Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN SEHAT JIWA

KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAYI

DISUSUN OLEH

YULIANTO
NIM 2022207209208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN SEHAT JIWA BAYI

A. Definisi
Masa bayi berlangsung pada usia 0-1 tahun pertama setelah
priode bayi yang baru lahir dua minggu. Meskipun masa bayi sering
dianggap sebagai masa bayi baru lahir, tetapi label masa bayi akan
digunakan untuk membedakannya dengan priode pascanatal yang
ditandai dengan keadaan sangat tidak berbahaya. Selama beberapa bulan
masa bayi keadaan tidak berdaya itu secara berangsur-angsur agak
menurun. Akan tetapi tidak berarti bahwa keadaan tidak berdaya secara
cepat menghilang dan bayi menjadi mandiri, melainkan setiap hari setiap
minggu dan setiap bulan bayi semangkin mampu mandiri sehingga saat
masa bayi berakhir pada ulang tahun ke-2 ia menjadi seseorang yang
berbeda dengan awal masa bayi. Karena istilah bayi banyak ditafsirkan
sebagai individu yang tidak berdaya, maka semangkin umum orang
menamakan masa bayi selama dua tahun itu sebagai anak kecil yang baru
belajar berjalan. Anak kecil adalah anak bayi yang telah berhasil
menguasai tubuhnya sehingga relatif mandiri. (Hurlock, Elizabeth :
2002).

.
B. Karakteristik Ciri-ciri Pada Masa Bayi
1. Ciri-Ciri Masa Bayi
Ciri-ciri tersebut membedakan masa bayi dari periode-periode
sebelumnya dan sesudahnya berikut ini adalah ciri-ciri yang penting.
a. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya.
Meskipun seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun
awal dianggap sebagai masa dasar. Namun masa bayi adalah
dasar priode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini
banyak pola prilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.
b. Masa bayi adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan
berjalan pesat.
Bayi berkembang pesat baik secara fisik maupun secara
psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini perubahan tidak
hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalamkemampuan.
Bayi lambat laun menjadi tidak segrmuk seperti pada saat
dilahirkan dan anggota- anggota tubuh berkembang dalam
perbandingan yang lebih baik terhadap kepala yang besar.
Perubahan dalam perbandingan tubuh disertai dengan
pertumbuhan tinggi dan berat tubuh. Meskipun pertumbuhan
pesat terjadi pada seluruh periode bayi, namun yang terpesat
adalah dalam tahun pertama.
c. Masa bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan.
Berkurangnya ketergantungan pada orang lain
merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh
yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan dan
menggerakan benda-benda. Gerakan-gerakan bayi yang acak dan
menyeluruh kembali menjadi gerakan yang terkoordinasi
sehingga memungkinkan bayi melakukan sendiri hal-hal
sebelumnya harus dilakukan oleh orang lain. Dengan
berkurangnya ketergantungan bayi tidak senang diperlakukan
seperti bayi. Ia tidak lagi mau memberikan orang lain melakukan
hal-hal yang dapat dilakukan atau yang dianggapnya dapat
dilakukan sendiri
d. Masa bayi adalah masa meningkatnya individualitas.
Hal yang terpenting dalam meningkatkan kemandirian
adalah bahwa kemungkinan ini memungkinkan bayi
mengembangkan hal- hal yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya, individualis yang tampak pada waktu lahir
semangkin menonjol pada saat menjelang akhir pada masa bayi.
Individualis tampak dalam penampilan dan pola-pola prilaku
bahkan bayi kembarpun menampakkan individualisnya.

Dengan meningkatnya individualis maka setiap bayi harus


diperlukan sebagai individu. Tidak dapat lagi semua bayi
diharapkan tumbuh berdasarkan makanan yang sama atau adanya
jadwal makan dan tidur yang sama.
e. Masa bayi adalah masa menarik
Meskipun menurut orang dewasa bayi mempunyai bayi
mempunyai ukuran tubuh yang tidak wajar tetapi bayi menarik
justru karena kepalanya besar,perutnya buncit, anggota badannya
kecil dan kurus, tangan dan kakinya kurus, tangan dan kakinya
kecil, kalau bayi memakai baju dan diselubungi dengan selimut
bayi, membuatnya semangkin menarik. (Hurlock, Elizabeth :
2002).

C. Perkembangan Pada Bayi


a. Ciri-ciri Perkembangan Psikososial
1) Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan
memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang
yang dikenal
2) Usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak
sosial
3) Usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah
dapat merangkak atau meraih sesuatu.
4) Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau
pengasuhnya dan
5) Usia 2 tahun mulai mengikuti perbuatan orang lain diluar ibu
atau pengasuhnya, bermain sendiri atau dengan orang lain.
(Desmita : 2009).
b. Tahap Perkembangan Usia Bayi
Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial
terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial
memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang
diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan).
Perkembangan pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan
masalah pada tahap masa sebelumnya.
Dari pendapat Erik Erikson tadi maka tahap-tahap
perkembangan psikososial yang dilalui bayi hanya ada satu yaitu
sebagai berikut :
1) Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )
Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang
adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari
tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak dengan
dunia luar maka ia mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa
aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan
kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan
dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan
perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah ibu.
c. Perkembangan Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gejolak
fisiologis dan perilaku yang tampak sekaligus. Emosi pun
diklasifikasi menjadi dua yaitu, afektifitas positif (antusiasme,
kegembiraan, kesabaran, dan ketenangan) dan afektifitas negatif
(kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan).
Sedangkan, yang dinamakan dengan emosionalitas pada perangai
bayi adalah kecenderungan untuk mengalami kesulitan
(distressed). (Desmita : 2009).
Dalam perkembangan anak, emosi memiliki peranan-
peranan tertentu, seperti, media untuk penyesuaian diri dan
mempertahankan kelangsungan hidup (adaptation & survival).
Emosi pun memiliki fungsi sebagai media pengaturan diri
(regulation).Dan juga berfungsi sebagai media komunikasi.
(Desmita : 2009).
Gejala awal perilaku emosional adalah keterangsangan
umum terhadap stimulus yang kuat. Keterangsangan berlebih-
lebihan tampak dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru
lahir. Meski begitu, reaksi emosional pada bayi yang masih dalam
periode neo natal, kurang spesifik, karena hanya menampakan
reaksi terhadap kesenangan dan ketidak senangan. Seiring
pertambahan usianya, ekspresi emosional bayi sekitar satu tahun,
telah menyerupai ekspresi yang ditampakkan oleh orang dewasa.
(Desmita : 2009).
Biasanya, emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan
menangis dan tersenyum, karena kedua hal itu adalah mekanisme
yang terpenting untuk mengembangkan komunikasi bayi tersebut.
(Desmita : 2009).

Perkembangan Emosi Bayi:

NO UMUR UMUR EKSPRESI EMOSI

1. 0 – 1 bulan Senyuman sosial


2. 3 bulan Senyuman kesenangan
3. 3 – 4 bulan Kehati-hatian
4. 4 bulan Kelurahan
5. 4 – 7 bulan Kegembiraan, kemarahan
6. 5 – 9 bulan Ketakutan
7. 18 bulan Malu

d. Perkembangan Temperamen
Temperamen merupakan sebuah aspek karakter yang
menyelubungi seseorang secara umum, yang dibentuk oleh
kecenderungan-kecenderungan pola-pola khusus reaksi emosional,
perubahan suasana hati, dan tingkat kepekaan yang dihasilkan
rangsangan. Temperamen juga bisa dilihat sebagai reaksi
seseorang terhadap respon lingkungannya. Temperamen umumnya
diperoleh seseorang melalui orang tuanya dengan cara diturunkan,
juga dipengaruhi lingkungan sekitar. Perbedaan kualitas dan
intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang
memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang
relatif stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua
situasi yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan,
kematangan, dan pengalaman. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).
Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki dan
mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi lain terlihat sangat
tenang. Sebagian bayi merespons dengan hangat kepada orang lain
cerewet, rewel dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini
merupakan tempramen seorang bayi. (Aziz Alimul Hidayat :
2008).
e. Tahap Attachment
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali
diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan
pertalian atau ikatan antara ibu dan anak. Kebanyakan ahli
psikologi perkembangan mempercayai bahwa attachment pada
bayi merupakan dasar utama bagi pembentukan kehidupan sosial
anak di kemudian hari. Menurut J. Bowlby, pentingnya attachment
dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan
ibunya secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk
suatu katerikatan. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).
Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi adalah sebagai
berikut :
a) Tahap Indiscriminate Sosiability (0-2 bulan)
Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan merasa
senang dengan atau menerima dengan senang orang yang
dikenal dan yang tidak dikenal.
b) Tahap Attachment Is The Makin (2-7 bulan)
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal,
tersenyum pada orang yang lebih dikenal.
c) Tahap Specific, Clear-Cut Attachment (7-24 bulan),
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau
pengasuh pertama lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa
dekat dengannya, akan menangis ketika berpisah dengannya.
d) Tahap Goal-Coordination Partenerships (24- seterusnya)

Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh


pertama, bayi tidak merasa sedih selama berpisah dengan
ibunya atau pengasuh pertamanya dalam jangka waktu yang
lama. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).
2. Perkembangan Rasa Percaya
Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia
1-2 bulan) kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan
rasa percaya dan rasa tidak percaya. Erikson meyakini bayi dapat
mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang
konsisten. Rasa tidak percaya dapat muncul apabila bayi tidak
mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya tersebut banyak
persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan yang
aman (secure attachment).
Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada
tahun pertama kehidupan saja. Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada
tahap perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat anak-anak memasuki sekolah dengan rasa
percaya dan tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang
banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya sebagai
orang yang dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini, anak
mengatasi rasa tidak percaya sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang
meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya pasti pada tahap
selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang mungkin
terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya.
Erikson menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh
tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu. (Aziz Alimul Hidayat :
2008).
3. Tugas Perkembangan
Karena pola perkembangan dapat diramalkan meskipun bayi
yang berbeda mencapai hal-hal yang penting pada pola ini dalam usia
yang agak berbeda, dapatlah dibuat standar dari harapan-harapan
sosial dalam bentuk tugas-tugas perkembangan. Misalnya, semua bayi
diharapkan belajar berjalan, memakan makanan padat, sedikit
mengendalikan alat-alat pembuangan, mencapai stabilitas fsiologis
yang baik (terutama dalam irama lapar dan tidur), mempelajari dasar-
dasar berbicara, dan berhubungan secara emosional dengan orang tua
dan saudara-saudara kandung sampai derajat tertentu dan tidak
sepenuhnya tersendiri seperti pada saat dilahirkan. (B. Hurlock,
Elizabeth : 2002).
Masa bayi disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi
fisik dan mental bayi menjadi fundasi kokoh bagi perkembangan dan
pertumbuhan selanjut nya. Karena itu peranannya sangat vital dan
penting.Lagi pula,pada periode ini berlangsung proses pertumbuhan
yang cepat sekali. Bayi yang baru lahir dan sehat,dengan cepat akan
belajar menyesuaikan diri dengan alam lingkungan nya,dan
melalkukan tugas- tugas perkembangan tertentu.Ada tugas-tugas
melakukan kegiatan yang harus dilatihnya setiap waktu, agar bayi atau
anak mampu melakukan adaptasi sosial (penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial), dan mampu mempertahan kan kelangsungan
hidupnya.Misal nya tugas pendisiplinan diri atau pembiasaaan diri,
makan dan tidur secara teratur, dan belajar patuh.(Aziz Alimul
Hidayat : 2008).

D. Tujuan Asuhan Keperawatan


1. Kognitif
a. Bayi mampu mengembangkan kemampuan berbicara/berbahasa
b. Bayi mampu berespon terhadap bunyi atau suara
c. Bayi mampu mengenal dan membedakan orang-orang di sekitarnya
2. Psikomotor
a. Bayi mampu mengembangkan kemampuan motoriknya
3. Afektif
a. Bayi mampu mengekspresikan perasaan sebagai respon terhadap
stimulus
E. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawat pada bayi
a. Usia 0 – 6 bulan

1) Latih bayi untuk mengangkat kepala


2) Latih bayi untuk membalikkan badan dari telentang ke
telungkup sampai bayi dapat membalikkan badannya sendiri
3) Latih bayi untuk menggenggam benda/mainan
4) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
5) Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
6) Beri selimut saat bayi kedingingan
7) Ajak bayi untuk berbicara
8) Panggil bayi sesuai dengan namanya
9) Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan
benda, memperlihatkan benda berwarna menarik,
benda berbunyi)
b. Usia 6 – 12 bulan
1) Latih bayi untuk merangkak, berdiri, berjalan
dengan berpegangan dan berjalan sendiri
2) Latih bayi untuk membungkukkan badan tanpa berpegangan
3) Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2
suku kata yang sama
4) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
5) Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
6) Beri selimut saat bayi kedingingan
7) Ajak bayi untuk berbicara
8) Panggil bayi sesuai dengan namanya
9) Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan
benda, memperlihatkan benda berwarna menarik, benda
berbunyi)
c. Usia12 – 18 bulan
1) Latih bayi berjalan mundur, menangkap bola, menendang
bola, dan berjalan naik turun tangga
2) Latih bayi untuk menumpuk balok
3) Latih bayi untuk menyebutkan nama-nama bagian tubuhnya

4) Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2


suku kata
5) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
6) Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
7) Beri selimut saat bayi kedingingan
8) Ajak bayi untuk berbicara
9) Panggil bayi sesuai dengan namanya
10) Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)

2. Tindakan keperawatan pada keluarga


1. Tindakan Keperawatan Ners
Tindakan keperawatan ners pada keluarga diberikan kepada orang
tua dan pengasuh (care giver) dari bayi, kegiatannya yaitu:
a. Informasikan tentang tahap perkembangan yang harus dicapai
anak usia bayi
b. Informasikan pada keluarga mengenai cara yang dapat
dilakukan untuk memfasilitasi rasa percaya diri bayi
c. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara yang
akan digunakan keluarga untuk menstimulasi rasa
percaya diri bayi
d. Latih keluarga mengenai metode tersebut dan dampingi saat
keluarga melakukannya pada bayi
e. Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan dalam
melatih rasa percaya diri bayi
3. Tindakan Keperawatan Kelompok
1. Tindakan Keperawatan Ners: -
2. Tindakan Keperawatan Spesialis: Terapi Kelompok Terapeutik Bayi
a. Sesi 1: Stimulasi perkembangan aspek motorik
b. Sesi 2: Stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa
c. Sesi 3: Stimulasi perkembangan aspek emosional dan kepribadian

d. Sesi 4: Stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual


e. Sesi 5: Stimulasi perkembangan aspek psikososial
f. Sesi 6: Monitoring dan evaluasi pengalaman dan manfaat
latihan (Keliat, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Budi anna keliat,dkk. 2013. Manajemen keperawatan psikososial dan kader


kesehatan jiwa.jakarta: EGC
Potter, Patricia A. and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing
concept, process, and practice. St. Louis : The C.V. Mosby Company
Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008). Draft
Standar Asuhan Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta :
Progaram Magister Keperawatan Jiwa FIK UI
Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai