net/publication/352795394
CITATIONS READS
0 4,201
3 authors:
Rizka Amelia
University of Sumatera Utara
18 PUBLICATIONS 12 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Sequence approach of Elaeis guineensis for early detection of Ganoderma boninense resistance View project
All content following this page was uploaded by Mohammad Basyuni on 28 June 2021.
Mohammad Basyuni
Yuntha Bimantara
Rizka Amelia
2021
USU Press
Art Design, Publishing & Printing
Universitas Sumatera Utara, Jl. Pancasila, Padang Bulan,
Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20155
Telp. 0811-6263-737
usupress.usu.ac.id
ISBN 978-602-465-330-9
Basyuni, Mohammad
Mengenal Drone : Dalam Sistem Informasi Geografis & Aplikasinya
Dalam Penelitian Kehutanan/Mohammad Basyuni; Yuntha Bimantara;
Rizka Amelia -- Medan: USU Press 2021.
x, 47 p.; ilus.: 25 cm
Bibliografi
ISBN: 978-602-465-330-9
Dicetak di Medan
KATA PENGANTAR
Ketersediaan buku pembelajaran untuk sebuah mata kuliah di
perguruan tinggi khususnya di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera
Utara masih terbatas. Selain itu, penulisan buku pembelajaran perguruan
tinggi selama ini kurang didukung oleh hasil-hasil penelitian dan
pengabdian dalam bidang ilmunya. Kebutuhan akan buku ajar inilah yang
melatarbelakangi penyusunan buku ini yakni Mengenal Drone dalam
Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya dalam penelitian kehutanan.
Buku ini mengupas tentang teknologi Unmanned Aerial Vehicle
(UAV) yang lebih dikenal dengan sebutan drone, aplikasi drone dalam
sistem informasi geografis beserta SOP pemakaian drone jenis DJI
PHANTOM 4 pro. Untuk memudahkan para pembaca mengikuti, kami
sertakan aplikasi penggunaan drone dalam penelitian di bidang kehutanan
dalam Bab 3 sampai Bab 5, di hutan mangrove Jaring Halus, Pulau
Sembilan dan Percut Sei Tuan.
Selain itu kami juga berbagi pengalaman kami penelitian
menggunakan drone. Yang tidak kalah penting, kami menyajikan dengan
cara yang sederhana dan mudah dipahami. Semoga pengalaman aplikasi
drone di hutan mangrove yang dituangkan dalam buku ini bermanfaat
bagi kita semua.
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dana Ilmu
Pengetahuan Indoesia (DIPI), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
(LPDP), Kementrian Keuangan, Republik Indonesia atas dana penelitian
(joint research) dengan Newton Fund dan UKRI, United Kingdom
dengan nomor kontrak NE/P014127.1. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Universitas Sumatera Utara dan Lembaga Penelitian
USU Serta Kementrian Riset dan Teknologi dan Badan Riset dan Inovasi
Nasional Republik Indonesia.
iv
DAFTAR ISI
v
4.2. Analisis Data DEM dari UAV ................................................ 24
4.3. Pulau Sembilan....................................................................... 25
4.4. Orthophoto Pulau Sembilan ................................................... 27
4.5. DEM Pulau Sembilan ............................................................. 28
4.6. Propagul dan Data Curah Hujan di Pulau Sembilan .............. 30
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 17. Propagul yang terdapat di dalam waring ............................. 20
Gambar 18. Pengukuran jumlah semai pada tiga plot transek
berbeda, plot transek 1 (A), plot transek 2 (B), dan plot
transek 3 (C). ....................................................................... 20
Gambar 19. Propagul yang jatuh kedalam waring pengamatan .............. 21
Gambar 20. Data curah hujan tahunan di Kecamatan Secanggang
dari Januari-Desember......................................................... 22
Gambar 21. Peta lokasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan .......... 26
Gambar 22. Orthophoto hutan mangrove Desa Pulau Sembilan
selama dua tahun (Juli 2018 - Mei 2019) ........................... 27
Gambar 23. Orthophoto hutan mangrove Desa Pulau Sembilan
selama dua tahun (Juli 2019 - Juni 2020) ............................ 27
Gambar 24. DEM hutan mangrove Desa Pulau Sembilan selama
dua tahun (Juli 2018 - Mei 2019) ........................................ 28
Gambar 25. DEM hutan mangrove Desa Pulau Sembilan selama
dua tahun (Juli 2019 - Juni 2020) ........................................ 29
Gambar 26. Jumlah propagul yang jatuh ke waring................................ 31
Gambar 27. Data curah hujan (A). Curah hujan tahunan di
kecamatan pangakan susu, (B). Data hari hujan di
kecamatn pangkalan susu, (C). Data curah hujan
tahunan di kabupaten langkat. ............................................. 31
Gambar 28. Area pengamatan di desa Tanjung Rejo............................... 34
Gambar 29. DJI Phantom 4 Pro .............................................................. 34
Gambar 30. Lokasi kamera dan perkiraan kesalahan (rencana
penerbangan) ....................................................................... 35
Gambar 31. Orthophoto hutan mangrove Desa Tajnung Rejo
selama dua tahun (Agustus 2019 – Februari 2020) ............. 36
Gambar 32. DEM hutan mangrove Desa Tanjung Rejo selama dua
tahun (Agustus 2019 – Februari 2020) ................................ 38
Gambar 33. Foto groundchek lokasi pengamatan di Desa Tanjung
Rejo Percut Sei Tuan (A). Saat air laut surut, (B). Saat
ix
air laut pasang...................................................................... 39
Gambar 34. Propagul yang jatuh kedalam waring .................................. 40
Gambar 35. Data curah hujan dan data harian di Kabupaten Deli
Serdang ................................................................................ 40
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
resolusi tinggi, memberikan cara baru bagi ahli ekologi untuk
pemantauan proses ekologi yang responsif, tepat waktu, dan hemat biaya
(ventura et al. 2018).
2
pemetaan daerah pertanian, pemetaan wilayah hutan, dan pemetaan
daerah industri.
3
1.4. Penggunaan Drone untuk Pemetaan
Pemanfaatan citra satelit dan foto udara untuk keperluan
pemetaan wilayah dinamika hutan mangrove telah sering digunakan
seperti yang dilakukan oleh basyuni et all. 2018 tentang “Pemetaan dan
analisis perubahan penggunaan lahan dan tutupan lahan selama
1996-2016 di hutan mangrove Lubuk Kertang, Sumatera Utara,
Indonesia”. Foto udara bisa didapatkan melalui survei udara dengan
menggunakan pesawat yang memilki awak maupun tidak yang dapat
terbang diatas permukaan bumi adalah berupa foto dengan resolusi tinggi
dan sangat detail dikarenakan dapat mengudara dengan ketinggian yang
cukup rendah.
Buku ini memuat informasi tentang pengamatan sebaran dan
perkembangan hutan mangrove di Sumatera Utara di 3 lokasi yang
berbeda yaitu di Desa Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, di Desa
Jaring Halus dan Desa Pulau Sembilan Kabupaten Langkat berdasarkan
foto udara hasil pemotretan menggunakan UAV tipe multicopter yaitu DJI
PHANTOM 4 Pro yang sanggup merekam video 4k pada 60fps dan
hingga 100 mbps, dan mengambil foto 20 megapixel. Type Camera DJI
Phantom 4 pro adalah frame, resolusi 5472 x 3648, Focal Length 8.8 mm
dan ukuran pixel 2.41 x 2.41.
Gambar 1. Drone dan remote control DJI PHANTOM 4 pro yang biasa
digunakan untuk pengambilan foto udara di lokasi pengamatan
4
BAB II
5
GPS, sinyal radio untuk sambungan ke remote control dan bahkan ada
yang memiliki sensor gerak.
6
Sistem UAV ini berpotensi untuk pengambilan fotogrametri yang
mencakup area kecil untuk mendapatkan gambar dengan resolusi tinggi.
Sistem ini mampu terbang di dekat objek dalam ketinggian dan posisi
yang realtif rendah. Untuk pengendalian secara manual akan menjadi
masalah yang disebabkan oleh getaran UAV dan pengaruh angin namun,
saat ini perkembangan teknologi dalam mengningkatkan sistem UAV
yakni dengan menggunakan GPS dan autopilot pada sistem UAV, dan
GSC yang dapat memantau telemetri UAV. Teknologi terbaru akan
memberikan revolusi untuk fotogrametri dengan operasional biaya
rendah dan dapat terbang pada ketinggian rendah.
Ketinggian terbang UAV berada dalam 100 hingga 300m di atas
tanah dan terbang di bawah awan. Ketinggian terbang yang sesuai
berdasarkan medan bumi penting untuk menghindari distorsi pada
gambar yang diambil. Beberapa perhitungan harus dilakukan untuk
mendapatkan ketinggian yang sesuai sebelum terbang.
7
Waktu penerbangan tergantung penggunaan pada sumber energi
seperti baterai ataupun bahan bakar minyak. UAV dengan sumber tenaga
bahan bakar minyak memiliki durasi penerbangan yang lebih lama
daripada baterai namun tergantung pada muatan yang dapat diangkut oleh
aircraft. Untuk UAV ringan atau mikro, biasanya muatan maksimumnya
sekitar 1 - 2 kilogram dalam sekali penerbangan. Penggunaan sumber
daya yang berbeda akan mempengaruhi durasi penerbangan dan wilayah
jangkauan. Untuk tenaga baterai, pesawat bisa melakukan 2 atau 3 kali
penerbangan untuk menempuh area yang luas.
8
Pada tahap ini, foto akan disejajarkan sesuai dengan
koordinatnya. Langkah kedua adalah membuat Dense Point Cloud pada s
ub menu build dense cloud. Dense Point Cloud didasarkan pada kombi
nasi perkiraan posisi kamera dan informasi kedalaman dari setiap foto.
9
Gambar 5. Proses build mesh pada software Agisoft Photoscan
Hasil dari data mesh selanjutnya dibuat tekstur pada sub menu
build texture kemudian dilanjutkan ke sub menu build tiled model, build
DEM dan build orthomosaic untuk diolah menjadi Digital Surface Model
(DSM), Digital Elevation Model (DEM) dan Orthophoto.
10
Gambar 7. Proses build tiled model pada software Agisoft Photoscan
11
Gambar 9. Proses orthmosaic pada software Agisoft Photoscan
12
BAB III
3.1. Pendahuluan
Desa Jaring Halus, kecamatan Secanggang, Langkat, Sumatera
Utaraterletak di pinggir lautan lepas dan termasuk desa pesisir yang
penduduknya dominan adalah suku Melayu dan sebagian kecil
merupakan suku Banjar. Karena desa ini terisolasi (remote village), untuk
mencapainya digunakan perahu atau kapal penumpang selama lebih
kurang 1-1.5 jam dari Pelabuhan Batang Buluh, Desa Tanjung Ibus,
Kecamatan Secanggang. Letak geografis Desa Jaring Halus pada 3°51'30”
– 3°59'45” LU dan 98°30' – 98°42' BT pada ketinggian sekitar 1 m dpl.
Desa Jaring Halus berbatasan dengan Desa Selotong di sebelah selatan,
dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Tapal Kuda, berbatasan dengan
Selat Malaka di sebelah utara dan timur, (Basyuni et al. 2016).
Hutan desa seluas 63,75 ha yang dimiliki Desa Jaring Halus yang
seluruhnya berupa hutan mangrove. Hutan mangrove tersebut menyatu
dengan daratan dan mengelingi Desa Jaring Halus dari sisi utara, timur
dan selatan seperti terlihat pada Gambar 10
13
Gambar 10. Desa Jaring Halus beserta hutan mangrove yang
melingkupinya
14
dibuat dengan jarak antar transek adalah 50 m, sedangkan untuk panjang
transek adalah 100 m. Arah transek di buat dari laut menuju hutan atau
plot satunya ada di pinngir laut dan plot terakhir ada didalam hutan.
Transek satu terdapat jumlah plot sebanyak 33 plot sedangkan transek dua
dan tiga terdapat 31 plot seperti terlihat pada Gambar 11.
Dalam Pemetaan menggunakan drone, analisis yang digunakan
adalah digital elevation model (DEM) (Purwanto 2017). DEM merupakan
data digital yang menjelaskan geometri dari bentuk permukaan bumi hasil
sampling menggunakanalgoritma yang merefleksikan permukaan tersebut
menggunakan koordinat (Tempfli, 1991).
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam eksperimen adalah DEM. Hasil
sampling permukaan bumi didapatkan dari pengukuran yang dapat
mewakili sensor relief permukaan bumi (Hartini 2019). Data akuisisi
UAV menjadi DEM yang berupa data ketinggianpada ground atau
permukaan tanah. Foto udara kemudian disatukan (alligment) dalam
software Agisoft Photoscan dan output akhir yang diperoleh adalah DEM
dan Ortofoto. Agisoft Photoscan adalah salah satu software yang mudah
untuk pembuatan model 2D dan 3D. Software Agisoft dipergunakan
untuk menganalisis foto udara yang direkam dengan UAV/Drone. Hasil
perekamannya dihasilkan ortofoto, titik tinggi, dan DEM resolusi tinggi
serta dapat dimunculkan 3 D untuk pengukuran jumlah dan tinggi semai.
15
Gambar 12. Peta lokasi hutan mangrove di Desa Jaring Halus untuk
pengukuran jumlah dan tinggi, terdiri dari 3 transek
16
Waktu Jumlah Ketinggian Resolusi Cakupan Stasiun
pengamatan gambar terbang (M) tanah wilayah kamera
(cm/pix) (Km2)
Januari 2019 883 45.9 1.22 0.071 400
Maret 2019 1664 43.9 1.09 0.163 1022
Mei 2019 1450 116 1.09 0.12 1061
Juli 2019 1450 116 1.09 0.12 1061
September 2019 1540 45.5 1.17 0.0959 927
November 2019 1566 44.9 1.11 0.136 1035
Januari 2020 966 45 1.11 0.167 673
Maret 2020 77 101 2.67 0.0901 39
Gambar 13. Orthophoto hutan mangrove hutan Jaring Halus dari Maret
2018 – Januari 2019
17
Gambar 14. Orthophoto hutan mangrove hutan Jaring Halus dari Maret
2019 – maret 2020
18
Gambar 15. Hasil analisis DEM hutan mangrove Desa Jaring Halus
selama Maret 2018 – Januari 2019
Gambar 16. DEM hutan mangrove Desa Jaring Halus selama Maret 2019
– Maret 2020
19
3.4. Ground Check Lokasi dan Pengukuran Jumlah Semai dan
Tinggi Semai
Dilokasi pengamatan dipasang berupa waring pada jenis yang
diamati yaitu Avicennia alba untuk menangkap propagul yang jatuh, hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah sedang terjadi musim buah atau
tidak. Jika dilokasi pengamatan sedang terjadi musim buah makan akan
berpengaruh kepada pertambahan jumlah sapling yang di amati. Karena
pengaruh pasang surut air laut, propagul propagul yang jatuh ketanah
akan di bawa ke arah hutan sehingga menyebakan jumlah sapling akan
semakin tinggike arah hutan mangrove, dapat dilihat pada gambar 16 dan
17.
119
98
53
35
17
Gambar 18. Pengukuran jumlah semai pada tiga plot transek berbeda, plot
transek 1 (A), plot transek 2 (B), dan plot transek 3 (C).
20
Gambar 19. Propagul yang jatuh kedalam waring pengamatan
21
Wet and Dry Season Near Secanggang sub-district
annual precipitation (1842 mm)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
22
BAB IV
APLIKASI UAV
DI MANGROVE
PULAU SEMBILAN
23
GDEM Versi 2 dirilis pada 17 Oktober 2011. Selain itu, contoh penelitian
analisis akurasi DEM di lansekap India terutama di dataran Himalaya
adalah sangat langka.
24
orthophoto, diperoleh foto geo-koreksi, sedangkan DEM memberikan
ketinggian dalam bentuk gambar 3-D. Di sini, DEM berasal dari DSM
(Digital Surface Model) yang menampilkan objek apa saja di tanah
seperti pohon dan bangunan. Hasil analisis data berupa peta orthophoto
dan DEM, merupakan tahap final dari proses analisis data drone.
Terdapat tiga lokasi penelitian yang ada di dua kabupaten
berbeda, yakni Desa Pulau Sembilan dan Desa Jaring Halus yang berada
di Kabupaten Langkat dan Desa Tanjung Rejo yang berada di Kabupaten
Deli Serdang. Untuk metodenya, pengambilan data dilakukan dua bulan
sekali pada tiap lokasi penelitian selama dua tahun. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui sebaran anakan/semai mangrove khususnya jenis
Avicennia spp., di sepanjang pesisir pantai. Untuk menandai transek
penelitian, dibuat penanda jalur transek berupa bambu setinggi ±4 meter
dan luas kotak pengamatan semai seluas 2 m2, dan dipasak ke dalam
lumpur mulai dari arah pantai ke laut sepanjang 50 meter juga dari pantai
menuju daratan sepanjang 50 meter. Masing-masing jumlah transek tiap
lokasi yaitu Desa Pulau Sembilan empat transek, Desa Jaring Halus tiga
transek dan Desa Tanjung Rejo tiga transek. Kemudian UAV
diterbangkan di sepanjang transek penelitian serta dilakukan pengamatan
langsung groundcheck untuk menghitung jumlah dan tinggi
anakan/semai.
25
Gambar 21. Peta lokasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan
26
Resolusi foto udara dipengaruhi oleh ketinggian terbang,
semakin rendah drone diterbangkan maka resolusi akan semakin detail.
Resolusi foto udara di pulau sembilan sangat bervariasi yaitu 1.1 sampai
dengan 3.24 cm/pix.
27
Sebagaimana terlihat pada Gambar 21 dan 22, resolusi yang
didapatkan pada tiap orthophoto Pulau Sembilan bervariasi yaitu antara
1,09 cm sampai dengan yang tertinggi 3,24 cm. Dilihat dari hasil survei
medan yang diukur dengan drone menggunakan teknologi fotogrametri,
resolusi akhir dari teknologi tersebut bergantung pada berbagai faktor
seperti ketinggian penerbangan, cuaca, ukuran patch antar foto, dan
teknologi pemrosesan foto itu sendiri. Dalam studi ini, dibandingkan
dengan metode konvensional seperti menggunakan teodolit atau bahkan
GPS geodetik, proses dari pengukuran hingga penggambaran kontur
berlangsung sangat cepat (asalkan tidak ada kendala teknis).
Jika metode pengukuran tanah digunakan untuk mendapatkan
profil interval 5-10 cm, waktu yang dibutuhkan mungkin 3 bulan atau
lebih. Dari segi biaya, menggunakan drone untuk survei medan pasti jauh
lebih murah dibandingkan menggunakan LIDAR atau TLS. Harga alat
LIDAR sendiri lebih mahal dari pada kamera poket yang digunakan pada
teknologi fotogrametri. Dibandingkan dengan pengukuran menggunakan
Geodetic GPS, akurasi hasil pengukuran fotogrametri dan lidar tidak jauh
berbeda.
Gambar 24. DEM hutan mangrove Desa Pulau Sembilan selama dua
tahun (Juli 2018 - Mei 2019)
28
Gambar 25. DEM hutan mangrove Desa Pulau Sembilan selama dua
tahun (Juli 2019 - Juni 2020)
29
Pada penelitian ini, foto udara dari drone diaplikasikan dalam
membuat DEM atau peta kontur suatu bentang lahan. Foto udara drone
juga dapat digunakan untuk membuat peta elevasi berdasarkan data DEM
di area sekitar sungai (river bank), seperti sungai vulkanik dan
non-vulkanik. Untuk sungai vulkanik, relatif mudah menggunakan drone
fotogrametri, karena sungai vulkanik umumnya tidak memiliki aliran
dasar (baseflow). Namun pada sungai non-vulkanik, penggunaan foto
udara drone memerlukan teknik pengambilan data yang lebih mutakhir
untuk mendapatkan perkiraan data kedalaman sungai.
Perlu diketahui, foto yang diambil dengan drone tidak mampu
merekam data hingga ke dasar sungai. Lejot et al., (2007); mencoba
menggunakan drone fotografi untuk mensimulasikan dasar sungai.
Metode yang digunakan berbasis pada hubungan antara sinar matahari
(sun light wave), cahaya yang dipantulkan dari permukaan air dan dasar
sungai. Namun metode ini akan menemui kendala di sungai yang gelap,
contohnya di Indonesia yang tidak dapat menembus dasar sungai dengan
sinar matahari. Kombinasi drone fotogrametri dan peredam gema dapat
digunakan untuk melengkapi opsi lain untuk memindahkan DEM ke
profil dasar sungai. Namun, tentu saja, metode pengukuran dasar sungai
lebih memakan waktu dan lebih mahal. Interpolasi penampang sungai
pada jarak tertentu dari hasil pengukuran dan gabungkan dengan hasil
foto udara drone untuk memperoleh data DEM dasar sungai yang
lengkap dan di sekitar daerah aliran sungai.
30
250
200
150
100
50
Gambar 27. Data curah hujan (A). Curah hujan tahunan di kecamatan
pangakan susu, (B). Data hari hujan di kecamatn pangkalan susu, (C).
Data curah hujan tahunan di kabupaten langkat.
31
mengambil foto udara supaya didapatkan foto yang baik dan jelas. Jika
dilokasi pengamatan sedang terjadi hujan walapun hanya gerimis makan
drone lebih baik tidak diterbangkan untuk menghindari kerusakan.
32
BAB V
33
Gambar 28. Area pengamatan di desa Tanjung Rejo
5.2. Spesifikasi Drone DJI Phantom 4 Pro di Desa Tanjung Rejo, Kec.
Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang.
UAV yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis multirotor
(quadcopter) yaitu DJI Phantom 4 Pro. Salah satu perangkat pada UAV
ini adalah sensor depan yang mendeteksi hambatan di depannya.
Sebelum mengambil foto udara, dibuat flight plan sesuai dengan wilayah
yang akan dijangkau. Type Camera DJI Phantom 4 pro adalah frame,
resolusi 5472 x 3648, Focal Length 8.8 mm dan ukuran pixel 2.41 x 2.41.
34
Table 3. Spesifikasi foto udara di Percut Sei Tuan
Waktu Jumlah Ketinggian Resolusi Cakupan Stasiun
pengamatan gambar terbang tanah wilayah kamera
2
(M) (cm/pix) (Km )
Agustus 2019 751 44 1.08 0.0632 497
Desember 2019 817 43.7 1.02 0.0708 373
Februari 2020 640 43.5 1.06 0.0897 461
Mei 2020 141 130 3.16 0.222 136
Agustus 2020 143 126 3.13 0.208 140
Oktober 2020 764 68.3 1.66 0.124 464
Februari 2021 464 41.9 1.07 0.079 442
Data yang diperoleh dari UAV adalah foto berformat JPEG yang
sudah memiliki referensi geografis atau koordinat. Jumlah foto yang
didapat berbeda beda dari setiap penerbangan drone. Hanya foto terbaik
yang akan diproses lebih lanjut menggunakan perangkat lunak Agisoft
Photoscan.
35
5.3 Orthophoto Tanjung Rejo Percut Sei Tuan
Gambar 31. Orthophoto hutan mangrove Desa Tajnung Rejo selama dua
tahun (Agustus 2019 – Februari 2020)
36
menggunakan metode terestrial, waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan kontur dengan interval hanya dengan 5-10 cm selama tiga
bulan bahkan bisa saja lebih. Sedangkan dari segi pengeluaran kamera
poket yang biasa digunakan dalam teknik fotogrametri lebih murah
dibandingkan dengan alat LIDAR sehingga pengeluaran untuk
pengukuran topografi jika menggunakan drone tidak terlalu besar
dibandingkan dengan menggunakan LIDAR atau TLS.
37
dimensi dari foto udara tersebut didapatkan dari gambar gambar atau foto
udara yang saling bertumpang tindih dan bertampalan pada bagian
gambar yang sama antara gambar satu dengan yang lainnya sehingga bisa
diambil informasinya. Semakin luas daerah yang tumpang tindih, maka
hasil yang diperoleh akan semakin akurat (Arfaini dan Handayani., 2016).
Gambar 32. DEM hutan mangrove Desa Tanjung Rejo selama dua tahun
(Agustus 2019 – Februari 2020)
38
Lokasi penelitian di hutan mangrove di Desa Tanjung Rejo
didominasi oleh vegetasi Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora
apiculata, dan R. mucronata. Dari hasil setiap pengamatan groundcheck
dan foto grametri UAV menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah
anakan/semai khususnya jenis yang diteliti yaitu Avicennia marina. Hal
ini belum tentu dapat disamakan dengan lokasi lainnya mengingat
perbedaan faktor alami seperti curah hujan, ketinggian muka air laut
hingga kecepatan angin yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan
anakan/semai mangrove.
.
39
Gambar 34. Propagul yang jatuh kedalam waring
Gambar 35. Data curah hujan dan data harian di Kabupaten Deli Serdang
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
41
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A., & Samad, A. M. (2010, May). Aerial mapping using high
resolution digital camera and unmanned aerial vehicle for
Geographical Information System. In 2010 6th International
Colloquium on Signal Processing & its Applications (pp. 1-6).
IEEE.
Agisoft, Official Afisoft Homepage, https://www.agisoft.com, Accessed 9
February 2021.
Amri, K. 2017. Klasifikasi Penutupan Lahan Ekosistem Mangrove dengan
Citra Quickbird Resolusi Tinggi di Kecamatan Percut Sei Tuan,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
Arfaini, J dan Handayani, HH. 2016. Analisa Data Foto Udara untuk DEM
dengan Metode TIN IDW dan Krigging. J Tek ITS, 5(2), 2-7.
Badan Pusat Statistik. 2020. Deli Serdang dalam Angka 2020. Medan
Basyuni, M., Slamet, S., Sulistiyono, N., et al. (2021). Physicochemical
characteristic, nutrient, and fish production in different types of
mangrove forest in North Sumatra and Aceh Provinces of Indonesia.
Kuwait Journal of Science, 48 (3), in press.
Basyuni, M., Hayullah, A., Hamka, M., Putri, L. A., & Baba, S. (2019).
Growth of salt-secretor and non-salt secretor mangrove seedlings
with varying salinity and their relations to habitat zonation. In IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 236, No.
1, p. 012050). IOP Publishing.
Basyuni, M., Rouf, R. A., Saragih, M., Asbi, A. M., & Yuriswan, W.
(2016, November). Local wisdom and mitigation action to maintain
secondary mangrove forest: a case study of JaringHalus village in
Langkat, North Sumatra, Indonesia. In 1st International Conference
on Social and Political Development (ICOSOP 2016) (pp. 551-555).
Atlantis Press.
Basyuni, M., A. Fitri., Z.A. Harahap. 2018. Mapping and analysis land-use
42
and land-cover changes during 1996-2016 in Lubuk Kertang
mangrove forest, North Sumatra, Indonesia IOP Conf. Ser.: Earth
Environ. Sci, 126, 012110.
Bennett, G., A. Hardy., P. Bunting., P. Morgan dan A. Fricker. 2020. A
transferable and effective method for monitoring continuous cover
forestry at the individual tree level using UAVs. Remote Sensing,
12(13), 2115.
Di Luzio, M., Arnold, J.G., Srinivasan, R., 2005. Effect of GIS data
quality on small watershed stream flow and sediment simulation.
Hydrological Processes 19, 629–650.
DJI, Phantom 4 Specs, https://www.dji.com/id, Accessed 10 February
2021.
Harahap, H. R., Basyuni, M., & Putri, L. A. (2015). Pertumbuhan Dan
Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Pada Mangrove
Avicennia Marina (Forsk). Di Bawah Cekaman Salinitas. Peronema
Forestry Science Journal, 4(3), 172-173.
Hamur, Petrus Krisologus. Kajian Pengolahan Data Foto Udara
Menggunakan Perangkat Lunak Agisoft Photoscan dan PIX4D
Mapper. 2019. PhD Thesis. ITN MALANG.
Hartini, T. A. 2019. Digital Elevation Model, Digital Terrain Model,
dan Digital Surface Model.
https://www.handalselaras.com/digital-elevation-model-digital-terr
ain-model-dan-digital-surface-model/
Kiamehr, R., Sjöberg, L.E., 2005. Effect of the SRTM global DEM on the
determination of a high-resolution geoid model: a case study in
Iran. Journal of Geodesy 79 (9), 540–551.
Lejot J., Delacourt C., Piégay H., Fournier T., Trémélo M-L., dan
Allemand P. 2007. Very high spatial resolution imagery for channel
bathymetry and topography from an unmanned mapping controlled
platform, Earth surf. Process. Landforms, 32, 1705-1725.
Meiarti, R., Seto, T., & Sartohadi, J. (2019). Uji akurasi hasil teknologi
43
pesawat udara tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle) dalam
aplikasi pemetaan kebencanaan kepesisiran. Jurnal Geografi,
Edukasi dan Lingkungan (JGEL), 3(1), 1-17.
Mukherjee, S., Joshi, P. K., Mukherjee, S., Ghosh, A., Garg, R. D., &
Mukhopadhyay, A. (2013). Evaluation of vertical accuracy of open
source Digital Elevation Model (DEM). International Journal of
Applied Earth Observation and Geoinformation, 21, 205-217.
Noor F. (020. Historiografi drone: Dari militer hingga sinema. ProTVF,
4(2), 185-205.
Nurrahman, Y. A., Djunaedi, O. S., & Rostika, R. (2012). Struktur dan
Komposisi Vegetasi Mangrove di PesisirKecamatan Sungai Raya
Kepulauan Kabupaten Bengka yang Kalimantan Barat. Jurnal
Perikanan Kelautan, 3(1): 99-107.
Purwanto, T. H. (2017). Pemanfaatan foto udara format kecil untuk
ekstraksi digital elevation model dengan metode stereo plotting.
MajalahGeografi Indonesia, 31(1), 73-89.
Samad, A. M., Kamarulzaman, N., Hamdani, M. A., Mastor, T. A., &
Hashim, K. A. (2013, August). The potential of Unmanned Aerial
Vehicle (UAV) for civilian and mapping application. In 2013 IEEE
3rd International Conference on System Engineering and
Technology (pp. 313-318). IEEE.
Sobatnu, F. (2014). Permodelan Elevasi Digital Pada Lahan Rawa.
Intekna, 14(2), 102-109.
Sutanto, S. J dan Ridwan, B. W. 2016. Teknologi drone untuk pembuatan
peta kontur: studi kasus pada kawasan p3son hambalang drone
technology for contour mapping: case study at p3son hambalang.
Jurnal Teknik Hidraulik, 7(2), 179-194.
Suroso I. (2016). Peran Drone/Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Buatan
STTKD Dalam Dunia Penerbangan. Jurnal Teknik Aeronautika
Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.
Tempfli, K. (1991). DTM and differential modelling. In Proceedings
44
ISPRS and OEEPE joint workshop on updating digital data by
photogrammetric methods, September 15-17 1991, Oxford,
England/ed. by PRT Newby.-(OEEPE publication; 27), pp. 193-200
(pp. 193-200).
Ventura, D., A. Bonifazi., M.F. Gravina., A. Belluscio., G. Ardizzone.
2018. Mapping and classification of ecologically sensitive marine
habitats using unmanned aerial vehicle (UAV) imagery and
object-based image analysis (OBIA). Remote Sensing, 10(9), 1331.
Vergouw, B., H. Nagel., G. Bondt., B. Custers. 2016. Drone technology:
Types, payloads, applications, frequency spectrum issues and future
developments. In The future of drone use (pp. 21-45). TMC Asser
Press, The Hague.
45
Prof. Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D, adalah staf
pengajar pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara (USU). Setelah
menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Manajemen
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 1998, kemudian
penulis melanjutkan pendidikan S2 di IPB dan lulus pada
tahun 2000. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan
pendidikan S3 pada laboratory of Molecular Biotechnology,
Center of Molecular Biosciences (COMB), University of the
Ryukyus dan meraih gelar Ph.D di United Graduate School
of Agricultural Sciences, Kagoshima University pada 14
Maret 2008. Selama dua tahun (2008-2010), penulis menjadi
Japan Society for the Promotion of Science (JSPS)
Postdoctoral Fellow dibawah Host Researcher Prof.
Shigeyuki Baba di Tropical Biosphere Research Center
(TBRC), Universty of the Ryukyus. Kemudian selama 6
bulan (Mei-November 2010), penulis menjadi Foreign
Visiting Reseacher pada institusi yang sama. Pada bulan
Oktober-Desember 2012, penulis mendapatkan Post-doc di
COMB dengan dana dari SAME (Scheme for Academic and
Mobility Exchange) dari Direktorat Pendidikan Dikti,
Kemdikbud. Pada tahun 2013-2015 selama bulan
Januari-Maret, penulis menjadi Visiting Researcher pada
Joint Research di TBRC. Pada tahun 2018-2021 penulis
mendapatkan grant dari Newton Fund/DIPI/LPDP. Sejak 1
April 2020 menjadi Guru Besar tetap atau Full Professor
ilmu Bioteknologi Hutan pada Program Studi Kehutanan
USU.
46
Yuntha Bimantara S.Hut, adalah alumni Strata 1 pada
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara (USU) tahun 2017. Sejak bulan Juni tahun 2018
penulis bergabung pada program penelitian yang mendapat dana
hibah dari Newton Fund/DIPI/LPDP sebagai Research Asisstant
hingga saat ini. Pada tahun 2019, penulis melanjutkan studi
magister Strata 2 di Program Studi Magister Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
47
9 7 8 6 0 2 4 6 5 3 3 0 9