Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FRUED TERHADAP TOKOH UTAMA DALAM

CERPEN TANGAN-TANGAN BUNTUNG KARYA BUDI DARMA

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju menjadikan karya sastra semakin
berkembang. Karya sastra sebagai bentuk dalam kehidupan masyarakat merupakan sesuatu yang
dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra tercipta karena
adanya pengalaman, ide, pikiran, dan perasaan dari penulis yang mengembangkannya menjadi
karangan imajinatif dan menarik bagi pembaca. Lahirnya sebuah sastra adalah untuk dinikmati
oleh pembaca, untuk menikmati karya sastra secara sungguh-sungguh maka diperlukan juga
pengetahuan mengenai sastra. Tanpa adanya pengetahuan mengenai sastra maka pembaca akan
merasa kurang tertarik saat membaca dan memahami sastra.

Menurut Ratna (2005:312), hakikat karya sastra adalah rekaan atau yang lebih sering disebut
imajinasi. Imajinasi pada karya sastra merupakan sebuah imajinasi yang berdasarkan kenyataan
atau benar-benar terjadi. Meskipun pada hakikatnya karya sastra adalah hasil imajinasi dari
pengarang, karya sastra di susun atas dasar fakta.

Sastra memiliki dua fungsi utama, yakni mendidik dan menghibur. Kedua fungsi tersebut
menjelaskan, selain memberikan kenikmatan batiniah kepada pembaca, sastra juga harus dapat
memberikan nilai-nilai moral bagi pembacanya. Budi Darma (Purba: 2010: 6) menyatakan
bahwa objek sastra merupakan kehidupan manusia yang sudah diabstraksikan dalam bentuk
karya sastra. Pengarang ketika menciptakan suatu karya sastra tidak semata-mata meniru pada
realita kehidupan, melainkan pengarang memiliki proses kreativitas, pemikiran, dan ide untuk
menciptakan sebuah karya.

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengisahkan tentang sebuah cerita fiksi
lalu dikemas secara pendek, jelas, dan ringkas. Sesuai dengan namamya cerepen adalah cerita
pendek, namuan seberapa pendek atau seberapa panjang cerpen tidak ada aturannya, tidak ada
kesepakatan dari pengarang dan para ahli. Edgar Allan Poe (Jassin melalui Nurgiyantoro,
2000:10), sastrawan kenamaan asal Amerika itu, mengatakan bahwa,
cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam. Walaupun disebut cerita pendek, panjang cerpen itu sendiri bervariasi.
Ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek sekali, berkisar 500-an
kata. Ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang
(long short story), yang terdiri dari puluhan atau bahkan beberapa puluh ribu kata.

Cerpen merupakan bentuk karya sastra naratif fiksi yang berbentuk prosa. Prosa sendiri terdairi
dari dua macam, yaitu prosa lama dan prosa baru. Cerpen termasuk ke dalam prosa baru yang
menceritakan kisah tokoh tanpa mengubah takdir tokoh di akhir cerita.

Ketika menganalisis sebuah karya sastra, teori psikoanalisis mengkaji perilaku atau
tindakan tokoh dalam cerita. Untuk mengkaji aspek psikogis tokoh dalam cerpen Tangan-tangan
Buntung penulis menggunakan teori psikoanalisis. Psikoanalisis adalah istilah khusus dalam
penelitian psikologi sastra. Freud adalah orang yang menggagas ide tentang teori kepribadian
untuk psikoanalisis. Teori psikoanalisis adalah teori yang menjelaskan tentang perkembangan
kepribadian manusia.

Analisis cerpen dengan menggunakan pendekatan teori psikoanlisis dari Sigmund Freud sudah
banyak digunakan, di antaranya penelitian dari Nawawi dan Chairunnisa (…..) dalam penelitian
tentang Sstruktur Kkepribadian Ttokoh Uutama dalam Ccerpen Ash-Shabiyul A’Raj Kkarya
Taufiq Yusuf Awwad yang dikaji dari tiga aspek yakni iId, eEgo, dan sSuperego. Kemudian
Misra Nofrita dan M. Hendri yang menganalisis tentang Kkajian Ppsikoanalisis dalam Nnovel
Pria Terakhir Kkarya Gusnaldi. Lalu ada Annisa Rizqi Andini yang menganalisis Sstruktur
Kkepribadian Ttokoh Uutama dalam Ccerpen Tthe Ssilence Kkarya Hharuki Mmurakami dalam
Kkajian Ppsikoanalisis.

Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiganya
terdapat persamaan dengan penelitian terdahulu dari segi pada aspek teori dan objek yang
digunakan, yakni menganalisis cerpen berdasarkan teori psikoanalisis perspektif Sigmund Freud.
Jika penelitian terdahulu mengkaji struktur kepribadian tokoh utama, konflik batin, dan aspek id,
ego, dan superego tokoh utama mMaka penelitian ini menganalisis tentang kepribadian tokoh
utama berdasarkan aspek id, ego, dan superego dengan menggunakan objek cerpen yang
berbeda, yaitu cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma. Oleh karena itu, penelitian ini
sebagai penguat dari penelitian terdahulu dalam menganalisis karya sastra berupa cerpen
berdasarkan teori psikoanlisis sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. Berdasarkan
pemaparan tersebut, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis kepribadian tokoh dalam
cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma dalam kajian Psikoanalisis Sigmund Freud
dari aspek id, ego, superego.

Penelitian tentang psikoanalisis Sigmund Frued pada tokoh utama dalam cerpen Tangan-tangan
Buntung karya Budi Darma menceritakan tentang sikap tokoh utama dalam menjalankan
pemerintahan sebuah negara dengan menerapkan hukuman yang tegas terhadap para koruptor.
Cerpen ini memberikan kritikan terhadap pemerintahan saat ini dan menyadarkan kepada para
pemimpin-pemimpin Indonesia dalam menjalankan tugas yang dideiskripsikan melalui
kepribadian tokoh dalam cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma melalui kajian
Psikoanalisis Sigmund Freud dari aspek id, ego, superego.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan berikut, yaitu “Bagaimanakah kepribadian tokoh utama dalam cerpen
Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma dalam kajian Psikoanalisis Sigmund Frued?”

Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: (1) bagaimana
kepribadian tokoh utama dalam cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma dari aspek
id?; (2) bagaimana kepribadian tokoh utama dalam cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi
Darma dari aspek ego?; dan (3) bagaimana kepribadian tokoh utama dalam cerpen Tangan-
tangan Buntung karya Budi Darma dari aspek superego?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis kepribadian tokoh
utama dalam cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma dalam kajian Psikoanalisis
Sigmund Freud dari aspek id, ego, superego.
Metode Penelitian

Dalam melaksanakn penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Semi (1993:23) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penlitian yang dilakukan dengan
tidak menggunakan angka-angka, akan tetapi lebih mengutamakan penghayatan peneliti terhadap
interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Objek penelitian ini adalah Cerpen
Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma. Cerpen ini diterbitkan oleh media surat kabar
elektronik Kompas, pada tanggal 29 Jul 2012. Penelitian ini difokuskan pada psikoanalisis tokoh
utama dalam cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik baca dalam
cerpen Tangan-tangan Buntung karya Budi Darma. Teknik baca merupakan sebuah cara untuk
menemukan informasi melalui membaca setiap kalimat dalam sebuah teks objek penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
mengklasifikasikan data berdasarkan aspek id, ego dan superego; (2) menganalisis data
berdasarkan aspek id, ego, dan superego; (3) menyimpulkan data berdasarkan aspek id, ego, dan
superego ; (4) membuat laporan penelitian.

Landasan Teori

Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat dan
perkembangan bentuk kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini
adalah motivasi, emosi dan aspek kepribadian lainnya. Dasar teori psikoanalisis adalah
mengasumsikan bahwa kepribadian akan mulai berkembang saat terjadi konflik- konflik dari
aspek- aspek psikologis itu sendiri. Gejala tersebut biasanya terjadi pada anak- anak atau usia
dini. Kemudian pendapat Sigmund Freud tentang kepribadian manusia ini didasarkan pada
pengalaman- pengalaman yang dialami pasiennya.

Teori psikoanalisis merujuk pada suatu istilah yang dipopulerkan oleh Freud. Secara garis
besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang utama
dalam diri seseorang. Gagasan Sigmund Freud adalah menyatakan bahwa kesadaran itu hanyalah
bagian kecil saja dari kehidupan mental. Sedangkan bagian terbesarnya adalah justru
ketidaksadaran atau alam tak sadar. Freud menggambarkan alam sadar dan tak sadar ini seperti
bentuk gunung es yang terapung. Ukuran bentuk bagian gunung es yang muncul ke permukaan
air yakni alam sadar ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan bagian gunung es yang tenggelam,
yakni alam tak sadar.

Kemudian Freud memandang manusia sebagai makhluk yang deterministik yang


mendefinisikan bahwa kegiatan manusia pada dasarnya dibentuk dengan kekuatan yang
irasional, kekuatan alam bawah sadar, dorongan biologis, dan insting pada saat berusia enam
tahun pertama kehidupannya. Teori psikoanalisis Freud bisa masuk sebagai kajian ilmu baru
tentang manusia dan akan terus mengalami banyak pertentangan.

Psikoanalisis adalah bentuk aliran yang utama dalam ilmu psikologi dan memiliki teori
kepribadian atau juga bisa kita sebut dengan sebutan teori kepribadian psikoanalisis atau
psychoanalytic theory of personality. Dalam praktiknya, teori psikoanalisis banyak dihubungkan
dengan pendidikan yang sangat kompleks. Teori psikoanalisis ini sudah banyak memperbanyak
dan memodifikasi tingkat perilaku atau sikap dalam hubungan di dunia pendidikan, yakni sebuah
hubungan antara guru atau pendidik, orang tua, dan peserta didik yang bersangkutan. Ada
banyak hal yang teori psikoanalisis sumbang untuk berbagai pemikiran dalam perkembangan
dunia pendidikan.

Teori Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud bisa dipandang sebagai
teknik terapi dan juga sebagai salah satu aliran dalam kajian ilmu psikologi. Sebagai salah satu
bentuk aliran psikologi, teori psikoanalisis banyak membahas tentang kepribadian, mulai dari
dinamika, segi struktur, dan perkembangannya.

1. Struktur Kepribadian
Berdasarkan pendapat Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Freud
beranggapan bahwa kepribadian adalah suatu bentuk sistem yang terdiri dari tiga unsur,
yakni das Es, das Ich, dan das Ueber Ich yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan
istilah (the Id, the Ego, dan the Super Ego). Masing- masing unsur tersebut memiliki
asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Berikut unsur kepribadian
tersebut :
a. Id
Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud
sebagai kepribadian bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang didasari
pemenuhan biologis guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini
adalah tidak adanya pertimbangan logis dan etika sebagai prinsip pengambilan
keputusan. Lebih sederhana, id berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual dan
perasaan superior (ingin berkuasa).
b. Ego
Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang
terjadi didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id dan juga
superego untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian yang
terlibat. Artinya, berbeda dengan id yang hanya mementingkan diri sendiri, ego
merupakan aspek yang mementingkan keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).
c. Superego
Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan.
Ranah superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang
buruk. Dengan kata lain, superego memiliki peran penting untuk menjadi penengah
antara id an ego. Ia menjadi penyekat dari sinyal yang dikirimkan aspek id serta
memotivasi ego untuk melakukan hal yang menjunjung moralitas.

2. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian adalah bagaimana dari energi psikis seseorang yang
didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud
mengungkapkan bahwa setiap energi yang ada pada manusia adalah berasal dari sumber
yang sama, yakni makanan- makanan yang telah dikonsumsinya. Artinya energi manusia
kemudian bisa dibedakan dari penggunaannya, yakni energi fisik yang merupakan energi
untuk segala aktivitas fisik dan energi psikis yang merupakan energi untuk aktivitas
psikis.

3. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian


Freud mengungkapkan bahwa kepribadian individu sudah terbentuk pada akhir
tahun kelima dan sebagian besar perkembangan selanjutnya hanyalah penghalusan
struktur dasar. Selanjutnya Ia juga mengungkapkan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui lima fase. Fase tersebut berhubungan dengan tingkat kepekaan
seseorang pada daerah- daerah erogen, yakni bagian tubuh tertentu yang bersifat sensitif
pada rangsangan, seperti fase berikut ini :
a. Fase oral (oral stage) adalah 0 sampai dengan 18 bulan dengan bagian tubuh yang
sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
b. Fase anal (anal stage) adalah kira-kira umur 18 bulan sampai 3 tahun dengan bagian
tubuh yang sensitifnya adalah anus.
c. Fase falis (phallic stage) adalah kira-kira usia 3 sampai 6 tahun dengan bagian tubuh
yang sensitif adalah alat kelamin.
d. Fase laten (latency stage) adalah kira-kira umur 6 sampai pubertas, dimana pada
fase ini mulai terjadi dorongan seks yang cenderung bersifat laten atau tertekan.
e. Fase genital (genital stage) terjadi sejak individu mulai memasuki fase pubertas
sampai selanjutnya dan telah mengalami pematangan pada organ reproduksi.

4. Hubungan Teori Psikoanalisis dan Pendidikan


Teori psikoanalisis memiliki andil besar dalam dunia pendidikan. Psikologis
dalam pendidikan atau pendidikan psikologis memiliki pengertian yang sangat luas. Teori
ini menunjuk pada semua tingkah laku yang dilakukan oleh orang dewasa, ahli atau non-
pakar, guru dan orang tua, untuk bersikap dan membentuk sekaligus mempengaruhi
perilaku anak atau peserta didik dalam proses pemahamannya. Istilah pendidikan juga
menunjuk pada prinsip- prinsip yang menjadi dasar tingkah laku dalam perlindungan
terhadap sikap peserta didik.
Pendidikan dalam hal ini tidak hanya fokus pada intelektual saja, melainkan
dampak di luas pendidikan sehari- hari pada tindakan dan tingkah lakunya di masyarakat.
Itulah sebabnya teori psikoanalisis dalam dunia pendidikan juga mengutamakan
kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasan emosional dapat melatih kemampuan
seseorang untuk mengelola perasaan, memotivasi, tegar menghadapi frustasi, sanggup
mengendalikan tekanan, mengatur suasana hati, dan berempati serta bisa bekerja sama
dengan orang lain. Jadi teori psikoanalisis ini sangat penting dalam pendidikan.

Daftar Pustaka

Nurfadila, U. (2018, February). Potret Pemerintah Indonesia Untuk Memperkokoh Nilai


Karakter Bangsa Dalam Cerpen Tangan-tangan Buntung Karya Budi Darma. In
Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 1, No. 1).

Nofrita, M., & Hendri, M. (2017). Kajian Psikoanalisis dalam Novel Pria Terakhir Karya
Gusnaldi. Jurnal Pendidikan Rokania, 2(1), 79-89

Soleha, C. (2022). Analisis Tokoh Utama Dalam Cerpen Atsim Al-Hawa’Karya Ibrahim Al-
Syamlan Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Alfaz (Arabic Literatures for Academic
Zealots), 9(2), 115-129.

Anda mungkin juga menyukai