Anda di halaman 1dari 5

MK.

ETIKA BISNIS DAN PROFESI


RINA TRISNAWATI, Ph. D.

W100200017
ADITIYANTO EKAPUTRA

KASUS FRAUD PADA BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA

LATARBELAKANG KASUS BLBI


Lahirnya BLBI tidak lepas dari krisis ekonomi dan moneter, terutama sejak
pemerintah memberlakukan system kurs mengambang terkendali (managed floating)
dan mengambangkan nilai rupiah (free floating). Kebijakan moneter tersebut
bertujuan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas pada pengendalian moneter
sekaligus menyelamatkan devisa. Namun ternyata kebijakan tersebut yang kemudian
dilanjutkan
dengan kebijakan moneter sangat ketat (tight money policy) untuk menstabilkan nilai
rupiah, justru menciptakan rumor negatif pada dunia perbankan. Berita yang beredar
di masyarakat yakni rugi terhadap transaksi valas, kalah kliring, penculikan pemilik
bank, dan larinya beberapa bankir ke luar negeri, menyebabkan terjadinya penarikan
dana simpanan oleh nasabah. Mereka memindahkan dananya dari bank-bank swasta
besar ke bank-bank pemerintah atau bank asing. Hal ini bisa dimaklumi karena
nasabah khawatir bank-bank bermasalah semakin meluas, sehingga mereka mencari
tempat yang lebih aman (flight for safety) untuk menyimpan dananya. Rush penarikan
dana secara besar-besaran oleh nasabah semakin tinggi pada bulan Oktober 1997,
yaitu setelah pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 44/1997
sebagai revisi PP No. 68/1996, mengenai likuiditas bank yang kemudian diikuti surat
edaran gelap berupa daftar bank yang akan dilikuidasi. Transaksi pasar uang otomatis
berkurang drastis dan suku bunga melonjak fantastis diatas 100%. Sementara
pinjaman luar negeri swasta sebagian telah jatuh tempo dan sebagian lagi bahkan
sudah default. Kondisi yang semakin parah ini memaksa bank-bank meminta Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia dalam kapasitasnya sebagai lender of last resort.
MK. ETIKA BISNIS DAN PROFESI
RINA TRISNAWATI, Ph. D.

Pada bulan November 1997, kembali terjadi rush penarikan dana oleh nasabah
secara besar-besaran setelah pemerintah mencabut ijin usaha 16 bank swasta nasional
melalui SK Menteri Keuangan No. 86/1997 yang kemudian diikuti edaran gelap
tentang daftar bank-bank yang akan dilikuidasi sebagai tahap kedua. Alarian dana ke
luar negeri yang terus berlangsung, terutama dana jangka pendek yang bersifat
spekulatif. Moody’s dan Standard and Poor yang merupakan yang memiliki nilai
terpercaya terus menerus menurun atas nilai kepercayaan oleh bank-bank di
Indonesia yang mengakibatkan masyarakat kurang percaya terhadap dunia perbakan.
Dengan ini akan menyebabkan semakin tinggi rush penarikan dana oleh nasabah
secara besar-besaran. Konsekuensi logisnya Bank Indonesia semakin meningkatkan
bantuan likuiditasnya karena dana di bank-bank sudah habis. Penarikan dana
simpanan nasabah meningkat tajam pada bulan Desember 1997 yaitu setelah
pemberhentian empat orang anggota direksi Bank Indonesia. Pada bulan Januari 1998
Bank Indonesia meningkatkan lagi bantuan likuiditas terhadap perbankan nasional.
Peningkatan bantuan ini dilakukan karena kemacetan sektor riil perekonomian
Indonesia sebagai akibat ditolaknya Letter of Credit (L/C) perbankan nasional di luar
negeri, termasuk untuk impor bahan-bahan baku dan barangbarang modal yang
berorientasi ekspor. Masih bulan yang sama, terjadi restrukturisasi sistem perbankan,
yang ditandai dengan lahirnya Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang
berfungsi untuk menyehatkan industry perbankan, juga diputuskan pemberian
independensi kepada Bank Indonesia.
Hingga Mei 1998, masih berlangsung rush penarikan dana secara besar-
besaran oleh nasabah karena semakin tidak menentunya kondisi sosial politik yang
berakibat makin merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan.
Bahkan nasabah juga menarik dananya dari Bank Central Asia (BCA) yang dianggap
sebagai parameter perbankan di Indonesia yang saat itu dalam status pengawasan
BPPN.
MK. ETIKA BISNIS DAN PROFESI
RINA TRISNAWATI, Ph. D.

Akhirnya pada bulan November 1998, pemerintah menjadwalkan pengembalian


BLBI dalam jangka waktu 4 tahun dengan perincian 27% (dari pokok dan bunga)
dibayarkan pada tahun pertama dan sisanya dibayarkan selama tiga tahun berikutnya
secara rata dengan bunga 30% per tahun. Sebenarnya 1 bulan sebelumnya pemerintah
melalui Presiden B.J. Habibie menyatakan keputusan bahwa pengembalian BLBI
dilakukan secara tunai oleh para pemilik Bank dalam jangka waktu satu tahun.
Namun IMF keberatan dengan alasan tidak mungkin terlaksana dan akan
mengganggu pemulihan ekonomi. Jelas disini bahwa IMF melakukan intervensi
terhadap pemerintah.
Pada tanggal 6 April 2021 Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keppres yang
dimaksudkan Keppres Nomor 6 Tahun 2021 tentang satgas Penanganan Hak Tagih
Negara Atas Dana BLBI. Keppres tersebut muncul setelah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) mengeluarkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3) kasus
BLBI dengan tersangka Sjamsul Nursalim dan Itjih Nursalim. Oleh karena itu kasus
BLBI kini terangkat kembali setelah Presiden mengeluarkan Keppres tersebut. Kini
pemerintah akan menagih dan memburu asset-aset negara karena utang perdata
terkait BLBI dengan jumlah sebesar Rp 108 Triliun.

PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS PADA KASUS BLBI


1. Unity (Kesatuan)
Merupakan Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid
yang memadukan keseluruhan aspek aspek kehidupan muslim baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen,serta
mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dalam kasus ini adanya diskriminasi atas dana masyarakat yang tersimpan di
bank-bank akibat suku bunga di dipasar uang dan deposito melonjak drastis
pada tahun 1997.
2. Equilibrium (Keseimbangan)
MK. ETIKA BISNIS DAN PROFESI
RINA TRISNAWATI, Ph. D.

adalah keadaan di mana kekuatan-kekuatan yang saling mempengaruhi berada


dalam keadaan seimbang sehingga tidak ada kecenderungan untuk berubah.
Dalam kasus ini setelah BLBI yang dikucurkan pada 23 bank mencapai Rp 164
triliun, dana penjaminan antarbank Rp 54 triliun, dan biaya rekapitalisasi Rp
103 triliun. Adapun penerima terbesar (hampir dua pertiga dari jumlah
keseluruhan) hanya empat bank, yakni BDNI Rp 37,039 triliun, BCA Rp
26,596 triliun, Danamon Rp 23,046 triliun, dan BUN Rp 12,067 triliun.
Dengan masa pengembalian yang awalnya sebulan menjadi lima tahun
sehingga pemerintah harus menalangi pembayaran tagihan kredit
perdaganagan dengan mengeluarkan dana BLBI sekitar Rp 18 triliun pada
kurs Rp 14 ribu pada wkatu itu.
3. Free Will ( Kebebasan Berkehendak)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam,tetapi
kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu
dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong
manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang
dimilikinya.
Dalam kasus ini pemerintah menyebut BLBI sebesar Rp 144,5 triliun plus Rp
20 triliun untuk menutup kerugian Bank Exim (Mandiri). Tapi, menurut BI,
masih ada Rp 51 triliun dana BLBI yang harus ditalangi pemerintah. Dana
sebanyak itu diberikan BI kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditas selama November 1997-Januari 1998. Sehingga Audit BPK
menemukan fakta bahwa 95,78 persen dari BLBI sebesar Rp 144,54 triliun
berpotensi merugikan negara karena sulit dipertanggung jawabkan.
4. Responsibility (Tanggung Jawab)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh
manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan
akuntabiliats untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan manusia perlu
MK. ETIKA BISNIS DAN PROFESI
RINA TRISNAWATI, Ph. D.

mempertnaggungjawabkan tindakanya. Oleh karena itusecara logis prinsip


ini berhubungan erat dengan kehendak bebas.
Dalam kasus BLBI seharusnya banyak pihak yang bertanggungjawab atas
dana yang dikucurkan tanpa adanya pengawasan yang lebih ketat. Presiden
saat itu yang memiliki keputusan atas dana tersebut seharusnya perlu dimintai
keterangannya. Sehingga dari kasus ini hanya ada dua orang yang ditetapkan
sebagai tersangka.
5. Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan,mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.Dalam
konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat,sikap dan perilaku benar
yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh
komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan keuntungan.
Dalam kasus BLBI ini sejak kepemimpinan presiden soeharto hingga Presiden
Joko Widodo belum bisa tertangani dengan baik, banyak actor besar dalam
kasus BLBI sehingga sulit untuk mencari kebenarannya. Tetapi pada tanggal 6
April 2021 Presiden Joko Widodo mengambil keputusn pembuatan satgas
Penanganan Hak Tagih Negara Dana BLBI memalui Keppres Nomor 6 Tahun
2021. Pemerintah saat ini sedang mengejar dana BLBI sebesar Rp 108 Triliun,
meskipun banyak dikalangan masayrakat anti korupsi menyatakan bahwa
dana tersebut bukan dan yang riil yang seharusnya sebesar Rp 144 triliun.

Sumber Kasus
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210409124431-32-627863/jokowi-bentuk-
satgas-aset-blbi-untuk-tagih-utang-rp108-t

Anda mungkin juga menyukai