitu melihay
cahaya, baik berasal dari lampu maupun nyala api. Di tempat terang itu mereka
bertemu lawan jenis lalu kawin untuk meneruskan generasinya (Trubus, 2016:
295).
Faktor abiotik meliputi suhu, kelembapan, cahaya matahari, angin dan curah
hujan. Suhu atau temperatur akan mempengaruhi aktivitas serangga,
penyebaran geografis dan lokasi, serta memoengaruhi perkembangan
(development) dari serangga tersebut. Umumnya kisaran suhu yang efektif
adalah suhu minimum 15°C, suhu optimum 25°C, dan suhu maksimum 45°C.
kelembaban tanah, udara dan tempat hidup serangga merupakan faktor penting
yang mempengaruhi penguapan cairan tubuh serangga dan juga preferensi
serangga terhadap tempat hidup dan persembunyian. Kelembaban optimum
serangga berkisar 73-100%. Selain itu aktivitas serangga kerap sekali
dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga ada jenis serangga yang
aktif pada siang hari disebut dengan serangga diurnal sedangkan yang aktif
pada malam hari disebut dengan serangga nokturnal. Selain tertarik terhadap
cahaya beberapa serangga yang tertarik oleh suatu warna seoerti warna kuning
dan hijau, karena pada dasarnya serangga memiliki preferensi (kesukaan)
tersendiri terhadap warna dan bau. Pergerakan serangga juga dibantu oleh
angin yang berperan dalam membantu penyebaran serangga terutama bagi
serangga yang berukuran kecil (Maisyaroh, 2014: 17-18).
Sebelum ada penerangan buatan manusia, cahaya terang itu hanya berasal
dari bulan. Saat terang bulan, serangga keluar dan beramai-ramai kawin.
4

Hasilnya, populasi serangga meningkat ketika bulan memasuki bulan mati,


yaitu periode 5-10 hari sesudah purnama. Hama dari golongan serangga di
kebun pun mempunyai sifat sama. Makanya pekebun membuat perangkap
lampu. Serangga bakal terbang mengitarinya sampai akhirnya jatuh atau masuk
jebakan berupa air atau lem yang diletakkan di bawah lampu. Perangkap ini
bias mengendalikan hama dari golongan Aphidm kupu-kupu, ngengat atau
kumbang (Trubus, 2016: 295).
Intensitas cahaya dapat berpengaruh pada perilaku serangga (hamma) yang
mana penangkapan serangga (hama) tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang
pertanian (pengendalian hama serangga) serta dapat digunakan sebagai bahan
pakan ternak. Cahaya memiliki daya tarik dan mampu mempengaruhi perilaku
serangga (hama) dengan intensitas tertentu akan diperoleh efisiensi sumber
energi (catu daya) serta daya pikat untuk mengumpulkan serangga (hama).
Kemampuan ini dapat dijadikan alat pengendalian populasi serangga yang
tidak menguntungkan (hama) dengan pendekatan ramah lingkungan (Subandi,
2016: 87).
Light Trap merupakan metode koleksi serangga malam, untuk mengetahui
distribusi dan keanekaragaman serangga malam. Perangkap ini disesuaikan
dengan perilaku dan aktifitas serangga sehari-hari, karena itu digunakan
metode Light Trap atau dengan menggunakan cahaya sebagai umpan untuk
menarik kedatangan serangga. Cahaya di alam akan mempengaruhi aktifitas
cahaya yang ditunjukan dengan cara mendekati sumber cahaya. Perilaku ini
dapat disebut sebagai gerak fototaksis positif (Subandi, 2016: 88).
Kerapatan merupakan jumlah individu per satuan ukuran tertentu (misalnya
jumlah belalang per metetr persegi) sedangkan penyebaran adalah pengaturan
dalam kapasita ruang dari sejumlah individu-individu tersebut. Sebagian besar
populasi serangga termasuk kategori penyebaran berkelompok namun
demikian dalam habitat yang relatif seragam penyebarannya cenderung acak
(random) (Hadi, dkk., 2009: 148).
Menurut Indriyanto (2012, 141-146), terdapat beberapa parameter yaitu
sebagai berikut:
5

1. Denisitas
Denisitas adalah jumlah individu per unit luas atau perunit volume.
Dengan kata lain, denisitas merupakan jumlah individu organise persatuan
ruang. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang
mempunya arti sama dengan denisitas dan yang sering digunakan adalah
kerapatan diberi notasi K.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑣𝑖𝑑𝑢
𝐾=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
2. Frekuensi
Didalam ekologi, frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara
jumlah sampel yang berisi suatu spesies individu terhadap jumlah total
sampel. Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat
ditemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.
Frekuensi merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies
organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau
ekosistem. Apabila pengamatan dilakukan pada petak-petak contoh, makin
banyak petak contoh yang didalamnya ditemukan suatu spesies, berarti
makin besar frekuensi spesies tersebut. Sebaliknya, jika makin sedikit petak
contoh yang didalamnya ditemukan suatu spesies, maka makin kecil
frekuensi spesies tersebut. Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan,
frekuensi spesies (F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif
spesies ke-i (FR-i) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝐹=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑘𝑒 − 𝑖
𝐹−𝑖 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑘𝑒 − 𝑖
𝐹𝑅 − 𝑖 = 𝑥100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

3. Indeks Dominansi
Indeks dominansi (index of dominance) adalah parameter yang
menyatakan tingkat terpusatnya dominansi (penguasaan) spesies dalam
6

suatu komunitas. Penguasaan atau dominansi spesies dalam komunitas dapat


terpusat pada satu spesies, beberapa spesies, atau pada banyak spesies yang
dapat diprakirakan dari tinggi rendahnya indeks dominansi (ID)
𝑛. 𝑖 2
𝐼𝐷 = ∑
𝑁

Keterangan:
ID = indeks dominansi
n.i = nilai penting tiap spesies ke-i
N = total nilai penting
4. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat
digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies
juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu
kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun
ada gangguan terhadap komponen-komponennya. Keanekaragaman spesies
yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas yang memiliki
kempleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas
itu sangat tinggi. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman
spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies.
Sebaliknya, jika komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies
yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya
ada sedikit saja spesies yang dominan.

Keterangan:
H = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon
n.i = nilai penting dari tiap spesies
N = total nilai penting
Menurut Lose (2015: 120), untuk mengetahui keanekaragaman jenis,
maka digunakan rumus Shannon Wiener dengan rumus sebagai berikut:
7

Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman
Ln = Logaritma natural
Pi = Proporsi nilai penting ke-i
Ni = Jumlah seluruh individu jenis ke-i dari suatu komunitas
N = Jumlah seluruh individu jenis pada suatu komunitas
I = Perbandingan antara jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah
seterusnya.
Ada 3 kriteria keanekaragaman jenis serangga yaitu, bila H’<1 berarti
keanekaragaman serangga tergolong rendah, bila H’=1-3 berarti
keanekaragaman serangga tergolong sedang, bila H’>3 berarti keanekaragaman
serangga tergolong tinggi. Berdasarkan kriteria tersebut maka keanekaragaman
jenis serangga nokturnal tergolong cukup tinggi). Semakin heterogen suatu
lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat
tersebar dan semakin tinggi keragaman jenisnya (Tutiliana, 2016: 41).
Menurut Kautsar (2015: 134) bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi
keanekagaraman jenis serangga yaitu:
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan dan
perkembangan serangga, seperti siklus hidup, dan kelangsungan hidup
serangga. Umumnya kisaran suhu yang efektif bagi serangga adalah suhu
minimum 15ºC, suhu optimum 25ºC dan suhu maksimum 45ºC. Suhu udara
pada lokasi penelitian pada malam hari berkisar antara 24oC-28oC. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu udara di lokasi penelitian merupakan suhu
optimim bagi perkembangan serangga.
2. Kelembaban udara
Kelembaban udara berkisar antara antara 82-95%. Kelembaban udara
merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi distribusi,
kegiatan dan perkembangan serangga. Kelembaban udara yang paling sesuai
8

bagi serangga yaitu antara 73-100%. Pengaruh kelembaban pada


perkembangan serangga berbeda menurut kadar air tubuhnya. Bila kadar air
dalam tubuh serangga bertahan pada taraf optimum sedangkan kelembaban
tinggi, maka proses metabolisme serangga akan cepat dan
perkembangannya jauh lebih pendek. Tetapi bila kadar air tubuhnya
berkurang dan kelembaban rendah maka akan menghambat proses
metabolisme yang berarti memperlambat perkembangannya.
3. Kelembaban tanah
Kelembaban tanah pada lokasi penelitian berkisar antara 6,2-7,5%.
Kelembaban tanah erat hubungannya dengan populasi hewan tanah, karena
kondisi tanah yang kering dapat menyebabkan tubuh hewan tanah
mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan. Keasaman (pH) tanah
berpengaruh terhadap kehidupan dan kegiatan hewan tanah, karena hewan
tanah sangat sensitif terhadap pH tanah, sehingga pH tanah merupakan salah
satu faktor pembatas. Namun demikian toleransi hewan tanah terhadap pH
umumnya bervariasi untuk setiap spesies.
9

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Kamera digital 1 unit
b. Perangkap cahaya (light trap) 1 unit
c. Alat tulis 1 set
d. Baskom 1 buah
2. Bahan
a. Air

D. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Lokasi pengamatan ditentukan.
3. Alat perangkap cahaya (light trap) diletakkan di tempat yang telah
ditentukan pada sore hari.
4. Kabel perangkap cahaya (light trap) dihubungkan ke stop kontak.
5. Diamkan hingga pagi hari.
6. Jenis serangga yang telah tertangkap diamati dan dihitung.
7. Hasil pengamatan serangga ditabulasikan pada tabel hasil pengamatan.
8. Dihitung jumlah indeks keanekaragaman, keseragaman, dominansi
kemelimpahan dan kemelimpahan relatif.

Anda mungkin juga menyukai