Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yustafudin Arif

NIM : 23660182
UTS Pembelajaran Berdifferensiasi
Paper Keberagaman Siswa dan Target Kurikulum
KEBERAGAMAN SISWA DAN PEMENUHAN TARGET KURIKULUM di
SMKN 8 SURABAYA
ABSTRAK
Pendidikan harus mampu mengakomodasi keberagaman peserta didik baik dari kemampuan peserta
didik, gaya belajar, dan minat peserta didik. Melalui pendidikan yang berdiferensiasi dapat membantu
pemenuhan target kurikulum, Adapun salah satu target dari kurikulum Merdeka yaitu Peningkatan Skor
PISA (standar pendidikan internasional) untuk Literasi sebesar 451, Numerasi sebesar 407, dan Sains
sebesar 414[1]. Dengan mengedepankan keberagaman peserta didik pembelejaran berdiferensiasi dapat
memenuhi target tersebut dengan menerapkan setiap proses pembelajaran baik pada materi (konten), proses
(kegiatan belajar), dan produk (asesmen).
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membimbing, mendukung, dan mendorong peserta didik
untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. Pendidikan menurut Sujana. I Wayan Cong
(2019) merupakan upaya untuk membantu jiwa anak-anak didik baik lahir maupun batin, dari sifat
kodratinya menuju kearah peradaban manusiawi dan lebih baik[2]. Tujuan pendidikan Indonesia menurut
Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya berjudul Menuju Manusia Merdeka (2009) menjelaskan bahwa
pendidikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Berdasarkan
pengertian pendidikan dan tujuan pendidikan jelas bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah mendukung
dan mengembangkan segala kekuatan kodrat yaitu potensi yang ada pada peserta didik untuk dapat tumbuh
sehingga mereka dapat menjadi manusia yang seutuhnya dan dapat berguna bagi masyarakat. Dimana
potensi antara setiap anak tentunya berbeda. Dalam mendidik, seorang pendidik tidak boleh
menyamaratakan kemampuan peserta didik. Pendidikan haruslah sadar bahwa, setiap anak adalah unik dan
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang lainnya. Pendidikan, seharusnya bisa
mengakomodasi dari semua perbedaan ini, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan
yang dibutuhkan oleh setiap individu[3]. Kurikulum yang diciptakan seharusnya dapat mengakomodasi
segala keberagaman dan potensi yang dimiliki peserta didik. Dalam pemenuhan kebutuhan dari
keberagaman peserta didik, maka perlu adanya cara strategi yang tepat dalam memberikan pengajaran di
kelas. Pemecahan masalah yang berhubungan dengan keragaman peserta didik di kelas dapat teratasi
dengan menerapkan salah satu model pembelajaran berdiferensiasi. Pada topik bahasan ini akan membahas
tentang keberagaram peserta didik dan pembelajaran berdiferensiasi sebagai cara untuk memenuhi target
kurikulum.

B. PEMBAHASAN 1.

1. Keberagaman Siswa
Keberagaman siswa berarti segala keunikan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Setiap
manusia diciptakan unik dan khusus, tidak ada satu orangpun yang sama persis walaupun mereka kembar
tetapi pasti ada perbedaan di antara mereka. Keberagaman peserta didik dalam proses pembelajaran perlu
diperhatikan oleh guru karena sangat mempengaharui bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung
dan bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Tomlinson (2013) menjelaskan keragaman
peserta didik dipandang dari 3 aspek yang berbeda, yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil (gaya belajar).
a. Kesiapan belajar
Pengertian kesiapan di sini adalah sejauh mana kemampuan pengetahuan dan keterampilan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki kesiapan dalam
belajar cenderung menunjukkan prestasi belajarnya rendah, sebaliknya siswa yang memiliki kesiapan
dalam belajar cenderung menunjukkan prestasi belajar yang tinggi. Jadi tinggi rendahnya prestasi
belajar ditentukan oleh kesiapan yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran [4]. Berdasarkan hasil
angket yang telah diberikan kepada peserta didik menunjukkan bahwa kesiapan dan kemampuan
peserta didik dalam memahami mata pelajaran matematika bisa dibilang mencukupi dimana,
berdasarkan hasil angket diperoleh data sebanyak 27 peserta didik atau sekitar 55,6% atau 15 peserta
memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi 37 % atau 10 peserta didik memiliki kemampuan
pemahaman yang cukup dan sisa 7,4 % atau 2 peserta didik memiliki kemampuan awal yang rendah.

b. Minat
Minat secara umum dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada
suatu objek, baik objek berupa benda hidup maupun benda yang tidak hidup. Sedangkan minat belajar
dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas
belajar, di rumah, sekolah, dan masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), minat
berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat memiliki peranan yang besar untuk
menjadi motivator dalam belajar. Pentingnya diketahui minat dari para peserta didik karena tentu saja
mereka akan mempelajari dengan tekun hal-hal yang menarik minat mereka masing-masing. Berikut
disajikan data terkait minat peserta didik SMKN 8 Surabaya kelas X Busana 2 pada mata pelajaran
matematika.

Figure 1.1
Berdasarkan Diagram Minat Matematika diatas menunjukkan bahwa sebanyak 51,9% peserta
didik atau 14 siswa suka pada mata pelajaran matematika, sedangkan jumlah peserta didik yang tidak
menyukai matematika hanya sebanyak 13 peserta didik atau 48,1%. Minat yang rendah terhadap
pelajaran matematika tersebut berdampak pada tingginya hasil akhir test matematika. Dimana peserta
didik yang tuntas mata pelajaran matematika dengan memperoleh skor lebih dari 75 cukup tinggi yaitu
sebanyak 25 dari 27 peserta didik yang tuntas mata pelajaran matematika.
c. Profil (gaya) belajar

Gaya belajar peserta didik mengacu pada pendekatan atau bagaimana cara yang paling disenangi
peserta didik agar mereka dapat memahami pelajaran dengan baik. Gaya belajar dibedakan menjadi 3
yaitu;
1. Gaya belajar visual
Gaya belajar visiual menitik beratkan pada indra pengelihatan peserta didik. Gaya belajar
visual membuat siswa belajar melalui melihat, memandangi, mengamati, dan sejenisnya.
Lebih tepatnya, gaya belajar visual adalah belajar dengan melihat sesuatu, baik melalui gambar
atau diagram, pertunjukkan, peragaan, atau video (Ula, 2013). 2)

2. Gaya Belajar Auditori


Gaya belajar auditori merupakan cara belajar dengan menggunakan indra pendengaran
seperti mendengarkan radio, serta mendengarkan penjelasan guru dan teman. Gaya belajar
auditorial lebih mengedepankan indra pendengar. Belajar melalui mendengar sesuatu dapat
dilakukan dengan mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah)
verbal (Ula, 2013).

3. Gaya belajar kinestetik


Gaya belajar kinestetik Gaya belajar kinestetik merupakan cara belajar siswa yang menunjukkan
preferensi untuk demonstrasi dan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh. Gaya belajar
kinestetik adalah belajar melalui aktivitas langsung dengan kegiatan bergerak, menyentuh,
merasakan, dan mengalami sendiri (Ula, 2013). Berikut adalah keberagaman gaya belajar
peserta didik di SMKN 8 Surabaya kelas X Busana 2 pada pelajaran matematika.

Gaya Belajar kelas X Busana 2

26% Visual
41%
Auditory
Kinestetik
33%

Figure 1.2

Berdasarkan gambar 1.2 mengenai gaya belajar matematika peserta didik di SMKN 8 Surabaya
kelas X Busana 2 dari 27 peserta didik menunjukkan bahwa 11 memiliki gaya belajar Visual 9
peserta didik memiliki gaya belajar Auditori dan 7 peserta didik memiliki gaya belajar
Kinestetik. Namun berdasarkan observasi lebih lanjut setelah kegiatan pembelajaran dengan
pembelajaran berdifferensial banyak peserta didik yang menyukai pembelajaran langsung mel
Hal tersebut dapat terjadi bergantung pada tingkat kekompleksan suatu materi. Sehingga
menyebabkan kecenderungan gaya belajar dapat berubah. Berdasarkan pemaparan mengenai
ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar peserta didik, maka kita dapat menarik
kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran
peserta didik diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik. Dengan melakukan asesmen ketiga hal tersebut di atas, guru akan mengetahui
tingkat pemahaman peserta didik, pengetahuan yang mereka miliki sehingga akan menjadi
modal guru dalam merancang pembelajaran di kelas berdasarkan tingkat kesiapan, serta dalam
memberikan tugas disesuaikan dengan ketertarikan dan profil belajar peserta didik

2. Pemenuhan Target Kurikulum

Pemenuhan Target Kurikulum Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi Pembelajaran


berdiferensiasi merupakan salah satu kurikulum fleksibel yang dapat mengakomodasi keeberagaman
peserta didik dalam proses pembelajaran. Suwartiningsih (2021) menjelaskan bahwa melalui
pembelajaran diferensiasi dapat menciptakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan
kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap murid,
sehingga murid-murid akan bisa lebih belajar dengan efektif[5]. Keberagaman karakteristik peserta
didik seperti kemampuan awal, gaya belajar, dan minat dalam pembelajaran berdiferensiasi
digunakan sebagai dasar perencanaan pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan satu
cara untuk guru memenuhi kebutuhan setiap peserta didik karena pembelajaran berdiferensiasi
adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak
frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya Dalam menerapkan Pembelajaran
berdiferensiasi perlu memperhatikan komponen-komponen penting dalam perencanaannya. Menurut
Atik Siti Maryam (2021), dalam pembelajaran berdiferensiasi setidaknya ada 3 komponen utama
diantaranya: diferensiasi konten, diferensiasi prosesi, dan diferensiasi produk[6].
a. Diferensiasi Konten
Pembelajaran berdiferensiasi konten terkait materi apa yang akan dipelajari peserta didik
di kelas. Diferensiasi yang dapat dilakukan guru dalam pemberian materi (konten) pada peserta
didik adalah dengan menggunakan data keberagaram karakteristik peserta didik sebagai dasar
perencangan pembelajaran berdiferensiasi konten. Guru dapat mendesain materi (konten)
sesuai dengan keberagaman gaya belajar peserta didik. Berdasarkan data gaya belajar
Matematika SMKN 8 Surabaya kelas X Busana 2 guru dapat mendesain pembelajaran dengan
menggunakan media bantu alat peraga, visual dengan menggunakan gambar, dan audio
menggunakan video pembelajaran.
b. Diferensiasi Proses
Diferensiasi proses terkait kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, dimana guru perlu menentukan apakah kegiatan pembelajaran akan
dilakukan secara individu ataupun kelompok. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai gaya
belajar dan kesiapan belajar peserta SMKN 8 Surabaya kelas X Busana 2 pada proses
pembelajaran, guru dapat membentuk kelompok belajar berdasarkan gaya belajar peserta didik
yaitu kinestetik, video, dan auditori dengan memberikan media pembelajaran yang berbeda
pada setiap kelompok. Guru juga dapat mengelompokkan peserta didik berdasarkan kesiapan
belajar dimana di SMKN 8 Surabaya khususnya kelas X Busana 2 dimana peserta didik
memiliki kemampuan awal yang cukup tinggi tetapi hasilnya berbeda jika dihadapkan dengan
materi lain. Sehingga dengan membagi kelompok berdasarka kemampuan awal, dapat
mempermudah guru memberikan perlakuan yang lebih bagi kelompok dengan kemampuan
pemahaman materi matematika yang rendah. Sedangkan bagi peserta didik yang memiliki
kemampuan pemahaman baik, dapat diberikan lembar kerja yang dapat lebih meningkatkan
kemampuan mereka.
c. Diferensiasi Poduk
Diferensiasi Poduk Produk merupakan hasil akhir dari pembelajaran merupakan hasil akhir
dari pembelajaran. Produk yang dihasilkan harus menunjukkan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman peserta didik setelah menyelesaikan satu unit pelajaran.
Berdasarkan data keberagaman peserta didik kelas X Busana 2 SMKN 8 Surabaya, guru dapat
membimbing peserta didik untuk menghasilkan produk yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari dengan berdasarkan minat mereka walaupun data minat peserta didik terhadap
matematika bisa dibilang cukup yaitu 51,9% walaupun bisa dibilang cukup, dan agar
mendapatkan hasil yang lebih maksimal guru dapat mensiasatinya dengan diferensiasi produk
agar peserta didik tetap menghasilkan produk pada materi matematika yang di bahas sesuai
dengan minat mereka masing-masing. Hal tesebut sejalan dengan pemikiran Faiz, Aiman., dkk
(2022) dimana untuk menarik minat siswa adalah dengan cara menghubungkan pelajaran yang
mengacu pada minat mereka. Dengan menjaga minat siswa, maka pekerjaan siswa dalam
menyelesaikan pembelajaran akan meningkat[7]. Melalui penerapan pembelajaran
berdiferensiasi dengan memperhatikan keberagaman peserta didik dapat menjadi salah satu
cara untuk mencapai tujuan pembelajaran tanpa mengesampingkan kebutuhan peserta didik.
Dimana dalam pembelajaran berdiferensiasi peserta didik tetap dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Dasar pemikiran pembelajaran
diferensiasi adalah bahwa peserta didik adalah berbeda dan pengalaman belajar akan lebih
efektif apabila belajar itu menyenangkan, relevan dan menarik [3].

C. PENUTUP

Dalam pembelajaran berdiferensiasi terdapat 3 komponen utama yang dapat dibedakan oleh guru
agar peserta didiknya dapat memahami materi yang mereka pelajari berdasarkan keberagaman peserta
didik, yaitu aspek konten terkait materi yang akan diajarkan, aspek proses atau kegiatankegiatan bermakna
yang akan dilakukan oleh peserta didik di kelas, dan aspek ketiga adalah asesmen berupa pembuatan produk
yang dilakukan di bagian akhir yang dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran
berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru merespon
kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, guru perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan
lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar siswa-siswanya.

Daftar Pustaka
[1] Seketariat GTK, “11 Target yang Menjadi Fokus Utama Merdeka Belajar Tahun 2020-2035,”
2020. https://gtk.kemdikbud.go.id/index.php/read-news/11-target-yang-menjadi-fokus-utama-
merdeka-belajar-tahun-20202035
[2] S. I Wayan Cong, “Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia,” J. Pendidik. Dasar, vol. 4–1, 2019,
[Online]. Available: https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/AW
[3] D. W. Andini, “Solusi Pembelajaran Dalam Keberagaman Siswa Di Kelas Inklusif,” J. Pendidik.
Ke-SD-an, vol. 2(3), pp. 340–349, 2016.
[4] M. Desi, “Hubungan Kesiapan Siswa dengan Prestasi Belajar,” J. Ilm. Konseling, vol. 2(1), pp.
27–32, 2013.
[5] Suwartiningsih, . “Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan di Kelas
IXb Semester Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021,” J. Pendidik. dan Pembelajaran
Indones., vol. 1(2), 2021, [Online]. Available:
https://jurnal.bimaberilmu.com/index.php/jppi/article/view/39
[6] A. S. Mayam, “Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi.,” Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Ris. Dan Teknol., 2021.
[7] A. Faiz, A. Pratama, and I. Kurniawaty, “Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Program Guru
Penggerak pada Modul 2.1,” J. Basicedu, vol. 6(2), 2022, [Online]. Available:
https://jbasic.org/index.php/basicedu

Anda mungkin juga menyukai