Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JURNAL REPORT

Judul Jurnal : Psychoanalysis Ego Image by Freudian: Study of Psychology in the


Main Character of the Tale ofHang Tuah

Nama Penulis : Tia Pratiwi, Sarwiji Suwandi, Nugraheni Eko Wardhani

Penerbit/ Tahun Terbit / Jumlah Halaman : Unimed Press/ 2019/ xii ,191

Nama Mahasiswa : Reza Arbi Azizi Lubis

NIM / Prodi : 5203131024/ Pendidikan Teknik Elektro 20

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

Nani Barorah Nasution, S.Psi., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dongeng (Hikayat) adalah salah satu jenis sastra kuno yang berasal dari tanah Melayu.
Istilah cerita rakyat ini pertama kali digunakan oleh para penulis di tanah melayu untuk
mendeskripsikan cerita-cerita yang berhubungan dengan sejarah atau cerita-cerita masa lalu
(Braginsky, 1998). Sastra dan psikologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, psikologi
membahas tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan lingkungan (Daulay, 2014).
Sedangkan sastra menurut Wellek, n.d. adalah aktivitas manusia kreatif yang menghasilkan suatu
karya seni tulis dan cetak. Berbagai karya sastra yang ada tentunya memiliki cerita yang
diperankan oleh para tokohnya. Tokoh-tokoh dalam cerita memiliki kepribadian yang melekat.
Hal inilah yang sebenarnya menjadi jembatan antara psikologi dan sastra sebagaimana dijelaskan
Endaswara (2008). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Saraswati yang menganalisis kepribadian
dalam novel Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi yang dianalisis menggunakan teori psikoanalitik
oleh Sigmund Freud (Saraswati, 2011) Psikologi tokoh utama yang dijelaskan oleh Sigmund Freud
merupakan salah satu teori yang sangat sering dijumpai. digunakan dalam penelitian yang
membahas tentang psikoanalisis yang sering disebut dengan teori Psikoanalisis Freudian (Cloud,
2017; Schetz & Szubka, 2012). Sebagaimana yang terkandung dalam penjelasan yang disampaikan
oleh Arminjon, Ansermet, dan Magistretti (2010) sehingga menurut Toksöz (2018) yang
menyatakan bahwa psikoanalisis Freudian terbagi menjadi tiga aspek yaitu id, ego, dan super
Wego.co.id.

Sisi psikologis tokoh utama dalam suatu Karya sastra yang dijelaskan oleh Minderop
menganggap bahwa psikoanalisis digunakan untuk menganalisis keadaan mental seseorang baik
yang berkaitan dengan penderita gangguan saraf maupun penyimpangan sosial. Hal ini juga
didukung oleh Minderop (2011) yang menyatakan bahwa penggambaran psikologi karakter yang
dilakukan oleh pengarang dideskripsikan melalui karya sastra. Penggambaran psikologi karakter
terbagi menjadi tiga aspek yaitu id, ego, dan superego (Alwisol, 2014).

Sejalan dengan karya sastra lainnya, dongeng Hang Tuah juga memiliki tokoh utama.
Cerita rakyat yang menggambarkan seorang panglima dari tanah Melayu juga memiliki karakter
kepribadian yang demikian. melekat pada karakter utama. Inilah yang kemudian menjadi
penghubung antara psikoanalisis dan sastra. Kisah Hang Tuah menceritakan tentang seorang
komandan di sebuah kerajaan bernama Bintan. Kerajaan tersebut sangat terkenal pada saat itu
karena memiliki seorang panglima yang bijak ganda.Sikap yang dimiliki oleh Hang Tuah sama
dengan manusia pada umumnya, Hang Tuah juga memiliki gejolak yang ada dalam dirinya (Efendi
& Muttaqien, 2018).
B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis psikologi tokoh utama dongeng Hang Tuah berdasarkan
teori psikoanalitik Sigmund Freud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE
Ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan jenis
penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan berbagai fenomena yang dihadapi dalam proses
analisis berdasarkan dokumen-dokumen yang ditemukan. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Endaswara (2008) dan Lexy J. Moleong (2019) yang mengatakan bahwa
deskriptif-kualitatif adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mengamati dan memahami
suatu proses fenomena yang terjadi yang kemudian dijelaskan dengan menggunakan kata-kata.
Yang menjadi fokus analisis dalam penelitian ini adalah penggambaran psikologis tokoh yang
dianalisis berdasarkan percakapan yang dilakukan tokoh utama, tingkah laku yang dilakukan tokoh
utama, dan gambaran tingkah laku tokoh utama dalam pandangan karakter lain. Pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

 1) menganalisis tingkah laku yang dilakukan tokoh utama berdasarkan percakapan yang
dilakukan tokoh utama dalam dongeng Hang Tuah;

 2) menganalisis psikologi tokoh utama berdasarkan tindakan tokoh utama dalam dongeng Hang
Tuah;

 3) menyimpulkan psikologi tokoh utama dongeng Hang Tuah sesuai dengan psikoanalisis
tokoh menurut Sigmund Freud. Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini didasarkan pada
a. Buku berjudul Hikayat Hang Tuahby Bot GenootSchap (Schap, 2010);
b. buku utama yang sesuai dengan penelitian ini, dan
c. jurnal yang terkait dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggambarkan tiga aspek mental karakter menurut Sigmund Freud.

B. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menganalisis isi yang
terkandung dalam dongeng Hang Tuah karya Bot GenootSchap. Data dalam penelitian ini berupa
perilaku yang dilakukan oleh tokoh utama, dan psikologi tokoh utama berdasarkan tindakan yang
dilakukan. Sumber data dalam penelitian ini berupa buku yang berjudul Dongeng Hang Tuah,
Buku Penunjang Utama, serta jurnal dan penelitian yang relevan serta.

C. Hasil diskusi
Berdasarkan tiga aspek kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yaitu id, ego,
dan superego maka dilakukan analisis terhadap salah satu dari tiga aspek tersebut yaitu ego,
komponen kepribadian yang didasarkan pada realitas. Penjelasan tentang analisis aspek ego
dijelaskan sebagai berikut:

“Maka Hang Tuah seraya tersenyum, Hai saudaraku, pada bicara hamba baik juga kita
berperang di atas pulau ini, karena perahu kita kecil, bunuh juga kita; ia tiga buah serta dengan
banyak dan senjatanya pun lengkapp, lagi orangnya pun banyak sukar juga kita melawan dia.
“(halaman 24)" Hang Tuah lalu berbicara sambil tersenyum. Kita juga berperang di pulau ini,
tetapi karena kapal kita kecil, maka kemungkinan besar kita akan kalah. Selain itu senjata dan
jumlah pasukan dari pihak lawan juga lebih banyak dan lebih canggih, sehingga sangat sulit untuk
dikalahkan. ”(halaman 24) Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Ciri-ciri kepribadian ego
menurut teori Freud digambarkan melalui perkataan Hang Tuah yang mengajak teman-teman lain
untuk menyelamatkan diri dengan berperang melawan musuh. Sebenarnya berperang itu bukan
hal yang baik tapi kalau faktanya mendesak agar perang bisa dilaksanakan.

”Hang Tuah kelima bersaudara itu pun sudah memegang senjata, tiga-tiga bilah seligi dan
seorang. Apabila terhambat musuh itu kedepan hadapan Hang Tuah, maka di tetak Hang Tuah
kena pahanya, lalu terduduk tiada dapat bangkit lagi. ” (halaman 24) "... Hang Tuah juga
memegang senjata, tiga bilah tombak. Saat musuh hampir mendekat, Hang Tuah menggunakan
tombak yang dibawanya untuk mengusir musuh." (halaman 24) Berdasarkan kutipan di atas, dapat
diketahui bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut teori Freudian tergambar dari perang yang
dilakukan oleh Hang Tuah dan kawan-kawan dalam upaya menyelamatkan diri.

“Maka Hang Tuah pun menghunus kerisnya, lalu menyerbukan dirinya pada musuh yang
dua puluh itu, serta ditikamnya oleh Hang Tuah, dua orang mati. “(Halaman 25)“ Dengan
senjatanya yaitu keris, Hang Tuah juga maju melawan musuh yang berjumlah dua puluh, lalu
menikam kerisnya hingga dua musuh tewas. ” (halaman 25) Berdasarkan kutipan di atas dapat
diketahui bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut teori Freudian tergambar dalam tindakan Hang
Tuah. Padahal membunuh adalah hal yang buruk, namun jika berada dalam situasi yang sangat
mendesak dapat dilakukan sebagai upaya menyelamatkan diri.

“Maka Hang Tuah pun tersenyum seraya berkata, sungguh saudara, tetapi bukannya orang
mengamuk pada mengembari dengan keris, patutlah dengan kapak ataud engan kayu.” (halaman
33) “Hang Tuah yang tersenyum lalu berkata, Apakah lebih baik melawan seseorang atau maju
melawan musuh dengan menggunakan senjata seperti keris, kapak atau kayu”. (halaman 33)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut teori Freudian
digambarkan melalui perkataan Hang Tuah yang menyapa emosi seseorang dengan logika berpikir
yang sangat baik.

“Maka sembah Tun Tuah,“ Daulat tuanku , terlalu baik seperti sembah patik bendahara itu,
bukan barang-barang hokum akan segala raja-raja yang dimakzulkan dari padat akhtak kingdom
itu. ” (halaman 77) “Kemudian TunTuah berkata,“ Terlalu baik bagi bendahara, bukan hal-hal
yang sah dari raja-raja yang diproklamasikan dari singgasana kerajaan. ”(halaman 77)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Ciri-ciri kepribadian ego menurut teori Freudian
diilustrasikan dengan sikap Hang Tuah yang memandang sesuatu bukan berdasarkan
keinginannya, melainkan sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
“Maka saudagar itu pun memandang kepada bantara Tun Tuah. Maka di dalam hatinya, apa
juga asalnya bentara tun Tuah ini, tiada patut dijadikan bentar , hulu baling juga lainnya. Pada
penglihatan bentar akiri ini bergelar laksamana juga pada akhirnya, karena orang bijaksana “.
(halaman 84)“ Jadi menurut seorang saudagar, karena sifatnya yang dikenal arif, Hang Tuah
terpaksa diangkat menjadi laksamana atau panglima kerajaan. ”(halaman 84) 84) Berdasarkan
kutipan di atas dapat dilihat bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut teori Freudian tergambar
menurut pandangan orang lain yang melihat Hang Tuah sebagai seseorang yang memiliki
kepribadian yang bijak maka Hang Tuah layak untuk dijadikan panglima kerajaan.

“Maka kata bentara Tun Tuah, jika demikian baiklah, esok hari patik persembahkan kebawah
duli paduka kakanda, tetapi kepada bicara patik, lulus juga sembah patik, karena pekerjaan
kebajikan juga.” (halaman 88)
Seperti yang dikatakan Hang Tuah,“ Besok saya akan pergi dan ini semata-mata untuk kebaikan.
”(Halaman 88) Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut
teori Freudian diilustrasikan oleh sikap tergantung dalam pengambilan keputusan bukan semata-
mata karena keinginan dan kepentingan mereka tetapi berdasarkan situasi dan kenyataan.

Maka sembah Tun Tuah, Daulat tuanku, patik mohonkan ampun dan kurnia, patik lihat
terlalu sangatlah yang dirasainya. Jika tidak dimasak, tidak bisa dimakan. Artinya, adalah baik
bagi raja untuk melepaskan benua Keling itu dari perintah seperti itu, karena pedagang kaya dari
negara itu, ingin membawamu ke pulau Keling. " (halaman 88) Bukankah lebih baik Yang Mulia
melepaskan Raja Muda dan membawanya ke Rivet agar hidupnya membaik. ”(halaman 88)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa ciri-ciri kepribadian Ego menurut teori Freudian
tergambar dari pernyataan Hang Tuah kepada raja yang harus melepaskan Raja Muda yang
dihukum karena dibawa ke benua Keling karena bahkan di tanah Bintan pun hidupnya sulit.

” Maka sembah bentara Tun Tuah, "Pada bicara patik akan pekerjaan dulu yang dipertuan
melepaskan paduka adinda ke continua Keling ini, bukan barang-barang pekerjaan juga. (halaman
89) “Bukankah lebih baik melepaskan Raja Muda dan dibawa ke Keling sebelum ayah dari rajamu
mengetahuinya?” (halaman 89) Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa ciri-ciri
kepribadian ego menurut teori Freudian tergambar dari pernyataan Hang Tuah kepada Raja yang
menyarankan agar raja melepaskan adik laki-lakinya, Raja Muda, untuk dibawa ke Keling
sebelum ayah raja mengetahui apa yang telah dilakukan raja terhadap adik laki-lakinya. ”.

“Jadi sebenarnya Tun Tuah apakah salahnya salah, karena masih banyak orang yang tidak
terdengar bahkan di Bukit Seguntang, maka nama orangnya disebut juga orang”. " (halaman 92)
“Jika orang tersebut benar-benar bersalah, maka ia layak mendapatkan hukuman begitu pula
sebaliknya.” (halaman 92) Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa ciri-ciri kepribadian
ego menurut teori Freud diilustrasikan oleh Sikap Hang Tuah yang memberi nasehat tidak semata-
mata berdasarkan keinginannya tetapi berdasarkan kenyataan.
BAB III
PENUTUP
A. HASIL
Dongeng Hang Tuah merupakan sastra lama yang menceritakan tentang seorang panglima
dari kerajaan Malaka bernama Hang Tuah. Hang Tuah memiliki kepribadian yang cukup baik. Hal
ini terlihat dari penggambaran karakter Hang Tuah berdasarkan percakapan yang dilakukan dan
pernyataan tokoh-tokoh lain yang mendukung keadaan tersebut. Berdasarkan analisis yang
dilakukan terhadap hikayat naskah cerita Hang Tuah dapat disimpulkan bahwa tokoh Hang Tuah
memiliki kepribadian yang sesuai dengan apa yang disampaikan dalam teori psikoanalitik
Sigmund Freud, khususnya pada aspek ego. Kepribadian ini tercermin dari perilaku Hang Tuah
yang selalu mengambil keputusan bukan berdasarkan keinginan atau norma, melainkan
mengambil keputusan berdasarkan situasi dan kenyataan.

FORMAT REVIEW JURNAL


1 Judul Psychoanalysis Ego Image by Freudian: Study of
Psychology in the Main Character of the Tale
ofHang Tuah
2 Jurnal Budapest International Research and Critics
Institute-Journal (BIRCI-Journal)
3 Download https://doi.org/10.33258/birci.v2i3.407
4 Volume dan Halaman Volume 2, No 3, Page: 195-199
5 Tahun August 2019
6 Penulis Tia Pratiwi, Sarwiji Suwandi, Nugraheni Eko
Wardhani
7 Reviewer Reza Arbi Azizi Lubis
8 Tanggal 20 Oktober 2020
9 Abstrak Penelitian
-Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis psikologi
tokoh utama dongeng Hang Tuah berdasarkan teori
psikoanalitik Sigmund Freud.
-Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif dengan menganalisis isi yang terkandung
dalam dongeng Hang Tuah karya Bot
GenootSchap. Data dalam penelitian ini berupa
perilaku yang dilakukan oleh tokoh utama, dan
psikologi tokoh utama berdasarkan tindakan yang
dilakukan. Sumber data dalam penelitian ini berupa
buku yang berjudul Dongeng Hang Tuah, Buku
Penunjang Utama, serta jurnal dan penelitian yang
relevan serta.
-Assesment Data Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap
hikayat naskah cerita Hang Tuah dapat
disimpulkan bahwa tokoh Hang Tuah memiliki
kepribadian yang sesuai dengan yang disampaikan
dalam teori psikoanalitik Sigmund Freud. terutama
pada aspek ego.

-Kata Kunci the psychology of the main character;


psychoanalysis by Sigmund Freud; aspect id; the
tale of Hang Tuah.
10 Pendahuluan
-Latar Belakang Dongeng (Hikayat) adalah salah satu jenis sastra
dan Teori kuno yang berasal dari tanah Melayu. Istilah cerita
rakyat ini pertama kali digunakan oleh para penulis
di tanah melayu untuk mendeskripsikan cerita-
cerita yang berhubungan dengan sejarah atau
cerita-cerita masa lalu (Braginsky, 1998). Sastra
dan psikologi adalah dua bidang ilmu yang
berbeda, psikologi membahas tentang perilaku
manusia yang berkaitan dengan lingkungan
(Daulay, 2014). Sedangkan sastra menurut Wellek,
n.d. adalah aktivitas manusia kreatif yang
menghasilkan suatu karya seni tulis dan cetak.
Berbagai karya sastra yang ada tentunya memiliki
cerita yang diperankan oleh para tokohnya. Tokoh-
tokoh dalam cerita memiliki kepribadian yang
melekat. Hal inilah yang sebenarnya menjadi
jembatan antara psikologi dan sastra sebagaimana
dijelaskan Endaswara (2008). Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Saraswati yang menganalisis
kepribadian dalam novel Ayat-Ayat Cinta dan
Laskar Pelangi yang dianalisis menggunakan teori
psikoanalitik oleh Sigmund Freud (Saraswati,
2011) Psikologi tokoh utama yang dijelaskan oleh
Sigmund Freud merupakan salah satu teori yang
sangat sering dijumpai. digunakan dalam penelitian
yang membahas tentang psikoanalisis yang sering
disebut dengan teori Psikoanalisis Freudian (Cloud,
2017; Schetz & Szubka, 2012). Sebagaimana yang
terkandung dalam penjelasan yang disampaikan
oleh Arminjon, Ansermet, dan Magistretti (2010)
sehingga menurut Toksöz (2018) yang menyatakan
bahwa psikoanalisis Freudian terbagi menjadi tiga
aspek yaitu id, ego, dan super Wego.co.id.

Sisi psikologis tokoh utama dalam suatu Karya


sastra yang dijelaskan oleh Minderop menganggap
bahwa psikoanalisis digunakan untuk menganalisis
keadaan mental seseorang baik yang berkaitan
dengan penderita gangguan saraf maupun
penyimpangan sosial. Hal ini juga didukung oleh
Minderop (2011) yang menyatakan bahwa
penggambaran psikologi karakter yang dilakukan
oleh pengarang dideskripsikan melalui karya
sastra. Penggambaran psikologi karakter terbagi
menjadi tiga aspek yaitu id, ego, dan superego
(Alwisol, 2014).

Sejalan dengan karya sastra lainnya, dongeng Hang


Tuah juga memiliki tokoh utama. Cerita rakyat
yang menggambarkan seorang panglima dari tanah
Melayu juga memiliki karakter kepribadian yang
demikian. melekat pada karakter utama. Inilah
yang kemudian menjadi penghubung antara
psikoanalisis dan sastra. Kisah Hang Tuah
menceritakan tentang seorang komandan di sebuah
kerajaan bernama Bintan. Kerajaan tersebut sangat
terkenal pada saat itu karena memiliki seorang
panglima yang bijak ganda.Sikap yang dimiliki
oleh Hang Tuah sama dengan manusia pada
umumnya, Hang Tuah juga memiliki gejolak yang
ada dalam dirinya (Efendi & Muttaqien, 2018).

11 Metode penelitian
-Langkah Penelitian Ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif.
Penelitian kualitatif deskriptif merupakan jenis
penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan
berbagai fenomena yang dihadapi dalam proses
analisis berdasarkan dokumen-dokumen yang
ditemukan. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Endaswara (2008) dan Lexy J.
Moleong (2019) yang mengatakan bahwa
deskriptif-kualitatif adalah suatu penelitian yang
digunakan untuk mengamati dan memahami suatu
proses fenomena yang terjadi yang kemudian
dijelaskan dengan menggunakan kata-kata. Yang
menjadi fokus analisis dalam penelitian ini adalah
penggambaran psikologis tokoh yang dianalisis
berdasarkan percakapan yang dilakukan tokoh
utama, tingkah laku yang dilakukan tokoh utama,
dan gambaran tingkah laku tokoh utama dalam
pandangan karakter lain. Pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini dilakukan sebagai
berikut:

 1) menganalisis tingkah laku yang dilakukan


tokoh utama berdasarkan percakapan yang
dilakukan tokoh utama dalam dongeng Hang
Tuah;

 2) menganalisis psikologi tokoh utama


berdasarkan tindakan tokoh utama dalam
dongeng Hang Tuah;

 3) menyimpulkan psikologi tokoh utama


dongeng Hang Tuah sesuai dengan
psikoanalisis tokoh menurut Sigmund Freud.
Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini
didasarkan pada
d. Buku berjudul Hikayat Hang Tuahby Bot
GenootSchap (Schap, 2010);
e. buku utama yang sesuai dengan penelitian
ini, dan
f. jurnal yang terkait dengan penelitian ini.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggambarkan tiga aspek
mental karakter menurut Sigmund Freud.
-Hasil Penelitian Dapat kita ketahui setelah menganalisis percakapan
Hang tuah dari beberapa buku bahwa Hang Tuah
memiliki kepribadian yang sesuai dengan apa yang
disampaikan dalam teori psikoanalitik Sigmund
Freud, khususnya pada aspek ego. Kepribadian ini
tercermin dari perilaku Hang Tuah yang selalu
mengambil keputusan bukan berdasarkan
keinginan atau norma, melainkan mengambil
keputusan berdasarkan situasi dan kenyataan.

D -Diskusi Penelitian Berdasarkan tiga aspek kepribadian yang


dikemukakan oleh Sigmund Freud yaitu id, ego,
dan superego maka dilakukan analisis terhadap
salah satu dari tiga aspek tersebut yaitu ego,
komponen kepribadian yang didasarkan pada
realitas. Penjelasan tentang analisis aspek ego
dijelaskan sebagai berikut:

“Maka Hang Tuah seraya tersenyum, Hai


saudaraku, pada bicara hamba baik juga kita
berperang di atas pulau ini, karena perahu kita
kecil, bunuh juga kita; ia tiga buah serta dengan
banyak dan senjatanya pun lengkapp, lagi
orangnya pun banyak sukar juga kita melawan dia.
“(halaman 24)" Hang Tuah lalu berbicara sambil
tersenyum. Kita juga berperang di pulau ini, tetapi
karena kapal kita kecil, maka kemungkinan besar
kita akan kalah. Selain itu senjata dan jumlah
pasukan dari pihak lawan juga lebih banyak dan
lebih canggih, sehingga sangat sulit untuk
dikalahkan. ”(halaman 24) Berdasarkan kutipan di
atas, terlihat bahwa Ciri-ciri kepribadian ego
menurut teori Freud digambarkan melalui
perkataan Hang Tuah yang mengajak teman-teman
lain untuk menyelamatkan diri dengan berperang
melawan musuh. Sebenarnya berperang itu bukan
hal yang baik tapi kalau faktanya mendesak agar
perang bisa dilaksanakan.

”... Hang Tuah kelima bersaudara itu pun sudah


memegang senjata, tiga-tiga bilah seligi dan
seorang. Apabila terhambat musuh itu kedepan
hadapan Hang Tuah, maka di tetak Hang Tuah
kena pahanya, lalu terduduk tiada dapat bangkit
lagi. ” (halaman 24) "... Hang Tuah juga
memegang senjata, tiga bilah tombak. Saat musuh
hampir mendekat, Hang Tuah menggunakan
tombak yang dibawanya untuk mengusir musuh."
(halaman 24) Berdasarkan kutipan di atas, dapat
diketahui bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut
teori Freudian tergambar dari perang yang
dilakukan oleh Hang Tuah dan kawan-kawan
dalam upaya menyelamatkan diri.

“... Maka Hang Tuah pun menghunus kerisnya,


lalu menyerbukan dirinya pada musuh yang dua
puluh itu, serta ditikamnya oleh Hang Tuah, dua
orang mati. “(Halaman 25)“ Dengan senjatanya
yaitu keris, Hang Tuah juga maju melawan musuh
yang berjumlah dua puluh, lalu menikam kerisnya
hingga dua musuh tewas. ” (halaman 25)
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa
ciri-ciri kepribadian ego menurut teori Freudian
tergambar dalam tindakan Hang Tuah. Padahal
membunuh adalah hal yang buruk, namun jika
berada dalam situasi yang sangat mendesak dapat
dilakukan sebagai upaya menyelamatkan diri.

“Maka Hang Tuah pun tersenyum seraya berkata,


sungguh saudara, tetapi bukannya orang
mengamuk pada mengembari dengan keris,
patutlah dengan kapak ataud engan kayu.”
(halaman 33) “Hang Tuah yang tersenyum lalu
berkata, Apakah lebih baik melawan seseorang
atau maju melawan musuh dengan menggunakan
senjata seperti keris, kapak atau kayu”. (halaman
33) Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa
ciri-ciri kepribadian ego menurut teori Freudian
digambarkan melalui perkataan Hang Tuah yang
menyapa emosi seseorang dengan logika berpikir
yang sangat baik.

“Maka sembah Tun Tuah,“ Daulat tuanku , terlalu


baik seperti sembah patik bendahara itu, bukan
barang-barang hokum akan segala raja-raja yang
dimakzulkan dari padat akhtak kingdom itu. ”
(halaman 77) “Kemudian TunTuah berkata,“
Terlalu baik bagi bendahara, bukan hal-hal yang
sah dari raja-raja yang diproklamasikan dari
singgasana kerajaan. ”(halaman 77) Berdasarkan
kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Ciri-ciri
kepribadian ego menurut teori Freudian
diilustrasikan dengan sikap Hang Tuah yang
memandang sesuatu bukan berdasarkan
keinginannya, melainkan sesuai dengan kenyataan
yang terjadi.

“Maka saudagar itu pun memandang kepada


bantara Tun Tuah. Maka di dalam hatinya, apa juga
asalnya bentara tun Tuah ini, tiada patut
dijadikan bentar , hulu baling juga lainnya. Pada
penglihatan bentar akiri ini bergelar laksamana
juga pada akhirnya, karena orang bijaksana “.
(halaman 84)“ Jadi menurut seorang saudagar,
karena sifatnya yang dikenal arif, Hang Tuah
terpaksa diangkat menjadi laksamana atau
panglima kerajaan. ”(halaman 84) 84) Berdasarkan
kutipan di atas dapat dilihat bahwa ciri-ciri
kepribadian ego menurut teori Freudian tergambar
menurut pandangan orang lain yang melihat Hang
Tuah sebagai seseorang yang memiliki kepribadian
yang bijak maka Hang Tuah layak untuk dijadikan
panglima kerajaan.

“Maka kata bentara Tun Tuah, jika demikian


baiklah, esok hari patik persembahkan kebawah
duli paduka kakanda, tetapi kepada bicara patik,
lulus juga sembah patik, karena pekerjaan
kebajikan juga.” (halaman 88)
Seperti yang dikatakan Hang Tuah,“ Besok saya
akan pergi dan ini semata-mata untuk kebaikan.
”(Halaman 88) Berdasarkan kutipan di atas, dapat
dilihat bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut
teori Freudian diilustrasikan oleh sikap tergantung
dalam pengambilan keputusan bukan semata-mata
karena keinginan dan kepentingan mereka tetapi
berdasarkan situasi dan kenyataan.

Maka sembah Tun Tuah, Daulat tuanku, patik


mohonkan ampun dan kurnia, patik lihat terlalu
sangatlah yang dirasainya. Jika tidak dimasak,
tidak bisa dimakan. Artinya, adalah baik bagi raja
untuk melepaskan benua Keling itu dari perintah
seperti itu, karena pedagang kaya dari negara itu,
ingin membawamu ke pulau Keling. " (halaman
88) Bukankah lebih baik Yang Mulia melepaskan
Raja Muda dan membawanya ke Rivet agar
hidupnya membaik. ”(halaman 88) Berdasarkan
kutipan di atas, terlihat bahwa ciri-ciri kepribadian
Ego menurut teori Freudian tergambar dari
pernyataan Hang Tuah kepada raja yang harus
melepaskan Raja Muda yang dihukum karena
dibawa ke benua Keling karena bahkan di tanah
Bintan pun hidupnya sulit.

” Maka sembah bentara Tun Tuah, "Pada bicara


patik akan pekerjaan dulu yang dipertuan
melepaskan paduka adinda ke continua Keling ini,
bukan barang-barang pekerjaan juga. (halaman 89)
“Bukankah lebih baik melepaskan Raja Muda dan
dibawa ke Keling sebelum ayah dari rajamu
mengetahuinya?” (halaman 89) Berdasarkan
kutipan di atas, dapat dilihat bahwa ciri-ciri
kepribadian ego menurut teori Freudian tergambar
dari pernyataan Hang Tuah kepada Raja yang
menyarankan agar raja melepaskan adik laki-
lakinya, Raja Muda, untuk dibawa ke Keling
sebelum ayah raja mengetahui apa yang telah
dilakukan raja terhadap adik laki-lakinya. ”.

“Jadi sebenarnya Tun Tuah apakah salahnya salah,


karena masih banyak orang yang tidak terdengar
bahkan di Bukit Seguntang, maka nama orangnya
disebut juga orang”. " (halaman 92) “Jika orang
tersebut benar-benar bersalah, maka ia layak
mendapatkan hukuman begitu pula sebaliknya.”
(halaman 92) Berdasarkan kutipan di atas, dapat
dilihat bahwa ciri-ciri kepribadian ego menurut
teori Freud diilustrasikan oleh Sikap Hang Tuah
yang memberi nasehat tidak semata-mata
berdasarkan keinginannya tetapi berdasarkan
kenyataan.
-Daftar Pusaka  Alwisol. (2014). Psikologi Kepribadian (edisi
revisi). Malang: UMM Press.
 Arminjon, M., Ansermet, F., &Magistretti, P.
(2010). The homeostatic psyche: Freudian
theory and somatic markers. Journal of
Physiology Paris, 104(5–6), 272–278.
https://doi.org/10.1016/j.jphysparis.2010.08.00
6
 Awan, M. A. (2017). Freudian Notion of
Psychoanalysis: Its Implications in
Contemporary Teaching Practices. Advances in
Language and Literary Studies, 8(5), 150–154.
Retrieved from
http://ezproxy.lib.uconn.edu/login?url=https://s
earch.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&d
b=eric&AN=EJ1160124&site=ehost-live
 Braginsky. (1998). Yang indah, berfaedah dan
kamal : Sejarah sastra Melayu abad 7-19.
Jakarta: Kencana.
 Daulay, N. (2014). Pengantar Psikologi dan
Pandangan Al-Qur`an tentang Psikologi.
Jakarta: Kencana.
 Efendi, A. N., & Muttaqien, M. Z. (2018).
Educational Values in “HikayatHang Tuah”
Malay Folktale. LEKSEMA: Jurnal Bahasa Dan
Sastra, 2(2), 131.
https://doi.org/10.22515/ljbs.v2i2.646
 Endaswara, S. (2008). Metodologi
Penelitian Sastra. In MedPres.
 Lexy J. Moleong, D. M. A. (2019).
Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi
Revisi). PT. Remaja Rosda Karya.
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.02.0
55
 Minderop, A. (2011). Psikologi Sastra,
Karya Sastra, Metode, Teori, Contoh Kasus.
Jakarta: Pustaka Obor.
 Saraswati, E. (2011). “Pribadi dalam Novel
Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi: Telaah
Psikoanalisis Sigmund Freud.” Jurnal
Artikulasi, 12(2), 883--901. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?ar
ticle=97448&val=260&title=PRIBADI
DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA
DAN LASKAR PELANGI: TELAAH
PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD
 Schap, B. G. (2010). Hikayat Hang Tuah I.
Jakarta: Pusat Bahasa Pendidikan Nasional.
 Schetz, A., & Szubka, T. (2012).
Freudianism. Encyclopedia of Applied Ethics,
345–352. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
373932-2.00203-9
 Toksöz, İ. (2018). Psychoanalytic Analysis of
the Characters in Beckett?s “Waiting for
Godot.” International Journal of Science and
Research (IJSR), 6(12), 66–68.
https://doi.org/10.21275/art20178416
 Wellek, R. W. W. (n.d.). Teori Kesusastraan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
12 Analisis Jurnal
-Kekuatan Penelitian  Memaparkan secara jelas dan singkat langkah
penelitian sehingga mudah dipahami
 Penulisan jurnal ini teratur dari dan sesuai
dengan kaidah pembuatan penulisan jurnal
 Kata yang digunakan juga dalam itu bersifat
baku dan sesuai dengan kamus EYD Bahasa
Indonesia
-Kelemahan Penelitian  Penulisan poin poin metedologi yang kurang
tersusun rapi
 Pemaparan disksusi yang penilisanya harusnya
di beri poin poin jelas dan diruntutkan agar lebih
mudah memahaminya
 Kurangnya gambar gambar yang menarik
sekiranya dapay mempermudah pemahaman
13 Kesimpulan Dongeng Hang Tuah merupakan sastra lama yang
menceritakan tentang seorang panglima dari
kerajaan Malaka bernama Hang Tuah. Hang Tuah
memiliki kepribadian yang cukup baik. Hal ini
terlihat dari penggambaran karakter Hang Tuah
berdasarkan percakapan yang dilakukan dan
pernyataan tokoh-tokoh lain yang mendukung
keadaan tersebut. Berdasarkan analisis yang
dilakukan terhadap hikayat naskah cerita Hang
Tuah dapat disimpulkan bahwa tokoh Hang Tuah
memiliki kepribadian yang sesuai dengan apa yang
disampaikan dalam teori psikoanalitik Sigmund
Freud, khususnya pada aspek ego. Kepribadian ini
tercermin dari perilaku Hang Tuah yang selalu
mengambil keputusan bukan berdasarkan
keinginan atau norma, melainkan mengambil
keputusan berdasarkan situasi dan kenyataan.

14 Saran Sekiranya sebaiknya kita harus mencontoh sikap


dari Hang Tuah dalam mengambil keputusan
dimana yang menurut teori psikoanalisis kita harus
bisa lebih bijak dan berpikir dahulu dalam
mengambil keputusan dalam kondisi dan situasi
apapun. ya intinya kita sebagai manusia harus
menganalisa keadaan dan mengedepankan EGO
disbanding ID
15 Referensi  Jurnal Utama
Pratiwi Tia ., Suwandi Sarwiji, Eko Wardhani
Nugraheni . (2019) Psychoanalysis Ego Image
by Freudian: Study of Psychology in the Main
Character of the Tale of Hang Tuah. Indonesia
:Budapest International Research and Critics
Institute-Journal (BIRCI-Journal).
https://pdfs.semanticscholar.org/62e5/ed0c73b
ccf0fd2f32b51bfbec85cc19762ea.pdf .

 Jurnal Pembanding
Saraswati, E. (2011). “Pribadi dalam Novel
Ayat-Ayat Cinta dan Laskar Pelangi: Telaah
Psikoanalisis Sigmund Freud.” Jurnal
Artikulasi, 12(2), 883--901. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?ar
ticle=97448&val=260&title=PRIBADI
DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA
DAN LASKAR PELANGI: TELAAH
PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Anda mungkin juga menyukai