Anda di halaman 1dari 2

Analisis Skenario “Kembang Api”

Roudlotul Jannati Rochnadia Noorva Yudhitya

Naskah skenario ini secara garis besar bercerita tentang percobaan bunuh diri yang dilakukan
oleh empat orang. Adegan dimulai di sebuah gudang tua kosong di suatu tempat, ketika seorang pria
mendorong sebuah bola besar yang mirip telur raksasa. Bola berukuran 90 cm itu merupakan
kumpulan kembang api yang akan diledakkan sebagai usaha bunuh diri. Di awal penyampaian cerita,
skenario ini sudah menarik karena menggambarkan setting dan property yang tidak lazim, termasuk
bola besar bertuliskan “Urip Iku Urup”. Terdapat pula voice over dari seorang pria yang melontarkan
umpatan tanpa dijelaskan alasan dan asal-usul kemarahan pria tersebut.

Pria yang selanjutnya diketahui bernama Fahmi (52) ini menunggu tiga orang lain yang juga
ingin bunuh diri. Mereka ‘bertemu’ di sebuah grup obrolan bernama “Kembang Api” dimana semua
anggota menggunakan nama samaran. Fahmi yang menggunakan nama LangitMendung, Raga (27)
dengan nama AnggrekHitam, Sukma (34) yang bernama Tengkorakputih, dan seorang siswi SMA (17)
yang menggunakan samaran Anggun. Para anggota memasuki gudang satu per satu, akan tetapi tiga
anggota pertama terkejut ketika anggota keempat masuk, pasalnya ia merupakan siswi SMA. Fahmi
mencoba membujuk agar ‘Anggun’ mengurungkan niatnya intik bunuh diri, namun hal itu tidak
berhasil. Setelah perdebatan singkat akhirnya Fahmi menekan detonator yang menimbulkan sebuah
ledakan kuat dengan luncuran kembang api yang indah.

Naskah skenario menjadi semakin menarik, karena ternyata adegan yang sama terulang
kembali. Mulai dari awal ketika Fahmi berada di dalam gudang tua dan menunggu kedatangan
anggota grup lainnya. Pengulangan kejadian (loop) ini terjadi beberapa kali. Awalnya, hanya Fahmi
yang merasakan hal tersebut. Kemudian pada pengulangan kedua, Raga ikut merasakannya. Mereka
berdua berspekulasi bahwa efek loop terjadi karena ada orang yang tidak seharusnya ikut meninggal
dalam percobaan bunuh diri tersebut. Akhirnya, mereka mengambil kesimpulan bahwa si siswi SMA-
lah yang tidak seharusnya tewas dan mereka mencoba mencegah ‘Anggun’ dalam aksi bunuh diri
tersebut.
Tema yang diangkat dalam cerita, yaitu terkait bunuh diri, menjadi salah satu kekuatan dalam
skenario ini. Selain memiliki tema yang tidak biasa, skenario “Kembang Api” juga memiliki ide dan
alur cerita yang kuat. Metode bunuh diri yang dipilih tidak lazim, yaitu dengan menggunakan
kembang api yang dapat diledakkan melalui sebuah detonator. Lebih lanjut lagi, penceritaan dalam
naskah ini menjadi lebih menegangkan dengan karena adanya efek Groundhog Day, yang merupakan
tema fiksi ilmiah.

Pemilihan lokasi untuk dua adegan utama juga menguatkan ide cerita skenario ini. Pemilihan
setting pertemuan anggota kelompok di sebuah gudang tua dengan pintu yang berkarat seakan-akan
memberikan nuansa gelap dan depresif dari para anggota group chat yang berniat bunuh diri
tersebut. Adegan selanjutnya yang berlatar belakang landscape luas dengan pemandangan bukit juga
memberikan gambaran tentang semesta. Ledakan kembang api yang muncul juga memberikan
penafsiran ambigu antara sebuah akhir kehidupan atau justru awal kehidupan.

Penggambaran setiap pemain melalui percakapan yang disampaikan juga memikat audiens.
Kita dapat merasakan watak dan perilaku setiap karakter melalui pilihan kata yang diucapkan dan
bahasa tubuh mereka. Setiap karakter digambarkan sengan kuat dan memiliki tujuan yang sama,
yaitu bunuh diri. Namun, tujuan ini dihalangi oleh loop yang terjadi beberapa kali. Audiens juga
dibuat penasaran akan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing anggota chat group hingga
mereka memutuskan untuk bergabung dalam aksi bunuh diri dengan kembang api tersebut.

Anda mungkin juga menyukai