TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1. Perbandingan Pengaruh Jenis Agregat Terhadap Kuat Tekan Beton
Dry Density Compressive Strength at 28 days
Aggregate
(kg/m3) (MPa)
Rounded quartz gravel 1840 8,6
Irregular flint gravel 1540 4,8
Crushed limestone 1830 6,9
Crushed granite 1700 7,6
2. Mengganti kerikil atau batu pecah dengan agregat yang berpori atau
bersel (lightweight aggregate concrete), contohnya batu apung.
Perbandingan kepadatan beberapa jenis agregat kasar dapat dilihat pada
Gambar 2.5. Sedangkan hasil pengujian beton ringan dengan
menggunakan batu apung dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Hasil Pengujian Beton Ringan dengan Menggunakan Batu Apung
Mix Dry density of Compressive Drying Thermal
proportions concrete strength at 28 shrinkage conductivity,
cement : days k-value
aggregate
(by volume) (kg/m3) (MPa) (percent) (W/m ºC)
Group A
1:6 770 3,8 0,05 0,17
1:10 655 2,1 0,05 0,17
Group B
1:8 1185-1250 12,5 0,07 0,14
1:10 1185-1250 9,2 0,07 0,14
1:12 1185-1250 7,9 0,06 0,14
b. Foaming Mixture
Ada dua bentuk aerated concrete, yaitu beton pre-cast dan beton yang
langsung dibuat di proyek konstruksi (in-situ). Proses curing beton pre-
cast menggunakan steam-cured dengan tekanan tinggi, sedang untuk
proses curing beton in-situ menggunakan air-cured.
Jenis aerated concrete ini biasa disebut Cellular Lightweight Concrete
(CLC).
Beton ringan yang biasanya berbentuk balok, memiliki pori – pori dan
kemampuan menyerap air yang lebih tinggi dibandingkan dengan beton
konvensional atau beton tak berpori. Hal ini kurang diperhatikan dalam
pelaksanaannya, padahal beton ringan yang diekspos di udara luar tidak berfungsi
secara total tanpa adanya perlindungan.
Oleh sebab itu, beton ringan tidak baik digunakan sebagai bahan isolasi
pada atap, dikarenakan kemampuan menyerap airnya yang tinggi sehingga bila
terkena panas beton ringan juga relatif cepat kering. Jadi pada beton kemampuan
menyerap air yang tinggi kurang menguntungkan.
2. Low-Pressure Steam-Curing
Proses curing ini baru dapat dilakukan sekitar 5 jam setelah pengecoran,
dimana suhu yang digunakan harus dijaga antara 60-80°C. Tekanan uap jenuh
yang digunakan antara 0,1 – 0,3 MPa. Lama proses ini tergantung pada iklim
di tempat pengecoran, namun pada umumnya pembagian waktu yang
digunakan adalah 2 jam dengan peningkatan, 4 jam dengan temperatur yang
dijaga tetap, dan 2 jam untuk menurunkan temperatur secara perlahan untuk
menghindari thermal shock. Skema alat Low-Pressure Steam-Curing dapat
dilihat pada Gambar 2.8.
3. High-Pressure Steam-Curing
Perbedaan proses curing ini dengan proses curing sebelumnya adalah terutama
pada tekanan uap jenuh yang digunakan, yaitu antara 0,7 – 1,2 MPa. Lama
waktu yang dibutuhkan agar uap mencapai tekanan yang diinginkan berkisar
antara 5 – 6 jam dengan peningkatan yang bertahap. Setelah itu selama 4 – 18
jam, tekanan dijaga agar stabil. Untuk aerated concrete biasanya
2.1.4. Segregasi
Beton cair dapat dipandang sebagai suatu suspensi butir agregat di dalam
matriks mortar semen. Bila kohesi tidak cukup untuk menahan partikel dalam
suspensi maka akan terjadi segregasi yang menyebabkan kualitas beton jelek.
Segregasi dapat terjadi karena terpisahnya agregat kasar dari campuran
atau turunnya butiran ke bagian bawah beton segar. Hal ini dapat diakibatkan
karena cara penuangan dan pemadatan yang salah.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya segregasi, antara lain :
1. Ukuran partikel yang lebih besar dari 25 mm
2. Densitas agregat kasar yang berbeda dengan agregat halus
3. Kurangnya jumlah material halus dalam campuran
4. Bentuk butir yang tidak rata dan tidak bulat
5. Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering
• Bentuk stabil walaupun terkena air tambahan. Sedangkan pada beton ringan
dengan penggunaan bubuk alumina, beton akan mengembang lagi bila terkena
air tambahan.
• Keuntungan untuk daerah terpencil karena hanya membutuhkan semen dalam
pembuatannya. Berbeda dengan aerated concrete menggunakan bubuk
alumina yang masih menggunakan pasir dalam pembuatannya.
• Lebih mudah dipompa saat pengecoran karena tidak ada agregat.
Skema alat yang dapat digunakan untuk pembuatan foam dapat dilihat
pada Gambar 2.10.
8 12
Compressive Strength
Compressive Strength
10
6
8
(MPa)
(MPa) 4 6
4
2
2
0 0
0 20 40 60 0 20 40 60
Day Day
Foam
Ada 2 macam foam :
1. Bahan sintetis dengan kepadatan di atas 1000 kg/m3
2. Bahan protein dengan kepadatan 400 – 1600 kg/m3
Foam berbahan dasar sintetis memiliki kepadatan sekitar 40 kg/m3 dan
dapat mengembang sekitar 25 kali. Foam jenis ini sangat stabil untuk beton
dengan kapadatan di atas 1000 kg/m3. Foam ini dapat bertahan hingga 16 bulan
dalam keadaan tertutup. Bentuk foam yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar
2.13. Perbandingan konsentrasi foam 1:19
Contohnya : 1 liter Noraite SA-1 + 19 liter air = 20 liter foam.
20 liter foam dapat mengembang menjadi sekitar 500 liter foam yang stabil
dengan berat sekitar 40 kg/m3.
Foam berbahan dasar protein yang didapat dari bahan – bahan alami
memiliki berat sekitar 80 kg/m3 dan dapat mengembang sekitar 12,5 kali. Foam
ini relatif lebih stabil dan memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan foam sintetis. Tetapi foam ini hanya dapat bertahan hingga 12 bulan dalam
keadaan terbuka. Bentuk foam yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.14.
Perbandingan konsentrasi foam dapat berkisar antara 1:33 sampai 1:39.
Contohnya : 1 liter Noraite PA-1 + 39 liter air = 40 liter foam.
40 liter foam dapat mengembang menjadi sekitar 500 liter foam yang stabil
dengan berat sekitar 80 kg/m3.