Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

ANALISIS EVALUASI METODE OVERAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK


SBAR TERHADAP KUALITAS PENINGKATAN KINERJA PERAWAT

DI RSUD. Dr.RASIDIN PADANG:

STUDI ACTION (TINDAKAN)

OLEH:

LEDIA RESTIPA

1321312054

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah
dan ridho-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit, karena itu tujuan pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama
Rumah Sakit. Dalam bidang keperawatan dilakukan overran yaitu cara untuk menyampaikan dan
menerima laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Dalam overan ini, yang paling penting
adalah teknik komunikasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman diantara perawat. Sebagai
wujud kepedulian terhadap pada pelayanan kesehatan, maka penulis melakukan penelitian yaitu
Evaluasi Metode Overan dengan menggunakan teknik SBAR terhadap kualitas peningkatan
kinerja perawat di RSUP DR.M.Jamil Padang.

Proposal ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
kepada:

1. Orangtua dan adik-adik ku yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan serta
motivasi pada penulis
2. Ibu Vetty Priscilla,M.Kep.Sp.Mat, MPH selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan, dan arahan serta motivasi pada penulis dalam
penyusunan proposal penelitian

3. Rekan Seangkatan Pendidikan Program Studi Magister Keperawatan Peminatan


Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Ilmu Keperawatan Universitas Andalas
Padang yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan proposal
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini, masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritikan untuk perbaikan proposal ini dan
akhirnya penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
RSUP Dr.M.Jamil Padang dan Program Pasca Sarjana kekhususan Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan Universitas Andalas

Padang, Juni 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah………………………………………………………... 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 6
1. Tujuan Umum………………………………………………………... 6
2. Tujuan Khusus……………………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………….. 6
1. Rumah Sakit…………………………………………………………. 6
2. Perawat……………………………………………………………… 6
3. Peneliti………………………………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Operan Perawat…………………………………………………………….. 8
1 Pengertian……………………………………………………………. 8
2. Tujuan Operan……………………………………………………….. 8
3 Manfaat Operan……………………………………………………… 8
4 Hal-hal yang disampaikan saat operan………………………………. 9
5 Operan dengan metode tradisional…………………………………... 9
6 Operan dengan cara modern…………………………………………. 10
B. Komunikasi SBAR…………………………………………………………. 11
1 Tujuan SBAR………………………………………………………… 12
2 Langkah teknik komunikasi SBAR dalam operan perawat………….. 12
C. Kinerja Perawat…………………………………………………………… 13
1 Pengertian…………………………………………………………… 13
.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat………………… 14
3 Penilaian kinerja perawat…………………………………………… 16
4 Manfaat penilaian kinerja…………………………………………… 17
5 Standar penilaian kinerja perawat……………………………………. 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………………………………………………………… 22
B. Partisipan…………………………………………………………………… 22
C. Tempat Penelitian………………………………………………………….. 22
D. Waktu Penelitian…………………………………………………………… 22
E. Etika Penelitian…………………………………………………………….. 23
F. Alat Pengumpulan Data……………………………………………………. 24
G. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data…………………………………. 24
H. Pengolahan dan Analisa Data……………………………………………… 26
I. Keabsahan Data……………………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam dengan Perawat

Lampiran 3 SBAR Workshett

Lampiran 4 Naskah Roleplay Pelaksanaan Operan Antara Shift Pagi dan


Shift Siang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan


kesehatan yang melayani pasien dengan berbagai jenis pelayanan. Sesuai dengan UU no 44
tahun 2009 bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Karena itu perawat sebagai ujung
tombak pemberi pelayanan di Rumah Sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, aman dan professional sesuai dengan perkembangan IPTEK
kesehatan serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit yang mempunyai bagian posisi yang sangat strategis dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke Rumah Sakit. Mutu
pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu
faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di masyarakat. Menurut Al assar (2009)
mutu dapat dicapai jika pelayanan dapat diberikan secara pantas, hemat biaya serta mudah
didapat. Selain mutu pelayanan keperawatan, komunikasi memegang peranan penting dalam
proses pemberian asuhan keperawatan kepada klien sehingga dapat terjalin kerja sama
antara perawat dengan klien ataupun dengan sesama perawat.
Komunikasi merupakan bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam
pengaturan pelayanan keperawatan. Komunikasi yang baik antar sesama perawat dapat
menjalin kerja sama yang baik dalam melakukan pelayanan keperawatan. Misalnya, dalam
melakukan pergantian shift perawat atau yang disebut dengan overan perawat yakni perawat
secara lisan merangkum dan menjelaskan informasi tentang pasien yang menjadi tanggung
jawabnya di akhir shift. Sistem overan perlu dibentuk dengan strategi komunikasi yang baik.
Menurut hasil penelitian Catherine (2008) di Denver Health Medical Center kegagalan
komunikasi perawat dalam melakukan overan antar shift 30% disebabkan karena kegagalan
komunikasi secara langsung seperti komunikasi yang terlambat, kegagalan komunikasi
dengan semua anggota tim keperawatan, isi komunikasi yang tidak jelas. Hal ini
menyebabkan tujuan komunikasi yang diharapkan tidak tercapai dan menyebabkan
ketidakpuasan perawat dalam melakukan overan karena overan merupakan sarana
komunikasi perawat dalam menyampaikan dan menerima informasi secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan perawat serta
perkembangan kesehatannya. Akan tetapi, overan sering dilakukan hanya di nurse station
tanpa melihat keadaan pasien langsung dengan alasan kelelahan kerja perawat.

Timbang terima sering disebut dengan overan atau over hand. Overan adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu  Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Overan perawat dulu dilakukan secara tradisional yaitu dilakukan di meja perawat
menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan
atau diskusi, jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum, tidak ada feedback dari pasien dan keluarga sehingga informasi yang dibutuhkan
oleh pasien mengenai kesehatannya tidak up to date. Overan tradisional menyebabkan
ketidakpuasan baik itu dari pasien maupun perawat karena tidak ada komunikasi antara
perawat dengan pasien yang nantinya akan bermanfaat untuk pelayanan yang dilakukan.
Overan perawat secara modern dengan menggunakan teknik SBAR adalah
dengan menggunakan format pendokumentasian teknik SBAR pada masing-masing shift,
buku catatan overan, Rekam Medis pasien. Pertama, menyampaikan keadaan pasien dan
evaluasi tindakan yang sudah dilakukan dan kemajuan keadaan pasien setelah tindakan
dilakukan di nurse station. Setelah itu, overan dilanjutkan dengan melihat keadaan pasien
secara langsung dan menanyakan kepada pasien tentang kemajuan keadaan pasien dan
keluhan yang masih dirasakan serta pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga. Dengan demikian akan terjalin komunikasi yang efektif baik antara pasien dengan
perawat ataupun dengan sesama perawat antar shift.
Manfaat overan bagi perawat yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, perawat
dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna, peningkatan pemahaman
pelaksanaan timbang terima pasien, terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan
keperawatan, menimbulkan rasa aman, meningkatkan percaya diri/bangga. Manfaat overan
bagi pasien yaitu klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap. Manfaat overan bagi Rumah Sakit yaitu meningkatkan pelayanan keperawatan
kepada klien secara komprehensif.

Hal-hal yang perlu disampaikan dalam overan yaitu identitas klien dan diagnosa
medis, masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul, tindakan keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaborasi yang telah dilakukan, rencana umum
dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi,
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
Dalam komunikasi yang efektif khususnya dalam lingkungan perawatan
kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Meskipun digunakan setiap
hari dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan
disempurnakan oleh semua perawat sehingga terjalin komunikasi yang jelas, singkat dan
tepat. Untuk itu diperlukan pendekatan yang sistematik untuk memperbaiki komunikasi
tersebut salah satunya dengan teknik SBAR.
Komunikasi SBAR (Situasion-Background-Assessment-Recommendation) dalam
dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar patient safety dari Kaiser Permanente, Oakland,
California untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat. Menurut pakarnya,
teknik ini dapat menyimpulkan situasi dalam 5 - 10 detik.

Meskipun teknik SBAR didisain untuk komunikasi dalam situasi berisiko tinggi
antara perawat dan dokter, teknik ini juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan
tugas. Sebagai contoh, teknik ini dapat digunakan antar dokter, antar perawat, perawat
dengan pembawa pesan/ konsul agar dapat berinteraksi dan mengajukan pertanyaan. Di
Kaiser, tempat asalnya teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan/ serah terima tugas
antar klinisi namun juga untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, untuk mengirim
pesan via email atau voicemail serta oleh bagian IT untuk mengatasi masalah. Makin sering
digunakan, teknik ini akan menjadi budaya yang akan sangat menolong dalam situasi
emergensi yang membutuhkan respon cepat. Perlu disampaikan pada para dokter tentang
manfaat penerapan teknik ini seperti waktu telepon yang lebih singkat di tengah malam
karena singkatnya laporan dan berkurangnya tuntutan malpraktek karena kejadian tidak
diharapkan yang disebabkan oleh buruknya komunikasi.

Pada beberapa kasus yang terjadi kesalahan dalam berkomunikasi adalah


penyebab utamanya. Sebagaimana peristiwa yang dilaporkan ke komisi bersama Amerika
Serikat antara 1995 dan 2006 yaitu 25000-30000 kejadian buruk ini adalah karena masalah
komunikasi yang berbeda 6% dan juga karena tidak memadai tingkat keterampilannya
(WHO, 2007). Sesuai dengan kasus diatas Asosiasi Rumah Sakit Arizona dan kesehatan
(AzHHA) Komite Patient Safety mempercayai komunikasi SBAR akan membuat dampak
positif bagi profesi lain khususnya bagi profesi keperawatan sehingga akan mempermudah
komunikasi dan kinerja perawat dengan keyakinan bahwa komunikasi SBAR membantu
mereka untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif sehingga kejadian yang buruk tidak
terjadi.

Dengan terjalinnya komunikasi yang bagus di bidang kesehatan khususnya


komunikasi antara perawat dengan pasien atau dengan sesama perawat ini akan berdampak
atau mempengaruhi kualitas kinerja perawat tersebut. Dalam arti, apabila komunikasi dalam
overan berlangsung baik maka akan terjalin kerjasama yang bagus diantara perawat dan
kualitas kinerja perawat akan meningkat dalam memberikan proses asuhan keperawatan.
Apabila hal ini bisa dilakukan secara optimal maka akan mengurangi terjadinya konflik.
Dan sebaliknya, apabila komunikasi tidak berjalan secara optimal hal ini akan dapat
mempengaruhi terhadap kualitas peningkatan kinerja perawat dan akhirnya dapat
menimbulkan konflik.

Berdasarkan uraian diatas, kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh
seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjan yang bersangkutan dan Kinerja
perawat yaitu prilaku kerja yang ditampilkan oleh seseorang  yang didasari oleh motivasi
dan prilaku seorang perawat ( As’ad,1984 ). Menurut Mangkunegara (2000,67) Kinerja
berasal dari kata job performance atau actual performance (Prestasi kerja atau prestasi
sesunguhnya yang dicapai oleh seseorang) dan kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kwantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.    

Berdasarkan hasil penelitian Rina (2010), di bangsal non bedah ruang RI


Flamboyan dari hasil obervasi selama penelitian overan dari shift malam ke pagi dilakukan
secara modern yaitu dengan teknik SBAR overan dilakukan tidak hanya di nurse station tapi
sudah mengecek langsung pada keadaan pasien dan menanyakan langsung keluhan yang
dirasakan pasien serta bagaimana kemajuan perawatan yang dirasakannya. Akan tetapi hal
ini belum optimal karena overan hanya mengacu pada status Rekam Medis pasien.
Sedangkan overan untuk pagi ke sore atau sore ke malam sering dilakukan secara tradisional
yaitu overan hanya di nurse station tidak ada konfirmasi pada masing-masing pasien. Hal
yang demikian nantinya akan sangat mempengaruhi kualitas peningkatan kinerja perawat
apabila dibiarkan begitu saja. Oleh sebab itu, berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti bagaimana evaluasi metode overan dengan menggunakan teknik
SBAR terhadap kualitas peningkatan kinerja perawat di RSUP DR.M.Jamil Padang.

B. Perumusan Masalah

Overan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien. Overan yang baik menggunakan teknik SBAR adalah
dengan menggunakan format pendokumentasian teknik SBAR pada masing-masing shift,
buku catatan overan, Rekam Medis pasien. Apabila overan ini dilakukan dengan teknik
SBAR akan mempengaruhi kualitas peningkatan kinerja perawat dan hal ini nantinya akan
berdampak pada sikap profesionalisme seorang perawat. Berdasarkan latar belakang tersebut
masalah komunikasi dalam melakukan overan dengan teknik SBAR ini nantinya akan
mempengaruhi profesionalisme perawat dan harus diperhatikan oleh manajemen
keperawatan serta nantinya akan sangat mempengaruhi kualitas peningkatan kinerja
perawat. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana evaluasi metode overan
dengan menggunakan teknik SBAR terhadap kualitas peningkatan kinerja perawat di RSUP
DR.M.Jamil Padang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk mengeksplorasi tentang evaluasi metode overan dengan menggunakan teknik
SBAR terhadap peningkatan kualitas kinerja perawat di RSUP DR.M.Jamil Padang

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui evaluasi metode overan dengan menggunakan teknik
SBAR terhadap kualitas peningkatan kinerja perawat
b. Memberi gambaran apakah metode overan dengan teknik SBAR dapat
dilakukan oleh perawat di RSUP Dr.M.Jamil Padang
c. Memberi gambaran pengaruh overan dengan teknik SBAR terhadap kinerja
perawat
d. Memberi gambaran hambatan perawat dalam melakukan overan dengan
menggunakan teknik SBAR
D. Manfaat Penelitian

1. Rumah sakit

Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif

2. Perawat

1. Dengan diadakannya pelatihan akan dapat meningkatkan pengetahuan


perawat tentang teknik komunikasi SBAR dalam melakukan overan.

2. Meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pelayanan keperawatan


secara mandiri

3. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pustaka tentang evaluasi metode overan
dengan menggunakan teknik SBAR terhadap kinerja perawat di RSUP DR.M.Jamil
Padang sehingga dapat membantu dalam proses overan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Operan Perawat
1. Pengertian
Operan merupakan salah satu bentuk komunikasi perawat dalam
menginformasikan keadaan pasien. Menurut Friesen (2008) definisi dari operan adalah
transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi, dan konfirmasi tentang pasien.
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan saat itu  Informasi yang disampaikan harus akurat,
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna 
2. Tujuan Operan
1. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi perawat antar shift dan partisipasi
kelompok dalam membahas hal-hal yang menyangkut perawatan pasien
3. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota
tim perawat.
4. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
Dengan melakukan operan dengan baik maka tujuan operan untuk menyampaikan
informasi keadaan pasien besar manfaatnya baik bagi pasien serta keluarga maupun bagi
perawat itu sendiri.
3. Manfaat Operan
1. Manfaat bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar
perawat

c. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna

d. Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien

e. Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan

f. Menimbulkan rasa aman

g.   Meningkatkan percaya diri/bangga

2. Manfaat bagi pasien


a. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap 
3. Manfaat bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara
komprehensif
4. Hal-hal yang perlu disampaikan saat operan
a. Identitas pasien dan diagnosa medis
b. Masalah keperawatan yang muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum dilakukan
d. Intervensi kolaboratif
e. Rencana umum dan persiapan lain misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,
f. Persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
5 Operan dengan Metode Tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) bahwa
operan yang masih tradisional adalah hanya dilakukan di meja perawat, menggunakan
satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi,
jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum, tidak
ada feedback dari pasien dan keluarga sehingga informasi yang dibutuhkan oleh pasien
mengenai kesehatannya tidak up to date. Overan tradisional menyebabkan ketidakpuasan
baik itu dari pasien maupun perawat karena tidak ada komunikasi antara perawat dengan
pasien yang nantinya akan bermanfaat untuk pelayanan yang dilakukan.
6 Operan dengan cara modern
1. Operan dengan metode Bedside Handover
Menurut Kassesan dan Jagoo (2005) yaitu operan yang dilakukan
disamping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum metode operan secara
tradisional dengan handover sama, akan tetapi ada kelebihan dari handover yaitu:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terhadap
penyakitnya.
b. Hubungan caring dan komunikasi antara perawat dengan pasien dapat
terjalin
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety (2006) menyusun
pedoman implementasi untuk handover yaitu:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien
2. Informasi tentang pasien harus up to date meliputi terapi, pelayanan,
kondisi saat ini dan lain-lainnya
3. Harus ada verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat dengan
melakukan pengecekan seperti membaca ulang, atau mengklarifikasi
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, perawatan dan
terapi.
5. Operan tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi
2. Operan dengan menggunakan teknik SBAR
Menurut JCI (2010) Situasion-Background-Assessment-Recommendation
(SBAR) yaitu komunikasi yang digunakan untuk suatu bentuk percakapan terutama
dalam keadaan kritis yang membutuhkan tindakan segera dan perhatian dari dokter.
Keuntungan melakukan SBAR adalah diataranya
1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien

3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien


Teknik Situasion-Background-Assessment-Recommendation (SBAR)
dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar patient safety dari Kaiser
Permanente, Oakland, California untuk membantu komunikasi antara dokter dan
perawat. Menurut pakarnya, teknik ini dapat menyimpulkan situasi dalam 5 - 10 detik.
Meskipun teknik SBAR didisain untuk komunikasi dalam situasi berisiko tinggi
antara perawat dan dokter, teknik ini juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk
operan tugas. Sebagai contoh, teknik ini dapat digunakan antar dokter, antar perawat,
perawat dengan pembawa pesan/ konsul agar dapat berinteraksi dan mengajukan
pertanyaan. DiKaiser, tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk
operan/ serah terima tugas antar klinisi namun juga untuk berbagai laporan oleh
pimpinan unit kerja, untuk mengirim pesan via email atau voicemail serta oleh bagian IT
untuk mengatasi masalah.

Makin sering digunakan, teknik ini akan menjadi budaya yang akan sangat
menolong dalam situasi emergensi yang membutuhkan respon cepat. Perlu disampaikan
pada para dokter tentang manfaat penerapan teknik iniseperti waktu telepon yang
lebih singkat di tengah malam karena singkatnya laporan dan berkurangnya tuntutan
malpraktek karena kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh buruknya
komunikasi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan SBAR adalah suatu komunikasi
yang digunakan antara tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah pasien
secara tepat.

B. Komunikasi SBAR

1. Tujuan komunikasi SBAR

a. Memperbaiki komunikasi antar petugas kesehatan dalam merumuskan keadaan


pasien
b. Mengembangkan kerjasama dalam tim untuk meningkatkan budaya keselamatan
pasien.

c. Membantu merumuskan informasi tentang keadaan klinis pasien secara detail dan
fokus

2 Langkah-langkah Teknik Komunikasi SBAR dalam operan perawat:

1. Situasi = Situation menggambarkan situasi terkini tentang keadaan pasien termasuk


nama pasien, umur, tanggal masuk, hari rawatan, dokter yang merawat, diagnosa
medis, tanda-tanda vital dan masalah keperawatan

2. Latar belakang = Background yaitu informasi penting tentang keadaan pasien, alas
an masuk rumah sakit, keluhan utama pasien, diagnosa medis, riwayat penyakit
sebelumnya, prosedur medis yang telah dilakukan sebelumnya, diagnosa
keperawatan, intervensi yang telah dilakukan, dan catatan kemajuan pasien, riwayat
alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat intensif

3. Hasil pengkajian = assessment yaitu jelaskan hasil pengkajian pasien terkini tentang
tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, status eliminasi dan tindakan yang telah
dilakukan apa yang dibutuhkan pasien saat ini, hasil nutrisi dan eliminasi, hasil
labor dan catatan kemajuan pasien

4. Rekomendasi = recommendation yaitu rekomendasi intervensi keperawatan yang


perlu dilanjutkan termasuk pasien pulang dan pendidikan kesehatan kepada pasien.

SBAR

 Memberikan pikiran pokok utama dalam 5 – 10 detik


S
“ Apa yang terjadi dengan pasien” ?

 Menghubungkan data yang obyektif dengan kondisi pasient yang


B spesifik pada saat ini.
“ Hal-hal apa yang melatarbelakangi kondisi klinis pasien”?

A  Perawat memberikan penilaian dari situasi terkini dengan benar.


“ Saya pikir apakah problemnya”?

R  Recommendation : ditunjukan kepada “ apakah kita perlu melakuakn “


pendekatan kolaborasi.

C. Kinerja Perawat
1. Pengertian
Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku
untuk pekerjan yang bersangkutan dan kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel
yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan
jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001). Menurut Mangkunegara (2000,67)
kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (Prestasi kerja atau
prestasi sesunguhnya yang dicapai oleh seseorang) dan kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kwantitas yang dicapai seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.  
Kinerja perawat yaitu tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak
melanggar hukum, aturan serta sesuai moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat
memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Yocobales, 1997).
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan, ukuran
dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk
meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan memengaruhi bagaimana
seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun
demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran, apakah
seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk kuantitatif dan kualitatif
standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan memegang peranan penting. 
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat
Prestasi kerja atau pencapaian kinerja yang kurang baik karena kurangnya
pengetahuan, kurangnya ketrampilan, kurangnya motivasi dan kurangnya keyakinan diri
(Foster&Seeker, 2001). Menurut Nursalam 1998, faktor yang mempengaruhi
perkembangan perawat secara profesional adalah sebagai berikut:
1.       Antheical terhadap pekerjaan keperawatan.
Karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakanya pendidikan
keperawatan secara profesional, perawat lebih cenderung untuk melaksanakan
perannya secara rutinitas dan menunggu perintah dari dokter.
2.       Rendahnya rasa percaya diri
Perawat belum mampu menyediakan dirinya sebagai sumber informasi bagi klien,
rendahnya rasa percaya diri disebabkan oleh karena rendahnya pendidikan,
rendahnya pengetauan, dan tehnologi-tehnologi yang memadai.
3. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan
Pengetauan dan keterampilan perawat terhadap riset masih sangat rendah. Hal ini
ditunjukan dengan rendahnya hasil riset di bandingkan dengan profesi yang lain.
Rendahnya gaji perawat berdampak pada kinerja perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan.
4. Rendahnya standar gaji
Bagi perawat yang bekerja pada institusi pemerintah di dalam negeri dirasakan masih
rendahnya bila dibandingkan dengan negeri lain. Rendahnya gaji perawat berdampak
pada asuhan keperawatan yang profesional.
5. Sangat minimya perawat yang menduduki jabatan struktural di Institusi kesehatan.
Masalah ini sangat mempengaruhi dalam perkembangan profesi keperawatan, karena
sistim sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya pelayanan yang baik.
 Dan menurut James Gibson  (1993)  ada tiga kelompok variabel yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja adalah :
1. Variabel individu (internal) meliputi: kemampuan dan keterampilan, latar belakang,
dan demografi. Kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja individu.
2. Variabel psikologis psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987), banyak dipengaruhi oleh
keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal
yang komplek dan sulit untuk diukur, juga menyatakan sukar mencapai kesepakatan
tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan
bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan
keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.
3. Variabel organisasi, menurut Gibson (1987) berefek tidak langsung terhadap perilaku
dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub-variabel sumber
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002), ada teori yang mengemukakan tentang


faktor-faktor yang memengaruhi kinerja yang disingkat menjadi “ACHIEVE” yang
artinya Ability (kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat
dikembangkan), Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material
maupun non material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity
(pedoman/petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja).
Menurut teori Atribusi atau Expectancy Theory, dikemukakan oleh Heider,
pendekatan atribusi mengenai kinerja dirumuskan sebagai berikut: K= M x A, yaitu K
adalah kinerja, M adalah motivasi, dan A adalah ability. Konsep ini menjadi sangat
populer dan sering kali diikuti oleh ahli-ahli lain, menurut teori ini, kinerja adalah
interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar).
Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya tetapi memiliki kemampuan
yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah, begitu pula orang yang
berkemampuan tinggi tetapi rendah motivasinya. Motivasi merupakan faktor penting
dalam mendorong setiap karyawan untuk bekerja secara produktif, sehingga berdampak
pada kinerja karyawan (Siagian, 1995).
3 Penilaian Kinerja Perawat
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dipercaya oleh manajer perawat
dalam mengontrol sumber daya manusia yang produktivitas  Proses penilain kinerja dapat
digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka
menghasilkan jasa keperawatan dalam kuwalitas dan volume yang tinggi (swanbrung,
1987 dikutip oleh nursalam,2000:307). dan sedangkan menurut Sikula yang kutip oleh
Mangkunegara (2001)  “ penilaian kinerja merupakan evaluasi yang sistimatis dari
pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan ”.

Begitu juga menurut Zakaria, (2003) Penilaian kinerja merupakan proses yang
mengevaluasi kinerja perawat dengan menggunakan format yang telah ditentukan, dapat
digunakan dengan mengembangkan tugas yang valid dan reliable serta menghasilkan
beberapa hal yang penting dan positif. Pada dasarnya ada dua model penilaian kinerja:
a. Penilaian sendiri (Self Assesment).
Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk mengukur
dan memahami perbedaaan individu. Ada dua teori yang menyarankan peran sentral
dari penilaian sendiri dalam memahami perilaku individu. Teori tersebut adalah
teori kontrol dan interaksi simbolik. Menurut teori kontrol yang dijelaskan oleh
Carver dan Scheier (1981) yang dikutip oleh Ilyas (2001), individu harus
menyelesaikan tiga tugas untuk mencapai tujuan mereka. Mereka harus menetapkan
standar untuk perilaku mereka, mendeteksi perbedaan antara perilaku mereka dan
standarnya (umpan balik), dan berperilaku yang sesuai dan layak untuk mengurangi
perbedaan ini. Inti dari teori interaksi simbolik adalah preposisi yaitu kita
mengembangkan konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri berdasarkan pada
kepercayaan kita tentang bagaimana orang memahami dan mengevaluasi kita.
Penilaian sendiri dilakukan bila personel mampu melakukan penilaian terhadap
proses dari hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari tugas
organisasi. Penilaian sendiri ditentukan oleh sejumlah faktor kepribadian,
pengalaman, dan pengetahuan, serta sosio-demografis seperti suku dan pendidikan.
Dengan demikian, tingkat kematangan personel dalam menilai hasil karya sendiri
menjadi hal yang patut dipertimbangkan (Ilyas, 2001).
b. Penilaian atasan.
Pada organisasi dengan kematangan tingkat majemuk, personal biasanya dinilai
oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian ini yang termasuk yang
dilakukan oleh supervisor atau atasan langsung
c. Penilaian mitra
Penilaian mitra lebih cocok digunakan pada kelompok kerja yang mempunyai
otonomi yang cukup tinggi, dimana wewenang pengambilan keputusan pada
tingkat tertentu telah didelegasikan oleh manajemen kepada anggota kelompok
kerja. Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh anggota kelompok dan umpan
balik untuk personel yang dinilai dilakukan oleh komite kelompok kerja dan
bukan oleh supervisor. Penilaian mitra biasanya lebih ditujukan untuk
pengembangan personel dibandingkan untuk evaluasi.

d. Penilaian bawahan

Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama dilakukan dengan tujuan


untuk pengembangan dan umpan balik personal. Umpan balik bawahan
berdasarkan kriteria sebagai berikut: pencapaian perencanaan kinerja strategik,
pencapaian komitmen personel, dokumentasi kinerja personel, umpan balik dan
pelatihan personel, pelaksanaan penilaian kinerja, dan imbalan kinerja. Manajer
diharapkan mengubah perilaku manajemen sesuai dengan harapan bawahan.
4 Manfaat penilaian kinerja (Prestasi kerja)

Drs .T. Hani Handoko, dikutip Cahyono, B.T (1996) menyebutkan manfaat
penilaian prestasi kerja sebagai berikut:

1. Perbaikan prestasi kerja. Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan,


pemimpin dan bagian keperawatan membetulkan karyawan dan membetulkan
kegiatan karyawan untuk memperbaiki prestasi.

2. Penyesuaian kompensasi. Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil


keputusan dalam menentukan kenaikan gaji, pemberian intensif dan bentuk
kompensasi lainya.

3. Keputusan penempatan. Promosi dan mutasi biasanya didasarkan pada prestasi kerja
masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupkan bentuk penghargaan prestasi
kerjanya.

4. Kebutuhan latihan dan pengembangan. Prestasi yang jelek mungkin menunujukan


kebutuhan latihan. Demikian pula prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi
yang harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan pengembangan karier. Umpan balik prestasi mengarahkan
keputusan karier, yaitu tentang jalur karier yang harus diteliti

6. Kesalahan desain pekerjaan. Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu
tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilain prestasi membantu diagnosa
kesalahan tersebut.

5. Standar Penilaian Kinerja Perawat

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien digunakan


standar asuhan keperawatan  yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan. Standart asuhan keperawatan telah disusun oleh tim
departemen kesehatan RI (2001) dengan tahapan proses keperawatan yang meliputi:

1. Standart I : Pengkajian Keperawatan


Asuhan keperawatan memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara
terus menerus, tentang keadaan untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semuan anggota tim
kesehatan (Depkes RI, 1997). Komponen Pengkajian Keperawatan meliputi :
A)    Pengumpulan Data, Kriteria :
(1)          Menggunakan format yang baku.
(2)          Sistimatis.
(3)          Diisi sesuai dengan item yang tersedia.
(4)          Actual (baru).
(5)          Absah (valid).
B)    Pengelompokan Data, Kriteria:
(1)          Data biologis.
(2)          Dta Psikologis.
(3)          Data sosial
(4)          Data spiritual.
C)        Perumusan Masalah, kriteria :
(1)          Kesenjangan antara status kesehatan dan norma dan pola fungsi
Kehidupan
(2)          Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan

2.   Standar II : Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data , status kesehatan
pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.
Kriteria:
a)  Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien
b)   Dibuat sesuai dengan wewenang perawat
c) Komponenya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE).
d) Bersifat actual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi. Bersifat
potensial apabila msalah kesehatan pasien, kemungkinan besar akan terjadi
e)   Dapat ditanggulangi oleh perawat.
3. Standar III : Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawtan.
Komponen perencanaan meliputi :
a)          Prioritas masalah, kriteria :
(1)       Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas
utama
(2)        Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua.
(3)    Masalah-masalah yang mempengarui perilaku merupakan prioritas
ketiga.
b)        Tujuan asuhan keperawatan, kriteria;
(1)     Spesifik
(2)      Bisa diukur
(3)      Realistik
(4)     Bisa dicapai
(5)      Ada batas waktu
c)        Rencana Tindakan
(1)    Disusun berdasarkan asuhan keperawatan
(2)     Melibatkan pasien dan keluarga
(3)      Mempertimbangkan latar belakang budaya pasin/keluarga
(4)      Menentukan alternatif tindakan
(5)        Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya fasilitas yang ada.
(6)      Menjamin rasa aman dan nyaman
(7)     Kalimat instruksi, ringkas, tegas dan bahasanya mudah dimengerti
4. Standart IV: Intervensi keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah pelaksanan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahaan, pemeliharaan, serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien da keluarganya. Kriteria :
a)      Dilaksanakan sesuai rencana keperawatan
b)      Menyangkut keadaan bio, psiko-sosio spiritual pasien.
c)     Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien/keluarga
d)     Sesuai dangan waktu yang ditetentukan
e)      Menggunakan sumber daya yang ada
f)       Menetapkan sistim aseptic dan antiseptic
g)      Menerapkan aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan pasien.
h)      Melaksanakan perbaikan tindakan sesuai dangan respon pasien
i)        Merujuk dengan segera bila ada masalah yang telah mengancam keselamatan
pasien
j)        Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
k)      Merapikan pasien, alat, setelah melakukan tindakan
l) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang
telah ditentukan

5. Standart  V : Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistimatis dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria :
a)      Setiap tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi
b)   Evaluasi hasil mengunakan yang ada pada rumusan tujuan
c)   Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomonikasikan
d)   Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainya
e)   Evaluasi dilakukan sesuai dangan standar
6. Standar VI : Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dicatat secara individu. Kriteria :
a)      Dilakukan pasien selama nginap dan rawat jalan
b)      Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komonikasi dan laporan
c)      Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
d)     Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku
e)      Sesuai dengan proses pelaksanaan  keperawatan
f)      Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama parawat yang
melaksanakan tindakan dan waktunya.
g) Mengunakan formulir yang baku
h) Disimpan sesuai dengan peraturan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif
yaitu penelitian ini dilakukan pada keadaan alamiah atau kejadian yang sedang terjadi di
lapangan, dengan menggunakan pendekatan action yang merupakan salah satu bentuk
rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi
dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan
perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Kualitatif action ini
merupakan penelitian yang ditujukan untuk menemukan metode yang paling efektif dalam
kegiatan sehari-hari di tempat kerja maupun di organisasi lain. Sehingga penelitian kualitatif
dengan pendekatan action ini cocok untuk menggali secara mendalam bagaimana evaluasi
metode overan dengan menggunakan teknik SBAR terhadap peningkatan kualitas kinerja
perawat di RSUP DR.M.Jamil Padang

B. Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bertugas di ruang
bedah pria RSUP DR.M.Jamil Padang. Partisipan dipilih sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dari peneliti meliputi; bersedia menjadi informan, perawat yang bekerja di ruang
bedah pria RSUP DR.M.Jamil Padang. Prinsip dasar jumlah partisipan pada penelitian
kualitatif adalah adanya saturasi data yaitu: partisipan yang melakukan tindakan overan
tidak sesuai dengan teknik SBAR atau tidak sesuai dengan SOP.
C. Tempat Penelitian
Pengumpulan data akan dilakukan di ruang bedah pria RSUP DR.M.Jamil Padang.
Ruang bedah pria sebagai salah satu ruangan yang akan dipakai dalam penelitian ini.
D. Waktu Penelitian
Proposal ini dimulai dari bulan Juni 2013, pelaksanaan penelitian di awal bulan
Agustus 2013 dan penelitian ini berakhir di bulan September 2013

E. Etika Penelitian
Pada bagian ini ada prinsip-prinsip dasar etika penelitian yaitu:
1. Autonomy merupakan prinsip etik dalam memberikan keabsahan bagi partisipan untuk
terlibat atau tidak dalam penelitian ini ataupun bagian analisis data diuraikan proses
pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan
lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Untuk
memperkecil penolakan dari dari calon partisipan, peneliti menjelaskan tentang manfaat
penelitian serta kontribusi yang dapat diberikan bagi peningkatan mutu dalam tindakan
overan di RSUP Dr.M.Jamil Padang
2. Beneficence, bahwa hasil penelitian harus berdampak positif atau penelitian yang
memberikan manfaat yaitu perawat dapat melakukan overan dengan teknik SBAR
sehingga nantinya dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara
komprehensif serta dapat meningkatkan kualitas kinerja perawat. Adanya partisipan
dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat sehingga dapat diketahui bagaimana
evaluasi metode overan dengan teknik SBAR terhadap peningkatan kualitas kinerja
perawat di RSUP Dr.M.Jamil Padang dan apakah metode ini cocok dilakukan di sana.
3. Nonmaleficence, bahwa penelitian ini menghindari kerugian atau dampak yang tidak
menyenangkan terhadap partisipan. Apabila memungkinkan peneliti mewawancarai atau
melakukan informed consent ulang, penelitian ini dilakukan dengan wawancara
mendalam dan tidak ada perlakuan secara fisik maupun tekanana emosional.
4. Justice, dimana penelitian akan menghargai partisipan dalam menjaga kerahasiaan.
Penelitian ini memperlakukan semua partisipan secara adil dan seluruh partisipan
mempunyai hak yang sama.
5. Anonimity merupakan prinsip yang menjaga kerahasiaan yang mencakup bahwa
informasi apapun yang diperoleh partisipan tidak dipublikasikan untuk umum atau pihak
lain yang terlibat dalam penelitian ini.
6. Informed consent yaitu bahwa partisipan memahami informasi untuk bebas memilih dan
memberikan persetujuan secara sukarela untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini,
partisipan harus memiliki informasi yang adekuat terkait penelitian yang akan dilakukan,
memiliki kebebasan memilih dan memberikan persetujuan secara sukarela untuk
berpartisipasi atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini
memberikan penjelasan dengan menggunakan formed informed consent dan meminta
partisipan menandatangani informed consent tersebut sebagai bukti partisipan
menyetujui untuk berpartipasi dalam penelitian ini, Sugiono (2011)
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan alat
bantu berupa tape recorder dan buku catatan. Alat bantu yang lain yang digunakan berupa
voice recorder untuk merekam ungkapan verbal partisipan, hand camcorder untuk merekam
ungkapan non verbal partisipan, alat bantu yang lain berupa catatan lapangan atau fields
notes untuk membantu memperoleh gambaran tentang kejadian penting selama proses
wawancara dilakukan
G. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan observasi,
wawancara mendalam (Indepth Interview) untuk menggali pengalaman perawat dalam
melakukan overan. Sebelumnya peneliti akan melakukan overan dengan teknik SBAR
kemudian dilakukan evaluasi bagaimana metode overan dengan teknik SBAR apakah dapat
meningkatkan kualitas peningkatan kinerja perawat dan apakah cocok dilakukan di rungan
tersebut. Kemudian dilakukan wawancara secara mendalam untuk dapat memperoleh
informasi tentang teknik overan yang dilakukan serta apa hambatan dalam melakukannya.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian ini.
Proses pengumpulan data secara umum yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Atau
dengan kata lain observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan yaitu fakta mengenai
dunia nyata yang diperoleh melalui observasi, melakukan pengamatan peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, observasi terus terang kepada sumber data
bahwa ia sedang melakukan penelitian, observasi tidak berstruktur yaitu fokus observasi
selama kegiatan obervasi berlangsung sedangkan objek penelitian kualitatif yang akan
diobservasi adalah tempat, waktu dan kegiatan.
Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang
dilakukan sesuai pedoman wawancara yang dibuat mengikuti jawaban partisipan untuk
mendapatkan data yang lebih mendalam. Peneliti merekam hasil wawancara tersebut
mencatat dan merekam sumber data langsung berupa kata-kata atau kalimat yang
diungkapkan oleh orang yang ada disekitar partisipan. Langkah-langkah wawancara dengan
menetapkan siapa yang mau diwawancarai, menyiapkan pokok masalah, membuka alur
wawancara, menginformasikan hasil, menulis hasil wawancara, mengidentifikasi tindak
lanjut hasil wawancara. Wawancara yang dilakukan peneliti direncanakan 1 kali namun
apabila ada informasi yang kurang jelas pada wawancara pertama maka akan dilakukan
wawancara ulang untuk melengkapi informasi. Lama waktu wawancara untuk masing-
masing partisipan selama 45 menit. Alat yang digunakan berupa buku catatan, pulpen, kaset
tape recorder.
Metode lain adalah dokumentasi yaitu berupa catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumentasi bisa berupa tulisan, gambar. Dokumentasi yang berupa gambar
misalnya foto, sketsa dan lain-lain. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara.
Pada penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data ada 3 tahap yaitu:
1. Tahap persiapan yaitu dengan mengajukan surat permohonan melakukan
penelitian dan surat kajian etik dari komite etik Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Andalas selanjutnya peneliti mengurus resume proposal dan izin
penelitian oleh komite etik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Andalas untuk
mendapat izin.
2. Tahap pelaksanaan yaitu peneliti berkoordinasi dengan kepala bidang
keperawatan untuk langsung menentukan perawat yang layak dijadikan partisipan,
selanjutnya peneliti menentukan partisipan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Sebelum melakukan tindakan dan wawancara mendalam,
peneliti terlebih dahulu harus membina hubungan saling percaya dengan
partisipan. Kemudian memberikan penjelasan penelitian kepada partisipan setelah
memahami penjelasan dan menyatakan setuju untuk menjadi partisipan maka
partisipan menandatangani lembar informed consent dan peneliti mulai melakukan
tindakan overan dengan teknik SBAR yang diikuti oleh perawat kemudian
nantinya perawat tersebut yang melakukan tindakan overan dengan teknik SBAR
dan peneliti akan mendampingi. Kemudian dilakukan wawancara untuk
mengetahui evaluasinya seperti apa dan apakah cocok dilakukan di ruangan
tersebut. Dan setelah itu, peneliti akan melakukan wawancara kepada perawat
berdasarkan pedoman yang telah disediakan. Pedoman wawancara merupakan alat
untuk memandu peneliti untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya
sesuai dengan tujuan penelitian. Urutan wawancara tidak tergantung pedoman
tetapi sesuai arah pembicaraan partisipan, apabila partisipan tidak dapat
memberikan informasi sesuai dengan yang ditanyakan maka diberikan ilustrasi
atau contoh agar dapat menangkap maksud pertanyaan penelitian. Pada proses ini
peneliti tidak memberikan penilaian berdasarkan pemahaman atau pengalaman
yang dimiliki sebelumnya oleh peneliti atau tehnik bracketing. Wawancara selesai
apabila seluruh informasi yang dibutuhkan telah diperoleh, hasil wawancar
direkam dengan alat perekam kemudian ditranskripkan secara kata perkata
kemudian mendengarkan kembali untuk menilai keakuratan data sambil membaca
transkrip secara berulang-ulang. Untuk data yang mendukung peneliti
menambahkan catatan lapangan kedalam transkrip verbatim.
3. Tahap terminasi yaitu peneliti menutup wawancara dengan membuat persetujuan
dan membuat janji untuk pertemuan berikutnya jika diperlukan, menjelaskan
bahwa proses penelitian telah berakhir dan mengucapkan terima kasih atas
kerjasama partisipan selama penelitian.
H. Pengolahan dan Analisa Data
Pada penelitian action (tindakan) ini proses pengolahan data diawali dengan
melakukan evaluasi pada tindakan metode overan dengan teknik SBAR terhadap kualitas
peningkatan kinerja perawat yang telah dilakukan. Kemudian dilihat apakah metode ini
cocok dilakukan di ruangan tersebut atau tidak. Setelah itu data yang telah diwawancarai
akan dijabarkan dan ditulis seluruhnya kedalam “transkrip” untuk selanjutnya dilakukan
pengorganisasian dan pengolahan data (mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode dan mengkategorikan) untuk merumuskan tema.

Pengolahan data dilakukan secara manual. Tekhnik analisis yang digunakan


adalah analisis domain (domain analysis) pada tahap pengelompokan dan penetapan tema
dan analisis konten (content analysis) yaitu pengelompokkan informasi yang diperoleh
berdasarkan topik dan membandingkannya dengan teori yang ada. Secara lengkap langkah
pengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis sebagai berikut:

a. Mendengarkan rekaman hasil wawancara mendalam.


b. Membuat transkrip hasil wawancara mendalam.
c. Menyusun semua tema yang muncul secara bersamaan dan mengelompokkan dalam
kategori.
d. Menyusun semua tema kedalam ringkasan (matriks) temuan dari hasil wawancara
mendalam agar didapat hasil sementara.
e. Menarik semua skema untuk mendapatkan bimbingan antar kategori.
f. Merujuk dan mengembangkan resume dari skema yang telah didapat dengan
literature yang berhubungan.
g. Membuat interpretasi secara komprehensif dan dapat dimengerti.
h. Menyajikan data hasil analisis.
Analisa data merupakan proses mencari, menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dengan
mengorganisasikan kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola dan memilih mana yang penting dan aman untuk dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa data model Collaizzi yaitu
diurutkan alur analisis datanya mengumpulkan seluruh data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara mendalam kepada perawat di ruang Bedah pria RSUP Dr.M.Jamil
Padang dengan jelas membuat transkrip dari hasil wawancara tersebut, mengorganisasi
dengan membaca ulang hasil transkrip, mencatat kata kunci dipahami untuk menentukan
tema yang muncul, menyusun deskriptif naratif, menanyakan kembali kepada partisipan
tentang metode overan dengan teknik SBAR terhadap kualitas kinerja perawat.

I. Keabsahan Data
Penelitian kualitatif seperti hasil kuantitatif, hasil analisis penelitian kualitatif
dapat dipercaya karena menampilkan pengalaman partisipan secara adekuat. Dalam
pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan:

1. Uji Kredibility

Dilakukan dengan mengumpulkan data secara lengkap dengan wawancara mendalam


dengan memperlihatkan transkrip hasil wawancara dan kisi kepada partisipan sambil
melanjutkan wawancara berikutnya di ruang Bedah Pria RSUP.Dr.M.Jamil Padang

2. Pengujian Dependability

Dependability merupakan kestabilan data dari waktu ke waktu disetiap kondisi apapun,
untuk itu diperlukan bantuan penelaah eksternal dalam hal ini adalah pembimbing tesis
(inquiry audit) Polit Hungler (1999)

3. Pengujian Konfirmability

Konfirmability merupakan objektifitas dan netralitas data dimana terdapat persetujuan


antara dua orang atau lebih dalam relevansi dan arti dari data Polit & Beck (2004).
Peneliti menunjukkan transkrip hasil wawancara, kisi-kisi, catatan lapangan, subtema,
tabel kategori kepada pembimbing tesis.

4. Pengujian Tranferability

Bagi penelitian naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai sehingga manakala
hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Supaya
orang lain dapat memahami hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat
laporannya harus meberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. (ed.6). Jakarta : Rineka Cipta

Artikel. (2008). Kinerja perawat. http://ebookbrowse.com/ki/kinerja-perawat. (diunduh 7 Juni


2013).

Artikel. (2012). Pedoman peningkatan kinerja perawat.

http://ebookperawat.blogspot.com/2012/07/pedoman-peningkatan-kinerja-perawat-
di_16.html. (diunduh 6 Juni 2013).

Artikel. (2010). Pengertian kinerja. http://moershaell.blogspot.com/2010/05/pengertian-kinerja.html

(diunduh 6 Juni 2013).

Basrowi. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Dahlan, M.S. (2010). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan
kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto

Depkes. RI. (2005). Indikator kinerja Rumah Sakit. Depkes RI. Jakarta

Giilies. (1996). Managemen Keperawatan; suatu pendekatan system. Edisi kedua. Jakarta: EGC

Ilyas, Y. (2005). Kinerja, teori, penilaian dan penelitian. Cetakan pertama. Depok Badan
Penerbit FM-UI

JCI Patient Safety.SBAR: a shared mental model for improving communication between
clinician.2006.32(3) 167-175 http://www.jcipatientsafety.org/docViewer.aspx

Mangkunegara, P.A.A. (2005). Evaluasi kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama


Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman
skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan edisi 2. Jakarta : Salemba

Safitri, Rina. (2012). Pengaruh Teknik Komunikasi SBAR terhadap motivasi dan kepuasan
perawat dalam melakukan operan di ruang rawat inap

Soeprihanto, J. (2000). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. BPFE. Yogjakarta

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfa

Susilo, Harry W. (2010). Penelitian Kualitatif Aplikasi Pada Penelitian Ilmu Kesehatan

UU No 44. (2009). Tentang Rumah Sakit: Depkes RI

Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja. Edisi ke 3. Jakarta:

Widodo. (2004). Cerdik menyusun proposal penelitian skripsi, tesis dan disertasi. Jakarta:
Yayasan Kelopak
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

EVALUASI METODE OVERAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SBAR


TERHADAP KUALITAS PENINGKATAN KINERJA PERAWAT

DI RSUP DR.M.JAMIL PADANG

Pernyataan Pembuka
Salam, saya tertarik terhadap tindakan overan dengan teknik SBAR terhadap kualitas
peningkatan kinerja perawat disini dan saya ingin mecoba untuk melakukannya dan nantinya
saya akan mengevaluasi bagimana tindakan overan dengan teknik SBAR terhadap kualitas
peningkatan kinerja perawat. Pada kesempatan ini, saya ingin saudara menceritakan tentang
pengalaman atau hambatan dalam melakukan overan dengan teknik SBAR tersebut.
Contoh pertanyaan untuk memfasilitasi wawancara antara lain:
1. Bagaimana menurut saudara, pelaksanaan overan di ruangan tempat saudara bertugas?
2. Bagaimana menurut saudara, apakah overan yang selama ini dilakukan di ruangan ini
sudah sesuai dengan standar yang ada?
3. Menurut saudara, apa hambatan dalam melakukan overan dengan teknik SBAR di
ruangan ini?
4. Menurut saudara, apa solusi untuk mengatasi hambatan tersebut?
5. Menurut saudara, apakah metode overan dengan teknik SBAR dapat dilakukan secara
optimal di ruangan ini?
6. Menurut saudara, bagaimana evaluasi setelah kita melakukan overan dengan teknik
SBAR?
7. Menurut saudara, bagaimana kualitas kinerja perawat di ruangan ini?
8. Menurut saudara, apakah ada pengaruh metode overan dengan teknik SBAR terhadap
kualitas peningkatan kinerja perawat?
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PADA PENELITIAN

STUDI ACTION: EVALUASI METODE OVERAN DENGAN MENGGUNAKAN


TEKNIK SBAR TERHADAP KUALITAS PENINGKATAN KINERJA PERAWAT

DI RSUD Dr.RASIDIN PADANG

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Domisili :
Setelah membaca dan mendengar penjelasan penelitian ini dan setelah mendapat jawaban
tentang manfaat penelitian ini, maka saya memahami tujuan dan manfaat bagi proses overan
terhadap perawat dan pihak Rumah Sakit, dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai
partisipan. Saya berhak menghentikan partisipasi dalam penelitian ini jika suatu saat saya merasa
keberatan.
Dengan menandatangani surat persetujuan ini, berarti saya telah menyatakan kesediaan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Padang…………………………….

Peneliti Partisipan
(………………………) (………………………)
Lampiran 3

SBAR WORKSHEET

S Selamat pagi dokter ............... saya suster ............

Melaporkan pasien (nama dan kamar), umur ..........

Sebutkan kondisi pasien yang spesifik, misal :

Drainage dari luka incise/selang dada/penurunnan haluaran urine dll.

Pasien gelisah ........

Tanda-tanda vital mengalami penurunan/peningkatan.

B Perawat menyiapkan data-data pasien missal MR, lembar balans/catatan lain.

Sebutkan diagnosa masuk ......... tgl. Mrs/hari rawat ke ....... atau panas hari ke
.......... atau post op. Hari ke .......... Tindakan yang sudah dilakukan .......... obat-
obat yang sudah diberikan (bila P/B sebutkan semua obat yang. Dikonsumsi
px.)

Untuk hand over sebutkan obat yang mendukung situasi/masalah

Adakah alergi .........

O2 ......... I/min atau berapa ........ % untuk ........ (dalam berapa jam pemberian)

Tem. ........ nadi ........ RR ......... B/P ......... O2 sat ........ (check adanya
perubahan).

Hasil lab. (abnormal) – masuknya tgl. Dan waktu pemeriksaan, bandingan


dengan hasil sebelumnya.

Cantumkan informasi klinis yang lain misal :


 Tingkat kesadaran ..........
 Bunyi napas ..........
 Warna kulit ..........
 Urine output ..........
 Extremities ...........
A Apa penilaian anda pada situasi itu ?

Saya pikir masalahnya adalah ; tulisan masalah yang anda pikirkan OR

Saya tidak yakin apa masalahnya, tetapi pasien memburuk. OR

Pasien kelihatannya tidak stabil.

R Apa yang anda inginkan dari dokter ?

Recommendations/ Interventions :

Haruskah saya mulai dengan pemberian O2, I.V.dll.?

Apakah pasien perlu diperiksakan X-RAY, BGA, EGC dan test yang lain?
Lampiran 4

NASKAH ROLEPLAY PELAKSANAAN OPERAN ANTARA


SHIFT PAGI DAN SHIFT SIANG

Pemeran Role Play


Narator:
Kepala Ruangan
Ka Tim (Pagi) I
Ka Tim (Pagi) II
Perawat Pelaksana pagi dan siang

Suasana siang di ruang bedah pria RSUD Dr.Rasidin Padang tampak seperti biasa.
Perawat yang dinas sore sudah mulai datang. Sebelum perawat yang bertugas pada siang hari
memulai aktivitasnya terlebih dahulu dilakukan pergantian shift (operan) di nurse station.
Dimana perawat pelaksana, Katim dan kepala ruangan berkumpul untuk menyampaikan dan
menerima laporan terkait dengan keadaan pasien baik itu shift malam, shift pagi dan shift sore.
Tepat pukul 14.00 kepala ruangan membuka diskusi dengan perawat. Masing-masing
perawat yang bertugas pada pagi hari menyampaikan laporannya tentang kondisi pasien kepada
perawat yang berdinas sore untuk mengetahui lebih jelas tentang perawatan yang sudah
dilakukan sejak pagi hari.
Di Nurse Station
Assalamualaikum, wr.wb terima kasih untuk semua rekan perawat yang telah berkumpul
disini untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada hari ini. Baiklah kita langsung
saja untuk shift pagi ada 4 orang perawat yang bertugas. Jumlah pasien seluruhnya yaitu 7 orang.
Di ruang 1 ada 3 pasien, di ruang 2 ada 4 orang pasien. Silahkan Katim pagi menjelaskan
keadaan pasien pada ruang 1 dan 2.
Katim Pagi 1
Terima kasih kepada ibu karu atas kesempatannya. Baiklah di ruang 1 Ny. Tholhah (42
thn) (5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU: baik, komposmentis. TD: 110/80,
N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: nyeri pada luka lengan atas sebelah kanan
dengan skala 7. Masalah keperawatan: Nyeri, Resti infeksi dan gangguan integritas kulit.
Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti balut, Injeksi Tramadol
1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yg belum dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji
luka dan kaji nyeri. Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20 tts/mnt.
Persiapan lain tidak ada. Baiklah untuk di ruang 2 akan disampaikan oleh Katim 2
Katim pagi 2
Di ruang 2 ada 4 orang pasien. Ny. Dewi (41 thn)
(5874031) Ca.Mammae / Dr. Samsul KU: baik, komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR:
20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: takut kalau mau dioperasi. Masalah keperawatan: Ansietas. Rencana
yg sudah dilakukan: monitor TTV, Motivasi individu. Rencana yg belum dilakukan: Relaksasi,
Pendidikan klien. Terapi: Vitamin C 3 x 500 mg, Vitamin B kompleks 3 x 1 tablet peroral.
Persiapan lain : Cek darah rutin.
Terima kasih untuk laporannya, saya serahkan buku operan, format panduan SBAR ini
pada perawat dinas sore. Dan sekarang kita langsung melihat kondisi pasien ke ruangan. Baiklah
untuk shift dinas sore kita melakukan operan bersama-sama Karu, perawat shift pagi dan sore ke
ruangan 1.
Katim pagi 1
Situasi
Selamat siang buk, sekarang ibu akan dirawat oleh perawat sore (perawat sore
memperkenalkan diri). Perkenalkan saya perawat A, saya bertugas di sini dari pukul 14.00-
21.00. bagaimana kondisi ibu sekarang? Bagaimana istirahat bapak? (ibu takut kalau mau
dioperasi, TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.).
Masalah keperawatan: Ansietas. Background: riwayat penyakit klien pada shift
sebelumnya, klien masih merasa takut atau cemas menjelang operasi.
Diagnosa keperawatan: ansietas bd kurangnya pengetahuan.
Intervensi: berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tindakan operasi yang akan
dijalani, berikan dukungan dan motivasi kepada pasien.
Implementasi:
1. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tindakan operasi yang akan
dijalani,
2. Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien.
Asessment :
Hasil pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin
Kemajuan:
1. Klien mulai tampak berkurang tingkat kecemasannya
Rekomendasi:
1. Perlu dilanjutkan intervensi yang belum tercapai
2. Mengoptimalkan intervensi yang belum tercapai secara optimal.

Katim Pagi 2
Berlanjut ke ruang 2, melaporkan keadaan pasiennya satu persatu. Setelah melakukan
observasi ke ruangan, perawat, Katim dan kepala ruangan kembali ke nurse station.
Karu
Setelah kita lihat kondisi pasien ke ruangan, silahkan kepada Katim dinas pagi dan sore
untuk menandatangani buku operan. Dan terimakasih atas kerjasamanya, semoga dari kegiatan
yang rutin kita lakukan ini dapat bermanfaat dan ditingkatkan lagi pelayanannya ke pasien.
Selamat bekerja, selamat siang, saya akhiri dengan wabilla hitaufikwalhidahya assalamualaikum
wr.wb
Semua perawat
Waalaikum salam, selamat siang dan operan selesai. Dan perawat yang bertugas pada
siang hari memulai aktivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai