Anda di halaman 1dari 4

Jangan Melupakan Tuhan Dalam Perencanaan

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami
akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan
terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu
lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini
dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang
demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak
melakukannya, ia berdosa. (Yakobus. 4:13-17 ITB)

Dalam menjalani kehidupan kita sering membuat perencanaan mengenai hal-hal yang akan kita lakukan
ke depan, yang tak jarang menimbulkan pertanyaan dalam diri kita, apakah rencana yang kita buat ini
sesuai dengan kehendak-Nya Tuhan? Apa betul rencana-rencana ini untuk kemuliaan Tuhan? Atau
malah sebaliknya? Menjadi kepentingan diri saya sendiri dan dunia ini? Memang membutuhkan
perenungan dalam diri kita dengan Tuhan untuk mengetahui akan hal ini.

Perikop ini berbicara mengenai suatu perencanaan yang pada umumnya dibuat oleh seseorang dalam
menjalani kehidupannya, karena setiap orang ingin berhasil dan jauh dari kegagalan. Manusia juga tidak
bergerak dengan insting, namun akal budi dan pikiran sehingga membutuhkan perencanaan hidup. Oleh
karena itu secara praktis bagian ini sangat penting dalam kehidupan kita sebagai orang percaya,
sekaligus mengingatkan kita tentang apa yang sebenarnya sudah kita ketahui namun sering sekali kita
lupakan dan abaikan, yaitu bahwa hidup kita ini tidak sepenuhnya berada di dalam kontrol kita, di dalam
kekuasaan kita, khususnya masa depan.

Di ayat 17, kalau kita perhatikan, apakah ada yang salah dalam diri orang ini yang membuat
perencanaan? Orang itu membuat pernyataan bahwa dia mampu melakukan yang telah dia rencanakan.
Sebenarnya apakah orang itu sadar kalau manusia itu sebenarnya punya keterbatasan dan tidak tahu
apa yang akan terjadi dihari esok. Di sini kita tahu bahwa orang yang membuat perencanaan ini tidak
melibatkan Tuhan dalam rencana. “kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun
dan berdagang serta mendapat untung”. Dalam pernyataan ini kalau kita perhatikan bahwa orang ini
ketika dia membuat suatu rencana itu berpusat pada dirinya sendiri dan hasilnya untuk dirinya sendiri.

Dengan perencanaan yang baik dan matang langkah hidup seseorang akan semakin teratur dan makin
terarah kepada suatu sasaran yang hendak dituju. Hidup yang terencana adalah bukti bahwa seseorang
sangat menghargai waktu dan semua potensi yang Tuhan berikan. Sebuah perencanaan hidup akan
semakin sempurna apabila Tuhan terlibat di dalamnya. Yakobus mengingatkan agar jangan pernah kita
melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup.

Apa yang akan terjadi ketika Tuhan tidak dilibatkan dalam suatu perencanaan?

Rencana Kehidupan Kita akan sia-sia. Ay. 14b.


Tuhan tidak melarang ketika kita membuat suatu perencanaan, malah itu lebih bagus membuat
perencaan jauh-jauh hari. Namun dalam diri sesorang timbul kesombongan ketika mempunyai
penggalaman berdagang yang selalu berhasil, jadi apapun yang direncakana pasti munurutnya itu akan
berhasil. Penggalaman itu membuat diri seseorang semakin angkuh atau sombong dan tidak lagi
melibatkan Tuhan dalam rencananya. Kesombongan dari para pedagang ini meliputi tiga bagian yakni:
pertama, akan kehidupan: “hari ini, besok dan setahun,” kedua akan pilihan: “hari ini atau besok kita
akan pergi…tinggal setahun…berdagang.” Kata “atau” ini menggambarkan bahwa apa yang
direncanakan dapat dilaksanakan hari ini ataupun hari esok. Menunjukkan kesombongan dalam
kebebasan mereka atas pilihan hidup. Dan ketiga akan kemampuan: “berdagang dan mendapat
untung”. Selain itu kesombongan ini juga didorong dengan kecintaan akan dunia ini yang memotivasi
seseorang hingga tidak memikirkan Allah di dalam perencanaan (Filipi 3:19; 2 Petrus 2:14).

Apa sebenarnya yang menjadi masalah dalam hal ini? Mereka adalah orang Kristen, mengapa mereka
tidak mengingat Tuhan dalam membuat rencana hidup mereka? Ternyata ini adalah masalah mengenai
Knowing God, pengenalan akan Tuhan yang merupakan sebuah misteri yang sangat sulit dipahami oleh
kita manusia bahkan sampai saat ini kita yang hidup di era modern, anggota jemaat termasuk para
majelis yang sudah melayani di gereja juga sulit memahami ini. Yang terjadi adalah mereka merasa dan
berasumsi sudah mengenal Tuhan karena mereka memiliki tingkah laku rohani yang sudah mereka
lakukan misal kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan di gereja.

Apa yang dapat kita pelajari dari bagian ini? Teryata manusia sagat sulit sekali untuk mempercayakan
diri kepada Tuhan, termasuk bagi orang-orang yang sudah menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan dan
konselor Kristen. Tapi kita sendiri tetap waspada dan sulit konsisten dengan itu, kita masih sering
membuat rencana-rencana sendiri. Dan bahkan secara psikologis kita sering mencari dukungan dari
Firman Tuhan yang memang mendukung. Rencana kita itu sendiri seringkali memakai sarana melayani
Tuhan. Misalnya saja seseorang menyadari bahwa dalam profesi yang lain dia kurang mampu atau tidak
akan menjadi pusat perhatian, namun sebagai hamba Tuhan ia setiap minggu didengarkan oleh
siapapun, orang sekaya dan terhormat sekalipun mendengarkan dia. Sering sekali kita tidak menyadari
bukan bahwa motivasi yang ada dalam diri kita sungguh tidak murni.

Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk membuat rencana kita? Kita harus jujur di hadapan Tuhan
bahwa sering sekali motivasi kita salah dalam membuat rencana baik dalam melayani Tuhan, pekerjaan,
berbisnis dan lain sebagainya. Sering sekali kita memasukkan agenda pribadi kita tidak meminta
tuntunan Tuhan dan mengganggap diri sudah tahu.

Sebagai orang percaya, kita perlu mengikutsertakan Yesus dalam membuat perencanaan bagi hidup kita,
karena Dialah yang memiliki hidup ini. Yakobus menanyakan "apakah arti hidup kita? Hidup ini seperti
uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (ay. 14)." Dengan kata lain Yakobus ingin mengatakan
bahwa hidup ini sangat singkat, dan kita tidak tahu atau tidak bisa memprediksi kapan akhir hidup tiap-
tiap orang, ini adalah rahasia Allah. Oleh sebab itu, dalam setiap perencanaan yang kita buat, jangan
lupa untuk mengikutsertakan Yesus sebagai Allah kita, agar rencana yang kita buat berkenan bagi-Nya.

Masih mempertimbangkan Tuhan sebagai solusi untuk masalah perencanaan. Ay. 15.
Kata “Jika Tuhan berkehendak” seperti yang kita kenal terutama di doa Bapa Kami (Mat. 6:10). Yesus
Kristus telah memberikan contoh kepada kita ketika melakukan segala sesuatu awalilah dengan Tuhan
dan utamakan rencana itu apakah sesuai dengan rencana Tuhan atau tidak. Yakobus mengingatkan
kembali bahwa kembali kepada kehendak Allah karena Dia tahu mana yang terbaik untuk kita, seperti
dalam Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Semua rencana yang Tuhan kita libatkan
akan mendapat damai sejahtera.

Yakobus mengajarkan bagaimana kita harus membuat perencanaan dalam hidup dengan mengatakan
"Jika Tuhan menghendaki, dan jika kita masih hidup, saya akan melakukan hal ini dan itu." Kata-kata ini
tidak boleh diartikan bahwa kita hanya berpangku tangan saja tanpa mengerjakan atau merencanakan
sesuatu. Kata "akan" merupakan kata yang mengacu pada sesuatu yang akan datang atau dalam konteks
ini perencanaan. Penekanan Yakobus disini adalah penyerahan total hidup kita pada kehendak Tuhan
selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup. Dalam pengertian lain, kita harus mengisi hidup
kita dengan sesuatu yang dikehendaki Tuhan, bukan mengikuti keinginan kita sendiri.

Yakobus mengatakan bahwa seseorang dapat memiliki rencana dalam kehidupannya, namun
sesungguhnya rencana yang terbaik itu adalah rencana Tuhan. Segala rencana menjadi sia-sia ketika kita
tidak melibatkan Tuhan dalam rencana kita. Oleh karena itu sudah seharusnyalah kita berkata “Jika
Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu”. Kita boleh saja memiliki rencana
yang luar biasa, tapi kembali lagi, serahkanlah rencana kita itu ke dalam tangan Tuhan, dan berdoalah
“Jika Tuhan menghendaki, saya akan melakukan rencana saya yaitu ini dan itu”. Ketika kita tidak
melibatkan Tuhan dalam rencana kita, sesungguhnya kita telah bersikap congkak dan sombong.
Bukankah hidup kita hanya sebentar saja? Jika dibanding dengan kekekalan, hidup kita di dunia ini hanya
sebentar, bahkan Yakobus mengibaratkan hidup kita di dunia ini sebagai uap yang hanya kelihatan
sebentar lalu langsung lenyap.

Kita sebagai orang percaya jangan kita meragunan lagi kuasa Tuhan, kita serahkan semua kepada-Nya
rencana kita bahwa rencanan-Nya yang terbaik bagi kita. Rencana Tuhan mungkin akan membawa kita
keluar dari zona nyaman kita. Rencana Tuhan mungkin akan membuat kita harus berkorban banyak, tapi
saya yakin bahwa rencana Tuhan itu selalu memiliki akhir yang indah. Saat ini kita tidak mengerti apa
rencana Tuhan, tetapi pada saatnya nanti kita akan mengerti. Mari kita sama-sama belajar dari Tuhan
Yesus, yang berkata kepada Bapa “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari
pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”.

Libatkan Tuhan dalam setiap rencana supaya tidak salah melangkah. Ay.16-17.

asi kita lakukan dengan bertanya kepada Allah dan terbuka menerima semua kemungkinan jawaban
dari-Nya atas segala pergumulan hidup kita.

Dalam mengawalai tahun baru ini, sangat baik membuat perencanaan yang akan menolong hidup kita
lebih terarah dan teratur. Tetapi jangan melupakan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Yakobus
kepada kita untuk tidak mengandalakan kemampuan sendiri, berserah pada kehendak Tuhan, jangan
congkak dan perduli pada pekerjaan baik. Karena itu, libatkanlah TUHAN dalam setiap rancangan dan
rencana kita baik pribadi, keluarga dan Gereja agar TUHAN menolong dan menopang serta membimbing
kita untuk mewujudnyatakannya.

Tuhan Yesus Memberkati.

Anda mungkin juga menyukai