Abstrak
Penelitian ini mengkaji tentang Kemampuan membaca permulaan braille pada siswa Tunanetra melalui penggunaan metode
scramble pada siswa kelas III di SLBN Weri Larantuka. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah 1)Bagaimana kemampuan
membaca permulaan braille sebelum penggunaan metode scramble bagi siswa tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka?, 2)
Bagaimana kemampuan membaca permulaan braile sesudah penggunaan metode scramble bagi siswa tunanetra kelas III di SLBN
Weri Larantuka ? 3) Apakah terjadi peningkatan kemampuan membaca permulaan braille setelah penggunaan metode scramble bagi
siswa tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka? Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
deskkriptif. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa Tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka yang berjumlah 1 orang.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dalam
mebaca permulaan braille pada siswa tuanetra kelas III di SLBN Weri Larantukastelah penggunaan metode scramble. Peningkatan
tersebut ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
sekolah yakni 70. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan braille pada siswa tunanetra kelas III di
SLBN Weri Larantuka sebelum menggunakan metode scramble berada dalam kategori kurang (20). Sedangkaan kemampuan
membaca permulaan braille siswa tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka stelah menggunakan metode scramble berada dalam
kategori baik sekali (80). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Kemampuan membaca permulaan braille siswa Tunanetra kelas III di
SLBN Weri Larantuka sebelum diberikan perlakuan dengan metode scramble berada pada kategori rendah, Kemampuan membaca
permulaan braille siswa Tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka sebelum diberikan perlakuan dengan metode scramble berada
pada kategori sangat baik, Terdapat peningkatan kemampuan membaca permulaan braille melalui penggunaan metode scramble
pada siswa tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka.
Kata Kunci: Kemampuan membaca permulaan braille, siswa tunanetra, metode scramble.
Abstract
This study examines the ability to read the beginning of braille in blind students through the use of the scramble method in
third grade students at SLBN Weri Larantuka. The formulation of the problem in this study is 1) How is the ability to read
beginning of braille before using the scramble method for blind students in class III at SLBN Weri Larantuka?, 2) How is the ability
to read beginning of braille after using the scramble method for blind students of class III at SLBN Weri Larantuka? 3) Is there an
increase in the ability to read beginning in braille after using the scramble method for blind students in class III at SLBN Weri
Larantuka? This research uses a quantitative approach with a descriptive type of research. The subjects of this study were students
with visual impairments in class III at SLBN Weri Larantuka, amounting to 1 person. Collecting data in this study using tests. The
results showed that there was an increase in the ability to read the beginning of braille in third grade blind students at SLBN Weri
Larantukas after using the scramble method. The increase is indicated by the score obtained by students who have reached the
Minimum Completeness Criteria (KKM) that has been set by the school, namely 70. The results showed that the ability to read
beginning of Braille in blind students in class III at SLBN Weri Larantuka before using the scramble method was in the poor
category (20). Meanwhile, the ability to read the beginning of Braille for blind students in class III at SLBN Weri Larantuka after
using the scramble method was in the very good category (80). The conclusion of this study is the ability to read the beginning of
braille for blind students in class III at SLBN Weri Larantuka before being given treatment with the scramble method is in the low
category, the ability to read beginning braille for blind students in class III at SLBN Weri Larantuka before being given treatment
with the scramble method is in the very category. good, there is an increase in the ability to read beginning of braille through the
use of the scramble method for blind students in class III at SLBN Weri Larantuka.
1
1. PENDAHULUAN kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan
neuromuscular, perilaku sossial dan
Pendidikan diartikan sebagai sikap dan
emosional,kemampuan berkomunikasi,
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
maupun kombinasi dua .
usaha mendewasakan manusia melalui upaya
Salah satu jenis ABK adalah Tunanetra
pengajaran dan pelatihan , proses perbuatan,
.Tunanetra berarti kurang penglihatan. Dari segi
cara mendidik. Pendidikan dimaknai sebagai
harfiah, kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan
upaya untuk mencapai tujuan melalui proses
netra. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia,
pelatihan dan cara mendidik. Dalam
Pembukaan UUD 1945 jelas mengamanatkan kata tune
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Dengan demikian , tunanetra mempunyai arti ,
Nasional, disebutkan bahwa: Pendidikan adalah tidak memiliki atau rusak penglihatannya.
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan Secara umum, istilah tunanetra digunakan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar untuk menggambarkan tingkatan kerusakan
peserta didik secara aktif mengembangkan atau gangguan penglihatan yang berat sampai
potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan akhlak pada yang sangat berat, yang dikelompokkan
mulia dan keterampilanyang diperlukan secara umum menjadi buta dan kurang lihat.
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Definisi Salah satu layanan khusus bagi siswa Tunanetra
di atas terlihat bahwa usaha pendidikan adalah penggunaan huruf Braille yang
berupaya mengarahkan seluruh potensi peserta digunakan sebagai media membaca dan
Harapan terhadap dunia pendidikan sangat dilakukan pada tanggal 7-10 Desember 2020,
besar untuk membawa peserta didik kearah siswa berinisial KW duduk di kelas III di SLBN
adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam bidang akademik yakni belum mampu
dalam jenis dan karakterisktiknya yang membaca braille . Hal ini terlihat ketika siswa
membedakan mereka dari anak-anak normal diminta untuk membaca sebuah kata dalam
pada umumnya. Pendidikan Khusus bentuk braille, siswa belum mampu dan
merupakan pendidikan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan dalam membaca kata
memiliki hambatan atau kebutuhan khusus. tersebut. Hal ini disebabkan karna pembelajaran
Bentuk sekolah untuk anak ABK salah satunya yang diberikan guru dalam kelas baru sebatas
adalah Sekolah Luar Biasa ( SLB ) . Anak yang pemberian hafalan kepada siswa tentang letak
tergolong “ Luar Biasa atau berkebutuhan dan penempatan huruf braille. Oleh karena itu
khusus “ adalah anak yang menyimpang dari penggunaan metode masih minim sehingga
rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri mental, membuat siswa mudah jenuh dalam kelas.
2
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
3
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
4
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
5
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
6
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
7
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
Inisial
2
No Skor Nilai Kategori
= x 100 Siswa
10
= 20
Baik
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap 1 KW 8 80
Sekali
skor kemampuan membacapermulaan braille
yang di peroleh siswa tunenetra pada awal tes,
maka nilai dari siswa tunanetra kelas III di Berdasarkan data diatas, nampak bahwa
SLBN Weri Larantuka dapat diuraikan sebagai subjek penelitian (KW) memperoleh skor 8
berikut. yang menunjukkan bahwa dari 10 butir soal
yang diberikan kepada subjek selanjutnya skor
8
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
yang diperoleh dikonversikan ke nilai 100 Pada Siswa Kelas III di SLBN
melalui rumus yang telah ditetapkan Weri Larantuka.
sebelumnya, jika dihubungkan maka hasilnya
dapat dilihat pada perhitungan sebagai berikut No Inisial Tes Awal Tes Akhir
: Siswa
Nilai Akhir (Anak KW) Skor Nilai Skor Nilai
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
= x 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 1 KW 2 20 8 80
8
= x 100
10
= 80
9
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
10
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
signifikan pada kemampuan membaca permulaan braille siswa tunanetra kelas III di
permulaan braille siswa setelah penggunaan SLBN Weri Larantuka terjadi peningkatan. Hal
metode scramble yakni Siswa KW sudah mampu tersebut ditunjukkan dengan nilai yang
menyusun huruf-huruf yang telah diacak dan diperoleh siswa setelah penerapan metode
sudah lancar membaca kata tersebut. scramble. Adapun nilai yang diperoleh siswa
. Peningkatan tersebut membuktikan yakni memperoleh skor 8 dengan nilai 80.
bahwa penerapan metode scramble sesuai untuk Kondisi tersevut merupakan indikator bahwa
meningkatkan kemampuan membaca kemampuan membaca permulaan braille siswa
permulaan braille. Hal Ini sejalan dengan tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka
pendapat Kaharuddin (2020: 69) yang terjadi peningkatan setelah penerapan metode
menyatakan bahwa metode scramble merupakan scramble. Siswa berada pada kategori baik sekali
pembelajaran yang mengajak siswa untuk dan telah memcapai standar keriterua
menemukan jawaban dan menyelesaikan ketuntasan minimal (KKM) yang telah
permasalahan yang ada dengan cara ditetapkan sekolah yakni 70.
membagikan soal dan lembar jawaban yang Selanjutnya berdasarkan perbandingan
disertai alternatif jawaban yang tersedia. hasil tes awal dan akhir maka diperoleh
Selanjutnya Teknik scramble dipakai untuk gambaran bahwa adanya peningkatan
sejenis permainan anak-anak, yang merupakan kemampuan membaca permulaan braille pada
latihan dan dikembangkan dengan jalan siswa tunanetra kelas III di SLBN Weri
membentuk kosakata dari huruf-huruf yang Larantuka stelah penerapan metode scramble.
tersedia. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perbandingan
Berdasarkan kajian hasil penelitian antara nilai yang diperoleh siswa pada tes awal
diatas maka dieroleh gambaran kemampuan dengan nilai yang diperoleh siswa pada tes
membaca permulaan braille pada siswa akhir, yakni siswa tunanetra kelas III di SLBN
tunanetra kelas III di SLBN Weri Larantuka Weri Larantuka memperoleh nilai yang lebih
setelah dilakukan dua kali tes yakni sebelum dan tinggi pada tes akhir daripada nilai yang
setelah penerapan metode scramble. Pada tes diperoleh pada tes awal.
awal atau sebelum penerapan metode scramble Dengan demikian berdasarkan temuan
diperoleh nilai kemampuan membaca dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada
permulaan braille siswa tunanetra kelas II di peningkatan kemampuan membaca permulaan
SLBN Weri Larantuka yakni memperoleh skor 2 braille siswa tunanetra kelas III di SLBN Weri
dengan nilai 20, karena pada tes awal ini, siswa Larantuka melalui penerapan metode scramble.
belum diberikan penggunaan metode Dalm artian bahwa melalui penerapan metode
pembelajaran. Hal ini menunjukkan scramble dapat memberikan pengaruh positif
kemampuan membaca braille yang diperoleh terhadap peningkatan membaca permulaan
siswa berada pada kategori sngat kurang dan braille bagi siswa tunanetra kelas
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditentukan sekolah. 5. KESIMPULAN
Kemudian pada tes akhir atau setelah
Berdasarkan data hasil penelitian yang
penerapan metode scramble maka diperoleh
dilakukan pada siswa Tunanetra kelas III di
gambaran bahwa kemampuan membaca
SLBN Weri Larantuka. Maka dapat menjawab
11
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
pertanyaan penelitian yang telah diajukan, Kasihan,M. 2008. Metoode penelitian Kuantitaif-
sehingga dapat disimpulkan bahwa: Kualitatif. Malang: UIN Malang Press
(1)kemampuan membaca permulaan braille
siswa Tunanetra kelas III di SLBN Weri Mangunsong, F. 2014. Psikologi dan Pendidikan
Larantuka sebelum diberikan perlakuan Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.
menggunakan metode Scramble berda pada Depo: Lembaga Pengembangan
kategori Sangat Kurang, (2)kemampuan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
membaca permulaan braille siswa Tunanetra Psikologi (LPSP3). Fakultas Psikologi
kelas III di SLBN Weri Larantuka setelah Universitas Indonesia.
diberikan perlakuan menggunakan metode
Minsih. 2020. Pendidikan Inklusif sekolah dasar:
Scramble berda pada kategori Baik sekali,
Merangkul Perbedaan dalam
(3)terdapat peningkatan kemampuan membaca
Kebersamaan. Surakarta : Universitas
permulaan braille melalui penggunaan metode
Muhammadiyah Surakarta
Scramble pada siswa Tunanetra kelas III di
SLBN Weri Larantuka Mulyono, Abdurahman. (2003). Pendidikan Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta
Arikunto, S. 2002. Proses Penelitian Suatu Soekadi, Tirtonegoro. 1985. Ortodidaktik Anak
Pendekatan Praktik. Jakarta: Direktorat Tunanetra II. Jakarta : Depdikbud.
Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan. Sudjana, N. 2006. Penelitian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT Remaja
Indah, dkk. 2020. Pendidikan Dasar Inklusif (Teori Rosdakarya
Implementasi).Yogyakarta : Bintang
Pustaka MADANI Sugiyono. 2015. Metode penelitian Pendidikan:
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
Janawati, A. 2020. Analisis Kemampuan Membaca R&D. Bandung: ALFABETA
Permulaan Siswa Kelas 1. Bali : Surya
Dewata` Suparno, dkk. 2007. Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Modul. Jakarta:
Jatmiko, Adi. 2019. Joyfull English Games. Kendal Dirjen Dikti. Depdiknas.
: Ahsyara Muda Indonesia
Wardani, dkk. 2011. Pengantar pendidikan Luar
Kaharuddin, Andi. 2020. Pembelajaran Inovatif Biasa. Jakarta : Universitas Terbuka
dan Variatif. Gowa : Pusaka Almaida
12
PINISI JOURNAL OF EDUCATION
13