Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KONTRIBUSI KENAIKAN PAJAK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM DI INDONESIA DAN

AMERIKA SERIKAT

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realitas kenaikan pajak atas perubahan harga
saham di Indonesia dan Amerika Serikat. Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat mengidentifikasi
perbedaan reaksi saham dalam merespon kebijakan perpajakan, karena dalam kondisi tersebut tercakup
berbagai aspek seperti pemerintah, perusahaan dan investor. Harga saham merupakan aspek penting
dalam pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga baik secara teoritis maupun praktis penulisan artikel ini
penting untuk digali dan dikaji lebih dalam. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang
bersumber dari literatur ilmiah berupa jurnal, buku dan surat kabar yang kemudian dianalisis
menggunakan teori sinyal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun Indonesia sebagai negara
emerging market dan Amerika Serikat sebagai negara maju, reaksi harga saham dengan kenaikan pajak
berada dalam sinyal negatif karena mengurangi pendapatan perusahaan.

1. INTRODUCTION

Saham adalah modal seseorang atau badan usaha dalam suatu perseroan dimana pihak tersebut
mempunyai tuntutan atas penghasilan, kekayaan perseroan, dan pihak tersebut berhak untuk
menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Martalena dan Malinda (2011) mengatakan bahwa
ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal, sebagai berikut: 1) Penawaran
surat berharga: apakah ada cukup perusahaan yang membutuhkan dana atau mereka bersedia untuk
pengungkapan penuh.

2) Permintaan surat berharga: apakah cukup anggota masyarakat yang memiliki dana. 3) Kondisi politik
dan ekonomi 4) Masalah hukum dan regulasi 5) Adanya lembaga yang mengatur dan mengawasi, serta
berbagai lembaga yang memungkinkan terjadinya transaksi secara efisien.

Harga saham yang terjadi di bursa pada waktu-waktu tertentu dapat berubah naik atau turun dalam
waktu yang cepat. Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh pelaku pasar
yang melakukan perdagangan saham (Kurniawati, Tjandrasa & Arieshanti, 2014). Harga saham yang
cukup akan memberikan keuntungan berupa capital gain dan citra yang lebih baik bagi perusahaan
dalam hal memberikan kemudahan bagi manajemen untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan
(Darmawan dan Astuti, 2016).

Keuntungan yang dihasilkan dalam saham dapat dikurangi dengan adanya pajak. Padahal, pajak
merupakan hal yang sangat mendasar, karena pemungutan pajak harus berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Substansi yang menanggung beban pajak adalah rakyat, seperti dasar pengenaan
pajak dan tarif pajak, yang harus melalui persetujuan rakyat, diwakili oleh lembaga perwakilan rakyat
dan hasil kesepakatan itu dituangkan dalam undang-undang yang harus ditaati. oleh masing-masing
pihak kewajiban perpajakan (Rahayu, 2010).

Tarif pajak adalah persentase tertentu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam menentukan besarnya pajak yang terutang yang dikenakan kepada wajib pajak baik
orang pribadi maupun badan (Pranata, Purnamawati, Adiputra, 2015). Sementara itu Suripto (2019)
menyatakan bahwa tarif pajak menjadi bahan pertimbangan investor dalam menanamkan sahamnya.
Ketika ada kenaikan tarif pajak, maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham. Untuk
mengoptimalkan penerimaan pajak tidak harus dicapai dengan mengenakan tarif pajak yang tinggi,
tetapi dapat dilakukan dengan mengenakan tarif pajak yang lebih rendah yang dipadukan dengan
struktur pajak yang meminimalkan penghindaran pajak (Mahpudin & Kustiawan., 2018)

Di Amerika Serikat, pada masa kepemimpinan George Bush pada tahun 2004, kenaikan pajak
berpengaruh positif terhadap harga saham. Pada tahun 2005 efeknya lebih lemah tetapi signifikan
meskipun berita tentang keringanan pajak disertai dengan komentar negatif dari lawan politik,
memperingatkan bahwa itu akan memperdalam defisit, mengancam perusahaan domestik dan
mendorong lebih banyak dolar perusahaan ke luar negeri (Dharpala, Fritz, Forbes , 2009).

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengkaji kontribusi pajak terhadap perubahan harga saham di
Indonesia (pasar berkembang) dan Amerika Serikat (negara maju). Hal ini sangat penting untuk
memahami realitas yang terjadi antara pengkategorian negara-negara di dunia berdasarkan klasifikasi
ekonomi.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Pendekatan yang relevan dengan masalah penelitian,
termasuk pendekatan; pendekatan historis, pendekatan konseptual dan pendekatan komparatif.
Pendekatan historis dilakukan dengan menelaah seluruh regulasi terkait kenaikan pajak dan respon
pasar saham. Pendekatan historis dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang dipelajari dan
perkembangan pengaturan mengenai masalah yang dihadapi. Selanjutnya, pendekatan konseptual
diterapkan dengan bergerak dari pandangan dan doktrin yang berkembang dalam ilmu ekonomi.

Pendekatan historis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fokus pada reaksi pasar di Amerika
Serikat dan Indonesia terkait kenaikan pajak dan reaksi pasar saham yang terjadi. Sedangkan dengan
pendekatan konseptual, penulis akan dapat mendeskripsikan permasalahan mengenai fluktuasi harga
saham saat terjadi perubahan pajak. Pendekatan komparatif dilakukan dengan membandingkan reaksi
pasar saham di Indonesia sebagai negara emerging market dan Amerika Serikat sebagai negara maju.

Sumber penelitian ini dapat dibagi menjadi sumber penelitian berupa bahan primer dan sekunder.
Materi primer adalah materi jurnal yang telah dipublikasikan baik di Indonesia maupun internasional
sedangkan materi sekunder berupa buku dan pemberitaan di media sosial yang kredibel (Marzuki,
2011).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan sumber dengan studi dokumen atau
bahan pustaka baik dari media cetak maupun elektronik. Teknik analisis bahan hukum yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah silogisme dan interpretasi. Silogisme adalah metode argumentasi
yang kesimpulannya diambil dari premis-premis yang menyatakan masalah yang berbeda. Dalam
mengambil kesimpulan, harus ada sandaran untuk berdiri. Sandaran umum dikaitkan dengan masalah
yang lebih spesifik melalui istilah-istilah yang ada di keduanya

3. HASIL DAN DISKUSI

Penelitian di Amerika Serikat


Dalam konteks Amerika Serikat, pendekatan arus kas memprediksi penurunan pasar yang substansial
dalam menanggapi Undang-Undang 1986. Perkiraan Jerry Hausman dan James Poterba (1987)
menunjukkan bahwa tarif pajak marjinal atas dividen akan turun sebesar 8,1 persen di bawah undang-
undang yang baru, yang mengasumsikan pertumbuhan rata-rata historis dari dividen riil sebesar 3,4
persen per tahun dapat menghasilkan lima- penghematan pajak tahun sebesar $ 35 miliar. Efek bersih
dari reformasi adalah peningkatan beban pajak pemegang saham sebesar $49 miliar, atau sekitar 2,5
persen dari nilai pasar saham pada akhir tahun 1985. Dalam konteks aturan kenaikan pajak, secara
otomatis akan menghasilkan pendapatan bagi negara. tetapi secara otomatis akan mengakibatkan
berkurangnya keuntungan bagi pengusaha.

Hanlon dan Slemrod (2009) mengembangkan model sederhana reaksi pasar terhadap berita tentang
perlindungan pajak, yang menghasilkan penghematan pajak dan denda jika terdeteksi. Reaksi pasar
tergantung pada karakteristik perusahaan: Peningkatan tarif pajak efektif (ETR) dan tingkat tata kelola
meningkatkan potensi reaksi positif, sementara peningkatan kontak dengan pelanggan meningkatkan
potensi reaksi negatif. Frischmann dkk. (2008) dan Robinson dan Schmidt (2013) mempelajari reaksi
pasar dari manfaat pajak yang tidak diakui menurut FIN 481, yang telah terbukti berkorelasi positif
dengan kegiatan perlindungan pajak perusahaan (Lisowsky et al. 2013). Hillet al. (2013) menemukan
hubungan negatif antara ETR dan perbedaan antara total nilai pasar dan nilai buku perusahaan.
Sebaliknya, Hanlon dan Slemrod (2009) melaporkan reaksi negatif pasar saham jangka pendek dalam
menanggapi berita tentang aktivitas perlindungan pajak perusahaan.

Desai dkk. (2007) menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat dengan meningkatnya
penegakan pajak. Penulis ini menekankan bahwa struktur perusahaan yang digunakan untuk
perencanaan pajak juga digunakan untuk transfer manajerial. Selain itu, Kim et al. (2011) menemukan
bahwa perencanaan pajak yang agresif dapat meningkatkan risiko jatuhnya harga saham. Selain itu,
Guenther et al. (2016) menemukan bahwa risiko pajak berkorelasi positif dengan risiko perusahaan.
Temuan ini, secara umum, menunjukkan bahwa biaya dapat melebihi manfaat dari minimalisasi pajak
perusahaan tetapi masih membuka pertanyaan komponen biaya mana yang sangat penting.

Riset di Indonesia

Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa tarif pajak berpengaruh positif terhadap
harga saham pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode 2001-2014 (Pranata, Purnawati dan
Adiputra, 2015). Penurunan tarif pajak penghasilan di suatu negara akan mempengaruhi negara-negara
sekitarnya, sehingga dalam menjaga persaingan dengan negara lain, negara tersebut memutuskan tarif
pajak yang akan dikenakan rendah (Amiruddin dan Arifin, 2012). Pengumuman perubahan undang-
undang perpajakan tahun 2008 berdampak pada harga saham terbukti. Saat diumumkan pada 21 Juli
2008, harga sahamnya naik signifikan. Informasi perubahan pajak ini tidak bocor sebelum diumumkan
meski ada potensinya. Sebab, proses ratifikasi seharusnya diliput oleh media massa. Respon positif
terhadap pengumuman perubahan pajak berlanjut selama beberapa hari setelah diumumkan namun
diikuti oleh penurunan harga saham yang juga berlangsung beberapa hari. Hal ini tampaknya merupakan
gejala overreaction di pasar modal (Amiruddin dan Arifin, 2012).

Tarif pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham dengan hasil uji signifikansi
parameter individu (uji t) lebih kecil dari tingkat signifikansi. Hal ini terbukti bahwa setiap ada kenaikan
tarif pajak berperan dalam upaya peningkatan harga saham (Suripto, 2019). Informasi kebijakan
pengampunan pajak tidak memberikan sinyal kepada investor sehingga informasi ini tidak
mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan kegiatan investasi di pasar modal. Salah satu faktor
penyebab perbedaan harga saham di sektor properti adalah dana tax amnesty yang masih mengendap
di sektor perbankan sehingga pasar modal belum menerima aliran tax amnesty seperti yang ditargetkan
sebelumnya (Manik, Sondakh dan Rondonuwu, 2017). . Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa perubahan pajak sangat berkontribusi terhadap perubahan harga saham di Indonesia, karena
berkaitan dengan persaingan ekonomi antar negara di kawasan ASEAN.

Signaling theory menunjukkan bahwa pengeluaran investasi oleh perusahaan memberikan sinyal,
terutama kepada investor dan kreditur bahwa perusahaan akan tumbuh di masa depan. Pengeluaran
investasi oleh manajer harus memperhitungkan return yang akan diterima dan pasti akan memilih opsi
yang paling menguntungkan perusahaan (Wahyudi, 2006).

Dalam konteks perbandingan antara reaksi harga saham di Amerika Serikat dan Indonesia menunjukkan
bahwa kenaikan pajak merupakan sinyal yang buruk bagi investor, hal itu akan berdampak buruk pada
harga saham di negara tersebut. Hal ini juga akan berimplikasi pada kebijakan perpajakan di negara lain,
karena kenaikan pajak di suatu negara membuat investor memilih untuk berinvestasi di negara dengan
tarif pajak yang minimal.

4. KESIMPULAN

Baik di Amerika Serikat maupun Indonesia, pajak merupakan sinyal negatif bagi investor untuk
menanamkan sahamnya, karena dengan kenaikan pajak akan membuat pendapatan perusahaan
menurun. Sehingga dalam kondisi ini antara negara maju dan negara emerging market tidak ada
perbedaan sikap atau reaksi dari harga saham dalam merespon kenaikan pajak. Namun, dalam literatur,
di Amerika Serikat, dapat disimpulkan bahwa lebih lengkap dalam membuat penjelasan tentang
peristiwa ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai