Anda di halaman 1dari 16

Kepemimpinan Perempuan dalam Islam

Disusununtukmemenuhitugasmatakuliah
Hadist Tematik

Dosenpengampu:
Abdul Rozaq, Lc, M.Ag.

Disusun oleh:
Akmal Amaliya (2021080031)
Erma Solikhatul Khosiyah (2021080006)
Syamsa Hawwa Khairunisa (2021080012)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Kepemimpinan Perempuan dalam Islamini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Abdul
Rozaq,Lc,M.Ag. selaku Dosen mata kuliah Hadist Tematik yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Wonosobo, 14 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................................I4
B. Rumusan masalah .............................................................................................I5
C. Tujuan ...............................................................................................................I5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengangkatan Pemimpin Perempuan dalam Islam ......... Error! Bookmark not
defined.
B. Kewajiban Taat dan Sabar dalam menghadapi Pemimpin ... Error! Bookmark
not defined.
C. Kriteria Pemimpin Perempuan yang Ideal ....... Error! Bookmark not defined.
D. Problematika Pemimpin Perempuan di Era Zaman Sekarang .................. Error!
Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Kepemimpinan dalam Islam merupakan sebuah amanah. Seorang pemimpin


hakikatnya adalah mengemban amanah Allah. Seorang pemimpin harus dapat
dijadikan panutan atau suritauladan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan
moralitas dalam kehidupannya, dengan selalu memiliki keluhuran hati dan jiwa,
rendah hati, jujur, tidak suka segala bentuk penindasan dan kekerasan, pemaaf, penuh
kasih sayang dan cinta.

Di masa lampau, perempuan menjadi kaum terbelakang dengan stereotip-stereotip


yang mengekang dan adanya oknum-oknum yang mengatakan kodrat perempuan
bukan untuk memimpin.

Perempuan identik dengan sosok yang lemah, halus,emosional, baperan, dan lain-
lain. Sedangkan laki-laki, digambarkan sebagai sosokgagah, pemberani,
bertanggungjawab, rasional, dan masih banyak lagi. Penggambaranseperti inilah yang
membuat posisi perempuan itu sebagai makhluk Tuhan yangseolah-olah harus
dilindungi, dan senantiasa bergantung pada kaum laki-laki. Akibatnya, jarang sekali
perempuan itu bisa tampil menjadi seorang pemimpin,karena mereka tersingkirkan
dengan laki-laki.

Namun, seiring berjalannya waktu juga perkembangan zaman, kini banyak kaum
perempuan menempati baris di garda terdepan memerani dan memperjuangkan hak
yang mereka punya, berkarya dan memimpin di berbagai aspek kehidupan.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengangkatan Pemimpin Perempuan?

2. BagaimanaMemperlakuan dan Menghadapi Pemimpin?

3. Bagaimana Kriteria Pemimpin Perempuan yang Ideal?

4. Bagaimana Problematika Pemimpin Perempuan di Era Zaman Sekarang?

C. Tujuan

1. MengetahuiPengangkatan Pemimpin Perempuan dalam Islam.

2. Memahami BagaimanaMemperlakuan dan Menghadapi Pemimpin.

3. MengetahuiKriteria Pemimpin Perempuan yang Ideal.

4. MengertiProblematika Pemimpin Perempuan di Era Zaman Sekarang.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengangkatan Pemimpin Perempuan dalam Islam

‫ث َث ث ث َ ا ثِ َمثهلا ثعلا ثن َ ث‬،‫ع ث ثْ َ اثثِْث ثَ َ اث ثْث َ اثثْاثنثهلث اع َثاهث ث ثَُ ث ثثث َ ا‬ َ ،‫نَثثُث ثْ َ ا‬،َ َ ‫ثاحَ ََثاَ ث ثح‬،ِ‫نَثثُثْمَا ثن َُ مُثهلاَ مثث‬،َ َ ‫ثح‬
‫هللا َِ ا‬ ‫ا‬ ‫ا ثِ َاثهللا َلَيثه ا‬،َ ِ‫ثاَس تمَه َُث ان َثثو‬
‫ُجلثِدث ثن َ اكث‬ ‫ م ثْث اُثْث اْثَ ث ث اَث ا ث‬،‫ث ثن َُث َ ا‬،‫ثْلثاح َ ثثَّي ثِ َلَ ثَثْثَ ثثِدث ثن َ اك ثهلَث ا َ ث‬
‫مث‬ ‫ث‬ ‫ا ث ا ثم‬
‫ِثْلثَاح اه اَثهلااَ ث ث‬ ‫ث ثِ َاثهللاَلَيثه ا‬،َِ‫فثأمثُتَاكثن هََ ث ثَُ ث ثث َنَُثهلَلثَ ث ثو‬
‫ ث‬،َ‫ ثثنلَ معث‬،‫ثْلثاحَ ثثَّي ثَِلَ ثَثْث َُثْث ا َ ثكثفثَُ او ث ث ثَ ا‬
‫مث‬ ‫ث‬ ‫ث ثم‬ ‫ث ثثم ا‬
‫ا‬ ‫ا‬
‫ِثْ اثنثام مَ ا‬،‫َ ثثَّيَ ا‬،‫اَثاى ث ثُ ث ث«ث اثثيَم ا ل ثحث ثَ ا‬
»ً‫ثِنثاْثه‬
“Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Hisyam telah menceritakan
kepada kami Auf dari al Hasan dari Abu Bakrah dia berkata, “Allah telah
memberi manfa`at kepadaku dengan sebab satu kalimat yang aku dengar dari
Rasulullah Saw. Pada hari-hari (perang) Jamal setelah aku hampirhampir
bergabung dengan mereka yang turut dalam perang Jamal, dan berperang bersama
mereka.” Dia berkata, “ketika sampai berita kepada Rasulullah Saw bahwa
penduduk Persia telah mengangkat putri Kisra sebagai pemimpin (raja) mereka,
maka beliau bersabda, “tidak akan beruntung suatu kaum yang mempercayakan/
menguasakan urusan mereka kepada seorang wanita (mengangkatnya menjadi
pemimpin mereka).” (HR. Bukhari)

ASBĀB al-WURUD HADIS

Rasulullah Sawdalam menyebarkan dakwahnya dengan berbagai cara ke


berbagai daerah dan negara di antaranya dengan mengirimkan surat kepada
pembesar-pembesar kerajaan. Salah satunya di kerajaan Persia, yaitu kisra. Kisra
bernama lengkap Kisra bin Abrawaiz bin Hurmuz, raja Persia. Ia mempunyai
anak laki-laki bernama Syairawaihi dalam sumber lain bernama syiruyah ( dibarat
dikenal dengan nama kavadh ). Syairawaihi mempunyai saudara perempuan
bernama Buwaran.dan saudara laki laki berkisar 15 sampai 18 orang. Adapun
sebab diangkatnya Buwaran sebagai raja adalah ketika terjadi pemberontakan
terhadap Kisra yang dipimpin oleh putranya sendiri(Syairawaihi) hingga dia
bangkit melawan ayahnya dan membunuhnya, lalu merebut kekuasaannya. Bahwa

1
anaknya berbuat demikian (menginginkan pengalihan kekuasaan terhadap dirinya
), Buwaran pun melakukan siasat untuk membunuh syiruyah karena ia telah
membunuh semua saudara laki lakinya mencapai 15 sampai 18 orang .bahwa
munurutnya sangat tidak hormat syiruyah telah membunuh semua saudaranya itu,
dengan menaruh racun pada sebagian lemari khusus. Dalam lemari tersebut
diletakkan racun yang mematikan, dan dia menulis di atasnya “Barangsiapa yang
mengambil sesuatu dari lemari ini, ia akan memperoleh demikian dan demikian”.
Syairawaihi pun membaca tulisan tersebut dan mengambil sesuatu yang ada di
dalamnya. Inilah yang menjadi penyebab kematian Syairawaihi. Ia tidak dapat
bertahan hidup lama setelah ayahnya meninggal kecuali enam bulan saja. Ketika
Syairawaihi meninggal, tidak ada seorang pun saudara laki-lakinya yang
menggantikan kedudukan raja,sehingga Buwaranlah yang menggantikan syiruyah
menjadi pemimpin kerajaan persia pada saat itu karena ia dalam memimpin saja
adalah seorang yang tidak dihargai oleh masyarakatnya. Padahal salah satu syarat
ideal seorang pemimpin adalah kewibawaan, di samping mempunyai leadership
yang memadai. Sementara saat itu wanita dipandang tidak mempunyai leadership
dan kewibawaan untuk menjadi pemimpin masyarakat.1

‫ثهاثهلاَ اثث ايثَُو ث‬،‫ثْادَ ا‬ ‫ا‬


‫َثُ ث ث ثَْ اث ث‬،‫َ ث ثَْ اثثِهلاَ اثثِ ا‬ ‫ا ثْث اثَ ثعثثِثِ لَاحَ م‬ ‫َبَ ا ل‬ ‫ا ا‬
‫ثهلاَ مث مثوانَ احثهلاَ اثثِا من ثهَُر ا ثِان ا‬،‫ُثَث َنَ م‬
‫نَثث م‬،َ َ‫ثح‬
‫ا ا‬ ‫ا ثهاثهللا َلَيثه ا‬،َ ِ‫ثهاثهل َ اثثْن َا ثْ َثثو‬،‫ْ َثثْد َ ا‬
‫ثْلثاح َ ثثَّي ثِ َلَ ثَثْثََ مث ثَُ ث ث« ث ثثن ا ث َثاثِ ثَ َُ ثثت ث‬
‫ ا ثثث‬،َ َ ‫َب‬ ‫مث‬ ‫ث‬ ‫ا مث ث ث ا ث م‬ ‫ث ا ثا‬
‫ث ثهاث‬،َ ِ‫ثر اةثَ َ ثثَّيثن َُثثثَُث ث ثثو م‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا ا ا‬
‫ثَّيْث ا َ َ اا ثُثِس اِ َتاا ث ثُو ثفثَرااأ ثثوْثيا َتم مع َثثْث ا َث َثاثْث ا َ اكثِ ََُ او»ثفثَ ثُثَ ثِ ان َثاْثهَثن َاَ مه َث ث‬
‫ثْ ا َك ثثَّيايََثثثْث اغلثَ ث ث‬ ‫ثِ ا ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫َبَُ ث‬ ‫ُثوْثياَ م ثنَ اث ث ث‬ ‫ْث ا َثَ ماثْث ا َ اكثِ ََُ اوَث ثَُ ث ث«تم اعََ اا ثُثِ لَ ا َ ثث ثثَّيتث اع م َ اا ثُثِا ث َ ثت ثثَّيثنَ ث‬
‫َب َُ مُثِا ث ا َ اك ث‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫اا‬
‫ي اثَث ث َُ ث ثْثْثَن َُث َم ا ث‬،ََ ِ‫َب َُ مُثِا ث ا َ اك ثثَّي‬ ‫ث ثه ثثَّيثن َُث َم ا ث‬،َ ِ‫َ اثم َ ثن َا مع َث»ث ثُث َ ا ث ث ثثو م‬
‫َبَ َلا ثثَّيتَم اث اطَ َ ماثا ث‬‫َثِ لَحثَ َُا ثث ثنَ َُثتم ث‬
‫َبَ َُ مُثِا ث ا َ َ اك ثثَّيصثا معَ َ م‬
‫فث َ َهُ همثِنَ َاْثتث ا ا‬
‫ م ث ث َ َ ثهُ ثهث ثثو مرَ َكثفثَ ثهَ َ ث ِث َم ا ث‬،َ َ‫َثتثَ ا‬‫ثث ث اث ا‬

1Shahih Bukhari (tersebut dua kali, hadis no. 4425 dan 7099) semua dengan sanad dan matan yang sama,
yang dikutip di bawah ini adalah hadis no 7099

Sunan Nasa’i (tersebut satu kali, juz 16 h. 341, hadis no: 5405): ( lihat juga kitab Fitan bab. 75 no.hadis 2262)
h.374

Said Aqil Husin al-Munawwar, Asbābul Wurud , Studi Kritis Hadis Nabi melalui Pendekatan Sosio, Historis
dan Kontekstual, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 37

2
‫ا‬ ‫اا‬ ‫ا‬
‫ضَثا ث ثَْ اثثِهلاَ اثث‬ ‫ثِ طََُ ا ثْث اثَ ثعثثِثِهلاَ مث ثثَّي ا َ ث ثَْ اثثهلث اعَ ا ثهلاَ اث م‬،‫نث حَ ثثْثهلَم‬،َ ‫ثْثَّي ثح‬
‫ثن ث‬ ‫ي اث ث‬،ََ ِ‫َبَُ مُث‬‫ضَُ ثُثفثَ ثهَ ث ِث َم ا ث‬
‫ثوثن ث‬
‫ُ ا اثِب ث اا ا ا‬،‫ِ ا‬
‫ِثِْل اِثُ ثنَاَلث م‬ ‫ث ث‬
Telah meriwayatkan [Muhammad bin Rumh bin al-Muhajir al-Mishri] telah
mengabarkan kepada kami [al-Laits] dari [Ibnu al-Had] dari [Abdullah bin Dinar]
dari [Abdullah bin Umar] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa
beliau bersabda: "Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah
istighfar. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi
penghuni Neraka." Seorang wanita yang pintar di antara mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah, kenapa kaum wanita yang paling banyak menjadi penghuni Neraka?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda: "Kalian banyak mengutuk dan
mengingkari (pemberian nikmat dari) suami. Aku tidak melihat mereka yang
kekurangan akal dan agama yang lebih menguasai pemilik akal, daripada
golongan kamu." Wanita itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah! Apakah maksud
kekurangan akal dan agama itu?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: "Maksud kekurangan akal ialah persaksian dua orang wanita sama
dengan persaksian seorang lelaki. Inilah yang dikatakan kekurangan akal. Begitu
juga kaum wanita tidak mengerjakan shalat pada malam-malam yang dilaluinya
kemudian berbuka pada bulan Ramadlan (karena haid). Maka inilah yang
dikatakan kekurangan agama." Dan telah menceritakan tentangnya kepada kami
[Abu ath-Thahir] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Wahab] dari [Bakar bin
Mudlar] dari [Ibnu al-Had] dengan sanad ini semisalnya." Dan telah menceritakan
kepadaku [al-Hasan bin Ali al-Hulwani] dan [Abu Bakar bin Ishaq] keduanya
berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Maryam] telah mengabarkan
kepada kami [Muhammad bin Ja'far] dia berkata, telah mengabarkan kepada kami
[Zaid bin Aslam] dari [Iyadl bin Abdullah] dari [Abu Sa'id al-Khudri] dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah
mengabarkan kepada kami [Yahya bin Ayyub] dan [Qutaibah] serta [Ibnu Hujr]
mereka bertanya, telah menceritakan kepada kami [Ismail] -yaitu Ibnu Ja'far- dari
[Amru bin Abu Amru] dari [al-Maqburi] dari [Abu Hurairah] dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, seperti hadits yang semisal dengan hadits Ibnu Umar,
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.[Muslim]

3
Dalam hadis ini, seperti juga dikatakan oleh Muhammad Sa’id Ramadhan al-
Buthy, pakar fiqh mazhab Syafi’i kontemporer dari Syiria, ada keterkaitan antara
pernyataan awal dan penjelasan berikutnya. Kesempitan akal yang dimaksud
hanyalah ‘setengah kesaksian’ perempuan, seperti diungkapkan oleh Nabi saw.
Artinya ia hanya merupakan label untuk suatu kasus, bukan label untuk realitas
ciptaan secara menyeluruh. Karena Islam sendiri memberikan banyak hak dan
kewajiban kepada perempuan. Periwayatan seorang perempuan terhadap teks
agama (hadis) juga diterima oleh Islam. Adalah suatu hal yang lucu, kalau
perempuan dianggap kurang akal, tetapi ia diterima untuk meriwayatkan dan
menerangkan teks-teks agama.

Kurang agama yang dimaksud dalam hadis ini juga hanyalah kondisi tidak
shalat dan tidak puasa karena haid, seperti yang dinyatakan oleh Nabi saw sendiri.
Artinya, ungkapan itu hanya merupakan label tentang suatu kondisi, bukan
pernyataan terhadap realitas yang sebenarnya. Karena perempuan memang oleh
agama diperkenankan untuk tidak shalat dan tidak puasa karena haid, bahkan
diperintahkan untuk itu. Adalah suatu hal yang naif, kalau agama memerintahkan
suatu perbuatan kemudian memberikan label “kurang agama” bagi yang
melakukannya. Apalagi ada hadis-hadis lain yang membuka kesempatan bagi
perempuan yang haid untuk melakukan hal-hal positif lain (amal saleh) yang bisa
meningkatkan pahala mereka, melebihi pahala shalat dan puasa.2

2Faqihuddin
Abdul Qodir.https://swararahima.com/2018/11/21/hadis-hadis-tentang-kepemimpinan-
perempuan/. Diakses pada 16 Maret 2023 pukul 21.00 WIB

4
B. Kewajiban Taat dan Sabar dalam Menghadapi Pemimpin
• H.R Bukhori 1/140/693

‫ِثهلاَ اث ثثنَُا ث ثَْ اثث‬


‫ثْ اثثْثَث ا‬ ‫ثِ تََحَ ا‬،‫نثا ثْثهلم‬،َ ‫ثح‬
‫ُح ث‬ ‫نَثثُث م ادث م ث ثُ ث ث‬،َ ‫ثح‬ ‫نَثث ثا‬،َ ‫ثح‬
‫ُثَي ثَي ث‬ ‫نَثث م‬،َ ‫ثح‬
‫ثثهلا مثثهلث َُو ث‬،‫ُثَث َن م‬
‫ثحدث ا ٌّ ث ث أث َُ ثثوْا ثِ م ثثزهلا ثحدث َ» ث‬ ‫ا‬ ‫ ا‬، ‫ثطح‬
‫ِثَّيإاُ ا‬
‫ثِِتمَ ان ثك ث‬
‫ ا‬، ‫ث«َِس‬ ‫ِ اَباثهللالَيثه ا‬
‫ثْلثاح ثثَّي ثِلَ ثَث ثُ ث اث م ث‬
‫ِثَّيْ م ث‬ ‫ث مث‬
“Telah menceritakan kepada kami muhammad bin basyar dari yahya dari
syukbah,berkata: abu tayyah telah menceritakan kepadaku dari annas bin malik
dari nabi saw “Dengarlah dan taat, meskipun penguasa (pemimpin) kalian adalah
seorang budak Habsyi (budak dari Ethiopia), yang kepalanya seperti kismis
(anggur kering) (karena secara fisik, mereka berambut keriting seperti anggur
kering yang mengkerut)”. (HR. Bukhari no. 693)
Dalam kondisi ideal, seorang budak Habsyi tidak sah ditunjuk (dipilih)
menjadi khalifah yang mengatur urusan seluruh negeri kaum Muslimin di seluruh
penjuru dunia. Akan tetapi, jika realitanya demikian (misalnya ada seorang budak
Habsyi yang berhasil memberontak dan diangkat sebagai penguasa atau khalifah
yang sah atas seluruh negeri kaum muslimin), apa perintah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada kita? Tetap mendengar dan taat.
Demikian pula, dalam kondisi ideal, seorang wanita tidak boleh menjadi
pemimpin. Akan tetapi, jika realitanya ada seorang wanita berhasil menjadi
penguasa, maka kewajiban kita tetap mendengar dan taat.
• H.R Bukhari 9/47/7053
‫ا‬ ‫ا‬
‫هللاثَلَيثهمث‬ ‫ ث ثَْ اثثْاثن ثثو ثرَُ ث ثَْ اثثِهلاَ اث ث‬،َ ‫ِ اوجل ث ثَْ اثثِدث ا‬،َ‫ثِ َ ث‬،‫ُثْادَ م‬
‫ثْدََُ ث ثَْ اثثِ َاَباث ث‬ ‫نَثث ث‬،َ َ‫ َ ث ثح‬،َ ََ‫ُثن ث‬
‫نَثث م‬،َ َ‫ثح‬
‫ْلثح َ اثَّيِ َلََ ث ثَُ ث ث«ن َثث ث َامث ان َثثْثان َ اتماث ث َحثَئًُثفثَلاحَب َاع ثفثرا ََ ثن َثثث َااث ان َثثِ لَ َلاطث ا‬
‫ُُث ا َ ا ًعِث ثن َُ ث اثنحتثَ ًث‬ ‫ا ث ا ا م ث ا ثثث ث‬ ‫ثا ث ا‬ ‫ثا ثث ث‬
»ً َ‫ثرُ ا لاح‬
“Barangsiapa membenci tindakan (kebijakan) yang ada pada
penguasanya, hendaklah dia bersabar. Karena siapa saja yang keluar dari
(ketaatan) terhadap penguasa (seakan-akan) sejengkal saja, maka dia akan mati
sebagaimana matinya orang-orang jahiliyyah.” (HR. Bukhari no. 7053)

5
Hadits ini sangat berat diterima oleh orang-orang yang bersemangat
melakukan berbagai aksi menentang penguasa. Ketika dia melihat kedzaliman
penguasa muslim, apakah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan?
Apakah melakukan berbagai aksi demonstrasi? Tidak. Akan tetapi,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk bersabar.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu Ta’ala menjelaskan makna
“mati sebagaimana matinya orang-orang jahiliyyah” dalam hadits di atas dengan
mengatakan,“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan pemberontak yang
keluar dari ketaatan terhadap penguasa (pemerintah) yang sah dan keluar dari
jamaah kaum muslimin (yaitu ikatan jamaah kaum muslimin di bawah satu
komando penguasa, pen.). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan jika
mereka mati, mereka mati sebagaimana matinya orang-orang jahiliyyah. Karena
orang-orang jahiliyyah tidaklah menjadikan satu orang pemimpin di tengah-
tengah mereka yang mengatur kehidupan mereka. Akan tetapi, satu kabilah (suku)
akan memerangi suku yang lainnya.” (Majmu’ Al-Fataawa, 28/487)
• (HR. Bukhari 9/69/7144)
‫ثِفاََ ثَْث ا ا ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا‬
‫ثْاَ م ث ثَْ اثث‬ ‫نثا ث َ ث ا ث‬،َ َ‫ثِ َ ث ثح‬،َ‫ ث ثَْ اثثْمدثَاح‬،‫ُثَي ثَيثهلا مثث ثَِ ح‬
‫ثِ َ ثثوهَ ث ثِ َم ث‬،َ‫ثْاد‬ ‫نَثث ثاث‬،َ ‫ثح‬
‫ َ ث‬،َ َ‫ُثن ث‬
‫نَثث م‬،َ ‫ثح‬
‫ثْلثَيثِ َ ااا ثِ اَ َلااَثفاح ثن َُثْث ثح َ َ ثثَّيث َ امث ث ثن َُث ثْاثيَمَ ارثن ااث‬
‫ث‬ ‫ثْلثاح َ ا ثثَّي ثِ َلَ ثَ ث ثَُ ث ث«ِ ََ َ ان مَ ثثَّيِ طَُ ثْ َ م‬
‫ث‬ ‫م‬‫هللا َلَيثه‬
‫ِ َاَباث ث‬
‫ث م‬
‫ا ا ا‬ ‫ا ا‬
‫ِبثاَبحث ثفثراذثِثْمنثاثِبثاَبحث ثفثالثثَسثا ثَ ثثَّيسثثطث ث‬
‫ُْ ث» ث‬
“Telah diceritakan dari Musaddad dari Yahya bin Sai’d dari ‘Abdullah dari
Nafi’ dari ‘Abdillah ra dari Nabi SAW “Mendengar dan taat adalah kewajiban
setiap muslim, (baik perintah yang diberikan oleh penguasa) adalah hal-hal yang
dia sukai atau dia benci, selama penguasa tersebut tidak memerintahkan maksiat.
Jika penguasa tersebut memerintahkan maksiat, maka tidak ada (kewajiban)
mendengar dan taat (dalam perintah maksiat tersebut,.).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita, jika penguasa
memerintahkan kita berbuat maksiat dalam satu perkara, maka tidak boleh taat
dalam satu perintah tersebut. Akan tetapi, kita wajib taat dalam (seluruh) perintah
yang lain yang bukan maksiat.

6
C. Kriteria Pemimpin Perempuan yang Ideal
• Cerdas
Kecerdasan merupakan point utama yang menentukan seberapa baik langkah
yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah
kelompok. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang cerdas dalam membawa diri
yang didukung dengan keunggulan berfikir dan peka terhadap hal-hal sekitar.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin yang ideal akan mampu berfikir
luwes dan memiliki ide-ide segar untuk keberlangsungan kepentingan
kelompoknya.
• Adil

Terkait keadilan ini, di dalam Alquran telah dijelaskan kisah Ratu Bilqis, yang
telah berhasil memimpin negri Saba', ia memperoleh beberapa keberhasilan
berlandaskan sifat keadilannya, salah satunya pada sistem musyawarah dalam
menyikapi persoalan.

• Mampu Mengesampingkan Ego dan Perasaan


Perempuan seringkali dikaitkan dengan keegoisannya dan ketidak
mampuannya dalam memisahkan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi.
Sehingga, pemimpin perempuan yang baik haruslah bisa lebih bijak dan tidak
mudah baper saat menjalankan kepemimpinannya. Istilah lainnya adalah bersikap
lebih professional.

• Bertanggung jawab
Bertanggung jawab berarti berani untuk menanggung efek dari segala
keputusan yang timbul akibat tindakan yang telah dilaksanakan. Seorang
pemimpin yang ideal tentunya perlu memiliki sifat bertanggung jawab.
Pengambilan keputusan terhadap cara kerja dan pelaksanaan misi suatu kelompok
tentunya diputuskan dengan tidak tergesa-gesa. Pemimpin yang bertanggung
jawab adalah pemimpin yang tetap teguh dan mampu berfikir taktis untuk
menerima segala resiko yang timbul dari keputusan yang diambil.

7
D. Problematika Pemimpin Perempuan di Era Zaman Sekarang

Di era zaman sekarang ini, semakin banyak wanita yang bekerja di bidang
pekerjaan laki-laki. Mereka tidak saja bisa bertahan, namun juga sukses menjadi
pemimpin. Kaum wanita pun bisa menunjukkan dirinya sebagai makhluk yang
luar biasa kuat dan berani, dan tidak kalah dari kaum pria. Namun hal ini masih
sering menjadi problematika dikalangan masyarakat terkait dengan kepemimpinan
seorang wanita. Lebih mudahnya di Indonesia sendiri tak luput dari problematika
mengenai kepemimpinan perempuan. Hal ini mencuat dan menjadi perdebatan
terlebih ketika bersinggungan dengan dunia politik, yakni pada tahun 1988 ketika
Megawati Soekarno Putri mencalonkan sebagai presiden Republik Indonesia.
Perdebatan panas ini sempat membanjiri media massa, antara golongan yang
mendukung pemimpin perempuan serta golongan yang menolaknya. Diantara
landasan atas pencalonan Megawati dan kampanye untuk menyerang
pencalonannya sebagai Presiden adalah berdasarkan Hadis riwayat Abu Bakrah
diatas. Di antara penolakan tersebut ialah sebagaimana yang disuarakan oleh MUI
DKI Jakarta pada tanggal 20 Oktober 1998 melalui rekomendasi yang berisikan
penolakan keras terhadap kepemimpinan perempuan. Satu bulan kemudian
penolakan yang cukup keras disuarakan oleh Kongres Ummat Islam Indonesia
(KUII) III di Pondok Gede, 4-7 November 1998 yang menerbitkan fatwa bahwa
Presiden Indonesia harus laki-laki yang beragama Islam. Namun demikian
menguatnya penolakan terhadap kepemimpinan perempuan melalui rekomendasi
bahkan fatwa melalui kongres di atas, tidak berarti bahwa tidakada yang berbeda
dengannya. Abudrrahman Wahid (Gus Dur) menyuarakan bahwa syarat utama
seorang calon presiden dan wakilnya bukan dari jenis kelaminnya, melainkan
kemampuannya menciptakan keadilan, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
serta ia betul-betul dipilih oleh rakyat. Sebagian umat Islam keberatan atas
pencalonannya, karena berlandaskan hukum Islam yang melarangnya. Namun, di
lain pihak berpendapat lebih longgar dengan memperbolehkan pencalonan
tersebut.

8
Selain Megawati Soekarno Putri yang menjadi problematika masyarakat
ketika pengangkatannya sebagai pemimpin negara, ada juga tokoh wanita yang
bisa menjadi teladaan pemimpin bagi seorang wanita, yaitu RA Kartini. RA
Kartini merupakan teladan penting bagi perempuan Indonesia. Beliau adalah
tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan seperti hak untuk belajar di
sekolah dan hak untuk memimpin sebuah organisasi. Dengan demikian, seorang
wanita memiliki sifat demokratis dan rasa kepedulian yang tinggi sehingga sosok
wanita pun berkompeten untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di sisi lain, kepemimpinan perempuan tidak terbatas dalam kehidupan rumah


tangga, tetapi juga dalam masyarakat. Kepemimpinannya tidak hanya berkisar
dalam upaya memengaruhi lelaki agar mengakui hak-haknya yang sah, tetapi juga
harus mencakup sesama jenisnya agar dapat bangkit bekerja sam meraih dan
memelihara harta dan martabat mereka, serta membendungb setiap upaya dari
siapapun lelaki atau perempuan, kelompok kecil atau besar yang bertujuan
mengarahkan mereka ke arah yang bertentangan dengan harkat dan martabatnya,

10
DAFTAR PUSTAKA

Faqihuddin Abdul Qodir.https://swararahima.com/2018/11/21/hadis-hadis-


tentang-kepemimpinan-perempuan/.Diakses pada 16 Maret 2023 pukul 21.00
WIB.

Shahih Bukhari, hadis no. 4425 dan 7099).

Said Aqil Husin al-Munawwar, Asbābul Wurud,Studi Kritis Hadis Nabi melalui
Pendekatan Sosio, Historis dan Kontekstual, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001).

https://www.idntimes.com/life/women/daysdesy/modal-utama-wanita-agar-jadi-
pemimpin-yang-baik-c1c2. Diakses pada 19 Maret 2023 pukul 20.34 WIB.

Ulil A. 2018. Hadis Tentang Kepemimpinan Perempuan Dalam Pemahaman


Masyarakat Muslim Surabaya. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah.

11

Anda mungkin juga menyukai