W100200017
ADITIYANTO EKAPUTRA
Pada bulan November 1997, kembali terjadi rush penarikan dana oleh nasabah
secara besar-besaran setelah pemerintah mencabut ijin usaha 16 bank swasta nasional
melalui SK Menteri Keuangan No. 86/1997 yang kemudian diikuti edaran gelap
tentang daftar bank-bank yang akan dilikuidasi sebagai tahap kedua. Alarian dana ke
luar negeri yang terus berlangsung, terutama dana jangka pendek yang bersifat
spekulatif. Moody’s dan Standard and Poor yang merupakan yang memiliki nilai
terpercaya terus menerus menurun atas nilai kepercayaan oleh bank-bank di
Indonesia yang mengakibatkan masyarakat kurang percaya terhadap dunia perbakan.
Dengan ini akan menyebabkan semakin tinggi rush penarikan dana oleh nasabah
secara besar-besaran. Konsekuensi logisnya Bank Indonesia semakin meningkatkan
bantuan likuiditasnya karena dana di bank-bank sudah habis. Penarikan dana
simpanan nasabah meningkat tajam pada bulan Desember 1997 yaitu setelah
pemberhentian empat orang anggota direksi Bank Indonesia. Pada bulan Januari 1998
Bank Indonesia meningkatkan lagi bantuan likuiditas terhadap perbankan nasional.
Peningkatan bantuan ini dilakukan karena kemacetan sektor riil perekonomian
Indonesia sebagai akibat ditolaknya Letter of Credit (L/C) perbankan nasional di luar
negeri, termasuk untuk impor bahan-bahan baku dan barangbarang modal yang
berorientasi ekspor. Masih bulan yang sama, terjadi restrukturisasi sistem perbankan,
yang ditandai dengan lahirnya Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang
berfungsi untuk menyehatkan industry perbankan, juga diputuskan pemberian
independensi kepada Bank Indonesia.
Hingga Mei 1998, masih berlangsung rush penarikan dana secara besar-
besaran oleh nasabah karena semakin tidak menentunya kondisi sosial politik yang
berakibat makin merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan.
Bahkan nasabah juga menarik dananya dari Bank Central Asia (BCA) yang dianggap
sebagai parameter perbankan di Indonesia yang saat itu dalam status pengawasan
BPPN.
MK. ETIKA BISNIS DAN PROFESI
RINA TRISNAWATI, Ph. D.
Sumber Kasus
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210409124431-32-627863/jokowi-bentuk-
satgas-aset-blbi-untuk-tagih-utang-rp108-t