Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN PERTANYAAN KEDUA MEGAWATI

Kita sama sama tau tujuan mereka melakukan itu adalah untuk memisahkan diri dari badan NKRI,
pada era sebelumnya tepatnya pada zaman bj habibie pemerintah pernah mengambil langkah damai
dengan memberikan ruang bagi GAM dengan tujuan sebuah kisah damai, tapi pada tahun 1999
kekerasan yang mereka lakukan justru semakin meningkat. Tindakan tidak memanusiakan manusia
yang GAM lalukan akan terus membesar bahkan mungkin akan sampai pada spektrum dimana Aceh
akan memisahkan diri daru NKRI apalagi kita sudah melihat bahwa ada intervensi juga dari negara
lain, tentunya intervensi itu akan memudahkan mereka dalam mengeksekusi tujuannya, menurut
saya opsi/tindakan yang dilakukan pada era megawati sudah benar jika targetnya adalah ingin
memberhentikan aktivitas mereka, dan memang terbukti berhasil, saya rasa statement rakyat Aceh
benci tindakan megawati terhadap GAM adalah statement yang muncul dari golongan GAM itu
sendiri, statement itu hanya menjadi tameng alibi mereka untuk terus melakukan tindakan separatis

Media asing Asia Sentinel melaporkan bahwa pemerintahan Presiden Susilo


Bambang Yudhoyono (SBY) telah melakukan sebuah konspirasi kejahatan besar.
Pemerintahan SBY disebut telah mencuri uang sebesar USD12 miliar atau sekitar
Rp177 triliun dan mencucinya melalui bank-bank internasional. Dalam artikel
berjudul ”Indonesia’s SBY Government: Vast Criminal Conspiracy", sebanyak 30
pejabat era SBY terlibat dalam kejahatan tersebut. Laporan itu berdasarkan
analisis forensik, dikompilasi satuan penyidik dan pengacara di Indonesia, London,
Thailand, Singapura, Jepang dan negara lain yang diajukan bersama dengan
pernyataandi bawah sumpah (afidavit) setebal 80 halaman yang diajukan ke
Mahkamah Agung Mauritius. Gugatan itu diajukan oleh Weston International
Capital. "(Kejahatan) ini juga melibatkan serangkaian lembaga keuangan
internasional termasuk Nomura, Standard Chartered Bank, United Overseas Bank
(Singapore) dan lain-lain," seperti dikutip dari Asia Sentinel, Rabu (12/8/2018).
Menurut laporan tersebut, skandal Bank Century adalah pintu masuk untuk
melakukan kejahatan tersebut. Itu terkait dengan penciptaan dan kegagalan Bank
Century hingga kemudian di rekapitalisasi pada tahun 2008 dan berganti nama
menjadi Bank Mutiara. Asia Sentinel bahkan melabeli Bank Century sebagai Bank
SBY karena diyakini berisi dana gelap yang terkait dengan Partai Demokrat.
Penipuan saat ini melibatkan dana misterius sebesar Rp14 triliun yang digunakan
grup keuangan J Trust untuk membli Bank Century. Menurut Asia Sentinel,
sumber dana J Trust tidak pernah diidentifikasi. Dana tersebut seharusnya
digunakan J Trust untuk membeli Bank Mutiara dari LPS pada tahun 2014. Weston
International Capital yang berbasis di Mauritius kerap dihalangi untuk membeli
Bank Century bersama dengan beberapa bank lain. "Analisis 488 halaman itu
menuduh para pejabat Indonesia mencap dan menilai para pejabat J Trust cocok
dan layak untuk menjalankan meskipun konon mereka tidak pernah menjalankan
ritel bank komersil dan sebenarnya telah terlibat dalam skandal besar Livedoor
Credit di 2005 di Tokyo," tulis Asia Sentinel. Namun, tidak ada bukti J Trust penah
membayar Rp5,4 triliun untuk membeli Bank Mutiara. Catatan LPS menunjukkan
bahwa J Trust hanya membayar 6,8 persen dari jumlah itu atau hanya Rp354
miliar. Para penggugat menuding bahwa penjualan Bank Mutiara secara
konspirasi dieksekusi melalui perjanjian pembelian saham ilegal, swasta, tidak
transparan yang dirancang oleh Kartika Wirjoatmodjo, bankir terkemuka di
Indonesia. "Itu dilakukan dengan maksud untuk menjarah dana LPS dan cadangan
asuransi dalam jumlah yang melebihi USD1,05 miliar selama 10 tahun untuk
memperkaya diri dan menipu negara," demikian laporan Asia Sentinel. Menurut
laporan itu, pencurian itu terjadi dalam lima fase yang berbeda. Diawali dengan
penyimpangan peraturan Bank Indonesia dan kegagalan untuk mengatur
keuangan. Kemudian pindah ke tahap yang berurutan dengan LPS, bank sentral
dan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia terlibat dalam penggelapan, pencurian,
penipuan, penyuapan, penyembunyian, pencucian audit wajib dan pencucian
uang dengan proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya. “Kisah konspirasi
LPS / Bank Indonesia untuk menipu ROI dan kreditor Bank Century lebih dari US $
6 miliar mulai 2004 hingga 2018 dimulai di sini,” demikian bunyi laporan tersebut. 

https://international.sindonews.com/berita/1337760/40/media-asing-pemerintahan-sby-lakukan-
pencucian-uang-rp177-triliun?
showpage=all&_gl=1*1x5l1dv*_ga*QU94MkhNb2lrQ0h6NURDQTdJRHBGTF9seWlhMS1ISURkNFBXd
GdwZkFtWFpxQUJoSkl6cFp6LTBBZDM3S1ctVg

TEMPO.CO, Jakarta - Menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau kasus BLBI, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) punya alasan belum memeriksa mantan Presiden Megawati
Soekarnoputri dalam skandal korupsi penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL). KPK beralasan proses
hukum yang dilakukan berfokus pada penyelewengan dalam pelaksanaan kebijakan, bukan instruksi
presiden yang melandasi penerbitan SKL. "Menyangkut kebijakan itu sudah clear and cut kami tidak
masuk di situ," kata Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di kantornya, Kuningan, Jakarta, Jumat, 6 Juli
2018. Persoalannya, ujar dia, adalah bagaimana kebijakan itu diputar di bawah menjadi sebuah
tindakan transaksional.

Setelah Gus Dur lengser, Megawati Soekarnoputri pun dilantik untuk menggantikannya. Salah satu
kebijakan ekonomi Megawati yang dinilai berani adalah mengakhiri program reformasi kerjasama
dengan IMF pada Desember 2003 yang lalu dilanjutkan dengan privatisasi perusahaan negara dan
divestasi bank guna menutup defisit anggaran negara.

"Semua opsi yang ditawarkan IMF sifatnya 'mencekik leher' bagi Indonesia. Sifatnya menggantung
Indonesia supaya terus bergantung pada IMF," ujar Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan
Nasional/Ketua Bappenas saat itu, Kwik Kian Gie.

Setelah mengakhiri kerjasama dengan IMF, Megawati menerbitkan Instruksi Presiden No. 5 Tahun
2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi Sesudah Berakhirnya Program IMF untuk menjaga stabilitas
ekonomi makro.

Ada beberapa poin penting dalam kebijakan tersebut. Di sektor fiskal misalnya, ditandai dengan
reformasi kebijakan perpajakan, efisiensi belanja negara dan privatisasi BUMN. Di sektor keuangan,
dilakukan perancangan Jaring Pengaman Sektor Keuangan, divestasi bank-bank di BPPN,
memperkuat struktur governance bank negara, dan restrukturisasi sektor pasar modal, asuransi dan
dana pensiun. Lalu di sektor investasi, dilakukan peninjauan Daftar Negatif Investasi,
menyederhanakan perizinan, restrukturisasi sektor telekomunikasi dan energi serta pemberantasan
korupsi.

Dampaknya dinilai cukup baik. Kurs Rupiah yang semula Rp. 9.800 (2001) menjadi Rp. 9.100 (2004),
tingkat inflasi menurun dari 13,1% menjadi 6,5% sedangkan pertumbuhan ekonomi naik 2%, begitu
pun poin IHSG dari 459 (2001) menajdi 852 (2004).

1. Postur APBN semakin tidak proporsional, boros, dan semakin didominasi


pengeluaran rutin dan birokrasi.
2. Pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi tidak menciptakan lapangan kerja.
Elastisitas 1% pertumbuhan dalam membuka lapangan kerja turun dari
436.000 menjadi 164.000.

Namun hal ini tidak berlangsung lama. Krisis finansial yang melanda dunia di 2008
ternyata juga berimbas ke perekonomian Indonesia. Belum pulih benar, kini
Indonesia harus jatuh sekali lagi karena pasar keuangan dan sektor riil yang ikut
ambruk.
Hal ini dapat dilihat dari gejolak yang terjadi di pasar modal, dimana IHSG terus
meluncur dari 2,165 di September 2008 menjadi 1,111 di bulan berikutnya. Kurs
Rupiah terhadap Dollar AS terus melemah, dari Rp. 9.478 di Oktober 2006 menjadi
Rp. 12.650 di November 2008 hingga akhirnya bisa turun sedikit menjadi Rp. 10.925
di bulan berikutnya. Cadangan devisa negara pun ikut merasakan dampaknya. Pada
Juli 2008, Indonesia memiliki USD 60,6 miliar namun turun menjadi USD 51,6 miliar di
Desember. Begitu juga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dalam satu tahun
mengalami penurunan hingga mencapai Rp. 64,9 triliun.
Pemerintah tidak berdiam diri. Untuk menjaga laju inflasi, pemerintahan SBY
memperbesar alokasi subsidi energi. Pada 2004, besar subsidi energi adalah 13,7%
dari APBN dengan tingkat inflasi 6,4%. Ketika inflasi meningkat hingga 17,11% di
2005, alokasi subsidi diperbesar menjadi 22,7% di 2008. Hasilnya inflasi berhasil drop
ke angka 2,78% di 2009. Begitu inflasi naik lagi menjadi 8,36% di 2014, pemerintah
pun kembali menaikkan persentasi subsidi energi menjadi 19,20% di 2014.
https://indonesiabaik.id/infografis/masa-pemerintahan-sby-kembali-tersengat-krisis-
ekonomi

KUDATULI 
Peristiwa Kudatuli yang menimbulkan korban jiwa sempat diusut namun mandek.
Pada era pemerintahan Gus Dur, penyelidikan Kudatuli kembali dibuka.
Saat itu, tekanan publik terutama dari keluarga korban sangat kuat. Ini ditambah
sikap politik baru polisi terhadap militer pasca-pemisahan TNI-Polri.
Penyelidikan Peristiwa 27 Juli yang mengarah ke sejumlah petinggi militer secara tak
langsung akan memperlancar proses pemisahan. Gus Dur memperhatikan betul
penyelesaian 27 Juli. Begitu pula isyarat kuat dari Megawati kala itu.
Namun, penyelidikan tidak berjalan lancar. Para penyidik diteror untuk tidak
melanjutkan. Masalah teknis pembuktian yang rumit membuat penyelidikan 27 Juli
1996 sangat lambat.
Soerjadi dan sejumlah orang lainnya sempat dijadikan tersangka dan ditahan, tetapi
kasusnya menggantung tak kunjung dilempar ke kejaksaan.
Setelah menjadi presiden pada 2001, Megawati tetap memilih diam. Disinyalir ada
pertentangan kepentingan yang dihadapi Mega menyangkut insiden 27 Juli 1996.
Menurut Peter Kasenda dalam Peristiwa 27 Juli 1996: Titik Balik Perlawanan Rakyat
(2018) Megawati dihadapkan pada kebutuhan untuk memelihara demokrasi dan
stabilitas pemerintahan yang sedang dibangunnya.
Dukungan PDI-P di DPR tidak mayoritas dan kekuasaannya belum sepenuhnya
terkonsolidasi. Megawati membutuhkan dukungan dari militer. Di sisi lain, ia dituntut
korban dan keluarga korban peristiwa Kudatuli untuk mengusut peristiwa yang
terjadi.
Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) yang menjadi pengacara korban beberapa
kali menanyakan komitmen Megawati dalam mengungkap kasus 27 Juli 1996.
Dalam pertemuan dengan TPDI, Megawati menyadari bahwa dirinya mempunyai
tanggung jawab moral terhadap korban. Namun, ia masih membutuhkan waktu
untuk mengetahui tingkat resistensi militer.
Ia juga mengatakan kepada TPDI bahwa penyelesaian Kudatuli tidak perlu melibatkan
semua tentara. Cukup satu orang yang diadili, yakni Pangab Jenderal (Purn) Feisal
Tanjung.
Namun, pihak TNI keberatan atas permintaan Megawati. Pasalnya, jika Feisal yang
diminta pertanggungjawaban, itu sama saja dengan menggugat kebijakan TNI secara
keseluruhan.
Resistensi ini akhirnya membuat Megawati diam dan memilih "menjaga" hubungan
baik dengan militer. Bahkan, Sutiyoso yang saat itu menjabat Pangdam Jaya didukung
Presiden Megawati menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Pengadilan koneksitas yang digelar pada era Megawati hanya mampu membuktikan
seorang buruh bernama Jonathan Marpaung yang terbukti mengerahkan massa dan
melempar batu ke kantor PDI. Ia dihukum dua bulan 10 hari.
Sementara dua perwira militer yang disidang, yaitu Kol CZI Budi Purnama (mantan
Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya) dan Letnan Satu (Inf) Suharto (mantan
Komandan Kompi C Detasemen Intel Kodam Jaya), divonis bebas.
https://amp.kompas.com/nasional/read/2019/07/27/07000061/kasus-27-juli-
kenapa-megawati-memilih-diam-tak-bersuara
Megawati Klarifikasi Soal Lepasnya Tiga Pulau dan
Penjualan Gas ke Cina
Rabu , 25 May 2016, 11:27 WIB

Republika/Raisan Al Farisi
Megawati Soekarnoputri
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Megawati Soekarnoputri menerima gelar doktor


honoris causa di bidang politik dan pemerintahan di Universitas Padjadjaran,
Bandung, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu, Megawati pun menyampaikan
pertanggungjawabannya saat menjabat sebagai presiden pada 2001-2004 silam.
"Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan beberapa hal sebagai
pertanggungjawaban sejarah atas berbagai persoalan penting ketika saya menjadi
presiden," kata Megawati dalam pidatonya di Universitas Padjadjaran, Bandung,
Jawa Barat, Rabu (25/5).
Persoalan pertama yakni terkait sengketa Sipadan dan Ligitan. Menurut dia,
bersadarkan Undang-Undang Nomor 4/Perppu/1960 tentang Negara Kepulauan,
Sipadan dan Ligitan bukan merupakan wilayah Indonesia.
Namun, kedua pulau itu juga bukan wilayah Malaysia sehingga diperebutkan oleh
Indonesia dan Malaysia. Sengketa kedua pulau itu terjadi sejak 1967. Kemudian,
pada 1996, pemerintahan Presiden Soeharto sepakat membawa sengketa dua pulau
tersebut ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda.
Megawati menyampaikan, hasil keputusan Mahkamah Internasional itu ditetapkan
pada 2002 saat ia menjabat sebagai presiden.
Permasalahan kedua, yakni Pulau Nipah yang merupakan kedaulatan Indonesia.
Megawati mengatakan, ia telah berusaha mempertahankan dan menunjukkan
kepada Singapura bahwa Pulau Nipah merupakan bagian dari Indonesia.
Dan ketiga, permasalahan proyek LNG antara Indonesia dengan Cina. Ia menjelaskan,
kondisi ekonomi Indonesia saat itu tengah mengalami krisis. Pasokan minyak
internasional pun masih melimpah sehingga tak ada satu pun negara yang berniat
membeli gas Indonesia.
Untuk mengekspor gas bumi haruslah dalam bentuk liquified natural gas (LNG).
Megawati emengatakan, saat itu Indonesia harus bersaing dengan Rusia dan
Australia yang bertetangga dengan Cina dan berencana membangun pipa gas ke
negara tersebut.
"Saya akhirnya memutuskan melakukan lobi diplomatik "Lenso Bengawan Solo"
secara langsung dengan Presiden Cina Jiang Zemin," kata Megawati. Akhirnya, Cina
pun membatalkan kerja sama dengan Rusia dan Australia dan melakukan kerja sama
dengan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta- Selain mencetak keberhasilan selama memimpin negeri


ini, Institut for Development of Economic and Finance (Indef) juga mencatat 
kegagalan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama 10 tahun
menjabat.

Direktur Indef Enny Sri Hartati menyebutkan, kegagalan pertama pemerintahan


SBY adalah ketimpangan kesejahteraan yang melebar terlihat dari gini ratio naik
0,5 pada 2014, dari tahun sebelumnya 0,41. Di mana, pada awal SBY memimpin
angka gini ratio ada di level 0,32.

Kedua, deindustrialisasi. Kontribusi sektor industri terhadap produk domestik PDB


menurun pada 2004 sebesar 28 persen dan 2014 13,5 persen. 

Ketiga, neraca perdagangan pada 2004 surplus US$ 25,06 miliar menjadi defisit
pada 2013 sebsear USD 4,06 miliar. 

Keempat, pertumbuhan ekonomi tinggi tapi tidak dapat menciptakan lapangan


kerja. Elastisitas 1 persen growth dalam membuka lapangan kerja turun dari 436
ribu di 2004 menjadi 164 ribu di 2013.

Kelima, efisiensi ekonomi semakin  memburuk ditandai dengan semakin tingginya


indeks ICOR dari 4,17 menjadi 4,5 karena adanya inefisiensi birokrasi, korupsi,
dan keterbatasan infrastruktur.

Keenam, tax ratio yang justru turun 1,4 persen. Ketujuh, kesejahteraan petani


menurun. Nilai tukar petani selama sepuluh tahun terakhir turun 0,92 persen.

Kedelapan soal utang pemerintah yang kian mencemaskan.

"Ada penurunan ratio utang terhadap PDB, namun utang per kapita naik dari US$
531,29 per penduduk di tahun 2005 menjadi US$1002,69 per penduduk di tahun
2013," kata Enny di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (27/11/2014).
Kesembilan,defisit anggaran yang naik menjadi 1,19 persen dari yang tadinya
surplus 1,83 persen.
Sedangkan yang kesepuluh, postur APBN yang semakin tidak proporsional, boros,
dan semakin didominasi pengeluaran rutin dan birokrasi. (Yas/Ndw)

penyebab meningkatnya korupsi pada masa kepemimpinan presiden megawati


walau sudah mendirikan lembaga kpk adalah karena faktor yang juga disebut teori
GONE yang muncul dalam diri seseorang. Greedy (Keserakahan), Opportunity
(kesempatan), Need (Kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan). teori ini
dikemukakan oleh Jack Bologna. Jadi meskipun sudah didirikan lembaga kpk masih
bisa terjadi tindakan korupsi sampai sekarang karena adanya faktor tersebut.

Anda mungkin juga menyukai