JURNAL
JURNAL
Dwi Indriani Astari, Dra. Hj. Sitti Kasmawati, M.Si, Dr. Purwaka Hadi, M.Si
ABSTRAK
Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca huruf yang bentuknya
hampir sama dan berlawanan arah masih rendah. Penelitian ini menelaah Metode
Scramble Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Huruf Braille
Pada Murid Tunanetra Kelas Dasar II SLB A YAPTI Makassar. Rumuan Masalah
dalam penelitian ini adalah: (1). Bagaimanakah gambaran kemampuan membaca
permulaan huruf Braille sebelum penerapan metode Scramble? (2). Bagaimanakah
gambaran kemampuan membaca permulaan huruf Braille sesudah penerapan
metode scramble?, (3) Apakah ada peningkatan kemampuan membaca permulaan
huruf Braille setelah penerapan metode scramble?. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui: (1) Kemampuan membaca permulaan huruf Braille pada murid
tunanetra kelas dasar II sebelum penerapan metode scramble, (2) Kemampuan
membaca permulaan huruf Braille pada murid tunanetra kelas dasar II sesudah
penerapan metode scramble, (3) Peningkatan kemampuan membaca permulaan
huruf Braille pada murid tunanetra kelas dasar II setelah penerapan metode
scramble. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Subjek penelitian sebanyak satu murid yang telah diketahui
melalui wawancara awal dengan guru kelas. Tekhnik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan pemberian tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Kemampuan membaca permulaan huruf Braille murid tunanetra masih rendah,
(2) kemampuan membaca permulaan huruf Braille pada murid tunanetra
meningkat setelah penerapan metode scramble (3) penerapan metode scramble
dapat membantu siswa dalam meningkatkan membaca permulaan huruf Braille.
2
salah satu dari keterampilan berbahasa tahapan awal dalam belajar membaca.
atau proses kognitif yang berupaya huruf beserta bunyi yang dirangkai-
Sedangkan menurut Hodgon (Tarigan, tahapan tanpa buku dan dengan buku”.
“membaca adalah suatu proses yang kelas rendah sekolah dasar (SD) yaitu
dilakukan serta dipergunakan oleh kelas satu sampai dengan kelas tiga,
yang hendak disampaikan oleh penulis tetapi di sekolah dasar luar biasa
yang merupakan sekolah dasar khusus tunanetra. Braille terdiri dari 6 titik,
bagi siswa tunanetra yaitu siswa yang dengan formasi 2 kolom 3 baris, ke 6
harus dimiliki oleh siswa tunanetra dasar yang harus dimiliki oleh siswa
karena tulisan Braille merupakan salah tunanetra sejak dini, karena tulisan
dan menulis. Huruf Braille merupakan mata pelajaran lainnya. Seperti yang
merupakan dasar untuk menguasai /U/, /V/, /W/, /X/, /Y/, /Z/. Pada saat
Apabila siswa tunanetra pada usia cara membaca kata atau kalimat yang
untuk mambaca huruf Braille, maka /D/, /E/, /F/, /H/, /I/, /J/ ,/M/, /N/,
dalam mempelajari berbagai bidang dalam membaca huruf oleh karena itu
karena itu anak harus membaca agar bentuknya hampir sama bahkan
Awal pada tanggal 23 Maret 2018 di huruf dalam membaca sebuah kata.
Kelas Dasar II SLB A YAPTI Misalnya pada kata [dafa] dibaca anak
Bahasa Indonesia anak tersebut belum atau kemampuan anak dalam membaca
/C/, /G/, /K/,/ L/, /O/, /P/, /Q/, /R/, media yang digunakan buku teks yang
6
Metode scramble adalah salah satu untuk berpikir cepat, tepat, lebih
Dipilihnya metode Scramble karena hasil belajar siswa dan mencapai KKM
siswa mulai melafalkan huruf, suku pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
vokal, lafal dan intonasi yang tepat pernyataan di atas peneliti tertarik
(Yeti Mulyati, 2009: 15). Selain itu, untuk mengadakan penelitian dengan
merupakan dasar bagi kemampuan bawah pada kolom kiri, dan 4,5,6 ke
membaca lanjut. Apabila dasar itu bawah pada kolom kanan. Dalam
tidak kuat, maka pada tahap membaca membaca huruf Braille pada
berikutnya siswa akan kesulitan untuk tunanetra, fungsi mata digantikan oleh
memadai.
permulaan merupakan tahapan awal timbul dengan posisi tiga vertikal dan
bagi anak agar dapat memiliki titik horisontal (seperti pola kartu
Selanjutnya metode
Pengertian Tunanetra
scramble dipakai untuk
latihan dan
dikembangkan dengan
yang tersedia.
Jenis penelitian ini adalah jenis diberi skor 1 sedangkan setiap jawaban
huruf Braille murid sebelum dan sedangkan skor minimum yang dicapai
Subjek pada penelitian ini yaitu murid diolah menggunakan analisis deskriptif
dari nilai sebelum perlakuan melalui tes awal. Tes awal merupakan
Penggunaan metode
hasilnya dapat dilihat pada perhitungan
scramble
sebagai berikut:
kemampuan membaca
permulaan huruf braille pada anak skala 100 melalui rumus yang
sebagaiberikut : d
SkorHasil 10
x 100= x 100
SkorMaksimal 10
= 100
Dari perhitungan di atas
Berdasarkan hasil perhitungan
menunjukkan bahwa subyek
terhadap skor kemampuan
murid tunanetra kelas dasar II
membaca permulaan huruf braile
SLB A YAPTI Makassar dapat
yang diperoleh murid tunanetra
digambarkan bahwa pada hasil tes
pada tes akhir, maka nilai dari
akhir (postest) NA memperoleh
murid tunanetra kelas dasar II
nilai (100). Dengan demikian,
SLB A YAPTI Makassar dapat
jumlah nilai yang diperoleh murid
dilihat pada tabel 4.2 berikut:
tunanetra kelas dasar II SLB A
Tabel 4.2. Data nilai Tes Akhir
YAPTI Makassar pada tes akhir
Pada Murid Tunanetra
. al
20
1 NA 3 30 10 100
Adapun peningkatan
100
gambaran di atas maka dapat
90 disimpulkan bahwa ada peningkatan
80
70 membaca permulaan huruf braille pada
60
murid tunanetra kelas dasar II di SLB
50
40 A YAPTI Makassar pada penggunaan
30
metode Scramble.
20
10 KESIMPULAN DAN SARAN
0 Kesimpulan
NA
Berdasarkan hasil penelitian
Gambar.4.1 Visualisasi dan pembahasan, maka dapat
Perbandingan Nilai
disimpulkan bahwa:
Sebelum Dan Setelah
1. Kemampuan membaca
Penggunaan Metode